Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PRAKTIK KOMUNIKASI, INFORMASI, DAN

EDUKASI
PENYAKIT SYARAF

“Sakit Gigi”

Disusun oleh Kelompok 1B:


Rahayu Budi Lestari (155070501111025)
Imroatul Hasanah (165070500111010)
Avira Hajar Sawitri (165070500111018)
Intan Nur’Aini (165070501111002)
Sinta Oki Lianara (165070501111012)
Kharina Putri Firmandani (165070501111022)
Intan Rahmadhani (165070501111034)
Nadya Atikah Puteri (165070507111004)
Sofy Indah Pratiwi (165070507111012)

PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Karies Gigi
1.1.1. Pengertian
Karies gigi atau gigi berlubang adalah suatu penyakit pada jaringan
keras gigi yang ditandai oleh rusaknya email dan dentin disebabkan oleh aktivitas
metabolisme bakteri dalam plak yang menyebabkan terjadinya demineralisasi
akibat interaksi antar produk-produk mikroorganisme, ludah dan bagian-bagian
yang berasal dari makanan dan email. Terjadinya karies gigi ditandai dengan
adanya demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan
bahan organiknya. Akibatnya, terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa serta
penyebaran infeksinya ke jaringan periapeks yang dapat menyebabkan nyeri.
Namun, mengingat mungkinnya remineralisasi terjadi, pada stadium yang sangat
dini penyakit ini dapat dihentikan. Dampaknya, gigi menjadi keropos, berlubang,
bahkan patah (Widayati, 2014).
Karies gigi adalah penyakit dimulai dengan keropos pada bagian gigi
dan diikuti proses kerusakan atau pembusukan gigi secara cepat. Karies gigi
dimulai dengan terjadinya pengikisan mineral-mineral dari permukaan atau email
gigi, oleh asam organik hasil fermentasi karbohidrat makanan (terutama gula
pasir dan pati-patian) yang tertinggal melekat pada bagian-bagian yang melekat
pada sela-sela gigi oleh bakteri-bakteri asam laktat (Hidayat dan Tandiari, 2016).
1.1.2. Epidemiologi
Karies gigi secara historis telah dianggap komponen paling penting
dari beban penyakit mulut global. Fasilitas kesehatan dan penyuluhan pendidikan
kesehatan gigi sudah dilakukan, namun pengetahuan masyarakat mengenai karies
gigi masih rendah. Menurut data survei World Health Organization tercatat
bahwa di seluruh dunia 60–90% anak mengalami karies gigi. Prevelensi tertinggi
karies gigi pada anak-anak di Amerika dan kawasan Eropa, indeks agak rendah
dari Mediterania Timur dan wilayah barat pasifi k, sementara prevalensi terendah
adalah Asia tenggara dan Afrika. Menurut WHO global oral health, indeks karies
gigi global di antara anak usia 12 tahun dan rata-rata 1,6 gigi yang berarti rata-
rata perorang mengalami kerusakan gigi lebih dari satu gigi (WHO, 2003).
Di Indonesia, hasil Survei Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, antara
lain: prevalensi penduduk yang mempunyai masalah gigimulut adalah 23,4%,
penduduk yang telah kehilangan seluruh gigi aslinya adalah 1,6%, prevalensi
nasional karies aktif adalah 43,4%, dan penduduk dengan masalah gigi-mulut dan
menerima perawatan atau pengobatan dari tenaga kesehatan gigi adalah 29,6%
