PEMICU 3
“ Gigi Hitam “
Disusun Oleh :
Enjelita Br Tamba
220600105
Fasilitator :
MEDAN
2023
BAB I
PENDAHULUAN
Pemicu 3
NamaPemicu : Gigi Hitam
Penyusun : drg. Astrid Yudhit., M.Si, drg. Ika Astrina, MDSc, Dr. Zikri N. S.Si, M.Si.
Hari/ Tanggal : Kamis / 30 November 2023
Jam : 07.30-09.30 WIB
Skenario :
Seorang pasien datang ke dokter gigi dengan keluhan gigi depan berlubang dan menghitam.
Pada pemeriksaan intra oral dijumpai karies profunda pada bagian mesial gigi 11 dan 21 dan
gigi berwarna coklat kehitaman. Rencana perawatan yang akan dilakukan dokter gigi untuk
gigi 11 dan 21 adalah perawatan saluran akar dengan restorasi akhir resin komposit. Dokter
gigi juga akan melakukan pemutihan pada gigi tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
Karies adalah hasil interaksi dari bakteri di permukaan gigi, plak, dan diet (khususnya
komponen karbohidrat yang dapat difermentasi oleh bakteri plak menjadi asam, terutama
asam laktat dan asetat) sehingga terjadi demineralisasi atau kerusakan jaringan karies gigi dan
memerlukan cukup waktu untuk kejadiannya. Karies profunda adalah karies yang sudah
mengenai lebih dari setengah dentin dan kadang – kadang sudah mengenai pulpa. a) Karies
profunda stadium I. Karies telah melewati setengah dentin, biasanya belum dijumpai radang
pulpa. b) Karies profunda stadium II. Masih dijumpai lapisan tipis yang membatasi karies
dengan pulpa. Biasanya di sini telah terjadi radang pulpa. c) Karies profunda stadium III.
Pulpa telah terbuka dan dijumpai bermacam – macam radang pulpa.
Diagnosis pada pasien menggalami Karies kelas III yang terjadi pada permukaan aproksimal
dari gigi anterior. Karies bisa terjadi pada permukaan mesial atau distal dari incisivus atau
kaninus dimana telah mengenai setengah bagian dentin hingga kepulpa . Bentuk lesi pada
kelas ini biasanya berbentuk bulat dan kecil. Diskolorisasi gigi adalah setiap perubahan
warna atau translusensi gigi yang disebabkan: restoratif bahan tambalan, obat-obatan (baik
topikal dan sistemik), nekrosis pulpa, dan perdarahan bisa saja terjadi. Perubahan warna
tersebut dapat diinduksi oleh noda intrinsik yang tergabung dalam struktur gigi dan noda
ekstrinsik diendapkan pada permukaan gigi. Perubahan warna pada gigi dibagi menjadi tiga
jenis utama, yaitu
Intrinsik: Komposisi struktur atau ketebalan jaringan keras gigi berubah. Bahan
chromogenic ada dalam enamel atau dentin, menyatu dengan yang lain selama
odontogenesis atau setelah erupsi. Diskolorisasi intrinsik dapat dibagi menjadi dua,
penyebab sistemik dan lokal. Penyebab sistemik dapat terjadi karena cacat genetik
atau induksi obat.
Ekstrinsik: Perubahan warna yang terletak pada permukaan luar dari struktur gigi dan
disebabkan oleh agen topikal atau ekstrinsik. Ini dapat dibagi menjadi dua kelompok;
pewarnaan langsung dengan senyawa dimasukkan ke lapisan pelikel dan
memproduksi stain sebagai akibat warna dasar chromogen. Dan pewarnaan tidak
langsung adalah adanya interaksi kimia pada permukaan gigi dengan senyawa lain
yang memproduksi staindan .
Diinternalisasi: Selama perkembangan gigi stain ekstrinsik yang bergabung dalam
substansi gigi membiarkan bahan chromogenik masuk dapat diklasifikasikan kedalam
perkembangan dan kerusakan yang parah.
a) Faktor mikroorganisme Flora bakterial mulut dalam bentuk plak merupakan syarat
utama bagi terbentuknya karies. Pada gigi-gigi yang belum erupsi dan belum
berhubungan dengan flora mulut tidak terbentuk karies. Plak adalah suatu lapisan
lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu
matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan.
Streptokokus mutans berperan dalam proses awal karies, selanjutnya laktobacilus
yang mengambil alih peranan pada karies yang lebih merusak. Pada penderita karies,
jumlah laktobasilus pada plak gigi berkisar 10.000- 100.000 sel/mg plak. Walaupun
demikian, Streptokokus mutans yang diakui sebagai penyebab utama karnes oleh
karena Streptokokus mutans mempunyai sifat asidogenik dan asidurik (resisten
terhadap asam). (Chemiawan, 2004)
b) Nekrosis pulpa Bakteri, mekanik,atau iritasi kimia untuk pulpa dapat mengakibatkan
nekrosis jaringan. Disintegrasi darah menembus tubulus dentin dan menghitamkan
dentin sekitarnya. Tingkat perubahan warna secara langsung berhubungan dengan
berapa lama pulpa telah nekrotik. Semakin lama senyawa discoloring yang ada dalam
ruang pulpa, semakin besar perubahan warna.
