KELOMPOK 3
2019
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahNya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini . Shalawat
berserta salam kami sanjungkan kepangkuan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa
kita dari alam kebodohan ke alam berilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan sekarang.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan,baik secara langsung
maupun tidak langsung .
Kami juga menyadari bahwa tugas makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi
isi, maupun dari segi penulisan, untuk itu kami mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan tugas makalah ini.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
ii
DAFTAR ISI
COVER i
KATA PENGANTAR ii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Para psikolog menyatakan bahwa masa remaja adalah masa stres emosional yang dapat
mengakibatkan perubahan psikologis dan fisiologis yang cepat. Sejumlah bayi di pantiasuhan diyakini
hasil dari kehamilan remaja.Angka pernikahan usia dini pada usia 15-19 tahun di Indonesia masih
terbilang tinggi.Usia yang terlalu muda untuk hamil tersebut dapat menyebabkan kehamilan berisikoyang
tidak hanya berujung kematian ibu dan bayi, tetapi juga generasi baru dengan berbagai keterbatasan.
Kejadian kehamilan remaja dipengaruhi oleh adanya hubungan seksual pra nikah yang
dilakukan pada masa subur. Seks pra nikah di kalangan remaja dipengaruhi oleh lemahnya nilai-
nilai moral pada remaja dan masyarakat akibat arus globalisasi yang semakin pesat dan
mudahnya mengakses informasi yang berbau pornografi melalui media massa (Widiastuti, 2005).
Selain itu keluarga merupakan faktor penting yang mempengaruhi kejadian kehamilan remaja.
Keluarga merupakan lingkungan utama yang membentuk perkembangan remaja. Kontrol dari
keluarga sangat penting untuk mengetahui seberapa jauh pergaulan remaja. Remaja yang
mengalami kehamilan pra nikah mempunyai tingkat kebersamaan yang rendah di dalam
keluarga. Komunikasi yang kurang terbuka mengenai kesehatan reproduksi serta pola asuh
keluarga yang sangat otoriter juga berpengaruh terhadap kejadian kehamilan pra nikah remaja
(Ginting, 2004). Lingkungan keluarga merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi
1
terbentuknya perilaku kesehatan. Kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja menyebabkan
konflik di dalam keluarga, orang tua menganggap kehamilan merupakan penyimpangan dari
norma yang dianut sejak dini. Konflik berdampak pada kurangnya pemberian dukungan, dimana
dukungan merupakan aspek penting untuk perkembangan remaja dan janinnya (James &
Strumpher, 2012).
Kehamilan remaja berdampak negatif pada pendidikan dan akhirnya dapat merusak masa
depannya. Banyak remaja yang mengalami kehamilan harus keluar dari sekolah. Kejadian ini
sesuai dengan hasil studi pendahuluan yaitu, partisipan mengalami putus sekolah dan
mengakibatkan tidak mendapatkan pekerjaan yang layak karena keterampilan dan pengetahuan
yang kurang memadahi. Kurangnya pengetahuan berdampak pada perilaku partisipan dalam
memelihara kehamilannya. Partisipan kurang menjaga asupan nutrisi yang diperlukan selama
kehamilan, sehingga menyebabkan partisipan sering merasa lemas dan kurang beraktivitas.
Perawatan terhadap bayi sebagian besar ditanggung oleh ibu partisipan, dengan alasan partisipan
kurang memahami bagaimana cara merawat bayi.
2
1.3.7 Untuk memahami pengaruh budaya
1.3.8 Untuk memahami reaksi keluarga pada kehamilan remaja
3
BAB II
LANDASAN TEORI
Kehamilan remaja merupakan kehamilan pada usia antara 14-19 tahun. Kehamilan
remaja mempunyai resiko medis lebih tinggi disebabkan belum matangnya alat reproduksi untuk
hamil,sehingga merugikan kesehatan ibu dan janin. Masa remaja merupakan masa peralihan atau
masa transisi atau masa pancaroba yang penuh gejolak yaitu masa kanak-kanak menuju masa
dewasa mandiri. Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12
hingga 21 tahun.
Rentang waktu usia remaja ini biasa nya dibedakan atas 3 yaitu 12-15 tahun= masa
remaja awal,15-18 tahun=masa remaja pertengahan dan 18-21 tahun=masa remaja akhir. Tetapi
monks,Knoers, dan Harditono membedakan masa remaja menjadi 4 bagian yaitu masa pra
remaja 10-12 tahun,masa remaja awal 12-15 tahun,masa remaja pertengahan 15-18 tahun,dan
masa remaja akhir 18-21 tahun. Proses kehamilan dan kelahiran pada usia remaja turut
berkontribusi dalam meningkatkan angka kematian perinatal di Indonesia. Menurut sarwono
(2005) pada ibu hamil usia remaja sering mengalami komplikasi kehamilan yang buruk seperti
persalinan premature, berat bayi lahir rendah,dan kematian perinatal. Beberapa komplikasi ini
yang ditemui pada remaja hamil di dasarkan pada kenyataan lebih dari 50% remaja tidak
menerima perawatan prenatal sampai trimester ketiga(Hockaday,Crase,Shelley & stockdale,
2000)
Perhatian dan peran orang tua amat pengaruh besar terhadap perkembangan mental dan
kejiwaan si anak. Anak yang tidak merasakan ketentraman di dalam keluarga nya akan cendrung
mencari ketentraman di luar dengan berbagai cara,ada kalanya mereka melakukan hal-hal yang
4
banyak diantaranya yang cenderung melakukan hal-hal negative sebagai bentuk kekesalan
mereka terhadap keluarga nya.
