Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH ASAM DAN BASA

D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
1. OKY YOLANDA
2. DIMAS P NUGROHO

UNIVERSITAS MUHAMADDIYAH PALEMBANG


TAHUN AKADEMIK
2016-2017
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG..

TUJUAN PENULISAN.........................

BAB II ISI

TEORI ASAM DAN BASA ARRHENIUS

TEORI ASAM DAN BASA BROWNSTED

LOWRY.

TEORI ASAM DAN BASA LEWIS

BAGAIMANA CARA KERJA INDIKATOR.

RENTANG PH INDIKATOR..

TITRASI ASAM BASA.

PEMILIHAN INDIKATOR UNTUK TITRASI

TEORI GARAM.

ASAM SULFAT.

LARUTAN BUFFER.

BAB III PENUTUP KESIMPULAN.

DAFTAR PUSTAKA..
BAB 1 PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Asam dan basa secara tidak sadar merupakan bagian dari kehidupan kita.

Kita senantiasa berinteraksi dengan asam dan basa setiap hari. Makanan yang

kita konsumsi setiap hari sebagian besarbersifat asam, sedangkan pembersih

yang kita gunaklan bersifat basa.Enzim-enzim dan protein-protein dalam tubuh

kita juga merupakan asam.

Salain itu, asam dan basa sangat berpengaruh terhadap kondisi

lingkungan.Keasaman tanah akan berpengaruh terhdap kondisi tumbuhan yang

ada diatasnya. Kualitas air juga dapat ditentukan dengan mengukur tingkat

leasamannya. Suatu daerah yang dilanda hujan asam akan mengakibatkan

kerusakan lingkungan yang cukup buruk.

Kebanyakan asam dan basa (yang belum bercampur dengan senyawa

lain) di alam berupa liquid (larutan). Karena bentuk inilah yang mudah

direaksikan dengan senyawa lainnya. Meskipun asam dan basa yang kita

konsumsi setiap hari berupa padatan berupa makanan dan sabun, namun pada

akhirnmya burtuh diencerkan juga (direaksikan dengan air agar mudah

diserap dan digunakan.


TUJUAN PENULISAN

Untuk mengetahui tentang kimia Asam Basa, mulai dari teori-teori

Asam , menurut berbagai pakar pakar kimia., mengetahui derajat keasaman

(pH) dengan menggunakan lamus dan juga indicator pH.


BAB II ISI

Teori asam basa menurut Arrhenius

Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang bila dilarutkan di dalam air
meningkatkan konsentrasi ion H+(aq). Basa adalah zat yang bila dilarutkan di
dalam air dapat meningkatkan konsentrasi ion OH-(aq). ion H+(aq) tidak berupa
proton bebas tetapi terikat secara kimia pada molekul air, membentuk
H3O+(aq). Spesi ini dinamakn ion hidronium yang terasosiasi dengan sendirinya
melalui ikatan hidrogen dengan sejumlah molekul air. Adanya ion hidronium dan
ion hidroksida dalam larutan air akibat swa-ionisasi

air
Dengan demikian, pelarutan asam atau basa ke dalam air akan menggeser
reaksi swaionisasi air.
Contoh asam menurut teori Arrhenius adalah HCl. HCl bila dilarutkan kedalam
air akan menghasilkan H+ dan Cl- sesuai reaksi

contoh basa menurut adalah KOH. KOH bila dilarutkan ke dalam air akan
menghasikan K+ dan OH- sesuai reaksi:

Walaupun teori Arrhenius berhasil mengungkapkan beberapa kasus,


tetapi memiliki keterbatasan. Selain hanya memandang aspek reaksi asam-basa
di dalam pelarut air, juga pembentukan ion H+ atau ion OH- merupakan
kekhasan teori asam-basa Arrhenius. Artinya jika suatu reaksi tidak membentuk
ion H+ atau ion OH- tidak dapat dikatakan sebagai asam atau basa.

