Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN SEMENTARA

ASAM, BASA, ph dan INDIKATOR

Dosen Pengampu : Irmatika Hendriyani M.Sc

DISUSUN OLEH :

NAMA : I KETUT WISNU ARYA WIRATAMA

NIM : 2022E1C058

KELAS : 1C S1 FARMASI

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PERCOBAAN 2

ASAM, BASA, Ph dan INDIKATOR

A. TUJUAN :
1. Menentukan pH dari larutan yang sudah ada dalam satu atau beberapa cara
2. Mengetahui perubahan kimia yang terjadi dengan sebuah indikator
3. Menggunakan indikator- indikator untuk memprediksi pH

B. DASAR TEORI
Dalam mata pelajaran kimia, terdapat istilah asam dan basa. Keduanya sama-sama
merupakan zat yang ternyata ada dalam kehidupan sehari-hari manusia. Terdapat tiga orang
ahli yang menjelaskan tentang asam basa. Mereka adalah Svante Arrhenius, Bronsted-Lowry,
dan Lewis. Berikut ini penjelasan mengenai teori-teori yang mereka kemukakan:
1. Asam Basa Menurut Arrhenius
Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang menghasilkan ion hydronium (H+)
saat dimasukkan ke dalam air. Sedangkan basa, menghasilkan zat lain yang berupa
ion hidroksida (OH-). Perbedaan kedua zat tersebut dapat dilihat dari zat atau ion
yang dihasilkan. Saat kita masuk ke dapur atau kamar mandi, kita dapat menemukan
berbagai macam senyawa asam dan basa. Saat kita membuka lemari pendingin, kita
dapat menemukan buah-buahan dan minuman ringan (soft drink) yang banyak
mengandung asam karbonat. Cuka yang biasa kita tambahkan jika makan bakso
merupakan asam, sedangkan soda kue yang digunakan untuk mengembangkan kue
merupakan basa. Pada bak tempat cucian, kita menemukan amonia dan bahan
pencuci lainnya, yang merupakan basa. Di dalam kotak obat, kita menemukan obat
aspirin, suatu senyawa asam, dan berbagai jenis antasida pereda sakit maag yang
merupakan senyawa basa. Ternyata dalam kehidupan kita sehari-hari dipenuhi oleh
asam dan basa.

➢ Asam menurut Arrhenius


Pada tahun 1884 Svante Arrhenius, ahli kimia Swedia, menghubungkan sifat
asam dengan adanya ion hidronium (H3O+) bila suatu zat dilarutkan dalam air. Ion
H3O+ dapat disederhanakan menjadi ion H+ (sebagai kependekan ion hidronium).
Apabila disederhanakan menjadi H+ maka molekul air yang membawa
H+ dihilangkan.

Contoh asam Arrhenius adalah HCl (asam lambung) yang dilarutkan dalam air
Pada reaksi di atas HCl terionisasi sempurna menjadi ion-ion dan ditandai dengan
panah satu arah. Asam yang terionisasi sempurna disebut asam kuat. Semua asam
kuat merupakan elektrolit kuat (larutan yang dapat menghantarkan arus listrik
dengan sangat baik). Sedangkan asam yang tidak terionisasi sempurna menjadi ion-
ion dalam larutanya yang ditandai dengan panah dua arah disebut asam lemah.
Contohnya asam asetat /asam cuka (CH3COOH) yang dilarutkan dalam air.

