Anda di halaman 1dari 14

BAB VI

Asam Basa

1. Definisi Asam Basa


Asam dan basa adalah dua golongan zat kimia yang sangat umum ditemukan di sekitar kita.
Sebagai contoh, cuka, asam sitrun, dan asam dalam lambung tergolong asam, sedangkan kapur
sirih dan soda api tergolong basa. Asam dan basa memiliki sifat-sifat yang berbeda. Pada mulanya,
asam dan basa dibedakan berdasarkan rasanya, di mana asam terasa masam sedangkan basa terasa
pahit dan licin seperti sabun. Namun, secara umum zat-zat asam maupun basa bersifat korosif dan
beracun — khususnya dalam bentuk larutan dengan kadar tinggi — sehingga sangat berbahaya
jika diuji sifatnya dengan metode merasakannya.
Asam basa merupakan dua larutan yang menghasilkan ion jika dilarutkan dalam air (Asam Basa
Arrhenius). Dikatakan asam jika larutan tersebut menghasilkan ion H+ dan sisa asamnya berupa
non logam. Asam umumnya memiliki rasa masam. Rumus kimia asam terdiri adari atom hidrogen
(ditulis di depan) dan anion berupa sisa asam. Akan tetapi, asam merupakan senyawa molekul
bukan senyawa ion. Penamaan senyawa asam dilakukan dengan menambahkan kata asam di depan
lalu diikuti dengan anion sebagai sisa asam.
HA –> H+ + A–
Sedangkan basa merupakan larutan yang menghasilkan ion OH– dan sisa basanya berupa logam
(golongan IA, IIA, Al dan Fe). Larutan basa bersifat kaustik, jika mengenai kulit terasa licin dan
dapat menyebabkan iritasi pada kulit. Basa umumnya terdiri dari logam sebagai kation dengan ion
hidroksida sebagai anion. Penamaan senyawa basa dilakukan dengan menuliskan nama kation atau
logam diikuti dengan kata hidroksida.
BOH –> B+ + OH–
Teori Asam Basa Arrhenius
Teori ini pertama kalinya dikemukakan pada tahun 1884 oleh Svante August Arrhenius.
Menurut Arrhenius, definisi dari asam dan basa, yaitu:
▪ asam adalah senyawa yang jika dilarutkan dalam air melepaskan ion H+.
▪ basa adalah senyawa yang jika dilarutkan dalam air melepaskan ion OH−.
Gas asam klorida (HCl) yang sangat larut dalam air tergolong asam Arrhenius, sebagaimana
HCl dapat terurai menjadi ion H+dan Cl− di dalam air. Berbeda halnya dengan metana (CH4) yang
bukan asam Arrhenius karena tidak dapat menghasilkan ion H+ dalam air meskipun memiliki atom
H. Natrium hidroksida (NaOH) termasuk basa Arrhenius, sebagaimana NaOH merupakan
senyawa ionik yang terdisosiasi menjadi ion Na+ dan OH− ketika dilarutkan dalam air. Konsep
asam dan basa Arrhenius ini terbatas pada kondisi air sebagai pelarut.

