Anda di halaman 1dari 32

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Karies Gigi

2.1.1 Definisi

Karies atau lubang gigi adalah infeksi yang berasal dari bakteri yang

menyebabkan demineralisasi jaringan keras (email, dentin dan sementum)

dan perusakan materi organik gigi dengan produksi asam oleh hidrolisis dari

akumulasi sisa-sisa makanan pada permukaan gigi (Hongini, 2012).

Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan

kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi mulai dari email, dentin

dan meluas kearah pulpa. Karies gigi dikarenakan oleh berbagai sebab yang

diantaranya adalah karbohidrat, mikroorganisme, permukaan dan bentuk

gigi, serta dua bakteri yang paling umum bertanggung jawab untuk gigi

berlubang adalah Streptococcus mutans dan lactobacillus. Jika dibiarkan dan

tidak diobati, penyakit ini dapat menyebabkan rasa sakit, kehilangan gigi

dan infeksi (Tarigan, 2013).

Karies merupakan suatu suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu

email, dentin dan sementum yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad

renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya adalah

demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan

9
bahan organiknya. Akibatnya, terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa

serta penyebaran infeksinya ke jaringan pariapeks yang dapat menyebabkan

nyeri (Hidayat, 2016).

Gambar 1.1 Karies Gigi


Sumber : www.klikdokter.com

2.1.2 Etiologi Karies Gigi

Perkembangan karies gigi tergantung pada hubungan yang kritis

antara permukaan gigi, diet karbohidrat, dan bakteri mulut spesifik. Proses

pembusukan dimulai dengan demineralisasi permukaan luar gigi, karena

pembentukan asam organik selama fermentasi bakteri diet karbohidrat. Lesi

yang baru mulai, mula-mula tampak seperti titik putih yang buram dengan

hilangnya jaringan gigi secara progresif, terjadilah rongga. Karies gigi

10
merupakan permasalahan gigi yang sering timbul tidak hanya pada orang

dewasa tetapi juga dialami oleh anak-anak. Kesehatan gigi yang dipelihara

dengan baik sejak dini dapat berpengaruh terhadap perilaku dan

perkembangan di kemudian hari dan jenis makanan yang dikonsumsi dapat

menjadi salah satu faktor resiko terjadinya karies (Kamran et al, 2014).

2.1.3 Faktor Penyebab

Karies terjadi bukan disebabkan karena satu faktor saja, melainkan

disebabkan oleh banyak faktor (multifaktoral). Hal itu berarti banyak sekali

faktor yang yang menjadi penyebab timbulnya kejadian karies gigi. Dari

beberapa pengamatan terlihat jelas bahwa semakin dekat manusia tersebut

hidup dengan alam semakin sedikit dijumpai karies pada giginya. Dengan

semakin cangihnya pabrik makanan, semakin tinggi juga persentase karies

pada masyarakat yang mengonsumsi makanan hasil pabrik tersebut

(Tarigan, 2013).

Karies gigi merupakan penyakit yang banyak ditemui pada anak

sekolah. Masalah ini muncul karena semakin aktifnya anak untuk memilih

makanan yang disukai. Kecendrungan menyukai makanan jajanan yang

manis dan kurangnya kesadaran untuk melakukan gosok gigi secara benar

menjadi pemicu terjadinya karies gigi pada anak usia sekolah (Purnamasari,

2018).

Adapun penyebab karies yaitu bakteri Streptococcus mutans dan

Lactobacilli. Bakteri speifik inilah yang mengubah glukosa dan karbohidrat

11
pada makanan menjadi asam melalui proses fermentasi. Asam terus

diproduksi oleh bakteri dan akhirnya merusak sruktur gigi sedikit demi

sedikit. Kemudian plak dan bakteri mulai bekerja 20 menit setelah makan.

Menurut Hongini (2012), faktor penyebab karies gigi antara lain:

a. Faktor di dalam Mulut

1) Faktor Hospes (Gigi dan Saliva)

a) Gigi

Ada penyakit dan gangguan tertentu yang mempengaruhi gigi yang

dapat membuat seseorang individu berada pada risiko yang lebih

besar untuk karies dimana enamel tidak sepenuhnya terbentuk

sehingga terbentuk gigi jatuh. Dalam kasus ini jika gigi dibiarkan,

maka dapat lebih rentan terhadap kerusakan karena enamel tidak

dapat melindungi gigi.

b) Air ludah (Saliva)

Sebenarnya air ludah kita mempunyai mekanisme pembersihan

(self cleansing), tetapi pada waktu tidur malam aliran ludah

menurun sehingga mengurangi mekanisme pembersihan gigi

secara alami. Hal ini membuka kemungkinan terjadinya fermentasi

bahan yang dapat menimbulkan karies.

2) Faktor Mikroorganisme

Dalam setiap mililiter air ludah dijumpai 10 -200 juta bakteri.

Jumlah maksimal bakteri-bakteri ini dijumpai pada pagi hari atau

12
setelah makan. Ketika bayi masih dalam kandungan, didalam mulut

tidak dijumpai bakteri, tetapi bakteri akan muncul dan mulai berdiam

dimulut begitu si bayi melewati vagina sewaktu proses kelahiran.

