Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA:

USIA REMAJA

Keperawatan Keluarga (D)

Dosen Pengampu:

Ns. Ritanti, M.Kep, Sp.Kep.Kom

Disusun Oleh:

1. Goldameir Florencia [2010711018]

2. Elsa Fitriyani [2010711022]

3. Farach Nabilla [2010711063]

4. Annisa Refiyani [2010711082]

5. Charissa Tiara P. [2010711083]

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Keperawatan Keluarga. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
mengenai Asuhan Keperawatan Keluarga: Usia Remaja.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ns. Ritanti, M.Kep, Sp.Kep.Kom selaku dosen
mata kuliah Keperawatan Keluarga yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah
yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan paper ini.

Depok, 1 November 2022

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I 3
PENDAHULUAN 3
1.1 Latar Belakang 3

1.2 Rumusan Masalah 4

1.3 Tujuan 4

BAB II 5
PEMBAHASAN 5
2.1 Konsep Kesehatan Reproduksi Pada Remaja 5
2.1.1 Pengertian Kesehatan Reproduksi Pada Remaja
2.1.3 Tahap Tumbuh Kembang Remaja
2.1.4 Permasalahan Kesehatan Reproduksi Pada Remaja 5
2.2 Konsep Perilaku Berisiko Pada Remaja
2.2.1 Pengertian Kenakalan Remaja
2.2.2 Faktor Penyebab Terjadinya Kenakalan Remaja
2.2.3 Ciri-ciri Kenakalan Pada Remaja
2.2.4 Contoh Kenakalan Pada Remaja
2.3 Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga
2.4 Asuhan Keperawatan
2.5 Telaah Jurnal 5
BAB III 5
PENUTUP
3.1 Kesimpulan 5

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa remaja merupakan masa transisi dari usia anak ke usia dewasa yang ditandai oleh
adanya perubahan fisik, psikis, dan emosi. Masa remaja terjadi antara usia 10-19 tahun, suatu
periode dimana terjadi proses pematangan organ reproduksi dan sering disebut masa pubertas
(Widyastuti, 2009). Idealnya, individu yang berada pada usia remaja sudah melalui tahap
pertumbuhan dan perkembangan psikososial kepercayaan (trust) versus ketidakpercayaan
(mistrust) umur 0-1 tahun, otonomi (autonomy) versus rasa malu dan ragu (shame and doubt)
usia 1-3 tahun, inisiatif (initiative) versus rasa bersalah (guilt) usia 4-5 tahun, Rajin (industry)
versus rendah diri (inferiority) usia 6-11, dan tahap identitas (identity) versus kebingungan
identitas (identity confusion) usia 12-18 tahun (Erikson dalam Saam & wahyuni, 2014). Pada
usia remaja terjadi peningkatan kebutuhan seperti kebutuhan akan rasa cinta kasih sayang,
dimengerti dan mengharapkan teman sebaya memahami dan menerima dalam pergaulan, hal ini
juga menimbulkan keinginan yang menjadi tugas yang harus diraih dan oleh remaja yang
dikatakan dengan tugas perkembangan (Agustiani, 2010).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pemahaman Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak,
Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana tentang Kesehatan Reproduksi Remaja
Perempuan di Indonesia?
2. Bagaimana Setrategi Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian
Penduduk dan Keluarga Berencana dalam Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja
Perempuan di Indonesia?
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Program Dinas Pemberdayaan
Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana dalam
Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja Perempuan di Indonesia.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa itu fase remaja;
2. Mengetahui tahap dan tugas perkembangan keluarga dengan anak remaja; dan
3. Mengidentifikasi diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus;

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Kesehatan Reproduksi Pada Remaja

2.1.1 Pengertian Kesehatan Reproduksi Pada Remaja

Kesehatan reproduksi merupakan kesehatan secara fisik, mental, dan kesejahteraan sosial
secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi, serta proses
reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan. Kebijakan
Nasional Kesehatan Republik Indonesia menetapkan bahwa kesehatan reproduksi mencakup
5 (lima) komponen terkait, yaitu Program Kesehatan Ibu dan Anak, Program Keluarga
berencana, Program Kesehatan Reproduksi Remaja, Program Pencegahan dan
Penanggulangan Penyakit Menular Seksual, dan Program Kesehatan Reproduksi pada Usia
Lanjut.
Kesehatan Reproduksi remaja merupakan suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem,
fungsi, dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak hanya
semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan, namun juga sehat secara mental serta
sosial-kultural. Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang
benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada disekitarnya. Dengan
informasi yang benar, maka diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang
bertanggung jawab mengenai proses reproduksi (Depkes RI, 2003).
Kepedulian pemerintah terhadap masalah kesehatan reproduksi remaja cenderung
semakin tinggi. Hal tersebut karena banyak masalah yang dihadapi remaja sekarang semakin
kompleks. Masa remaja sangat erat kaitannya dengan perkembangan psikis pada periode
yang dikenal sebagai pubertas serta diiringi dengan perkembangan seksual sehingga
menyebabkan remaja menjadi rentan terhadap masalah-masalah perilaku berisiko, seperti
seks bebas, napza, dan resiko tertular HIV/AIDS

2.1.2 Tahap Tumbuh Kembang Remaja

Tahapan pertumbuhan dan perkembangan usia remaja:


1. Biologis:disebut masa pubertas yang mengarah pada kematangan fisik.Produksi hormon
memicu perubahan fisik dengan munculnya tanda seks sekunder pada remaja (U.S
Department of Health and Human Services,2018).
2. Kognitif:mengalami perubahan fungsi otak dalam berpikir dan belajar,berada pada tahap
formal operasional (berfikir abstrak,berhipotesa,dan membayangkan berbagai

4
kemungkinan yang dapat terjadi) (piaget 1970, dalam Fernandes 2014) remaja mampu
berfikir logis dalam mengatasi masalah
3. Emosi:emosi sehat ditandai dengan kemampuan remaja untuk memahami,menilai,dan
mengelola emosi,dalam membangun tujuan positif, remaja memilik reaksi emosi yang
mudah berubah dan lebih tinggi dibanding usia perkembangan lainnya, remaja rentan
mengalami perilaku maladaptif (Levin,2015;Mc laughlin,Garrad&semorville 2015)
4. Psikososial:menekankan pengembangan otonomi,pembentukan identitas,dan orientasi
masa depan. Remaja berusaha keras mandiri secara emosional dan ekonomi dari orang
tua berhubungan dengan perasaan diri yang meliputi konsep diri dan harga diri.
5. Moral:lebih mampu melihat benar atau salah,kemampuan berpikir yang lebih abstrak
membantu remaja dalam melihat dunia,memilih kepada siapa mereka akan berinteraksi
dan bagaimana mereka mengembangkan nilai moral.
6. Sosial:cenderung membangun koneksi baru dan identitas diluar keluarga,kemampuan
berempati dan menghargai perbedaan akan meningkat pada fase ini