Teori Asam Basa Brønsted–Lowry


Pada tahun 1923, Johannes N. Brønsted dan Thomas M. Lowry secara terpisah mengajukan
definisi asam dan basa yang lebih luas. Konsep yang diajukan tersebut didasarkan pada fakta
bahwa reaksi asam–basa melibatkan transfer proton (ion H+) dari satu zat ke zat lainnya. Proses
transfer proton ini selalu melibatkan asam sebagai pemberi/donor proton dan basa sebagai
penerima/akseptor proton. Jadi, menurut definisi asam basa Brønsted–Lowry,
▪ asam adalah donor proton.
▪ basa adalah akseptor proton.
Jika ditinjau dengan teori Brønsted–Lowry, pada reaksi ionisasi HCl ketika dilarutkan dalam
air, HCl berperan sebagai asam dan H2O sebagai basa.
HCl(aq) + H2O(l) → Cl−(aq) + H3O+(aq)
HCl berubah menjadi ion Cl− setelah memberikan proton (H+) kepada H2O. H2O menerima
proton dengan menggunakan sepasang elektron bebas pada atom O untuk berikatan dengan
H+ sehingga terbentuk ion hidronium (H3O+).
Sedangkan pada reaksi ionisasi NH3 ketika dilarutkan dalam air, NH3 berperan sebagai basa
dan H2O sebagai asam.
NH3(aq) + H2O(l) ⇌ NH4+(aq) + OH−(aq)
NH3 menerima proton (H+) dari H2O dengan menggunakan sepasang elektron bebas pada
atom N untuk berikatan dengan H+ sehingga terbentuk ion ammonium (NH4+). H2O berubah
menjadi ion OH− setelah memberikan proton (H+) kepada NH3.
Pelarutan asam atau basa dalam air sebagai reaksi asam–basa Brønsted–Lowry (Sumber:
Silberberg, Martin S. & Amateis, Patricia. 2015. Chemistry: The Molecular Nature of Matter and
Change (7th edition). New York: McGraw-Hill Education)
Dari kedua contoh tersebut terlihat bahwa (1) asam Brønsted–Lowry harus mempunyai atom
hidrogen yang dapat terlepas sebagai ion H+; dan (2) basa Brønsted–Lowry harus mempunyai
pasangan elektron bebas yang dapat berikatan dengan ion H+.
Kelebihan definisi oleh Brønsted–Lowry dibanding definisi oleh Arrhenius adalah dapat
menjelaskan reaksi-reaksi asam–basa dalam fase gas, padat, cair, larutan dengan pelarut selain air,
ataupun campuran heterogen. Sebagai contoh, reaksi antara gas NH3 (basa) dan gas HCl (asam)
membentuk asap NH4Cl.
NH3(g) + HCl(g) → NH4Cl(s)
Beberapa zat dapat bertindak sebagai asam, namun juga dapat sebagai basa pada reaksi yang
lain, misalnya H2O, HCO3−, dan H2PO4−. Zat demikian disebut amfiprotik. Suatu zat amfiprotik
(misalnya H2O) akan bertindak sebagai asam bila direaksikan dengan zat yang lebih basa darinya
(misalnya NH3) dan bertindak sebagai basa bila direaksikan dengan zat yang lebih asam darinya
(misalnya HCl).

Teori Asam Basa Lewis


Pada tahun 1923, G. N. Lewis mengemukakan teori asam basa yang lebih luas dibanding
kedua teori sebelumnya dengan menekankan pada pasangan elektron yang berkaitan dengan
struktur dan ikatan. Menurut definisi asam basa Lewis,
▪ asam adalah akseptor pasangan elektron.
▪ basa adalah donor pasangan elektron.
Berdasarkan definisi Lewis, asam yang berperan sebagai spesi penerima pasangan elektron
tidak hanya H+. Senyawa yang memiliki orbital kosong pada kulit valensi seperti BF3 juga dapat
berperan sebagai asam. Sebagai contoh, reaksi antara BF3 dan NH3 merupakan reaksi asam–basa,
di mana BF3 sebagai asam Lewis dan NH3 sebagai basa Lewis. NH3 memberikan pasangan
elektron kepada BF3 sehingga membentuk ikatan kovalen koordinasi antara keduanya.

Kelebihan definisi asam basa Lewis adalah dapat menjelaskan reaksi-reaksi asam–basa lain dalam
fase padat, gas, dan medium pelarut selain air yang tidak melibatkan transfer proton. Misalnya,
reaksi-reaksi antara oksida asam (misalnya CO2 dan SO2) dengan oksida basa (misalnya MgO dan
CaO), reaksi-reaksi pembentukan ion kompleks seperti [Fe(CN)6]3−, [Al(H2O)6]3+, dan
[Cu(NH3)4]2+, dan sebagian reaksi dalam kimia organik.