(Persatuan Dokter Gigi Indonesia, 2010). Penderita karies gigi di Indonesia
memiliki prevalensi sebesar 50–70% dengan penderita terbesar adalah golongan
balita (Departemen Kesehatan RI, 2010).
1.1.3. Etiologi
Proses terjadinya karies pada gigi melibatkan beberapa faktor yang
tidak berdiri sendiri tetapi saling bekerja sama. Ada empat faktor penting yang
saling berinteraksi dalam pernbentukan karies gigi, yaitu: (Hidayat dan Tandiari,
2016).
1. Mikroorganisme
Mikroorganisme sangat berperan menyebabkan karies.
Streptococcus mutcins dan Lactobacillus merupakan 2 dari 500 bakteri
yang terdapat pada plak gigi dan merupakan bakteri utama penyebab
terjadinya karies. Plak adalahsuatu massa padat yang merupakan
kumpulan bakteri yang tidak terkalsifikasi, melekat erat pada permukaan
gigi, tahan terhadap pelepasan dengan berkumur atau gerakan fisiologis
jaringan lunak. Plak akan terbentuk pada semua permukaan gigi dan
tambalan, perkembangannya paling baik pada daerah yang sulit untuk
dibersihkan, seperti daerah tepi gingival, pada permukaan proksimal, dan
di dalam fisur. Bakteri yang kariogenik tersebut akan memfermentasi
sukrosa menjadi asam laktat yang sangat kuat sehingga mampu
menyebabkan demineralisasi (Hidayat dan Tandiari, 2016).
2. Gigi (Host)
Morfologi setiap gigi manusiaberbeda-beda, permukaan oklusal
gigi memiliki lekuk dan fisur yang bermacam-macam dengan kedalaman
yang berbeda pula. Gigi dengan lekukan yang dalam merupakan daerah
yang sulit dibersihkan dari sisasisa makanan yang melekat sehingga plak
akan mudah berkembang dan dapat menyebabkan terjadinya karies gigi
(Hidayat dan Tandiari, 2016).
Karies gigi sering terjadi pada permukaan gigi yang spesifik baik
pada gigi susu maupungigi permanen. Gigi susu akan mudah mengalami
karies pada permukaan yang halus sedangkan karies pada gigi permanen
ditemukan dipermukaan pit dan fisur (Hidayat dan Tandiari, 2016).
3. Makanan
Peran makanandalam menyebabkankaries bersifat lokal, derajat
kariogenik makanan tergantung dari komponennya. Makanan kariogenik
adalah makanan yang mengandung fermentasi karbohidrat sehingga
menyebabkan penurunan pH plak menjadi 5,5 atau kurang dan
menstimulasi terjadinya proses karies. Sisa-sisa makanan dalam mulut
(karbohidrat) merupakan substrat yang difermentasikan oleh bakteri untuk
mendapatkan energi. Sukrosa dan gluosa di metabolismekan sedemikian
rupa sehingga terbentuk polisakarida intrasel danekstrasel sehingga
bakteri melekat pada permukaan gigi. Selain itu sukrosa juga
menyediakan cadangan energi bagi metabolisme kariogenik. Sukrosa oleh
bakteri kariogenik dipecah menjadi glukosa dan fruktosa, lebih lanjut
glukosa ini dimetabolismekan menjadi asam laktat, asam format, asam
sitrat dandekstran (Hidayat dan Tandiari, 2016).
4. Waktu
Karies merupakan penyakit yang berkembangnya lambat dan
keaktifannya berjalan bertahap serta merupakan proses dinamis yang
ditandai oleh periode demineralisasi dan remineralisasi. Kecepatan karies
anak-anak lebih tinggi dibandingkan dengan kecepatan kerusakan gigi
orang dewasa (Hidayat dan Tandiari, 2016).