2.1.3 Permasalahan Kesehatan Reproduksi Pada Remaja

Salah satu masalah yang sering timbul pada remaja terkait dengan masa awal kematangan
organ reproduksi pada remaja adalah perilaku seks bebas (free sex) masalah kehamilan yang
terjadi pada remaja usia sekolah diluar pernikahan, dan terjangkitnya penyakit menular
seksual termasuk HIV/AIDS. Beberapa permasalahan kesehatan reproduksi remaja wanita
diantaranya sebagai berikut:
● Peradangan Vagina (Vulvovaginitis)
● Gangguan Menstruasi
● Perdarahan Uterus Abnormal (PUA)

2.2 Konsep Perilaku Berisiko Pada Remaja

2.2.1 Pengertian Kenakalan Remaja

Menurut Kartini Kartono (2011 : 6) kenakalan remaja (Juvenile delinquency) ialah


perilaku jahat (dursila), atau kejahatan/kenakalan anak-anak muda; merupakan gejala sakit
(patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk

5
pengabaian sosial. Menurut Sudarsono (2012) bahwa juvenile delinquency sebagai kejahatan
anak dapat diinterpretasikan berdampak negatif secara psikologis terhadap anak yang
menjadi pelakunya, apalagi jika sebutan tersebut secara langsung menjadi semacam
trademark.Sedangkan menurut Ary (2010) bahwa juvenile delinquency ialah perbuatan
anak-anak yang melanggar norma sosial, norma hukum, norma kelompok, dan mengganggu
ketentraman masyarakat, sehingga yang berwajib terpaksa mengambil tindakan
pengamanan/penangkalan. Berdasarkan pendapat Freud, pribadi manusia itu terbentuk dari
dorongan-dorongan nafsu-nafsu. Juga dikemukakan olehnya bahwa ada 3 sistem dalam
pembentukan pribadi manusia yang disebut Id, Ego, dan Superego, inilah yang menjadi
prinsip kesenangan yang memiliki fungsi untuk menyalurkan energi untuk segera
meniadakan ketegangan (menuntut kepuasan).

2.2.2 Faktor Penyebab Terjadinya Kenakalan Remaja

Penyebab terjadinya kenakalan remaja disebabkan oleh faktor internal dan juga faktor
eksternal, yaitu:
1. Faktor Internal
a. Krisis Identitas
Adanya perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja yang memungkinkan
terjadinya dua bentuk integrasi yaitu terbentuknya perasaan akan konsistensi
dalam kehidupannya dan tercapainya identitas peran. Biasanya kenakalan remaja
terjadi karena gagal mencapai identitas perannya.
b. Kontrol Diri yang Lemah
Remaja tidak mampu mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat
diterima dengan yang tidak dapat diterima.
2. Faktor Eksternal
a. Lingkungan Keluarga
Keadaan lingkungan keluarga menjadi sebab timbulnya kenakalan remaja seperti
keluarga yang broken home, rumah tangga yang berantakan akibat oleh salah satu
kematian orangtua, keluarga yang sering diliputi oleh konflik keras, dan ekonomi
keluarga yang kurang.
b. Pengaruh Lingkungan Sekitar

6
Dipengaruhi oleh pergaulan dengan teman sebaya yang kurang baik dapat
memicu adanya kenakalan remaja.
c. Tempat Pendidikan
Kenakalan remaja yang sering terjadi di sekolah, seperti sering bolos pada saat
jam pelajaran, dan sering melanggar peraturan sekolah.

Selain itu faktor internal dan eksternal, kecerdasan emosional juga berpengaruh terhadap
tindak kenakalan remaja yang terjadi. Pada penelitian yang dilakukan oleh Yunia et.al (2019)
dalam penelitian hubungan kecerdasan emosional dengan kenakalan remaja pada siswa,
terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dengan tindak kenakalan remaja pada siswa
di SMK Islam Sudirman Kecamatan Ungaran Barat Kab. Semarang. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki kecerdasan emosionalnya rendah cenderung
melakukan tindak kenakalan remaja daripada seseorang yang memiliki kecerdasan emosional
yang tinggi.

2.2.3 Ciri-ciri Kenakalan Pada Remaja

Menurut Jensen (dalam Sarwono, 2006) ada 4 ciri-ciri kenakalan remaja yaitu:
1. kenakalan yang menimbulkan korban fisik
2. Kenakalan yang menimbulkan korban materi
3. Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain
4. kenakalan yang melawan status.

2.2.4 Contoh Kenakalan Pada Remaja

Kenakalan remaja ialah suatu perbuatan atau tingkah laku yang dilakukan oleh seseorang
remaja baik secara sendirian maupun secara kelompok yang sifatnya melanggar ketentuan-
ketentuan hukum, moral, dan sosial yang berlaku di lingkungan masyarakatnya (Singgih,
1978). Adapun beberapa contoh kenakalan remaja yang sedang hangatnya pada saat-saat ini
yaitu antara lain:
a. Membolos sekolah
b. Kebut-kebutan di jalan
c. Geng motor

7
d. Penyalahgunaan narkotika
e. Perilaku seksual pranikah
f. Perkelahian antar pelajar
g. Melawan orang tua dan guru
h. Bermain game berlebihan
i. Merusak fasilitas umum
j. Nonton video porno dan lain-lain

2.3 Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga

Tahap Kelima Keluarga Dengan Anak Remaja (Family with teenager)


Tahap ini dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai pada
usia 19-20 tahun.Tujuannya keluarga melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta
kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa. Orangtua wajib
memberi kebebasan pada anak, tetapi juga memberitanggung jawab sesuai usia dan kemampuan
anak Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai berikut:
a. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab mengingat remaja yang
sudah bertambah dan meningkat tonominya;
b. Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga; dan
c. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua, hindari perdebatan,
kecurigaan dan permusuhan

2.4 Asuhan Keperawatan

A. Kasus
Keluarga Bpk. W (49 tahun) tinggal bersama istri (Ibu Y, 45 tahun) dan kedua
anaknya, Ank. C (laki-laki 16 tahun) dan Ank. R (perempuan, 15 tahun). Keluarga
tinggal di rumah milik pribadi, suku Jawa dan beragama Islam. Keluarga mengatakan
tidak memiliki Riwayat penyakit apapun, namun keluarga cukup kesulitan mengurus
kedua anaknya. Ibu mengatakan Ank. C sangat sulit diatur, sering keluar malam dan
pulang sering bau rokok. Suami tidak pernah memarahi anaknya, karena suami
menganggap bahwa mengurus anak adalah kewajiban istri. Ibu mengatakan Ank.C jarang

