Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan percobaan


Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa dapat menentukan kesadahan
total (Ca+ dan Mg+2) dan konduktivitas dengan menggunakan resin penukar
kation dan anion.
1.2 Pengenalan Air Bersih
Dengan meningkatnya pertumbuhan manusia maka kebutuhan hidup
manusiapun akan meningkat, salah satunya kebutuhan akan air yang bersih, sehat
dan tercukupi. Dalam kondisi ini sarana penyediaan air bagi masyarakat adalah
faktor fital dalam rangka meningkatkan standar hidup masyarakat. Oleh karena
itu, pelayanan akan air bersih tidak terbatas pada air minum saja tetapi juga untuk
berbagai macam keperluan kehidupan sehari-hari termasuk untuk penggunaan
industri. Pemanfaat air bersih antara lain :
a. Untuk keperluan rumah tangga (domestic use)
Penggunaan air bersih di rumah tangga adalah untuk minum, memasak,
mandi, mencuci, fasilitas sanitasi di rumah dan keperluan lainnya;
b. Untuk keperluan industri (industrial use)
Di industri air bersih mempunyai dua fungsi, yaitu sebagai bahan pokok
seperti yang digunakan pada industri makanan/minuman dan berfungsi
sebagai bahan pembantu seperti untuk pencuci, pendingin, atau pengisi ketel
uap;
c. Untuk keperluan umum dan perkotaan (public use)
Keperluan umum dan perkotaan seperti untuk menyiram tanaman,
membersihkan jalan, penggelontoran saluran kota, pemadam kebakaran,
keperluan fasilitas umum, aktivitas komersil, pelabuhan, dan keperluan
rekreasi.
Di Indonesia, air yang diproduksi oleh suatu sistem penyediaan air bersih
haruslah memenuhi standar yang ditetapkan oleh pemerintah melalui Keputusan
Menteri Kesehatan RI No.492/MENKES/per/IV/2010 Tentang Standar Kualitas Air
Bersih sebagai persyaratan kualitas air minum, dapat dilihat dalam lampiran B.
Air baku yang akan dijadikan sumber air minum harus memenuhi syarat-
syarat tertentu, yaitu:
1. Kualitas air baku menurut Undang-undang antara lain:
1) Peraturan Menkes No. 492/MENKES/per/IV/2010;
2) Peraturan pemerintah No.81/2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air serta pedoman penetapan baku mutu air.
2. Aspek kuantitas air baku
Penyediaan air baku selain memperhatikan kualitasnya juga harus
memperhatikan kuantitasnya yang berarti tersedianya air baku dengan jumlah
yang cukup.
3. Aspek kontinuitas air baku
Tersedianya air dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
penduduk belum dapat menjamin kesejahteraan jika tidak ada jaminan
ketersediaan air yang kontinu dan dalam jangka waktu yang lama.
1.3 Pengolahan Air
Pada bab ini akan dibahas pengolahan air dengan metode ion exchange
atau pertukaran ion. Pertukaran ion merupakan suatu proses dimana ion-ion yang
terjerap pada suatu permukaan media filter ditukar dengan ion-ion lain yang
berada dalam air (Setiadi, 2007). Pertukaran ion secara luas digunakan untuk
pengolahan air dan limbah cair,terutama digunakan pada proses penghilangan
kesadahan dan dalam proses demineralisasi air.
1.3.1 Prinsip-prinsip Pertukaran Ion
Pertukaran ion adalah sebuah proses fisika-kimia. Pada proses tersebut
senyawayang tidak larut, dalam hal ini resin, menerima ion positif atau negatif
tertentu darilarutan dan melepaskan ion lain ke dalam larutan tersebut dalam
jumlah ekivalen yangsama. Jika ion yang dipertukarkan berupa kation, maka resin
tersebut dinamakan resin penukar kation, dan jika ion yang dipertukarkan berupa
anion, maka resin tersebutdinamakan resin penukar anion (Setiadi, 2007). Contoh
reaksi pertukaran kation dan reaksi pertukaran anion disajikan pada reaksi di
bawah ini :
Reaksi pertukaran kation :
2NaR (s) + CaCl2(aq) CaR(s) + 2NaCl(aq) … (1)
Reaksi pertukaran anion :
2RCl (s) + Na2SO4 R 2SO4(s) + 2NaCl … (2)
Reaksi (1) menyatakan bahwa larutan yang mengandung CaCl2 diolah
dengan resin penukar kation NaR, dengan R menyatakan resin. Resin
mempertukarkan ion Na+ larutan dan melepaskan ion Na+ yang dimilikinya ke
dalam larutan. Secara ilustratif hal ini diberikan pada gambar 1.