1.2. Terapi Farmakologi


Penatalaksanaan nyeri secara farmakologi melibatkan penggunaan opiate
(narkotik), nonopiat/ obat AINS (anti inflamasi nonsteroid), obat-obat adjuvan atau
koanalgesik (Berman, et al. 2009).

1. Analgetik Opioid

Analgesik opiat mencakup derivat opium, seperti morfin dan kodein. Narkotik
meredakan nyeri dan memberikan perasaan euforia. Semua opiat menimbulkan sedikit
rasa kantuk pada awalnya ketika pertama kali diberikan, tetapi dengan pemberian yang
teratur, efek samping ini cenderung menurun. Opiat juga menimbulkan mual, muntah,
konstipasi, dan depresi pernapasan serta harus digunakan secara hati-hati pada klien yang
mengalami gangguan pernapasan (Berman, et al. 2009).

Analgetik opioid sangat efektif dalam mengurangi rasa nyeri namun mempunyai
beberapa efek samping. semakin lama pemakai obat ini akan membutuhkan dosis yang
lebih tinggi. selain itu sebelum pemakaian jangka panjang dihentikan, dosisnya harus
dikurangi secara bertahap, untuk mengurangi gejala-gejala putus obat (Dipiro et al,
2005).

2. Analgetik Non-Opioid

Semua analgetik non-opiod (kecuali asetaminofen) merupakan obat anti


peradangan non-steroid (nsaid, nonsteroidal anti-inflammatory drug). obat-obat ini
bekerja melalui 2 cara (Dipiro et al, 2005):

- Mempengaruhi sistem prostaglandin, yaitu suatu sistem yang bertanggungjawab


terhadap timbulnya rasa nyeri.
- Mengurangi peradangan, pembengkakan dan iritasi yang seringkali terjadi di sekitar
luka dan memperburuk rasa nyeri.

Aspirin merupakan prototipe dari nsaid, yang telah digunakan selama lebih dari
100 tahun. Pertama kali disarikan dari kulit kayu pohon willow. Tersedia dalam bentuk
per-oral (ditelan) dengan masa efektif selama 4-6 jam. Efek sampingnya adalah iritasi
lambung, yang bisa menyebabkan terjadinya ulkus peptikum. karena mempengaruhi
kemampuan darah untuk membeku, maka aspirin juga menyebabkan kecenderungan
terjadinya perdarahan di seluruh tubuh. pada dosis yang sangat tinggi, aspirin bisa
menyebabkan gangguan pernafasan. salah satu pertanda dari overdosis aspirin adalah
teling berdenging (tinitus) (Dipiro et al, 2005).

Mula kerja dan masa efektif dari berbagai nsaid berbeda-beda, dan respon setiap
orang terhadadap nsaid juga berbeda-beda. Semua nsaid bisa mengiritasi lambung dan
menyebabkan ulkus peptikum, tetapi tidak seberat aspirin. Mengonsumsi nsaid bersamaan
dengan makanan dan antasid bisa membantu mencegah iritasi lambung. Obat misoprostol
bisa membantu mencegah iritasi lambung dan ulkus peptikum; tetapi obat ini bisa
menyebabkan diare. Asetaminofen berbeda dari aspirin dan nsaid. Obat ini bekerja pada
sistem prostaglandin tetapi dengan mekanisme yang berbeda. Asetaminofen tidak
mempengaruhi kemampuan pembekuan darah dan tidak menyebabkan ulkus peptikum
maupun perdarahan. Tersedia dalam bentuk per-oral atau supositoria, dengan masa efektif
selama 4-6 jam. Dosis yang sangat tinggi bisa menyebabkan efek samping yang sangat
serius, seperti kerusakan hati (Dipiro et al, 2005).

3. Analgetik Ajuvan

Analgetik ajuvan adalah obat-obatan yang biasanya diberikan bukan karena nyeri,
tetapi pada keadaan tertentu bisa meredakan nyeri. Contohnya, beberapa anti-depresi juga
merupakan analgetik non-spesifik dan digunakan untuk mengobati berbagai jenis nyeri
menahun, termasuk nyeri punggung bagian bawah, sakit kepala dan nyeri neuropatik.
Obat-obat anti kejang (misalnya karbamazepin) dan obat bius lokal per-oral (misalnya
meksiletin) digunakan untuk mengobai nyeri neuropatik (Dipiro et al, 2005).

Sebagai contoh obat sedatif ringan atau obat penenang dapat membantu
mengurangi spasme otot yang menyakitkan, kecemasan, stres, dan ketegangan sehingga
pasien dapat tidur nyenyak. Antidepresan digunakan untuk mengatasi depresi dan
gangguan perasaan yang mendasarinya, tetapi dapat juga menguatkan strategi nyeri
lainnya (Berman, et al. 2009).

