Anda di halaman 1dari 33

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral kesehatan secara keseluruhan dan perihal hidup sehingga perlu dibudidayakan di seluruh lapisan masyarakat. Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu yang mendukung paradigma sehat dan merupakan strategi pembangunan nasional untuk mewujudkan Indonesia Sehat 2010. Untuk menunjang upaya kesehatan agar mencapai derajat kesehatan optimal, maka perlu kesehatan gigi mendapat perhatian.1 Karies gigi merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi yaitu email, dentin dan sementum; disebabkan aktivitas jasad renik yang ada dalam suatu karbohidrat yang diragikan. Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi pada jaringan keras gigi, diikuti dengan kerusakan bahan organiknya. Hal ini akan menyebabkan terjadinya invasi bakteri dan kerusakan pada jaringan pulpa serta penyebaran infeksi ke jaringan periapikal dan menimbulkan rasa nyeri. Sampai sekarang, karies masih merupakan masalah kesehatan baik di negara maju maupun di negara-negara berkembang. WHO (2000) yang diperoleh dari enam wilayah WHO (AFRO, AMRO, EMRO, EURO, SEARO, WRPO) menunjukkan bahwa rerata pengalaman karies (DMFT) pada anak usia 12 tahun berkisar 2,4. Indeks karies di Indonesia sebagai salah satu Negara SEARO (South East Asia Regional Offices) berkisar 2,2 untuk kelompok usia yang sama. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2004), prevalensi karies di Indonesia mencapai 90,5% dan ini tergolong lebih tinggi dibandingkan dengan negara berkembang lainnya.2 Salah satu usaha yang telah dilaksanakan untuk mengatasi masalah kesehatan gigi adalah Usaha Kesehatan Gigi Sekolah yang merupakan bagian dari Usaha Kesehatan Sekolah yang melakukan pelayanan kesehatan gigi dan mulut secara

terencana pada siswa sekolah terutama siswa sekolah dasar dalam suatu kurun waktu tertentu, dimana usaha pelayanannya dititikberatkan pada pelayanan pencegahan yang berupa penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dan usaha-usaha perlindungan khusus.3 Berdasarkan penelitian Eka Chemiawan dkk (2004) di Bandung menunjukkan bahwa anak sekolah dasar dengan program UKGS (SD Cikadut I) yang terkena karies sebanyak 79 anak dari 100 anak dengan persentase 79%. Sehingga dapat diketahui jumlah anak bebas karies pada sekolah dasar dengan progam UKGS (SD Cikadut) berjumlah 21 anak3. Pada penelitian lain oleh Ita Astit dkk (2011) di Cilandak Jakarta Selatan menunjukkan 71,7% SD UKGS mempunyai risiko karies tinggi.4 Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai pengalaman karies sehingga dapat diketahui tingkat risiko karies pada murid SD. SD Namira Islamic School dipilih karena merupakan salah satu sekolah yang memiliki UKGS. Murid kelas 5 dipilih karena diperkirakan rata-rata berusia 11-12 tahun dimana gigi permanen telah tumbuh pada usia tersebut.

1.2

Perumusan Masalah

1. Bagaimana pengalaman karies pada murid kelas 5 di SD Namira Islamic School? 2. Bagaimana persentase risiko karies pada murid kelas 5 di SD Namira Islamic School?

1.3

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui rata-rata pengalaman karies pada murid kelas 5 di SD Namira Islamic School. 2. Untuk mengetahui tingkat risiko karies pada murid kelas 5 di SD Namira Islamic School.

1.4

Manfaat penelitian

Manfaat penelitian ini adalah: 1. Memberi informasi bagi sekolah mengenai risiko terjadinya karies baru pada sekolah UKGS. 2. Sebagai bahan penyuluhan yang dapat membantu guru olahraga dan kesehatan dalam menyampaikan materi penyuluhan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karies

2.1.1 Definisi Karies Karies merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi yaitu email, dentin dan sementum yang disebabkan aktivitas jasad renik yang ada dalam suatu karbohidrat yang diragikan. Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi pada jaringan keras gigi, diikuti dengan kerusakan bahan organiknya. Hal ini akan menyebabkan terjadinya invasi bakteri dan kerusakan pada jaringan pulpa serta penyebaran infeksi ke jaringan periapikal dan menimbulkan rasa nyeri.2

2.1.2 Faktor Etiologi Karies Ada yang membedakan faktor etiologi atau penyebab karies atas faktor penyebab primer yang langsung mempengaruhi biofilm (lapisan tipis normal pada permukaan gigi yang berasal dari saliva) dan faktor modifikasi yang tidak langsung mempengaruhi biofilm. Karies terjadi bukan disebabkan karena satu kejadian saja seperti penyakit menular lainnya tetapi disebabkan serangkaian proses yang terjadi selama beberapa kurun waktu. Pada tahun 1960-an oleh Keyes dan Jordan (Harris and Christen, 1995), karies dinyatakan sebagai penyakit multifaktorial yaitu adanya

beberapa faktor yang menjadi penyebab terbentuknya karies. Ada tiga faktor utama yang memegang peranan yaitu faktor host, agen atau mikroorganisme, substrat atau diet dan ditambah faktor waktu, yang digambarkan sebagai tiga lingkaran yang bertumpang-tindih. Untuk terjadinya karies, maka kondisi setiap faktor tersebut harus saling mendukung yaitu host yang rentan, mikroorganisme yang kariogenik, substrat yang sesuai dan waktu yang lama.2