8
bercerita tentang teman ataupun sekolahnya, pulang sekolah anak langsung ganti baju dan
pergi nongkrong dengan teman-temannya. Jika ditanya oleh ibu, anak hanya menjawab
seadanya. Ibu juga pernah menemukan anaknya merokok di warnet, ibu sangat khawatir
merokok akan merusak masa depannya dan takut jadi ikut memakai narkoba. Ibu tidak
bisa berkomunikasi dengan anaknya, saat anak pulang ibu sudah langsung marah-marah,
kadang ibu menasehati anaknya saat menonton TV, tapi tetap tidak ada perubahan.
Hasil pengkajian perawat kepada An.C di tempat yang terpisah, An.C mengatakan
mencoba merokok saat usia 11 tahun karena ajakan teman, lama-lama mulai merokok
saat nongkrong dengan teman-teman. Ank.C mengatakan merokok agar terlihat gaul dan
dapat diterima oleh teman sebaya. Ank.C mengatakan merokok hal yang biasa di jaman
sekarang ini, dan tidak akan merusak kesehatan karena anak muda daya tahan tubuhnya
sangat baik. An.C juga mengatakan tidak betah di rumah, karena ibunya sangat cerewet
dan suka marah-marah. Selalu menyalahkan dan menuduh anaknya nakal ataupun suka
membolos. Ank.C pernah ingin berhenti merokok, tetapi sangat sulit, apalagi jika sudah
kumpul dengan teman-teman, sulit untuk menolak, dan bibir kadang terasa asam jika
tidak merokok. Ibu juga mengatakan An.R mengalami masalah dengan menstruasinya.
Ibu mengatakan anak perempuannya sering mengalami nyeri haid, sehingga kesulitan
melakukan aktivitas. An.R mengatakan tidak tahu kenapa nyeri haid terjadi pada dirinya,
haidnya kadang tidak teratur, nyeri haid dirasakan dari hari 1 sampai dengan hari ke 3,
skala nyeri 5. Saat nyeri datang An.R hanya bisa berbaring saja, tidak pernah melakukan
kompres hangat, jika nyeri tidak bisa ditoleransi An.R sering membeli obat warung untuk
meredakan nyeri. Ibu belum memeriksakan An.R ke bidan ataupun puskesmas, karena
nyeri yang dirasakan hanya timbul saat haid dan di hari ke 4 sudah membaik.
Saat dilakukan pengkajian lebih mendalam, An.R juga mengalami masalah
dengan tidurnya. An.R mengatakan tidur diatas jam 11 malam karena ada beberapa tugas
yang harus dikerjakan dan juga An.R sering bermain game online dan aktif di sosial
media. Dalam sehari An.R bisa bermain game lebih dari 6 jam sehari, An.R merasa ada
yang kurang dan penasaran apabila tidak menyelesaikan game nya. Ibu sudah sering
mengingatkan agar berhenti bermain game dan sosial media, bahkan An.R lupa
mengerjakan tanggung jawab yang diberikan seperti mencuci piring dan menyiram
tanaman di sore hari. Ibu merasa sudah bingung dengan anak-anaknya.

9
B. Pengkajian ‘
a. Data umum
1. Nama KK : Bpk. W
2. Umur KK : 49 Tahun
3. Alamat : Jalan Kenanga, RT 01 RW 02
4. No. Telepon : 08123456789
5. Pekerjaan : Pegawai Swasta
6. Pendidikan : SMA
7. Susunan Keluarga :

No Nama Sex Tgl lahir Gol. Pendidikan Pekerjaan Hubungan


( P/L) (umur) Darah

1. Bpk.W L 49 Th - SMA Pegawai Suami / KK


Swata

2. Ibu.Y P 45 Th - SMA Ibu Istri / Ibu


Rumah
Tangga

3. Anak.C L 16 Th - SMP Pelajar Anak

4. Anak.R P 15 Th - SMP Pelajar Anak

Genogram

10
Denah Rumah

8. Tipe Keluarga
Tipe keluarga Bpk. W adalah keluarga inti (nuclear family) yaitu beranggotakan ibu
Y usia 45 tahun, Ank.C usia 16 tahun, dan Ank. R usia 15 tahun.
9. Latar belakang kebudayaan (etnik)

11
Keluarga Bpk. W berasal dari suku Jawa. Bpk. W berasal dari daerah solo dan ibu Y
berasal dari daerah jogja. Bahasa yang digunakan keluarga Bpk.W sehari-hari adalah
bahasa indonesia

10. Identifikasi religius


Keluarga Bpk. W beragama islam. Ibu Y mengikuti pengajian rutin setiap malam
jumat dan dulunya Ank. C dan Ank. R mengikuti TPA namun semenjak masuk SMP
tidak lagi

11. Status kelas sosial


Bpk. W bekerja sebagai pegawai swasta dengan pendapatan Rp 5.000.000,keluarga
merasa berkecukupan dengan penghasilan yang ada, selama ini keluarga tidak
menerima bantuan apa pun.

12. Mobilitas kelas sosial


Bpk. W sempat bekerja sebagai buruh pabrik, namun setelah pindah rumah ke daerah
kota Bpk. W bekerja sebagai pegawai swasta, dengan begitu peningkatan mobilitas
kelas sosial keluarga Bpk. W vertikal ke atas

b. Riwayat Keluarga dan Tahap Perkembangan


13. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Saat ini keluarga Bpk. W berada pada tahap perkembangan V. Keluarga dengan anak
remaja. Dimulai ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, berlangsung selama 6
sampai 7 tahun.
Tugas Perkembangan:
1) Mengimbangi kebebasan remaja dengan tanggung jawab sejalan dengan
maturitas remaja.
2) Memfokuskan kembali hubungan perkawinan antar pasangan
3) Melakukan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua. Hindari
perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
4) Mempertahankan standar etik dan moral keluarga

14. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

12
Pada tahap perkembangan saat ini ada beberapa hal yang belum terpenuhi seperti,
Keluarga Bpk. W kesulitan mengurus kedua anaknya. Lalu tidak adanya komunikasi
yang terbuka antara Ibu Y dan Ank. C dan perintah Ibu Y untuk Ank. C berhenti
merokok yang diabaikan. adanya perdebatan antara Bpk. W dan Ibu Y terkait
anak-anaknya.

c. Data Lingkungan
15. Karakteristik rumah
Rumah keluarga Bpk. W merupakan rumah pribadi dengan 2 lantai yang terdiri dari 1
ruang tamu, 1 ruang makan dan keluarga, 1 dapur, 3 kamar mandi, 4 kamar tidur, 1
ruang mencuci pakaian. Pencahayaan rumah sebagian besar berasal dari sinar
matahari selama waktu siang, ventilasi dan jendela tersedia di setiap ruangan, letak
rumah berdekatan jalan raya.

