Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR
“PENETAPAN HARGA pH”

Disusun oleh :

Nama Mahasiswa : Dhaffin Aufa Riesty


NIM : 211420011
Program Studi : Teknik Pengolahan Minyak dan Gas
Bidang Minat : Refinery
Tingkat : I (Satu)

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS
(PEM AKAMIGAS)

Cepu, Februari 2022


PERCOBAAN 1:
PENENTUAN HARGA pH

I. Tujuan
Setelah melaksanakan percobaan ini diharapkan mahasiswa dapat:
1. Mahasiswa dapat menetapkan harga pH dengan indicator
2. Mahasiswa dapat mengukur harga pH dengan pH meter menentukan koefisien distribusi
dari asam asetat di dalam benzene dan air.
II. Keselamatan Kerja
Beberapa keselamatan kerja yang harus diperhatikan dalam percobaan ini adalah:

1. Hati – hati saat bekerja dengan larutan kimia.


2. Perhatikan MSDS dari tiap bahan yang digunakan dalam praktikum ini (MSDS terdapat
dalam lampiran).
3. Saat bekerja dengan HNO3 dan H2SO4 pekat harus dilakukan di almari asam.
4. Limbah cair sisa percobaan dibuang ke dalam wadah buangan limbah cair, tidak
diperkenankan membuang limbah ke dalam wastafel.
5. Limbah padat dikumpulkan dan dibuang ke wadah buangan limbah padat.
6. Peralatan gelas ditangani dengan hati-hati.

