Anda di halaman 1dari 30

BAB II

PEMBAHASAN

Kimia asam basa menjadi inti kimia sejak dari zaman kuno sampai zaman
modern kini, dan memang sebagian besar kimia yang dilakukan di laboratorium di
zaman dulu adalah kimia asam basa. Ketika kimia mulai menguat di bidang studi
teoritisnya di akhir abad ke-19, topik pertama yang ditangani adalah kimia asam
basa. Akibat dari serangan teoritis ini, kimia menjadi studi yang sangat kuantitatif.
Jadi, bab ini sangat kuantitatif dibanding bab lain. Dalam bab, konsep penting
seperti konsentrasi ion hidrogen, konstanta ionisasi, hidrolisis, kurva titrasi,
larutan buffer, dan indikator akan didiskusikan. Konsep ini sangat mendasar
dalam kimia, dan sukar bagi Anda mempelajari kimia kimia tanpa konsep ini.

2.1 Sejarah Asam dan Basa


Sebagian besar bahan kimia yang umum kita jumpai adalah asam dan basa.
Namun, hanya belakangan ini saja kimiawan dapat menyimpan dan menggunakan
dengan bebas berbagai asam basa dalam raknya di laboratorium.
Satu-satunya asam yang diketahui alkimia di zaman dulu adalah asam asetat yang
tak murni, dan basa yang dapat mereka gunakan adalah kalium karbonat kasar
yang didapatkan dari abu tanaman.
Di abad pertengahan, kimiawan Arab mengembangkan metoda untuk
menghasilkan asam mineral semacam asam hidrokhloratatau asam nitrat dan
menggunakannya. Demikia juga basa-basa. Bahkan, kata “alkali”, nama umum
untuk basa kuat, berasal dari bahasa Arab. Di zaman modern, peningkatan
populasi dan dengan perlahan naiknya standar mengakibatkan kebutuhan berbagai
bahan juga meningkat. Misalnya, sabun, awalnya merupakan barang mewah dan
mahal, kini menjadi tersedia luas. Akibatnya, kebutuhan natrium karbonat, bahan
baku sabun meningkat dengan tajam. Kebutuhan pakaian juga meningkat, yang
menyebabkan peningkatan berbagai bahan kimia untuk pewarna dan sejenisnya.
Untuk memenuhi kebutuhan ini, kini menghasilkan sejumlah cukup asam dan
basa bukan masalah yang sederhana. Inilah awal munculnya industri kimia.
Di pertengahan abad ke-17, kimiawan Jerman Johann Rudolf Glauber
(1604-1670), yang tinggal di Belanda, menghasilkan dan menjual tidak hanya
berbagai asam dan basa, tetapi juga banyak alat kimia. Dalam hal ini ia dapat
disebut insinyur kimia pertama. Ia juga menjual natrium sulfat sebagai obat
mujarab dan mendapat keuntungan besar dari usaha ini.
Studi mendasar tentang asam basa dimulai di zaman yang sama. Boylem
rekan sezaman dengan Glauber, menemukan metoda penggunaan pewarna yang
didapatkan dari berbagai tumbuhan semacam Roccella sebagai indikator reaksi
asam basa.13 Di saat-saat itu, telah diketahui bahwa asam dan basa mempunyai
sifat berlawanan dan dapat meniadakan satu sama lain. Sebelum perkembangan
kimia, asam didefinisikan sebagai sesuatu yang masam, dan alkali sebagai sesuatu
yang akan menghilangkan, atau menetralkan efek asam. Awalnya ada
kebingungan tentang sifat dasar asam. Oksigen awalnya dianggap sebagai
komponen penting asam. Bahkan nama “oksigen” berasal dari bahasa Yunani,
yang berarti “membuat sesuatu masam”.
Sekitar tahun 1800, banyak kimiawan Prancis termasuk Antoine Lavoisier
secara keliru berkeyakinan bahwa semua asam mengandung oksigen. Lavoisier
mendefinisikan asam sebagai zat mengandung oksigen karena pengetahuannya
akan asam kuat hanya terbatas pada asam-asam okso dan karena is tidak
mengetahui komposisi sesungguhnya dari asamasam halida, HCI, HBr, dan HI.
Lavoisier-lah yang memberi nama oksigen dari dua kata bahasa Yunani yaitu oxus
(asam) dan gennan (menghasilkan) yang berarti “penghasil/pembentuk asam”.
Setelah unsur klorin, bromin, dan iodin teridentifikasi dan ketiadaan oksigen
dalam asam – asam halida ditemukan oleh Sir Humphry Davy pada tahun 1810,
definisi oleh Lavoisier tersebut kemudian ditinggalkan.
Davy menemukan bahwa hidrogen khlorida (larutan dalam airnya adalah
asam hidrokhlorida) tidak mengandung oksigen, dan dengan demikian
membantah teori bahwa oksigen adalah komponen penting dalam asam. Ia,
sebagai gantinya, mengusulkan bahwa hidrogen adalah komponen penting asam.
Sifat asam pertama diketahui dengan kuantitatof pada akhir abad ke-19. Di tahun
1884, kimiawan Swedia Svante August Arrhenius (1859-1927) mengusulkan teori
disosiasi elektrolit yangmenyatakan bahwa elektrolit semacam asam, basa dan
garam terdisosiasi menjadi ion-ion komponennya dalam air. Ia lebih lanjut
menyatakan bahwa beberapa elektrolit terdisosiasi sempurna (elektrolit kuat)
tetapi beberapa hanya terdisosiasi sebagian (elektrolit lemah).

2.2 Teori Asam Basa


Sifat asam dan basa suatu larutan dipelajari oleh beberapa ahli. Pada
mulanya teori asam dan basa dikemukakan oleh Arrhenius, kemudian Bronsted-
Lowry dan selanjutnya Lewis. Ketiga teori ini tidak bertentangan satu sama lain,
teori itu berkembang makin luas penggunaannya, teori Arrhenius hanya terbatas
dalam larutan air, teori Bronsted-Lowry berlaku untuk semua pelarut, sedang teori
Lewis lebih luas lagi. Walaupun tanpa pelarut, teori ini dapat berlaku.
Asam adalah suatu zat yang larutannya berasa asam. Memerahkan lakmus
biru dan menetralkan basa. Basa adalah suatu zat yang larutannya berasa pahit dan
licin, membirukan lakmus merah dan menetralkan asam. Sedangkan larutan yang
bersifat netral (tidak bersifat asam dan tidak basa), jika diuji dengan lakmus, maka
tidak mengubah warna kertas lakmus.