16. Karakteristik lingkungan tempat tinggal dan masyarakat


Keluarga Bpk. W tinggal di sebuah rumah pribadi, dekat jalan raya di wilayah kota
Depok, hubungan yang terjalin dengan lingkungan cukup baik ada kegiatan
pengajian, senam, arisan dan pengolahan bank sampah. Pelayanan kesehatan terdekat
ada puskesmas dan klinik dokter umum.

17. Mobilitas geografis keluarga


Sebelumnya keluarga Bpk. W tinggal mengontrak di daerah kabupaten, namun sejak
4 tahun lalu keluarga Bpk. W pindah ke daerah perkotaan dan memutuskan untuk
membeli rumah pribadi di dekat jalan raya, mobilitas transportasi keluarga Bpk. W
adalah menggunakan kendaraan pribadi yaitu motor.

18. Hubungan sosial keluarga dengan masyarakat


Keluarga Bpk. W berhubungan baik dengan tetangga dan terkenal ramah, Ibu Y rajin
mengikut kegiatan pengajian, senam, arisan, dan pengolahan bank sampah.

d. Struktur Keluarga
19. Pola dan komunikasi keluarga
Pola komunikasi dalam keluarga Bpk. W dan Ibu Y cukup terbuka, dimana An. C dan
An. R jarang menceritakan kesehariannya namun masih menceritakan bila ada

13
masalah yang sedang dialami, serta komunikasi antara Bpk. W dan Ibu Y terjalin
dengan baik.

20. Struktur kekuatan


Keluarga Bpk. W saling menghormati, namun terkadang anak Bpk. W tidak mau
menurut ketika diberi tahu oleh Ibu Y, dan akan menurut jika diberi tahu oleh Bpk. W
namun karena Bpk. W jarang berada di rumah jadi An. C dan An. R sulit untuk
diberitahu. Sumber kekuatan utama keluarga adalah Bpk. W yang menanggung
semua biaya kehidupan keluarga, dan sumber kekuatan kedua adalah Ibu Y yang
membantu Bpk. W mengatur pemasukan keuangan.

21. Struktur peran


Bpk. W sebagai ayah, kepala keluarga, pencari nafkah utama, pelindung bagi anggota
keluarga, ayah lebih banyak berperan sebagai tulang punggung yang bekerja diluar
rumah. Ibu Y adalah sebagai ibu, pengatur rumah tangga, pelindung keluarga kedua
membantu Bpk. W, pendidik dan pengasuh kedua anaknya, bertanggung jawab atas
rumah tangganya. An. C dan An. R berperan sebagai anak bagi kedua orang tuanya.

22. Nilai-nilai keluarga


Keluarga menerapkan nilai-nilai agama pada setiap anggota keluarga seperti
menjalankan sholat 5 waktu.Nilai-nilai agama yang dianut oleh keluarga selama ini
mengajarkan anak untuk berdoa setiap kali beraktivitas.

e. Fungsi Keluarga
23. Fungsi Afektif
Keluarga saling menyayangi, baik Ibu Y, Bpk. W dan kedua anaknya. Walaupun ibu
dan bapak masih kurang memahami kesehatan pada perkembangan kedua anaknya,
tetapi baik bapak dan ibu sangat menyayangi kedua anaknya, dimana ibu disini sudah
berusaha agar anaknya mau berhenti merokok dan lebih memperhatikan kesehatan
reproduksinya.

24. Fungsi sosialisasi

14
Keluarga tidak melarang anaknya bergaul dengan siapapun asal kan tidak
memberikan dampak yang buruk bagi mereka, Ibu berperan aktif dalam mengikuti
acara lingkungan sekitar, dan Bpk.W terkadang mengikuti rapat bulanan Rt

25. Fungsi ekonomi


Keluarga dapat memenuhi sandang pangan dan papan, dan termasuk ke dalam
keluarga menengah ke atas. Keluarga tinggal di rumah pribadi dan memiliki
kendaraan pribadi untuk berangkat kerja atau sekolah. Apabila salah satu anggota
keluarga sakit maka mereka menggunakan fasilitas kesehatan sekitar dengan baik.

26. Fungsi reproduksi


Keluarga Bpk. W mengikuti program keluarga berencana sedari anak ke 2 dilahirkan.
Lalu untuk An. R sudah memasuki masa remaja dimana masa menstruasi sudah
terjadi dan terdapat gangguan selama menstruasi yaitu siklus yang tidak teratur.

27. Fungsi perawatan kesehatan


Kemampuan keluarga mengenal masalah Ibu Y mengetahui bahaya dari merokok dan
akibat yang akan ditimbulkannya. An. C pun mengetahui bahaya merokok namun
menganggap jika imun tubuhnya kuat maka dia tidak akan sakit.Sedangkan An. R yang
mengalami nyeri haid menganggap bahwa itu hal biasa yang umumnya terjadi di hari 1-3,
tidak mengetahui penyebab dan ibu Y pun menganggap itu hal biasa.
a. Kemampuan keluarga mengambil keputusan
Ibu Y hanya menegur anaknya yang terbiasa merokok namun anak menganggap
ibunya hanya cerewet. An. C juga tidak bisa mengambil langkah yang baik untuk
menghentikan kebiasaan merokoknya karena pengaruh teman. Bpk W pun
menganggap urusan anak-anaknya adalah tanggung jawab ibunya, dan tidak
mengambil tindakan. Sedangkan An. R yang nyeri haid tidak dibawa cek ke
dokter kandungan karena Ibu Y menganggap itu hal biasa yang terjadi di hari 1-3.
b. Kemampuan keluarga merawat keluarga yang sakit
Ketika An R mengalami nyeri haid, Ibu Y atau An R sendiri hanya membeli obat
di warung.
c. Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat

15
Ibu Y sering melakukan bersih-bersih rumah tiap hari seperti menyapu. Kemudian
ventilasi rumah selalu terbuka dan pencahayaan rumah baik. Siang hari mendapat
sinar matahari dan malam hari terang dengan lampu di tiap ruangan sehingga saat
beraktivitas atau main handphone matanya tidak sakit.

f. Stress, Koping dan Adaptasi Keluarga


1. Stressor jangka pendek
Saat ini stress yang dirasakan Ibu Y adalah anaknya yang melupakan tanggung
jawabnya dalam tugas rumah karena banyak bermain game online dan sosial
media.

2. Stressor jangka panjang


Hal yang mempengaruhi tingkat stress Ibu Y yang terus berlanjut adalah
pergaulan An R yang tidak baik. Takut anaknya terjerumus ke narkoba dan
kesehatannya menurun akibat merokok.

3. Strategi koping keluarga


Ibu Y mengikuti kegiatan senam untuk menenangkan pikiran, An C berkumpul
dengan teman temannya untuk bercerita, An R bermain game dan sosial media
untuk mengatasi stressnya, dan Bpk W yang melakukan ibadah untuk
menenangkan diri.

