Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR LANJUTAN


REAKSI ASAM-BASA

Disusun Oleh :

Nama : Andreansyah Dwi Pratama


NIM : 191910801017
Kelompok :8
Nama Asisten : Shafira Nur Shadrina

LABORATORIUM KIMIA DASAR


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2020
I. Judul
Reaksi Asam-Basa

II. Tujuan
1. Mengidentifikasi sifat asam-basa senyawa dalam pelarut air.

2. Memahami skala pH dan terampil melakukan pengukuran pH dengan


bermacam indikator.

3. Menentukan trayek indikator ekstrak tumbuhan.

4. Menentukan konsentrasi senyawa dalam suatu larutan.

III. Tinjauan Pustaka


3.1 Teori Asam Basa
Asam-basa merupakan salah satu sifat suatu zat, baik yang berbentuk larutan
maupun non pelarut. Asam dan basa penting dalam proases kimia yang terjadi di
sekitar kita, mulai dari proses industri sampai proses biologi dalam tubuh makhluk
hidup, mulai dari reaksi yang terjadi di laboratorium hingga yang terjadi di
lingkungan sekitar. Teori asam-basa pun lebih dari satu dan berasal dari ilmuwan-
ilmuwan hebat (Sunarya.2011).

a. Teori Asam Basa Menurut Arrhenius (1884)


Svante August Arrhenius merupakan pencetus adanya teori ini. Asam adalah
spesi yang apabila dilarutkan dalam air akan terdisosiasi menghasilkan ion H+ dan
basa adalah spesi yang apabila dilarutkan dalam air akan terdisosiasi menghasilkan
ion OH-, dengan asumsi bahwa pelarut tidak berpengaruh terhadap sifat asam dan
basa.Arrhenius dalam mengajukan desertasinya mengalami hambatan yang cukup
berat karena profesornya tidak tertarik. Desertasinya(Keenan.1991).

Teori Arrhenius hingga sekarang masih tetap berguna meskipun hal tersebut
merupakan model yang paling sederhana.Asam basa lemah atau kuat dapat
membedakannya dengan berdasarkan pada daya hantar listrik molal, jika suatu listrik
dapat menghantarkan listrik maka semakin kuat pula sifat asam atau basanya.Asam
atau basa semakin banyak yang terionisasi mengakibatkan larutan tersebut
mengandung ion.Daya hantar listrik yang semakin kuat berarti semakin kuat pula
sifat asam atau basanya karena semakin banyak asam/basa yang terionisasi berarti
semakin kuat pula sifat asam atau basanya. Asam atau basa yang semakin banyak
terionisasi membuat larutan tersebut semakin elektrolit kuat, sehingga dapat
disimpulkan bahwa asam atau basa kuat berupa elektrolit kuat dan asam atau basa
lemah merupakan elektrolit lemah. Kelemahan dari teori Arrhenius, diantaranya
seperti belum menjelaskan tentang bagaimana pengaruh pelarut, atau bagaimana
dengan sifat garam(Keenan.1991).

Asam Arrhenius menyatakan bahwa suatu zat dikatakan asam jika dilarutkan
dalam air akan menghasilkan ion H+, sebagai contoh yaitu disosiasi dari HCl.

HCl → H+(Aq) + CI–(Aq) (3.1)

HCl ketika dibuat menjadi larutan, maka HCl terdisosiasi menjadi ion H+ dan ion
Cl-.Asam klorida termasuk asam Arrhenius karena sesuai dengan teori
Arrhenius.Contoh lain asam Arrhenius diantaranya seperti :

Gambar 3.1 Asam Arrhenius


(Sumber : pelajaran.co.id)

Contoh yang di atas mendapatkan hasil dari disosiasi berupa ion H+, tapi pada
kenyataannya ion H+ tidak ada yang berupa ion bebas, ion H+ akan bereaksi dengan
molekul air di sekitarnya, membentuk ion H3O+.

H+ (Aq) + H2O(l) → H3O+(Aq) (3.2)


Reaksi lengkap yang terjadi pada disosiasi yaitu:
HBr(Aq) + H2O(l) → H3O+(Aq) + Br-(Aq) (3.3)
Reaksi disosiasi menjadi seperti dibawah agar lebih pendek dan lebih mudah diingat.
HBr(Aq) → H+(Aq) + Br-(Aq) (3.4)
Kedua reaksi diatas secara umum tidak ada yang salah untuk penggunaan dalam
menunjukkan disosiasi(Keenan.1991).

