Anda di halaman 1dari 17

MENJADI ORANG TUA

DI USIA REMAJA

Disusun Oleh :
NAMA : APRILIA UMASANGAJI
NIM : (14220190030)
KELAS : B1

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2021

1
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fenomena pernikahan di usia muda masih sangat tinggi. Hal tersebut
terlihat dari maraknya pernikahan usia muda pada kalangan remaja, yang kini
tidak hanya terjadi di pedesaan tetapi juga kota-kota besar di Indonesia. Fenomena
pernikahan usia muda ini tampaknya merupakan “mode” yang terulang. Dahulu,
pernikahan usia muda dianggap lumrah. Tahun berganti, makin banyak yang
menentang pernikahan usia muda namun fenomena ini kembali lagi. Jika dahulu
orang tua ingin agar anaknya menikah muda dengan berbagai alasan, maka kini
tidak sedikit remaja sendiri, bukan hanya remaja pedesaan tetapi juga remaja di
kota besar, yang ingin menikah muda.
Pernikahan di usia muda hanyalah sepenggal realitas sosial yang dihadapi
masyarakat saat ini. Pada kalangan remaja, pernikahan di usia muda ini dianggap
sebagai jalan keluar untuk menghindari seks bebas. Ada juga yang melakukannya
karena terpaksa dan karena hamil di luar nikah. Pendapat tersebut mungkin ada
benarnya, namun pernikahan tentunya bukan hanya sekedar menyatukan diri
dalam suatu perkawinan sebagai jawaban atas permasalahan hidup yang sedang
dihadapi. Pernikahan merupakan suatu bekal hidup yang harus dipersiapkan
dengan matang.
Dorongan seksual remaja yang tinggi karena didorong oleh lingkungan
pergaulan remaja yang mulai permisif (suka memperbolehkan/mengizinkan) dan
nyaris tanpa batas. Pada akhirnya, secara fisik anak bisa terlihat lebih cepat
matang dan dewasa, namun psikis, ekonomi, agama, sosial, maupun bentuk
kemandirian lainnya belum tentu mampu membangun komunitas baru bernama
keluarga. Untuk membentuk suatu keluarga, pasangan suami istri memerlukan
kesiapan moril dan materil untuk mengarungi dan berbagi apapun kepada
pasangan tercinta, harus cukup dewasa, sehat jasmani rohani dan serta sudah
mempunyai kemampuan untuk mencari nafkah

2
Pernikahan di usia muda sangat rentan ditimpa masalah karena tingkat
pengendalian emosi belum stabil. Dalam sebuah perkawinan akan dijumpai
berbagai permasalahan yang menuntut kedewasaan dalam penanganannya
sehingga sebuah perkawinan tidak dipandang sebagai kesiapan materi belaka,
tetapi juga kesiapan mental dan kedewasaan untuk mengarunginya. Biasanya
kondisi dimana pasangan yang tidak sanggup menyelesaikan serta menanggulangi
permasalahan yang terjadi dapat menimbulkan berbagai masalah lainnya yang
dapat mengarah pada perceraian keluarga. Sehingga banyaknya perkawinan usia
muda ini juga berbanding lurus dengan tingginya angka perceraian. Banyaknya
kasus perceraian ini merupakan dampak dari mudanya usia pasangan bercerai
ketika memutuskan untuk menikah. Namun dalam alasan perceraian tentu saja
bukan karena alasan menikah muda, melainkan masalah ekonomi dan sebagainya,
tetapi masalah tersebut tentu saja sebagai dampak dari perkawinan yang dilakukan
tanpa kematangan diri dari segala aspek. Hal ini disebabkan oleh pengambilan
keputusan menikah yang terlalu ringkas dan kurang pertimbangan demi efisiensi
waktu sehingga bukan menyelesaikan masalah tetapi menumpuk masalah dengan
masalah lainnya.
Contoh kasus yang sering kita lihat adalah menikah muda karena
keterlanjuran hubungan seks akibatnya terpaksa dikawinkan karena telanjur hamil
dan orangtua tidak memberi pilihan pada anak itu selain menikah dengan sang
pacar padahal sebenarnya tidak ingin menikah, tetapi juga tidak ingin
mengugurkan kandungan. Kasus-kasus seperti ini merupakan fenomena di kota-
kota besar. Hal ini juga akan mengakibatkan penolakan dari keluarga karena malu.
Selain itu, fenomena menikah di usia muda ini akan beruntut pada masalah
sosial lainnya seperti tindak kriminal aborsi, risiko penyakit menular seks (PMS),
serta perilaku a-sosial lainnya dan juga tidak menutup kemungkinan pekerja
seksual juga muncul dari “budaya kebablasan” ini.