2.perkembangan iptek yang tidak di dasari dengan perkembangan mental yang kuat
Semakin majunya iptek membuat para remaja semakin mudah untuk mendapatkan
informasi-informasi mengenai seks dan apabila hal ini tidak di dasarai dengan perkembangan
mental yang kuat maka dapat membuat remaja terjerumus kearah pergaulan yang salah dan
sehingga terciptalah perbuatan yang tidak sesuai dengan norma dan agama yang berlaku.
Remaja yang hamil diluar nikah menghadapi berbagai masalah psikologis yaitu rasa
takut,kecewa,menyesal,rendah diri terhadap kehamilannya sehingga terjadi usaha untuk
mneghilangkan kandungan dengan jalan gugur kandung. Gugur kandung mempunyai kerugian
yang paling kecil bila dibandingkan dengan melanjutkan kehamilan.
Perkawinan yang dianggap dapat menyelesaikan masalah kehamilan remaja tidak lepas
dari kemelut seeperti:
5
3.putus kerja karena berbagai alasan sehingga menambah sulitnya sosial ekonomi
4.ketergantungan sosial ekonomi pada keluarga menimbulkan stress(tekanan batin)
6
Remaja mungkin hanya menerima fantasi memiliki bayi yang lucu, gembira, sehat, ia
mengenakan bayinya pakaian dan mengajaknya bermain seperti boneka. Ia tidak
menerima kenyataan bahwa bayi tersebut tumbuh dan berkembang menjadi anak
yang lebih besar.
3. Menerima realitas menjadi orang tua
Menjadi orangtua mengandung arti menncintai, memberi perhatian, dan mampu
memberi perawatan yang dibutuhkan bayi. Meskipun biasanya mereka berkeinginan
menjadi orangtua yang baik, ibu dan ayah remaja memiliki pengalaman hidup yang
terbatas.
7
2.7 Reaksi keluarga terhadap kehamilan remaja
Salah satu tugas yang paling sulit yang dihadapi remaja hamil adalah memberi
tahu orangtua mereka. Remaja mungkin tidak memberi tahukan kehamilannya sampai
kehamilan semakin jelas. Ibu biasanya orang pertama yang mengetahui dan berusaha
supaya ayah tidak mengetahui kehamilan putrinya. Reaksi orang tua biasanya syok, malu,
marah, merasa bersalah dan sedih.perawat harus mengkaji setiap ketidakharmonisan
keluarga. Perawat juga harus membantu anggota keluarga beradaptasi terhadap keputusan
yang mereka ambil tentang kehamilan, adopsi, atau abortus. Stereotipe keluarga
berpenghasilan rendah, yakni menerima kehamilan putri mereka dan bayinya tanpa
keraguan, tidak terbukti. Ibu remaja hamil keturunan afrika amerika yang berpenghasilan
rendah seringkali marah dan kecewa karena ingin putri mereka memiliki kesempatan
hidup yang lebih baik daripada mereka.
2.7.1 Ayah remaja
Ayah remaja memiliki kemungkinan lebih besar merupakan anak dari orangtua
yang juga menjadi orang tua pada usia remaja daripada kawan kawan sebaya mereka
yang tidak menjadi ayah. Akibatnya, mereka tidak melihat kehamilan sebagai suatu
gangguan pada masa muda mereka. Pada beberapa masyarakat berpenghasilan rendah,
kemampuan remaja untuk menghamili dipandang sebagai suatu kebanggaan dan tanda
kejantanan.
Ayah remaja kebanyakan lebih miskin dan kurang berpendidikan daripada laki
laki yang tidak menjadi ayah pada usia muda. Kebalikan dari keyakinan yang popular,
hubungan pasangan remaja hamil tidak berlangsung sementara, sebaliknya banyak
hubungan ini cenderung berlanjut. Menurut Elsters, LAMB & Kimerlly, kurang dari 9 %
remaja hamil mengenal pasangannya kurang dari 6 bulan sebelum konsepsi dan lebih dari
50 % mengenal pasangannya selama 2 tahun atau lebih lama. Sebagian besar ayah remaja
berusaha memberikan dukungan kepada pasangannya dalam bentuk uang, hadiah, dan
kendaraan. Mereka juga ingin terlibat pengambilan keputusan yang berhubungan dengan
kehamilan tersebut. Namun, keluarga dari pasangan remaja ini sering kali tidak
melibatkan ayah yang masih remaja ini dalam proses pengambilan keputusan karena
merasa marah akibat kehamilan tersebut atau karena mereka yakin ia tidak mam[pu
mengambil keputusan. Sering kali para ayah remaja ini berfikir bahwa pasangan mereka
8
tidak sungguh sungguh memerlukan dukungan mereka, akibatnya beberapa dari mereka
tidak merasa bahwa mereka mengabaikan pasangannya.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kehamilan remaja merupakan kehamilan pada usia antara 14-19 tahun. Kehamilan
remaja mempunyai resiko medis lebih tinggi disebabkan belum matangnya alat reproduksi untuk
hamil,sehingga merugikan kesehatan ibu dan janin. Masa remaja merupakan masa peralihan atau
masa transisi atau masa pancaroba yang penuh gejolak yaitu masa kanak-kanak menuju masa
dewasa mandiri. Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12
hingga 21 tahun. Faktor terjadinya kehamilan remaja yaitu kurangnya peran orangtua dalam
keluarga, perkembangan iptek yang tidak didasari dengan perkembangan mental yang kuat.
10
Daftar pustaka
11