- Basa Arrhenius
Arrhenius berpendapat bahwa suatu zat dikatakan basa jika dilarutkan dalam air
akan menghasilkan ion OH-, sebagai contoh disosiasi NaOH.

NaOH(Aq) → Na +(Aq) + OH–(Aq) (3.5)

NaOH ketika dibuat menjadi larutan, maka NaOH terdisosiasi menjadi ion Na+ dan
ion OH-. Larutan natrium hidroksida menurut teori Arrhenius termasuk ke dalam
basa Arrhenius.Contoh dari bebebrapa basa Arrhenius lainnya.

Gambar 3.2 Basa Arrhenius


(Sumber : pelajaran.co.id)
Ion OH- berdasarkan contoh diatas kebanyakan berasal dari zat yang dilarutkan
tersebut.Zat yang tanpa gugus OH- pada rumus kimianya juga bisa bersifat basa,
asalkan saat dilarutkan dalam air menghasilkan ion OH-.Senya ammonia misal
sebagai contohnya, dengan rumus kimia NH3.Ammonis termasuk basa karena saat
dilarutkan dalam air membuat terbentuknya ion OH-.Reaksi pelarutan amonia sebagai
berikut ini.
NH3(Aq) + H2O (l) ⇋ NH4+(aq)+OH−(aq) (3.6)

Ion OH- dapat dihasilkan saat ammonia dilarutkan dalam air maka ammonia
termasuk basa Arrhenius, namun pada beberapa pernyataan menyebutkan bahwa basa
Arrhenius setidaknya memiliki gugus OH pada rumus kimianya, sehingga jika
dikaitkan dengan pernyataan tersebut ammonia bukanlah basa
arrhenius(Sunarya.2011).

b. Teori Asam Basa Menurut Bronsted-Lowry (1923)


Teori ini melengkapi teori Arrhenius yang belum menjelaskan tentang pengaruh
pelarut. Teori Arrhenius menyatakan bahwa suatu zat dikatakan asam atau basa jika
dilarutkan dalam air menghasilkan ion H+ atau ion OH-, asam asetat pada pelarut
benzena, disitu sifat asamnya menjadi tidak muncul.Ammonia yang dilarutkan pada
Natrium amida, disitu ia menjadi bersifat basa meskipun tidak terbentuk ion OH-
karena hal tersebut maka Johannes N. Bronsted dan Thommas M. Lowry
menyimpulkan bahwa yang menjadikan suatu zat tersebut asam atau basa yaitu ion
H+ atau proton.Bronsted-Lowry mengemukakan suatu spesi dikatakan asam jika bisa
mendonorkan ion H+ atau proton (donor proton) ke spesi lain, sedangkan basa jika
spesi tersebut bisa menerima ion H+ atau proton (akseptor proton) dari spesi
lain(Khopkar.1990).

Asam-basa Konjugasi Kelanjutan dari teori Bronsted-Lowry adalah spesi yang


telah mendonorkan proton, akan memiliki kemampuan untuk bisa menerima proton,
sehingga merupakan basa.Basa yang terjadi karena hasil donor proton biasa disebut
basa konjugasi dari asam semula.Spesi yang menerima proton, akan memiliki
kemampuan untuk mendonorkan proton, dan biasa disebut asam konjugasi dari basa
semula.Reaksi HCl dan air di bawah ini dapat diperhatikan agar lebih jelas megenai
teori ini (Khopkar.1990).

Gambar 3.3 Asam-Basa Konjugasi


(Sumber : pelajaran.co.id)
HCl pada reaksi diatas mendonorkan proton pada air, mengacu pada teori
Bronsted-Lowry maka HCl tersebut merupakan asam.HCl setelah mendonorkan
proton, sisanya hanya ion CL- dimana memiliki kemampuan untuk menerima proton
atau basa.Cl- ini merupakan basa konjugasi dari HCl.Pasangan asam basa konjugasi =
HCl danCl-.Air menerima proton dari HCl maka air tersebut merupakan basa.Air
setelah menerima proton, akan terbentuk H30+ dimana memiliki kemampuan untuk
mendonorkan proton atau asam.Ion H30+ merupakan asam konjugasi dari
air.Pasangan basa asam konjugasi = air dan H3O+(Khopkar.1990).