2.2.1 Teori Asam Dan Basa Arrhenius


Tahun 1887 svante Arrhenius mempostulaykan bahwa apabila elektrolit
dilarutkan dalam air, akan terbentuk ion-ion negative dan positif. Menurut
Arrhenius, asam adalah zat yang dalam air melepaskan ion H+ sedangkan basa
melepaskan ion OH-. Jadi, pembawa sifat asam adalah ion H+ sedangkan
pembawa sifat basa adalah OH-.
Asam Arrhenius dirumuskan sebagai HxZ yang dalam air mengalami
ionisasi sebagai berikut :
HxZ (aq) x H+ (aq) + ZX- (aq)
Contoh : Asam klorida (HCl) dan asam sulfat (H2SO4) dalam air akan terionisasi
sebagai berikut:
HCl (aq) H+ (aq) + Cl- (aq)
H2SO4 (aq) 2H+ (aq) + SO42- (aq)
Jumlah ion H+ yang dapat dihasilkan oleh 1 molekul asam disebut valensi asam.
Sedangkan ion negatif yang terbentuk dari asam setelah melepas ion H+ disebut
ion sisa asam. Nama asam sama dengan nama ion sisa asam dengan didahului kata
asam. Beberapa contoh asam dan reaksi ionisasinya diberikan pada Tabel 1.
Tabel 2.1 Berbagai jenis asam
Rumus Asam Nama Asam Reaksi Ionisasi Valensi Sisa Asam
Asam
Asam nonoksi
HF Asam fluorida HF → H+ + F- 1 F-
HCl Asam klorida HCl → H+ + Cl- 1 Cl-
HBr Asam bromida HBr → H+ + Br-- 1 Br-
HI Asam iodida HI → H+ + I- 1 I-
HCN Asam sianida HCN → H+ + CN- 1 CN-
H2S Asam sulfida H2S → 2 H+ +S2- 2 S2-
Asam oksi
HNO2*) Asam nitrit HNO2 → H+ + NO2- 1 NO2-
HNO3 Asam nitrat HNO3 → H+ + NO3- 1 NO3-
H2SO3*) Asam sulfit H2SO3 → 2 H+ +SO32- 2 SO32-
H2SO4 Asam sulfat H2SO4 → 2 H++SO42- 2 SO42-
H3PO3 Asam fosfit H3PO3 →2H++HPO32- 2 HPO32-
H3PO4 Asam fosfat H3PO4 →3 H+ + PO43- 3 PO43-
H2CO3*) Asam karbonat H2CO3 →2H+ + CO32- 2 CO32-
HClO4 Asam HClO4 → H+ + ClO4- 1 ClO4-
perklorat
Asam organik
HCOOH Asam format HCOOH → H+ + 1 HCOO-
(asam semut) HCOO-
CH3COOH Asam asetat CH3COOH → H+ + 1 CH3COO-
(asam cuka) CH3COO-
C6H5COOH Asam benzoat C6H5COOH → H+ + 1 C6H5COO-
C6H5COO-
H2C2O4 Asam oksalat H2C2O4 → 2 H+ + 2 C2O42-
C2O42-

(Sumber : Huheey, 1993)


Asam hipotetis, asam yang tidak stabil, segera terurai menjadi zat lain.
Asam hipotetis di atas terurai menurut persamaan
2HNO3 (aq) → H2O (l) + NO (g) + NO2 (g)
H2SO3 (aq) → H2O (l) + SO2 (g)
H2CO3 (aq) → H2O (l) + CO2 (g)
Asam nonoksi adalah asam yang tidak mempunyai oksida asam. Asam
oksi adalah asam yang mempunyai oksida asam. Asam organik adalah asam yang
tergolong senyawa organik. Asam organik tidak mempunyai oksida asam.
Basa Arrhenius adalah hidroksida logam, M(OH)x, yang dalam air terurai
sebagai berikut:
M(OH)x (aq) → Mx+ (aq) + x OH- (aq)
Jumlah ion OH- yang dapat dilepaskan oleh satu molekul basa disebut valensi
basa. Beberapa contoh basa diberikan pada Tabel 2.

Tabel 2.2 Beberapa basa dan reaksi ionisasinya


Rumus Basa Nama Basa Reaksi Ionisasi Valensi

NaOH Natrium hidroksida NaOH → Na+ + OH- 1


KOH Kalium hidroksida KOH → K+ + OH- 1
Mg(OH)2 Magnesium Mg(OH)2 → Mg2+ + 2 2
hidroksida OH-
Ca(OH)2 Kalsium hidroksida Ca(OH)2 → Ca2+ + 2 2
OH-
Sr(OH)2 Stronsium hidroksida Sr(OH)2 → Sr2+ + 2 OH- 2
Ba(OH)2 Barium hidroksida Ba(OH)2 → Ba2+ + 2 2
OH-
Al(OH)3 Aluminium Al(OH)3 → Al3+ + 3 OH- 3
hidroksida
Fe(OH)2 Besi(II) hidroksida Fe(OH)2 → Fe2+ + 2 OH- 2
Fe(OH)3 Besi(III) hidroksida Fe(OH)3 → Fe3+ + 3 OH- 3
(Sumber : Huheey, 1993)

Mengapa dalam air suatu zat dapat melepaskan ion H+ atau OH-?
Perhatikan penjelasan berikut:
Pada saat molekul-molekul gas HCl dialirkan ke dalam air, molekul-molekul ini
bertumbukan dengan molekul-molekul air. Sebagai pelarut polar, kutub negatif air
menarik ion H+ dengan ikatan koordinasi membentuk H3O+ , kemudian molekul-
molekul air yang lain mengelilinginya. Sedang kutub positif air menarik ion Cl-
dan mengelilinginya. Persamaan reaksinya dapat ditulis sebagai berikut:

HCl(g) + H2O(l) H3O+(aq) + Cl-(aq)

Tanda panah bolak-balik menunjukkan bahwa reaksi di atas merupakan


reaksi dapat balik atau reaksi kesetimbangan. Pada saat ion H 3O+(aq)
bertumbukan dengan ion Cl-(aq), keduanya akan berubah kembali menjadi HCl(g)
dan H2O(l). HCl(g) ini berupa molekul-molekul HCl yang larut dalam air. Namun
Arrhenius menyederhanakan kejadian ini. Dengan putusnya ikatan kovalen HCl,
ion-ion H+ dan Cl- masing- masing dikelilingi oleh air membentuk H+(aq) dan Cl-(aq).
Tanda (aq) menunjukkan terjadinya proses solvasi.
Demikian pula dengan NaOH(s) yang dilarutkan ke dalam air. Molekul-
molekul air yang bertumbukan dengan NaOH(s) memutuskan kisi kristal NaOH(s),
sehingga mengalami disosiasi (terurai) menjadi ion-ion Na+ dan OH-. Masing-
masing ion-ion ini kemudian dikelilingi oleh molekul-molekul air membentuk
Na+(aq) dan OH-(aq).
Jika HCl(aq) dan NaOH(aq) dicampur, terjadi reaksi netralisasi, yaitu ion-ion
H+(aq) dan ion-ion OH-(aq) bergabung membentuk molekul-molekul air yang netral.
Jadi apabila jumlah ion H+ sama dengan jumlah ion OH-, maka sifat asam hilang
dan sifat basa hilang, larutan menjadi netral. Persamaan reaksinya dapat ditulis
sebagai berikut:

HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)

Karena HCl(aq) dan NaOH(aq) adalah elektrolit kuat, maka tergolong


asam kuat dan basa kuat. Sebelum kedua larutan itu dicampur, partikel-
partikelnya sudah berupa ion-ion. Reaksi yang sebenarnya terjadi adalah reaksi
antara ion-ion. Jadi penulisan persamaan reaksi ada dua cara, yaitu persamaan
reaksi molekuler dan persamaan reaksi ion. Pada persamaan reaksi yang pertama,
zat-zat yang terlibat dalam reaksi ditulis dalam bentuk rumus molekul atau rumus
empirisnya. Sedang pada persamaan reaksi kedua, zat-zat yang larut dalam
air dan terionisasi atau terurai menjadi ion-ion ditulis dalam bentuk ion.