Setelah beberapa jam, melalui pernafasan dan udara sekitar, bakteri

bertambah di dalam mulut bayi. Adapun mikroorganisme penting yang

dijumpai di dalam mulut adalah : Stafilokokus, Neiseria, Streptokokus,

Laktobakterium, Karinebakterium, Enterobakteri, Spirillum, Basilus,

Klostridium, Fusobakterium, Aktinomises, Jamur, seperti : Kandida.

3) Faktor Substrat (sisa makanan)

Makanan manis mempunyai kecendrungan untuk lengket dan

melekat pada permukaan gigi serta celah-celah gigi. Gula

menyebabkan plak menebal dan bakteri streptococus mutans merubah

sukrose menjadi asam. Patogenitas plak atau streptococus mutans

adalah dengan cepat merubah gula menjadi asam sehingga terjadi

pembuatan polisakarida ekstraseluler yang menyebabkan asam

melekat pada permukaan gigi.

Plak terbentuk dari campuran bahan-bahan air ludah seperti

musin, sisa-sisa sel jaringan mulut dan sisa-sisa makanan serta bakteri.

Plak ini mula-mula terbentuk agak cair yang lama kelamaan menjadi

kelat, tempat bertumbuhnya bakteri. Tidak dapat disangkal bahwa

setelah makan kita harus meniadakan plak sebanyak mungkin, karna

plak merupakan awal terjadinya kerusakan gigi (Tarigan, 2013).

13
4) Faktor Waktu

Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali

mineral selama berlangsung proses karies, menandakan bahwa proses

karies tersebut terjadi atas periode perusakan dan perbaikan yang silih

berganti. Oleh karena itu, bila saliva ada di dalam lengkungan gigi

maka karies tidak menghancurkan dalam hitungan hari atau minggu,

melainkan dalam bulan atau tahunan (Tarigan, 2013).

5) Kebersihan Gigi dan Mulut

Kebersihan gigi dan mulut merupakan suatu keadaan dimana

gigi bebas dari plak dan calkulus serta penyakit mulut lainnya,

kebersihan mulut yang bagus akan membuat gigi dan jaringan

sekitarnya sehat. Beberapa cara sederhana untuk mendapatkan gigi

yang bersih dan sehat yaitu: menggosok gigi paling sedikit sekali

sehari, bila mungkin gosok gigi setiap habis makan, kurangi makanan

yang mengandung gula, periksa secara teratur pada dokter gigi.

Kebersihan mulut yang bagus akan membuat gigi dan jaringan

sekitarnya sehat. Seperti bagian-bagian lain dari dari tubuh, maka gigi

dan jaringan penyangganya mudah terkena penyakit, mereka harus

mendapatkan perhatian dan perawatan yang baik (Boedihardjo, 2010).

14
b. Faktor di Luar Mulut

1) Keturunan

Seseorang yang mempunyai susunan gigi berjejal (maloklusi)

ada kemungkinan bawaan dari orang tuanya. Hasil studi tentang

faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya karies gigi

memperlihatkan orang-orang yang memiliki gigi yang berjejal lebih

mudah terkena karies karena dengan gigi berjejal sisa makanan mudah

menempel di gigi dan sulit dibersihkan. Seseorang dengan susunan

gigi berjejal lebih banyak menderita karies dari pada yang mempunyai

susunan gigi baik. Selain itu, kebersihan gigi dan mulut yang buruk

akan mengakibatkan persentase karies lebih tinggi. Faktor

keturunan/genetik merupakan faktor yang mempunyai pengaruh

terkecil dari faktor penyebab karies gigi (Tarigan, 2012).

2) Lingkungan

Beberapa faktor lingkungan yang paling penting pengaruhnya

terhadap terjadinya karies antara lain air yang diminum, kultur sosial

ekonomi penduduk. Penghasilan dan pendidikan penduduk yang tinggi

akan mempengaruhi diet kebiasaan merawat gigi sehingga prevalensi

karies gigi rendah. Pada daerah dengan kandungan fluor yang cukup

dalam air minum (0,7 ppm sampai 1 ppm) prevalensi karies rendah.

Bila fluor diberikan sejak dini dengan kombinasi berbagai cara (dalam

air minum dan makanan), maka email akan banyak menyerap fluor

15
sehingga akan memberikan efek besar terhadap pencegahan karies

(Tarigan, 2012).

3) Perilaku

Perilaku dalam pandangan biologis adalah merupakan suatu

kegiatan atau aktifitas organisme yang bersangkutan. Perilaku adalah

semua aktivitas manusia baik yang dapat diamati maupun tidak dapat

diamati secara langsung. Perilaku pemeliharaan kesehatan yang

merupakan bagian dari perilaku kesehatan adalah usaha-usaha yang

dilakukan seseorang untuk memelihara kesehatan agar tidak sakit dan

usaha penyembuhan apabila sakit. Perilaku memiliki peranan yang

penting dalam mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut karena

perilaku merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap

kesehatan gigi individu atau masyarakat. Perilaku pemeliharaan

kesehatan positif, misalnya kebiasaan menggosok gigi, sebaliknya

perilaku pemeliharaan kesehatan gigi negatif, misalnya menggosok

gigi secara tidak teratur sehingga menyebabkan kesehatan gigi dan

mulut menurun dengan dampak antara lain gigi mudah berlubang

(Notoadmojo, 2012).

Perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut di rumah seperti

menyikat gigi dua kali sehari sesudah sarapan dan sebelum tidur,

mengurangi makanan dan minuman yang manis, dan persepsi

seseorang mengenai pentingnya kesehatan gigi dan mulut tersebut

16
sehingga dapat mendorong seseorang melakukan pemeliharaan gigi

dan mulutnya merupakan segala aktivitas dan keputusan seseorang

untuk melakukan pencegahan dan deteksi dini terhadap kesehatan gigi

dan mulutnya. Kebiasaan seseorang yang paling berpengaruh dalam

meningkatkan resiko terjadinya karies adalah mengonsumsi makanan

dan minuman manis. Terjadinya karies bukan bergantung pada jenis

makanan dan minuman manis yang dikonsumsi tetapi bergantung pada

frekuensi komsumsi makanan dan minuman manis tersebut (Warni,

2009).

4) Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah salah satu pelayanan

kesehatan dasar di puskesmas yang harus ditingkatkan mutunya

dengan melaksanakan pelayanan yang sesuai dengan standard yang

ada. Pelayanan kesehatan gigi mencakup beberapa program, baik di

dalam gedung maupun di luar gedung. Secara umum pelayanan

kesehatan masyarakat (Puskesmas) adalah merupakan sub sistem

pelayanan kesehatan khususnya kesehatan gigi dan mulut,yang tujuan

utamanya adalah pelayanan preventif (pencegahan) dan promotif

(peningkatan kesehatan) dengan sasaran masyarakat.

Perlu ditingkatkan program sikat gigi di sekolah dengan

mempertimbangkan sarana dan media informasi terutama pada usia

17
dini, karena perilaku merupakan kebiasaan yang akan lebih terbentuk

bila dilakukan pada usia dini (Kemenkes RI, 2012).

5) Jenis makanan

Jenis makanan adalah berbagai informasi yang memberikan

gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang diamkan

setiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu

kelompok masyarakat tertentu. Pola makan diartikan sebagai cara

seseorang atau sekelompok orang untuk memilih makanan dan

mengonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologis,

psikologis, budaya dan sosial (Sulistyoningsih, 2011).

Anak secara tiba-tiba meminta suatu jenis makanan yang baru

atau menolak makanan pilihan mereka terdahulu akibat rekomendasi

dari teman-teman sebayanya. Pengaruh guru juga besar terhadap sikap

seseorang anak terhadap jenis dan pola makan. Apa yang dipelajari

didalam kelas tentang kesehatan dan makanan bergizi harus ditunjang

dengan makanan yang tersedia di kafetaria sekolah (Sulistyoningsih,

2011).

Jenis makanan dan minuman yaitu kebiasaan makan dan

minum anak. Dimana adapun jenis makanan yang biasa dikonsumsi

yang dapat menyebabkan karies yaitu :

18
a. Jenis Makanan yang dapat menimbulkan karies gigi.

Jenis makanan yang dapat menyebabkan karies gigi meliputi :

makanan yang manis (kariogenik) dan mudah terselip di sela gigi

seperti permen, coklat, kue manis, snack, keripik manis, daging

dan sejenisnya (Ramadhan, 2010).

Makanan manis dikenal sebagai makanan kariogenik yaitu

makanan yang kaya akan gula seperti permen, coklat, biscuit, roti

dan cake. Makanan mempunyai kecendrungan untuk lengket dan

melekat pada permukaan gigi serta celah-celah gigi (Purnamasari,

2018).

b. Frekuensi makan makanan yang dapat menimbulkan karies gigi.

Menurut Ramadhan (2010), Mengonsumsi makanan kariogenik

dengan frekuensi yang lebih sering akan meningkatkan

kemungkinan terjadinya karies dibandingkan dengan

mengonsumsi dalam jumlah banyak tetapi dengan frekuensi yang

lebih jarang. Frekuensi makan lebih dari 3 kali perhari, seperti 20

menit 1 kali makan makanan manis sehingga kerusakan gigi lebih

cepat. Kuman akan menempel pada permukaan gigi karena tidak

dibersihkan setelah makan dan terbentuk plak kemudian diubah

menjadi asam.

19
2.1.4 Jenis-jenis karies gigi

Menurut Tarigan (2013), berdasarkan tempat terjadinya karies gigi, dapat

dibedakan sebagai berikut:

a. Karies Inspiens

Yaitu karies yang terjadi pada permukaan enamel gigi (lapisan terluar dan

terkeras pada gigi), dan belum terasa sakit, hanya ada pewarnaan hitam

atau coklat pada enamel.

b. Karies Superfisialis

Yaitu karies yang sudah mencapai bagian dalam enamel dan kadang-

kadang terasa sakit.

c. Karies Media

Yaitu karies yang sudah mencapai bagian dentin (tulang gigi) atau bagian

pertengahan antara permukaan gigi dan pulpa, tetapi belum melebihi

setengah dentin, gigi biasanya terasa sakit apabila terkena rangsangan

dingin, makanan asam dan manis.

d. Karies Profunda

Karies yang telah mengenai lebih dari setengah dentin atau telah mencapai

pulpa. Biasanya terasa sakit waktu makan dan sakit secara tiba-tiba tanpa

rangsangan.