- Amfoter
Senyawa amfoter adalah senyawa yang bisa menjadi asam maupun basa,
tergantung kondisi lingkungannya. Senyawa amfoter memiliki kemampuan seperti
itu. Kemampuan tersebut dapat terjadi karena pada senyawa amfoter terdapat atom
hidrogen yang bisa lepas menjadi proton dan memiliki pasangan elektron bebas yang
bisa menerima proton.Senyawa amfoter diantaranya air, asam amino, protein,
Al(OH)3 dan beberapa logam oksida (ZnO, PbO, SnO dsb).Istilah amfoter berasal
dari bahasa yunani yaitu amphoteroi yang berarti keduanya.Amfoter penggunaannya
dalam asam basa berarti senyawa yang biasa menjadi keduanya.Istilah lain terkadang
juga digunakan untuk senyawa yang dapat menjadi asam maupun basa adalah
amfiprotik, antara amfoter dan amfiprotik memiliki makna yang
sama(Khopkar.1990).

c. Teori Asam Basa Menurut Lewis (1923)


Lewis pada tahun 1923 mengajukan pandangan yang berbeda terhadap teori
asam basa.Bronsted-Lowry memandang bahwa yang berperan dalam suatu senyawa
berupa asam/basa karena suatu proton (ion H+), Lewis memandang bahwa yang
berperan dalam sifat asam/basa suatu senyawa adalah karena pasangan elektron.Teori
asam basa Lewis, basa mendonorkan pasangan elektron dan asam menerima
pasangan elektron.Asam Lewis adalah semua zat yang dapat menerima pasangan
elektron bebas, dengan kata lain suatu akseptor pasangan elektron.Basa Lewis sendiri
adalah zat yang dapat mendonorkan pasangan elektron bebas, dengan kata lain suatu
donor pasangan elektron(Baharuddin.2013).
- Asam Lewis
Asam Lewis adalah penerima pasangan elektron. Asam Lewis merupakan
elektrofil, karena tertarik pada elektron. Asam Lewis bermuatan positif (parsial) pada
suatu senyawa. Contoh zat yang termasuk dalam asam Lewis, diantaranya yaitu:
• Kation semua (Cu2+, Na+, Ca2+, Li+, Mg2+, dan lain sebagainya),
• Atom, ion, atau molekul yang oktet tidak lengkap (BF3, AlF3)
• Molekul yang mana atom pusatnya dapat memiliki elektron valensi lebih dari 8
(SiBr4, SiF4)
• Molekul memiliki ikatan rangkap dengan dua atom elektronegatif (CO2)

(Baharuddin.2013).

- Basa Lewis
Basa Lewis adalah pendonor pasangan elektron. Basa Lewis merupakan
nukleofil, karena menyukai untuk menyerang atom yang bermuatan positif pada suatu
senyawa. Basa lewih contoh zat nya diantaranya yaitu OH-, CN-, NH3-, dan lain
sebagainya. Teori asam-basa Lewis agar dapat lebih dipahami maka perhatikan
contoh reaksi H+ dan NH3 berikut ini.

Gambar 3.4 Contoh Reaksi Asam Basa


(Sumber : pelajaran.co.id)

Reaksi di atas terlihat bahwa NH3 mendonorkan pasangan elektronnya untuk


berikatan dengan H+, maka yang bertindak sebagai basa Lewis adalah NH3.H+
menerima pasangan elektron dari amonia, sehingga H+ merupakan asam
Lewis(Baharuddin.2013).

3.2 Sifat Asam Basa


Sifat asam sendiri diantaranya memiliki rasa yang masam/asam dan bersifat
korosif atau merusak. Asam apabila dilarutkan dalam air dapat menghasilkan ion H+
atau ion hidrogen dan ion sisa asam yang bermuatan negatif. Peristiwa terurainya
asam menjadi ion bisa dituliskan seperti ini:
HA (aq) ——> H+ (aq) + A- (aq) (3.7)
Asam ini apabila diuji dengan indikator kertas lakmus biru dapat merubah kertas
lakmus tersebut menjadi merah.Asam jika diuji dengan indikator kertas lakmus merah
maka kertas lakmus tersebut tidak akan berubah warna.Indikator adalah alat yang
digunakan untuk menunjukkan suatu zat apakah bersifat asam maupun basa. Basa
juga memiliki sifat-sifat yang terkait dengannya, yaitu basa memiliki rasa yang pahit
dan basa bersifat kaustik atau dapat merusak kulit. Basa jika dilarutkan ke dalam air
dapat menghasilkan ion OH- atau ion hidroksil dan ion logam atau gugus lain yang
bermuatan negatif.Ion OH- jika hampir seluruhnya dilepaskan atau ionisasinya
sempurna maka termasuk basa kuat atau dikatakan memiliki derajat keasaman yang
rendah dan begitu sebaliknya. Peristiwa peruraian basa menjadi ion secara umum
dapat dituliskan sebagai berikut :
BOH (aq) → B (aq) + OH- (aq) (3.8)
Basa ini apabila diuji dengan indikator lakmus merah maka akan mengubah warna
lakmus tersebut menjadi warna biru, sedangkan dengan kertas lakmus biru tidak akan
mengubah warna kertas lakmus tersebut(Stephen.2002).

