Anda di halaman 1dari 18

TUGAS MAKALAH ILMIAH

REAKSI ASAM BASA


Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kimia

Oleh Kelompok 2

Dhea Reinata Syafira 2310631220028

Devina Maharani 2310631220026

Dzakiyyah Putri Raharjo 2310631220053

Nayla Ashifa Gumelar 2310631220036

Restu Gusti Ayu 2310631220013

Kelas A
PROGRAM STUDI GIZI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG\

2023
BAB I
PENDAHULUAN

a. Dasar Teori
Reaksi asam-basa adalah salah satu konsep dasar dalam kimia yang melibatkan perubahan
keasaman atau kebasaan larutan. Pemahaman tentang reaksi asam-basa penting dalam berbagai
aspek ilmu kimia dan memiliki aplikasi yang luas dalam kehidupan sehari-hari. Berikut adalah
dasar teori yang akan menjadi dasar untuk makalah tentang reaksi asam-basa:

- Definisi Asam dan Basa:

Definisi Arrhenius: Menurut teori Arrhenius, asam adalah substansi yang menghasilkan ion
hidrogen (H+) ketika dilarutkan dalam air, sedangkan basa adalah substansi yang menghasilkan
ion hidroksida (OH-).

Definisi Brønsted-Lowry: Teori Brønsted-Lowry lebih umum, di mana asam adalah zat yang dapat
menyumbangkan proton (H+), sedangkan basa adalah zat yang dapat menerima proton.

Definisi Lewis: Teori Lewis menggambarkan asam sebagai zat yang dapat menerima sepasang
elektron (pasangan elektron nonpengikat), dan basa sebagai zat yang dapat menyumbangkan
sepasang elektron.

- Pembentukan Asam-Basa Konjugat:

Dalam reaksi asam-basa, setiap asam memiliki basa konjugat yang bersesuaian, dan sebaliknya.
Asam konjugat adalah hasil dari asam yang kehilangan proton, sementara basa konjugat adalah
hasil dari basa yang menerima proton.

- Kwasi Konstanta Ionisasi Air (Kw):

Kw adalah konstanta yang mengukur konsentrasi ion hidrogen (H+) dan ion hidroksida (OH-)
dalam air murni pada suhu tertentu. Nilai Kw mencerminkan tingkat keasaman atau kebasaan air.

Kw = [H+][OH-]. Pada suhu 25°C, nilai Kw sekitar 1 x 10^-14 M^2.

- Skala pH:

Skala pH digunakan untuk mengukur tingkat keasaman atau kebasaan larutan. Larutan dengan pH
kurang dari 7 dianggap asam, sedangkan larutan dengan pH lebih dari 7 dianggap basa, dan larutan
dengan pH 7 dianggap netral (seperti air murni).

- Ketahanan Asam-Basa (pK):


Asam dan basa memiliki berbagai tingkat ketahanan atau kekuatan dalam melepaskan atau
menerima proton. Parameter yang digunakan untuk mengukur ketahanan ini adalah pK (konstanta
asam atau basa). Semakin rendah nilai pK, semakin kuat asamnya. Semakin tinggi nilai pK,
semakin kuat basanya.

- Reaksi Asam-Basa Umum:

Reaksi asam-basa umum melibatkan pertukaran proton antara asam dan basa. Contoh reaksi umum
adalah reaksi antara asam kuat (seperti HCl) dengan basa kuat (seperti NaOH) untuk membentuk
garam dan air.

- Indikator Reaksi Asam-Basa:

Indikator adalah senyawa yang mengubah warnanya dalam kisaran pH tertentu. Mereka digunakan
untuk mengidentifikasi pH larutan.

Contoh indikator termasuk fenolftalein (untuk menunjukkan perubahan dari asam menjadi basa
atau sebaliknya) dan lakmus (untuk mengindikasikan keasaman atau kebasaan larutan).

Dengan memahami dasar-dasar teori reaksi asam-basa ini, kita dapat mengaplikasikannya dalam
berbagai konteks, seperti analisis kimia, kimia lingkungan, ilmu kedokteran, dan kimia farmasi.
Pemahaman yang baik tentang reaksi asam-basa juga penting untuk memahami berbagai fenomena
alam dan proses kimia yang terjadi di sekitar kita.

b. Tujuan makalah dibuat


1) Mengetahui konsep dasar reaksi asam basa dan teori asam basa
2) Mengetahui jenis-jenis asam basa
3) Mengetahui cara menghitung pH dan pOH asam basa
BAB II

DISKUSI

A. Teori Asam Basa

Istilah asam berasal dari bahasa latin yaitu "acidus" yang memiliki arti "asam". Sedangkan basa
berasal dari bahasa Arab yaitu "alqali" yang memiliki arti "abu". Terdapat beberapa teori asam
basa yang berkembang dan dijadikan rujukan didalam perhitungan dan penentuan dejarat suatu
keasaman maupun kebasahan dari suatu zat. Teori tersebut diantaranya yaitu teori Arrhenius,
teori Bronsted-Lowry dan teori Lewis.

1. Teori Arrhenius
Teori Arrhenius dicetuskan oleh ilmuan yang bernama Svante Arrhenius (1807) yang
berasal dari Swiss. Teori ini dikembangkan berdasarkan percobaan elektrolisis. Percobaan
ini menggunakan dua jenis elektrolit yang larut didalam air. Elektrolit yang digunakan
Svante Arrhenius (1807) berupa elektrolit lemah serta elektrolit kuat.
Asam menurut Svante Arrhenius merupakan senyawa yang apabila dilarutkan didalam air
akan terionisasi membentuk ion H+. Sedangkan basa menurut Svante Arrhenius (1807)
merupakan senyawa yang apabila dilarutkan didalam air akan membentuk ion OH-.
Senyawa asam dapat dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan jumlah ion H+ yang terbentuk
bila dilarutkan didalam air yaitu asam monoptotic, asam diprotic, dan asam triprotic.
Asam monoprotic merupakan asam yang apabila dilarutkan didalam air akan
menghasilkan ion H+ yang berjumlah satu. Contohnya adalah HBr, HCl, HNO3,
CH3COOH dan lain sebagainya.
Asam diprotic merupakan asam yang apabila dilarutkan didalam air akan menghasilkan
ion H+ yang berjumlah dua. Contohnya adalah H2SO4, H2CO3, H2S.
Asam triprotic merupakan asam yang apabila dilarutkan didalam air akan menghasilkan
ion H+ yang berjumlah tiga. Contohnya adalah H3PO4, H3PO3.
Senyawa basa dapat dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan jumlah ion OH- yang terbentuk
bila dilarutkan didalam air yaitu basa monohidroksi, basa dihidroksi, dan basa trihidroksi.
Basa monohidroksi merupakan basa yang apabila dilarutkan didalam air akan
menghasilkan ion OH- yang berjumlah satu. Contohnya NaOH, RbOH, LiOH, KOH, dan
lain sebagainya.
Basa dihidroksi merupakan basa yang apabila dilarutkan didalam air akan menghasilkan
ion OH- yang berjumlah dua. Contohnya Be(OH)2, Mg(OH)2, dan Ca(OH)2.
Basa trihidroksi merupakan basa yang apabila dilarutkan didalam air akan menghasilkan
ion OH- yang berjumlah tiga.
2. Teori Bronsted-Lowry
Teori Bronsted-Lowry merupakan teori yang dikemukakan oleh dua orang ilmuan dari
Denmark dan Inggris yaitu Johanes Nicolas Bronsted dan Thomas Lowry. Teori ini
menjelaskan bawah Asam merupakan suatu zat atau senyawa yang bila bereaksi akan
menghasilkan H+ yang bertindak sebagai donor proton atau pemberi ion H+. Contoh asam
pada teori Bronsted-Lowry adalah HBr, HBr jika didalam air akan bersifat sebagai asam.
Basa merupakan suatu zat atau senyawa yang bila bereaksi akan menerima ion H+ yang
bertindak sebagai akseptor proton atau penerima ion H+. Contoh basa pada teori
Bronsted-Lowry adalah NH3. NH3 jika didalam air akan bersifat sebagai basa.
3. Teori Lewis
Teori Lewis dikemukakan oleh G.N. Lewis (1938). Teori ini menyatakan bahwa asam dan
basa bila bereaksi akan saling menyumbangkan pasangan elektronnya. Misalkan AlCl3
bila bereaksi dengan NH3. Molekul AlCl3 akan mendapatkan sepasang elektron yang
dimiliki oleh NH3 sehingga dapat berikatan. Molekul AlCl3 pada kondisi ini bertindak
selaku senyawa asam sedangkan NH3 bertindak selaku basa.
B. Autoionisasi Air
Autoionisasi air adalah reaksi antara dua molekul air menghasilkan ion hidroksida (OH - )
dan ion hidronium (H 3 O + ) . Autoionisasi Persamaan Air
Untuk lebih memvisualisasikan apa yang sebenarnya terjadi dalam autoionisasi air , mari
kita tuliskan persamaan kimia untuk menunjukkan prosesnya.
Pertama, molekul air terpecah menjadi H + dan OH - . Kemudian, molekul air kedua
bereaksi dengan H + yang dihasilkan membentuk H 3 O + :
Jika kita menggabungkan kedua langkah tersebut, kita akan mendapatkan satu persamaan
keseluruhan untuk autoionisasi air :

Perhatikan beberapa hal tentang persamaan tersebut:


H 3 O + dan OH - diproduksi dengan perbandingan yang sama . Oleh karena itu, dalam
larutan air murni , [H 3 O + ] dan [OH - ] adalah sama.
Reaksinya bersifat reversibel . Ini berarti bahwa pada akhirnya ia membentuk suatu
keadaan keseimbangan dinamis.
C. Asam Kuat dan Basa Kuat

Asam dan basa dibagi menjadi dua macam, yaitu asam kuat dan basa kuat, serta asam lemah dan
basa lemah.

1. Asam Kuat dan Basa Kuat


Asam kuat adalah senyawa asam yang mudah melepaskan ion H+ dalam air dan
mengalami disosiasi total dalam larutannya. Contoh asam kuat yaitu HCl, HNO3, H2SO4,
dan HCIO4.
Sedangkan basa kuat adalah senyawa basa yang mudah melepaskan ion OH– dalam air
dan mengalami disosiasi total dalam larutannya. Contoh basa kuat yaitu NaOH, KOH, dan
Ba(OH)2.
2. Asam Lemah dan Basa Lemah
Asam lemah adalah senyawa asam yang sulit melepaskan ion H+ dalam air dan
mengalami disosiasi sebagian dalam larutannya. Contoh asam lemah yaitu H3PO4,
H2SO3, HNO2, dan CH3COOH.
Basa lemah adalah senyawa basa yang sulit melepaskan ion OH– dalam air dan
mengalami disosiasi sebagian dalam larutannya. Contoh basa lemah yaitu NaHCO3 dan
NH4OH.
D. Ph dan pOH
1. Menghitung pH Asam/Basa Kuat

Larutan asam memiliki tingkat kemampuan untuk mengionisasi ion hidrogen (H+) yang dinyatakan
dalam keasaman atau Power of Hidrogen (pH). Sedangkan larutan basa memilki kemampuan
menghasilkan ion OH– yang dinyatakan dalam nilai Power of Hydroxide (pOH). Antara pH dan
pOH memiliki hubungan yang dinyatakan dalam persamaan pH + pOH = 14. Larutan asam
memiliki rentang harga 0<pH<7 dan larutan basa memiliki rentang harga 7<pH<14. Larutan
dengan sifat netral memiliki harga pH = 7.

Sebagai contoh, perhatikan cara menghitung harga pH larutan pada permasalahan sederhana
berikut.

Soal 1: Tentukan harga pH larutan H2SO4 0,01 M!

2. Menghitung pH Asam/Basa Lemah

Cara menghitung harga pH larutan asam/basa lemah sama dengan perhitungan pH larutan
asam/basa kuat. Di mana harga pH larutan dipengaruhi besar konsentrasi H+ atau OH–. Namun
pada larutan asam/basa lemah, besar konsentrasi H+ atau OH– melibatkan tetapan
kesetimbangan Ka (pada larutan asam lemah) dan Kb (pada larutan basa lemah).

Persamaan konsetrasi H+ pada larutan asam lemah sama dengan akar dari
perkalian Ka dan Ma (molaritas asam lemah). Dan persamaan konsetrasi OH– pada larutan basa
lemah sama dengan akar dari perkalian Kb dan Mb (molaritas basa lemah). Sehingga harga pH
dan pOH larutan asam/basa lemah dapat dinyatakan melalui persamaan di bawah.

Soal 2: Larutan amonia dibuat dengan cara melarutkan 4,48 liter gas NH3 (STP) hingga
diperoleh volume larutan sama dengan 2 liter. Jika Kb NH3 = 10–5 maka berapakah harga pH
larutan amonia yang dihasilkan?

Penyelesaian:
Contoh 1 – Harga pH Larutan Ba(OH)2

Sebanyak 17,1 gram Ba(OH)2 dilarutkan dalam air sehingga volume larutan menjadi 500 mL.
Harga pH larutan Ba(OH)2 yang terbentuk adalah .… (Ar Ba = 137; O = 16; dan H = 1)

Pembahasan:

Berdasarkan keterangan yang diberikan pada soal dapat diperoleh informasi-informasi berikut.

• Massa Ba(OH)2: Gram = 17,1 gr


• Volume larutan: V = 100 mL
• Mr Ba(OH)2 = Ar Ba + 2×Ar O + 2×Ar H
Mr Ba(OH)2 = 137 + 2×16 + 2×1 = 171

Menghitung molaritas Ba(OH)2:

Reaksi ionisasi Ba(OH)2:


Ba(OH)2 (aq) → Ba2+ (aq) + 2OH– (aq)

Dari reaksi tersebut dapat disimpulkan bahwa

[OH–] = 2×[Ba(OH)2]
= 2×0,2 M
= 0,4 M = 4×10–1 M.
Selanjutnya dapat dihitung pOH larutan Ba(OH)2 seperti berikut.

pOH = –log[OH–]
pOH = –log[4×10–1]
= –log4 – log 10–1
= –log4 + 1

Menghitung pH:
pH = 14 – pOH
pH = 14 – (–log4 + 1) = 13 + log 4
Jadi, harga pH larutan Ba(OH)2 yang terbentuk adalah 13 + log4.

Contoh 2 – Harga pH Larutan CH3COOH

Sebanyak 10 mL larutan CH3COOH 0,1 M diencerkan hingga volumenya 100 mL. Diketahui Ka
CH3COOH = 1×10–5 maka harga pH larutan CH3COOH sesudah diencerkan adalah ….

Pembahasan:

Berdasarkan keterangan yang diberikan pada soal dapat diperoleh informasi-informasi berikut.

• Volume awal: V1 = 10 mL
• Volume akhir: V2 = 100 mL
• Konsentrasi awal: 0,1 M
• Tetapan setimbang CH3COOH: Ka CH3COOH = 1×10–5

Menghitung konsentrasi CH3COOH setelah diencerkan (M2):


M1×V1 = M2×V2
0,1×10 = M2×100
1 = 100M2
M2 = 1/100 = 0,01 = 10–2 M

Dari hasil perhitungan dapat diperoleh molaritas CH3COOH setelah diencerkan adalah M2 =
10–2 M. Konsentrasi ion H+ dapat diperoleh seperti perhitungan di bawah.

Harga pH larutan CH3COOH sesudah diencerkan:


pH = –log[H+]
pH = –log(10–3,5) = 3,5
Contoh 3 – Harga pH Larutan CH3COOH

Larutan 100 cm3 H2SO4 memiliki nilai pH = 2. Jika larutan tersebut diencerkan hingga volume
larutan menjadi 1.000 cm3 maka harga pH larutan H2SO4 yang terbentuk adalah ….

Pembahasan:

Berdasarkan informasi yang diberikan pada soal dapat diperoleh informasi-informasi seperti
berikut.

• Volume awal: V1 = 100 cm3


• pH larutan H2SO4 awal: pH = 2
• Volume akhir: V2 = 1.000 cm3

Menentukan konsentrasi H+ sebelum diencerkan:


pH = –log[H+]
2 = –log[H+]
[H+] = 10–2

Sehingga, konsentrasi H2SO4 dapat diperoleh seperti cara berikut.

Diperoleh bahwa konsentrasi H2SO4 sebelum diencerkan adalah 1/2×10-2 M = 5 ×10-3. Dengan
demikian dapat dicari konsentarasi H2SO4 setelah diencerkan seperti cara berikut.
M1×V1 = M2×V2
5 ×10-3×100 = M2×10.00
5 ×10-1 = 1.000M2
M2 = 5 ×10-4 M

Konsentrasi H+ setelah diencerkan:


[H+] = 2×[H2SO4]
[H+] = 2×5×10-4 M = 10-3 M

Menghitung pH larutan H2SO4:


pH = –log[H+]
pH = –log[10-3] = 3
Jadi, harga pH larutan H2SO4 yang terbentuk adalah 3.
E. Asam dan Basa Lemah
Asam lemah merupakan senyawa asam yang ketika di dalam air sulit melepaskan ion H+. Selain
itu, dalam larutannya mengalami disosiasi sebagian saja. Contohnya seperti:

- Asam karbonat (H2CO3)


- Asam sulfat (H2SO4)
- Asam sianida (HCN)
- Asam hipoklorit (HClO)
- Asam askorbat (H2C6H6O6)
- Asam benzoat (C6H5COOH)
- Asam fosfat (H3PO4)
- Asam fluoride (HF)
- Asam asetat (CH3COOH)
- Hidrogen peroksida (H2O2)
- Asam borat (H3BO3)
- Asam metanoat (HCO2H)
- Asam format (HCOOH)
- Asam oksalat (HO2C2O2H)

Sedangkan basa lemah merupakan senyawa basa yang saat berada di dalam air sulit melepaskan
ion OH- serta dalam larutannya mengalami disosiasi sebagian. Misalnya seperti:

- Seng hidroksida (Zn(OH)2)


- Besi (II) hidroksida (Fe(OH)2)
- Metilamin hidroksida (CH3NH3OH)
- Natrium bikarbonat (NaHCO3)
- Amonium hidroksida (NH4OH)
- Timbal (II) hidroksida (Pb(OH)2)
- Etilamin hidroksida (C2H5NH3OH)
- Tembaga (II) hidroksida (Cu(OH)2)
- Amonia (NH3)
F. Asam Poliprotik

Asam poliprotik (bahasa Inggris: polyprotic acid, juga dikenal sebagai polybasic acid, "asam
polibasik") adalah senyawa asam yang mampu menyumbangkan lebih dari satu proton dari setiap
molekul asam, dibandingkan asam monoprotik, yang hanya dapat menyumbangkan
satu proton per molekul. Jenis-jenis khusus asam poliprotik mempunyai nama-nama spesifik,
misalnya:

• asam diprotik, dengan dua proton yang dapat didonasikan


• asam triprotik, dengan tiga proton yang dapat didonasikan
1) Asam Diprotik

Asam diprotik (dilambangkan sebagai H2A) dapat mengalami satu atau dua disosiasi bergantung
kepada pH. Setiap disosiasi mempunyai konstanta disosiasi sendiri, Ka1 dan Ka2.

H2A(aq) + H2O(l) H3O+(aq) + HA−(aq) Ka1


HA−(aq) + H2O(l) H3O+(aq) + A2−(aq) Ka2
Konstanta disosiasi pertama umumnya lebih besar dari yang kedua, yakni Ka1 > Ka2.
a. Asam Diprotik Kuat
Contoh asam diprotik kuat adalah asam sulfat (H2SO4) yang dapat menyumbangkan satu proton
untuk membentuk anion bisulfat (HSO4−), di mana Ka1 sangat besar nilainya; kemudian dapat
menyumbangkan proton kedua untuk membentuk anion sulfat (SO42-), di mana Ka2 bernilai
sedang. Ka1 yang tinggi nilainya untuk disosiasi pertama membuat asam sulfat adalah asam yang
kuat.
Ion "hidrogen sulfat" bersifat amfoter, yang berarti bahwa basa dalam reaksi pertama (dengan asam
konjugat H2SO4) dan asam dalam reaksi kedua (dengan basa konjugat SO4- ). Dalam ionisasi yang
pertama, H2SO4 adalah asam kuat, tetapi hasil ionisasinya (HSO4-) sendiri hanyalah asam
lemah. H3O+ yang dihasilkan dalam larutan H2SO4 terutama berasal dari Ionisasi yang pertama,
dan larutan mempunyai pH yang mendekati pH asam kuat monoprotik dengan konsentrasi yang
sama. Namun demikian, bila larutan ini bereaksi dengan konsentrasi yang sama, karena setiap mol
asam sulfat dapat bereaksi dan menetralisasi dua mol ion hidroksida.
b. Asam Diprotik Lemah
Asam diprotik lemah terionisasi dalam dua tahap. Contohnya adalah asam karbonat yang lemah
dan tidak stabil (H2CO3), yang terbentuk dari CO2 yang tersolvatasi (air karbonasi). Pada tahap
pertama asam ini dapat kehilangan satu proton untuk membentuk anion bikarbonat (HCO3−) dan
kemudian kehilangan proton kedua untuk membentuk anion karbonat (CO32-). Kedua Ka nilainya
kecil, tetapi Ka1 > Ka2.
2) Asam Tripotrik

Asam triprotik (H3A) dapat mengalami satu, dua atau tiga disosiasi dan memiliki tiga konstanta
disosiasi, di mana Ka1 > Ka2 > Ka3.
H3A(aq) + H2O(l) H3O+(aq) + H2A−(aq) Ka1
H2A−(aq) + H2O(l) H3O+(aq) + HA2−(aq) Ka2
HA2−(aq) + H2O(l) H3O+(aq) + A3−(aq) Ka3
Perhitungan keseimbangan simultan yang lebih tepat mungkin akan rumit. Perhitungan ini dapat
disederhanakan bila konsentrasi asam awal tidak terlalu kecil dan tetapan ionisasi Ka1 dan
Ka2 sangat berbeda dalam besarannya (dengan faktor 100 atau lebih). Kondisi terakhir hampir
selalu dipenuhi. Di bawah kondisi tersebut, kedua kesetimbangan dapat diperlukan secara
bertahap.
Untuk asam tripotrik seperti H3PO4, konsentrasi basa (PO43-) yang dihasilkan dari ionisasi ketiga
dapat dihitung dengan cara yang sama.
G. Kation dan Anion sebagai Asam dan Basa
Kation adalah ion yang bermuatan positif. Ion ini terjadi karena atom netral
melepaskan elektron pada kulit terluarnya (kulit valensi). Peristiwa ini menyebabkan
jumlah proton lebih banyak daripada jumlah elektron sehingga bermuatan positif.
Beberapa kation dapat bertindak sebagai asam jika mereka memiliki kecenderungan untuk
melepaskan proton (H+) dalam larutan air. Kation asam adalah ion positif yang mengalami
reaksi hidrolisis dan bersifat asam. Ini terjadi ketika kation tersebut merupakan ion
hidrogen (H+) bebas atau jika ia memiliki sifat asam yang cukup kuat untuk melepaskan
H+ (bersifat asam) ion-ion ini berasal daro basa lemah seperti NH4+.
Anion adalah ion yang bermuatan negatif. Ion ini terjadi karena atom netral
menerimaelektron. Peristiwa ini menyebabkan jumlah elektron lebih banyak daripada
jumlah proton sehingga bermuatan negatif. beberapa anion dapat bertindak sebagai basa
jika mereka memiliki kemampuan untuk menerima proton (H+) dalam larutan air. Ini
terjadi ketika anion tersebut memiliki pasangan elektron yang tersedia untuk menerima
proton. Contoh anion yang dapat bertindak sebagai basa adalah ion hidroksida (OH-) dan
ion karbonat (CO3^2-).

H. Susunan molekul dan perilaku asam basa

Sifat Asam dan Basa Ada beberapa sifat dari asam dan basa sebagai berikut:

1. Dibedakan Atas Dasar Rasa dan Sentuhan

Meskipun rasa bukan merupakan cara yang aman untuk mengelompokkan asam
dan basa, tapi setidaknya kita sudah mengenal bahwa asam rasanya masam. Jeruk, jus
lemon, tomat dan cuka sebagai contoh, merupakan larutan yang bersifat asam.
Sedangkan basa mempunyai rasa pahit. Sentuhan bukan cara yang aman untuk menguji
basa, tetapi tentunya kita telah terbiasa dengan sentuhan sabun yang terasa licin. Basa
(seperti sabun) bersifat alkali, bereaksi dengan protein di dalam kulit sehingga sel-sel
kulit akan mengalami pergantian.

2. Ada Sifat Elektrolit dalam Asam, Basa dan Garam

Perubahan zat itu juga terbagi atas tiga hal:

a. Zat yang bersifat asam

Zat asam adalah zat yang jika dimasukkan dalam air melepas ion H+.
b. Zat yang bersifat basa

Zat bersifat basa adalah zat yang jika dimasukkan dalam air melepas ion OH-.

c. Zat yang bersifat garam

Zat garam merupakan senyawa yang terbentuk dari logam dan non logam yang
bergabung dengan ikatan ion.

3. Asam dan Basa Memiliki Sifat Korosif

Sifat khas lain dari asam adalah bisa bereaksi dengan logam-logam, marmer dan
berbagai bahan lain. Sifat ini bisa menjelaskan mengapa asam bersifat korosif terhadap
sebagian besar logam. Sedangkan basa secara umum tidak bereaksi dengan logam, tapi
basa bisa juga bersifat korosif dan jika mengenai kulit akan mengakibatkan luka bakar dan
merusak jaringan.

4. Asam Bereaksi dengan Basa

Umumnya zat-zat dengan sifat yang berlawanan, seperti asam dan basa. Kedua
larutan ini cenderung bereaksi satu sama lain. Reaksi asam dan basa merupakan pusat
kimiawi sistem kehidupan, lingkungan, dan proses-proses industri yang penting. Reaksi
antara asam dan basa akan menghasilkan garam dan air. Jadi, reaksi asam dengan basa juga
bisa disebut dengan penggaraman.
BAB III
SIMPULAN

Makalah ini telah menguraikan dasar-dasar teori reaksi asam-basa dan berbagai definisi asam-
basa yang berperan dalam kimia modern. Kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut:

• Reaksi Asam-Basa adalah Konsep Sentral: Reaksi asam-basa adalah salah satu konsep
paling fundamental dalam kimia, yang memainkan peran penting dalam berbagai disiplin
ilmu.
• Definisi Asam-Basa yang Berbeda: Terdapat berbagai definisi asam-basa, termasuk
definisi Arrhenius, Brønsted-Lowry, dan Lewis, yang memberikan kerangka kerja yang
berbeda untuk memahami reaksi asam-basa.
• Skala pH: Skala pH digunakan untuk mengukur tingkat keasaman atau kebasaan larutan,
di mana pH kurang dari 7 mengindikasikan larutan asam, pH lebih dari 7
mengindikasikan larutan basa, dan pH 7 mengindikasikan larutan netral.
• Ketahanan Asam-Basa: Ketahanan atau kekuatan asam dan basa dapat diukur dengan
menggunakan parameter pK, dengan asam yang memiliki pK rendah memiliki kekuatan
yang lebih besar.
• Aplikasi yang Luas: Reaksi asam-basa memiliki aplikasi yang luas dalam kimia,
termasuk analisis kimia, sintesis senyawa, pengendalian pH dalam berbagai proses, dan
pemahaman berbagai fenomena alam.

Dengan pemahaman yang mendalam tentang reaksi asam-basa, kita dapat lebih baik memahami
kimia yang terjadi di sekitar kita, mengaplikasikannya dalam berbagai ilmu pengetahuan, dan
menjadikannya dasar untuk penelitian dan pengembangan teknologi baru. Konsep ini juga
relevan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya dalam penggunaan obat-obatan, pengolahan
makanan, dan pengendalian kualitas air.
DAFTAR PUSTAKA

idschool.net. Diakses pada 4 Oktober 2023.


https://idschool.net/sma/cara-menghitung-harga-ph-larutan-dan-poh-larutan/

Sunarya, Yayan. (2013). Prinsip-prinsip Kimi Modern. Jakarta: Erlangga

p2k.stekom. Diakses pada 6 Oktober 2023.


https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Asam_poliprotik

Gramedia. Diakses pada 6 Oktober 2023.


https://www.gramedia.com/literasi/sifat-sifat-asam-dan-basa-serta-cara-
membedakannya/#Asam_Lemah_dan_Basa_Lemah

P2k.stekom. Diakses pada 9 oktober 2023. https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Ion

Studysmarter. Diakses pada 9 Oktober 2023. https://www-studysmarter-co-


uk.translate.goog/explanations/chemistry/physical-chemistry/molecular-structures-of-
acids-and-bases/?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc

Katadata. Diakses pada 10 Oktober 2023.


https://katadata.co.id/safrezifitra/berita/6152f73e6d90a/mengenal-sifat-asam-dan-basa-
yang-dekat-dalam-kehidupan

StudySmarter. Diakses pada 18 September 2023.


https://www.studysmarter.co.uk/explanations/chemistry/chemical-analysis/formulations/

Pasaribu, Berliana Y. (2013). "Upaya Meningkatkan Aktifitas dan Hasil Belajar Kimia Pokok
Bahasan “Tata Nama Senyawa Kimia“ melalui Model Pembelajaran Demonstrasi dengan
Alat Peraga Kartu Tata Nama Senyawa." Formatif, vol. 3, no. 2, DOI:
10.30998/formatif.v3i2.120.

Rian Agus Dwinata R. A., Efendi R., Yudha S. P. (2016). “Rancang Bangun Aplikasi Tabel
Periodik Unsur Dan Perumusan Senyawa Kimia Dari Unsur Kimia Dasar Berbasis
Android”. Jurnal Rekursif Universitas Bengkulu, vol. 4, no. 2, ISSN 2303-0755

Azura, Siti, dkk. (2017). “Identifikasi Miskonsepsi Materi Ikatan Kimia Menggunakan Tes
Diagnostik Pilihan Ganda Tiga Tingkat (Three Tier) Pada Peserta Didik Kelas X Mia
SMA Negeri 8 Pekanbaru”. Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Riau, vol. 4, no. 2, hlm. 1-13

Sudarmo, Unggul. (2016). Kimia untuk SMA kelas X. Surakarta: Erlangga


Purba, Michael dkk. (2012). Kimia untuk SMA kelas X. Jakarta: Erlangga

Pikoli, Masrid. (2018). “Miskonsepsi Tentang Pembentukan Ikatan Kovalen dan Ionik pada
Mahasiswa Pendidikan Kimia UNG”. Jambura Journal of Educational Chemistry, vol.
13, no. 1, hlm. 115-120

Utami, B., Mulyani B., Nugroho A., Mahardiani L., Yamtinah S. (2009). Buku Kimia Kelas X.
Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

Wardaya College. Diakses pada 18 September 2023. https://www.wardayacollege.com/belajar-


kimia/ikatan-kimia/ikatan-intramolekul/ikatan-logam/

Anda mungkin juga menyukai