Gambar 1.1 Up Flow Filter

Proses penukaran kation yang diikuti dengan penukaran anion untuk


mendapatkan air demin (demineralized water) diberikan pada gambar 2. Tahap
terjadinya reaksi pertukaran ion disebut tahap layanan (service).
Gambar 1.2 Proses penukaran ion Ca+ dengan ion Na+
Jika resin tersebut telah mempertukarkan semua ion Na + yang dimilikinya,
maka reaksi pertukaran ion akan terhenti. Pada saat itu resin dikatakan telah
mencapai titik habis (exhausted), sehingga harus diregenerasi dengan larutan yang
mengandung ion Na+ seperti NaCl. Tahap regenerasi merupakan kebalikan dari
tahap layanan. Reaksi yang terjadi pada tahap regenerasi merupakan kebalikan
reaksi (1). Resin penukar kation yang mempertukarkan ion Na+ tahap tersebut di
atas dinamakan resin penukar kation dengan siklus Na. Resin penukar kation
dengan siklus H akan mempertukarkan ion H + pada tahap layanan dan regenerasi
(Setiadi, 2007).
Proses pertukaran ion berlangsung secara umum sebagai berikut:
a) Pertama, kation-kation dengan valensi lebih besar akan dipertukarkan
terlebih dahulu sebelum kation-kation dengan valensi lebih kecil. Sebagai
contoh apabila di dalam akuarium kita terdapat besi (valensi +3), kalsium
(valensi +2) dan amonium (valensi +1) dalam jumlah yang sama, maka besi
akan terlebih dahulu dijerap oleh zeolit, menyusul kalsium dan terakhir
amonium. 
b) Kedua, kation yang konsentrasinya paling tinggi di dalam akuarium akan
dijerap terlebih dahulu walaupun valensi lebih kecil. Sebagai contoh dalam
kasus di atas, apabila konsentrasi (jumlah) amonium jauh lebih banyak
dibandingkan dengan besi dan kalsium maka sesuai dengan aturan 2,
amonium akan cenderung dijerap terlebih dahulu.
Berikut beberapa ion yang dapat ditukar, antara lain:
 H+ dan OH−
 Ion monoatomik valensi +1/-1 seperti Na+, K+ atau Cl−
 Ion monoatomik valensi +2 seperti Ca2+ atau Mg2+
 Ion poliatomik seperti SO42− atau PO43−
 Basa organik, biasanya mengandung gugus amino ( -NR2H+)
 Asam organik, biasanya mengandung gugus karboksilat (-COO− )
 Makromolekul yang dapat diionisasi, seperti peptida, protein atau asam
1.3.2 Jenis-jenis resin penukar ion
Resin penukar ion merupakan salah satu metoda pemisahan menurut
perubahan kimia. Resin penukar ion ada dua macam yaitu resin penukar kation
dan resin penukar anion. Jika disebut resin penukar kation maka kation yang
terikat pada resin akan digantikan oleh kation pada larutan yang dilewatkan.
Begitupun pada resin penukar anion maka anion yang terikat pada resin akan
digantikan pleh anion pada larutan yang dilewatkan. Sebagai media penukar ion
maka resin penukar ion harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat
tersebut antara lain sebagai berikut (Setiadi, 2007).
a. Kapasitas total yang tinggi, maksudnya resin memiliki kapasitas
pertukaran ion yang tinggi
b. Kelarutan yang rendah dalam berbagai larutan sehingga dapat digunakan
berulang-ulang. Resin akan beroperasi dalam cairan yang mempunyai sifat
melarutkan karena itu resin harus tahan terhadap air
c. Kestabilan kimia yang tinggi. Resin diharapkan dapat bekerja pada range
pH yang luas serta tahan terhadap asam, basa, oksidasi dan radiasi
d. Kestabilan fisik yang tinggi. Resin diharapkan tahan terhadap tekanan
mekanis, tekanan hidrostatis cairan serta tekanan osmosis
Berdasarkan jenis gugus fungsi yang digunakan, resin ion dapat dibedakan
menjadi empat jenis, yaitu:
1. Resin penukar kation asam kuat
2. Resin penkar kation asam lemah
3. Resin penukar anion basa kuat
4. Resin penukar anion basa lemah
Resin penukar kation mengandung gugus fungsi seperti sulfonat (R-
SO3H), phosponat (R-PO3H2), phenolat (R-OH), atau karboksilat (R-COOH),
dengan R menyatakan resin. Gugus resin penukar ion asam kuat adalah asam kuat
seperti sulfonat, phosponat, atau phenolat, dan gugus fungsi pada resin penukar
asam lemah adalah karboksilat.
Gugus fungsi pada resin penukar anion adalah senyawa amina (primer/R-
NH2, sekunder/R-N2H, tersier/R-R'2 N) dan gugus ammonium kuartener (R-
NR'3/tipe I, R-R'3 N + OH/tipe II), dengan R' menyatakan radikal organik seperti
CH3. Resin anion yang mempunyai gugus fungsi ammonium kuartener disebut
resin penukar anion basakuat dan resin penukar anion basa lemah mempunyai
gugus fungsi selain ammonium kuartener (Setiadi, 2007).
1.3.2.1 Resin Penukar Kation Asam Kuat
Resin penukar kation asam kuat yang beroperasi dengan siklus H,
regenerasi dilakukan menggunakan HCl atau H2SO4. Reaksinya adalah sebagai
berikut :