4. Adaptasi keluarga
Anggota keluarga telah memahami perannya, namun Bpk W lebih membebankan
kepentingan rumah ke istrinya. Anak-anak Bpk W masih bisa bergantung pada
orang tua namun mereka tidak ingin menceritakan masalah kepada orang tuanya
karena Ibu Y dianggap cerewet bila diajak berbicara.

g. Pemeriksaan Fisik

Jenis Bpk.W Ibu.Y An.C An.R


Pemeriksaan

TTV Tensi: 124/84 Tensi: 128/80 Tensi: 124/80 Tensi: 124/80


Tensi: Suhu: 37,5 C Suhu: 37,5 C Suhu: 37,5 C Suhu: 37,5 C
Suhu: Nadi: 60x/mnt Nadi: 60x/mnt Nadi: 60x/mnt Nadi: 60x/mnt

16
Nadi: Nafas: 20x/mnt Nafas: 20x/mnt Nafas: 20x/mnt Nafas: 20x/mnt
Nafas: BB: 63kg BB: 55 kg BB: 52 kg BB: 55 kg
BB: TB: 170 cm TB: 163 cm TB: 165cm TB: 160 cm
TB:

Kulit, rambut, I: kulit bersih, I: kulit bersih, I: kulit bersih, I: kulit bersih,
kuku tidak ada luka, tidak ada luka, tidak ada luka, tidak ada luka,
warna kulit sawo warna kulit sawo warna kulit sawo warna kulit sawo
matang, rambut matang, rambut matang, rambut matang, rambut
hitam sedikit hitam, kuku hitam, kuku hitam, kuku
beruban, kuku bersih bersih bersih
bersih P: tidak ada P: tidak ada P: tidak ada
P: tidak ada kerusakan/nyeri kerusakan/nyeri kerusakan/nyeri
kerusakan/nyeri tekan tekan tekan
tekan P:- P:- P:-
P:- A:- A:- A:-
A:-

Kepala, leher I: Bulat, tidak ada I: Bulat, tidak ada I: Bulat, tidak ada I: Bulat, tidak ada
benjolan benjolan benjolan benjolan
P: Tidak ada nyeri P: Tidak ada nyeri P: Tidak ada nyeri P: Tidak ada nyeri
tekan, tidak terasa tekan, tidak terasa tekan, tidak terasa tekan, tidak terasa
benjolan benjolan benjolan benjolan
P: - P: - P: - P: -
A:- A:- A:- A:-

Thorax dan I: bentuk normal, I: bentuk normal, I: bentuk normal, I: bentuk normal,
paru simetris, tidak ada simetris, tidak ada simetris, tidak ada simetris, tidak ada
luka, luka, luka, luka,
P: tidak ada nyeri P: tidak ada nyeri P: tidak ada nyeri P: tidak ada nyeri
tekan, pola nafas tekan, pola nafas tekan, pola nafas tekan, pola nafas
normal normal normal normal
P: suara resonan P: suara resonan P: suara resonan P: suara resonan
A: normal A: normal A: normal A: normal

Abdomen I: bentuk normal, I: bentuk normal, I: bentuk normal, I: bentuk normal,


warna kulit warna kulit warna kulit warna kulit
normal, tidak ada normal, tidak ada normal, tidak ada normal, tidak ada
pembesaran/benjolan pembesaran/benjol pembesaran/benjolan pembesaran/benjol
P: tidak ada nyeri an P: tidak ada nyeri an
tekan maupun P: tidak ada nyeri tekan maupun P: tidak ada nyeri
benjolan tekan maupun benjolan tekan maupun
P: suara timpani benjolan P: suara timpani benjolan

17
pada perut bagian P: suara timpani pada perut bagian P: suara timpani
kiri pada perut bagian kiri pada perut bagian
A: Frekuensi kiri A: Frekuensi kiri
peristaltik 30x/menit A: Frekuensi Peristaltik 30x/menit A: Frekuensi
Peristaltik Peristaltik
30x/menit 30x/menit

Ekstremitas I: bentuk normal, I: bentuk normal, I: bentuk normal, I: bentuk normal,


Atas simetris, tidak ada simetris, tidak ada simetris, tidak ada simetris, tidak ada
benjolan benjolan benjolan benjolan
P: tidak ada nyeri P: tidak ada nyeri P: tidak ada nyeri P: tidak ada nyeri
tekan, otot keras tekan, otot keras tekan, otot keras tekan, otot keras
ROM: 100% ROM: 100% ROM: 100% ROM: 100%
(Gerakan normal (Gerakan normal (Gerakan normal (Gerakan normal
penuh menentang penuh menentang penuh menentang penuh menentang
gravitasi dengan gravitasi dengan gravitasi dengan gravitasi dengan
tahanan penuh) tahanan penuh) tahanan penuh) tahanan penuh)

Ekstremitas I: bentuk normal, I: bentuk normal, I: bentuk normal, I: bentuk normal,


Bawah simetris, cara jalan simetris, cara jalan simetris, cara jalan simetris, cara jalan
normal, tidak ada normal, tidak ada normal, tidak ada normal, tidak ada
benjolan benjolan benjolan benjolan
P: tidak ada nyeri P: tidak ada nyeri P: tidak ada nyeri P: tidak ada nyeri
tekan, otot keras tekan, otot keras tekan, otot keras tekan, otot keras
ROM: 100% ROM: 100% ROM: 100% ROM: 100%
(Gerakan normal (Gerakan normal (Gerakan normal (Gerakan normal
penuh menentang penuh menentang penuh menentang penuh menentang
gravitasi dengan gravitasi dengan gravitasi dengan gravitasi dengan
tahanan penuh) tahanan penuh) tahanan penuh) tahanan penuh)