2.1.5 Proses Terjadinya Karies Gigi

Di dalam mulut kita terdapat berbagai macam bakteri. Salah satu bakteri

tersebut adalah Streptococus. Bakteri ini berkumpul membentuk suatu lapisan

20
lunak dan lengket yang disebut dengan plak yang menempel pada gigi.

Sebagian plak dalam gigi ini mengubah gula dan karbohidrat yang berasal dari

makanan dan minuman yang masih menempel di gigi menjadi asam yang bisa

merusak gigi dengan cara melarutkan mineral-mineral yang ada dalam gigi.

Proses menghilangnya mineral dari struktur gigi ini disebut dengan

demineralisasi, sedangkan bertambahnya mineral dalam struktur gigi disebut

dengan remineralisasi. Karies gigi terjadi karena proses demineralisasi lebih

besar daripada remineralisasi. Pada tahap awal terbentuknya karies gigi adalah

terbentuknya bintik hitam yang tidak bisa dibersihkan dengan sikat gigi.

Apabila bintik ini dibiarkan maka akan bertambah besar dan dalam. Apabila

karies ini belum mencapai email gigi maka belum terasa apa-apa. Akan tetapi

apabila sudah menembus email gigi baru akan terasa sakit (Ramadhan, 2010).

2.1.6 Manifestasi Klinis

Tanda awal karies gigi adalah bercak putih pada permukaan gigi, ini

menunjukkan area demineralisasi enamel, dan dapat berubah menjadi cokelat

tapi akhirnya akan berubah menjadi sebuah kavitasi (rongga). Sebuah lesi

yang muncul cokelat dan mengkilat menunjukkan karies gigi pernah hadir tapi

proses demineralisasi telah berhenti, meninggalkan noda. Sebuah bercak

cokelat yang kusam dalam penampilan mungkin tanda karies aktif. Setelah

pembusukan melewati email, dentin yang memiliki bagian-bagian syaraf ke

gigi, dapat menyebabkan sakit gigi serta linu pada gigi yang berlubangapabila

gigi tersebut terkena rangsangan dingin, panas, makanan asin dan manis. Rasa

21
sakit dan linu akan menghilang sekitar 1 sampai 2 detik setelah rangsangan

dihilangkan. Gigi karies juga dapat menyebabkan bau mulut (Hongini, 2012).

Menurut Tarigan (2013), manifestasi klinis karies gigi antara lain:

a. Terdapat lesi

b. Tampak lubang pada gigi

c. Bintik hitam pada tahap karies awal

d. Kerusakan leher gigi (pada karies botol susu)

e. Sering terasa ngilu jika lubang sampai ke dentil

f. Sakit berdenyut-denyut di gigi sampai kepala

g. Timbul rasa sakit jika terkena air dingin, dan kemasukan makanan

terutama pada waktu malam

h. Jika sudah parah akan terjadi peradangan dan timbul nanah.

2.1.7 Komplikasi

Dampak karies gigi pada anak adalah karies yang mencapai pulpa gigi

dan akan menimbulkan rasa sakit. Rasa sakit akan berdampak pada

malasnya anak untuk mengunyah makanan sehingga asupan nutrisi akan

berkurang dan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.

Dampak lain karies gigi tidak hanya terjadi pada struktur gigi, tetapi juga

dapat mempengaruhi komponen lain di rongga mulut, kondisi tubuh secara

keseluruhan dan bahkan aktifitas social individu. Karies gigi membuat gigi

mudah tanggal sebelum waktunya dan kemudian berkembang menjadi

maloklusi yang dapat mencegah proses pengunyahan. Kavitas pada karies

22
juga dapat menjadi jalan masuk infeksi dari berbagai macam penyakit

(Tarigan, 2013).

Karies gigi jika dibiarkan dan tidak diobati, daerah yang terkena

dampak dari perubahan warna gigi dan menjadi lunak ketika disentuh.

Setelah pembusukan melewati email, tubulus dentin, yang memiliki bagian-

bagian ke saraf gigi, menjadi terbuka dan menyebabkan sakit gigi. Rasa

sakit dapat memperburuk dengan paparan terhadap panas, dingin, atau

makanan dan minuman yang manis. Karies gigi juga dapat menyebabkan

bau mulut, dalam kasus yang berkembang, infeksi dapat menyebar dari gigi

ke sekitar jaringan lunak (Hongini, 2012).

Gambar 1.7.1. Dasar anatomi gigi : 1 = email, 2 = dentin, 3 = batas gingiva, 4

= pulpa, 5 = semen, 6 = ligamentum periodontalis, 7 = tulang

alveoler, 8 = berkas neutovaskuler

23
Gambar 1.7.2. Infeksi – radang pada muka akibat dari abses molar sulung

maktilla.