Teori asam basa menurut Bronsted-Lowry

Penjelasan tentang asam basa Arrhenius tidak memuaskan untuk


menjelaskan tentang sifat asam basa pada larutan yang bebas air atau tidak
mengandung air. Sebagai contoh, asam asetat akan bersifat asam jika dilarutkan
dalam air, tetapi ternyata sifat asamtersebut tidak tampak pada saat asam asetat
dilarutkan dalam benzena. Demikian juga dengan larutan amonia (NH 3) dalam
natrium amida (NaNH2) yang menunjukan sifat basa meskipun tidak
mengandung ion OH. Berdasarkan kenyataan tersebut, Johannes
Bronsted dan Thomas Lowry secara terpisah mengusulkan bahwa yang
berperan dalam memberikan sifat asam dan basa suatu larutan adalah ion
H+ atau proton (ingat bahwa hidrogen hanya mempunyai sebuah elektron dan
sebuah proton, jika elektronnya dilepaskan menjadi ion +1, yang tertinggal hanya
proton saja).
Menurut teori asam basa Bronsted Lowry , asam adalah spesi (ion
atau molekul) yang berperan sebagai donor proton (pemberi proton atau H+)
kepada suatu spesi yang lain. Basa adalah spesi (molekul atau ion) yang
bertindak menjadi akseptor proton (penerima proton atau H+).
Atau bisa juga dikatakan bahwa menurut teori asam basa Bronsted Lowry
, jika suatu asam memberi proton (H+), maka sisa asam tersebut mempunyai
kemampuan menerima proton atau bertindak sebagai basa. Sisa asam tersebut
dinamakan basa konjugasi dari asam semula. Demikian pula, jika suatu basa
menerima proton (H+), maka basa yang terbentuk mempunyai kemampuan untuk
melepas proton tersebut atau bertindak sebagai asam konjugasi dari basa
semula. Secara umum pasangan asam basa konjugasi ini bisa digambarkan
sebagai berikut:

Bisa disimpulkan menurut teori asam basa Bronsted Lowry


Asam adalah pemberi/ donor proton (H+)
Basa adalah penerima/ akseptor proton (H+)
Contoh 1
NH3(aq) + H2O(l) NH4+(aq) + OH(aq)
Basa Asam Asam Basa
Untuk reaksi ke kanan:
H2O merupakan asam karena memberikan ion H+ (donor proton) kepada molekul
NH3untuk berubah menjadi NH4+. NH3 adalah basa karena menerima
H+ (akseptor proton) dari molekul H2O.
Untuk reaksi ke kiri:
Ion NH4+ adalah asam karena memberikan ion H+ (donor proton) kepada ion OH
dan berubah menjadi molekul NH3. Sedangkan ion OH adalah basa karena
menerima ion H+(akseptor H+) untuk berubah menjadi molekul H2O. H2O dan ion
OH adalah pasangan asam basa konjugasi, dimana ion OH merupakan basa
dari H2O dan sebaliknya H2O adalah asam konjugasi dari ion OH.
NH3 dan NH4+ juga merupakan pasangan asam basa konjugasi, dimana
NH3 adalah basa konjugasi dari NH4+ dan sebaliknya NH4+ adalah asam
konjugasi dari NH3.

Teori asam basa menurut Lewis


Konsep asam basa menurut Bronsted Lowry mempunyai keterbatasan,
terutama di dalam menjelaskan reaksi reaksi yang melibatkan senyawa tanpa
proton (H+), misalnya reaksi antara senyawa NH3 dan BF3, serta beberapa reaksi
yang melibatkan senyawa kompleks.
Pada tahun 1932, ahli kimia G.N. Lewis mengajukan konsep baru
mengenai asam basa, sehingga dikenal adanya asam Lewis dan basa Lewis.
Menurut teori asam basa Lewistersebut, yang dimaksud dengan asam Lewis
adalah suatu senyawa yang mampu menerima pasangan elektron dari senyawa
lain, atau akseptor pasangan elektron, sedangkanbasa Lewis adalah senyawa
yang dapat memberikan pasangan elektron kepada senyawa lain atau donor
pasangan elektron. Teori asam basa Lewis ini lebih memperluas konsep asam
basa yang teladikembangkan oleh Brosted Lowry.
Contoh teori asam basa Lewis
H+ + NH3 NH4+