1.2 Rumusan masalah


Adapun masalah yang akan di bahas dalam makalah ini adalah tentang
Menjadi Orang Tua Pada Masa Remaja

3
1.3 Tujuan Masalah
1. .Mahasiswa mampu menjelaskan Definisi dari orang tua dan remaja?
2. Mahasiswa mampu menjelaskan Faktor-faktor yang menyebabkan menjadi
orang tua pada masa remaja?
3. Mahasiswa mampu menjelaskan Dampak yang muncul setelah menjadi
orang tua pada masa remaja?
4. Mahasiswa mampu menjelaskan Peran perawat dalam menghadapi bahaya
pasien yang menjadi orang tua pada masa remaja?
5. Mahasiswa mampu menjelaskan Penanganan yang dilakukan untuk
menghadapi dampak menjadi orang tua pada usia remaja?
6. Mahasiswa mampu menyebutkan diagnosa yang muncul?

1.4 Manfaat Penulisan


Penulis berharap dari adanya penulisan makalah ini dapat memberikan
manfaat kebanyak pihak diantaranya sbb :

1. Bagi penulis, memberikan penjelasan mengenai Menjadi orang tua


pada masa remaja.

2. Bagi mahasiswa keperawatan , dapat di manfaatkan dan digunakan


oleh teman-teman sebagai bahan referensi terkait masalah dampak
menjadi orang tua pada masa remaja dan penerapannya pada bidang
ilmu Kesehatan, selain itu juga dapat bermanfaat sebagai bahan
referensi untuk melakukan asuhan keperawatan dengan benar.

2. Pihak umum, sebagai bahan bacaan, sumber informasi dan referensi


terkait masalah menjadi orang tua pada masa remaja.

BAB II
PEMBAHASAN

4
2.1 Pengertian
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (2005: 802) pengertian orang tua
adalah ayah ibu kandung; orang yang dianggap tua (cerdik pandai, ahli, dsb).
Sejalan dengan pendapat tersebut, Soelaeman (1994:179) menganggap
bahwa“...istilah orang tua hendaknya tidak pertama-tama diartikan sebagai
orang yang tua, melainkan sebagai orang yang dituakan, karenanya diberi
tanggung jawab untuk merawat dan mendidik anaknya menjadi manusia
dewasa”.
Remaja atau adolescere yang berarti tumbuh kearah kematangan.
Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi
juga kematangan sosial dan psikologis (Yani Widyastuti,2009)
Remaja dikenal sebagai suatu tahap perkembangan fisik, yaitu masa alat-
alat kelamin manusia mencapai kemantangannya.Secara anatomis berarti alat-
alat kelamin khususnya dan keadan tubuh pada umumnya memperoleh
bentuknya yang sempurna dan alat-alat kelamin tersebut sudah berfungsi
secara sempurna pula.pada akhir dari peran perkembangan fisik ini aknan
terjadi seorang pria yang berotot dan berkumis /berjanggut yang mampu
menghasilkan beberapa ratus juta sel mani (spermatozoa) setiap kali
berejakulasi (memancarkan air mani), atau seorang wanita yang berpayudara
dan berpinggul besar yang setiap bulannya mengeluarkan sebuah sel telur dari
indung telurnya (Sarlito W. Sarwono, 2010)

