Anda di halaman 1dari 7

TOPIK : STOP PERNIKAHAN USIA DINI

JUDUL TULISAN : BAHAYA, INI BAPER

NAMA PENULIS : NABILLA PUTRI ANDINI

Apa yang terlintas di pikiranmu ketika membaca judul tulisan ini ? Jangan
salah fokus, jangan salah kaprah. Maksud kata “baper” dalam judul tulisan ini
bukanlah “bawa perasaan” seperti yang sering diartikan remaja pada umumnya.
Baper dalam judul ini merupakan singkatan dari “banyak permasalahannya”. Jadi,
pernikahan dini ini berbahaya dan akan menimbulkan banyak masalah.

Tentunya, kata pernikahan sudah tidak asing lagi terdengar di telinga kita.
Pernikahan ialah sunatullah yang berlaku pada setiap makhluk yang bernyawa
untuk dapat mengikat suatu hubungan yang sah antara dua insan yang berbeda.
Pernikahan bertujuan untuk membangun keluarga yang sakinah, mawadah, dan
warahmah. Melalui pernikahan, akan dihasilkan keturunan sebagai generasi
penerus.

Generasi muda sebagai generasi penerus menjadi harapan bangsa ini di


masa yang akan datang. Kita sebagai generasi muda, yang dalam kurun waktu
beberapa tahun lagi akan menjadi wadah penentu nasib bangsa ini. Masa muda
atau masa remaja adalah keadaan dimana seseorang berada pada usia peralihan
dari kanak-kanak menuju dewasa. Pada masa inilah terjadinya gejolak dalam diri
setiap remaja.

Sebagai generasi penerus bangsa tentunya kita harus dapat diandalkan


dalam berbagai aspek kehidupan. Namun, sangat disayangkan sekali pada saat ini
generasi muda yang diharapkan justru menjadi perusak kokohnya negeri ini.

1
Menikah di usia muda, menjadi trend masa kini sekaligus seakan-akan
menjadi budaya tersendiri bagi kalangan remaja. Padahal, pernikahan dianjurkan
bagi pasangan yang sudah cukup umur dan matang dalam berbagai hal. Pembaca,
saat ini kita mengalami krisis generasi muda yang mampu untuk merubah bangsa
ini menjadi lebih baik.

Saat ini, pernikahan dini sudah menjadi tradisi yang berkembang di


kalangan remaja. Menurut Diane E. Papalia dan Sally Wendkos dalam bukunya
Human Development 1995, mengemukakan bahwa usia terbaik untuk melakukan
pernikahan bagi perempuan adalah 19 sampai dengan 25 tahun, sedangkan untuk
laki-laki usia 25 sampai 28 tahun karena ini adalah usia ideal untuk menikah baik
untuk memulai kehidupan rumah tangga maupun untuk memiliki keturunan.

Jika terus-menerus banyak generasi yang memutuskan untuk menikah di


usia muda maka, tidak ada lagi generasi muda yang dapat diandalkan untuk
memajukan bangsa. Pembaca, melihat kondisi seperti ini, tentunya ada beberapa
kata yang menjadi tanda tanya besar tentang pernikahan usia dini ini. Apa sih
faktor penyebab pernikahan dini itu ? Kenapa sih itu menjadi trend remaja saat ini
? Apa saja kerugian atau dampak negatif pernikahan dini itu ? Lalu, bagaimana
cara kita untuk mengatasi terjadinya pernikahan dini ?

Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab pernikahan usia dini terjadi.
Faktor-faktor tersebut, antara lain :
1. Kemauan diri sendiri
Faktor ini merupakan faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari
dalam diri individu itu sendiri. Banyak diantara mereka yang tidak dapat menahan
godaan hawa nafsu yang terus menghantui kehidupan mereka. Adanya sugesti
pada diri individu itu yang beranggapan bahwa menikah di usia muda itu lebih
menyenangkan. Bahkan, mereka merasa aneh jika ada salah satu diantara mereka
yang belum menikah. Mereka tidak berpikir kedepannya rintangan apa yang akan