Karena hanya menghasilkan satu ion hidrogen per molekul maka HCl dan CH 3COOH
merupakan asam monoprotik:

Asam sulfat (H2SO4Â) disebut asam diprotik karena menghasilkan dua ion hidrogen
per molekul pada dua reaksi terpisah:

Asam yang mampu menghasilkan tiga ion hidrogen disebut asam triprotik, contohnya
adalah H3PO4 (asam fosfat). Ionisasi asam fosfat adalah:

Secara umum semua asam yang menghasilkan lebih dari satu ion hidrogen
disebut poliprotik
Beberapa sifat asam yang dapat diamati di sekeliling kita, antara lain :
• Berasa masam
• Terasa sangat pedih bila terkena kulit (korosif)
• Bereaksi dengan logam-logam tertentu menghasilkan gas hydrogen
• Bereaksi dengan batu kapur (CaCO3) dan soda kue (NaHCO3) menghasilkan gas karbon
dioksida.
• Bereaksi dengan kertas lakmus dan mengubah lakmus biru menjadi merah

➢ Basa menurut Arrhenius


Kafein pada kopi merupakan basa dan semua basa memiliki rasa pahit. Basa
umumnya bersifat kaustik (licin seperti sabun) dan merupakan senyawa yang bila
dilarutkan di dalam air akan menghasilkan ion OH-. Sebagai contoh adalah NaOH
(natrium hidroksida) dan Ba(OH)2 (barium hidroksida) yang dilarutkan dalam air.
Natrium hidroksida dan barium hidroksida merupakan basa kuat karena terionisasi
sempurna di dalam air:

Selain basa kuat ada pula basa lemah, contohnya adalah NH3 yang dilarutkan di dalam
air. Amonia akan terionisasi sebagian menjadi ion NH4+ dan ion OH-. Reaksi tersebut
merupakan kesetimbangan ditandai dengan panah dua arah.
Karena hanya menghasilkan satu ion hidroksida (OH-) per molekul maka NaOH dan
NH3 merupakan basa monoprotik:

Asam sulfat (Mg(OH)2) disebut asam diprotik karena menghasilkan dua ion hidroksida
per molekul:

Basa yang mampu menghasilkan tiga ion hidroksida disebut basa triprotik, contohnya
adalah Al(OH)3.

Secara umum semua basa yang menghasilkan lebih dari satu ion hidroksida disebut
basa poliprotik.

Arrhenius juga mengelompokkan reaksi antara asam dan basa sebagai


reaksi netralisasi, sebab jika kita mencampurkan suatu larutan asam dengan suatu larutan
basa, kita akan mendapatkan larutan netral yang terdiri atas air dan garam.

Air terbentuk dari penggabungan ion hidrogen dan ion hidroksida. Persamaan ion
bersih sama untuk semua reaksi asam-basa Arrhenius, yaitu H+(aq) + OH–(aq) ? H2O(l).
Teori ini tetap digunakan, walaupun jarang. Sama seperti teori-teori lain, teori ini
memiliki beberapa keterbatasan. Sebagai contoh, reaksi fasa gas antara gas amonia dan
gas hidrogen klorida dalam wadah tertutup, berlangsung melalui persamaan reaksi
berikut :

Dua gas yang tidak berwarna bercampur, dan kemudian menghasilkan padatan putih
amonium klorida. Ion di dalam persamaan reaksi ini menunjukkan peristiwa yang
sesungguhnya terjadi; HCl memberikan ion H+-nya kepada amonia. Pada dasarnya ini
merupakan hal yang sama seperti yang terjadi pada reaksi HCl dengan NaOH.
Sebaliknya, reaksi yang melibatkan amonia tidak dapat dikelompokkan ke dalam reaksi
asam-basa, sebab reaksi tersebut tidak terjadi di dalam air dan tidak melibatkan ion
hidroksida. Oleh karena itu, untuk menerangkan proses yang terjadi pada amonia, suatu
teori asam-basa baru dikembangkan, yaitu teori asam-basa Bronsted-Lowr

Beberapa sifat basa yang dapat diamati di sekeliling kita, antara lain :
• Berasa pahit
• Terasa licin di kulit
• Bereaksi dengan minyak dan lemak
• Bereaksi dengan kertas lakmus dan mengubah lakmus merah menjadi biru
• Bereaksi dengan asam menghasilkan garam dan air