2.2 Faktor faktor yang menyebabkan menjadi orang tua pada masa remaja
Selama ini perkawinan di bawah umur terjadi  dari dua aspek:
1. Sebab dari Anak.
a. Faktor Pendidikan.
Peran pendidikan anak-anak sangat mempunyai peran yang besar.
Jika seorang anak putus sekolah pada usia wajib sekolah, kemudian
mengisi waktu dengan bekerja. Saat ini anak tersebut sudah merasa
cukup mandiri, sehingga merasa mampu untuk menghidupi diri
sendiri.

5
Hal yang sama juga jika anak yang putus sekolah tersebut
menganggur. Dalam kekosongan waktu tanpa pekerjaan membuat
mereka akhirnya melakukan hal-hal yang tidak produktif. Salah
satunya adalah menjalin hubungan dengan lawan jenis, yang jika diluar
kontrol membuat kehamilan di luar nikah.
b. Faktor telah melakukan hubungan biologis.
Ada beberapa kasus, diajukannya pernikahan karena anak-anak 
telah melakukan hubungan biologis layaknya suami istri. Dengan
kondisi seperti ini, orang tua anak perempuan cenderung segera
menikahkan anaknya, karena menurut orang tua anak gadis ini, bahwa
karena sudah tidak perawan lagi, dan hal ini menjadi aib.
Tanpa mengenyampingkan perasaan dan kegalauan orang tua, saya
menganggap ini sebuah  solusi yang kemungkinan di kemudian hari
akan menyesatkan anak-anak. Ibarat anak kita sudah melakukan suatu
kesalahan yang besar,  bukan memperbaiki kesalahan tersebut, tetapi
orang tua justru membawa anak pada suatu kondisi yang rentan
terhadap masalah.  Karena sangat besar di kemudian hari perkawinan
anak-anak tersebut akan dipenuhi konflik.
c. Hamil sebelum menikah
Ini saya pisahkan dari faktor penyebab di atas, karena jika kondisi
anak perempuan itu telah dalam keadaan hamil, maka orang tua
cenderung menikahkan anak-anak tersebut. Bahkan ada beberapa
kasus, walau pada dasarnya orang tua anak gadis ini tidak setuju
dengan calon menantunya, tapi karena kondisi kehamilan si gadis,
maka dengan terpaksa orang tua menikahkan anak gadis tersebut.
Bahkan ada kasus, justru anak gadis tersebut pada dasarnya tidak
mencintai calon suaminya, tapi karena terlanjur hamil, maka dengan
sangat terpaksa mengajukan permohonan dispensasi kawin. Ini semua
tentu menjadi hal yang sangat dilematis. Baik bagi anak gadis, orang
tua bahkan hakim yang menyidangkan.