2. Tata Nama Asam Basa


Tata Nama Asam
Secara umum, senyawa asam dapat dikelompokkan menjadi tiga:
▪ Senyawa asam yang tidak mengandung oksigen; penamaannya cukup dengan menuliskan kata
“asam” lalu diikuti oleh anion/sisa asam dengan akhiran “-ida”
▪ Senyawa asam yang mengandung oksigen maupun unsur lain atau disebut juga dengan asam-
okso; penamaan didasarkan pada atom pusat yang akhirannya diganti dengan “it” dan “at”.
Asam-okso dengan atom oksigen lebih sedikit menggunakan akhiran “it” pada anionnya,
sedangkan untuk asam-okso dengan jumlah oksigen lebih banyak menggunakan akhiran “at”
pada anionya
▪ Senyawa asam oksihalogen yaitu senyawa asam halida yang mengandung oksigen;
penamannya tergantung dari jumlah biloks halogennya:
▪ Biloks +1 : asam hipohalit {trivial} atau asam halat (I) {IUPAC}
▪ Biloks +3 : asam halit {trivial} atau asam halat (III) {IUPAC}
▪ Biloks +5 : asam halat {trivial} atau asam halat (V) {IUPAC}
▪ Biloks +7 : asam perhalat {trivial} atau asam halat (VII) {IUPAC}

Ganti suku kata “hal” pada kedua metode tata nama di atas dengan nama halogennya (klor untuk
Cl, brom untuk Br, iod untuk I). Fluor F tidak memembentuk asam oksihalogen karena paling
elektronegatif dengan kata lain hanya mempunyai satu bilangan oksidasi yaitu -1.
Contoh Tata Nama Senyawa Asam
1. Senyawa Asam Yang Tidak Mengandung Oksigen
▪ HF : asam fluorida
▪ HCl : asam klorida
▪ HBr : asam bromida
▪ HI : asam iodida
▪ HCN : asam sianida
▪ H2S : asam sulfida
2. Senyawa Asam Yang Mengandung Oksigen
▪ HNO2 : asam nitrit (anion berupa ion nitrit NO2–)
▪ HNO3 : asam nitrat (anion berupa ion nitrat NO3–)
▪ H2CO3 : asam karbonat (anion berupa ion karbonat CO32-)
▪ H2SO3 : asam sulfit (anion berupa ion sulfit SO32-)
▪ H2SO4 : asam sulfat (anion berupa ion sufat SO42-)
▪ H2CrO4 : asam kromat (anion berupa ion kromat CrO42-)
▪ H3PO3 : asam fosfit (anion berupa ion fosfit PO32-)
▪ H3PO4 : asam fosfat (anion berupa ion fosfat PO43-)
▪ HMnO4 : asam permanganat (anion ion permanganat MnO4–)
▪ H2MnO4 : asam manganat (anion ion manganat MnO42-)
▪ H2CrO4 : asam kromat (anion ion kromat CrO42-)
▪ H2Cr2O7 : asam dikromat (anion ion dikromat Cr2O72-)
3. Senyawa Asam Oksihalogen
Asam dengan biloks +1 :
▪ HClO : asam hipoklorit {trivial} atau asam klorat (I)
▪ HBrO : asam hipobromit {trivial} atau asam bromat (I)
Asam dengan biloks +3 :
▪ HClO2 : asam klorit {trivial} atau asam klorat (III)
Asam dengan biloks +5 :
▪ HClO3 : asam klorat {trivial} atau asam klorat (V)
▪ HIO3 : asam iodat {trivial} atau asam iodat (V)
Asam dengan biloks +7 :
▪ HClO4 : asam perklorat {trivial} atau asam klorat (VII)