C. Data Fokus

Data Subjektif Data Objektif

18
● Keluarga mengatakan tidak memiliki ● Keluarga Tn. W (49 thn) tinggal
Riwayat penyakit apapun, namun bersama istri (Ny. Y, 45 thn) dan
keluarga cukup kesulitan mengurus kedua anaknya, An. C (laki-laki, 16
thn) dan An.R (Perempuan, 15 thn).
kedua anaknya.
● Keluarga tinggal di rumah pribadi,
● Ibu mengatakan Ank. C sangat sulit bersuku Jawa, dan beragama Islam.
diatur, sering keluar malam dan ● Tn. W tidak pernah memarahi
pulang sering bau rokok anaknya karena menganggap
● Ibu mengatakan Suami tidak pernah mengurus anak adalah kewajiban istri
memarahi anaknya, karena suami (Ny. Y)
menganggap bahwa mengurus anak ● Keluarga Bapak W terlihat kesulitan
saat mengurus kedua anaknya.
adalah kewajiban istri
● Komunikasi dalam keluarga bersifat
● Ibu mengatakan Ank.C jarang tertutup.
bercerita tentang teman ataupun ● Jika ditanya oleh ibu, anak hanya
sekolahnya, pulang sekolah anak menjawab seadanya
langsung ganti baju dan pergi ● Ibu tidak bisa berkomunikasi dengan
nongkrong dengan teman-temannya. anaknya, saat anak pulang ibu sudah
● An.C mengatakan mencoba merokok langsung marah-marah, kadang ibu
saat usia 11 tahun karena ajakan menasehati anaknya saat menonton
teman, lama-lama mulai merokok saat TV, tapi tetap tidak ada perubahan.
nongkrong dengan teman-teman. ● Ibu juga pernah menemukan anaknya
● An.C mengatakan merokok agar merokok di warnet, ibu sangat
terlihat gaul dan dapat diterima oleh khawatir merokok akan merusak
teman sebaya dan merupakan hal masa depannya dan takut jadi ikut
yang sudah biasa di jaman sekarang. memakai narkoba.
● An.C juga mengatakan tidak betah di ● Saat nyeri datang An.R hanya bisa
rumah, karena ibunya sangat cerewet berbaring saja, tidak pernah
dan suka marah-marah. melakukan kompres hangat, jika nyeri
● An.C pernah ingin berhenti merokok, tidak bisa ditoleransi An.R sering
tetapi sangat sulit, apalagi jika sudah membeli obat warung untuk
kumpul dengan teman-teman, sulit meredakan nyeri.
untuk menolak, dan bibir kadang ● Ibu belum memeriksakan An.R ke
terasa asam jika tidak merokok. bidan ataupun puskesmas, karena nyeri
● Ibu juga mengatakan An.R sering yang dirasakan hanya timbul saat haid
mengalami nyeri haid, sehingga dan di hari ke 4 sudah membaik.
kesulitan melakukan aktivitas. ● An.R juga mengalami masalah de ngan
● An.R mengatakan tidak tahu kenapa tidurnya.
nyeri haid terjadi pada dirinya dengan ● An.R lupa mengerjakan tanggungjawab
skala nyeri 5 yang diberikan seperti mencuci piring
- P : Nyeri Haid (Dismenore) dan menyiram tanaman di sore hari.
- Q : Nyeri terasa seperti di

19
tusuk-tusuk ● Ibu sudah sering mengingatkan agar
- R : Bagian bawah perut, sebelah berhenti bermain game dan sosial
kiri media.
- S:5
- T : Pada saat hari ke 1-3 dan nyeri
hilang timbul.
● An.R mengatakan tidur diatas jam 11
malam karena ada beberapa tugas
yang harus dikerjakan dan juga An.R
sering bermain game online dan aktif
di sosial media.
● An.R merasa ada yang kurang dan
penasaran apabila tidak
menyelesaikan game nya.
● Ibu merasa sudah bingung dengan
anak-anaknya.

D. Analisa Data

NO Data Fokus Etiologi Masalah

1. DS: Ketidakmampuan Perilaku Kesehatan


● An.C mengatakan mencoba merokok keluarga dalam Cenderung Beresiko
saat usia 11 tahun karena ajakan teman, membuat keputusan (SDKI, D.0099.
lama-lama mulai merokok saat untuk tindakan yang Hal.216)
tepat
nongkrong dengan teman-teman.
● An.C mengatakan merokok agar terlihat
gaul dan dapat diterima oleh teman
sebaya
● An.C mengatakan merokok merupakan
hal yang sudah biasa di jaman sekarang.
● An.C pernah ingin berhenti merokok,
tetapi sangat sulit, apalagi jika sudah
kumpul dengan teman-teman, sulit untuk
menolak, dan bibir kadang terasa asam
jika tidak merokok.
DO:
● Ibu juga pernah menemukan anaknya
merokok di warnet, ibu sangat khawatir

20
merokok akan merusak masa depannya
dan takut jadi ikut memakai narkoba.

2. DS: Ketidakmampuan Defisit Pengetahuan


● An.C mengatakan merokok agar terlihat keluarga dalam (SDKI, D.0111. Hal.
gaul dan dapat diterima oleh teman mengenal masalah. 246)
sebaya.
● An.C mengatakan merokok hal yang
biasa di zaman sekarang ini, dan tidak
akan merusak kesehatan karena anak
muda daya tahan tubuhnya sangat baik.

● Ibu juga mengatakan An.R sering


mengalami nyeri haid, sehingga
kesulitan melakukan aktivitas.
● An.R mengatakan tidak tahu kenapa
nyeri haid terjadi pada dirinya dengan
skala nyeri 5
- P : Nyeri Haid (Dismenore)
- Q : Nyeri terasa seperti di
tusuk-tusuk
- R : Bagian bawah perut, sebelah kiri
- S:5
- T : Pada saat hari ke 1-3 dan nyeri
hilang timbul.
DO:
● Saat nyeri datang An.R hanya bisa
berbaring saja, tidak pernah melakukan
kompres hangat, jika nyeri tidak bisa
ditoleransi An.R sering membeli obat
warung untuk meredakan nyeri.
● Ibu belum memeriksakan An.R ke bidan
ataupun puskesmas, karena nyeri yang
dirasakan hanya timbul saat haid dan di
hari ke 4 sudah membaik.
● An.R juga mengalami masalah dengan
tidurnya.

3. DS: Ketidakmampuan Ketidakmampuan


● Ibu mengatakan Ank.C jarang bercerita keluarga dalam Koping Keluarga
tentang teman ataupun sekolahnya. mengambil keputusan (SDKI, D.0093. Hal.
untuk tindakan yang 204)

21
● An.C juga mengatakan tidak betah di tepat.
rumah, karena ibunya sangat cerewet
dan suka marah-marah.
● Ibu merasa sudah bingung dengan
anak-anaknya.
DO:
● Tn. W tidak pernah memarahi anaknya
karena menganggap mengurus anak
adalah kewajiban istri (Ny. Y).
● Komunikasi dalam keluarga bersifat
tertutup.
● Jika ditanya oleh ibu, anak hanya
menjawab seadanya
● Ibu tidak bisa berkomunikasi dengan
anaknya, saat anak pulang ibu sudah
langsung marah-marah, kadang ibu
menasehati anaknya saat menonton TV,
tapi tetap tidak ada perubahan.
.