Gambar 1. Skema yang menunjukkan karies sebagaipenyakit multifaktorial yang disebabkan faktor host, agen, substrat dan waktu.2 2.1.2.1 Faktor Host Ada beberapa faktor yang dihubungkan dengan gigi sebagai host terhadap karies yaitu faktor morfologi gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel, faktor kimia dan kristalografis. Pit dan fisur pada gigi posterior sangat rentan terhadap karies karena sisa-sisa makanan mudah menumpuk di daerah tersebut terutama pit dan fisur yang dalam. Selain itu, permukaan gigi yang kasar juga dapat menyebabkan plak mudah melekat dan membantu perkembangan karies gigi. Enamel merupakan jaringan tubuh dengan susunan kimia kompleks yang mengandung 97% mineral (kalsium, fosfat, karbonat, fluor), air 1% dan bahan organik 2%. Bagian luar enamel mengalami mineralisasi yang lebih sempurna dan mengandung banyak fluor, fosfat dan sedikit karbonat dan air. Kepadatan kristal enamel sangat menentukan kelarutan enamel. Semakin banyak enamel mengandung mineral maka kristal enamel semakin padat dan enamel akan semakin resisten. Gigi susu lebih mudah terserang karies daripada gigi tetap.2 Hal ini disebabkan karena enamel gigi susu mengandung lebih banyak bahan organik dan air sedangkan jumlah mineralnya lebih sedikit daripada gigi tetap. Selain

itu, secara kristalografis kristal-kristal gigi susu tidak sepadat gigi tetap. Mungkin alasan ini menjadi salah satu penyebab tingginya prevalensi karies pada anak-anak.2

2.1.2.2 Faktor Agen (Mikroorganisme) Plak gigi memegang peranan peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies. Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Hasil penelitian menunjukkan komposisi mikroorganisme dalam plak berbeda-beda. Pada awal pembentukan plak, kokus gram positif merupakan jenis yang paling banyak dijumpai seperti Streptococcus mutans, Streptococcus sanguis,Streptococcus mitis dan Streptococcus salivarius serta

beberapa strain lainnya. Selain itu, ada juga penelitian yang menunjukkan adanya laktobasilus pada plak gigi. Pada penderita karies aktif, jumlah Lactobacillus pada plak gigi berkisar 104-105 sel/mg plak. Walaupun demikian, Streptococcus mutans yang diakui sebagai penyebab utama karies oleh karena Streptococcus mutans mempunyai sifat asidogenik dan asidurik (resisten terhadap asam).2

2.1.2.3 Faktor Substrat (Diet) Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan enamel. Selain itu, dapat mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak dengan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi asam serta bahan lain yang aktif yang menyebabkan timbulnya karies. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang banyak mengonsumsi karbohidrat terutama sukrosa cenderung mengalami kerusakan pada gigi, sebaliknya pada orang dengan diet yang banyak mengandung lemak dan protein hanya sedikit atau sama sekali tidak mempunyai karies gigi. Hal ini penting untuk menunjukkan bahwa karbohidrat memegang peranan penting dalam terjadinya karies.2

2.1.2.4 Faktor Waktu (Time) Karies juga dipengaruhi oleh kecepatan terbentuknya karies serta lama dan frekuensi substrat menempel di permukan gigi. Karies gigi merupakan penyakit kronis, kerusakannya berjalan dalam periode bulan atau tahun. Rata-rata kecepatan karies gigi tetap yang diamati di klinik 18 6 bulan (Newburn, 1978 cit. Suwelo,

1992). Pada anak-anak perkembangan karies dari saat terdeteksi sampai ditentukan keadaan harus dirawat memakan waktu hanya satu tahun, pada orang dewasa lesi sebenarnya dapat tetap statis bertahun-tahun lamanya (Ford, 1993).2

2.1.3 Proses Terjadinya Karies Proses terjadinya karies diawali adanya proses demineralisasi pada email, bagian terkeras dari gigi. Sisa makanan (termasuk karbohidrat) akan menempel pada permukaan email dan berakumulasi membentuk plak, yaitu media pertumbuhan yang menguntungkan bagi mikroorganisme. Mikroorganisme yang menempel pada permukaan tersebut akan menghasilkan asam dan melarutkan permukaan email sehingga terjadi proses demineralisasi. Demineralisasi mengakibatkan proses awal karies pada email, yang ditandai dengan bercak putih (white spot). Bila proses ini sudah terjadi maka progresivitas tidak akan dapat berhenti sendiri, kecuali dilakukan pembuangan jaringan karies dan dilakukan penambalan pada permukaan gigi yang terkena karies atau dilakukan pencabutan bila tidak dapat ditambal lagi.2

2.1.4 Faktor Risiko Karies Adanya hubungan sebab akibat terjadinya karies sering diidentifikasi sebagai faktor risiko karies. Beberapa faktor yang dianggap sebagai faktor risiko meliputi: pengalaman karies, penggunaan fluor, oral higiene, jumlah bakteri, saliva dan pola makan.2

2.2 Kariogram

2.2.1 Defnisi Kariogram Kariogram merupakan suatu cara untuk menggambarkan interaksi hubungan antara karies dan faktor risiko.5

2.2.2 Parameter Kariogram Dalam program ini ada 10 parameter yang harus diisi dan diberi skor (0-3) pada kotak yang yang tersedia dengan menggunakan tanda panah keatas dan kebawah. Untuk semua parameter skor 0 berarti nilai paling baik daan tiga adalah nilai paling buruk.2

2.2.2.1 Pengalaman karies (DMFT) Indeks karies diperlukan untuk mendapatkan penilaian data tentang status karies seseorang yang diberikan pemeriksa sama atau seragam.2

2.2.2.1.1 Indeks DMFT, Klein Indeks ini diperkenalkan oleh Klein H, Pamer CE, Knutson JW pada tahun 1938 untuk mengukur pengalaman karies seseorang terhadap karies gigi. Pemeriksaan meliputi pemeriksaan pada gigi (DMFT) dan permukaan gigi (DMFS) dan semua gigi permanen diperiksa kecuali molar tiga. Sedangkan pada gigi desidui digunakan deft (decay extracted filled tooth) dan defs (decay extracted filled surface). Indeks ini tidak menggunakan skor pada kolom yang tersedia langsung diisi kode D (gigi yang karies), M (gigiyang hilang), F(gigi yang ditumpat) kemudian dijumlahkan sesuai kode.2 Hal hal yang perlu diperhatikan: 1. Kategori D : semua gigi yang mengalami karies, karies sekunder yang terjadi pada tumpatan permanen, gigi dengan tumpatan sementara. 2. Kategori M : semua gigi yang hilang/dicabut karena karies, gigi yang hilang karena penyakit periodontal, pencabutan untuk kebutuhan perawatan ortodonti tidak termasuk.