Tata Nama Basa


Penamaan senyawa basa dengan menyebutkan nama kation/ion logam terlebih dahulu lalu
diikuti dengan “hidroksida”. Jika kation berupa logam yang memiliki lebih dari 1 bilangan
oksidasi, maka tuliskan bilangan oksidasi setelah nama kation/logamnya.
▪ NaOH : natrium hidroksida (ion logam natrium Na+)
▪ KOH : kalium hidroksida (ion logam kalium K+)
▪ LiOH : litium hidroksida (ion logam litium Li+)
▪ Mg(OH)2 : magnesium idroksida (ion magnesium Mg2+)
▪ Be(OH)2 : berilium hidroksida (ion hidroksida Be2+)
▪ Ba(OH)2 : barium hidrosida (ion barium Ba2+)
▪ Ca(OH)2 : kalsium hidroksida (ion logam calsium Ca2+)
▪ Al(OH)3 : aluminium hidroksida (ion logam aluminium Al3+)
▪ Fe(OH)2 : besi(II) bidroksida (ion logam besi Fe2+)
▪ Fe(OH)3 : besi(III) hidroksida (ion logam besi Fe3+)

3. Kekuatan Asam Basa


Kekuatan asam dan basa ditentukan oleh derajat ionisasi (α)-nya, banyak
sedikitnya ion H+ dan OH− yang dilepaskan. Asam dan basa dalam air akan mengalami reaksi
peruraian menjadi ion yang merupakan reaksi kesetimbangan. Oleh karena itu, kekuatan asam dan
basa dapat dinyatakan oleh tetapan kesetimbangannya yaitu, tetapan ionisasi asam (Ka) dan
tetapan ionisasi basa (Kb).
Sebagai contoh, dalam air HCl hampir terurai sempurna menjadi ion H+ dan ion Cl−,
sedangkan HF hanya terurai sebagian menjadi ion H+ dan ion F−. Oleh karenanya, HCl disebut
sebagai asam kuat dan HF disebut sebagai asam lemah. Demikian juga, dalam air NaOH hampir
terurai sempurna menjadi ion Na+ dan ion OH−, sedangkan NH3 hanya terurai sebagian menjadi
ion NH4+ dan ion OH−. NaOH disebut sebagai basa kuat dan NH3 disebut sebagai basa lemah.

A. Tetapan ionisasi asam (Ka)


Secara umum, reaksi kesetimbangan larutan asam HA dalam air dapat ditulis sebagai berikut.
HA(aq) ⇌ H+(aq) + A−(aq)
Tetapan ionisasi asam Ka dapat dirumuskan seperti berikut.

asam kuat (contoh: HCl, HBr, HI, HNO3, HClO4, H2SO4)


Dalam air, hampir seluruh asam kuat terurai menjadi ion-ionnya, sehingga derajat ionisasi α ≈ 1.
Dengan demikian, nilai Ka dari asam kuat sangat besar. Untuk nilai Ka yang sangat besar, maka
dapat dianggap bahwa asam terurai sempurna menjadi ion-ionnya dan konsentrasi ion H+ dapat
dihitung dari konsentrasi asam ([HA]setimbang ≈ [HA]awal = Ma) dan valensi
asamnya. Valensi asam adalah jumlah ion H+ yang dihasilkan per molekul asam.

asam lemah (contoh: HF, HCN, HNO2, CH3COOH, H2CO3)


Dalam air, hanya sebagian asam lemah terurai menjadi ion-ionnya, sehingga derajat ionisasinya 0
< α < 1. Jika konsentrasi awal larutan asam lemah HA dinyatakan sebagai Ma, maka: HA(aq) ⇌
H+(aq) + A−(aq)
Mula-mula : Ma
Reaksi : −αMa + αMa + αMa
Setimbang : (1−α)Ma αMa αMa
Jika nilai α sangat kecil (α ≪ 1), maka dapat diasumsikan nilai (1 − α) ≈ 1, sehingga persamaan
Ka untuk asam lemah dapat ditulis seperti berikut:

Jadi, untuk menghitung konsentrasi ion H+ dapat digunakan nilai Ka ataupun nilai α.
atau

B. Tetapan ionisasi basa (Kb)


Secara umum, reaksi kesetimbangan larutan basa LOH dalam air dapat ditulis sebagai berikut.
LOH(aq) ⇌ L+(aq) + OH−(aq)
Tetapan ionisasi basa Kb dapat dirumuskan seperti berikut.

basa kuat (contoh: NaOH, KOH, Ca(OH)2, Sr(OH)2, Ba(OH)2)


Dalam air, hampir seluruh basa kuat terurai menjadi ion-ionnya, sehingga derajat ionisasi α ≈ 1.
Dengan demikian, nilai Kb dari basa kuat sangat besar. Untuk nilai Kb yang sangat besar, maka
dapat dianggap bahwa basa terurai sempurna menjadi ion-ionnya dan konsentrasi ion OH− dapat
dihitung dari konsentrasi basa ([LOH]setimbang ≈ [LOH]awal = Mb) dan valensi basanya.
Valensi basa adalah jumlah ion OH− yang dihasilkan per unit rumus basa.

basa lemah (contoh: NH3, CH3NH2, C6H5NH2)


Dalam air, hanya sebagian basa lemah terurai menjadi ion-ionnya, sehingga derajat ionisasinya 0
< α < 1. Jika konsentrasi awal larutan basa lemah LOH dinyatakan sebagai Mb, maka:
LOH(aq) ⇌ L+(aq) + OH−(aq)
Mula-mula : Mb
Reaksi : −αMb + αMb + αMb
Setimbang : (1 − α)Mb αMb αMb

Jika nilai α sangat kecil (α ≪ 1), maka dapat diasumsikan nilai (1 − α) ≈ 1, sehingga persamaan
Kb untuk basa lemah dapat ditulis seperti berikut:
Jadi, untuk menghitung konsentrasi ion OH− dapat digunakan nilai Kb ataupun nilai α.
atau
Tetapan ionisasi beberapa asam dan basa dapat dilihat pada tabel berikut:

4. Indikator Asam Basa


Indikator asam-basa (disebut juga Indikator pH) adalah senyawa halokromik yang
ditambahkan dalam jumlah kecil ke dalam sampel, umumnya adalah larutan yang akan
memberikan warna sesuai dengan kondisi pH larutan tersebut. Pada temperatur 25° Celsius, nilai
pH untuk larutan netral adalah 7,0. Di bawah nilai tersebut larutan dikatakan asam, dan di atas
nilai tersebut larutan dikatakan basa. Kebanyakan senyawa organik yang dihasilkan makhluk
hidup mudah melepaskan proton (bersifat sebagai asam Lewis), umumnya asam
karboksilat dan amina, sehingga indikator asam-basa banyak digunakan dalam
bidang biologi dan kimia analitik. Mekanisme perubahan warna oleh indikator adalah reaksi
asam-basa, pembentukan kompleks, dan reaksi redoks.
Indikator pH secara umum digunakan dalam teknik titrasi kimia analitik dan biologi untuk
menentukan reaksi kimia.[3] Karena pilihan subyektif (penentuan) warna, indikator pH tidak
memberi hasil pembacaan yang presisi. Untuk mengukur pH secara presisi, suatu pH
meter biasanya digunakan. Terkadang, pencampuran beberapa indikator berbeda digunakan untuk
menghasilkan perubahan warna pada rentang nilai pH yang lebar. Indikator komersial tersebut
(misalnya indikator universal) digunakan hanya ketika membutuhkan pengetahuan kasar
mengenai pH.
Tabel berikut ini berisi beberapa indikator pH yang umum digunakan di laboratorium.
Indikator biasanya memberi perubahan warna pada nilai pH yang tertulis pada nilai transisi.
Contohnya, fenol merah menghasilkan warna jingga antara pH 6.8 dan pH 8.4. Rentang transisi
mungkin berbeda sedikit bergantung pada konsentrasi indikator dalam larutan dan pada suhu di
mana indikator tersebut digunakan. Gambar di sebelah kanan menunjukkan rentang dan perubahan
warna yang terjadi pada indikator tersebut.
Warna pada Batas Batas Warna pada
Indikator pH transisi transisi pH
batas bawah bawah atas batas atas
Gentian violet (Metil
kuning 0.0 2.0 biru-violet
ungu 10B)
Malasit hijau (transisi
kuning 0.0 2.0 hijau
pertama)
Malasit hijau (transisi
hijau 11.6 14.0 tak berwarna
kedua)
Timol biru (transisi
merah 1.2 2.8 kuning
pertama)
Timol biru (transisi
kuning 8.0 9.6 biru
kedua)
Metil kuning merah 2.9 4.0 kuning
Bromofenol biru kuning 3.0 4.6 biru
Merah kongo biru-violet 3.0 5.0 merah
Metil jingga merah 3.1 4.4 kuning
Bromokresol hijau kuning 3.8 5.4 biru
Metil merah merah 4.4 6.2 kuning
Metil ungu ungu 4.8 5.4 hijau
Azolitmin merah 4.5 8.3 biru
Bromokresol ungu kuning 5.2 6.8 ungu
Bromotimol biru kuning 6.0 7.6 biru
Fenol merah kuning 6.4 8.0 merah
Merah netral merah 6.8 8.0 kuning
Naftolftalein merah pucah 7.3 8.7 biru kehijauan
ungu-
Kresol merah kuning 7.2 8.8
kemerahan
Kresolftalein tidak berwarna 8.2 9.8 ungu
Warna pada Batas Batas Warna pada
Indikator pH transisi transisi pH
batas bawah bawah atas batas atas
ungu-merah
Fenolftalein tidak berwarna 8.3 10.0
muda
Timolftalein tidak berwarna 9.3 10.5 biru
Alizarin kuning R kuning 10.2 12.0 merah
Indigo carmine biru 11.4 13.0 kuning
Banyak tumbuhan yang mengandung zat kimia yang berasal dari senyawa
famili antosianin yang berwarna secara alami. Mereka berwarna merah dalam larutan asam dan
biru dalam larutan basa. Antosianin dapat diekstrak dengan air atau pelarut lain dari banyak
tumbuhan berwarna atau bagian tumbuhan, termasuk dari daun (kubis merah); bunga
(geranium, poppy, atau kelopak mawar); beri (blueberry, blackcurrant); dan batang (rhubarb).
Ekstraksi antosianin dari tanaman rumah tangga, terutama kubis merah, untuk membentuk
indikator pH mentah adalah pengantar kimia demonstrasi yang populer.
Lakmus, yang digunakan oleh alkemis pada Abad Pertengahan dan banyak tersedia, adalah
indikator pH yang dibuat secara alami dari spesi lumut, terutama Roccella tinctoria. Perubahan
warna terjadi apabila di larutan asam akan berwarna merah dan biru dalam larutan alkali.
Bunga Hydrangea macrophylla dapat berubah warna bergantung pada keasaman tanah.
Pada tanah yang asam, reaksi kimia terjadi di tanah yang membuat aluminium tersedia untuk
tanaman ini, mengubah bunga berwarna biru. Di tanah alkali, reaksi ini tidak dapat terjadi dan
karena aluminium tidak diambil oleh tanaman. Akibatnya, bunga tetap berwarna merah muda.
Indikator Warna pH batas bawah Warna pH batas bawah
Bunga Hortensia biru merah muda ke ungu
Antosianin merah biru
Lakmus merah biru