E. Skoring Prioritas
SKORING (Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko)
No Kriteria Bobot Perhitungan Pembenaran

1 Sifat masalah 1 3/3 x 1 = 1 An.C mulai mencoba rokok pada usia


Skala: 11 tahun
Potensial(skor 1)
Risiko(skor 2)
Aktual(skor 3)

2 Kemungkinan masalah 2 ½x2=1 An C pernah ingin berhenti merokok


untuk diubah tapi sangat sulit
Skala:
Mudah(skor 2)
Sebagian(skor 1)
Tidak dapat(skor 0)

3 Potensial masalah untuk 1 ⅔x1=⅔ An. C pernah ingin berhenti


dicegah merokok, tetapi sangat sulit, apalagi

22
Skala: jika sudah kumpul dengan
Tinggi(skor 3) teman-teman, sulit untuk menolak
Cukup(skor 2) ajakan
Rendah(skor 1)

4 Menonjolnya masalah 1 2/2 x 1 =1 ibu sangat khawatir merokok akan


Skala: merusak masa depannya dan takut
Segera ditangani(skor 2)
Masalah ada tapi tidak perlu
jadi ikut memakai narkoba.
segera ditangani(skor 1)
Masalah tidak
dirasakan(skor 0)

1+1+⅔+1
Perhitungan

11/3 = 3 ⅔
Total
SKORING (Defisit pengetahuan)
No Kriteria Bobot Perhitungan Pembenaran

1 Sifat masalah 1 3/3 x 1 = 1 An.R sering mengalami nyeri haid


Skala:
Potensial(skor 1)
Risiko(skor 2)
Aktual(skor 3)

2 Kemungkinan masalah 2 ½x2=1 An.R sering membeli obat warung


untuk diubah untuk meredakan nyeri.
Skala:
Mudah(skor 2)
Sebagian(skor 1)
Tidak dapat(skor 0)

3 Potensial masalah untuk 1 ⅔ x 1 = 2/3 Ibu belum memeriksakan An.R ke


dicegah bidan ataupun puskesmas, karena
Skala:
Tinggi(skor 3)
nyeri yang dirasakan hanya timbul
Cukup(skor 2) saat haid dan di hari ke 4 sudah
Rendah(skor 1) membaik.

An.R mengatakan tidak tahu kenapa


nyeri haid terjadi pada dirinya

23
4 Menonjolnya masalah 1 ½ x 1 = 1/2 nyeri yang dirasakan hanya timbul
Skala: saat haid dan di hari ke 4 sudah
Segera ditangani(skor 2)
Masalah ada tapi tidak perlu
membaik.
segera ditangani(skor 1)
Masalah tidak
dirasakan(skor 0)

1+1+⅔+1/2
Perhitungan

19/3
Total

SKORING (Ketidakmampuan Koping Keluarga )


No Kriteria Bobot Perhitungan Pembenaran

1 Sifat masalah 1 3/3 x 1 = 1 An.C juga mengatakan


Skala: tidak betah di rumah,
Potensial(skor 1) karena ibunya sangat
Risiko(skor 2)
cerewet dan suka
Aktual(skor 3)
marah-marah.

Tn. W tidak pernah


memarahi anaknya
karena menganggap
mengurus anak adalah
kewajiban istri (Ny. Y).

2 Kemungkinan masalah 2 ½x2=1 ibu tidak bisa


untuk diubah berkomunikasi dengan
Skala: anaknya
Mudah(skor 2)
Sebagian(skor 1)
Tidak dapat(skor 0)

3 Potensial masalah untuk 1 ⅓ x 1 = 1/3 Tn. W tidak pernah


dicegah memarahi anaknya
Skala: karena menganggap
Tinggi(skor 3) mengurus anak adalah
Cukup(skor 2) kewajiban istri (Ny. Y)
Rendah(skor 1)
Menasihati anaknya tapi

24
tidak ada perubahan.

4 Menonjolnya masalah 1 ½ x 1 = 1/2 ibu sudah merasa


Skala: bingung dengan anak
Segera ditangani(skor 2) anaknya
Masalah ada tapi tidak perlu
segera ditangani(skor 1)
Masalah tidak
dirasakan(skor 0)

1+1+⅓ +½
Perhitungan

17/6
Total

F. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit Pengetahuan b..d ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah.
2. Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko b.d Ketidakmampuan keluarga dalam
membuat keputusan dalam mengatasi masalah kesehatan
3. Ketidakmampuan koping Keluarga, b.d Ketidakmampuan keluarga dalam
mengambil keputusan tindakan yang tepat.

G. Intervensi

NO Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1. Defisit pengetahuan b.d TUM : TUK 1


ketidakmampuan keluarga Setelah dilakukan tindakan Keluarga mampu mengenal
dalam mengenal masalah. keperawatan dengan 2x pertemuan masalah kesehatan
selama 1 minggu masalah defisit
. pengetahuan dapat diatasi dengan Edukasi Manajemen Nyeri
kriteria hasil : (I.12391)
Observasi
TUK 1: ● identifikasi kesiapan dan
Keluarga mampu mengenal masalah kemampuan menerima
kesehatan informasi
Tingkat pengetahuan Terapeutik
- peningkatan perilaku sesuai ● Sediakan materi dan media
pengetahuan pendidikan kesehatan
- kemampuan menjelaskan ● jadwalkan pendidikan
mengenai dismenore kesehatan sesuai kesepakatan

25
● berikan kesempatan untuk
TUK 2 bertanya
Keluarga mampu mengetahui keputusan Edukasi
Motivasi ● jelaskan penyebab, periode
- Upaya menyusun rencana dan strategi meredakan nyeri
tindakan meningkat ● anjurkan memonitor nyeri
- Perilaku bertujuan inisiatif secara mandiri
meningkat ● anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
TUK 3 ● ajarkan teknik non
Keluarga mampu merawat anggota farmakologis untuk
keluarga yang sakit mengurangi rasa nyeri
Tingkat kepatuhan
- Perilaku menjalankan anjuran
meningkat

TUK 4
Keluarga mampu memodifikasi
lingkungan
-

TUK 5
Keluarga mampu memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan
Motivasi
- Periksa masalah kesehatan yang
dialami ke pelayanan kesehatan
sekitar

2. Perilaku Kesehatan TUM : Setelah dilakukan tindakan Edukasi Berhenti Merokok


Cenderung Beresiko b.d keperawatan dengan 2x pertemuan (I.123366)
Ketidakmampuan keluarga selama 1 minggu masalah perilaku Observasi
kesehatan cenderung beresiko dapat ● Identifikasi kesiapan dan
dalam membuat keputusan
teratasi dengan kriteria hasil : kemampuan menerima
dalam mengatasi masalah informasi
kesehatan TUK 1 Terapeutik
Keluarga mampu mengenal masalah ● Sediakan materi dan media
Manajemen kesehatan keluarga edukasi
● Kemampuan menjelaskan ● Jadwalkan pendidikan
masalah kesehatan yang dialami kesehatan sesuai kesepakatan
meningkat ● Beri kesempatan pada
● Kemampuan mengatasi masalah keluarga untuk bertanya
kesehatan yang tepat meningkat Edukasi
● jelaskan gejala fisik penarikan