6
Karena dengan kondisi seperti ini, jelas-jelas perkawinan yang
akan dilaksanakan bukan lagi sebagaimana perkawinan sebagaimana
yang diamanatkan UU bahkan agama. Karena sudah terbayang di
hadapan mata, kelak rona perkawinan anak gadis ini kelak. Perkawinan
yang dilaksanakan berdasarkan rasa cinta saja kemungkinan di
kemudian hari bias goyah,apalagi jika perkawinan tersebut didasarkan
keterpaksaan
2. Sebab dari luar Anak
a. Faktor Pemahaman Agama.
Saya menyebutkan ini sebagai pemahaman agama, karena ini
bukanlah sebagai doktrin. Ada sebagian dari masyarakat kita yang
memahami bahwa jika anak menjalin hubungan dengan lawan jenis,
telah terjadi pelanggaran agama. Dan sebagai orang tua wajib
melindungi dan mencegahnya dengan segera menikahkan anak-anak
tersebut.
Ada satu kasus, dimana orang tua anak menyatakan bahwa jika
anak menjalin hubungan dengan lawan jenis merupakan satu:
“perzinahan”. Oleh karena itu sebagai orang tua harus mencegah hal
tersebut  dengan segera menikahkan. Saat mejelishakim menanyakan
anak wanita yang belum berusia 16 tahun tersebut, anak tersebut pada
dasarnya tidak keberatan jika menunggu dampai usia 16 tahun yang
tinggal beberapa bulan lagi. Tapi orang tua yang tetap bersikukuh
bahwa pernikahan harus segera dilaksanaka. Bahwa perbuatan anak
yang saling sms dengan anak laki-laki adalah merupakan “zina”. Dan
sebagai orang tua sangat takut dengan azab membiarkan anak tetap
berzina
b. Faktor ekonomi.
Kita masih banyak menemui kasus-kasus dimana orang tua terlilit
hutang yang sudah tidak mampu dibayarkan. Dan jika si orang tua
yang terlilit hutang tadi mempunyai anak gadis, maka anak gadis
tersebut akan diserahkan sebagai “alat pembayaran”  kepada si

7
piutang. Dan setelah anak tersebut dikawini, maka lunaslah hutang-
hutang yang melilit orang tua si anak.
Kasus ini baru-baru ini mencuat terjadi di Maros (Sulawesi
Selatan). Dimana seorang kakek erusia 60 tahun menikah dengan anak
berusia 12 tahun. Orang tua anak tersebut sudah cuup senang, karena
selain hutang-hutangnya bisa terbayarkan juga karena anaknya tersebut
telah diberikan HP. Sebuah kisah yang sangat ironis.
c. Faktor adat dan budaya.
Di beberapa belahan daerah di Indonesia, masih terdapat beberapa
pemahaman tentang perjodohan. Dimana anak gadisnya sejak kecil
telah dijodohkan orang tuanya. Dan akan segera dinikahkan sesaat
setelah anak tersebut mengalami masa menstruasi. Padahal umumnya
anak-anak perempuan mulai menstruasi di usia 12 tahun. Maka dapat
dipastikan anak tersebut akan dinikahkan pada usia 12 tahun, jauh di
bawah batas usia minimum sebuah pernikahan yang diamanatkan UU.
Dari kedua penyebab pernikahan dini, maka pernikahan dini yang
terjadi bukan karena n si anak, yang menjadi korban adalah anak-anak
perempuan.  Budaya ini harus kita kikis, demi terwujudnya kesaaan
hak antara anak laki-laki dan anambangan Remaja dk perempuan. Dan
wajib kita syukuri juga, budaya ini terjadi di daerah, bukan di daerah
yang sudah maju.
Perkembangan Remaja dan Tugasnya sesuai dengan tumbuh dan
berkembangnya suatu individu , dari masa anak-anak sampai dewasa ,
individu memiliki tugas masing-masing pada setiap tahap
perkembangannya . Yang dimaksud tugas pada setiap tahap
perkembangan adalah bahwa setiap tahapan usia , individu tersebut
mempunyai tujuan untuk mencapai suatu kepandaian .

2.3 Dampak yang muncul menjadi orang tua pada masa remaja
1. Rusaknya Organ Reproduksi

8
Banyak pihak medis mengatakan bahwa organ reproduksi terutama organ
reproduksi anak gadis remaja belum siap untuk melakukan hubungan intim dan
juga belum siap untuk mengandung. Jika hal itu terjadi, medis mengatakan
kemungkinan buruknya adalah bisa terjadi keguguran secara berulang-ulang
karena kondisi rahim yang belum siap. Tidak hanya itu saja, keguguran yang
berulang bisa menyebabkan rusaknya organ reproduksi wanita sehingga
kemungkinan untuk bisa menggandung kembali sangat nihil.