H+(aq) + Cl-(aq) + Na+(aq) + OH-(aq) Na+(aq) + Cl-(aq) + H2O(l)

Ion-ion Na+(aq) dan Cl-(aq) tetap berada dalam larutan, tidak bereaksi.
Karena persamaan reaksi ion menunjukkan partikel-partikel yang bereaksi dan
hasil reaksi saja, maka Na+(aq) dan Cl-(aq) tidak disertakan dalam persamaan
reaksi tersebut. ika reaksi di atas dipanaskan, maka air akan menguap dan
bergabunglah
ion-ion Na+ dan Cl- membentuk kristal NaCl.
HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(s) + H2O(g)
H+(aq) + Cl-(aq) + Na+(aq) + OH-(aq) NaCl(s) + H2O(l)

Konsep asam basa Arrhenius terbatas hanya pada larutan air, sehingga tidak dapat
diterapkan pada larutan non-air, fasa gas dan fasa padatan dimana tidak ada H+
dan OH-. Keunggulan atau kelebihan dari teori asam basa Arrhenius yaitu mampu
menyempurnakan teori asam yang dikemukakan oleh Justus Von Liebig. Liebig
menyatakan bahwa setiap asam memiliki hidrogen (asam berbasis hidrogen).
Pernyataan ini tidak tepat, sebab basa juga memiliki hidrogen.
Sedangkan kekurangan atau kelemahan dari teori asam basa Arrhenius yaitu :
a. Teori asam basa Arrhenius terbatas dalam pelarut air, namun tidak dapat
menjelaskan reaksi asam-basa dalam pelarut lain atau bahkan reaksi tanpa
pelarut.
b.  Teori asam basa Arrhenius hanya terbatas sifat asam dan basa pada
molekul, belum mampu menjelaskan sifat asam dan basa ion seperti kation
dan anion.
c. Tidak menjelaskan mengapa beberapa senyawa, yang mengandung
hidrogen dengan bilangan oksidasi +1 (seperti HCl) larut dalam air untuk
membentuk larutan asam, sedangkan yang lain seperti CH4 tidak.
d. Tidak dapat menjelaskan mengapa senyawa yang tidak memiliki OH -,
seperti Na2CO3 memiliki karakteristik seperti basa.

2.2.2 Teori Asam Basa Bronsted-Lowry


Tahun 1923 J.N. bronsted di Denmark dan T.M.lowry di inggris secara
terpisah menyarankan acara lain dalam memerikan asam dan basa. Menurut
system ini, asam bronsted-lowry adalah donor proton dan basa lowry adalah
penerima proton. Dengan definisi ini, beberagam sifat-sifat asam dan reaksi kimia
dan saling dihubungkan, termasuk reaksi-reaksi yang berlangsung dalam pelarut-
pelarut selain air maupun tanpa pelarut sama sekali.
Sekarang ikuti dengan cermat pembahasan teori asam basa yang
dikemukakan oleh Bronsted - Lowry. Perhatikan prinsip dasar dari teori Arrhenius
dan Bronsted-LowryL, kenali persamaannya, bandingkan perbedaannya. Pada
teori asam basa Arrhenius, ciri khas pembawa sifat asam adalah ion H+(aq)
sedang ciri khas pembawa sifat basa adalah ion OH-(aq). Teori Bronsted-Lowry
lebih luas penggunaannya, karena sifat asam dan basa tidak terbatas dengan
adanya ion H+ dan OH- dalam air. Pelarut yang digunakan bermacam-macam,
tidak hanya air.
Berdasarkan teori ini, reaksi antara gas HCl dan NH3 dapat dijelaskan sebagai
reaksi asam basa, yakni

HCl(g) + NH3(g) → NH4Cl(s)

Hidrogen klorida mendonorkan proton pada amonia dan berperan sebagai asam.

Menurut teori BrΦnsted dan Lowry, zat dapat berperan baik sebagai asam
maupun basa. Bila zat tertentu lebih mudah melepas proton, zat ini akan berperan
sebagai asam dan lawannya sebagai basa. Sebaliknya, bila zuatu zat lebih mudah
menerima proton, zat ini akan berperan sebagai basa. Dalam suatu larutan asam
dalam air, air berperan sebagai basa.

HCl + H2O Cl– + H3O+


asam1 basa2 basa konjugat 1 asam konjugat 2

Dalam reaksi di atas, perbedaan antara HCl dan Cl– adalah sebuah proton,
dan perubahan antar keduanya adalah reversibel. Hubungan seperti ini disebut
hubungan konjugat, dan pasangan HCl dan Cl– juga disebut sebagai pasangan
asam-basa konjugat. Larutan dalam air ion CO32– bersifat basa. Dalam reaksi
antara ion CO32– dan H2O, yang pertama berperan sebagai basa dan yang kedua
sebagai asam dan keduanya membentuk pasangan asam basa konjugat.

H2O + CO32– OH– + HCO3–


asam1 basa2 basa konjugat 1 asam konjugat 2

Zat disebut sebagai amfoter bila zat ini dapat berperan sebagao asam atau
basa. Air adalah zat amfoter yang khas. Reaksi antara dua molekul air
menghasilkan ion hidronium dan ion hidroksida adalah contoh khas reaksi zat
amfoter.

H2O + H2O OH– + H3O+


asam1 basa2 basa konjugat 1 asam konjugat 2

Adapun kelebihan teori asam dan basa Bronsted – Lowry yaitu konsep


yang telah disampaikan Bronsted dan Lowry mengenai Teori Asam Basa tidak
terbatas hanya pada pelarut air saja, namun konsepnya dapat dengan jelas
menjelaskan dan menerjemahkan mengenai reaksi asam dan basa pelarut air,
bahkan mengenai reaksi tanpa pelarut.
Contoh : Reaksi antara asam klorida, HCl, dengan amonia, NH3 dengan
menggunakan pelarut benzena.
Reaksinya seperti ini :

benzena
HCl + NH3 NH4Cl

Sedangkan, kekurangan teori basa dan asam Bronsted – Lowry yaitu teori
Bronsted-Lowry memiliki kelemahan yaitu tidak mampu menjelaskan alasan
suatu reaksi asam dengan basa dapat terjadi tanpa adanya transfer proton dari
yang bersifat asam ke yang bersifat basa.

2.2.3 Teori Asam Basa Lewis


Di tahun 1923 ketika BrΦnsted dan Lowry mengusulkan teori asam-
basanya, Lewis jugamengusulkan teori asam basa baru juga. Lewis, yang juga
mengusulkan teori oktet, memikirkan bahwa teori asam basa sebagai masalah
dasar yang harus diselesaikan berlandaskan teori struktur atom, bukan
berdasarkan hasil percobaan.
Menurut pandangan ini, bahwa asam adalah struktur yang mempunyai
afinitas terhadap paangan elektron yang diberikan oleh basa. Dimana basa tersebut
didefenisikan sebagai zat yang mempunyai pasangan elektron yang belum
mendapat pemilikan bersama. Lewis juga mengkelompokan senyawa sebagai
asam dan basa menurut kemampuannya melepaskan / menerima elektron.
Menurut lewis, Asam adalah senyawa yang menerima pasangan electron
senyawa dengan electron valensi <8, sedangkan Basa adalah Senyawa yang
mendonorkan pasangan electron. Mempunyai pasangan electron bebas.
Semua zat yang didefinisikan sebagai asam dalam teori Arrhenius juga
merupakan asam dalam kerangka teori Lewis karena proton adalah akseptor
pasangan elektron . Dalam reaksi netralisasi proton membentuk ikatan koordinat
dengan ion hidroksida.

H+ + OH– H2O
Situasi ini sama dengan reaksi fasa gas yang pertama diterima sebagai
reaksi asam basa dalam kerangka teori BrΦnsted dan Lowry.