26
TUK 2 nikotin (mis. sakit kepala,
Keluarga mampu mengambil keputusan mual, dan insomnia
Perilaku Kesehatan ● jelaskan gejala berhenti
● Kemampuan melakukan merokok (mis. mulut kering,
tindakan pencegahan masalah batuk, tenggorokan gatal
kesehatan meningkat ● jelaskan aspek psikososial
● Penerimaan terhadap perubahan yang mempengaruhi perilaku
status kesehatan meningkat merokok
● informasikan produk
TUK 3 pengganti nikotin (mis.
Keluarga mampu merawat anggota permen karet)
yang sakit
Manajemen kesehatan Dukungan Pengambilan Keputusan
● Melakukan tindakan ● Identifikasi persepsi mengenai
mengurangi faktor resiko masalah
meningkat ● Fasilitasi mengklarifikasi nilai
● Menerapkan program perawatan yang membantu membuat
meningkat pilihan
● Diskusikan kelebihan dan
kekurangan setiap solusi
TUK 4
Keluarga mampu memelihara Promosi perilaku upaya kesehatan
lingkungan yang kondusif ● Anjurkan untuk mengurangi
- jumlah rokok yang dihisap
secara perlahan
TUK 5
Keluarga mampu menggunakan faskes
terdekat
-

3. Ketidakmampuan koping TUM : Setelah dilakukan tindakan Dukungan Koping Keluarga


Keluarga b.d keperawatan dengan 2x pertemuan Observasi
Ketidakmampuan keluarga selama 1 minggu masalah koping ● Mengidentifikasi respon
dalam mengambil keluarga tidak efektif dapat teratasi emosional yang terjadi pada
keputusan tindakan yang dengan kriteria hasil: keluarga
tepat. ● Mengindentifikasi kesesuaian
TUK 1 harapan antar anggota
Keluarga mampu mengenal masalah keluarga dan tenaga
Status Koping Keluarga kesehatan.
● Kemampuan keluarga untuk Terapeutik
terpapar informasi meningkat ● Mendengarkan masalah,
perasaan, dan pertanyaan
TUK 2 keluarga.
Keluarga mampu mengambil keputusan ● Fasilitasi pengungkapan
● Perilaku mengabaikan aggota perasaan antar anggota

27
keluarga menurun keluarga.
● Fasilitasi pengambilan
TUK 3 keputusan dalam
Keluarga mampu merawat anggota merencanakan perawatan
yang sakit jangka panjang jika perlu.
- ● Hargai dan dukung
mekanisme koping adaptif
TUK 4 yang digunakan oleh keluarga.
Keluarga mampu memelihara Edukasi
lingkungan yang kondusif ● Informasikan fasilitas
Fungsi Keluarga perawatan kesehatan yang
● Anggota keluarga saling tersedia.
mendukung meningkat
● anggota keluarga menjalankan
peran yang diharapkan
meningkat
● Pembagian tanggung jawab
kepada setiap anggota keluarga
meningkat

TUK 5
Keluarga mampu menggunakan faskes
terdekat
● Keluarga mampu mencari
bantuan kesehatan terdekat.

2.5 Telaah Jurnal

Judul Jurnal : Pengaruh Peer Group Terhadap Perilaku Seksual Berisiko Pada Remaja
Awal Di SMP Negeri 5 Padangsidimpuan Tahun 2020
Nama Jurnal : Journal of Healthcare Technology and Medicine
Penulis : Rahmi Wahida Siregar, Fatma S. Dewi Harahap, Aia Fitria, Achmad
Rifai, dan Yuniati
Tahun Terbit : 2021
Volume :7
Nomor :2
Halaman : 1262-1280

28
a. Metode
Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan Focus Group
Discussion (FGD) dan Etnografis Study. Analisis data kualitatif melalui data
reduction, data display, conclusion drawing, dan verification.
b. Sampel
Dilakukan kepada siswa-siswi kelas IX yang terdiri dari 5 orang (peer group tari)
dan 4 orang (peer group pramuka) di SMP Negeri 5 Padangsidimpuan.
c. Hasil
Hasil ditemukan bahwa peer group (teman sebaya) berpengaruh terhadap perilaku
seksual berisiko pada remaja awal di SMPN 5 Padangsidimpuan, perilaku seksual
berisiko yang dilakukan oleh peer group pramuka dan peer group tari yaitu ciuman
basah dan ciuman kering, necking, petting, pegangan tangan, dan berpelukan, peer
group pramuka lebih berpengaruh terhadap perilaku seksual berisiko.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tantangan utama bagi keluarga dengan anak remaja meliputi perubahan perkembangan yang dialami oleh
remaja dalam batasan perubahan kognitif, pembentukan identitas dan pembentukan biologis, serta
konflik-konflik dan krisis yang didasarkan perkembangan. Banyak permasalahan yang sering timbul pada
keluarga dengan tahap perkembangan anak remaja karena pada tahap ini, akan berusaha mencari identitas
diri, sehingga mereka sering membantah orang tuanya,karena mulai mempunyai pendapat sendiri,
cita-cita dan nilai-nilai sendiri yang berbeda dengan orang tuanya. Tahap perkembangan keluarga pada
pada tahap V ini adalah keluarga dengan anak remaja.

3.2 Saran
Sebagai tenaga profesional tindakan perawat dalam menangani masalah kesehatan pada keluarga harus
terfokuskan pada tahap-tahap yang ada. tujuannya agar keluarga dapat memiliki pengetahuan yang luas
tentang masalah kesehatan yang terjadi pada keluarganya sesuai dengan tahap perkembangan dan
tindakan yang dilakukan sesuai dengan gejala yang ada.

DAFTAR PUSTAKA
Yunia, S. A., Liyanovitasari, & Saparwati, M. (2019). Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan
Kenakalan Remaja Pada Siswa. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 2(1), 55-64.

29
Karlina, L. (2020). Fenomena Terjadinya Kenakalan Remaja. Jurnal Edukasi Nonformal, 1(1),
147-158.
Rahayu, Atikah dkk. (2017). Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Remaja & Lansia. Surabaya:
Airlangga University Press.
Hartati, B., Sarfika, R., & Putri, D. E. (2019). Implementasi pendidikan kesehatan dengan
metode brainstorming terhadap pengetahuan remaja tentang tumbuh kembang di Pauh
Kota Padang. Jurnal Hilirisasi IPTEKS, 2(1), 14-23.
Purwaningtyas, F. D. (2020). Pengasuhan Permissive Orang Tua dan Kenakalan pada Remaja.
Jurnal Penelitian Psikologi, 11(1), 1-7.
Qolbiyyah, S. (2017). Kenakalan Remaja (Analisis Tentang Faktor Penyebab Dan‎ Solusinya
Dalam Perspektif Pendidikan Agama Islam)‎. Sumbula: Jurnal Studi Keagamaan, Sosial
Dan Budaya, 2(1), 493-512.
Siregar, R. W dkk. (2021). Pengaruh Peer Group Terhadap Perilaku Seksual Berisiko Pada
Remaja Awal Di SMP Negeri 5 Padangsidimpuan Tahun 2020. Journal of Healthcare
Technology and Medicine, 7(2), 1262-1280.

30

Anda mungkin juga menyukai