BF3 + NH3 NH3BF3


Pada gambar di atas, ditunjukan bahwa ion H + merupakan asam Lewis
karena mampu menerima pasangan elektron, sedangkan NH3 merupakan basa
Lewis. Pada reaksi antara BF3 dengan NH3, yang merupakan asam Lewis adalah
BF3 karena mampu menerima sepasang elektron, sedangkan NH3 merupakan
basa Lewis.
Konsep asam basa yang dikembangkan oleh Lewis didasarkan pada
ikatan kovalen koordinasi. Masih ingat kan ya? Ikatan kovalen koordinasi adalah
ikatan kimia yang terbentuk dari pemakaian elektron bersama yang digunakan
elektron tersebut berasal dari salah satu atom atau molekul yang berikatan. Atom
atau spesi yang yang memberikan pasangan elektron di dalam membentuk
ikatan kovalen koordinasi akan bertindak sebagai basa, sedangkan atom,
molekul atau spesi yang menerima pasangan elektron disebut sebagai asam.
Dengan konsep ini dapat dijelaskan terjadinya reaksi asam basa yang terjadi
pada ion logam dengan suatu molekul atau ion.
Ag+(aq) + 2NH3(aq) Ag(NH3)+(aq)
Asam Basa
Cd2+(aq) + 4I(aq) CdI4(aq)
Asam Basa
Ni(s) + 4CO(g) Ni(CO)4(g)
Asam Basa
Dalam dunia kedokteran dan farmasi dikenal adanya senyawa basa Lewis
yang digunakan sebagai obat keracunan logam berat, misalnya merkuri, timbal,
kadmium, dan sejenisnya. Obat tersebut dikelompokan sebagai British Anti
Lewis Acid (BAL). Kandungan obat tersebut antara lain oksalat dan
etilendiamintetraasetat (EDTA). Peranan BAL dalam obat tersebut adalah
mengikat logam berat agar mengganggu kerja enzim.
Hg2+(aq) + 2C2O42-(aq) [Hg(C2O4)2]2-(aq)
Asam Basa
Cd2+(aq) + 2(EDTA4-)(aq) [Cd(EDTA)2]6-(aq)
Asam Basa

Bagaimana cara kerja indicator


1. Kertas Lakmus

Untuk mengidentifikasi suatu larutan yang bersifat asam, basa, atau netral
secara sederhana dapat digunakan kertas lakmus.
Dalam larutan yang bersifat asam kertas lakmus berwarna merah, sedangkan
dalam larutan yang bersifat basa kertas lakmus berwarna biru.

Warna kertas lakmus dalam larutan yang bersifat asam, basa, dan netral
ditunjukkan pada Tabel di bawah ini!

Indikator Larutan asam Larutan basa Larutan netral

Lakmus merah Merah Biru Merah

Lakmus biru Merah Biru Biru

2. Larutan Indikator
Larutan indikator asam-basa adalah zat-zat warna yang mempunyai
warna berbeda dalam larutan yang bersifat asam, basa, atau netral.

Di laboratorium, indikator yang sering digunakan adalah larutan indikator PP


(phenolphtalin), metil merah, dan metil jingga.

Warna indikator tersebut dalam larutan asam, basa, dan netral ditunjukkan pada
Tabel di bawah ini!

Indikator Larutan asam Larutan basa Larutan netral

Phenolphtalin Tidak Merah muda Tidak


(PP) berwarna berwarna

Metil Merah Merah Kuning Kuning


(MM)

Metil Jingga (MJ) Merah Kuning Kuning


3. Indikator Alami asam basa
Tumbuh-tumbuhan dapat dimanfaatkan sebagai indikator asam-basa,
contoh: mahkota bunga (bunga sepatu, bugenvil, dan mawar), kunyit, kubis
ungu, dan kulit manggis.