2. Asam Basa Menurut Bronsted-Lowry


Lebih dikembangkan lagi, proses pengidentifikasian asam dan basa dilakukan dengan
banyak jenis larutan. Menurut teori asam basa bronsted-lowry asam didefinisikan
sebagai spesi (ion atau molekul) yang mampu memberikan proton atau melepaskan
protonnya (donor H+ atau donor kation hidrogen). Pengertian basa menurut teori asam
basa bronsted-lowry adalah zat atau spesi (ion/molekul) yang menjadi penerima proton
(akseptor H+ atau penerima hidrogen). Teori Bronsted-Lowry bisa digunakan saat
menjelaskan sifat dari asam basa dengan menggunakan berbagai macam pelarut, tidak
hanya air (H2O). Jadi bisa dituliskan bahwa:

Asam = donor H+
Basa = penerima H+

Reaksi kimia yang bisa dijadikan contoh berdasarkan teori Bronsted-Lowry misalnya
pada asam klorida (HCL) dan air (H2O) berikut ini:

HCl + H2O ⇌ H3O+ + Cl-

Penjelasannya seperti mengutip pada emodul Kemdikbud:

HCL bersifat asam karena itu ia mendonorkan ion H+ nya kepada H20
H20 bersifat basa karena ia menerima donor H+
H30+ bersifat asam konjugasi karena bisa meemberikan lagi ion H+ nya
CL- bersifat basa konjugasi karena bisa menerima lagi ion H+ Jadi: Asam + Basa ⇌
Basa Konjugasi + Asam Konjugasi

Mengapa CL- disebut basa konjugasi dari senyawa HCL? Karena ia bisa menerima
donor H+. Reaksi kimianya seperti ini:

HCl ⇌ H+ + Cl-
Mengapa H3O+ disebut sebagai asam konjugasi dari H2O? Karena ia dapat
mendonorkan H+. Reaksi kimia untuk lebih jelasnya adalah seperti ini:

H2O + H+ ⇌ H3O+

H20 atau air sendiri bisa berperan sebagai basa, atau juga berperan sebagai asam
sehingga disebut bersifat amfoterik.

Asam konjugasi maksudnya adalah ion yang diperoleh ketika basa menerima proton
(H+). Sedangkan basa konjugasi adalah ion yang diperoleh setelah asam kehilangan
proton (H+). Kedua reaksi ini bisa terjadi reversibel atau dibalik.

➢ Beberapa contoh asam basa menurut Bronsted-Lowry

Intinya, menurut teori asam basa bronsted-lowry, asam didefinisikan sebagai zat
yang mampu memberikan proton atau melepaskan protonnya.

3. Asam Basa Menurut Lewis


Lebih lengkap dan detail dari dua teori sebelumnya. Pada tahun 1932 G. N. Lewis,
seorang ahli kimia dari Amerika mengartikan asam sebagai suatu zat yang dapat
menerima sepasang elektron, dan basa adalah zat yang dapat memberikan sepasang
elektron.
Teori asam basa yang dikemukakan Lewis memperluas pengertian dan tidak
bertentangan dengan teori asam basa yang telah ada sebelumnya. Teori asam basa Leiws
dapat dijadikan teori untuk mendukung teori sebelumnya.
Menurut Lewis, asam basa bukan hanya sebatas pelepasan ion H+ atau OH- atau
transfer proton (ion H+), tetapi berupa senyawa yang reaksinya melibatkan pasangan
elektron.
Lewis menjelaskan bahwa setiap zat yang bersifat basa Bronsted Lowry yaitu zat
bertindak sebagai penerima H+, maka secara langsung zat tersebut juga akan memiliki
sifat basa Lewis.
Oleh karena itu, ketika menerima H+ , maka sebenarnya zat tersebut harus
menyalurkan elektron ke ion H+ agar dapat diikat secara kovalen koordinasi.