Ca SO4 Ca H2SO4
Mg Cl + 2HR(s) 2R Mg + 2HCl
2Na 2HCO3 2Na 2H2CO3
Fe 2NO3(aq) Fe(s) 2HNO3(aq)
Konsentrasi asam keseluruhan yang dihasilkan oleh reaksi (4.17) disebut
Free Mineral Acid (FMA). Jika nilai FMA turun, berarti kemampuan resin
mendekati titik habis dan regenerasi harus dilakukan. Reaksi pada tahap
regenerasi adalah sebagai berikut :

Ca CaCl2
2R Mg + 2HCl(aq) 2HR(s) MgCl2
2Na 2NaCl
Fe(s) 2FeCl2(aq)

1.3.2.2 Resin Penukar Kation Asam Lemah


Gugus fungsi pada resin penukar kation asam lemah adalah karboksilat (R-
COOH). Jenis resin ini tidak dapat memisahkan garam yang berasal dari asam
kuat dan basa kuat, tetapi dapat menghilangkan kation yang berasal dari garam
bikarbonat untuk membentuk asam karbonat, atau dengan kata lain resin ini hanya
dapat menghasilkan asam yang lebih lemah dari gugus fungsinya.
Resin ini berperilaku mirip seperti asam organik lemah. Dalam resin asam
lemah, gugus yang terionisasi adalah kelompok asam karboksilat (-COOH).
Tingkat pemisahan dari resin asam lemah sangat dipengaruhi oleh pH larutan.
Suatu resin asam lemah memiliki kapasitas yang terbatas di bawah pH 6 sehingga
tidak cocok untuk deionizing logam asam finishing air limbah (Setiadi, 2007).
1.3.2.3 Pesin Penukar Anion Basa Kuat
Seperti resin asam kuat, resin basa kuat sangat terionisasi dan dapat
digunakan dalam seluruh rentang pH. Resin ini digunakan dalam bentuk
hidroksida (OH-) seperti reaksi berikut (Zagorodni, 2006).
R-NH3OH + HCl R-NH3Cl + HOH
1.3.2.4 Basa lemah
Resin ini lemah seperti resin asam lemah dan derajat ionisasi sangat
dipengaruhi oleh pH. Akibatnya, resin pertukaran menunjukkan kapasitas
minimum di atas pH 7. Resin basa lemah tidak memiliki bentuk ion OH - seperti
halnya resin basa kuat. Hasilnya regenerasi hanya perlu dilakukan untuk
menetralkan asam yang diserap (Zagorodni, 2006).
R-NH2 + HCl R-NH3Cl

1.4 Aplikasi pertukaran ion


Aplikasi pertukaran ion adalah sebagai berikut.