Ekstrak bahan-bahan itu dapat memberikan warna yang berlainan dalam larutan
asam maupun larutan basa.

Sebagai contoh, cobalah haluskan kulit manggis, kemudian tambahkan sedikit


air. Warna kulit manggis dalam keadaan netral adalah ungu. Kemudian ekstrak
kulit manggis dibagi dua dan masing-masing diteteskan ke dalam larutan asam
dan larutan basa.

Dalam larutan asam, terjadi perubahan warna dari ungu menjadi kemerah-
merahan, sedangkan dalam larutan basa terjadi perubahan warna dari ungu
menjadi biru kehitaman. Dengan demikian, ekstrak kulit manggis dapat
digunakan sebagai indikator alami.

Ada juga contoh lain yang dapat digunakan sebagai indikator alami, yaitu ekstrak
kubis ungu. Ekstrak kubis ungu dapat dimanfaatkan untuk menentukan sifat
suatu larutan.

Jika ekstrak kubis ungu diteteskan dalam larutan asam, basa, dan netral akan
menghasilkan warna-warna seperti pada Tabel di bawah ini!

Warna Indikator Kubis Ungu Sifat Larutan

Merah tua Asam kuat

Merah Asam medium

Merah keunguan Asam lemah

Ungu Netral

Biru kehijauan Basa lemah

Hijau Basa medium

Kuning Basa kuat


Rentang pH indicator
Pengertian Indikator Asam Basa
Indikator merupakan suatu zat/bahan yang digunakan untuk mengetahui
sifat asam atau basa suatu larutan. Indikator terdiri dari indikator alami dan
indikator buatan. Indikator buatan mempunyai kelebihan dalam menentukan
rentang pH suatu larutan asam atau basa. pH suatu asam atau basa bisa kita
hitung dengan menggunakan konsentrasi H+ atau OH- yang dimiliki oleh larutan
tersebut.
Dalam topik ini, kalian akan mempelajari cara menentukan pH dengan
menggunakan rentang pH dari suatu indikator yang digunakan.
1. Indikator Buatan
Telah disebutkan pada topik sebelumnya, bahwa indikator buatan
mempunyai kelebihan dalam menentukan rentang pH suatu larutan asam atau
basa yang diuji. Artinya, disamping dapat memberikan perubahan warna,
indikator buatan juga dapat mengukur nilai pH suatu larutan uji. Hal ini dapat
dilakukan bila pH larutan yang diuji masuk dalam rentang pH indikator yang
digunakan.
Untuk mengingat kembali beberapa indikator buatan, berikut disajikan tabel
indikator buatan dengan rentang pH dan perubahan warnanya.

Disamping bahan-bahan diatas, terdapat juga suatu indikator buatan


sering digunakan yaitu indikator kertas lakmus. Indikator kertas lakmus hanya
mendeteksi sifat asam atau basa suatu zat melalui perubahan warna tanpa
disertai pengukuran nilai pHnya.
Perubahan warna kertas lakmus, diberikan dalam tabel berikut.
2. Cara Penentuan pH dengan Indikator
Bagaimanakah cara menentukan pH suatu larutan yang diuji dengan
menggunakan indikator buatan? Mari kita perhatikan beberapa contoh berikut:
Contoh Soal
Suatu larutan uji memberikan perubahan warna terhadap indikator sebagaimana
data berikut.

Tentukan pH larutan uji tersebut?


Penyelesaian
Pada rentang pH indikator, kita dapat mengartikan sebagai berikut.
1. Jika warna yang ditunjukan oleh larutan uji adalah warna bawah, maka pH
larutan uji berada di batas bawah rentang pH indikator, sebaliknya.
2. Jika warna yang ditunjukan oleh larutan uji adalah warna atas, maka pH
larutan uji berada di batas atas rentang pH indikator.
3. Jika larutan uji tidak menunjukkan perubahan, maka pH larutan uji di luar
rentang pH indikator yang digunakan.
Dengan demikian, larutan uji di atas, mempunyai pH
a. Pada indikator bromkresol ungu, pH analit 5,2, karena menunjukkan warna
kuning.
b. Pada indikator bromtimol biru, pH analit 6,0, karena menunjukkan warna
kuning.
Berdasarkan dua pernyataan tersebut, diperoleh pH analit 6,0.