3.3 Titrasi
Titrasi digunakan untuk menganalisis jumlah asam atau basa di dalam
larutan.Proses ini melibatkan larutan dengan konsentrasi yang diketahui (titran) yang
diteteskan dari buret ke dalam larutan yang akan ditentukan konsentrasinya sampai
pada titik stoikiometris atau titik ekivalen, yang biasa ditandai dengan perubahan
warna indikator. Analisa volumetri merupakan salah satu metode analisis kuantitatif,
yang sangat penting penggunaannya dalam menentukkan konsentrasi zat yang ada
dalam larutan.Analisa volumetri keberhasilannya sangat ditentukan oleh adanya
indikator yang tepat sehingga mampu menunjukkan titik akhir titrasi yang
tepat.Analisis volumetri juga dikenal sebagai titreimetri, dimana zat yang akan
dianalisis dibiarkan bereaksi dengan zat lain yang konsentrasinya diketahui dan
dialirkan dari buret dalam bentuk larutan.Konsentrasi larutan yang tidak diketahui
(analit) kemudian dihitung. Syaratnya adalah reaksi harus berlangsung secara cepat,
reaksi berlangsung kuantitatif dan tidak ada reaksi samping. Selain itu jika reagen
penitrasi yang diberikan berlebih, maka harus dapat diketahui dengan satu
indikator.Metode volumetri secara garis besar dapat diklarifikasikan dalam empat
kategori sebagai berikut. Titrasi asam-basa yang meliputi reaksi asam dan basa kuat
maupun lemah.
a. Titrasi redoks adalah tirtrasi yang meliputi hampir semua reaksi oksidasi reduksi.

b. Titrasi pengendapan adalah titrasi yang meliputi pembentukan endapan.

c. Titrasi kompleksometri sebagian besar meliputi titrasi EDTA seperti titrasi spesifik
dan juga dapat digunakan untuk melihat perbedaan pH pada pengompleksan.
Pada reaksi asam dan basa konsentrasi asam dan basa dapat ditentukkan dengan
suatu metode kuantitatif dengan cara titrasi.
Gambar 3.5 Titrasi
(Sumber : rumus.co.id)

pH larutan mula-mula naik sedikit demi sedikit, kemudian terjadi perubahan yang
cukup drastis pada sekitar titik ekuivalen. Titik ekuivalen terjadi pada saat pH larutan
7, dimana asam dan basa tepat habis bereaksi. Titik ekuivalen menunjukkannya dapat
dengan menggunakan indikator merah metal, bromtimol biru atau fenolftalein.
Fenolftalein lebih sering digunakan karena memberikan perubahan warna yang lebih
tajam disekitar titik ekuivalen(Nuryanti.2010).

3.4 Indikator
Indikator asam-basa adalah zat yang berubah warnanya atau membentuk
fluoresen atau kekeruhan pada suatu range (trayek) pH tertentu.Indikator asam-basa
terletak pada titik ekuivalen dan ukuran dari pH. Zat-zat indikator dapat berupa asam
atau basa, larut, stabil dan menunjukkan perubahan warna yang kuat serta biasanya
adalah anorganik. Warna berubah disebabkan oleh resonansi isomer
elektron.Indikator mempunyai tetapan ionisasi yang berbeda dan akibatnya mereka
menunjukkan warna pada range pH yang berbeda. Indikator asam-basa secara garis
besar dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan :
a. Indikator ftalein dan indikator sulfoftlein
b. Indikator azo
c. Indikator trifenilmetana
Indikator ftalein dibuat dengan kondensasi anhidrida ftalein dengan fenol, yaitu
fenolftalein.pH 8,0-9,8 berubah waranya menjadi merah.Indikator sulfoftalein
dibuat dari kondensasi anhidrat ftalein dan sulfonat.Kelas ini terdiri dari berbagai
contoh, yang termasuk kelas ini adalah : thymol blue, m-cresolpurple,
bromofenolblue, dan sebagainya.Indikator azo diperoleh dari reaksi amina romatik
dengan grama dizonium, misalnya : metal yellow atau p-dimetil amino azo
benzene (Wathan, M.2015).
IV. Metodelogi Percobaan