➢ Kelebihan asam basa Lewis

Teori asam basa Lewis memiliki kelebihan sebagai berikut:

• Memiliki persamaan dengan teori Bronsted dan Lowry, yaitu dapat menjelaskan
sifat asam, basa dalam pelarut lain maupun tidak mempunyai pelarut.
• Teori asam basa Lewis mampu menjelaskan sifat asam basa molekul atau ion
yang mempunyai pasangan elektron bebas atau yang dapat menerima pasangan
elektron bebas. Misalnya pada pembentukan senyawa komplek.
• Menjelaskan sifat basa dari zat-zat organik seperti DNA dan RNA yang
mengandung atom nitrogen yang memiliki pasangan elektron bebas.

pH dan Indikator

Berkaitan dengan sifat asam dan basa, larutan dikelompokkan dalam tiga golongan
yaitu bersifat asam, basa dan netral. Sifat asam-basa dari suatu larutan dapat ditunjukkan
dengan mengukur pH nya. pH adalah suatu parameter yang digunakan untuk
menyatakan tingkat keasaman larutan. Larutan asam mempunyai pH lebih kecil dari 7.
Larutan Berikut ini penjelasan mengenai semua indikator yang disebutkan di atas:

basa mempunyai pH lebih besar dari 7. Sedangkan larutan netral mempunyai ph = 7.


Mempelajari cara menentukan pH dan sifat larutan sangat penting untuk mengetahui
apakah larutan itu bersifat asam ataupun basa. Biasanya cara yang digunakan untuk
menentukan sifat dan pH larutan adalah dengan menggunakan indikator. Indikator
tersebut antara lain kertas lakmus, larutan fenolftalein, brom timol biru, metil merah,
serta metil orange.

Ada beberapa cara yang lazim digunakan para ilmuwan dan manusia dalam
mengukur pH suatu larutan, diantaranya adalah dengan menggunakan indikator
universal atau tabel indikator pH, menggunakan pH meter, menggunakan kertas lakmus
ataupun melalui perhitungan dengan mengetahui konsentrasi suatu larutan tersebut

Masing-masing metode pengukuran memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri. Bila


menggunakan kertas lakmus dan indikator universal pH, tingkat akurasi pengukuran
tidak terlalu tepat dikarenakan keterbatasan manusia dalam membandingkan warna
kertas lakmus. Selain itu, tingkat ketelitian hasil pengukuran tidak bisa sampai nilai satu
digit dibelakang koma yang meningkatkan kemungkinan terjadinya kesalahan baca nilai
pH sehingga menyebabkan kesalahan penindaklanjutan bahan uji coba yang
menyebabkan reaksi berantai menuju hal-hal yang tidak diinginkan pengguna. Tetapi
metode pengukuran ini relatif lebih murah, sehingga masih banyak orang yang
menggunakan metode ini, contohnya para pelajar. Bila menggunakan alat pH meter,
maka hasil pengukuran bisa akurat dan cepat, namun metode pengukuran ini relatif lebih
mahal.

Beberapa indikator :

• Indikator Buatan
- Lakmus (berbentuk kertas dan bisa berubah warna dengan cepat ketika bereaksi
dengan asam atau basa)
- Fenolftalein (berwarna merah saat bersentuhan dengan larutan basa dan tidak
berwarna jika bersentuhan dengan larutan asam)
- Bromtimol biru (tidak berubah warna saat bersentuhan dengan basa dan berubah
kuning jika tersentuh larutan asam.