TITRASI ASAM BASA

Pengertian titrasi adalah penambahan larutan baku (larutan yang telah


diketahui dengan tepat konsentrasinya) ke dalam larutan lain dengan bantuan
indikator sampai tercapai titik ekuivalen. Titrasi dihentikan tepat pada saat
indikator menunjukkan perubahan warna. Saat perubahan warna indikator
disebut titik akhir titrasi (James E. Brady, 1990).
Perubahan pH pada reaksi asam basa - Titrasi Asam Basa
Suatu asam yang mempunyai pH kurang dari 7 jika ditambah basa yang pHnya
lebih dari 7, maka pH asam akan naik, sebaliknya suatu basa jika ditambah
asam, maka pH basa akan turun. Apabila penambahan zat dilakukan tetes demi
tetes kemudian dihitung pHnya akan diperoleh kurva titrasi, yaitu grafik yang
menyatakan pH dan jumlah larutan standar yang ditambah.

1. Titrasi Asam Kuat oleh Basa Kuat

Kurva titrasi asam kuat oleh basa kuat ditunjukkan pada kurva berikut:

Misalnya, 25 mL HCl 0,1 M (asam kuat) dititrasi oleh NaOH 0,1 M (basa
kuat), kita dapat menghitung pH larutan pada bermacam-macam titik selama
berlangsungnya titrasi. Pada grafik, diperlihatkan ciri penting dari kurva titrasi
NaOH HCl bahwa pH berubah secara lambat sampai dekat titik ekuivalen.
Penambahan NaOH menyebabkan harga pH naik sedikit demi sedikit.

Namun, pada titik ekuivalen, pH meningkat sangat tajam kirakira 6 unit


(dari pH 4 sampai pH 10) hanya dengan penambahan 0,1 mL ( 2 tetes). Setelah
titik ekuivalen, pH berubah amat lambat jika ditambah NaOH. Indikator-indikator
yang perubahan warnanya berada dalam bagian terjal kurva titrasi ini, yaitu
indikator yang mempunyai trayek pH antara 4 sampai 10 cocok digunakan untuk
titrasi tersebut. Indikator yang dapat digunakan pada titrasi ini adalah metil
merah, brom timol biru, dan fenolftalein. Untuk titrasi asam kuat oleh basa kuat,
besarnya pH saat titik ekuivalen adalah 7.

Pada pH ini asam kuat tepat habis bereaksi dengan basa kuat, sehingga larutan
yang terbentuk adalah garam air yang bersifat netral.

2. Titrasi Asam Lemah oleh Basa Kuat


Penetralan asam lemah oleh basa kuat agak berbeda dengan penetralan
asam kuat oleh basa kuat. Contohnya, 25 mL CH3COOH 0,1 M dititrasi oleh
NaOH 0,1 M. Mula-mula sebagian besar asam lemah dalam larutan berbentuk
molekul tak mengion CH3COOH, bukan H+ dan CH3COO.

Dengan basa kuat, proton dialihkan langsung dari molekul CH3COOH yang tak
mengion ke OH. Untuk penetralan CH3COOH oleh NaOH, persamaan ion
bersihnya sebagai berikut (James E. Brady, 1990).

CH3COOH(aq) + OH(aq) H2O(l) + CH3COO(aq)

Kurva titrasi asam lemah oleh basa kuat dapat ditunjukkan pada kurva berikut:

Sifat penting yang perlu diingat pada titrasi asam lemah oleh basa kuat adalah:
1. pH awal lebih tinggi daripada kurva titrasi asam kuat oleh basa kuat
(karena asam lemah hanya mengion sebagian).
2. Terdapat peningkatan pH yang agak tajam pada awal titrasi. Ion asetat
yang dihasilkan dalam reaksi penetralan bertindak sebagai ion senama dan
menekan pengionan asam asetat.
3. Sebelum titik ekuivalen tercapai, perubahan pH terjadi secara bertahap.
Larutan yang digambarkan dalam bagian kurva ini mengandung CH3COOH dan
CH3COO yang cukup banyak. Larutan ini disebut larutan penyangga.
4. pH pada titik di mana asam lemah setengah dinetralkan ialah pH = pKa.
Pada setengah penetralan, [CH3COOH] = [CH3COO].
5. pH pada titik ekuivalen lebih besar dari 7, yaitu 8,9, sebagai akibat
hidrolisis oleh CH3COO.
6. Setelah titik ekuivalen, kurva titrasi asam lemah oleh basa kuat identik
dengan kurva asam kuat oleh basa kuat. Pada keadaan ini, pH ditentukan oleh
konsentrasi OH bebas.
7. Bagian terjal dari kurva titrasi pada titik ekuivalen dalam selang pH yang
sempit (dari sekitar 7 sampai 10).
8. Pemilihan indikator yang cocok untuk titrasi asam lemah oleh basa kuat
lebih terbatas, yaitu indikator yang mempunyai trayek pH antara 7 sampai 10.
Indikator yang dipakai adalah fenolftalein.

3. Titrasi Basa Lemah oleh Asam Kuat


Jika 25 mL NH4OH 0,1 M (basa lemah) dititrasi dengan HCl 0,1 M (asam
kuat), maka besarnya pH semakin turun sedikit demi sedikit, kemudian
mengalami penurunan drastis pada pH antara 4 sampai 7. Titik ekuivalen terjadi
pada pH kurang 7. Oleh sebab itu, indikator yang paling cocok adalah indikator
metil merah.

TEORI GARAM
Orang mengalami sakit perut disebabkan asam lambung yang meningkat.
Untuk menetralkan asam lambung (HCl) digunakan antacid. Antacid
mengandung basa yang dapat menetralkan kelebihan asam lambung (HCl).
Umumnya zat-zat dengan sifat yang berlawanan, seperti asam dan basa
cenderung bereaksi membentuk zat baru. Bila larutan asam direaksikan dengan
larutan basa, maka ion H+ dari asam akan bereaksi dengan ion OH- dari basa
membentuk molekul air.
H+ (aq) + OH- (aq) > H2O ()
Asam Basa Air
Karena air bersifat netral, maka reaksi asam dengan basa disebut reaksi
penetralan.
Ion-ion ini akan bergabung membentuk senyawa ion yang disebut garam.
Bila garam yang terbentuk ini mudah larut dalam air, maka ion-ionnya akan tetap
ada di dalam larutan. Tetapi jika garam itu sukar larut dalam air, maka ion-ionnya
akan bergabung membentuk suatu endapan. Jadi, reaksi asam dengan basa
disebut juga reaksi penggaraman karena membentuk senyawa garam.
Mari kita simak contoh reaksi pembentukan garam berikut!
Asam + Basa > Garam + Air
Asam klorida + Natrium hidroksida > Natrium klorida + air
HCl (aq) + Na OH (aq) > Na Cl (aq) + H2O ()
Asam Basa Garam Air
Walaupun reaksi asam dengan basa disebut reaksi penetralan, tetapi
hasil reaksi (garam) tidak selalu bersifat netral. Sifat asam basa dari larutan
garam bergantung pada kekuatan asam dan basa penyusunnya.
Garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat bersifat netral, disebut
garam normal, contohnya NaCl dan KNO3. Garam yang berasal dari asam kuat
dan basa lemah bersifat asam dan disebut garam asam, contohnya adalah NH4
Cl. Garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat bersifat basa dan
disebut garam basa, contohnya adalah CH3COONa.
Contoh asam kuat adalah HCl, HNO3, H2SO4. Adapun KOH, NaOH,
Ca(OH)2 termasuk basa kuat.
Tabel beberapa contoh garam