2.1.8 Pencegahan dan penatalaksanaan

Menurut Hongini (2012) Karies gigi juga dikenal sebagai kerusakan gigi

atau rongga, biasanya berasal dari bakteri yang menyebabkan demineralisasi

jaringan keras (email, dentin dan sementum) dan perusakan materi organik

gigi dengan produksi asam oleh hidrolis dari akumulasi sisa-sisa makanan

pada permukaan gigi. Untuk mencapai target Indonesia Sehat, harus dilakukan

peningkatan status kesehatan gigi juga peningkatan kemampuan untuk

melakukan pencegahan secara global dimulai sejak usia dini.

Menurut Tarigan (2013), ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya

karies gigi antara lain adalah, menyikat gigi dengan pasta gigi yang

24
mengandung fluor, menjaga kebersihan gigi dengan menyikat gigi dengan

benar, fissure sealant atau menutup celah gigi. Penatalaksanaan karies gigi

antara lain adalah sebagai berikut:

a. Menutup lubang gigi (tambal gigi)

b. Pencabutan gigi

c. Pulp capping atau pemberian kalsium hidrogsida untuk mempertebal

lapisan dentil

d. Endodontic atau perawatan untuk mengatasi dan mengobati lubang gigi

yang mengalami infeksi

2.2. Faktor yang berhubungan dengan karies gigi

2.2.1 Pendidikan

1. Definisi

Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti dalam pendidikan

terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah yang lebih

dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau

masyarakat (Notoadmodjo, 2012).

Pendidikan berkaitan erat dengan pengetahuan. Dimana Pengetahuan

adalah hasil dari tahu, terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan

terhadap objek tertentu. Berdasarkan pengalaman penelitian terbukti bahwa

perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada

perilaku yang tidak didasari pengetahuan (Notoatmojo, 2012).

25
Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang

tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan,

pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah

untuk mengajar kebudayaan melewati generasi (Notoatmojo, 2012).

2. Jalur Pendidikan

a. Pendidikan Formal

Pendidikan formal adalah merupakan pendidikan yang diselenggarakan di

sekolah-sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang

pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah,

sampai pendidikan tinggi.

b. Pendidikan Non formal

Pendidikan non formal mengenal pula Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat

(PKBM) sebagai pangkalan program yang berada didalam suatu kawasan

setingkat atau lebih kecil dari kelurahan / desa.

Pendidikan non formal meliputi pendidikan dasar dan lanjutan.

1) Pendidikan Dasar

Pendidikan dasar mencakup pendidikan keaksaraan dasar, keaksaraan

fungsional dan keaksaraan lanjutan paling banyak ditemukan dalam

pendidikan usia dini (PAUD), Taman Pendidikan Al Quran (TPA),

maupun Pendidikan Lanjut Usia. Pemberantasan Buta Aksara (PBA)

serta program paket A (setara SD), paket B (setara SMP) adalah

merupakan pendidikan dasar.

26
2) Pendidikan lanjutan

Pendidikan lanjutan meliputi program paket C (setara SLTA), kursus,

pendidikan vokasi, latihan keterampilan lain baik yang dilaksanakan

secara terorganisasi maupun tidak terorganisasi.

c. Pendidikan informal

Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan

berbentuk kegiatan belajar secara mandiri (Notoatmojo, 2012).

3. Jenjang Pendidikan

Menurut (Notoatmojo, 2012), dilihat dari jenjang pendidikan sekolah tersusun

dalam tiga tingkatan :

a. Sekolah dasar yang menyelengarakan pendidikan dasar yang terdiri dari

SD dan SLTP

b. Sekolah yang menyelenggarakan pendidikan menengah yang terdiri dari

SMU dan SMK

c. Sekolah yang terdiri dari akademik, sekolah tinggi, institusi dan

universitas

4. Kategori Pendidikan

Menurut Notoadmodjo (2010), Menurut Notoadmodjo (2010)

pendidikan rendah dikategorikan dari: tidak tamat SD, tamat SD, SLTP atau

sederajat, sedangkan berpendidikan tinggi dikategorikan dengan SLTA atau

sederajat, Akademi, Perguruan tinggi

27
a. Pendidikan rendah jika < SLTP

b. Pendidikan tinggi jika > SLTA.

Seseorang yang berpendidikan tinggi tingkah lakunya akan berbeda

dengan seseorang yang berpendidikan rendah. Proses pendidikan berlangsung

dalam suatu lingkungan pendidikan formal dan informal. Pendidikan sebagai

suatu sistem yang mempunyai pengaruh dalam pembentukan kemampuan

terhadap perubahan. Akan tetapi, perubahan prilaku akan terwujud apabila ada

sikap positif terhadap stimulus atau objek. Tingkat pendidikan sesorang akan

mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang (Notoadmodjo, 2012).