2. Keguguran

Hal nyata yang bisa dialami oleh wanita yang hamil di usia muda adalah akan
mengalami keguguran. Penyebab keguguran hamil muda adalah rahim wanita
yang masih muda belum siap dan belum matang untuk menerima kehamilan.
Akibatnya adalah keguguran akan dialami oleh wanita tersebut.

3. Cacat Fisik

Salah satu hal yang menjadi bahaya hamil di usia muda adalah bayi yang
dilahirkannya akan mengalami cacat fisik. Alasannya adalah sel telur wanita muda
di usia bawah 20 tahun belum terbentuk dengan sempurna sehingga ketika sel
telur dibuahi akan menimbulkan kecacatan terutama cacat fisik bagi janinnya
kelak.

4. Kanker Serviks

Salah satu bahaya akibat hamil muda adalah bisa terkena kanker serviks. Hal
itu dikarenakan berhubungan seksual saat masih muda bisa menyebabkan leher
rahim terkena virus. Virus tersebut bisa berubah menjadi kanker serviks terutama
virus yang tidak segera diobati.

5. Mudah Terkena Infeksi

9
Organ reproduksi yang masih belum siap untuk melakukan hubungan seksual
bisa menyebabkan organ reproduksi tersebut mudah terkena infeksi. Terlebih lagi
ditunjang dengan faktor rendahnya ekonomi, stress dan perawatan organ
reproduksi yang belum banyak dipahami bisa menyebabkan wanita mudah terkena
infeksi apalagi saat wanita tersebut terkena nifas. Banyak bakteri bisa masuk ke
dalam organ reproduksinya dan menimbulkan infeksi.

6. Kurangnya Perawatan Kehamilan

Tingkat pendidikan yang rendah bisa menyebabkan gadis muda yang sedang
hamil kurang dalam merawat kehamilannya. Tidak hanya itu saja, masyarakat
terpencil juga belum tahu bagaimana caranya merawat kehamilan dengan benar,
hal itu semakin memperparah kondisi ibu muda yang sedang hamil. Kehamilan
pun menjadi rawan terutama di saat awal-awal kehamilannya.

7. Hipertensi

Wanita muda yang hamil akan memiliki terkena hipertensi dalam kehamilan
lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang hamil di usia cukup. Kondisi itu
dalam dunia medis dikenal dengan pregnancy induced hypertension. Tekanan
darah tinggi adalah pemicu timbulnya pre eklamsia, sehingga remaja muda yang
hamil sangat rentan untuk bisa terkena pre eklamsia. Pre eklamsia bisa disebut
kombinasi dari penyakit darah tinggi,darah tinggi juga bisa menyebabkan
terjadinya komplikasi kehamilan. Misalnya saja ibu muda mengalami gangguan
jantung, kolesterol dan masih banyak lagi penyakit lainnya.

8. Prematur

Remaja yang mengalami kehamilan di usia muda bisa membuat remaja


tersebut mengalami kelahiran prematur. Usia kehamilan yang matang adalah
antara 38 minggu sampai dengan 40 minggu, sedangkan remaja yang mengalami
kehamilan sangat rentan untuk melahirkan di usia sebelum 37 minggu.

10
Penyebabnya adalah kondisi rahim yang masih belum siap untuk mengandung
membuat bayi tersebut dilahirkan premature.

Bayi yang dilahirkan secara prematur akan memiliki berbagai macam masalah
kesehatan diantaranya adalah masalah di sistem pencernaan, masalah di
pernafasan karena paru-paru yang belum berkembang, syaraf mata yang belum
berkembang secara sempurna sehingga penglihatan tergenggu juga masalah
kesehatan yang lainnya.

9. Bayi Memiliki Berat Badan Rendah

Bahaya kehamilan di usia muda adalah ibu bisa melahirkan bayi dengan berat
badan yang rendah. Alasannya adalah bayi tidak bisa mendapatkan energi dan gizi
yang cukup selama di dalam rahim. Kelahiran prematur juga bisa menyebabkan
bayi yang dilahirkan memiliki berat badan yang rendah. Bayi yang dilahirkan
kurang dari usia 37 minggu bisa membuat berat badan bayi kurang dari 2.500
gram.