1.3. Terapi Non Farmakologi


Sakit gigi dapat disebabkan oleh gigi berlubang, gigi retak, gigi terkikis,
kebanyakan memakan permen atau gusi yang terinfeksi. Berikut ini adalah beberapa cara
non farmakologi untuk mengatasi sakit gigi

1. Kompres Es Batu
Es dapat meringankan sakit gigi. Letakkan sepoting es batu kecil di posisi gigi yang
mengalami sakit kemudian pijat secara perlahan bagian tersebut, dengan pemijatan
pada daerah tersebut akan menyentuh sel-sel syaraf yang langsung terhubung ke pusat
syaraf, sehingga 60% hingga 90% rasa sakit yang dirasakan akan segera menghilang.
2. Kompres dengan Air Hangat atau Dingin
Metode menggunakan suhu hangat setempat yang dapat menimbulkan beberapa efek
fisiologis seperti rasa nyaman, mengurangi atau membebaskan nyeri, mengurangi atau
mencegah terjadinya spasme otot, memperlancar sirkulasi darah. Sehingga dapat
mengurangi rasa nyeri pada gigi yang mengalami infeksi dan sakit.
3. Pasta Gigi
Sakit gigi juga bisa diakibatkan oleh pasta gigi yang anda gunakan. Penggunaan pasta
gigi dapat diganti dengan pasta gigi yang sesuai dengan kondisi gigi.
4. Memijat Gusi
Memijat ujung jari untuk melancarkan sistem sirkulasi darah yang ada di gusi.
Usahakan melakukannya setiap hari serta hentikanlah ketika terdapat pembengkakan
atau benjolan pada gusi.

1.3.1 Cara Memilih Sikat Gigi dan Pasta Gigi yang Benar

A. Tahap Sikat Gigi yang Benar.


- Apabila gigi dan rahang kecil, maka pilihlah sikat gigi dengan bulu pendek dan
sempit
- Apabila gigi dan rahangnya agak besar, maka pilihlah sikat gigi dengan bulu yang
lebih besar dan sesuai
- Cari sikat gigi dengan bulu nilon yang lebih lembut atau ujung bulunya membulat
karena bulu sikat gigi dengan ujung kasar dapat melukai gusi
- Sikat gigi diganti setidaknya 2 bulan sekali atau segera diganti jika bulu sikat gigi
sudah melebar
- Pilihlah sikat gigi dengan tangkai lurus dan mudah dipegang
- Kepala sikat gigi kecil sehingga ancar-ancar paling besar sama dengan jumlah
lebar ke empat gigi bawah, agar dapat masuk kebagian-bagian yang sempit dan
dalam
- Bulu sikat gigi harus lembut dan datar, apabila sikat gigi terlalu besar, bulu dapat
dicabut sebagian.
B. Penggunaan Pasta Gigi yang Benar
- Pada anak-anak yang belum bisa berkumur dan meludah, bisa dipilihkan pasta
gigi yang tidak mengandung flour
- Pada anak yang sudah bisa meludah dan membuang kumuranny, boleh diberikan
pasta gigi yang mengandung Flour. Boleh diberikan pasta gigi untuk anak yang
berisi flour sebanyak 30% dari kandungan Flour pasta gigi orang dewasa. Flour
dapat menghambat terjadinya gigi berlubang sebanyak 15-30%
BAB II
ANALISA KASUS

2.1 Kasus dan Pengembangan Kasus


Kasus
Ny. Tiara tergopoh-gopoh datang ke apotek karena ingin membeli obat untuk
anaknya Yazid yang sakit gigi. Pipi Yazid terlihat agak bengkak, agak demam tapi
suhunya tidak naik dan Yazid menangis sambil mengeluh bahwa giginya sakit sejak
tadi malam.