5. Tujuan Pendidikan

Menurut Notoadmojo (2012), tujuan pendidikan antara lain :

a. Pendidikan Kognitif

Pendidikan kognitif terdiri dari mengingat, memahami, menerapkan,

menganalisa, mensitesis, menilai.

b. Pendidikan Efektif

Pendidikan efektif terdiri dari religius, susila, etis, sosial, pendidikan diri

pribadi.

c. Pendidikan keterampilan

Pendidikan keterampilan terdiri dari pendidikan keterampilan dasar,

pendidikan kejuruan, pendidikan professional, pendidikan olahraga

28
Bloom dalam Notoadmojo (2012) membagi perilaku manusia menjadi 3

domain sesuai dengan tujuan pendidikan. Bloom menyebutkan 3 ranah yakni

kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam perkembangannya, teori Bloom ini

dimodifikasi untuk pengukuran hasi pendidikan kesehatan yakni pengetahuan,

sikap, dan praktik/tindakan

a. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Berdasarkan

pengalaman penelitian terbukti bahwa prilaku yang didasarkan oleh

pengetahuan akan lebih langgeng dari pada prilaku yang tidak didasarkan oleh

pengetahuan (Notoatmodjo, 2012). Penelitian Rogers (1974) dalam

Notoatmodjo 2012 mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi

perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses

yang berurutan, yakni :

a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebh dahulu terhadap stimulus (objek).

b. Interest, dimana orang mulai tertarik kepada stimulus.

c. Evaluation (menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik.

d. Trial, dimana orang telah mencoba perilaku baru.

e. Adoption (adaptasi), dimana subyek telah berperilaku baru sesuai

dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

29
b. Ranah pengetahuan menurut Bloom

a. Ranah Kognitif

Ranah ini meliputi kemampuan menyatakan kembali konsep atau prinsip

yang telah dipelajari, yang berkenaan dengan kemampuan berpikir,

kompetensi memperoleh pengetahuan, pengenalan, pemahaman,

konseptualisasi, penentuan dan penalaran. Tujuan pembelajaran dalam

ranah kognitif (intelektual) atau yang menurut Bloom merupakan segala

aktivitas yang menyangkut otak dibagi menjadi 6 tingkatan sesuai dengan

jenjang terendah sampai tertinggi yang dilambangkan dengan C

(Cognitive)

1) C1 (Pengetahuan/Knowledge)

Pada jenjang ini menekankan pada kemampuan dalam mengingat

kembali materi yang telah dipelajari, seperti pengetahuan tentang

istilah, fakta khusus, konvensi, kecenderungan dan urutan, klasifikasi

dan kategori, kriteria serta metodologi.

2) C2 (Pemahaman/Comprehension)

Pada jenjang ini, pemahaman diartikan sebagai kemampuan dalam

memahami materi tertentu yang dipelajari.

3) C3 (Penerapan/Application)

Pada jenjang ini, aplikasi diartikan sebagai kemampuan menerapkan

informasi pada situasi nyata, dimana peserta didik mampu menerapkan

pemahamannya dengan cara menggunakannya secara nyata.

30
4) C4 (Analisis/Analysis)

Pada jenjang ini, dapat dikatakan bahwa analisis adalah kemampuan

menguraikan suatu materi menjadi komponen-komponen yang lebih

jelas.

5) C5 (Sintesis/Synthesis)

Pada jenjang ini, sintesis dimaknai sebagai kemampuan memproduksi

dan mengkombinasikan elemen-elemen untuk membentuk sebuah

struktur yang unik.

6) C6 (Evaluasi/Evaluation)

Pada jenjang ini, evaluasi diartikan sebagai kemampuan menilai

manfaat suatu hal untuk tujuan tertentu berdasarkan kriteria yang jelas.

Kegiatan ini berkenaan dengan nilai suatu ide, kreasi, cara atau

metode.

b. Ranah Afektif

Ranah afektif adalah ranah yang berhubungan dengan sikap, nilai,

perasaan, emosi serta derajat penerimaan atau penolakan suatu obyek

dlam kegiatan belajar mengajar. Bloom membagi ranah afektif menjadi 5

kategori yaitu :

1) Receiving/Attending/Penerimaan

Kategori ini merupakan tingkat afektif yang terendah yang meliputi

penerimaan masalah, situasi, gejala, nilai dan keyakinan secara pasif.

31
2) Responding/Menanggapi

Kategori ini berkenaan dengan jawaban dan kesenangan menanggapi

atau merealisasikan sesuatu yang sesuai dengan nilai-nilai yang dianut

masyarakat.

3) Valuing/Penilaian

Kategori ini berkenaan dengan memberikan nilai, penghargaan dan

kepercayaan terhadap suatu gejala atau stimulus tertentu.

4) Organization/Organisasi/Mengelola

Kategori ini meliputi konseptualisasi nilai-nilai menjadi sistem nilai,

serta pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimiliki. Hal ini dapat

dicontohkan dengan kemampuan menimbang akibat positif dan negatif

dari suatu kemajuan sains terhadap kehidupan manusia.

5) Characterization/Karakteristik

Kategori ini berkenaan dengan keterpaduan semua sistem nilai yang

telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan

tingkah lakunya.

c. Ranah Psikomotor

Ranah ini meliputi kompetensi melakukan pekerjaan dengan melibatkan

anggota badan serta kompetensi yang berkaitan dengan gerak fisik

(motorik) yang terdiri dari gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar,

kemampuan perseptual, ketepatan, keterampilan kompleks, serta ekspresif

dan interperatif. Kategori yang termasuk dalam ranah ini adalah:

32
1) Meniru

Kategori meniru ini merupakan kemampuan untuk melakukan sesuatu

dengan contoh yang diamatinya walaupun belum dimengerti makna

ataupun hakikatnya dari keterampilan itu.