HCl(g) + NH3(g) NH4Cl(s)

Dalam reaksi ini, proton dari HCl membentuk ikatan koordinat dengan
pasangan elektron bebas atom nitrogen. Keuntungan utama teori asam basa Lewis
terletak pada fakta bahwa beberapa reaksi yang tidak dianggap sebagai reaksi
asam basa dalam kerangka teori Arrhenius dan BrΦnsted Lowry terbukti sebagai
reaksi asam basa dalam teori Lewis. Sebagai contoh reakasi antara boron
trifluorida BF3 dan ion fluorida F–.
BF3 + F– → BF4–

Reaksi ini melibatkan koordinasi boron trifluorida pada pasangan elektron


bebas ion fluorida. Menurut teori asam basa Lewis, BF3 adalah asam. Untuk
membedakan asam semacam BF3 dari asam protik (yang melepas proton, dengan
kata lain, asam dalam kerangka teori Arrhenius dan BrΦnsted Lowry), asam ini
disebut dengan asam Lewis. Boron membentuk senyawa yang tidak memenuhi
aturan oktet, dan dengan demikian adalah contoh khas unsur yang membentuk
asam Lewis. Karena semua basa BrΦnsted Lowry mendonasikan pasangan
elektronnya pada proton, basa ini juga merupakan basa Lewis. Namun, tidak
semua asam Lewis adalah asam BrΦnsted Lowry sebagaimana dinyatakan dalam
contoh di atas.
Dari ketiga definisi asam basa di atas, definisi Arrhenius yang paling
terbatas. Teori Lewis meliputi asam basa yang paling luas. Sepanjang yang
dibahas adalah reaksi di larutan dalam air, teori BrΦnsted Lowry paling mudah
digunakan, tetapi teori Lewis lah yang paling tepat bila reaksi asam
basa melibatkan senyawa tanpa proton.
Adapun kelebihan teori asam dan basa Lewis yaitu :
a. Teori asam dan basa Lewis mampu menjelaskan suatu zat memiliki sifat
basa dan asam dengan pelarut lain dan bahkan dengan yang tidak
mempunyai pelarut.
b. Teori asam dan basa Leewis mampu menjelaskan suatu zat memiliki sifat
basa dan asam molekul atau ion yang memilki PEB atau pasangan elektron
bebas. Contoh terdapat pada proses pembentukan senyawa komplek.
c. Teori asam dan basa Lewis mampu menerangkan dan menjelaskan suatu
senyawa bersifat basa dari zat-zat organik, contohnya dalam DNA dan
RNA didalamnya mengandung atom N, dimana memilki PEB atau
pasangan elektron bebas.
Sedangkan, kekurangan teori basa dan asam Lewis yaitu teori Lewis memiliki
kelemahan yaitu hanya mampu menjelaskan asam-basa yang memiliki 8 ion atau
oktet.

2.2.4 Asam Basa Lux-Flood


Teori Asam Basa Lux-Flood merupakan penghidupan kembali teori asam
basa oksigen yang diusulkan oleh kimiawan Jerman Hermann Lux pada tahun
1939, kemudian dikembangkan oleh Håkon Flood sekitar tahun 1947 dan masih
digunakan sampai sekarang pada bidang geokimia modern dan elektrokimia
lelehan garam. Konsep teori asam basa Lux-Flood ditinjau berdasarkan ion oksida
(O2-). Konsep ini digunakan untuk menerangkan sistem non proton yang tidak
dapat dijelaskan dengan definisi asam basa Bronsted-Lowry. Teori ini biasanya
digunakan untuk meramalkan reaksi-reaksi yang berlangsung pada suhu tinggi
dan proses pengolahan serta perekayasaan mineral dan logam.
Menurut teori asam basa Lux-Flood, senyawa yang bersifat asam yaitu
senyawa-senyawa yang menjadi akseptor ion oksida. Sedangkan senyawa yang
bersifat basa yaitu senyawa-senyawa yang menjadi pendonor ion oksida.  Contoh
reaksi antara CaO (kapur) dan SiO2 (pasir) yang terjadi pada suhu tinggi.
Persamaan reaksi yang terjadi sebagai berikut.
CaO(s) + SiO2(s) → CaSiO3(s)
Reaksi CaO atau SiO2 dapat pula terjadi pada suhu rendah sesuai
persamaan berikut:
SO3(g) + H2O(l0 → H2SO4(aq)
SiO2(g) + H2O(l) → H2CO3(aq)
Adapun kelebihan teori asam basa lux-flood yaitu karakterisasi oksida
logam dan non logam menggunakan sistem ini bermanfaat dalam industri
pembuatan logam. Sedangkan kelemahan teori Lux-Flood yaitu teori ini terbatas
hanya pada senyawa-senyawa yang memiliki ion oksida saja. Teori ini tidak dapat
menjelaskan sifat kebasaan dan keasaman suatu senyawa yang tidak memiliki ion
oksida di dalamnya.

2.2.5 Asam Basa Keras dan Lunak (Konsep HSAB)


Asam basa Lewis diklasifikasikan menurut sifat keras dan lunaknya.
Logam dan ligan dikelompokkan menurut sifat keras dan lunaknya berdasarkan
pada polarisabilitas unsur yang pada akhirnya dikemukakanlah suatu prinsip yang
disebut Hard and Soft Acid Base (HSAB). R.G Pearson awal tahun 1960
mengusulkan bahwa asam basa lewis dapat diklasifikasikan sebagai asam basa
lunak (soft) atau keras (hard). Asam basa lunak adalah asam basa yang elektron-
elektron valensinya mudah terpolarisasi atau terlepaskan, sedangkan asam basa
keras adalah asam basa yang tidak mempunyai elektron valensi atau yang elektron
atau elektron valensinya sukar terpolarisasi. Dengan kata lain asam basa lunak
mempunyai sifat terpolarisasi tinggi dan asam basa keras mempunyai sifat
terpolarisasi rendah. Konsep ini kemudian dikenal dengan nama HSAB yang
singkatan dari “hard soft acids and base” (asam basa keras lemah) atau yang biasa
dikenal sebagai asam basa pearson.
Ligan-ligan dengan atom yang sangat elektronegatif dan memiliki ukuran
kecil merupakan basa keras (misalnya : OH -, F-), sebaliknya ligan-ligan dengan
atom yang elektron terluarnya mudah terpolarisasi akibat pengaruh ion dari luar
merupakan basa lemah (misalnya : S2O32-, I-). Sedangkan ion-ion logam yang
berukuran kecil, bermuatan positif besar, elektron terluar tidak mudah dipengaruhi
oleh ion lain dari luar, dikelompokkan ke dalam asam keras (contohnya : H +, Si4+),
sebaliknya ion-ion logam yang berukuran besar, bermuatan kecil atau nol,
elektron terluarnya mudah dipengaruhi oleh ion lain, dikelompokkan ke dalam
asam lemah (contohnya : Ag+, Cd2+). Selain dari asam basa keras dan lunak,
terdapat juga ligan dan ion logam yang tidak termasuk pada golongan keras
ataupun lunak, yaitu golongan intermediet. Di bawah ini adalah tabel ligan dan
ion logam yang tergolong asam basa keras, lunak, dan intermediet.

Tabel 2.3 Tabel Klasifikasi Asam Keras, Lunak, dan Intermediet

Asam Keras Asam Lunak Intermediet

Li+, Na+, K+, Rb+ Tl+, Cu+, Ag+, Au+

Be2+, Mg2+, Ca2+, Sr2+, Pb2+, Fe2+, Co2+, Ni2+,


Hg2+, Cd2+, Pd2+, Pt2+
Sn2+, Mn2+, Zn2+ Cu2+, Os2+

Al3+, Ga3+, In3+, Sc3+, Cr3+,


3+ 3+ 3+
Tl3+ Ru3+, Rh3+, Ir3+
Fe , Co , Y

Th4+, Pu4+, Ti4+, Zr4+

[VO]2+, [VO2]+

(Sumber : Cotton, 1989)

Tabel 2.4 Tabel Klasifikasi Basa Keras, Lunak, dan Intermediet      

Basa Keras Basa Lunak Intermediet

F-, Cl-             I-, H-, R-               Br-

[OH]-, [RO]-, [RCO2]-,      [CN]-, [RS]-, [SCN]-   [N3]-, [NO2]-, [SO3]2-
[CO3]2-, [NO3]-, [PO4]3-,
[SO4]2-, [ClO4]-
H2O, ROH, R2O, NH3, CO, RNC, RSH, R2S, C6H5NH2
RNH2 R3P, R3As, R3Sb