4.1 Alat dan Bahan

4.1.1. Alat
- Labu Ukur
- Buret
- Pipet Tetes
- Pipet Volum
- Erlenmeyer
- Pelat Tetes
- Tabung Reaksi
4.1.2. Bahan
- Asam Cuka
- Larutan NaOH 0,1 M
- Larutan HCl 0,1 M
- H2SO4 0,1 M
- Indikator Phenolftalein
- Indikator Metil Merah
- Indikator Metil Orange
- NH4OH 0,1 M
- CH3COONa 0,1 M
- NH4Cl 0,1 M
- H2CO3 0,1 M
- HCH3COO 0,1 M
- Tanaman
- Asam Oksalat

4.2 Skema Kerja

4.2.1 Identifikasi Sifat Asam-Basa Larutan


Plat Tetes

- Disiapkan plat tetes.


- Diisikan masing-masing lubang pada pelat tetes dengan larutan HCl 0,1M;
H2SO4 0,1 M; NaOH 0,1 M; NaCH3COO 0,1 M; NH4Cl 0,1 M; H3PO4 0,1 M;
HCH3COO 0,1 M.
- Diamati sifat masing-masing larutan menggunakan kertas lakmus.
- Dikelompokkan larutan tersebut yang bersifat asam dan basa.

Hasil

4.2.2 Efek Ion Senama


a. Membuat larutan pH 2-6

HCl 0,1M
- Disiapkan labu ukur 25 ml.
- Diisikan 2,5 ml HCl 0,01 M dengan pH 2 ke dalam labu ukur 25 ml.
- Diencerkan dengan akuades sampai tanda batas.
- Diperoleh larutan pH 3.
- Diulangi prosedur tersebut untuk membuat pH 4, dari larutan pH 3
serta untuk pH 5 dan 6 berantai.

HASIL
b. Membuat larutan pH 8-11 dari larutan NaOH 0,01 M yang
mempunyai pH 12

NaOH 0,01 M

- Disiapkan labu ukur 25 ml.


- Dibuat larutan pH 11 dengan dimasukkan 2,5 mL NaOh 0,01 M ke
dalam labu ukur dan diencerkan dengan akuades sampai tanda batas.
- Dibuat larutan pH 10 dengan pipet 2,5 mL larutan pH 11 dan
dimasukkan dalam labu ukur lalu diencerkan sampai tanda batas.
- Dilakukan juga untuk pH 9 dan 8 secara bertingkat.
- Larutan yang telah disiapkan dari pH 2-12 diteteskan pada plat tetes,
untuk pH 7 digunakan akuades.
- Diteteskan indikator metil jingga pada masing-masing lubang lalu
diamati perubahan yang terjadi pada masing-masing pH.
- Diulangi prosedur tersebut dengan indikator yang lain.

HASIL

c. Indikator Tumbuhan

Tumbuhan
- Ditimbang 1-2 gram tumbuhan, kemudian dihaluskan dan dilarutkan
dalam alkohol 5 mL.
- Diaduk rata larutan tersebut, disaring, lalu disimpan dalam tabung
reaksi dan diberi label.
- Diisi lubang pelat tetes dengan larutan yang telah diketahui pH nya,
lalu ditetesi masing-masing lubang dengan indikator ekstrak
tumbuhan dan diamati perubahan yang terjadi.
- Diulangi prosedur tersebut untuk ekstrak tumbuhan yang lain.
- Ditentukan PKInd dan trayek perubahan indikator berdasarkan harga
pH.
- Diteteskan indikator metil jingga pada masing-masing lubang lalu
diamati perubahan yang terjadi pada masing-masing pH.

HASIL
4.2.3 Pengaruh Konsentrasi
a. Titrasi asam-basa

NaOH 0,01M
- Disiapkan buret dan dibilas menggunakan NaOH.
- Diisikan larutan NaOH 0,1 M ke dalam buret sampai skala nol.
- Dimasukkan 10 ml larutan asam oksalat 0,05 M dalam erlenmeyer
1000 ml, kemudian ditambahkan beberapa tetes indikator
phenolptalein.
- Dititrasi dengan NaOH sampai terjadi perubahan warna, dilakukan
duplo.
- Dihitung konsentrasi NaOH.
- Diulangi indikator bunga yang dipilih.

HASIL

b. Penentuan konsentrasi cuka dapur

Cuka
- Disiapkan labu ukur 100 ml.
- Dipipet 5 ml cuka dapur dan dimasukkan ke dalam labu ukur.
- Dipipet 10 ml larutan cuka dapur hasil pengenceran dan dimasukkan
ke dalam erlenmeyer, kemudian ditambahkan beberapa tetes
indikator phenolftalein.
- Dititrasi dengan larutan NaOH yang telah distandarisasi sampai
terjadi perubahan warna.
- Dihitung konsentrasi cuka dapur mula-mula.

HASIL
DAFTAR PUSTAKA
Baharuddin, Maswati, dkk.2013.Kimia Dasar II.Makasar : Alauddin press.

Bresnick, Stephen.2002.Intisari Kimia Umum.Jakarta : Erlangga.

https://www.pelajaran.co.id

https://www.rumus.co.id

Keenan, C.W.Dkk.1991.Ilmu Kimia Untuk Universitas.Jakarta : Erlangga.

Khopkar.1990.Basic Concept of Analytical Chemistry.Terj. Saptrahardjo. Konsep


Dasar Kimia Analitik.Jakarta : UI press.
LabChem.2020.Material Safety Data Sheet Of Acetic Acid.
[Serial Online].www.LabChem.com/tools/msds/msds/LC10100.pdf
[diakses pada 18 April 2020].
LabChem.2020.Material Safety Data Sheet Of Ammonium Chloride.
[Serial Online].www.LabChem.com/tools/msds/msds/LC10972.pdf
[diakses pada 18 April 2020].
LabChem.2020.Material Safety Data Sheet Of Ammonium Hydroxide.
[Serial Online].www.LabChem.com/tools/msds/msds/LC11050.pdf
[diakses pada 18 April 2020].
LabChem.2020.Material Safety Data Sheet Of Aquades.
[Serial Online].www.LabChem.com/tools/msds/msds/LC26750.pdf
[diakses pada 18 April 2020].
LabChem.2020.Material Safety Data Sheet Of Carbonic Acid.
[Serial Online].www.LabChem.com/tools/msds/msds/LC10100.pdf
[diakses pada 18 April 2020].
LabChem.2020.Material Safety Data Sheet Of Hydrochloric Acid.
[Serial Online].www.LabChem.com/tools/msds/msds/LC15300.pdf
[diakses pada 18 April 2020].
LabChem.2020.Material Safety Data Sheet Of Oxalic Acid.
[Serial Online].www.LabChem.com/tools/msds/msds/LC18040.pdf
[diakses pada 18 April 2020].
LabChem.2020.Material Safety Data Sheet Of Sodium Acetate.
[Serial Online].www.LabChem.com/tools/msds/msds/75464.pdf
[diakses pada 18 April 2020].
LabChem.2020.Material Safety Data Sheet Of Sodium Chloride.
[Serial Online].www.LabChem.com/tools/msds/msds/LC23510.pdf
[diakses pada 18 April 2020].
LabChem.2020.Material Safety Data Sheet Of Sulfuric Acid.
[Serial Online].www.LabChem.com/tools/msds/msds/LC25550.pdf
[diakses pada 18 April 2020].
Nuryanti, S.;Matsjeh, S.; Anwar, C.; dan Raharjo, T.J.2010.Indikator Titrasi Asam-
Basa Dari Ekstrak Bunga Sepatu (Hibiscus rosa sinensis L).Jurnal Kimia.3(1)
:30.
Sunarya, Yayan.2011.Kimia Dasar 2.Bandung : Yrama Widya.
Wathan, M.H.;Yulianto, E.; dan Retnoyuanni, M.2015.Pemanfaatan Bunga Tapak
Dara Sebagai Alternatif Pembuatan Indikator pH Asam-Basa.Jurnal Kimia.
2(1) : 106.

Anda mungkin juga menyukai