1. Pemurnian air
2. Produksi air murni yang tinggi
3. Pencegahan perkaratan
4. Pemurnian logam-logam berharga
5. Menghilangkan kesadahan air
1.5 Konduktivitas
Dalam cairan atau gas, umumnya terdapat baik ion positif atau ion negatif
yang bermuatan tunggal atau kembar dengan massa yang sama atau berbeda.
Konduktivitas akan terpengaruh oleh semua faktor-faktor tersebut. Tapi kalau kita
anggap semua ion adalah sama, demikian pula ion positif, maka konduktivitasnya
hanya terdiri dari dua suku, seperti yang ditunjukkan gambar 1.5.
Gambar 1.5 Konduktivitas (a) cairan atau gas, (b) logam, (c) semi
konduktor (Sumber: Sinaga, 2010)
Pada konduktor logam, hanya elektron valensi saja yang bebas bergerak.
Pada gambar 1.5 (b) elektron-elektron itu digambarkan bergerak ke kiri.
Konduktivitas di sini hanya mengandung satu suku, yakni hasil kali rapat muatan
electron-elektron muatan muatan konduksi ρe dengan mobilitas µe (Sinaga,
2010).
Dalam semikonduktor , seperti germanium dan silicon, konduksi tadi lebih
kompleks. Dalam struktur kristal, setiap atom mempunyai ikatan kovalen dengan
dua atom yang berdekatan. Seperti yang terlihat pada gambar 1.5 (c) ,
konduktivitas σ disini terdiri dari dua suku, satu untuk electron, lainnya untuk
lubang. Dalam konduktivitas σ salah satu kerapatan ρe dan ρh akan jauh
melampaui yang lainnya (Sinaga, 2010).
1.6 Konduktivitas Elektrik
Pengukuran konduktivitas elektrik adalah penentuan konduktivitas spesifik
dari larutan. Konduktivitas spesifik adalah kebalikan dari tahanan untuk 1 cm3
larutan. Pemakaian cara untuk pengukuran ini antara lain mendeteksi pengotoran
air karena zeolit atau zat kimia., seperti limbah industri, pengolahan air bersih dan
lain-lain. Karena ada relevansi antara konduktivitas dengan konsentrasi suatu
larutan, maka untuk menentukan konsentrasi larutan dapat dilakukan dengan cara
mengukur konduktivitas larutan tersebut. konduktivitas larutan tersebut. Dalam
hal itu hubungan antara konsentrasi dan konduktivitas larutan telah ditentukan
(Sinaga, 2010).
Larutan asam, basa dan garam dikenal sebagai elektrolit yang dapat
menghantarkan arus listrik atau disebut konduktor listrik. Konduktivitas listrik
ditentukan oleh sifat elektrolit suatu larutan, konsentrasi dan suhu larutan.
Pengukuran konduktivitas suatu larutan dapat dilakukan dengan pengukuran
konsentrasi larutan tersebut, yang dinyatakan dengan persen dari berat, part per
million (ppm) atau satuan lainnya. Jika harga konduktivitas dari bermacam
konsentrasi larutan elektrolit diketahui, maka untuk menentukan konsentrasi
larutan tersebut dapat dilakuan dengan mengalirkan arus melalui larutan dan
mengukur resistivitas atau konduktivitasnya. Gambar 1.6 menunjukkan grafik
hubungan antara konduktivitas dan konsentrasi untuk beberapa jenis larutan pada
suhu tertentu.

Gambar 1.6. Grafik Hubungan Konduktivitas dengan Konsentrasi


(Sumber: Sinaga, 2010).
Elemen pertama pada pengukuran konduktivitas listrik berbentuk
konduktivitas sel yang terdiri atas sepasang elektroda yang luas permukaannya
ditetapkan dengan teliti. Konduktivitas yang diukur dengan sel konduktivitas
dinyatakan dengan rumus:
l
k =C
A
dimana;
k = konduktivitas, mho/cm
C = konduktansi, mho

A = Luas elektroda, cm 3
l = Jarak antara elektroda, cm
Dari persamaan di atas suatu konduktansi dengan nilai 1 mho dapat
dinyatakan sebagai kemampuan hantar dari zat cair yang berukuran luas

penampang 1 cm2 dan jarak 1 cm atau volume zat cair sebesar 1 cm3 untuk arus 1
ampere dengan tegangan 1 volt. Jika arus yang dapat dihantarkan lebih besar lagi,
maka konduktansinya lebih besar pula. Jika pada suatu resistor dialirkan arus yang
membesar, maka tahanan atau resistansinya akan mengecil. Hal ini berarti bahwa
konduktivitas adalah kebalikan dari dari resistansi, mho = 1/ohm(Sinaga, 2010).
Untuk mengetahui Konduktivitas berbagai material, dapat dilihat pada lampiran
B.

Anda mungkin juga menyukai