(Sumber : Cotton, 1989)

a. Syarat-Syarat Asam-Basa Keras (Hard):


a)    Jari-jari atom kecil
b)   Bilangan oksidasinya tinggi
c)    Polaritasnya rendah
d)   Elektronegatifitasnya tinggi
b. Syarat-Syarat Asam-Basa Lunak (Soft) :
a)    Jari-jari atom
b)   Bilangan oksidasinya rendah
c)    Polaritasnya tinggi
d)    Ekektronegatifitasnya rendah
Jadi dari keterangan di atas dapat disimpulkan
1.    Asam keras cenderung berikatan dengan basa keras
2.    Asam lunak cenderung berikatan dengan basa lunak
3.    Interaksi asam-basa keras cenderung bersifat elektrostatik
4.    Interaksi asam-basa lunak cenderung bersifat kovalen
c. Interaksi Asam Basa Keras dan Lunak
Berdasarkan prinsip HSAB, asam keras cenderung lebih suka untuk
berkoordinasi dengan basa keras, dan demikian juga halnya dengan asam lunak
yang cenderung lebih suka berkoordinasi dengan basa lunak. Asam keras dan basa
keras cenderung mempunyai atom yang kecil, oksidasi tinggi, kepolaran rendah,
dan keelektronegatifan tinggi. Sedangkan asam dan basa lunak cenderung
mempunyai atom yang besar, tingkat oksidasi rendah, dan elektronegatifan
rendah. Interaksi antara asam keras dan basa keras disebut dengan interaksi ionik,
sedangkan interaksi antara asam lemah dan basa lemah lebih bersifat kovalen.
Contohnya antara Cr3+ dan OH-. Cr3+ merupakan asam kuat dan OH- merupakan
basa kuat, sehinnga kedua asam basa ini akan berinteraksi secara kuat melalui
pembentukan ikatan koordinasi karena pasangan elektron bebas unsur O pada OH -
akan menempati orbital kosong yang ada di Cr3+. Pada kenyataannya asam keras
yang berikatan dengan dengan basa keras akan memiliki kestabilan yang lebih
tinggi dibandingkan asam keras yang berikatan dengan basa lunak. Asam keras
(misalnya : Fe3+) yang berikatan dengan halogen, kestabilannya akan menurun
berdasarkan urutan : F- > Cl- > Br- > I-. Sedangkan asam lunak (misalnya : Hg 2+)
yang berikatan dengan golongan halogen, kestabilannya akan meningkat
berdasarkan urutan : F- < Cl- < Br- < I-. Hal ini disebabkan karena F- dan Cl-
merupakan basa keras, sehingga akan lebih stabil jika berikatan dengan asam
keras, sebaliknya I- yang merupakan basa lunak, akan lebih stabil jika berikatan
dengan asam lunak.                                          
2.2.6 Teori Asam Basa Sistem Pelarut
Asam basa sistem basa sistem pelarut dikembangkan oleh Cady Esley.
Berdasarkan teori ini, yaitu :

a. asam sistem pelarut yaitu spesies kimia yang bila dilarutkan dalam pelarut
tertentu dapat meningkatkan konsentrasi kation karakteristik dari pelarut
tersebut. Contoh cairan NH4Cl dilarutkan dalam cairan NH3, maka NH4Cl
bertindak sebagia asam sistem pelarut karena dalam NH3, cairan NH4Cl
teriosisasi menjadi NH4+ + Cl-. NH4+ inilah yang disebut kation karakteristik
pelarut (KKP).
b. Sedangkan basa sistem pelarut yaitu suatu spesi kimia yang bila dilarutkan
dalam pelarut tertentu dapat meningkatkan anion karakteristik plarut tersebut.
Contoh melarutkan kristal NaCl dalam cairan POCl2, maka NaCl disebut anion
karakteristik pelarut (AKP). Karena dalam campuran NaCl terurai menjadi Na +
dan Cl-. Cl- inilah yang disebut AKP. Kelebihan dari teori ini adalah sifat
keasaman dan kebasaan suatu senyawa dapat ditingkatkan karakteristiknya.
Sedangkan kelemahan dari teori ini adalah tidak semua pelarut dapat atau
mampu meningkatkan karakteristik sifat keasaman ataupun kebasaan suatu
senyawa.

2.2.7 Teori Asam Basa Asam Usanovich


Usanovich merupakan seorang ahli kimia Rusia. Teori Asam Basa Asam
Usanovich tidak diakui oleh dunia atau bisa dibilang bukan teorinya. Hal ini
disebabkan teori yang diungkapkan tersebut merupakan gabungan dari semua
teori asam basa yang pernah diungkapkan ahli-ahli kimia yang lain. Mikhail
Usanovich telah mengembangkan teori umum yang tidak membatasi keasaman
suatu senyawa yang hanya mengandung hidrogen saja, tetapi lebih umum dari
teori asam basa Lewis. Teori Usanovich dapat diringkas:

a. Asam didefinisikan sebagai  spesies yang dapat menyumbangkan kation


untuk kemudian bergabung dengan (menerima) anion untuk menetralkan basa
menghasilkan garam.
b. Basa didefinikasikan sebagai spesies yang dapat memberikan anion (elektron)
untuk bergabung dengan kation atau menetralkan asam kemudian
menghasikan garam .

Definisi Usanovich ini telah mencakup semua definisi yang telah ada
sebelumnya dan konsep redoks (oksidasi-reduksi) sebagai kasus khusus dalam
reaksi asam-basa. Beberapa contoh reaksi asam-basa Usanovich:

Na2O (basa) + SO3 (asam) → 2 Na+ + SO42− (yang dipertukarkan: anion O2−)

3 (NH4)2S (basa) + Sb2S3 (asam) → 6 NH4+ + 2 SbS43− (yang dipertukarkan: anion


S2−) Na (basa)
+ Cl (asam) → Na+ + Cl− (yg dipertukarkan: elektron)

2.3 Indikator Asam-Basa


Namun, dengan cara mencicipi tentu banyak kelemahan data yang kita
peroleh karena selain ditentukan oleh kepekaan seseorang juga bersifat relatif
untuk menetapkan rasa masam, pahit, manis dan seterusnya, tiap orang memiliki
kepekaan yang berbeda. Cara ini hanya boleh dilakukan khusus pada bahan
makanan. Sedangkan bahan-bahan di laboratorium dilarang keras untuk dicicipi
karena dapat membahayakan dan bersifat racun yang bisa mematikan. Agar kita
aman dari bahaya keracunan maka para ahli kimia berusaha untuk membuat alat
bantu untuk mendeteksi adanya ion H+ pada asam dan ion OH- pada basa. Alat
bantu tersebut adalah indikator.
Indikator asam – basa adalah zat kimia yang mempunyai warna yang
berbeda dalam larutan asam dan basa. Sifat itulah yang menyebabkan indikator
asam – basa dapat digunakan untuk mengidentifikasi sifat asam dan basa.
Contohnya adalah kertas lakmus. Lakmus berwarna merah pada larutan asam dan
berwarna biru pada larutan basa. Di dalam laboratorium, indikator yang sering
digunakan selain kertas lakmus adalah fenoltalein, metil merah, dan metil jingga.
1. Indikator lakmus
Salah satu indikator asam – basa yang sering digunakan di laboratorium
adalah kertas lakmus. Ada 2 macam kertas lakmus, yaitu kertas lakmus merah dan
kertas lakmus biru.
Tabel 2,5 Perubahan warna kertas lakmus dalam beberapa larutan senyawa.