2
mereka temui. Pernikahan usia dini, sangat rentan terhadap perceraian. Bagaimana
tidak, dengan menikah di usia dini, tentu pola pikir, sikap dan emosional berada
pada kondisi yang tidak stabil. Akibat dari perceraian tersebut, hancurlah masa
depan mereka yang seharusnya dapat menjadi pelangi dalam kehidupan mereka.
2. Faktor keluarga dan tingkat ekonomi
Pernikahan usia dini, juga dapat terjadi akibat adanya paksaan dari
orang tua untuk segera menikah dengan harapan dapat mengurangi beban
ekonomi yang menjadi momok bagi kehidupan keluarganya. Orang tua
mengharapkan dengan menikahnya anak mereka, dapat membantu perekonomian
sehingga dapat meringankan beban hidup mereka.
3. Perkembangan zaman
Di era globalisasi saat ini, komunikasi semakin mudah untuk
dilakukan. Berbagai media sosial memberikan fasilitas tersendiri bagi
penggunanya untuk berkomunikasi antara satu dengan yang lainnya bahkan yang
berjarak jauh sekalipun. Hal ini memungkinkan, pergaulan bebas terjadi pada para
remaja pengguna media sosial. Melalui berbagai cara pendekatan, yang sekaligus
menjerumuskan mereka untuk menginginkan menikah di usia dini.
4. Faktor budaya
Faktor ini biasanya terjadi di daerah pedesaan yang masih rendah
taraf pendidikannya. Penduduk setempat, menikahkan anak-anaknya pada usia
muda. Seakan menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagi mereka apabila dapat
menikahkan anaknya di usia muda, dan menjadi ketakutan tersendiri bagi mereka
apabila anaknya belum menikah, dengan anggapan anak tersebut akan menjadi
perawan tua.
5. Pendidikan
Rendahnya tingkat pendidikan seseorang menjadi pemicu
terjadinya pernikahan dini. Pergaulan bebas dapat terjadi pada diri individu yang
memiliki tingkat pendidikan rendah, mereka membuang waktu berharga mereka
dengan hal-hal negatif yang membawa mereka jatuh ke dalam lembah kesesatan.
Melalui tingkat pendidikan yang tinggi, dalam diri seseorang akan terbentuk
mental dan pola pikir yang tidak akan goyah oleh apapun yang akan membawa

3
mereka ke hal negatif.
6. Hamil di luar nikah
Peristiwa hamil di luar nikah atau sering dikenal dengan “hamil
duluan” merupakan keadaan yang terjadi pada seorang wanita yang hamil
sebelum adanya pernikahan yang sah. Faktor ini berkaitan erat dengan pendidikan
dan akibat dari pergaulan bebas. Banyak remaja yang melakukan sex di luar nikah
tanpa ada komitmen, mereka melakukan seks bebas (free sex). Alhasil jika
perempuan hamil duluan dan si pria meninggalkannya begitu saja atau tidak
bertanggung jawab itu akan menjadi aib bagi keluarga wanita. Oleh karena itu,
agar tidak menanggung malu, setelah anak tersebut dilahirkan, pernikahan akan
segera dilangsungkan. Faham ini dinamakan seks bebas (free sex). Mereka
beranjak dari suatu asumsi yang keliru, yang mengatakan bahwa soal seks sama
saja dengan soal makan dan minum. Jadi jika ada orang yang lapar dia harus
makan, dimana saja dan kapan saja. Begitu pula dengan seks yang dilakukan
dimana saja dan kapan saja ( Wilis, Sofyan. 1981. Problema Remaja dan Cara
Pemecahannya ). Bandung : Angkasa Bandung ).

Faktor-faktor di atas menyebabkan para generasi muda mengalami krisis


mental yang harus segera di perbaiki. Mungkin, memang pernikahan dini itu akan
terasa indah diawalnya. Namun, tak dapat dipungkiri pernikahan dini ini memiliki
banyak dampak negatif yang akan dirasakan pasangan tersebut.

Dampak-dampak negatif pernikahan dini :


1. Hancurnya masa depan
Siapa yang tidak ingin masa depan yang cerah ? siapa yang tidak
ingin melukiskan mimpi-mimpinya seperti indahnya warna pelangi ? Namun,
semua itu akan menjadi angan-angan apabila mereka harus mengakhiri pendidikan
mereka akibat pernikahan dini. Biasanya hal ini terjadi pada korban hamil di luar
nikah, dengan berat hati mereka harus melupakan mimpi-mimpi itu.
2. Gejolak emosi
Usia dini merupakan usia transisi yang menyebabkan remaja