Tabel Garam Kehidupan Sehari-hari

ASAM SULFAT
Asam sulfat mempunyai rumus kimia H2SO4, merupakan asam mineral
(anorganik) yang kuat. Zat ini larut dalam air pada semua perbandingan.
Asam sulfat mempunyai banyak kegunaan, termasuk dalam
kebanyakanreaksi kimia. Kegunaan utama termasuk pemrosesan bijih mineral,
sintesis kimia, pemrosesan air limbah dan pengilangan minyak.
Reaksi hidrasi (pelarutan dalam air) dari asam sulfat adalah reaksi
eksoterm yang kuat. Jika air ditambah kepada asam sulfat pekat, terjadi
pendidihan. Senantiasa tambah asam kepada air dan bukan sebaliknya.
Sebagian dari masalah ini disebabkan perbedaan isipadu kedua cairan. Air
kurang padu dibanding asam sulfat dan cenderung untuk terapung di atas asam.
Reaksi tersebut membentuk ion hidronium:
H2SO4 + H2O H3O+ + HSO4.
Disebabkan asam sulfat bersifat mengeringkan, asam sulfat merupakan
agen pengering yang baik, dan digunakan dalam pengolahan kebanyakan buah-
buahan kering.

Apabila gas SO3 pekat ditambah kepada asam sulfat, ia membentuk


H2S2O7. Ini dikenali sebagai asam sulfat fuming atau oleum atau, jarang-jarang
sekali, asam Nordhausen.
Di atmosfer, zat ini termasuk salah satu bahan kimia yang
menyebabkanhujan asam. Asam sulfat dipercayai pertama kali ditemukan
di Iran oleh Al-Razi padaabad ke-9

LARUTAN BUFFER

Larutan penyangga (buffer) adalah larutan yang dapat menjaga


(mempertahankan) pHnya dari penambahan asam, basa, maupun pengenceran
oleh air. pH larutan buffer tidak berubah (konstan) setelah penambahan sejumlah
asam, basa, maupun air. Larutan buffer mampu menetralkan penambahan asam
maupun basa dari luar.

Komponen Larutan Penyangga


Secara umum, larutan penyangga digambarkan sebagai campuran yang terdiri
dari:
Asam lemah (HA) dan basa konjugasinya (ion A-), campuran ini menghasilkan
larutan bersifat asam.
Basa lemah (B) dan basa konjugasinya (BH+), campuran ini menghasilkan
larutan bersifat basa.
Komponen larutan penyangga terbagi menjadi:
1. Larutan penyangga yang bersifat asam
Larutan ini mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7). Untuk
mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari asam lemah dan garamnya yang
merupakan basa konjugasi dari asamnya. Adapun cara lainnya yaitu
mencampurkan suatu asam lemah dengan suatu basa kuat dimana asam
lemahnya dicampurkan dalam jumlah berlebih. Campuran akan menghasilkan
garam yang mengandung basa konjugasi dari asam lemah yang bersangkutan.
Pada umumnya basa kuat yang digunakan seperti natrium, kalium, barium,
kalsium, dan lain-lain.
2. Larutan penyangga yang bersifat basa
Larutan ini mempertahankan pH pada daerah basa (pH > 7). Untuk
mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari basa lemah dan garam, yang
garamnya berasal dari asam kuat. Adapun cara lainnya yaitu dengan
mencampurkan suatu basa lemah dengan suatu asam kuat dimana basa
lemahnya dicampurkan berlebih.

Cara kerja larutan penyangga


Pada bahasan sebelumnya telah disebutkan bahwa larutan penyangga
mengandung komponen asam dan basa dengan asam dan basa konjugasinya,
sehingga dapat mengikatbaik ion H+ maupun ion OH-. Sehingga penambahan
sedikit asam kuat atau basa kuat tidak mengubah pHnya secara signifikan.
Berikut ini cara kerja larutan penyangga:
1. Larutan penyangga asam
Contoh : CH3COOH dengan CH3COONa ; H2CO3 dengan NaHCO3 ; dan
NaHCO3 dengan Na2CO3
Adapun cara kerjanya dapat dilihat pada larutan penyangga yang mengandung ;
H2CO3 dan HCO3-yang mengalami kesetimbangan. Dengan proses sebagai
berikut:
Pada penambahan asam
Penambahan asam (H+) akan menggeser kesetimbangan ke kiri. Dimana ion
H+ yang ditambahkan akan bereaksi dengan ion HCO3- membentuk
molekul H2CO3.
HCO3- (aq) + H+(aq) H2CO3 (aq)
Pada penambahan basa
Jika yang ditambahkan adalah suatu basa, maka ion OH- dari basa itu
akan bereaksi dengan ion H+membentuk air. Hal ini akan menyebabkan
kesetimbangan bergeser ke kanan sehingga konsentrasi ion H+dapat
dipertahankan. Jadi, penambahan basa menyebabkan berkurangnya komponen
asam (H2CO3), bukan ion H+. Basa yang ditambahkan tersebut bereaksi dengan
asam H2CO3 membentuk ion HCO3- dan air.
H2CO3 (aq) + OH-(aq) HCO3- (aq) + H2O(l)

2. Larutan penyangga basa


Contoh : NH4OH dengan NH4Cl
Adapun cara kerjanya dapat dilihat pada larutan penyangga yang
mengandung NH3 dan NH4+ yang mengalami kesetimbangan. Dengan proses
sebagai berikut:
Pada penambahan asam
Jika ditambahkan suatu asam, maka ion H+ dari asam akan mengikat ion
-
OH . Hal tersebut menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kanan, sehingga
konsentrasi ion OH- dapat dipertahankan. Disamping itu penambahan ini
menyebabkan berkurangnya komponen basa (NH3), bukannya ion OH-. Asam
yang ditambahkan bereaksi dengan basa NH3 membentuk ion NH4+.
NH3 (aq) + H+(aq) NH4+ (aq)

Pada penambahan basa


Jika yang ditambahkan adalah suatu basa, maka kesetimbangan bergeser ke
kiri, sehingga konsentrasi ion OH- dapat dipertahankan. Basa yang ditambahkan
itu bereaksi dengan komponen asam (NH4+), membentuk komponen basa (NH3)
dan air.
NH4+ (aq) + OH-(aq) NH3 (aq) + H2O(l)

Fungsi Larutan Penyangga


Adanya larutan penyangga ini dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari
seperti pada obat-obatan, fotografi, industri kulit dan zat warna. Selain aplikasi
tersebut, terdapat fungsi penerapan konsep larutan penyangga ini dalam tubuh
manusia seperti pada cairan tubuh.
Cairan tubuh ini bisa dalam cairan intrasel maupun cairan ekstrasel. Dimana
sistem penyangga utama dalam cairan intraselnya seperti H2PO4- dan HPO42-
yang dapat bereaksi dengan suatu asam dan basa. Adapun sistem penyangga
tersebut, dapat menjaga pH darah yang hampir konstan yaitu sekitar 7,4. Selain
itu penerapan larutan penyangga ini dapat kita temui dalam kehidupan sehari-
hari seperti pada obat tetes mata.
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN

Dari data diatas dapat disimpulkan :

Teori Asam Basa


Arrhenius Melepaskan H+ Menangkan OH-
Brownsted-Lowry Donor Proton Akseptor Proton
Lewis Akseptor psangan Donor pasangan
elektron elektron

Mengukur derajat keasaman (pH)


Lakmus Asam Biru

Merah Merah Biru

Biru Merah Biru

Rentang derajat keasaman (pH)


Larutan Harga pH
Asam pH<7
Basa pH>7

Titrasi dalah reaksi netralisasi, yaitu dengan menggunakan larutan standar


asam dan basa.
Berdasarkan konsep lain reaksi netralisasi dapat juga dikatakan sebagai
reaksi antara donor proton (asam) dengan penerima proton (basa).
DAFTAR PUSTAKA

www.google.co.id/teori asam basa


www.chemistry.org basa dan garam
http://nyolongmp3press.blogspot.co.id/

Anda mungkin juga menyukai