Rumusan masalah
 Anak Yazid sakit gigi sejak tadi malam
 Pipi Yazid agak bengkak
 Yazid demam tapi suhunya tidak naik

Pengembangan kasus (latar belakang)


Berdasarkan gejala yang ada (sakit gigi, pipi bengkak, demam) kemungkinan
anak Yazid mengalami karies gigi. Karies gigi ada penyakit infeksi kronik yang banyak
terjadi pada anak, yang disebabkan oleh interaksi bakteri (umunya Streptococcus
mutans) dengan gula dan enamel gigi. S. Mutans dapat merombak gula untuk
mendapatkan energi, perombakan ini menyebabkan suasana mulut menjadi asam dan
dapat menyebabkan demineralisasi dari enamel gigi dan karies gigi (Colak., et al,
2013).
Etiologi dari karies gigi pada anak adalah sebagai berikut (Colak., et al, 2013).
a. Faktor mikroba
S. mutans dan Streptococcus sobrinus adalah mikroorganisme utama
yang menyebabkan karies gigi. Dengan adanya karbohidrat seperti sukrosa,
fruktosa dan glukosa, bakteri ini dapat memproduksi asam yang menyebabkan
kerusakan mulut dan merusak struktur gigi.
b. Makanan
Penggunaan susu pada botol (saat bayi) berperan pada karies gigi.
Banyak penelitian yang menyatakan terdapat korelasi yang signifikan antara
karies gigi dengan penggunaan susu botol pada bayi saat sebelum tidur. Hal
ini berhubungan dengan lamanya penggunaan botol saat sebelum tidur yang
mengandung susu, terutama laktosa.

c. Gula
Molekul gula yang kecil dapat mempermudah enzim amilase pada air
saliva untuk memecah gula menjadi komponen yang lebih kecil dan dapat
dengan mudah dimetabolisme oleh bakteri. Semakin banyak gula yang
dikonsumsi, semakin tinggi pula resiko terjadinya karies gigi.

2.2 Analisa Kasus


1. Subjektif
Px YZ sejak semalam mengeluhkan sakit gigi , pipi terlihat agak bengkak , dan
demam
2. Objektif
Usia : 7 tahun
BB : 25 kg
Suhu tubuh : 37,5 °C
3. Assesment
- Berdasarkan gejala yang ada (sakit gigi, pipi bengkak, demam) kemungkinan
anak Yazid mengalami karies gigi. Karies gigi ada penyakit infeksi kronik yang
banyak terjadi pada anak, yang disebabkan oleh interaksi bakteri (umunya
Streptococcus mutans) dengan gula dan enamel gigi. S. Mutans dapat merombak
gula untuk mendapatkan energi, perombakan ini menyebabkan suasana mulut
menjadi asam dan dapat menyebabkan demineralisasi dari enamel gigi dan karies
gigi.
- Pasien membutuhkan obat untuk mengatasi sakit gigi yang di alami.

4. Plan
- Menjelaskan penyakit karies gigi dan penyebabnya pada pasien
- Memberikan obat untuk mengatasi sakit gigi, gusi yang bengkak dan demam
yang dialami anak Yazid yaitu proris dimana obat tersebut mengandung
ibuprofen, dipilih sediaan berbentuk sirup dikarenakan pasien masih kecil
sehingga diharapkan akan lebih mudah dalam mengonsumsinya.
- Menjelaskan teprapi farmakologinya mengenai fungsi , cara penggunaan , durasi
penggunaan obat dan harga obat
- Konseling cara pencegahan dan terapi non farmakologi seperti menggosok gigi
sebanyak dua kali sehari
- Menyarankan segera ke dokter apabila penggunaan obat belum menunjukkan
perubahan
DAFTAR PUSTAKA

Berman, A., Snyder, S.J., Kozier, B., Erb, G. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis
Kozier Erb. EGC, Jakarta.

Depkes RI. 2010. Profil Kesehatan Indonesia 2010.


http://www.depkes.go.id/downloads/PROFIL_KESEHATAN_INDONESIA_2010.pdf
(sitasi 19 April 2019).