4
berada pada gejolak emosi. Pada masa ini seringkali memicu tidak terkontrolnya
emosi yang dapat menjadi penyebab kekerasan dalam rumah tangga. Akibatnya,
banyak diantara mereka yang memutuskan untuk bercerai di usia yang masih
muda bahkan ada yang bercerai pada saat pernikahan layaknya masih seumur
jagung.
3. Faktor ekonomi
Anggapan bahwa dengan menikah dapat mengurangi beban
ekonomi, tidak selamanya benar. Usia yang masih muda, belum memiliki
pekerjaan tetap ditambah pula tingkat pendidikan yang rendah, dapat
menyebabkan banyaknya pengangguran yang terjadi.
4. Dampak biologis
Dilihat dari usia yang masih muda, organ intim atau alat reproduksi
anak dibawah umur belum siap untuk melakukan hubungan seks. Jika hal ini
dipaksakan, maka akan membahayakan diri sendiri dan juga calon bayi dalam
kandungannya.
5. Dampak psikologis
Bagi remaja yang tidak memikirkan dampak negatif pernikahan
dini ini, akan menimbulkan dampak psikis pada diri mereka. Penyeselan akan
datang cepat atau lambat, mereka akan merasa menyesal dengan jalan kehidupan
yang mereka rasakan saat ini. Hal ini pun akan mempengaruhi tumbuh kembang
anak mereka, tak sedikit anak yang menjadi pelampiasan penyesalan orang tua
akibat masa lalunya.
6. Resiko tertular penyakit menular seksual
Hal ini dapat terjadi pada pelaku seks bebas (free sex), mereka
melakukan seks dengan pasangan yang berbeda. Sehingga dapat menimbulkan
PMS ( Penyakit Menular Seksual ) yang bisa menyebabkan gangguan serviks
( mulut rahim ) yang juga dapat membahayakan janin yang dikandungnya.

Sungguh menyedihkan, apabila merasakan penyesalan dikemudian hari.


Masa muda pun telah lenyap ditinggal zaman. Ada pepatah yang mengatakan
“lebih baik mencegah daripada mengobati”. Sebelum terjerumus ke dalam jurang

5
kehancuran, ada beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk mencegah menikah
di usia muda. Cara-cara tersebut, diantaranya :
1. Kuatkan iman untuk dapat menahan hawa nafsu pada diri sendiri. Rutin
melakukan ibadah dan selalu mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa
akan menjadi tembok pelindung bagi kita agar dapat terhindar dari pergaulan
bebas pemicu pernikahan usia dini.
2. Menyibukkan diri dengan belajar dan hal yang positif dapat
menghindari kita agar tidak menggunakan waktu berharga kita untuk hal-hal yang
tidak penting.
3. Memilih teman yang baik dalam pergaulan. Lingkungan menjadi faktor
pemicu timbulnya perilaku positif atau negatif seseorang. Apabila kita bergaul
dengan teman yang baik dan mengajak ke arah yang positif maka, sikap perilaku
kita juga akan ke arah positif, begitu pula sebaliknya.
4. Peran keluarga terutama orang tua. Orang tua harus dapat menyediakan
atau menyisihkan waktunya berkomunikasi dengan anaknya setidaknya
menanyakan apa masalah yang sedang dihadapinya. Orang tua juga harus
mengetahui kegiatan anaknya di luar rumah dan jangan terlalu membebaskan anak
keluar malam jika bukan untuk melakukan hal yang positif seperti, belajar
kelompok, atau les privat.
5. Katakan tidak pada seks bebas ( say no to free sex ). Jika sudah
menanamkan kalimat ini dalam diri kita, maka kita tidak mudah tergoyahkan oleh
hal-hal negatif yang mengakibatkan terjadinya pernikahan usia dini.

Melalui cara-cara tersebut, pernikahan di usia dini dapat diminimalisir


jumlahnya. Kita sebagai generasi muda generasi penerus cita-cita bangsa, jangan
memikirkan sesuatu hanya sekilas saja, bayangkanlah apa yang akan terjadi di
masa depan apabila kita melakukannya. Selain itu, kita harus bisa mengubah pola
pikir dan tradisi masyarakat yang menjadi pernikahan usia dini sebagai suatu
trend saat ini. Mari bersama generasi muda teriakkan semboyan “katakan tidak
pada seks bebas ( say no to free sex ), stop pernikahan usia dini”.

6
7

Anda mungkin juga menyukai