10. Terkena PMS

Hamil dengan usia yang masih sangat muda bisa menyebabkan ibu dan
bayinya terkena PMS. Penyakit yang akan mengintai remaja adalah penyakit
kelamin yang disebabkan oleh bakteri klamidia dan juga HIV. PMS ini bisa
menular melalui mulut rahim setelah virus itu sampai ke dalam rahim, bakteri atau
virus tersebut akan menganggu pertumbuhan dan juga kesehatan bayi yang ada di
dalam rahim.

11. Depresi

Remaja yang belum siap mental dan belum siap fisik untuk hamil bisa
mengalami depresi. Depresi itu bisa menyerang remaja sehabis melahirkan
bayinya. Depresi itu ditandai dengan perasaan rendah diri, sedih dan juga tidak
mau mengurus bayinya setelah dilahirkan. Depresi tersebut bisa berubah menjadi

11
sindrom baby blues. Jika sudah terkena baby blues maka diperlukan perawatan
khusus dari pihak medis terutama untuk mengobati psikologis remaja tersebut.

12. Tekanan Psikologis

Remaja yang hamil muda dan melahirkan di usia yang sangat muda akan
mendapatkan tekanan psikologis dari masyarakat. Remaja tersebut mendapatkan
tekanan psikologis berupa rasa sendirian dan juga rasa dikucilkan oleh orang-
orang di sekitarnya. Dari pihak keluarga sendiri, khusus kasus MBA remaja
tersebut merasa terkucilkan di lingkungan keluarga. Merasa malu karena tidak
bisa menjaga diri dan masih banyak lagi lainnya.

13. Anemia

Remaja yang mengalami hamil di usia muda bisa menyebabkan dirinya


terkena anemia atau kekurangan darah. Kurangnya pengetahuan remaja dan
keluarga akan kebutuhan zat besi / gizi saat kehamilan bisa menyebabkan remaja
tersebut terkena anemia. Anemia sangat berbahaya bagi ibu hamil karena bisa
menyebabkan pendarahan saat kehamilan.

14. Keracunan Kehamilan

Gangguan kehamilan seperti keracunan mungkin saja bisa terjadi. Gabungan


antara organ reproduksi yang belum matang dan juga resiko terkena anemia bisa
menyebabkan remaja tersebut terkena keracunan kehamilan.

2.4 Peran Perawat dalam menghadapi bahaya pasien yang menjadi orang
tua pada masa remaja

1. Conselor
Membantu klien untuk menyadari dan mengatasi tekanan psikologis atau
masalah sosial untuk membangun hubungan interpersonal yang baik antar
keluarga.Sehingga pasien mempunyai panadangan yang lebih baik dari
sebelumnya dan dapat menerima peran sebagai orang tua diusia remaja.

12
2. Client Advocate (Pembela Klien).
a. membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari
berbagai pemberi pelayanan kesehatan
b. Pembelaan termasuk didalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk klien,
memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hak-hak klien
3. Care Giver

memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien mengenai hal-hal yang


dibutuhkan pasien dan juga memberikan dorongan semangat untuk menjalani
peran sebagai orang tua diusia remaja.

4. Perawat memberikan eduksi tentang dampak menjadi orang tua diusia


remaja,sehingga klien dapat mempunyai wawasan tentang bahanya menjadi orang
tua diusia remaja misalnya tentang belum matangnya sistem reproduksi.