2) Memanipulasi

Kategori ini merupakan kemampuan dalam melakukan suatu tindakan

serta memilih apa yang diperlukan dari apa yang diajarkan.

3) Pengalamiahan

Kategori ini merupakan suatu penampilan tindakan dimana hal yang

diajarkan dan dijadikan sebagai contoh telah menjadi suatu kebiasaan

dan gerakan-gerakan yang ditampilkan lebih meyakinkan.

4) Artikulasi

Kategori ini merupakan suatu tahap dimana seseorang dapat

melakukan suatu keterampilan yang lebih kompleks terutama yang

berhubungan dengan gerakan interpretatif.

2.2.2 Konsumsi Makanan Kariogenik

Pola makan merupakan pengaturan makanan dengan cara memilih makanan

dengan asupan zat gizi yang sehat dan bermanfaat bagi kesehatan (Warsito,

2015). Pola makan adalah susunan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi

seseorang atau sekelompok orang pada waktu tertentu (Baliwati, 2009).

33
Secara umum pola makan memiliki 3 (tiga) komponen yang terdiri dari :

jenis, frekuensi dan jumlah makanan.

1. Jenis Makanan

Jenis makanan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran

mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang diamkan setiap hari oleh

satu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat

tertentu. Pola makan diartikan sebagai cara seseorang atau sekelompok orang

untuk memilih makanan dan mengonsumsinya sebagai reaksi terhadap

pengaruh fisiologis, psikologis, budaya dan sosial (Sulistyoningsih, 2011).

Anak secara tiba-tiba meminta suatu jenis makanan yang baru atau

menolak makanan pilihan mereka terdahulu akibat rekomendasi dari teman-

teman sebayanya. Pengaruh guru juga besar terhadap sikap seseorang anak

terhadap jenis dan pola makan. Apa yang dipelajari didalam kelas tentang

kesehatan dan makanan bergizi harus ditunjang dengan makanan yang

tersedia di kafetaria sekolah (Sulistyoningsih, 2011).

a. Jenis Makanan Kariogenik

Menurut Sulistyoningsih (2011), makanan kariogenik adalah makanan

manis yang dapat menyebabkan karies gigi. Makanan kariogenik yaitu

makanan atau minuman yang mengandung gula atau sukrosa dan makanan

yang sifatnya lunak dan mudah melekat pada gigi karena dapat

menyebabkan demineralisasi lapisan email (Ghofur, 2012).

34
Makanan manis dikenal sebagai makanan kariogenik yaitu makanan

yang kaya akan gula seperti permen, coklat, biscuit, roti dan cake.

Makanan mempunyai kecendrungan untuk lengket dan melekat pada

permukaan gigi serta celah-celah gigi (Purnamasari, 2018).

Jenis makanan yang dapat menyebabkan karies gigi meliputi makanan

yang manis (kariogenik) dan mudah terselip di sela gigi seperti permen,

coklat, kue manis, snack, keripik manis, daging dan sejenisnya

(Ramadhan, 2010).

Menurut Sumawinata (2011) setelah 10-15 jam makan sisa makanan di

mulut terasa menjadi asam (PH asam) lebih asam dari cuka. Asam

tersebut merusak lapisan email paling luar. Berbagai kelompok

masyarakat dan ilmuwan, khususnya para ahli kesehatan dan gizi

berpendapat bahwa manusia akan lebih sehat bila mereka mengkonsumsi

gula lebih sedikit. Diantara kerugian yang paling banyak disorot dari

pemakaian gula pasir dalam makanan bergula seperti: permen, snack, dan

minuman adalah kerusakan atau pengeroposan gigi, terutama pada anak-

anak. Karena dapat menyebabkan kerusakan atau karies gigi, maka gula

digolongkan sebagai senyawa kariogenik (Ramadhan, 2010).

Karbohidrat dalam bentuk tepung atau cairan yang bersifat lengket

serta mudah hancur di dalam mulut lebih memudahkan timbulnya karies

dibanding bentuk fisik lain, karbohidrat seperti ini misalnya kue-kue, roti,

es krim, susu, permen dan lain-lain. Pada umumnya para ahli sependapat

35
bahwa karbohidrat yang berhubungan dengan proses karies adalah

polisakarida, disakarida, monosakarida dan sukrosa terutama mempunyai

kemampuan yang lebih efisien terhadap pertumbuhan mikroorganisme

asidogenik dibanding karbohidrat lain. Sukrosa dimetabolisme dengan

cepat untuk menghasilkan zat-zat asam. Makanan manis dan penambahan

gula dalam minuman seperti air teh atau kopi bukan merupakan satu-

satunya sukrosa dalam diet seseorang.

Adapun jenis makanan yang biasa dikonsumsi yang dapat

menyebabkan karies yaitu :

1) Kopi

Kopi telah menjadi minuman favorit bagi kebanyakan orang. Namun,

kopi ternyata memiliki kandungan asam yang sangat tinggi. Jika

mengonsumsinya secara berlebihan, tidak hanya dapat membuat

lambung menjadi sakit, gigipun bisa menjadi rusak.

