Oleh Kelompok 2
Kelas A
PROGRAM STUDI GIZI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG\
2023
BAB I
PENDAHULUAN
a. Dasar Teori
Reaksi asam-basa adalah salah satu konsep dasar dalam kimia yang melibatkan perubahan
keasaman atau kebasaan larutan. Pemahaman tentang reaksi asam-basa penting dalam berbagai
aspek ilmu kimia dan memiliki aplikasi yang luas dalam kehidupan sehari-hari. Berikut adalah
dasar teori yang akan menjadi dasar untuk makalah tentang reaksi asam-basa:
Definisi Arrhenius: Menurut teori Arrhenius, asam adalah substansi yang menghasilkan ion
hidrogen (H+) ketika dilarutkan dalam air, sedangkan basa adalah substansi yang menghasilkan
ion hidroksida (OH-).
Definisi Brønsted-Lowry: Teori Brønsted-Lowry lebih umum, di mana asam adalah zat yang dapat
menyumbangkan proton (H+), sedangkan basa adalah zat yang dapat menerima proton.
Definisi Lewis: Teori Lewis menggambarkan asam sebagai zat yang dapat menerima sepasang
elektron (pasangan elektron nonpengikat), dan basa sebagai zat yang dapat menyumbangkan
sepasang elektron.
Dalam reaksi asam-basa, setiap asam memiliki basa konjugat yang bersesuaian, dan sebaliknya.
Asam konjugat adalah hasil dari asam yang kehilangan proton, sementara basa konjugat adalah
hasil dari basa yang menerima proton.
Kw adalah konstanta yang mengukur konsentrasi ion hidrogen (H+) dan ion hidroksida (OH-)
dalam air murni pada suhu tertentu. Nilai Kw mencerminkan tingkat keasaman atau kebasaan air.
- Skala pH:
Skala pH digunakan untuk mengukur tingkat keasaman atau kebasaan larutan. Larutan dengan pH
kurang dari 7 dianggap asam, sedangkan larutan dengan pH lebih dari 7 dianggap basa, dan larutan
dengan pH 7 dianggap netral (seperti air murni).
Reaksi asam-basa umum melibatkan pertukaran proton antara asam dan basa. Contoh reaksi umum
adalah reaksi antara asam kuat (seperti HCl) dengan basa kuat (seperti NaOH) untuk membentuk
garam dan air.
Indikator adalah senyawa yang mengubah warnanya dalam kisaran pH tertentu. Mereka digunakan
untuk mengidentifikasi pH larutan.
Contoh indikator termasuk fenolftalein (untuk menunjukkan perubahan dari asam menjadi basa
atau sebaliknya) dan lakmus (untuk mengindikasikan keasaman atau kebasaan larutan).
Dengan memahami dasar-dasar teori reaksi asam-basa ini, kita dapat mengaplikasikannya dalam
berbagai konteks, seperti analisis kimia, kimia lingkungan, ilmu kedokteran, dan kimia farmasi.
Pemahaman yang baik tentang reaksi asam-basa juga penting untuk memahami berbagai fenomena
alam dan proses kimia yang terjadi di sekitar kita.
DISKUSI
Istilah asam berasal dari bahasa latin yaitu "acidus" yang memiliki arti "asam". Sedangkan basa
berasal dari bahasa Arab yaitu "alqali" yang memiliki arti "abu". Terdapat beberapa teori asam
basa yang berkembang dan dijadikan rujukan didalam perhitungan dan penentuan dejarat suatu
keasaman maupun kebasahan dari suatu zat. Teori tersebut diantaranya yaitu teori Arrhenius,
teori Bronsted-Lowry dan teori Lewis.
1. Teori Arrhenius
Teori Arrhenius dicetuskan oleh ilmuan yang bernama Svante Arrhenius (1807) yang
berasal dari Swiss. Teori ini dikembangkan berdasarkan percobaan elektrolisis. Percobaan
ini menggunakan dua jenis elektrolit yang larut didalam air. Elektrolit yang digunakan
Svante Arrhenius (1807) berupa elektrolit lemah serta elektrolit kuat.
Asam menurut Svante Arrhenius merupakan senyawa yang apabila dilarutkan didalam air
akan terionisasi membentuk ion H+. Sedangkan basa menurut Svante Arrhenius (1807)
merupakan senyawa yang apabila dilarutkan didalam air akan membentuk ion OH-.
Senyawa asam dapat dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan jumlah ion H+ yang terbentuk
bila dilarutkan didalam air yaitu asam monoptotic, asam diprotic, dan asam triprotic.
Asam monoprotic merupakan asam yang apabila dilarutkan didalam air akan
menghasilkan ion H+ yang berjumlah satu. Contohnya adalah HBr, HCl, HNO3,
CH3COOH dan lain sebagainya.
Asam diprotic merupakan asam yang apabila dilarutkan didalam air akan menghasilkan
ion H+ yang berjumlah dua. Contohnya adalah H2SO4, H2CO3, H2S.
Asam triprotic merupakan asam yang apabila dilarutkan didalam air akan menghasilkan
ion H+ yang berjumlah tiga. Contohnya adalah H3PO4, H3PO3.
Senyawa basa dapat dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan jumlah ion OH- yang terbentuk
bila dilarutkan didalam air yaitu basa monohidroksi, basa dihidroksi, dan basa trihidroksi.
Basa monohidroksi merupakan basa yang apabila dilarutkan didalam air akan
menghasilkan ion OH- yang berjumlah satu. Contohnya NaOH, RbOH, LiOH, KOH, dan
lain sebagainya.
Basa dihidroksi merupakan basa yang apabila dilarutkan didalam air akan menghasilkan
ion OH- yang berjumlah dua. Contohnya Be(OH)2, Mg(OH)2, dan Ca(OH)2.
Basa trihidroksi merupakan basa yang apabila dilarutkan didalam air akan menghasilkan
ion OH- yang berjumlah tiga.
2. Teori Bronsted-Lowry
Teori Bronsted-Lowry merupakan teori yang dikemukakan oleh dua orang ilmuan dari
Denmark dan Inggris yaitu Johanes Nicolas Bronsted dan Thomas Lowry. Teori ini
menjelaskan bawah Asam merupakan suatu zat atau senyawa yang bila bereaksi akan
menghasilkan H+ yang bertindak sebagai donor proton atau pemberi ion H+. Contoh asam
pada teori Bronsted-Lowry adalah HBr, HBr jika didalam air akan bersifat sebagai asam.
Basa merupakan suatu zat atau senyawa yang bila bereaksi akan menerima ion H+ yang
bertindak sebagai akseptor proton atau penerima ion H+. Contoh basa pada teori
Bronsted-Lowry adalah NH3. NH3 jika didalam air akan bersifat sebagai basa.
3. Teori Lewis
Teori Lewis dikemukakan oleh G.N. Lewis (1938). Teori ini menyatakan bahwa asam dan
basa bila bereaksi akan saling menyumbangkan pasangan elektronnya. Misalkan AlCl3
bila bereaksi dengan NH3. Molekul AlCl3 akan mendapatkan sepasang elektron yang
dimiliki oleh NH3 sehingga dapat berikatan. Molekul AlCl3 pada kondisi ini bertindak
selaku senyawa asam sedangkan NH3 bertindak selaku basa.
B. Autoionisasi Air
Autoionisasi air adalah reaksi antara dua molekul air menghasilkan ion hidroksida (OH - )
dan ion hidronium (H 3 O + ) . Autoionisasi Persamaan Air
Untuk lebih memvisualisasikan apa yang sebenarnya terjadi dalam autoionisasi air , mari
kita tuliskan persamaan kimia untuk menunjukkan prosesnya.
Pertama, molekul air terpecah menjadi H + dan OH - . Kemudian, molekul air kedua
bereaksi dengan H + yang dihasilkan membentuk H 3 O + :
Jika kita menggabungkan kedua langkah tersebut, kita akan mendapatkan satu persamaan
keseluruhan untuk autoionisasi air :
Asam dan basa dibagi menjadi dua macam, yaitu asam kuat dan basa kuat, serta asam lemah dan
basa lemah.
Larutan asam memiliki tingkat kemampuan untuk mengionisasi ion hidrogen (H+) yang dinyatakan
dalam keasaman atau Power of Hidrogen (pH). Sedangkan larutan basa memilki kemampuan
menghasilkan ion OH– yang dinyatakan dalam nilai Power of Hydroxide (pOH). Antara pH dan
pOH memiliki hubungan yang dinyatakan dalam persamaan pH + pOH = 14. Larutan asam
memiliki rentang harga 0<pH<7 dan larutan basa memiliki rentang harga 7<pH<14. Larutan
dengan sifat netral memiliki harga pH = 7.
Sebagai contoh, perhatikan cara menghitung harga pH larutan pada permasalahan sederhana
berikut.
Cara menghitung harga pH larutan asam/basa lemah sama dengan perhitungan pH larutan
asam/basa kuat. Di mana harga pH larutan dipengaruhi besar konsentrasi H+ atau OH–. Namun
pada larutan asam/basa lemah, besar konsentrasi H+ atau OH– melibatkan tetapan
kesetimbangan Ka (pada larutan asam lemah) dan Kb (pada larutan basa lemah).
Persamaan konsetrasi H+ pada larutan asam lemah sama dengan akar dari
perkalian Ka dan Ma (molaritas asam lemah). Dan persamaan konsetrasi OH– pada larutan basa
lemah sama dengan akar dari perkalian Kb dan Mb (molaritas basa lemah). Sehingga harga pH
dan pOH larutan asam/basa lemah dapat dinyatakan melalui persamaan di bawah.
Soal 2: Larutan amonia dibuat dengan cara melarutkan 4,48 liter gas NH3 (STP) hingga
diperoleh volume larutan sama dengan 2 liter. Jika Kb NH3 = 10–5 maka berapakah harga pH
larutan amonia yang dihasilkan?
Penyelesaian:
Contoh 1 – Harga pH Larutan Ba(OH)2
Sebanyak 17,1 gram Ba(OH)2 dilarutkan dalam air sehingga volume larutan menjadi 500 mL.
Harga pH larutan Ba(OH)2 yang terbentuk adalah .… (Ar Ba = 137; O = 16; dan H = 1)
Pembahasan:
Berdasarkan keterangan yang diberikan pada soal dapat diperoleh informasi-informasi berikut.
[OH–] = 2×[Ba(OH)2]
= 2×0,2 M
= 0,4 M = 4×10–1 M.
Selanjutnya dapat dihitung pOH larutan Ba(OH)2 seperti berikut.
pOH = –log[OH–]
pOH = –log[4×10–1]
= –log4 – log 10–1
= –log4 + 1
Menghitung pH:
pH = 14 – pOH
pH = 14 – (–log4 + 1) = 13 + log 4
Jadi, harga pH larutan Ba(OH)2 yang terbentuk adalah 13 + log4.
Sebanyak 10 mL larutan CH3COOH 0,1 M diencerkan hingga volumenya 100 mL. Diketahui Ka
CH3COOH = 1×10–5 maka harga pH larutan CH3COOH sesudah diencerkan adalah ….
Pembahasan:
Berdasarkan keterangan yang diberikan pada soal dapat diperoleh informasi-informasi berikut.
• Volume awal: V1 = 10 mL
• Volume akhir: V2 = 100 mL
• Konsentrasi awal: 0,1 M
• Tetapan setimbang CH3COOH: Ka CH3COOH = 1×10–5
Dari hasil perhitungan dapat diperoleh molaritas CH3COOH setelah diencerkan adalah M2 =
10–2 M. Konsentrasi ion H+ dapat diperoleh seperti perhitungan di bawah.
Larutan 100 cm3 H2SO4 memiliki nilai pH = 2. Jika larutan tersebut diencerkan hingga volume
larutan menjadi 1.000 cm3 maka harga pH larutan H2SO4 yang terbentuk adalah ….
Pembahasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan pada soal dapat diperoleh informasi-informasi seperti
berikut.
Diperoleh bahwa konsentrasi H2SO4 sebelum diencerkan adalah 1/2×10-2 M = 5 ×10-3. Dengan
demikian dapat dicari konsentarasi H2SO4 setelah diencerkan seperti cara berikut.
M1×V1 = M2×V2
5 ×10-3×100 = M2×10.00
5 ×10-1 = 1.000M2
M2 = 5 ×10-4 M
Sedangkan basa lemah merupakan senyawa basa yang saat berada di dalam air sulit melepaskan
ion OH- serta dalam larutannya mengalami disosiasi sebagian. Misalnya seperti:
Asam poliprotik (bahasa Inggris: polyprotic acid, juga dikenal sebagai polybasic acid, "asam
polibasik") adalah senyawa asam yang mampu menyumbangkan lebih dari satu proton dari setiap
molekul asam, dibandingkan asam monoprotik, yang hanya dapat menyumbangkan
satu proton per molekul. Jenis-jenis khusus asam poliprotik mempunyai nama-nama spesifik,
misalnya:
Asam diprotik (dilambangkan sebagai H2A) dapat mengalami satu atau dua disosiasi bergantung
kepada pH. Setiap disosiasi mempunyai konstanta disosiasi sendiri, Ka1 dan Ka2.
Asam triprotik (H3A) dapat mengalami satu, dua atau tiga disosiasi dan memiliki tiga konstanta
disosiasi, di mana Ka1 > Ka2 > Ka3.
H3A(aq) + H2O(l) H3O+(aq) + H2A−(aq) Ka1
H2A−(aq) + H2O(l) H3O+(aq) + HA2−(aq) Ka2
HA2−(aq) + H2O(l) H3O+(aq) + A3−(aq) Ka3
Perhitungan keseimbangan simultan yang lebih tepat mungkin akan rumit. Perhitungan ini dapat
disederhanakan bila konsentrasi asam awal tidak terlalu kecil dan tetapan ionisasi Ka1 dan
Ka2 sangat berbeda dalam besarannya (dengan faktor 100 atau lebih). Kondisi terakhir hampir
selalu dipenuhi. Di bawah kondisi tersebut, kedua kesetimbangan dapat diperlukan secara
bertahap.
Untuk asam tripotrik seperti H3PO4, konsentrasi basa (PO43-) yang dihasilkan dari ionisasi ketiga
dapat dihitung dengan cara yang sama.
G. Kation dan Anion sebagai Asam dan Basa
Kation adalah ion yang bermuatan positif. Ion ini terjadi karena atom netral
melepaskan elektron pada kulit terluarnya (kulit valensi). Peristiwa ini menyebabkan
jumlah proton lebih banyak daripada jumlah elektron sehingga bermuatan positif.
Beberapa kation dapat bertindak sebagai asam jika mereka memiliki kecenderungan untuk
melepaskan proton (H+) dalam larutan air. Kation asam adalah ion positif yang mengalami
reaksi hidrolisis dan bersifat asam. Ini terjadi ketika kation tersebut merupakan ion
hidrogen (H+) bebas atau jika ia memiliki sifat asam yang cukup kuat untuk melepaskan
H+ (bersifat asam) ion-ion ini berasal daro basa lemah seperti NH4+.
Anion adalah ion yang bermuatan negatif. Ion ini terjadi karena atom netral
menerimaelektron. Peristiwa ini menyebabkan jumlah elektron lebih banyak daripada
jumlah proton sehingga bermuatan negatif. beberapa anion dapat bertindak sebagai basa
jika mereka memiliki kemampuan untuk menerima proton (H+) dalam larutan air. Ini
terjadi ketika anion tersebut memiliki pasangan elektron yang tersedia untuk menerima
proton. Contoh anion yang dapat bertindak sebagai basa adalah ion hidroksida (OH-) dan
ion karbonat (CO3^2-).
Sifat Asam dan Basa Ada beberapa sifat dari asam dan basa sebagai berikut:
Meskipun rasa bukan merupakan cara yang aman untuk mengelompokkan asam
dan basa, tapi setidaknya kita sudah mengenal bahwa asam rasanya masam. Jeruk, jus
lemon, tomat dan cuka sebagai contoh, merupakan larutan yang bersifat asam.
Sedangkan basa mempunyai rasa pahit. Sentuhan bukan cara yang aman untuk menguji
basa, tetapi tentunya kita telah terbiasa dengan sentuhan sabun yang terasa licin. Basa
(seperti sabun) bersifat alkali, bereaksi dengan protein di dalam kulit sehingga sel-sel
kulit akan mengalami pergantian.
Zat asam adalah zat yang jika dimasukkan dalam air melepas ion H+.
b. Zat yang bersifat basa
Zat bersifat basa adalah zat yang jika dimasukkan dalam air melepas ion OH-.
Zat garam merupakan senyawa yang terbentuk dari logam dan non logam yang
bergabung dengan ikatan ion.
Sifat khas lain dari asam adalah bisa bereaksi dengan logam-logam, marmer dan
berbagai bahan lain. Sifat ini bisa menjelaskan mengapa asam bersifat korosif terhadap
sebagian besar logam. Sedangkan basa secara umum tidak bereaksi dengan logam, tapi
basa bisa juga bersifat korosif dan jika mengenai kulit akan mengakibatkan luka bakar dan
merusak jaringan.
Umumnya zat-zat dengan sifat yang berlawanan, seperti asam dan basa. Kedua
larutan ini cenderung bereaksi satu sama lain. Reaksi asam dan basa merupakan pusat
kimiawi sistem kehidupan, lingkungan, dan proses-proses industri yang penting. Reaksi
antara asam dan basa akan menghasilkan garam dan air. Jadi, reaksi asam dengan basa juga
bisa disebut dengan penggaraman.
BAB III
SIMPULAN
Makalah ini telah menguraikan dasar-dasar teori reaksi asam-basa dan berbagai definisi asam-
basa yang berperan dalam kimia modern. Kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
• Reaksi Asam-Basa adalah Konsep Sentral: Reaksi asam-basa adalah salah satu konsep
paling fundamental dalam kimia, yang memainkan peran penting dalam berbagai disiplin
ilmu.
• Definisi Asam-Basa yang Berbeda: Terdapat berbagai definisi asam-basa, termasuk
definisi Arrhenius, Brønsted-Lowry, dan Lewis, yang memberikan kerangka kerja yang
berbeda untuk memahami reaksi asam-basa.
• Skala pH: Skala pH digunakan untuk mengukur tingkat keasaman atau kebasaan larutan,
di mana pH kurang dari 7 mengindikasikan larutan asam, pH lebih dari 7
mengindikasikan larutan basa, dan pH 7 mengindikasikan larutan netral.
• Ketahanan Asam-Basa: Ketahanan atau kekuatan asam dan basa dapat diukur dengan
menggunakan parameter pK, dengan asam yang memiliki pK rendah memiliki kekuatan
yang lebih besar.
• Aplikasi yang Luas: Reaksi asam-basa memiliki aplikasi yang luas dalam kimia,
termasuk analisis kimia, sintesis senyawa, pengendalian pH dalam berbagai proses, dan
pemahaman berbagai fenomena alam.
Dengan pemahaman yang mendalam tentang reaksi asam-basa, kita dapat lebih baik memahami
kimia yang terjadi di sekitar kita, mengaplikasikannya dalam berbagai ilmu pengetahuan, dan
menjadikannya dasar untuk penelitian dan pengembangan teknologi baru. Konsep ini juga
relevan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya dalam penggunaan obat-obatan, pengolahan
makanan, dan pengendalian kualitas air.
DAFTAR PUSTAKA
Pasaribu, Berliana Y. (2013). "Upaya Meningkatkan Aktifitas dan Hasil Belajar Kimia Pokok
Bahasan “Tata Nama Senyawa Kimia“ melalui Model Pembelajaran Demonstrasi dengan
Alat Peraga Kartu Tata Nama Senyawa." Formatif, vol. 3, no. 2, DOI:
10.30998/formatif.v3i2.120.
Rian Agus Dwinata R. A., Efendi R., Yudha S. P. (2016). “Rancang Bangun Aplikasi Tabel
Periodik Unsur Dan Perumusan Senyawa Kimia Dari Unsur Kimia Dasar Berbasis
Android”. Jurnal Rekursif Universitas Bengkulu, vol. 4, no. 2, ISSN 2303-0755
Azura, Siti, dkk. (2017). “Identifikasi Miskonsepsi Materi Ikatan Kimia Menggunakan Tes
Diagnostik Pilihan Ganda Tiga Tingkat (Three Tier) Pada Peserta Didik Kelas X Mia
SMA Negeri 8 Pekanbaru”. Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Riau, vol. 4, no. 2, hlm. 1-13
Pikoli, Masrid. (2018). “Miskonsepsi Tentang Pembentukan Ikatan Kovalen dan Ionik pada
Mahasiswa Pendidikan Kimia UNG”. Jambura Journal of Educational Chemistry, vol.
13, no. 1, hlm. 115-120
Utami, B., Mulyani B., Nugroho A., Mahardiani L., Yamtinah S. (2009). Buku Kimia Kelas X.
Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional