Anda di halaman 1dari 9

TUGAS INDIVIDU

UJIAN AKHIR SEMESTER

MATA KULIAH MATERIAL & TEKNOLOGI RESTORASI JARINGAN KERAS GIGI

DOSEN PENGAMPU : Prof. Dr. drg. Siti Sunarintyas, M.Kes

Oleh :
drg. Antika Rahman Hakim Mikahab
23/512835/PKG/01664

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS


PROGRAM STUDI SPESIALIS KONSERVASI GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2023
1. Analisis Masalah

 Diskolorasi Gigi 11, 21 dan 22

Perubahan warna mahkota gigi anterior merupakan masalah estetik yang

sering menjadi keluhan dari pasien. Perubahan warna ini dapat disebabkan oleh

beberapa hal seperti kebocoran tumpatan atau sisa jaringan pulpa nekrotik,

medikamen, sealer maupun bahan pengisi saluran akar. Sisa jaringan nekrotik maupun

bahan- bahan endodontik yang tertinggal di dalam kamar pulpa akan menginfiltrasi

tubulus dentin sehingga menyebabkan pewarnaan pada gigi (Chaya & Hidayat,

2020).

Diskolorisasi gigi dapat bersifat ekstrinsik maupun intrinsik ataupun

kombinasi keduanya. Diskolorasi ekstrinsik terjadi pada permukaan eksternal gigi dan

dapat dengan mudah dihilangkan dengan pasta abrasif, polishing dan scaling

sedangkan diskolorasi intrinsik dapat didefinisikan sebagai diskolorasi yang tergabung

dalam struktur email atau dentin dan yang tidak dapat dihilangkan dengan profilaksis

dengan pasta gigi atau pumice (Chaya & Hidayat, 2020).


Diskolorasi intrinsik terjadi karena adanya zat kromogenik yang masuk ke

dalam email atau dentin. Zat kromogenik dapat berasal dari produk bakteri, sisa

jaringan pulpa, ataupun komponen darah gigi yang nekrosis yang masuk ke dalam

tubulus dentin dan menyebabkan pewarnaan pada dentin sekitarnya. Sisa sealer,

medikamen saluran akar, bahan restoratif, dan gutta percha pada kamar pulpa juga

akan menyebabkan pewarnaan. Semakin lama bahan- bahan ini berdiam di dalam

kamar pulpa akan semakin dalam penetrasi zat-zat ini dalam tubulus dentin sehingga

diskolorisasi gigi akan semakin terlihat. Diskolorisasi gigi karena pulpa yang nekrosis

maupun karena bahan-bahan endodontik dapat ditangani dengan prosedur bleaching

(Kansal, dkk., 2020).

Perubahan warna gigi intrinsik dapat menjadi masalah kosmetik yang

signifikan, dan dalam beberapa kasus, fungsional. Hilangnya vitalitas akibat trauma

atau infeksi sering mengakibatkan perubahan warna gigi yang tidak responsif terhadap

terapi endodontik konvensional. Demikian pula fluorosis, pewarnaan tetrasiklin,

hipoplasia lokal dan kronologis, dan amelogenesis dan dentinogenesis imperfekta

semuanya dapat menghasilkan gigi yang tidak memuaskan secara kosmetik dan,

dalam dua contoh terakhir, gigi secara struktural "berisiko" juga (Phartiban dan

Karale, 2018).

2. Rancangan Untuk Mengatasi Masalah

Berdasarkan kondisi gigi pasien, berbagai perawatan yang dapat dilakukan antara

lain:
a) Pemeriksaan klinis

Pemeriksaan ekstra-oral standar dan pemeriksaan intra-oral mulut penuh harus

dilakukan, dengan penekanan khusus pada ada dan/atau tidak adanya gigi sulung dan

permanen. Distribusi perubahan warna atau hipoplasia harus jelas, khususnya apakah

kedua gigi terpengaruh atau tidak, apakah semua gigi dalam satu gigi sama-sama

terpengaruh, dan apakah ada pola simetris atau kronologis. Ciri-ciri perubahan warna

mungkin telah terbukti pada erupsi gigi, atau mungkin telah berkembang kemudian

dan menjadi lebih atau kurang parah dalam waktu intervensi. Jika memungkinkan,

tingkat perubahan warna harus diidentifikasi sehubungan dengan kedalaman email

atau dentin yang terkena (Chaya & Hidayat, 2020).

b) Pemeriksaan radiografi

Radiografi yang tepat akan menunjukkan kelainan struktur email dan dentin,

morfologi gigi yang abnormal dan kecukupan penambalan saluran akar pada gigi non-

vital (Chaya & Hidayat, 2020). Dalam kasus ini radiografi penting untuk dilakukan

guna mengetahui kondisi apeks gigi guna menentukan kebutuhan perawatan pada

pasien.

c) PSA Non-Vital

PSA non-vital dilakukan guna menjaga gigi agar tetap bersih dan tidak menjadi

sumber infeksi di masa yang akan datang. Perawatan saluran akar merupakan

perawatan atau tindakan yang bertujuan untuk mempertahankan gigi baik dari kondisi

vital yang teriritasi maupun gigi nekrosis, agar gigi tetap berfungsi di lengkung gigi

(Chaya & Hidayat, 2020). Perawatan saluran akar dapat dibagi menjadi tiga tahap,

yaitu preparasi biomekanis saluran akar (pembersihan dan pembentukan), sterilisasi


dan obturasi saluran akar. Preparasi biomekanis merupakan langkah untuk membuka

jalan masuk ke kamar pulpa yang menghasilkan penetrasi garis lurus ke orifis saluran

akar. Langkah selanjutnya adalah eksplorasi saluran akar, ekstirpasi jaringan pulpa

yang tertinggal dan debridemen jaringan nekrotik, langkah ini diikuti dengan

instrumentasi, irigasi serta disinfeksi saluran akar dan diakhiri dengan obturasi

(Asy’ari & Artinawanti, 2021). Obturasi merupakan langkah perawatan saluran akar

yang bertujuan untuk menciptakan kerapatan yang sempurna sepanjang sistem saluran

akar, dari koronal sampai ke apeks (Asy’ari & Artinawanti, 2021).

 Pilihan manajemen diskolorasi gigi :

d) Bleaching Intrakanal

Bleaching internal menjadi perawatan pilihan pada gigi anterior dengan struktur

mahkota yang relatif utuh. Prosedur ini bersifat minimal invasif dibandingkan dengan

restorasi full crown atau veneer yang memerlukan pembuangan sejumlah struktur

jaringan gigi. Prosedur bleaching internal dengan teknik walking bleach umumnya

dilakukan dengan meninggalkan campuran sodium perborate dan air pada kamar

pulpa gigi yang mengalami diskolorasi selama beberapa hari, kemudian akses kavitas

ditutup dengan bahan tumpatan sementara. Prosedur ini dapat diulangi beberapa kali

sampai didapatkan tingkat warna yang diinginkan. Variasi bahan bleaching selain

sodium perborate yang berkembang di pasaran antara lain hidrogen peroksida 35%

dan karbamid peroksida 10% dengan tingkat keefektifan yang setara (Chaya &

Hidayat, 2020).

Teknik ini diindikasikan untuk gigi non-vital yang dirawat secara endodontik yang

telah berubah warna karena pengendapan produk degradasi darah di tubulus dentin.
Pengisian saluran akar yang terkondensasi dengan baik harus ada sebelum memulai

bleaching intrakanal. Kebanyakan teknik menggunakan hidrogen peroksida atau

natrium perborat baik bersama-sama maupun sendiri-sendiri. Jika gigi non-vital

memiliki pengisian saluran akar yang tidak memuaskan, ini harus diganti dengan

restorasi gutta percha yang dipadatkan dengan baik sebelum melakukan bleaching

non-vital dikarenakan adanya kemungkinan penetrasi bahan bleaching internal ke

dalam saluran akar yang kurang hermentis (Walton dan Torabinejad, 2018).

Tehnik untuk melakukan pemutihan gigi secara internal ada tiga cara yaitu teknik

termokatalitik dan tehnik walking bleach serta teknik kombinasi. Tehnik

termokatalitik merupakan tehnik pemutihan dengan meletakkan material oksidator di

dalam kamar pulpa dan kemudian memanaskannya. Panas diperoleh dari lampu, alat

yang dipanaskan, atau alat pemanas listrik yang dibuat khusus untuk memutihkan

gigi. Tehnik walking bleach merupakan tehnik dengan meletakkan material oksidator

di dalam kamar pulpa dan kemudian dibiarkan 3-7 hari, dapat dilakukan satu kali atau

beberapa kali kunjungan hingga pemutihan terjadi. Tehnik kombinasi merupakan

teknik yang menggunakan bahan pemutih yang dimasukkan ke dalam intra koronal

kemudian dipanaskan selama 12 menit selanjutnya di tutup untuk beberapa kali

kunjungan (Mona, 2016).

e) Veneer Porselen

Veneer adalah lapisan dari bahan restoratif yang memiliki warna seperti gigi

kemudian diaplikasikan pada permukaan labial ataupun proksimal gigi yang

membutuhkan restorasi estetik. Restorasi gigi yang dapat memberikan corak dan

karakteristik estetika gigi alami yaitu porselen. Porcelain dapat mengembalikan


bentuk dan warna gigi terutama pada zona estetika. Proses pembuatan dilakukan

secara indirect oleh laboratorium. Proses pengaplikasian veneer tipis dari porcelain,

resin komposit atau bahan lainnya disebut laminating. Laminasi veneer porcelain

menjadi perawatan pilihan yang dapat memperbaiki perubahan warna gigi, bentuk,

panjang gigi, inklinasi gigi, menutup diastema, dan mengembalikan gigi yang patah

dan telah dirawat endodontik. Menurut Kailash (2021) veneer laminasi porcelain

indirect memberikan hasil terbaik selama 10 tahun. Veneer porcelain indirect

memiliki keunggulan seperti stabilitas warna, ketahanan aus dan biokompatibilitas

dengan periodonsium. Bahan veneer porcelain dalam sistem adesifnya mampu

melekatkan ke enamel dan dentin. Teknik adesif restoratif yang lebih konservatif ini

menjadi pilihan untuk mengatasi penampilan gigi yang kurang estetis seperti

diskolorasi gigi. Resin komposit dapat menutupi perubahan warna gigi dan bentuk

gigi yang kurang sempurna. Namun, restorasi tersebut memiliki jangka waktu yang

terbatas sehingga mengurangi hasil estetikanya dalam jangka panjang. Oleh karena

itu, veneer porcelain direkomendasikan sebagai restorasi yang tahan lama dengan

estetika yang superior. Preparasi yang minimal dari veneer porcelain memberikan

hasil terbaik untuk kedokteran gigi estetik. Dengan ketebalan veneer 0,3mm dan

0,5mm, 95% sampai 100% dari volume enamel tetap setelah preparasi dan tidak ada

dentin yang terbuka. Veneer porselen diindikasikan untuk gigi hipoplastik, perbedaan

panjang gigi, anomali gigi dan diskolorisasi gigi pada pasien berusia 16 tahun ke atas,

ketika teknik seperti mikroabrasi, bleaching internal dan resin komposit gagal

memberikan hasil klinis yang memuaskan (Pangabdian dkk, 2023).

Berdasarkan uraian diatas penulis memilih penggunaan kombinasi bleaching internal

dikombinasikan dengan veneer. Dikarenakan teknik tersebut bisa dilakukan dengan

lebih cepat, memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan relatif konservatif mengingat
kondisi gigi yang memiliki struktur gigi yang cenderung masih utuh dan baik.

Prosedur bleaching internal dilakukan terlebih dahulu dan jika hasil sudah

memuaskan tidak perlu dilanjutkan dengan prosedur veneer. Namun jika hasil belum

memuaskan dapat dikombinasi antara keduanya.

3. Progonosis

Prognosis baik karena kondisi gigi masih utuh dan lengkap, jadi masih

memungkinkan untuk dilakukan perawatan bleaching intracanal atau dilakukan

perawatan veneer porselen.

4. Referensi :

Chaya, M., Hidayat, O., T., 2021, Penatalaksanaan diskolorisasi gigi pascaperawatan

endodontik dengan teknik walking bleach, Jurnal Kedokteran Gigi Universitas

Padjadjaran, 32(2):98-104.

Kansal, S., Jindal, L., Garg, K., Thakur, K., Mehta, S., & Pachori, H. (2020).

Discoloration of teeth: literature review. International Journal of Health and Clinical

Research, 3(2), 58–62.

https://ejournal.unisba.ac.id/index.php/gmhc/article/view/2298/pdf

Kapadia, Y., & Jain, V. (2018). Tooth Staining: A Review of Etiology and Treatment

Modalities. Acta Scientific Dental Sciences, 2(6), 67–70.


Mona, D., 2016, Perawatan Internal Bleaching Pada Insisivus Sentral Kiri Atas Paska

Perawatan Endodontic pada Pasien dengan Riwayat Trauma. (Laporan Kasus), Jurnal

B-Dent, Vol 3, No. 1, Juni 2016 : 68-74.

Fani Pangabdian., Diana Soesilo., Chandra Sari Kurniawati., 2023., Veneer Indirect

All Porcelain Sebagai Perawatan Multiple Diastema dan Diskolorasi Gigi. E-Prodenta

Journal of Dentistry. 2023. 7(1) 807-815.

Arny Tri Kartinawanti., Arida Khoiruza Asy’ari., 2021., Penyakit Pulpa dan

Perawatan Saluran Akar Satu Kali Kunjungan., Jurnal Ilmu Kedokteran Gigi Vol. 4

No. 2.

Anda mungkin juga menyukai