• Indikator Alami
- Kunyit (tidak berubah warna saat bersentuhan larutan asam namun berubah menjadi
merah ketika tersentuh larutan basa)
- Kubis (jika terkena larutan asam akan berubah merah, sedangkan jika bersentuhan
dengan basa akan menjadi hijau)

C. ALAT dan BAHAN


ALAT :
➢ Gelas beaker
➢ Tabung reaksi
➢ Pipet
➢ Gelas Ukur
➢ Rak tabung
➢ pH meter
➢ kertas pH universal
➢ Buret

BAHAN
➢ Jus buah (mangga,melon,jeruk)
➢ Cuka
➢ Larutan Sabun
➢ Larutan HCl
➢ Larutan NaOH
➢ Larutan asam tidak diketahui
➢ Berbagai indicator

D. PROSEDUR PERCOBAAN
a) Isikan seperempat dari volume tabung reaksi dengan cairan jus buah dan ditambah air
secukupnya. Tambahkan larutan HCl kedalam masing-masing tabung tetes demi tetes
hingga 15 tetes, catat perubahan warna dengan penambahan asam. Tambahkan larutan
NaOH sampai 25 tetes dalam tip tabung, lalu catat perubahan warna yang terjadi.
b) Tuangkan larutan HCl 10 ml kedalam gelas beaker 100 ml. Kemudian tambahkan 40 ml
aquadest dan perkirakan pH larutan dengan menggunakan kertas pH, catat pH larutan
tersebut pelan-pelan tambahkan larutan HCl melalui buret sambil memantau pH dan catat
volume basa yang ditambahkan. Tambahkan basa secukupnya sampai pH meter terbaca
7,0. Catat volume akhir basa yang ditambahkan untuk menetralisir asam.
c) Siapkan 8 tabung reaksi, kedalam 4 tabung reaksi masukan larutan asam dan 4 tabung
lainya larutan basa. Kedalam masing-masing tabung tambahkan 3 tetes indikator asam
basa yang berbeda (phenolptalein, tymol ptalein, phenol red, jingga metal). Amati warna
yang terjadi lalu perkirakan nilai pH nya

E. ANALISIS DATA

* percobaan pertama

1. pH larutan sebelum penambahan HCL dan NaOH

a) larutan sabun : pH = 6

b) jus jeruk : pH = 2,5

c) jus manga : pH = 3

2. setelah ditambahkan HCL 0,1 N

a) larutan sabun : pH = 2,5

b) jus jeruk : pH = 2

c) jus mangga : pH = 2

3. setelah penambahan NaOH

a) larutan sabun : pH = 6

b) jus jeruk : pH = 5

c) jus mangga : pH = 5

* percobaan ke dua

Titrasi larutan asam dengan NaOH 0,1 N

HCL : pH = 2
HCL + Aquadest : pH = 4

lalu ditambahkan larutan NaOH sampai pH 7 atau netral

*percobaan ke tiga

uji larutan asam basa menggunakan reagen reaksi

pada larutan asam menggunakan :

1. methyl orange

2. methyl red

Pada larutan basa menggunakan :

1. phenolptalein (PP)

2. phenol red

No Larutan Indicator Warna


1 Cuka Methyl orange Merah
2 Jus jeruk Methyl red Merah jambu
3 Sabun Methyl red Ungu muda
4 NaOH Methyl orange Kuning

1 Larutan sabun Phenol red Kuning


2 NaOH PP Ungu
3 Jus jeruk PP Bening
4 Cuka Phenol red kuning

F. KESIMPULAN

Dari percobaan diatas yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

Untuk mengetahui pH suatu larutan dapat diuji dengan menggunakan kertas pH indaktor
universal. Dan warna pada kotak indicator universal menunjukan jumlah pH larutan yang telah
diuji. Nilai pH menunjukan tingkat keasaman atau kebasaan suatu larutan.
DAFTAR PUSTAKA

https://sumber.belajar.kemdikbud.go.id/repos/FileUpload/Teori%20Asam%20Basa/molfiles/kont
en5.html

https://tirto.id/teori-asam-basa-menurut-para-ahli-serta-indikator-alami-dan-buatan-gl9U

https://tirto.id/rangkuman-kimia-teori-asam-basa-bronsted-lowry-dan-rumusnya-gjkw

journal.uny.ac.id/index.php/jee/article/download/28545/13017

Anda mungkin juga menyukai