2) Buah-Buahan Asam

Ada beberapa buah-buahan yang memiliki kandungan pH rendah atau

kandungan asam yang tinggi. Buah-buahan asam ini dapat merusak

lapisan email gigi yang berakibat timbulnya rasa ngilu dan sensitif

pada gigi.

3) Minuman Soda

Minuman soda memiliki kandungan asam yang tinggi sehingga dapat

merusak gigi.

36
4) Cuka dan Yogurt

Cuka dan yogurt memiliki kandungan asam tinggi yang dapat merusak

gigi. Karena itu, sangat tidak dianjurkan untuk mengonsumsi dua

makanan tersebut secara berlebihan.

5) Roti, Biskuit, Keripik dan Buah kering

Roti, biskuit, keripik serta buah kering adalah makanan yang menjadi

lengket di gigi setelah dikonsumsi. Karena itu, jika tidak lekas

dibersihkan, bisa menimbulkan karang gigi. Selain itu, makanan-

makanan tersebut merupakan karbohidrat olahan yang dapat memecah

diri menjadi gula dengan cepat. Kemudian, bakteri memakan gula

tersebut sehingga menghasilkan asam yang menyebabkan erosi enamel

dan kerusakan gigi.

6) Es

Minuman yang terlalu dingin atau es dapat membuat gigi menjadi

sensitif. Terlebih lagi bagi yang memiliki kebiasaan mengunyah es

batu, akan membuat gigi menjadi rentan goyah dan juga dapat

merusak lapisan enamel gigi.

7) Minuman Isotonik

Di samping manfaatnya untuk meningkatkan kebugaran tubuh, kadar

gula yang tinggi pada minuman isotonik membuat gigi lebih mudah

rusak.

37
8) Permen

Kadar gula pada permen tentunya sangatlah tinggi. Selain itu, permen

kenyal akan lebih lama menempel pada gigi, membaur dengan bakteri

dalam mulut, dan menghasilkan asam berbahaya. Tidak hanya permen

kenyal permen keraspun juga dapat merusak gigi karena lama larut

dalam mulut, sehingga memberi bakteri cukup waktu untuk menyatu

dengan gula dan mengikis gigi.

2. Frekuensi Makan

Frekuensi makan adalah beberapa kali makan dalam sehari meliputi

makan pagi, makan siang, makan malam dan makan selingan (Kemenkes RI,

2013).

a. Frekuensi makan makanan yang dapat menimbulkan karies gigi.

Frekuensi makan lebih dari 3 kali perhari, seperti 20 menit 1 kali

makan makanan manis sehingga kerusakan gigi lebih cepat. Kuman akan

menempel pada permukaan gigi karena tidak dibersihkan setelah makan

dan terbentuk plak kemudian diubah menjadi asam. Frekuensi makan dan

minuman tidak hanya menentukan timbulnya erosi tetapi juga kerusakan

karies (Ramadhan, 2010).

3. Jumlah Makan

Jumlah makan adalah banyaknya makanan yang dimakan dalam setiap

orang atau setiap individu dalam kelompok. Mengonsumsi makanan

38
kariogenik dengan frekuensi yang lebih sering akan meningkatkan

kemungkinan terjadinya karies dibandingkan dengan mengonsumsi dalam

jumlah banyak tetapi dengan frekuensi yang lebih jarang (Ramadhan, 2010).

2.3 Kebiasaan gosok gigi

Perilaku memiliki peranan yang penting dalam mempengaruhi status

kesehatan gigi dan mulut karena perilaku merupakan salah satu factor yang

berpengaruh terhadap kesehatan gigi individu atau masyarakat. Perilaku

pemeliharaan kesehatan positif, misalnya kebiasaan menggosok gigi, sebaliknya

perilaku pemeliharaan kesehatan gigi negatif, misalnya menggosok gigi secara

tidak teratur sehingga menyebabkan kesehatan gigi dan mulut menurun dengan

dampak antara lain gigi mudah berlubang (Warni, 2009).

Perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut di rumah seperti menyikat

gigi dua kali sehari sesudah sarapan dan sebelum tidur, mengurangi makanan dan

minuman yang manis, dan persepsi seseorang mengenai pentingnya kesehatan

gigi dan mulut tersebut sehingga dapat mendorong seseorang melakukan

pemeliharaan gigi dan mulutnya merupakan segala aktivitas dan keputusan

seseorang untuk melakukan pencegahan dan deteksi dini terhadap kesehatan gigi

dan mulutnya (Warni, 2009).

39
2.3 Kerangka teori

Bagan 2.1
Kerangka Teori
Faktor- faktor yang berhubungan dengan kejadian karies gigi pada anak

Host

Agen Mikroorganisme

Pola makan
Jenis Makanan
Frekuensi Makan
Jumlah Makanan Karies gigi

Plak

Kebiasaan gosok gigi

Pendidikan ibu

Sumber : Ramadhan (2010) dan Tarigan (2013)

40

Anda mungkin juga menyukai