2. Indikator Alam
Selain yang ada di laboratorium, kita kenal juga indikator yang berasal dari
alam dan setiap siswa pasti bisa membuatnya dan dikenal dengan indikator alam.
Prinsip kerja indikator alam adalah pada suasana yang berbeda ia dapat berubah
warna. Jadi setiap bahan apa saja di alam ini (seperti ekstrak kunyit, ekstrak
bunga, dan lain-lain) yang bila dilarutkan dalam larutan asam berbeda warna
dengan yang bila dilarutkan dalam larutan basa maka bahan tersebut dapat
digunakan sebagai indikator.
3. Indikator Universal
Indikator yang disebutkan di atas adalah indikator yang hanya dapat
digunakan untuk menentukan sifat asam dan basa dengan hanya menunjukan 2
macam warna saja. Kertas Lakmus hanya menunjukkan dua macam perubahan
warna yaitu merah pada larutan asam dan biru pada larutan basa. Namun tak bisa
menunjukkan derajat keasaman atau derajat kebasaan suatu larutan. Dalam
mengetahui derajat keasaman suatu larutan diperlukan suatu indikator yang bisa
membedakan perbedaan derajat ke asaman tersebut. Indikator tersebut dikenal
dengan nama indikator universal, yaitu suatu indikator yang dapat berubah warna
bila berada pada larutan yang memiliki derajat keasaman berbeda. Indikator ini
terbuat dari berbagai macam indikator asam – basa yang memiliki warna trayek
pH yang berbeda-beda dengan perbandingan tertentu.
Namun juga ada indikator universal dalam bentuk pita (kertas) yang bila
dimasukkan dalam larutan asam yang memiliki derajat ke asaman berbeda, akan
berubah warna sesuai derajat keasaman larutan tersebut. Cara menggunakannya
adalah dengan memasukkan potongan pita indikator tersebut kedalam larutan
yang memiliki derajat keasaman tertentu, kemudian cocokkan warnanya dengan
tabel warna indikator. Warna yang ditunjukkan, menunjukkan harga derajat
keasaman (pH) larutan yang bersangkutan.
Ada beberapa jenis indikator asam – basa diantaranya fenolftalein, metil
orange, bromotimul biru, metil ungu, bromokresol ungu, fenol merah, timolftalein
dan metil orange. Jika kita meneteskan larutan asam – basa kedalam larutan
tersebut, kita akan melihat perubahan warna larutan indikator.
Tabel 2.6 perubahan warna larutan indikator
Indikator asam – basa Warna yang dihasilkan
Larutan asam Larutan basa
Fenolftalein Bening Merah muda
Metil oranye Merah Kuning
Bromotimol biru Kuning Biru
Metil ungu Ungu Hijau
Bromokresol ungu Kuning Ungu
Fenol merah Kuning Merah
Timolftalien Bening Biru
Metil oranye Merah Kuning
(Sumber : Cotton, 1989)
Batas – batas pH ketika indikator mengalami perubahan warna disebut
trayek perubahan warna indikator tersebut.

Tabel 2.7 Rentang pH pada perubahan warna indikator


Indikator Perubahan Warna dengan Rentang pH
Meningkatnya pH
Asam Pikrat Tidak berwarna - kuning 0,1 – 0,8
Tanol Biru Kuning 0,2 – 2,8
2,6 – Dinitro Feno Tidak berwarna – Kuning Merah 2,0 – 4,0
Metil Kuning Kuning 2,9 – 4,0
Brompenol Biru Kuning – Biru 3,0 – 4,6
Metil Orange Merah – Kuning 3,7 – 4,4
Bromkesol Hijau Kuning – Biru 3,8 – 5,4
Nietyl Merah Merah – Kuning 4,2 – 6,8
Litmus Merah – Biru 5,0 – 8,0
Metil Ungu Ungu – Hijau 4,8 – 5,4
P. Nitropenol Tidak berwarna - Kuning 5,6 – 7,6
Bromkesol Ungu Kuning – Ungu 5,2 – 6,8
Bromtimol Biru Kuning – Biru 6,0 – 7,6
Netral Merah Merah – Kuning 6,8 – 8,0
Kenol Merah Kuning – Biru 6,8 – 8,4
p-a-Noftalfttalein Kuning – Biru 7,0 – 9,0
Tinolftalein Tidak berwarna – Biru kuning 9,3 – 10,6
Alizarin Kuning R Violet 10,1 – 12,0
Fenolfttalein Tidak berwarna -Merah 8,0 – 9,6
(Sumber : Cotton, 1989)

2.4. Sifat- Sifat Asam dan Basa


Ada beberapa sifat-sifat khusus untuk membedakan suatu zat atau senyawa
berupa asam atau basa yaitu:
2.4.1 Sifat Asam
Karena Ion hidrogen mempunyai muatan positif (makanya dikasih tanda
plus (+) disebelah atas belakang H). Secara umum, Asam memiliki sifat sebagai
berikut:
a. Rasa masam jika dilarutkan dalam air (hanya untuk asam lemah) 
b. Sentuhan : terasa menyengat bila disentuh dan dapat merusak kulit
(terutama jika asam pekat) 
c. Bersifat korosif terhadap logam. Dapat menyebabkan karat, dapat pula
merusak jaringan kulit/iritasi dan melubangi benda yang terbuat dari kain,
kayu atau kertas jika konsentrasinya tinggi (pengalaman pribadi, kalian
mau coba? Dio kayanya semangat nih) 
d. Hantaran listrik : merupakan cairan elektrolit walaupun tidak selalu ionik
(dapat menghantarkan listrik walau tidak selalu berbentuk ion) 
e. Derajat keasaman (pH) lebih kecil dari 7 
f. Mengubah warna lakmus menjadi berwarna merah

2.4.2 Sifat Basa


Sedangkan Ion hidroksida mempunyai muatan negatif (makanya dikasih
tanda minus (-) disebelah atas belakang OH). Basa adalah lawan dari asam. Secara
umum, Basa memiliki sifat sebagai berikut:
a. Rasa pahit jika dilarutkan dalam air (hanya untuk basa lemah) 
b. Sentuhan : terasa licin seperti sabun bila disentuh (hanya untuk basa
lemah) 
c. Bersifat kaustik (dapat merusak jaringan kulit/iritasi) 
d. Hantaran listrik : dapat menghantarkan listrik (merupakan larutan
elektrolit) 
e. Derajat keasaman (pH) lebih besar dari 7 
f. Mengubah warna lakmus menjadi berwarna biru
g. Dalam keadaan murni umumnya berupa kristal padat 
h. Dapat mengemulsi minyak

 2.5 Jenis- Jenis Asam dan Basa


2.5.1 Jenis- Jenis Asam
Asam terbagi dua jenis yaitu Asam Kuat dan Asam Lemah.
a. Asam Kuat yaitu Asam yang dapat terionisasi 100% dalam larutan. Contoh
asam Kuat: Asam sulfat (H2SO4), Asam klorida (HCl), Asam nitrat (HNO3),
Asam bromida (HBr), Asam iodida (HI) dan  Asam klorat (HClO4)
b. Asam lemah yaitu Asam yang tidak terionisasi seluruhnya pada saat
dilarutkan dalam air. Contoh asam lemah:  Asam askorbat, Asam karbonat,
Asam sitrat, Asam etanoat,  Asam laktat dan Asam fosfat

2.5.2 Jenis- Jenis Basa


Seperti halnya asam, basa juga terbagi menjadi 2 jenis yaitu Basa Kuat dan
Basa Lemah
a. Basa Kuat yaitu Basa yang dapat terionisasi sempurna sesuai dengan unsure
pembentuk basa tersebut. Contoh basa kuat: Litium hidroksida (LiOH),
Natrium hidroksida (NaOH), Kalium hidroksida (KOH), Kalsium
hidroksida (Ca(OH)2), Stronsium hidroksida (Sr(OH)2), Rubidium
hidroksida (RbOH), Barium hidroksida (Ba(OH)2) dan Magnesium
hidroksida (Mg(OH)2).
b. Basa Lemah yaitu basa tidak berubah seluruhnya menjadi ion hidroksida
dalam larutan. Amonia adalah salah satu contoh basa lemah. Sudah sangat 
jelas  ammonia  tidak mengandung ion hidroksida, tetapi amonia bereaksi
dengan air untuk menghasilkan ion amonium dan ion hidroksida.
Akan tetapi, reaksi berlangsung reversibel, dan pada setiap saat sekitar 99%
amonia tetap ada sebagai molekul amonia. Hanya sekitar 1% yang
menghasilkan ion hidroksida. Disebut basa lemah karena zat terlarut dalam
larutan ini tidak mengion seluruhnya,  α  ≠ 1, (0 <  α < 1). Penentuan
besarnya konsentrasi OH-  tidak dapat ditentukan langsung dari konsentrasi
basa lemahnya (seperti halnya basa kuat).
Berikut ini contoh basa lemah : gas amoniak (NH3), besi hidroksida
(Fe(OH)2), Hydroksilamine (NH2OH), Aluminium hidroksida (Al(OH)3),
Ammonia hydroksida (NH4OH), Metilamin hydroxide (CH3NH3OH dan  Etilamin
hydroxide (C2H5NH3OH).
2.6 Kesetimbangan Ion
Dalam air pengionan beberapa molekul asam kovalen polar, seperti
HCL,HNO3,dan HCLO pada hakekatnya berlangsung sempurna. Karena terdapat
sedikit molekul yang tak terionkan pada kesetimbangan, persamaan untuk reaksi
pengionan ini umumnya ditulis hanya dengan satu anak panah tunggal ke kanan.
Bila dikatakan asam klorida 0,50m, ditandakan bahwa konsentrasi ion H+ dan Cl-
masing masing adaalh 0,50m,dan konsentrasi HCl yang tak terionkan praktis nol.
Sebaliknya,untuk asam lemah seperti asetat HC2H3O2,atau basa lemah seperti
ammonia, NH3,transfer proton ke atau jauh dari air jauh dari lengkap. Persamaaan
untuk reaksi pengionan ini ditulis dengan anak panah rangkap untuk menekankan
bahwa system kesetimbangan adalah reversible.
Kesetimbangan yang melibatkan pengionan asam lemah dan basa lemah
dalam larutan air penting dalam banyak bidang ilmu. Tetapan kesetimbangan
untuk reaksi-reaksi ini masing-masing disebut tetapan pengionan asam, ka,dan
tetapan pengionan basa. Tiap tetapan ini mengandung factor untuk konsentrasi air.
Besarnya ketetapan ini mengandung factor untuk kensentrasi air. Besarnya
ketetapan ini menyatakan kuat asam atau basa itu. Untuk asam poliprotik dan basa
polibasa tetapan pengionan pertama selalu lebih besr daripada yang kedua,dan
seterusnya. Daam semua larutan elektrolit lemah,derajat pengionan menigkat jika
larutan bertambah encer. Namun tetapan pengionan tidaklah berubah.
Air murni mengion sedikit sekali. Tetapan kesetimbangan untuk reaksi ini disebut
hasil kali ion untuk air, kw . harganya sama untuk larutan air apa saja pada suatu
tempertur tertentu dan sama dengan hasil kali tetapan pengionan untuk pasangan
asam basa konjugasi apa saja.

Harga konsentrasi ion H+ dalam larutan apa saja menentukan apakah


larutan itu asam, basa atau netral. Dalam banyak larutan konsentrasi H+
bergantung pada hidrolisis kation asam ataupun anion basa. Pengukuran yang
secara numeris tidak merepotkan terhadap keasaman suatu larutan adalah pH-nya,
yang dapat diukur dengan suatu pH-meter. Untuk beberapa maksud pOH
merupakan ukuran yang lebih enak dipakai. Jumlah pH dan pOH larutan apa saja
adalah pKw itu .
Pengionan suatu elektrolit lemah dalam larutan akan ditekan dengan
penambahan suatu senyawaan dengan mana elektrolit itu mempunyai satu ion
sekutu. Ini adalah efek ion sekutu, yang akibatnya adalah bahwa asam lemah dan
basa lemah menjadi makin lemah bila berada dalam larutan bersama dengan
garamnya. Larutan semacam itu disebut larutan buffer, karena pH-nya hanya
sedikit dipengaruhi oleh penambahan asam kuat ataupun basa kuat dalam
kuantitas yang sedang. Dalam banyak siste alamiah dan buatan, larutan berbuffer
penting dalam menjaga agar jangka pH tertentu dan sempit.
pH suatu larutan seringkali dapat dipekirakan dengan suatu indicator asam
basa, yang berubah warna paa harga pH tertentu. Dalam titrasi asam basa, titik
kesetaraan adalah titik dimana kuantitas yang secara kimiawi setara (dari) dua zat
yang telah dicampur. Secara khas, terdapat perubahan pH yang besar dan
mendadak dari larutan paada titik ini. Tititk akhir titrasi adalah titik pada mana
indicator berubaah warna. Dengan memilih indikatos secara seksama, titik akhir
itu tepat berimpit dengan titik kesetaraan. Banyak informasi yang bermanfaat
mengenai suatu asam basa dapat diperoleh dari kurva titrasi, yakni suatu alur pH
terhadap volume pereaksi yang ditambahkan.

2.7 Ketetapan Ionisasi


Asam dan basa kuat terionisasi seluruhnya sehingga tidak memiliki tetapan
kesetimbangan. Namun asam dan basa lemah memiliki tetapan kesetimbangan
karena dalam air hanya terurai atau hanya terionisasi sebagian. Misalnya suatu
asam lemah (HA) dilarutkan dalam air akan terurai sesuai persamaan berikut.
HA(aq) <==> H+(aq) + A–(aq)

[H+] = [A–] maka

[H+]2 = Ka.[HA]
Dengan cara yang sama dengan Ka = tetapan ionisasi asam

Ca = konsentrasi asam awal


Kb = tetapan ionisasi basa
Cb = kosentrasi basa.

Dari rumus di atas, konsentrasi H+ dan OH- dari asam lemah dan basa lemah dapat
ditentukan asal harga ka dan kb diketahui. Hubungan Ka, Kb dengan derajat
ionisasi asam dan basa Jika Ka dan Kb disubstitusikan ke rumus. Akan diperoleh
persamaan sebagai berikut

Ka= Ca x α2
Kb = Cb x α2

Jika zat terionisasi sempurna, maka derajat ionisasinya bernilai satu (α=1).
Jika zat tidak dapat terionisasi, maka derajat ionisasinya bernilai nol (α=0).
Sedangkan zat yang terionisasi sebagian, maka derajat ionisasinya kurang dari
satu, sangat kecil (α<1).

Asam dapat dikelompokan berdasarkan kekuatannya, yaitu


1. Asam kuat, yaitu asam yang derajat ionisasinya = 1 atau mengalami ionisasi
sempurna. Misalnya: HCl
2. Asam lemah, yaitu asam yang derajat ionisasinya <1 atau mengalami ionisasi
sebagian. Misalnya : CH3COOH

Sedangkan basa dapat dikelompokan berdasarkan kekuatannya, yaitu:


1. Basa kuat, yaitu basa yang derajat ionisasinya = 1 atau mengalami ionisasi
sempurna. Misalnya: KOH
2. Basa lemah, yaitu basa yang derajat ionisasinya <1 atau mengalami ionisasi
sebagian. Misalnya: amonia
Suatu larutan digolongkan asam kuat jika memiliki daya hantar listrik kuat
(larutan elektrolit kuat) dan nilai pH rendah (konsentrasi molar ion H+ tinggi).
Sebaliknya, jika daya hantar listrik lemah dan nilai pH sedang (sekitar 3–6),
larutan tersebut tergolong asam lemah.Demikian juga larutan basa dapat
digolongkan sebagai basa kuat jika memiliki daya hantar listrik kuat dan pH
sangat tinggi. Jika daya hantar listrik lemah dan nilai pH sedang (sekitar 8–11),
larutan tersebut tergolong sebagai basa lemah.

2.8 Hasil Kali Ion Air


Air merupakan pelarut yang unik. Salah satu sifat khasnya yaitu
kemampuannya untuk bertindak baik sebagai asam maupun basa. Air berfungsi
sebagai basa dalam reaksi dengan asam-asam seperti HCl dan CH3COOH, dan
pelarut ini berfungsi sebagai asam dalam reaksi dengan basa seperti NH3. Air
merupakan elektrolit yang lemah dan hanya terionisasi sedikit.

H2O(l) H+ (aq) + OH- (aq)

Reaksi ini disebut autoionisasi air.

H2O + H2O H3O+ + OH-

Pasangan asam basa konjugasinya ialah


(1) H2O (asam) dan OH- (basa)
(2) H3O+ (asam) dan H2O (basa).

Dari reaksi di atas sesuai hukum kesetimbangan, tetapan kesetimbangan (K)


ditulis sebagai berikut.

K [H2O] = [H+] [OH‾]

Kw = [H+] [OH‾]
Pada temperatur 25 °C diperoleh harga Kw = 1,0 x 10-14 artinya pada
temperatur 25 °C dalam satu liter air murni terdapat 10-7 ion H + dan 10-7 ion
OH‾. Hubungan antara Kw dan pKw sama persis seperti hubungan antara Ka dan
pKa, atau [H+] dan pH.

pKw = – log10 Kw

Harga Kw 1.00 x 10-14 mol2 dm-6 pada temperatur ruangan memberikan


harga pKw 14. Menyatakan Banyak sedikitnya zat elektrolit yang terion dalam
larutan. Derajat ionisasi ini dapat ditentukan dengan cara membandingkan jumlah
zat yang mengion dengan jumlah zat yang dilarutkan.

2.9 pH
pH adalah suatu parameter yang digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman suatu larutan. Larutan asam mempunyai pH lebih kecildari 7, larutan
basa mempunyai pH lebih besar dari 7, sedangkan larutan netral mempunyai pH=
7.Larutan Konsentrasi ion [H+] dalam suatu larutan encer umumnya sangat
rendah tetapi sangat menentukan sifat – sifat dari larutan terutama, larutan dalam
air.
Menurut Sorensen , pH merupakan fungsi logaritma negative dari
konsentrasi ion H+ dalam suatu larutan dan dirumuskansebagaiberikut :

pH = – log [H+]

Dengan analogi yang sama untuk menentukan harga konsentrasi OH- dalam
larutan dapat digunakan rumusan harga pOH:

pOH = – log [OH-]

Dalam keadaan kesetimbangan air terdapat tetapan kesetimbangan :


Kw = [H+] [OH-]

Jadi dengan menggunkan konsep – log = p ,maka :

– Log Kw = – log [H+] [OH-]

– Log Kw = { – log [H+]} + {- log [OH-]}

pKw = pH + pOH

2.10 Aplikasi Asam Basa


Aplikasi asam dan basa dalam proses pencucian benda-benda pusaka
Observasi yang kami lakukan bertempat di keraton Cirebon, disini kami ingin
mengetahui bagai mana proses pencucian benda-benda pusaka dan apa
hubungannya dengan materi kimia mengenai asam dan basa. Dalam melakukan
observasi kami dipandu oleh bapak Mungal dari observasi yang dilakukan kami
memperoleh banyak informasi mengenai keraton .
Pencucian benda-benda pusaka atau lebih dikenal dengan “Panjang Jimat”
dilakukan setahun sekali yaitu pada tanggal 1-10 Muharam. Prosesi adat “Panjang
Jimat” merupakan refleksi dari proses kelahiran Nabi Muhammad SAW dan
merupakan acara puncak dari serangkaian kegiatan Maulud Nabi Muhamad di
Keraton Kasepuhan Cirebon. “Panjang” berarti sederetan iring-iringan berbagai
benda pusaka dalam prosesi itu dan “Jimat” berarti “siji kang dirumat” atau satu
yang dihormati yaitu kalimat sahadat.
Proses pencucian benda-benda pusaka itu sendiri dimulai dengan
merendam keris dan benda pusaka ke dalam air kelapa. Dijelaskan, air kelapa
bersifat asam lemah dan bermanfaat untuk melepaskan kotoran, kerak, dan
mempermudah lepasnya karat yang terbentuk dipermukaan keris. Karena sifat
asamnya yang lemah diperlukan perendaman agar betul-betul meresap dan dapat
melepaskan kotoran terutama yang terdapat di pori-pori logam. Setelah direndam,
benda pusaka itu digosok permukaannya dengan irisan jeruk nipis sampai bersih
atau putih mengkilap. Proses ini bertujuan untuk membersihkan keris dari karat.
Setelah itu, keris dikeringkan dengan dijemur di bawah sinar matahari. Kemudian,
setelah kering, keris dicuci dengan air dari sumur-sumur yang ada di Keraton
Kasepuhan seperti sumur kejayaan, sumur kemandungan, dan sumur pitu. Proses
terakhir diolesi dengan minyak wangi. Ada empat jenis wewangian yakni minyak
cendana, misik putih, melati, dan mawar. Setelah itu keris dan benda pusaka
disimpan kembali ke tempatnya.
Pencucian keris dan benda pusaka yang ada di museum benda pusaka
Keraton Kasepuhan tidak dimaksudkan untuk menyembah atau
mengagungkannya, namun lebih kepada perawatan atas fisik benda bernilai
sejarah tersebut. Kemudian, acara tersebut sekaligus dimaksudkan untuk
melestarikan budaya atau cara tradisional dalam proses perawatan itu sendiri.
Suatu benda kuno menjadi pusaka bukan karena kekuatan supranaturalnya saja,
tapi karena benda tersebut adalah peninggalan nenek moyang yang menjadi bukti
sejarah, pencapaian dan kejayaan budaya bangsa kita di masa lalu dan menjadi
suatu kebanggaan bangsa di masa kini. Keris dan benda pusaka sebagai bukti
sejarah tersebut patut dan wajib dilestarikan agar tidak kehilangan akar sejarah
dan budaya.
Proses pencucian tersebut menggunakan air kelapa dan jeruk nipis. Air
kelapa dan jeruk nipis mampu menghilangkan korosi yang terdapat pada benda
pusaka karena kandungannya yang bersifat asam. Sebab, asam akan melarutkan
logam yang teroksidasi. Asam sitrat memilki gugus karboksilat. Gugus itu adalah
bagian dari struktur kimia asam sitrat yang terdiri dari oksigen, karbon dan
hidrogen. Misalnya, tembaga klorida akan bereaksi dengan gugus karboksilat pada
asam sitrat. Hasilnya adalah senyawa kompleks yang lebih mudah dibersikan.
Beberapa cara lain bisa digunakan untuk membersihkan alat pada benda
pusaka. Misalnya, menggunakan air yang dicampur dengan serbuk sitrun. Tetapi,
ini tidak dianjurkan karena bisa membuat benda pusaka berpori atau berbintik.
Cara yang paling ekstrim dan sangat tidak dianjurkan adalah dengan
menggunakan asam nitrat atau HCl karena dapat merusak benda jikat terlalu lama
walaupun benda pusaka bisa bersih dalam waktu singkat. Oleh karena itu, sangat
dibutuhkan kehari-hatian dalam penggunaannya.

Anda mungkin juga menyukai