5. Reaksi Asam Basa


Reaksi Asam Basa jika dalam Ilmu Kimia yakni merupakan suatu Reaksi Kimia yang
melibatkan Reagen (Zat atau Senyawa Kimia).
1) Reaksi Asam Basa Antara Asam dengan Basa
Pada Larutan Netralisasi telah terjadi peristiwa antara Asam Kuat dengan Basa Kuat yang bisa
menghasilkan persamaan reaksi Ion serta dengan persamaan Molekuler dari Reaksi Penetralan
(Reaksi Asam & Basa) Antara Basa Asam dengan Basa tersebut biasanya akan menghasilkan
Air & Garam.
ASAM + BASA → GARAM + AIR
Contoh Reaksi Asam & Basa Antara Asam dengan Basa, Apabila suatu Reaksi antara Larutan
Asam Klorida dengan Larutan Natrium Hidroksida maka akan mendapatkan Larutan Garam
Natrium Klorida dan Air.
Berikut ini adalah Contoh Soal Reaksi Asam & Basa Antara Asam dengan Basa dengan
pertanyaan seperti ini, ” Temukan dan Tuliskan Persamaan pada Molekul, Persamaan Ion
Lengkap serta Persamaan Ion Bersih untuk Reaksi Asam dan Basa Larutan Asam Nitrat yang
ditambahkan Larutan Kalium Hidroksida.

2) Reaksi Antara Oksida Asam dengan Basa


Dalam ilmu kimia Oksida asam merupakan Oksida Non Logam yang ketika dilarutkan ke
dalam air akan membentuk Asam dan kemudian melepaskan Ion H+. Reaksi Antara Oksida
Asam dan Basa ini akan membentuk Garam dan juga Air.
OKSIDA ASAM + BASA → GARAM + AIR
Contoh Soal Reaksi Asam Basa, Oksida Asam dengan Basa dengan pertanyaan seperti :
Reaksi antar Gas Karbon Dioksida dgn Larutan Natrium Hidroksida (CO2 + NaOH).
3) Reaksi Antara Asam dengan Oksida Basa
Dalam ilmu Kimia, Oksida basa merupakan suatu Oksida Logam yang ketika dilarutkan dalam
Air maka akan membentuk Basa & akan melepaskan Ion H-. Reaksi Antara Asam dan Oksida
Basa itu nantinya akan membentuk Garam dan Air seperti dibawah ini :
ASAM + OKSIDA BASA → GARAM + AIR
Contoh Soal Reaksi Antara Asam dengan Oksida Basa, Pertanyaannya : Temukan Persamaan
Molekul, dan Persamaan Ion Lengkap serta Persamaan Ion Bersih apabila Reaksi Antara Asam
Bromida dgn Natrium Oksida.

4) Reaksi Asam Basa Antara Asam dengan Amonia


Dalam ilmu Kimia Anomia yakni merupakan Basa Lemah yang mana ketika dilarutkan
kedalam Air maka akan terbentuk NH4OH & Reaksi Antara Asam dengan Amonia Dan
anomia ini akan menghasilkan Garam Amonium dgn Reaksi seperti berikut ini :
ASAM + NH3 → GARAM AMONIUM
Contoh soal Reaksi Asam Basa Antara Asam dengan Amonia, Pertanyaanya : Temukan
Persamaan Molekuldan Persamaan Ion Lengkap serta carilah Persamaan Ion Bersih jika Reaksi
Antara Asam Klorida dengan Amnonia (HCI + NH3).

5) Reaksi Antara Oksida Asam dengan Oksida Basa


Apabila terjadi Reaksi Antara Oksida Asam dengan Oksida basa maka akan terbentuk Garam
dengan Reaksi seperti berikut ini :
OKSIDA ASAM + OKSIDA BASA → GARAM
Contoh Soal Reaksi Antara Oksida Asam dengan Oksida Basa, Soalnya seperti berikut ini :
Temukan dan tuliskan Persamaan Molekul dan Persamaan Ion Lengkap serta Persamaan Ion
Bersih apabila Reaksi Kalsium Oksida padat direaksikan dgn Gas Belerang Oksida.

Anda mungkin juga menyukai