3. Kategori F

: semua gigi dengan tumpatan permanen, semua gigi yang sedang dalam perawatan saluran akar

2.2.2.1.2 Indeks DMFT, Mohler

1. Decay (D): Permukaan pit dan fissure tampak jelas, disonde tampak jaringan lunak, white spot, permukaan gigi hilang.yang licin,tambalan sementara, radiks, karies sekunder, tambalan yang hilang. 2. Missing(M) : Gigi yang sudah dicabut 3. Filling (F) : crown dan bridge

4. Gigi yang tidak tumbuh 5. Kongenital missing. Dalam penelitian ini menggunakan DMFT Mohler.

2.2.2.2 Penyakit Umum Penyakit umum berhubungan dengan karies, rekam medis, pengobatan, data diperoleh dari hasil wawancara dan kuesioner.6,7 2.2.2.3 Diet Karbohidrat Seseorang yang mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat, maka beberapa bakteri penyebab karies di rongga mulut akan mulai memproduksi asam sehingga terjadi demineralisasi yang berlangsung selama 20-30 menit setelah makan.2

2.2.2.4 Frekuensi Diet Perkiraan frekuensi makan dan mengemil/snack setiap hari. Frekuensi dalam mengonsumsi makanan mempengaruhi resiko karies. Saliva akan menetralisir asam diantara waktu makan dan membantu proses remineralisasi. Namun apabila makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat terlalu sering dikonsumsi, maka enamel gigi tidak akan mempunyai.2

10

2.2.2.5 Skor Plak (Indeks Plak, Loe & Silness) Pada tahun 1964, Loe dan Silness mengembangkan indeks plak sebagai komponen Gingival Index (GI). Penilaian dilakukan pada permukaan distofasial, fasial, mesiofasial dan lingual. Penilaian indeks plak dilakukan dengan menggunakan kaca mulut dan sonde setelah gigi dikeringkan. Indeks plak tidak meniadakan gigi atau mengganti gigi dengan restorasi gigi atau mahkota. Salah satu dari semua gigi atau hanya gigi yang diseleksi dapat digunakan dalam indeks plak. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan 6 gigi. Penilaian indeks plak setiap area diperoleh dengan cara menjumlahkan nilai dari keempat permukaan setiap gigi. Jumlah nilai indeks plak setiap area dibagi empat, maka diperoleh indeks plak untuk gigi. Sedangkan nilai indeks plak setiap orang diperoleh dengan cara menjumlahkan nilai Plaque Index setiap gigi kemudian dibagi dengan banyaknya gigi yang diperiksa.8 Kriteria penilaian Indeks Plak:8 0 = tidak ada plak pada daerah gingiva. 1= selapis tipis plak melekat pada tepi gingiva dan daerah yang berdekatan dengan gigi. 2 = pengumpulan deposit lunak yang sedang disertai poket gingival dan pada tepi gingiva dan atau berdekatan dengan permukan gigi. 3 = banyaknya deposit lunak yang disertai poket gingival dan/ atau pada tepi gingiva dan berdekatan dengan permukaan gigi. PI = Jumlah nilai PI untuk gigi Banyaknya gigi yang diperiksa = Jumlah PI setiap area Banyaknya gigi yang diperiksa

2.2.2.6 Jumlah S. Mutans S. mutans memiliki beberapa karakteristik yang dapat meningkatkan potensi kariogenik dan merupakan mikroorganisme asidogenik yang pertama berkolonisasi pada permukaan gigi.2

11

2.2.2.7 Penggunaan Flour Pemberian fuor yang teratur baik secara sistemik maupun lokal merupakan hal penting diperhatikan dalam mengurangi terjadinya karies oleh karena dapat meningkatkan remineralisasi. Namun demikian, jumlah kandungan fluor dalam air minum dan makanan harus diperhitungkan pada waktu memperkirakan kebutuhan tambahan fluor, karena pemasukan fluor yang berlebihan dapat menyebabkan flurosis.2

2.2.2.8 Sekresi Saliva Umumnya sekresi saliva yang normal adalah 800-1500 ml/hari. Banyaknya saliva yang disekresikan di dalam mulut dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti rangsangan olfaktorius, melihat dan memikirkan makanan, rangsangan mekanis (kimiawi neuronal, rasa sakit dan konsumsi obat-obatan tertentu).

2.2.2.9 Bufer Saliva Perkiraan kapasitas bufer saliva dengan menggunakan uji Dentobuff dan Dentocult SM.2,9 2.2.2.10 Penilaian Klinis dari Operator. Penilaian klinis merupakan hasil perbandingan antara penilaian subjektif peneliti dengan hasil yang ditunjukkan pada kariogram. Pada penelitian ini, parameter yang digunakan hanya tujuh karena keterbatasan alat dan bahan penelitian. Kariogram terdiri dari lima sektor warna yang menunjukkan sebagai berikut:2 1. Sektor hijau 2. Sektor biru tua : Peluang untuk menghindari karies baru. : Diet yang didasarkan pada gabungan jenis makanan dan frekuensi. 3. Sektor merah : Bakteri yang didasarkan pada gabungan jumlah plak dan Streptococcus mutans. 4. Sektor biru muda : Gabungan penggunaan fluor, sekresi dan bufer saliva.

12

5. Sektor kuning

: Gabungan pengalaman karies sebelumnya dan penyakit umum.

Interpretasi kariogram dapat dilihat pada sektor hijau, jika sektor hijau mencapai 80% atau lebih maka dapat disimpulakn bahwa pasien memiliki peluang besar terhindar dari karies sampai tahun berikutnya. Sedangkan apabila sektor hijau 20% atau kurang menandakan bahwa resiko karies sangat tinggi.2

2.2.3 Umur Indeks dan Kelompok Umur Kelompok umur yang direkomendasikan untuk diperiksa adalah kelompok umur 5 tahun untuk gigi susu dan 12,15, 35-44 dan 67-74 untuk gigi permanen.2 1. Kelompok umur 5 tahun, umur ini menjadi umur indeks untuk gigi susu karena tingkat karies pada kelompok umur ini lebih cepat berubah daripada gigi permanen. Selain itu umur lima tahun merupakan umur dimana anak mulai sekolah. 2. Kelompok umur 12 tahun, karena pada umur berikut semua gigi permanen diperkirakan telah erupsi kecuali molar tiga. Sehingga umur 12 tahun ditetapkan sebagai umur pemantauan global. 3. Kelompok umur 15 tahun, pada kelompok umur ini diperkirakan bahwa gigi permanen sudah terekspos dengan lingkungan mulut selama 3-9 tahun, sehingga pengukuran ini dianggap lebih bermakna. 4. Kelompok umur 35-44 tahun, kelompok umur ini merupakan kelompok umur standar untuk memonitor kesehatan orang dewasa dalam hal efek karies, tingkat keparahan penyakit periodontal. 5. Kelompok umur 65-74 tahun, kelompok umur ini diperlukan untuk membuat perencanaan pelayanan kesehatan bagi manula dan pemantauan semua efek pelayanan rongga mulut yang diberikan.

2.3 UKGS Dalam upaya pembinaan dan pengembangan IPTEK bidang kesehatan menuju Paradigma Sehat 2010, aspek kesehatan gigi mulut tidak dapat diabaikan. Usaha Kesehatan Gigi Sekolah adalah suatu komponen Usaha Kesehatan Sekolah (UKJ)

13

yang merupakan suatu paket pelayanan asuhan sistemik dan ditujukan bagi semua murid sekolah dasar dalam bentuk paket promotif, promotif-preventif, dan paket optimal. Upaya promotif dan promotif-preventif paling efektif dilakukan pada anak sekolah dasar karena upaya peningkatan kesehatan harus sedini mungkin dan dilakukan secara terus menerus agar menjadi kebiasaan. Di samping itu, kelompok ini juga lebih mudah dibentuk mengingat anak sekolah dasar selalu di bawah bimbingan dan pengawasan para guru sehingga pada kelompok ini sangat potensial ditanamkan kebiasaan berperilaku hidup sehat. Sasaran UKGS di lingkungan sekolah anak sekolah di tingkat pendidikan dasar yaitu usia 6-14 tahun, namun sejak Pelita IV diperluas sampai usia 18 tahun. Untuk pemerataan jangkauan UKGS, penerapan UKGS disesuaikan dengan paketpaket UKS yaitu: UKGS Tahap I/Paket Minimal UKS diselenggarakan oleh guru orkes dan guru pembina UKS, UKGS Tahap II/Paket standar UKS diselenggarakan oleh guru dan tenaga kesehatan puskesmas dan UKGS Tahap III/Paket optimal UKS yang diselenggarakan oleh guru, tenaga puskesmas dan tenaga kesehatan gigi (Depkes RI, 2004). Untuk pemerataan jangkauan UKGS dan adanya target kesehatan gigi dan mulut tahun 2010 yang harus dicapai, maka diterapkan strategi pentahapan UKGS yang disesuaikan dengan paket-paket UKS sebagai berikut (Depkes RI, 2004):10 1. UKGS Tahap I/Paket Minimal UKS Pelayanan kesehatan gigi dan mulut untuk murid SD dan MI yang belum terjangkau oleh tenaga dan fasilitas kesehatan gigi. Tim pelaksana UKS di SD/MI melaksanakan kegiatan yaitu: a. Pendidikan dan penyuluhan kesehatan gigi dilaksanakan oleh guru penjaskes/guru pembina UKS sesuai dengan kurikulum yang berlaku. b. Pencegahan penyakit gigi dan mulut dengan melaksanakan kegiatan sikat gigi bersama minimal untuk kelas I, II dan III dibimbing oleh guru dengan memakai pasta gigi yang mengandung fluor minimal 1 kali sebulan.

14

2. UKGS Tahap II/Paket Standar UKS Pelayanan kesehatan gigi dan mulut untuk murid SD dan MI sudah terjangkau oleh tenaga dan fasilitas kesehatan gigi yang terbatas. Kegiatannya meliputi:10 a. Pelatihan kepada guru dan petugas kesehatan tentang pengetahuan kesehatan gigi dan mulut secara terintegrasi. b. Pendidikan dan penyuluhan kesehatan gigi dilaksanakan oleh guru orkes/pembina UKS sesuai dengan kurikulum yang berlaku. c. Pencegahan penyakit gigi dan mulut untuk murid SD/MI dengan melaksanakan kegiatan sikat gigi bersama pada kelas I, II dan III dengan pasta gigi mengandung fluor minimal 1 kali sebulan. d. Penjaringan kesehatan gigi dan mulut untuk kelas I diikuti dengan pencabutan gigi sulung yang sudah waktunya tanggal. e. Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit oleh guru. f. Pelayanan medik dasar atas permintaan. g. Rujukan bagi yang memerlukan.

3. UKGS Tahap III/Paket Optimal UKS Pelayanan kesehatan gigi dan mulut untuk murid yang sudah terjangkau tenaga dan fasilitas kesehatan gigi yang sudah memadai. Pada tahap ini digunakan sistem incremental dan pemeriksaan ulang status kesehatan gigi setiap 2 tahun sekali untuk gigi tetap kelas III dan V. Kegiatannya meliputi:10 a. Pelatihan kepada guru dan petugas kesehatan tentang pengetahuan kesehatan gigi dan mulut secara terintegrasi. b. Pendidikan dan penyuluhan kesehatan gigi dilaksanakan oleh guru orkes/pembina UKS sesuai dengan kurikulum yang berlaku. c. Pencegahan penyakit gigi dan mulut untuk murid SD/MI dengan melaksanakan kegiatan sikat gigi bersama pada kelas I-VI dengan pasta gigi mengandung fluor minimal 1 kali sebulan. d. Penjaringan kesehatan gigi dan mulut untuk kelas I diikuti dengan pencabutan gigi sulung yang sudah waktunya tanggal.

15

e. Pelayanan medik dasar atas permintaan pada murid kelas I-VI (care on demand). f. Pelayanan medik dasar pada kelas terpilih sesuai kebutuhan untuk kelas I, III, V dan VI (treatment need). g. Rujukan bagi yang memerlukan.

16

Kerangka Teori

Risiko karies padah. anak SD kelas V i. Namira j. Islamic School

Kariogram Parameter Pengalaman karies Penyakit umum Diet karbohidrat Frekuensi diet UKGS Jumlah S. Mutans Penggunaan fluor Sekresi saliva Buffer saliva Penilaian klinis

17

Kerangka Konsep Faktor risiko 1. Pengalaman karies. 2. Penyakit yang berpengaruh. Siswa SD kelas V Namira Islamic School - Umur - Jenis kelamin 3. Kandungan makanan. 4. Frekuensi makan. 5. Banyaknya plak. 6. Program fluor. 7. Penilaian klinis

UKGS

18

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian Desain penelitian ini adalah survei deskriptif. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian dilakukan di SD Namira Islamic School di Jalan Setiabudi Pasar I No. 76 Medan.

3.2.2 Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 4 minggu yaitu dari tanggal 11 Maret sampai 5 April 2013.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi Populasi pada penelitian ini adalah murid SD Namira Islamic School.

3.3.2 Sampel Sampel pada penelitian ini adalah seluruh murid SD Namira Islamic School kelas V, Sampel diambil dengan cara total sampling sebanyak 61 orang.

3.4 Variabel dan Definisi Operasional 3.4.1 Variabel Penelitian Variabel bebas : - Pengalaman karies.

19

- Penyakit yang berpengaruh. - Kandungan makanan. - Frekuensi makan. - Banyaknya plak. - Program fluor. - Penilaian klinis. Variabel terikat: Murid SD kelas V.

3.4.2 Definisi Operasional 1. Pengalaman karies : pengalaman karies sebelumnya, dinilai dari indeks DMFT Mohler pada pasien secara visual, terdiri dari 4 kategori, yaitu : a. Skor 0 : bebas karies dan tidak ada tambalan (Skor DMFT 1) b. Skor 1 : status lebih baik diatas normal (Skor DMFT 2 3) c. Skor 2 : status normal pada kelompok umur (Skor DMFT 4 5) d. Skor 3 : status lebih buruk dari normal (Skor DMFT 6) 2. Riwayat penyakit yang berpengaruh : riwayat penyakit yang mempunyai pengaruh terhadap risiko terjadinya karies. a. Skor 1 : tidak ada penyakit umum yang berkaitan dengan karies b. Skor 2 : penyakit umum yang sedikit mempengaruhi risiko karies c. Skor 3 : penyakit umum yang sangat kuat mempengaruhi terjadinya karies 3. Kandungan makanan : perkiraan kariogenisitas makanan yang sering dikonsumsi diantara jam makan. a. Skor 0 : sangat rendah b. Skor 1 : rendah c. Skor 2 : sedang d. Skor 3 : tinggi 4. Frekuensi makan : jumlah frekuensi makan dalam sehari termasuk cemilan. a. Skor 0 : 0 3 kali per hari. b. Skor 1 : 4 5 kali per hari.

20

c. Skor 2 : 6 7 kali per hari. d. Skor 3 : lebih dari 7 kali per hari. 5. Jumlah plak : perkiraan kebersihan mulut dengan menggunakan indeks Loe-Silness.
a. Skor 0 : oral higiene yang sangat baik, Plaque Index (PI) <0,4. b. Skor 1 : oral higiene yang baik, PI= 0,4-1,0. c. Skor 2 : oral higiene yang kurang baik, PI=1,1-2,0. d. Skor 3 : oral hiene buruk, PI>2,0.

6. Program Fluor : riwayat program penggunaan fluor di rongga mulut yang pernah diterima. a. Skor 0 : Rutin menerima aplikasi fluor (pasta gigi, tablet/topikal, kumurkumur fluor). b. Skor 1 : Kadang-kadang menerima aplikasi fluor. c. Skor 2 : Hanya menerima aplikasi fluor pada pasta gigi. d. Skor 3 : Tidak pernah menerima aplikasi fluor. 7. Penilaian klinis : penilaian subjektif pemeriksa terhadap kondisi rongga mulut setiap individu. a. Skor 0 : penilaian lebih positif dari hasil yang ditunjukkan pada kariogram b. Skor 1 :penilaian normal, sama seperti hasil yang ditunjukkan pada kariogram c. Skor 2 :penilaian lebih buruk dari hasil yang ditunjukkan pada kariogram d. Skor 4 : penilaian jauh lebih buruk dari hasil yang ditunjukkan pada kariogram 8. Risiko terjadinya karies baru : kemungkinan setiap individu akan terkena karies yang baru selama satu tahun kedepan, terdiri dari lima kategori yang diperoleh dari hasil persentasi pada kariogram (zona hijau) : a. Risiko sangat rendah : 81 100% b. Risiko rendah : 61 80% c. Risiko sedang/normal : 41 60% d. Risiko tinggi : 21 -40% e. Risiko sangat tinggi : 0 20%

21

3.5 Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan berupa data primer, pengambilan data untuk variabel bebas dikumpulkan melalaui pemeriksaan oral yang kemudian dicatat dalam lembar pemeriksaan status karies gigi dan wawancara kuisioner. Alat yang digunakan untuk pemriksaan status karies gigi adalah alat diagnostik yang terdiri dari kaca mulut, sonde, pinset, eskavator dan bak instrumen, untuk penerangan digunakan cahaya dari sinar matahari. Variabel terikat berupa risiko terjadinya karies baru diperoleh menggunakan program komputer kariogram, dengan memasukan data tentang pengalaman karies, penyakit yang berpengaruh, kandungan makanan, frekuensi makan, banyaknya plak, program flour dan penilaian klinis kedalam program komputer.

3.6 Pengolahan Data Data yang terkumpul kemudian diproses menggunakan paket program komputer, sebelumya dilakukan proses pengolahan data untuk memeriksa kebenaran, kelengkapan pengisian dan kejelasan jawaban yang meliputi: a. Editing, menyuntingan data yang dilakukan untuk menghindari kesalahan dan kemungkinan adanya kuisioner yang belum terisi. b. Coding, pemberian kode dan skoring pada tiap jawaban untuk memudahkan proses entry data. c. Entry data, pemasukan data ke komputer dengan menggunakan program komputer. d. Cleaning, pengecekan dan perbaikan terhadap data yang sudah masuk. 3.7 Analisis Data Analisa dilakukan dengan menghitung rerata dan standar deviasi untuk resiko rendah, sedang dan tinggi dan menghitung persentase risiko karies rendah, sedang dan tinggi.

22

BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Responden Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Namira Islamic School. Murid yang diperiksa pada penelitian ini adalah murid kelas V yang terdiri dari dua kelas, yaitu kelas V plus 1 dan kelas V plus 2 dengan total murid 61 siswa, namun jumlah siswa yang hadir pada saat penelitian adalah 57 siswa sehingga sampel dalam penelitian ini sebanyak 57 siswa.

Tabel 1. Gambaran murid kelas V SD Namira Islamic School berdasarkan umur dan jenis kelamin Gambaran responden Umur 10 tahun 11 tahun Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah N 32 25 32 25 % 56,1 43,9 56,1 43,9

Jumlah murid perempuan kelas V SD Namira Islamic School yang diperiksa lebih banyak pada laki-laki (56,1%) dibandingkan dengan perempuan (43,9%) dengan mayoritas umur 10 tahun (56,1%) dan umur 11 tahun (43,9%) dari total sampel 57 siswa (Tabel 1).

23

4.2 Pola Diet Siswa Kelas V SD Namira Islamic School Mayoritas jenis makanan siswa kelas V di SD Namira Islamic School adalah makanan yang berkarbohidrat sedang seperti sayur, buah, susu, dan gado-gado dengan persentase 40,4% dari 57 sampel. Kemudian kandungan makanan yang paling sedikit dikonsumsi siswa SD Namira Islamic School adalah karbohidrat sangat tinggi seperti sirup, permen, es krim, dan coklat dengan persentase 17,5 %. Tabel 2. Gambaran kandungan makanan siswa kelas V SD Namira Islamic School Skor 0 1 2 3 Total Kandungan Makanan Karbohidrat rendah Karbohidrat sedang Karbohidrat tinggi Karbohidrat sangat tinggi N 11 23 13 10 57 % 19,3 40,4 22,8 17,5 100

Tabel 3. Gambaran frekuensi makan siswa kelas V SD Namira Islamic School Skor 0 1 2 3 Total Frekuensi Makan Tiga kali 5 kali 7 kali > 7 kali Jumlah 29 18 10 0 57 % 50,9 31,6 17,5 0 100

Frekuensi makan siswa SD Namira Islamic School paling banyak adalah tiga kali sehari dengan persentase 50,9%. Hanya 17,5 % responden dengan frekuensi makan 7 kali sehari. Tidak ada seorangpun responden dengan frekuensi makan >7 kali sehari (Tabel 3).

24

4.3 Riwayat Penyakit yang Berpengaruh dan Penilaian Klinis pada Siswa Kelas V SD Namira Islamic School Persentase penyakit yang berpengaruh terhadap pengalaman karies pada murid kelas V SD Namira Islamic School dengan pasien bed rest, mengonsumsi obat-obatan yang mempengaruhi saliva adalah 5 orang siswa dengan persentase 8,8%. Persentase murid yang tidak mempunyai riwayat penyakit yang berpengaruh adalah 91,2% (Tabel 4).

Tabel 4. Riwayat penyakit yang berpengaruh pada Siswa Kelas V SD Namira Islamic School Skor 0 1 2 Penyakit yang berpengaruh Pasien sehat Penglihatan buruk, tidak mampu bergerak Pasien bed rest, mengkonsumsi obat-obatan yang mempengaruhi saliva N 52 0 5 % 91,2 0 8,8

Tabel 5. Penilaian klinis pada siswa kelas V SD Namira Islamic School Skor 0 1 2 3 Penilaian Klinis Lebih positif dari hasil kariogram Normal Lebih buruk dari hasil kariogram Jauh lebih buruk dari hasil kariogram N 0 57 0 0 % 0 100 0 0

Pada Tabel 5 di atas penilaian klinis siswa kelas V SD Namira Islamic School pada kategori normal sebanyak 100%.

4.4 Program Fluor pada Siswa Kelas V SD Namira Islamic School Persentase murid kelas V SD Namira Islamic School yang kadang-kadang menerima program fluor adalah 56,1% dengan jumlah siswa 32 orang. Murid yang hanya menerima program fluor dari pasta gigi berjumlah 22 orang dengan persentase

25

38,6%. Murid yang tidak pernah menerima program fluor sebanyak 2 orang dengan persentase 3,5%. Sedangkan untuk murid yang menerima program fluor secara rutin hanya 1 orang dengan persentase 1,8%.(Tabel 6)

Tabel 6. Program fluor pada siswa kelas V SD Namira Islamic School Skor 0 1 2 3 Program Fluor Rutin menerima aplikasi fluor Kadang- kadang Hanya menerima aplikasi fluor dari pasta gigi Tidak pernah menerima aplikasi fluor N 1 32 22 2 % 1,8 56,1 38,6 3,5

4.5 Rata-rata DFT dan Skor Plak pada Siswa Kelas V SD Namira Islamic School Rata-rata skor DFT siswa SD kelas V Namira Islamic school adalah 0,59 0,665. Responden siswa perempuan kelas V SD Namira Islamic School mempunyai rata-rata lebih tinggi dari siswa laki-laki yaitu dengan 0,881,013, rata-rata decay 2,24 2,296, rata-rata filling 0,12 0.44. Sedangkan rata-rata DFT siswa laki-laki kelas V SD Namira Islamic School yaitu 0,59 0,665, rata-rata decay 1,44 1,390 dan rata-rata filling 0.09 0,290 (Tabel 7)

Tabel 7. Rata-rata DFT pada siswa kelas V SD Namira Islamic School Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki Total X 2,24 1,44 3,68 Decay SD 2,296 1,390 3,686 X 0,12 0,09 0,21 Filling SD 0,44 0,296 0,736 X 0,88 0,59 1,47 DFT SD 1,013 0,665 1,678 25 32 57 Jumlah

26

Tabel 8. Skor plak pada siswa kelas V SD Namira Islamic School Skor 0 1 2 3 Indeks plak Sangat baik, PI<0,4 Baik, PI= 0,4-1,0 Kurang baik, PI= 1,1-2,0 Jelek, PI >2,0 Total N 7 36 12 2 57 % 12,3 63,2 21,1 3,5 100

Pada Tabel 8 menunjukkan mayoritas indeks plak pada siswa kelas V SD Namira Islamic School, yaitu baik dengan persentase 63,2%. Kemudian pada indeks plak kurang baik dengan persentase 21,1%. Indeks plak sangat baik persentasenya 12,3% dan indeks plak jelek berada pada urutan terendah dengan persentase 3,5%.

4.6 Persentase Risiko Karies pada Siswa Kelas V SD Namira Islamic School Risiko karies siswa kelas V Namira Islamic School terbanyak terdapat pada risiko rendah dengan persentase 63,1%. Risiko sedang dengan persentase 21,05%, risiko sangat rendah 10,5%, risiko tinggi 5,26%. Sedangkan risiko sangat tinggi tidak ditemukan pada siswa kelas V SD Namira Islamic School dari total sampel 57 siswa (Tabel 9). Tabel 9. Risiko karies pada siswa kelas V SD Namira Islamic School Risiko Karies Sangat rendah (81-100%) Rendah (61-80%) Sedang (41-60%) Tinggi (21-40%) Sangat tinggi (0-20%) Jumlah N 6 36 12 3 0 57 % 10,5 63,1 21,05 5,26 0 100

27

BAB 5 PEMBAHASAN

Penilaian risiko karies pada penelitian ini dengan menggunakan program kariogram dengan mengisi tujuh program dari sepuluh program yang ada. Programprogram itu yaitu kandungan makanan, frekuensi makan, riwayat penyakit berpengaruh, program fluor, pengalaman karies, jumlah plak dan penilaian klinis. Pada Tabel 2, menunjukkan pola diet yang terdiri dari kandungan makanan yang dikonsumsi siswa SD Namira Islamic School yang merupakan sekolah dengan program UKGS. Kandungan makanan yang dikonsumsi siswa SD Namira Islamic School sebagian besar berkarbohidrat sedang seperti sayur, buah, susu, dan gado-gado yaitu sebanyak 23 siswa dengan persentase 40,4%. Konsumsi makanan yang berkarbohidrat rendah akan mengurangi risiko karies. Hal ini hampir sama dengan penelitian Ita Astit tentang perbedaan antara resiko karies baru pada sekolah UKGS dan non UKGS yang menyatakan bahwa kandungan makanan terbanyak dikonsumsi siswa adalah kandungan gula rendah dengan persentase pada sekolah UKGS 43,7% dan sekolah non UKGS yaitu 64,9%.4 Pada Tabel 3, frekuensi makan paling banyak pada siswa SD Namira Islamic School tiga kali sehari yaitu sebanyak 29 siswa dengan persentase 50,9%. Ketika makan dan minum yang mengandung karbohidrat, beberapa bakteri penyebab karies di rongga mulut mulai memproduksi asam. Di antara waktu makan, saliva akan bekerja menetralisir asam dan membantu proses remineralisasi. Apabila makan makanan yang mengandung karbohidrat terlalu sering, maka enamel gigi tidak akan mempunyai kesempatan untuk meremineralisasi dengan sempurna sehingga terjadi karies.2 Pada Tabel 4, hasil penelitian ini juga menunjukkan persentase penyakit yang berpengaruh terhadap pengalaman karies pada murid kelas V SD Namira Islamic School dengan pasien bed rest, mengonsumsi obat-obatan yang mempengaruhi saliva seperti asma adalah 5 orang murid dengan persentase 8,8%. Pengobatan asma pada

28

anak dengan cara inhalasi hampir 80% obat tertinggal di dalam mulut, maka setelah pengobatan anak dianjurkan membersihkan rongga mulutnya. Penggunaan -agonist pada anak yang menderita asma tersebut dapat menyebabkan berkurangnya sekresi saliva karena ada penurunan 2 reseptor pada glandula salivarius yang selanjutnya menurunkan sinyal sekresinya.11 Persentase murid yang tidak mempunyai riwayat penyakit yang berpengaruh (pasien sehat) adalah 91,2%. Pada Tabel 5, penilaian klinis siswa kelas V SD Namira Islamic School pada kategori normal sebanyak 100% yang menyatakan bahwa semua responden mempunyai penilaian klinis yang sama dengan risiko yang ditampilkan oleh kariogram.4 Pada Tabel 6, persentase murid kelas V SD Namira Islamic School yang menerima aplikasi flour paling tinggi pada kategori kadang-kadang menerima program fluor berupa kumur-kumur flour yaitu sebesar 56,1% , sedangkan murid SD Namira yang menerima fluor hanya dari pasta gigi yaitu 38,6 %. (Tabel 5). Berdasarkan penelitian sebelumnya melaporkan bahwa penggunaan kumur-kumur flour secara teratur seperti penggunaan fluor pasta gigi saat menyikat gigi dapat mengurangi karies secara signifikan. Pada penelitian Nasser Asl Aminabadithe dkk, melaporkan bahwa penggunaan program kumur-kumur sodium fluor pada siswa SMP menurunkan karies gigi secara signifikan setelah tiga tahun.12 Pada Tabel 7, hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata DFT siswa SD Namira Islamic School adalah 1,47 dengan rata-rata decay 3,68, filling 0,21. Dimana terlihat responden perempuan kelas V SD Namira Islamic School lebih tinggi dari pada siswa laki-laki. Pada penelitian Stela Marcia Pereira dkk pada usia 12 tahun menunjukkan bahwa rata-rata skor DMFT adalah 1,7 2,08. skor DMFT adalah 1,27 1,59.14 Pada Tabel 8, rata-rata skor plak pada siswa kelas V SD Namira Islamic School lebih banyak pada siswa perempuan yaitu 1,20 0,645 daripada rata-rata siswa laki-laki yaitu 1,12 0,707.
13

Selain itu, penelitian

Farhan Vakani dkk pada anak sekolah usia 11-12 tahun menyatakan bahwa rata-rata

29

Pada Tabel 9, terlihat bahwa persentase pengukuran resiko karies pada responden siswa kelas V SD Namira Islamic School paling banyak terdapat pada risiko rendah yaitu 63,1%. Hanya 5,26 % responden siswa kelas V SD Namira Islamic School yang menunjukkan risiko karies tinggi. Kemudian sama sekali tidak ditemukan responden yang mempunyai risiko sangat tinggi. Karena berdasarkan faktor resiko karies dalam kariogram menunjukkan sebagian besar murid SD Namira kandungan diet dan frekuensi makannya berada pada kategori sedang, Selain itu kebersihan mulut murid SD Namira Islamic School rata-rata hampir mencapai indikator sehat 2000 (OHIS < 1,2).4 Risiko sedang dengan persentase 21,05%, risiko sangat rendah 10,5%, risiko tinggi 5,26%. Sedangkan risiko sangat tinggi tidak ditemukan pada siswa kelas V SD Namira Islamic School dari total sampel 57 siswa. Hal ini semua mungkin disebabkan program UKGS pada sekolah SD Namira Islamic School berjalan dengan baik sehingga kesehatan gigi dan rongga mulut siswanya lebih terpelihara.

30

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan 1. Rata-rata DFT siswa SD Namira Islamic School adalah 1,47 dengan rata-

rata decay 3,68, filling 0,21. Dimana terlihat responden perempuan kelas V SD Namira Islamic School lebih tinggi dari pada siswa laki-laki. 2. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan kariogram didapat bahwa

risiko karies untuk siswa kelas V SD Namira Islamic School mayoritas berada di risiko rendah dengan persentase 63,1%, jumlah siswa yang termasuk sekitar 36 orang dari 57 sampel yang diperiksa. Sedangkan untuk risiko terbanyak kedua adalah risiko sedang dengan persentase 21,05% dimana jumlah siswanya 12 orang. Untuk risiko sangat rendah hanya diperoleh dari 6 siswa dengan persentase 10,5% dan risiko tinggi hanya 3% dengan jumlah siswanya hanya 3 orang. 3. Risiko karies pada siswa SD Kelas V Namira Islamic School sebagian

besar berada pada risiko sedang hal ini mungkin disebabkan program UKGS yang berjalan dengan baik.

6.2 Saran 1. Diharapkan kepada pihak sekolah untuk lebih mengaktifkan lagi kegiatan

UKGS, pemasangan poster, menggosok gigi masal, dan memberikan penyuluhan tentang upaya pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut terutama dalam hal pemberian fluor (kumur-kumur fluor). 2. Diharapkan siswa mampu melakukan kebiasaan menggosok gigi yang

baik dalam kehidupan sehari-hari untuk mencegah kejadian karies gigi. 3. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat meneliti variabel lain yang

berhubungan dengan kejadian karies gigi, seperti kebiasaan minum minuman ringan, derajat keasaman saliva, fluor, dan faktor lainnya yang mungkin berhubungan dengan kejadian karies gigi pada siswa sekolah dasar.

31

DAFTAR PUSTAKA

1. Suyuti M. Hubungan faktor sosial ekonomi, perilaku, dan oral hygiene terhadap karies gigi pada anak usia remaja umur 15-16 tahun di SMA Negeri 1 Galesong Utara. Media Kesehatan Gigi 2010; 1: 32. 2. Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat. Medan: USU Press: 2012: 4- 24. 3. Chemiawan E. Perbedaan prevalensi karies pada anak sekolah dasar dengan program UKGS dan tanpa UKGS tahun 2004. Laporan Penelitian. Bandung: Lembaga Penelitian Universitas Padjajaran, 2004: 13. 4. Karmawati IA, Tauchid SN, Harahap NN. Perbedaan risiko terjadinya karies baru pada anak usia 12 tahun murid SD UKGS dan non UKGS di wilayah Kecamatan Cilandak Jakarta Selatan tahun 2011. Jurnal Health Quality 2012; 2(4) : 223-33. 5. Bratthall D, Peterson GH, Stjernssward. Cariogram manual, Internet version 2.01, 2004. 6. Uzer EC, Gokay N, Ates M. Eficiency of cries risk assessment in young adults using Cariogram. Europen journal of Dentistry 2012; 6: 270-9. 7. Almosa NA, Al-Mulla AH, Birkhed D. BirkhedcCaries risk profile using the Cariogram in governmental and private orthodontic patients at de-bonding. Angle orthodontist 2012: 82: 267-74. 8. Indeks kebersihan mulut. http://pandatitit.blogspot.com/2008/04/indeks-

kebersihan-mulut-kebersihan.html (Senin, 14 April 2008). 9. Peterson GH, Isbergz PE, Svante. Cariesirisk assessment in school children using areduced Cariogram model without saliva tests. Biomed Central 2010; 10: 1-6. 10. Amaniah N. Hubungan faktor manajemen dan tenaga pelaksana UKGS dengan cakupan pelayanan UKGS serta status kesehatan gigi dan mulut murid sekolah dasar di kab. Aceh Tamiang tahun 2009. Tesis. Medan : Program

32

Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat USU, 2009: 9-15. 11. S A Supartinah. Saliva dan kaitannya dengan penyakit rongga mulut anak. lib.ugm.ac.id/digitasi/upload/998_pp0911162.pdf. 30 Agustus 2003. 12. Aminabadi NA, Balaci E, Pouralibaba F. The effect of 0,2% Sodium Fluoride mouthwash in prevention of fental caries according to DMFT index. JODDD 2007; 1:71-6. 13. Percia SM, Tagliaferro EPS, Cortellazzi,dkk. Estimasi of DMFT index using teeth most affected by dental caries in twelve-years-old children. Rev Saude Publica 2009; 43: 179-82. 14. Vakani F, Basaria N, Katpar S. Oral hygiene KAP assessment and DMFT scoring among children aged 11-12 years in an urban school of Karachi. JCPS Pakistan 2011; 21: 223-6.

33

Anggaran Penelitian 1. Alat dan bahan Alat : - Tiga serangkai (7 set) @ 60.000,- Tray ( bak instrumen) (7 set) @ 20.000 - Masker dan sarung tangan - Souvenier Bahan : - Larutan disclosing solution (3 botol) @ 10.000,- : Rp. 30.000,2. Alat tulis (7set) @ 15000 3. Biaya pembuatan proposal 4. Biaya cetak proposal @ 25000 5. Biaya transportasi 6. Biaya penjilidan dan penggandaan 7. Biaya seminar proposal 8. Biaya lain-lain :Rp. 105.000,: Rp. 75.000,: Rp 25.000,: Rp. 50.000,: Rp. 200.000,: Rp. 100.000,: Rp. 100.000,- + Rp. 1.470.000,: Rp. 420.000,: Rp. 140.000,: Rp. 25.000,: Rp. 200.000,-

Anda mungkin juga menyukai