Dipiro, T. J., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G. R., Welss, B. G., dan Possey, L. M.,
2005, Pharmacotherapy, A Pathophysiologic Approach, 6th Ed., Appleton & Lange,
Stamford.
Hidayat, Rachmat dan Tandiari, Astrid. 2016. Kesehatan Gigi dan Mulut-Apa yang
Sebaiknya Anda Tahu?. Penerbit Andi, Jakarta.
PDGI. 2010. Bulan Kesehatan Gigi Nasional 2010.
http://www.pdgi.or.id/news/detail/bulankesehatan-gigi-nasional-2010 (sitasi 19 April
2019).

WHO. 2003. The World Oral Health Report. http://www.who.int/oralhealth/media/en/orh-


report03- en.pdf (sitasi 19 April 2019).

Widayanti, Nur. 2014. Faktor Yang Berhubungan Dengan Karies Gigi Pada Anak Usia 4–6
Tahun. Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 2, No. 2: 196–205.
LAMPIRAN
1.1 Skenario Konseling
Di suatu pagi Ny. Tiara sedang asyik menonton acara tv kesayangannya, tiba-tiba
anaknya yang bernama Yazid datang sambil menangis.

Yazid : Mommy gigi ku sakit banget . Aduh

Ny. Tiara : Loh serius? Sini mommy tengok. Kamu habis makan apa kemaren ?

Yazid : Habis makan coklat mom kemarin beli di sekolah

Ny. Tiara : Tadi malem kamu sikat gigi enggak?

Yazid : Enggak mom yazid ngantuk jadinya langsung tidur.

Ny. Tiara : Waduh kamu sih nakal gak pernah gosok gigi. gusi kamu bengkak juga
sepertinya,makanya disuruh gosok gigi itu nurut . Coba sini mommy liat panas
apa nggak (mengecek suhu yazid dengan termometer)

Ny tiara : Nggak terlalu panas sih yasudah tunggu sini bentar ya mommy ke apotek
dulu cari obat.

Yazid : Iya mom

Ny. Tiara dengan tergopoh-gopoh pergi ke Apotek untuk membelikan Yazid obat.

“Sesampainya di apotek…”

AA : Selamat pagi bu, ada yang bisa saya bantu ?

Ny. Tiara : Selamat pagi mbak, saya mau beli obat sakit gigi

AA : Sakit giginya bagaimana ya bu ?

Ny. Tiara : saya lihat tadi gusinya bengkak mbak terus anaknya nangis-nangis kesakitan
gitu, agak demam sih mbak tapi suhunya gak tinggi.

AA : Mohon maaf sebelumnya saya berbicara dengan ibu siapa ?

Ny. Tiara : Nama saya Tiara mbak

AA : Baik bu tiara boleh minta waktunya sebentar untuk konseling dengan


apoteker kami ?
Ny Tiara : Boleh mbak

AA : Silahkan duduk bu nanti akan di panggil oleh apoteker

Ny. Tiara : iya mbak terimakasih

Setelah beberapa menit kemudian …

Apoteker : Nomor urut 45 silahkan masuk

Apoteker : Silahkan duduk bu, perkenalkan saya Lucinta apoteker yang bertugas di
apotek brawijaya, apakah ada yang bisa saya bantu ?

Ny. Tiara : Saya mau beli obat sakit gigi apoteker

Apoteker : Maaf sebelumnya saya berbicara dengan ibu siapa ?

Ny. Tiara : Nama saya tiara

Apoteker : Obatnya untuk siapa ya bu ?

Ny. Tiara : Untuk anak saya mbak

Apoteker : Boleh tau bu anaknya umur berapa dan berat badannya berapa ?

Ny. Tiara : Anak saya umur 7tahun dan berat badannya 25kg

Apoteker : Sudah pernah ke dokter sebelumnya?

Ny. Tiara : Belum pernah

Apoteker : Boleh tau bu gejala yang di rasakan anaknya bagaimana ?

Ny. Tiara : Dia nangis kesakitan ngeluh katanya giginya sakit bu, saya lihat gusinya
bengkak, dan badannya sedikit demam tadi saya cek suhunya 37,5 °C

Apoteker : Kebiasaan makanan anaknya bagaimana bu ? sering makan yang manis-


manis seperti coklat/permen?

Ny. Tiara : iya bu anak saya seneng banget makan coklat trus di sekolah sering beli
coklat juga

Apoteker : Lalu untuk gosok giginya teratur 2x sehari atau bagaimana bu ?

Ny . tiara : Nah itu mbak, anak saya itu bandel banget susah kalau di suruh gosok gigi
sebelum tidur.
Apoteker : Baik bu dari yang ibu sampaikan, saya perhatikan gejala dan kebiasaan anak
ibu tadi kemungkinan sakit gigi yang di alami oleh anak ibu dikarenakan
adanya karies gigi yang bisa disebabkan oleh bakteri/ kuman yang ada di gigi,
kuman bisa muncul karena adanya kebiasaan banyak makanan yg
mengandung gula dan jarang gosok gigi jadinya sisa2 makanan dapat menjadi
plak dan jika dibiarkan akan menjadi karies gigi. Karies adalah infeksi kronik
penyebabnya bisa mikroba dan makanan yang mengandung gula, mikroba
tersebut merombak gula selanjutnya menyebabkan suasana asam pada gigi,
suasana asam pada gigi dapat merusak gigi

Ny Tiara : Oh begitu, waduhh bahaya nggak mbak itu ?? lalu cara mengatasinya
bagaimana mbak ?

Apoteker : Ini ada obat untuk mengatasi sakit gigi, menurunkan demam sekaligus
mengatasi gusi bengkak anak ibu, lalu ini obatnya ada proris yang isinya ibu
profen. Karena ini untuk anak-anak maka saya sarankan sediannya yang sirup
proris 60ml ada rasa jeruk dan stroberry dosisnya 3x sehari 1 sendok takar 5ml
dan obatnya di minum saat sakit gigi dan demam saja ya bu kalau sudah tidak
sakit giginya obatnya bisa dihentikan untuk harganya Rp 28.000 . Dan saya
sarankan memeriksakan anaknya ke dokter gigi untuk memastikan sakit
giginya agar segera ditindak lanjuti. Apakah ada yang mau ditanyakan bu ?

Ny. Tiara : Tidak bu.

Apoteker : Lalu anaknya harus dibiasakan gosok gigi 2x sehari setelah sarapan dan
sebelum tidur. Dan saya sarankan kalau masih bengkak bisa di kompres pakai
air hangat ya bu. Bagaimana bu sudah jelas informasi yang saya sampaikan ?

Ny. Tiara : Sudah jelas bu,

Apoteker : Apakah ibu bisa mengulangi apa saya jelaskan tadi untuk memastikan
kepahaman ibu ?

Ny. Tiara : Iya itu tadi obatnya ada sirup ini diminum 3 x 1 sendok takar minumnya pas
sakit gigi sama demam , terus anak saya juga harus rajin sikat gigi sebelum
tidur dan mengurangi yang manis-manis begitu kan mbak ..
Apoteker : Benar sekali bu. baik itu saja yang bisa saya sampaikan terimakasih dan
semoga anaknya lekas sembuh. Nanti obatnya bisa di ambil di kasir ya bu

Ny.Tiara : Oke mbak terimakasih


Ny. Tiara pergi ke kasir untuk menebus obat yang telah disarankan oleh Apoteker
Ny.Tiara pulang ke rumah dengan selamat dan sesampainya dirumah…
Ny.Tiara : Yazid.. ini obatnya nak ayo diminum dulu ini enak rasanya stroberry lo
Yazid : Asyiikkkk nanti aku bakal sembuh kan mom
Ny.Tiara : Iya sudah minum dulu sini
Ny.Tiara memberikan obatnya kepada Yazid
1.2 LEAFLET

Anda mungkin juga menyukai