2.5 Penanganan yang dilakukan untuk mengadapi dampak menjadi orang tua pada
usia remaja

1. Memberikan penyuluhan atau bimbingan kepada remaja mengenai berbagai


permasalahan sosial terutama tentang risiko pernikahan di usia muda melalui
pendidikan seks dini, konseling kesehatan reproduksi juga memberikan kesadaran
kepada para remaja untuk menghindari seks pranikah yang bisa mengakibatkan
kehamilan.
2. Upaya meningkatkan kualitas pendidikan pada dan pengembangan potensi dan
skill yang lebih baik.
3. Keluarga harus mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai yang baik sejak dini
kepada remaja, serta memberikan bimbingan, perlindungan, dan pengawasan agar
remaja tidak terjerumus dalam pergaulan bebas yang dapat mengarah pada
menjadi orang tua pada masa remaja.
4. Pemerintah maupun kalangan masyarakat harus terus mengembangkan
pendidikan dan membuka lapangan kerja agar perempuan dan laki-laki
mempunyai alternatif kegiatan lain sehingga menikah muda bukan satu-satunya
pilihan hidup. Misalnya mengembangkan program pemberdayaan orang muda

13
agar meneruskan sekolah, dan bagi yang terpaksa putus sekolah diberikan
pendidikan keterampikan agar tidak segera memasuki jenjang pernikahan.
5. mengupayakan sosialisasi kepada keluarga untuk menyekolahkan anak-anak
mereka hingga tamat SMA /SMK.

2.6 Diagnosa yang muncul

1. Domain 7. Hubungan Peran

Kelas 1. Peran Pemberi Asuhan

00056

Ketidak mampuan menjadi orang tua

2. Domain 9. Koping / Toleransi stress

Kelas 2. Respons koping

00146

Ansietas

3. Domain 7. Hubungan peran

Kelas 3. Performa peran

00055

Ketidakefektifan performa peran

14
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam kamus besar bahasa Indonesia (2005: 802) pengertian orang tua
adalah ayah ibu kandung; orang yang dianggap tua (cerdik pandai, ahli, dsb).
Sejalan dengan pendapat tersebut, Soelaeman (1994:179) menganggap
bahwa“...istilah orang tua hendaknya tidak pertama-tama diartikan sebagai
orang yang tua, melainkan sebagai orang yang dituakan, karenanya diberi
tanggung jawab untuk merawat dan mendidik anaknya menjadi manusia
dewasa”.
Remaja atau adolescere yang berarti tumbuh kearah kematangan.
Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi
juga kematangan sosial dan psikologis (Yani Widyastuti,2009). Sedangkan
Faktor faktor yang menyebabkan menjadi orang tua pada masa remaja
1. Sebab dari Anak.
a. Faktor Pendidikan
b. Faktor telah melakukan hubungan biologis
c. Hamil sebelum menikah
2. Sebab dari luar Anak
a. Faktor Pemahaman Agama.
b. Faktor ekonomi
c. Faktor adat dan budaya

Dampak yang muncul menjadi orang tua pada masa remaja

a. Rusaknya Organ Reproduksi


b. Keguguran
c. Cacat Fisik
d. Kanker Serviks
e. Mudah Terkena Infeksi
f. Kurangnya Perawatan Kehamilan
g. Hipertensi
h. Prematur
i. Bayi Memiliki Berat Badan Rendah
j. Terkena PMS

15
k. Depresi
l. Tekanan Psikologis
m. Anemia
n. Keracunan Kehamilan
Peran Perawat dalam menghadapi bahaya pasien yang menjadi orang tua
pada masa remaja.

a. Conselor
b. Client Advocate (Pembela Klien).
c. Care Giver
d. Perawat memberikan eduksi

DAFTAR PUSTAKA

16
BKKBN.2002.Program dan pelayanan kesehatan reproduksi. Jakarta: BKKBN.
2005.Panduan praktis konseling kesehatan reproduksi remaja. Bandung BKKBN

.2008.Kurikulum dan modul pelatihan pengelolaan pemberian informasi


kesehatan reproduksi remaja oleh pendidik sebaya. Jakarta. : BKKBN

17

Anda mungkin juga menyukai