c) Dentin Hypercalcification pembentukan berlebihan dentin yang tidak teratur dalam
ruang pulpa dan sepanjang dinding kanal dapat terjadi setelah cedera traumatis
tertentu. Dalam kasus tersebut, gangguan sementara suplai darah terjadi, diikuti oleh
kehancuran odontoblas. Digantikan oleh sel-sel mesenchymal undifferentiated yang
cepat membentuk dentin yang tidak teratur di dinding pulpa. Akibatnya, transparan
dari mahkota gigi seperti bertahap menurun, sehingga menimbulkan perubahan warna
kekuningan atau kuning-coklat.
d) Faktor substrat campuran makanan halus dan minuman yang dimakan sehari-hari
yang menempel di permukaan gigi. Makanan pokok manusia adalah karbohidrat,
lemak, dan protein. Pada dasarnya nutrisi sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan gigi saat pembentukan matriks email. Nutrisi berperan dalam
membentuk kembali jaringan mulut dan membentuk daya tahan terhadap infeksi juga
karies. Nutrisi berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan gigi dalam
struktur, ukuran, komposisi, erupsi, dan ketahanan gigi terhadap karies.
e) Menggomsumsi Obat-obatan intrakanal beberapa obat-obatan intrakanal dapat
menyebabkan pewarnaan internal dentin. Fenolat atau obat-obatan berbasis iodoform
tertutup dalam saluran akar dan berkontak langsung dengan dentin, dan dalam waktu
yang lama dapat berpenetrasi dan oksidasi. Senyawa ini memiliki kecenderungan
untuk menghitamkan dentin secara bertahap, mis., essential oil membentuk zat resin
yang mengubah warna struktur gigi. Meskipun beberapa obat-obatan langsung
memberikan efek perubahan warna, efek obat-obatan lain mungkin mungkin
membutuhkan beberapa waktu untuk tampak.
f) Usia pada lansia perubahan warna pada mahkota terjadi secara fisiologis, akibat dari
aposisi berlebhihan dentin, penipisan enamel, dan perubahan optik. Makanan dan
minuman juga memiliki efek perubahan warna kumulatif. Selain itu, amalgam dan
restorasi koronal lain yang menurunkan dari waktu menyebabkan perubahan warna
lebih lanjut.
Aditya, I. Gambaran Tingkat Pengetahuan Kesehatan Gigi Dan Mulut Serta Karies
Gigi Permanen Pada Siswa Kelas IV Dan V SDN 1 Duda Kecamatan Selat Tahun
2019. Diss. Poltekkes Kemenkes Denpasar, 2019.
Riga Darma Yanta, Gede. GAMBARAN GIGI KARIES DAN KEBIASAAN MAKAN
MAKANAN KARIOGENIK PADA SISWA SDN 1 JINENGDALEM KABUPATEN
BULELENG TAHUN 2018. Diss. Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar, 2018.
mempunyai muatan negatif yang memungkinkan adhesi selektifterhadap inon positif dengan
permukaan gigi. Infeksi bakteri dapat menyebabkan perubahan pigmen dan produk metabolit
yang mempengaruhi warna gigi. Pigmen dari bakteri dan hasil metabolismenya dapat
meresap ke dalam struktur gigi, menyebabkan dekolorisasi.
Karies yang mencapai pulpa (jaringan inti di dalam gigi yang mengandung pembuluh darah
dan saraf) dapat menyebabkan eksposure peradangan pada pulpa. Reaksi ini dapat
merangsangodontoblas, sel-sel pembentuk dentin,untuk merespons dengan membentuk
dentin yang berbeda secara struktural dan kimia.Perubahan ini dapat memberikan warna yang
berbeda pada gigi, tergantung pada jenis dentin yang terbentuk. Karies profunda tersebut
mengakibatkan demineralisasi gigi, mengurangi kristal mineral dalam email dan dentin akibat
terjadinya perubahan struktur mineral ini cahaya yang masuk menyebar ke gigi menggalami
perubahan dan perbedaan. Begitu pula akibat dari terbukanya pori-pori lapisan dalam gigi
memungkinkan zat pewarna dari makanandan minuman untuk meresap ke dalam gigi. Ion-
ion dari makanan dan minuman yangmengandung tannin dan juga kromogen seperti tembaga,
nikel dan besi melekat dengan muatannegatif pada pelikel shingga menyebabkan
diskolorisasi gigi.
Craig BJ dan Supeene L. 1999. Tooth Whitening: Efficacy, Effects and Biologic
Safety.Probe Scientific Journal,Vol.33 (6): 169-174
Tanjung, Laksmita, dkk. “PEMILIHAN BAHAN OBTURASI PADA PERAWATAN
PULPECTOMI GIGI SUSU: Pemilihan Bahan Obturasi Pada Perawatan Pulpektomi
Gigi Desidui.” Interdental Jurnal Kedokteran Gigi (IJKG) 17.2 (2021): 63-68.
4. Uraikan sifat- sifat penting yang harus diperhatikan pada bahan yang dipilih pada
kasus!
7. Jelaskan indikasi dan kontraindikasi serta efek samping metode pemutihan yang
dipilih pada kasus!
10.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN