Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
1. Muhammad Harits Saifulloh [2010711044]
2. Eunike Christina Natalia [2010711052]
3. Andi Khansa Safikha [2010711060]
4. Eri Humairoh [2010711095]
5. Kholil Lailatus [2010711109]
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karies gigi adalah suatu penyakit jaringan keras gigi yang ditandai dengan
terjadinya demineralisasi pada jaringan keras gigi, diikuti dengan kerusakan bahan
organik yang dapat menyebabkan rasa ngilu sampai dengan rasa nyeri (Moynihan, 2005).
Karies merupakan penyakit paling umum dan paling banyak dialami oleh orang di dunia.
Karies disebabkan karena konsumsi gula berlebihan, kurangnya perawatan kesehatan
gigi, dan sulitnya akses terhadap pelayanan kesehatan gigi yang sesuai standar
(Widiantini, 2019)
Penyakit karies bersifat progresif dan kumulatif, dan kelainan ini bila dibiarkan
tanpa disertai perawatan dalam kurun waktu, dimungkinkan akan bertambah parah. Gigi
yang sudah terkena menjadi cacat tidak dapat kembali seperti sediakala (Kidd, 2002).
Karies gigi terbentuk karena ada sisa makanan yang dibiarkan menempel di gigi, yang
pada akhirnya menyebabkan pengapuran pada gigi. Gigi menjadi keropos dan akhirnya
berlubang atau patah. Anak-anak yang giginya mengalami karies gigi akan kehilangan
daya kunyah, sehingga menyebabkan pencernaan anak terganggu (Machfoedz, 2005).
1
B. Rumusan Masalah
1) Apa Pengertian Karies Gigi dan Diare?
2) Apa Etiologi Terjadinya Karies Gigi dan Diare?
3) Apa Komplikasi Terjadinya Karies Gigi dan Diare?
4) Apa tahap dan perkembangan kasus keluarga dengan anak sekolah?
5) Apa data fokus dari kasus keluarga dengan anak sekolah?
6) Apa Diagnosa Keperawatan Keluarga dengan anak sekolah?
7) Bagaimana hasil skoring/prioritas masalah?
8) Bagaimana Intervensi Keperawatan Keluarga dengan anak sekolah?
C. Tujuan
1) Mengetahui pengertian Karies Gigi?
2) Mengetahui Etiologi Terjadinya Karies Gigi?
3) Mengetahui Komplikasi Terjadinya Karies Gigi?
4) Mengetahui tahap dan perkembangan kasus keluarga dengan anak sekolah?
5) Mengidentifikasi data fokus dari kasus keluarga dengan anak sekolah?
6) Mengetahui Diagnosa Keperawatan Keluarga dengan anak sekolah?
7) Mengetahui Bagaimana hasil skoring/prioritas masalah?
8) Mengetahui Bagaimana Intervensi Keperawatan keluarga dengan anak sekolah?
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Karies Gigi
Karies gigi merupakan penyakit infeksi yang menyebabkan demineralisasi
progresif pada jaringan keras permukaan mahkota dan akar (Angela, 2005). Karies
disebabkan oleh adanya interaksi antara bakteri plak, diet, dan gigi. Plak gigi merupakan
suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme dan berkembang biak
dalam suatu matriks. Plak gigi melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan
dan gusi serta permukaan keras lainnya dalam rongga mulut.
a. Klasifikasi Karies Gigi
GV Black membuat klasifikasi berdasarkan lokasi karies, tidak mengukur besar
atau kecilnya luas kavitas, tidak mengukur perkembangan (progres) karies, dan tidak
mengukur kedalaman karies sampai lapisan mana. Berikut ini adalah klasifikasi
karies gigi menurut GV Black:
● Kelas I : Pit fissure, bagian oklusal pada gigi posterior, dan bagian foramen
caecum pada gigi anterior;
● Kelas II : Bagian proksimal gigi posterior;
● Kelas III : Bagian proksimal gigi anterior, tapi belum mencapai incisal edge;
● Kelas IV : Bagian proksimal gigi anterior, sudah mencapai incisal edge;
● Kelas V : Pada bagian 1/3 servikal permukaan bukal/labial (facial), lingual
gigi anterior dan posterior;
● Kelas VI : Kavitas pada bagian ujung cusp atau pada bagian incisal edge.
3
a. Etiologi Karies Gigi
Karies terjadi bukan disebabkan karena satu kejadian saja seperti penyakit
menular lain, tetapi disebabkan serangkaian proses yang terjadi selama beberapa
kurun waktu. Karies dinyatakan sebagai penyakit multifaktorial yaitu adanya
beberapa faktor yang menjadi penyebab terbentuknya karies (Chemiawan dkk, 2004).
Karies akan terjadi jika kondisi setiap faktor tersebut saling mendukung yaitu tuan
rumah (host) yang rentan, mikroorganisme yang kariogenik, substrat yang sesuai dan
waktu yang lama (Chemiawan dkk, 2004).
a. Faktor Host Atau Tuan Rumah
Ada beberapa faktor yang dihubungkan dengan gigi sebagai tuan rumah
terhadap karies yaitu faktor morfologi gigi, struktur email, faktor kimia dan
kristalografis. Gigi pada anak lebih mudah terserang karies dibanding gigi
orang dewasa. Hal ini disebabkan karena email gigi mengandung lebih banyak
bahan organik dan air sedangkan jumlah mineralnya lebih sedikit. Selain itu,
secara kristalografis kristal-kristal gigi pada anak-anak tidak sepadat gigi
orang dewasa. Mungkin alasan ini menjadi salah satu penyebab tingginya
prevalensi karies pada anak-anak (Chemiawan dkk, 2004).
b. Faktor Agen Atau Mikroorganisme
Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya
karies. Plak adalah suatu lapisan lunak terdiri atas kumpulan mikroorganisme
yang berkembang biak di atas suatu matriks dimana matriks tersebut terbentuk
dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan.
Mikroorganisme yang menyebabkan karies gigi adalah kokus gram positif,
merupakan jenis yang paling banyak dijumpai seperti Streptococcus mutans,
Streptococcus sanguis, Streptococcus mitis dan Streptococcus salivarius serta
beberapa strain lainnya.
c. Faktor Substrat Atau Diet
Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena
membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada
permukaan email. Selain itu, dapat mempengaruhi metabolisme bakteri dalam
4
plak dengan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi
asam serta bahan lain yang aktif yang menyebabkan timbulnya karies.
d. Komplikasi Karies Gigi
Karies gigi apabila dibiarkan tanpa diatasi maka akan terjadi beberapa
komplikasi seperti timbulnya peradangan dan nanah pada gusi, abses pada
jaringan gusi dan otot, sehingga tidak bisa membuka mulut, bahkan dapat
menyebabkan jantung (Ramadhan,2010).
e. Prevalensi Karies Gigi
Berdasarkan The Global Burden of Disease Study 2016 masalah kesehatan
gigi dan mulut khususnya karies gigi merupakan penyakit yang dialami hampir
dari setengah populasi penduduk dunia (3,58 milyar jiwa). Penyakit pada gusi
(periodontal) menjadi urutan ke 11 penyakit yang paling banyak terjadi di dunia.
Sementara di Asia Pasifik, kanker mulut menjadi urutan ke 3 jenis kanker yang
paling banyak diderita. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018
menyatakan bahwa proporsi terbesar masalah gigi di Indonesia adalah gigi
rusak/berlubang/sakit (45,3%). Sedangkan masalah kesehatan mulut yang
mayoritas dialami penduduk Indonesia adalah gusi bengkak dan/atau keluar bisul
(abses) sebesar 14%.
A. Diare
Diare adalah perubahan konsistensi tinja yang terjadi tiba-tiba akibat kandungan
air di dalam tinja melebihi normal (10ml/kg/hari) dengan peningkatan frekuensi defekasi
lebih dari 3 kali dalam 24 jam dan berlangsung kurang dari 14 hari (Tanto dan Liwang,
2014). Berdasarkan ketiga definisi di atas dapat disimpulkan bahwa diare adalah buang
air besar dengan bertambahnya frekuensi yang lebih dari biasanya 3 kali sehari atau lebih
dengan konsistensi cair.
a. Klasifikasi Diare
a) Diare akut
Diare akut yaitu diare karena infeksi usus yang bersifat mendadak, berhenti
secara cepat atau maksimal berlangsung sampai 2 minggu, namun dapat pula
menetap dan melanjut menjadi diare kronis. Hal ini dapat terjadi pada semua
5
umur dan bila menyerang bayi biasanya disebut gastroenteritis infantil.
Penyebab tersering pada bayi dan anak-anak adalah intoleransi laktosa.
b) Diare kronis
Diare kronis yaitu diare yang berlangsung selama 2 minggu atau lebih.
Sedangkan berdasarkan ada tidaknya infeksi, dibagi diare spesifik dan non
spesifik. Diare spesifik adalah diare yang disebabkan oleh infeksi bakteri,
virus, atau parasit. Diare yang disebabkan oleh makanan disebut diare non
spesifik.
b. Etiologi Diare
Etiologi menurut Ngastiyah (2014) antara lain:
a) Faktor Infeksi
1) Infeksi enternal: infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak.
2) Infeksi eksternal sebagai berikut :
a. Infeksi bakteri: Vibrio’ E coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, aeromonas, dan sebagainya.
b. Infeksi virus: Enterovirus (virus ECHO, Coxsacki,
Poliomyelitis) Adeno-virus, Rotavirus, astrovirus, dan
lain-lain.
c. Infeksi parasit: cacing (Ascaris, Trichuris, Oxcyuris,
Strongyloides) protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia
lamblia, Trichomonas hominis), jamur (Candida albicans).
3) Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan
seperti: otitits media akut (OMA), tonsillitis/tonsilofaringitis,
bronkopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini terutama
terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.
b) Faktor malabsorbsi
6
1) Malabsorbsi karbohidrat disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa,dan galaktosa).
Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).
2) Malabsorbsi lemak
3) Malabsornsi protein
c) Faktor makanan, makanan basi,beracun, alergi, terhadap makanan.
c. Komplikasi Diare
a) Dehidrasi ringat hingga berat.
b) Sepsis, infeksi berat yang bisa menyebar ke organ lain.
c) Malnutrisi terutama pada anak dengan usia kurang dari 5 tahun, yang dapat
mengakibatkan menurunnya kekebalan tubuh anak.
d) Ketidakseimbangan elektrolit karena elektrolit ikut terbuang bersama air yang
keluar saat diare, yang dapat ditandai dengan lemas, lumpuh, hingga kejang.
e) Kulit di sekitar anus mengalami iritasi karena pH tinja yang asam.
d. Prevalensi Diare
Di Indonesia kematian anak dan balita masih sangat tinggi yang disebabkan oleh
diare dengan prevalensi tertinggi terdeteksi pada anak balita (1-4 tahun) yaitu 16,7%.
Pada tahun 2003 hingga 2010, berdasarkan survei morbiditas yang dilakukan oleh
Subdit diare, insiden diare cenderung naik yakni tahun 2003 sebanyak 374 /1000
penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423 /1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi
411/1000 penduduk (Kemenkes RI, 2011). Berdasarkan data dan informasi Profil
Kesehatan Indonesia tahun 2016, terlihat bahwa penemuan kasus diare ditangani
menurut provinsi Sulawesi Utara tercatat berjumlah 6.337 orang (9,7%) dan perkiraan
diare difasilitas kesehatan berjumlah 65.127 orang (Kemenkes RI, 2017).
7
1. Membantu sosialisasi anak: tetangga, sekolah dan lingkngan.
2. Mempertahankan keintiman pasangan.
3. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat,
termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga.
Seorang perawat melakukan pengkajian pada keluarga Bpk. I (35 tahun) tinggal
bersama istri Ibu H (31 tahun) yang memiliki 2 orang anak, AnakA (9 tahun) dan Anak B
(6,5 tahun). Keluarga mengatakan Ank. A sering mengeluh sakit gigi, dan ada beberapa
gigi yang berlubang, dan ada warna kekuningan. Ibu mengatakan gigi berlubang dan
8
warna kekuningan pada gigi hal yang biasa pada anak-anak, apalagi pada gigi susu. Ibu
mengatakan gigi pada anaknya rusak karena suka makan permen dan jarang sikat gigi.
Ibu mengatakan anaknya sikat gigi saat pagi saja sebelum sekolah. Ibu juga mengatakan
Ank. B mempunyai gigi hitam di bagian depan karena kelamaan minum susu dengan dot.
Ibu mengatakan belum pernah memeriksakan anaknya ke puskesmas, karena nanti akan
sembuh sendiri. Ibu sudah capek menyuruh anaknya untuk sikat gigi, kedua anaknya
tidak pernah mendengarkan. Ketika perawat menanyakan ke Ank. A, anak mengatakan
malas sikat gigi karena sikatnya keras dan pasta gigi yang digunakan terasa pedas. Selain
keluhan sakit gigi, kedua anaknya juga sering mengeluh sakit perut. Apalagi Ank.A,
sebelum pandemic sering ijin pulang cepat karena sakit perut. Ank. A mengatakan tidak
pernah sarapan di rumah, dan tidak membawa bekal makanan dari rumah. Anak lebih
suka membeli makanan yang dijual di pinggir sekola, seperti cireng, cilor, sosis dan
gorengan lainnya. Anak mengatakan dagangan yang dijual tidak ada yang ditutup dan
berada di pinggir jalan raya. anak juga gemar membeli es yang berwarna-warni. Anak
mengatakan ada kantin di dalam sekolah, tetapi hanya menjual nasi, sayuran, dan buah
potong dan anak tidak suka. Anak lebih suka makanan dan jajanan yang dijual di ruang
sekolahnya. Ibu mengatakan jarang membawakan bekal, kadang membawakan bekal mie
instan dan nasi. Ank.A juga sulit makan masakan rumah, lebih sering makan indomie dan
nasi, anak sering jajan di sekitar rumah. ibu membiarkan saja anaknya jajan, wajar masih
kecil dan suka jajan, nanti juga akan berhenti dan mau makan di rumah.
1. DATA FOKUS
1. Keluarga mengatakan Anak A sering mengeluh 1. Gigi Anak A terlihat berlubang dan
sakit gigi, dan ada beberapa gigi yang berwarna kekuningan
berlubang dan ada warna kekuningan 2. Anak A suka makan permen dan
2. Ibu H mengatakan gigi berlubang dan warna makanan manis
kekuningan pada gigi hal yang biasa bagi 3. Gigi Anak B terlihat hitam dibagian
anak-anak, apalagi ada gigi susu depan
9
3. Ibu H mengatakan gigi pada anaknya rusak 4. Anak A sering jajan disekitar rumah
karena suka makan permen dan jarang sikat 5. Anak A lebih memilih makan mie instan
gigi dengan nasi, ketimbang makan-makanan
4. Ibu H mengatakan anaknya sikat gigi pagi saja dirumah
sebelum sekolah 6. Tubuh Anak A terlihat kurus.
5. Ibu H juga mengatakan Anak B mempunyai 7. Keluarga terlihat mengalihkan
gigi hitam dibagian depan karena kelamaan pandangan, keluarga lebih sering diam
minum susu dengan dot (DT)
6. Ibu H mengatakan bahwa hal wajar gigi
kekuningan pada anak, dan mengatakan tidak
perlu membawa ke puskesmas karena merasa
akan sembuh dengan sendirinya
7. Anak A mengatakan malas menyikat gigi
karena sikatnya keras dan pasta gigi yang
digunakan terasa pedas.
8. Kedua anaknya juga sering mengeluh sakit
perut
9. Anak A mengatakan tidak pernah sarapan
dirumah, dan tidak membawa bekal makanan
dari rumah
10. Anak mengatakan lebih suka membeli
makanan yang dijual dipinggir sekolah
11. Ibu mengatakan jarang membawakan bekal,
kadang membawa bekal mie instan dan nasi
12. Ibu mengatakan wajar anak jajan karena
merasa anak masih kecil, dan akan berhenti
dengan sendirinya
13. Ibu H mengatakan bahwa sakit perut yang
dialami anaknya merupakan hal yang wajar,
10
dan hanya memberikan minyak kayu putih
ketika anaknya sakit perut (DT)
14. Ibu mengatakan tidak tahu masalah yang
dialami anak A dan B (DT)
15. Ibu mengatakan tidak tahu akibat dari masalah
yang dialami anak A dan B (DT)
2. Analisa Data
11
● Ibu H mengatakan bahwa sakit
perut yang dialami anaknya
merupakan hal yang wajar, dan
hanya memberikan minyak kayu
putih ketika anaknya sakit perut
12
Do:
● Ibu tidak pernah memeriksakan
keadaan anak secara rutin
● Ibu H terlihat tidak mengetahui
akibat dari masalah pada anaknya
Do:
13
● Gigi Anak B terlihat hitam dibagian
depan
● Terlihat gigi anak Anak A
berlubang
3. Skoring Diagnosa
DX 1 : Resiko Defisit Nutrisi (SDKI. HAL. 81. D0032)
TOTAL SCORING : 3 2/3
Hanya
sebagian
Tinggi
14
4. Menonjolny 2/2x1= 1 Ibu H mengatakan masalah kesehatan yang dialami
a masalah : 1 kedua anaknya perlu ditangani karena jika tidak cepat
diatasi khawatir akan menganggu tumbuh kembang
Masalah
anaknya
berat, harus
segera
ditangani
DX 2 :Defisit Pengetahuan tentang Pola Hidup Sehat (SDKI. HAL 246. D0111)
TOTAL : 4 1/6
Hanya
sebagian
3. Potensial 2/3x1=2 1 Masalah yang terjadi pada keluarga ibu H sudah cukup
masalah untuk /3 lama, Ibu H belum berupaya membawa anak-anaknya ke
dicegah : fasilitas kesehatan/ puskesmas
Tinggi
15
4. Menonjolnya 1/2x1=1 1 Ibu H mengatakan bahwa masalah yang terjadi pada
masalah : /2 anaknya merupakan hal wajar dan nanti akan sembuh
dengan sendirinya
Masalah
berat, harus
segera
ditangani
Hanya
sebagian
7. Potensial 2/3x1=2/ 1 Masalah yang terjadi pada keluarga ibu H sudah cukup
masalah untuk 3 lama, Ibu H belum berupaya membawa anak-anaknya ke
dicegah : fasilitas kesehatan/ puskesmas
Tinggi
16
8. Menonjolnya 1/2x1=1/ 1 Ibu H mengatakan bahwa masalah yang terjadi pada
masalah : 2 anaknya merupakan hal wajar dan nanti akan sembuh
dengan sendirinya
Masalah
berat, harus
segera
ditangani
5. Intervensi Keperawatan
1 Edukasi Kesehatan
Data Objektif : Defisien Setelah
● Ibu tidak pernah memeriksakan pengetahu dilakukan Observasi:
keadaan anak secara rutin an pada tindakan ● Identifikasi kesiapan
keluarga keperawata dan kemampuan
17
● Ibu H terlihat tidak mengetahui bapak I, n selama 3 menerima informasi
akibat dari masalah pada khususny minggu ● Identifikasi
anaknya a ibu H diharapkan faktor-faktor yang
berhubun Defisien dapat meningkatkan
gan pengetahua dan menurunkan
Data Subjektif : dengan n pada motivasi
● Ibu mengatakan wajar anak Ketidakm keluarga perilaku-perilaku
jajan karena merasa anak masih ampuan bapak I, hidup bersih dan sehat
kecil, dan akan berhenti dengan keluarga khususnya
sendiri bapak I ibu H Terapeutik:
● Ibu H mengatakan gigi mengenal berhubung ● Sediakan materi dan
berlubang dan warna masalah an dengan media pendidikan
kekuningan pada gigi hal yang keluarga Ketidakma kesehatan
biasa bagi anak-anak, apalagi dengan mpuan ● Jadwalkan pendidikan
ada gigi susu kurang keluarga kesehatan sesuai
● Ibu mengatakan belum pernah sumber bapak I kesepakatan
memeriksakan anaknya ke pengetahu mengenal ● Berikan kesempatan
puskesmas an. masalah untuk bertanya
● Ibu H mengatakan tidak tahu keluarga
tentang masalah gigi pada dengan Edukasi:
anaknya kurang ● Jelaskan faktor resiko
sumber yang dapat
pengetahua mempengaruhi
n masalah kesehatan
dapat ● Ajarkan perilaku
teratasi hidup bersih dan sehat
● Ajarkan strategi yang
dapat digunakan untuk
meningkatkan
perilaku hidup bersih
dan sehat
2 Promosi Perilaku
Data Subjektif Perilaku Keluarga Upaya Kesehatan
Kesehatan mampu
● Anak A dan Anak B Cenderun memberika Observasi:
mengatakan sering mengeluh g n ● Identifikasi perilaku
sakit perut Beresiko perawatan upaya kesehatan yang
● Ibu H mengatakan tidak pada terhadap dapat digunakan
pernah mengontrol makanan keluarga keluarga
anak yang penting anaknya Bp. I yang sakit Terapeutik:
kenyang khususny dan ● Berikan lingkungan
● Anak A mengatakan tidak a An. A mampu yang mendukung
pernah sarapan dirumah, dan dan An. B mendukun kesehatan
tidak membawa bekal b.d g pola ● Orientasi pelayanan
makanan dari rumah Ketidakm makan kesehatan yang dapat
18
● Anak mengatakan lebih suka ampuan sehat dimanfaatkan
membeli makanan yang dijual keluarga terutama
dipinggir sekolah memberik pada anak Edukasi:
● Ibu H mengatakan jarang an usia ● Anjurkan
membawakan bekal, kadang perawatan sekolah menggunakan air
membawakan bekal mie terhadap bersih
instan dan nasi, dirumah juga keluarga ● Anjurkan mencuci
lebih sering makan mie instan yang sakit tangan dengan air
dan nasi. dengan bersih dan sabun
● Ibu H mengatakan bahwa tidak ● Anjurkan makan buah
sakit perut yang dialami mampu dan sayur setiap hari
anaknya merupakan hal yang menduku ● Anjurkan melakukan
wajar, dan hanya memberikan ng pola aktivitas fisik setiap
minyak kayu putih ketika makan hari
anaknya sakit perut sehat ● Anjurkan tidak
● Ibu H mengatakan tidak merokok
pernah menimbang BB anak
secara rutin
Data Objektif
3 Manajemen Gangguan
Data Subjektif : Kerusaka Setelah Makan
n Gigi dilakukan
● Anak A. sering mengeluh pada tindakan Observasi:
sakit gigi, dan ada beberapa keluarga selama 1x ● Monitor asupan dan
gigi yang berlubang, dan ada Tn. I seminggu keluarnya makanan
warna kekuningan pada gigi khususny masalah dan cairan serta
● Ibu mengatakan gigi pada a An. A Kerusakan kebutuhan kalori
anaknya rusak karena suka dan An. B gigi dapat
makan permen dan jarang b.d teratasi Terapeutik:
sikat gigi Ketidakm ● Timbang berat badan
● Ibu mengatakan Anak B. ampuan secara rutin
mempunyai gigi hitam keluarga ● Diskusikan perilaku
dibagian depan karena mengenal makan dan jumlah
19
kelamaan minum susu dengan masalah aktivitas fisik
dot keluarga (termasuk olahraga
● Anak A mengatakan malas dengan yang sesuai)
menyikat gigi karena sikatnya kurang ● Berikan penguatan
keras dan pasta gigi yang pengetahu positif terhadap
digunakan terasa pedas. an keberhasilan target
● Ibu H mengatakan bahwa hal mengenai dan perubahan
wajar gigi kekuningan pada kesehatan perilaku
anak, dan mengatakan tidak gigi ● Berikan konsekuensi
perlu membawa ke jika tidak mencapai
puskesmas karena merasa target sesuai kontrak
akan sembuh dengan
sendirinya Edukasi:
● Anjurkan pengaturan
Data Objektif : diet yang tepat
● Gigi An. B terlihat hitam ● Ajarkan keterampilan
dibagian depan koping untuk
● Gigi An. A terlihat berlubang penyelesaian masalah
dan warna kekuningan perilaku makan
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Karies gigi adalah suatu penyakit jaringan keras gigi yang ditandai dengan
terjadinya demineralisasi pada jaringan keras gigi, diikuti dengan kerusakan bahan
organik yang dapat menyebabkan rasa ngilu sampai dengan rasa nyeri (Moynihan, 2005).
Karies merupakan penyakit paling umum dan paling banyak dialami oleh orang di dunia.
Karies disebabkan karena konsumsi gula berlebihan, kurangnya perawatan kesehatan
gigi, dan sulitnya akses terhadap pelayanan kesehatan gigi yang sesuai standar
(Widiantini, 2019)
B. Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
Angela, A., 2005. Pencegahan Primer Pada Anak Yang Berisko Karies Tinggi. Maj.
Kedokteran Gigi. Dend.J. Vol.38 No.3.
Chemiawan E., dan Gartika M., I.R. 2004. Perbedan Prevalensi Karies Pada anak
Sekolah Dasar dengan Program UKGS dan Tanpa UKGS Kota Bandung.
Universitas Padjajaran.
Marlyn M., Bowden, Vicky R; Jones, Elaine G. (2003). Buku Ajar Keperawatan
Keluarga: Riset, Teori & Praktik, Ed. 5. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Ngastiyah. (2014). Perawatan Anak Sakit. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Ramadhan.
2010. Serba-serbi Kesehatan Gigi dan Mulut. Jakarta : Bukune.
22