III. Dasar Teori


Teori asam maupun basa sudah mulai dikenal oleh ahli kimia konvensional sejak
jaman dulu. Bukti utama dapat dilihat dari nama mereka sendiri. Istilah asam berasal dari
bahasa Latin acetum yang artinya adalah cuka. Unsur pokok cuka adalah asam asetat
CH3COOH. Sedangkan istilah alkali diambil dari bahasa Arab untuk abu. Selain itu, telah
diketahui pula bahwa paling tidak selama 3 abad bahwa hasil reaksi antara asam dan basa
(netralisasi) adalah garam (Petrucci, 1985).
Beberapa teori yang mencoba menerangkan sifat-sifat asam-basa merupakan suatu
tingkatan yang penting dalam sejarah ilmu kimia. Lavoisier pada tahun 1777, menyatakan
bahwa semua asam selalu terdiri dari satu unsur yang sama.Unsur tersebut adalah oksigen
yang diajukan oleh Lavoisier dari bahasa Yunani yang berarti pembentuk asam. Kemudian
pada tahun 1810, Davy mempresentasikan bahwa asam muriatat (asam hidroklorida) hanya
mengandung hidrogen dan klor, namun tidak mengandung oksigen. Yang lebih menarik lagi
ternyata hidroklorida itu mempunyai sifat sama seperti asam. Dengan itu para ahli kimia
kemudian menetapkan hidrogen sebagai pembentuk unsur dari suatu asam (Petrucci, 1985).
Istilah asam dan basa kemudian diinterpretasikan secara lebih terperinci oleh beberapa
ahli. Pada awal abad 19, seorang kimiawan bernama Arhennius memperkenalkan konsep
asam dan basa, dimana asam adalah sneyawa yang bila dilarutkan ke dalam air akan
meningkatkan konsentrasi ion hidrogen (H +) di atas nilainya dalam air murni, sedangkan basa
meningkatkan meningkatkan ion hidroksida (Petrucci, 1985).
Dalam air murni, terdapat sedikit ion hidrogen (H +) dan ion hidroksida (OH-) yang
jumlahnya sama. Hal tersebut timbul dari hasil ionisasi parsial dari air:
H2O(l)  H +(aq) + OH-(aq)
Menurut Arhennius, kita mendefinisikan asam sebagai zat yang bila dilarutkan dalam air
akan menambah jumlah ion hidrogen yang sudah ada dalam air murni. Gas hidrogen klorida
bereaksi dengan air menghasilkan asam klorida:
HCl(g)  H+(aq) + Cl-(aq)
Basa didefinisikan sebagai zat yang bila dilarutkan akan menambah jumlah ion hidroksida
yang sudah ada dalam air murni. Natrium hidroksida banyak larut dalam air berdasarkan
persamaan:
NaOH(s)  Na+(aq) + OH-(aq)
Hasil dari persamaan di atas merupakan basa kuat. Amonia adalah basa lainnya,
sebagaimana ditunjukkan oleh produk reaksinya dengan air:
NH3(aq) + H2O(l)  NH4 +(aq) + OH -(aq)
Bila larutan asam dicampur dengan basa, maka terjadilah reaksi netralisasi:
H+(aq) + OH-(aq)  H2O(l)
Ini merupakan kebalikan dari reaksi ionisasi air yang telah diperlihatkan sebelumnya. Jika
ion pengamat dimasukkan kembali ke dalam persamaan, misalnya:
HCl + NaOH  H 2O + NaCl
Menunjukkan bahwa garam dapat didefinisikan sebagai produk selain air dari reaksi asam
dengan basa. Namun demikian, biasanya lebih disukai tidak menuliskan ion pengamat ini dan
hanya secara gamblang menyatakan ion-ion yang bereaksi (Chang, 2003).
Sebuah definisi asam dan basa yang lebih luas, yang akan berguna dalam perhitungan
kuantitatif kimia dasar, diperkenalkan secara terpisah oleh Johannes Bronsted dan Thomas
Lowry pada tahun 1923. Suatu asam Bronsted-Lowry didefinisikan sebagai suatu zat yang
dapat memberikan ion hidrogen (H +), sedangkan suatu basa bronsted lowry adalah suatu zat
yang dapat menerima ion hidrogen (H +). Dalam reaksi asam-basa Bronsted-Lowry, ion
hidrogen dipindahkan dari asam ke basa. Sebagai contoh, bila asam asetat dilarutkan ke dalam
air, ion hidrogen dipindahkan dari asam asetat ke air (Oxtoby, 1999).
CH3COOH(aq) + H2O(l)  H3O +(aq) + CH3COO -(aq)
Ion hidronium H3O+(aq) cenderung lebih sering dipakai dalam penulisan reaksi kimia
daripada ion hidrogen (H+) karena lebih menggambarkan sifat ion hidrogen yang sebenarnya
dalam air. Asam dan basa terdapat sebagai pasangan asam-basa konjugat. CH3COOH dan
CH3COO- adalah salah satu contohnya, dimana CH 3COO- adalah basa konjugat dari
CH3COOH. Demikian pula dapat dikatakan CH3COOH adalah asam konjugat dari CH 3COO-.
Dengan cara yang sama, H3O + dan H2O juga membentuk pasangan asam-basa konjugat.
Kesetimbangan yang tercapai dapat dipandang sebagai persaingan antara dua basa untuk
mendapatkan ion hidrogen H +. Sebagai contoh, bila amonia dilarutkan ke dalam air kedua
basa NH3 dan OH- bersaing memperebutkan ion-ion hidrogen (Chang, 2003).
H2O(l) + NH3 (aq)  NH4+(aq) + OH-(aq)
Satu keuntungan dari pendekatan Bronsted-Lowry adalah tidak terbatas hanya untuk
larutan air. Sebagai contoh larutan ammonia sebagai pelarut adalah NH 3 bertindak sebagai
sebuah basa, walaupun ion hidroksida (OH -) tidak ada. Skema Arhennius yang sudah lama
diperkenalkan tidak dapat menjelaskan hal ini, sehingga dengan teori Bronsted-Lowry
diperluas untuk larutan lain di luar larutan air (Chang, 2003).
HCl (dalam NH3) + NH3(l)  NH4+(dalam NH 3) + Cl-(dalam NH3)
Beberapa molekul dan ion dapat berfungsi baik sebagai asam dan sebagai basa
tergantung dari kondisi reaksi sehingga disebut amfoter. Contoh yang paling umum adalah air
itu sendiri. Air berfungsi sebagai asam dengan memberikan ion hidrogen kepada NH 3 (basa
konjugat disini adalah OH -) dan sebagai basa dengan menerima ion hidrogen dari CH3COOH
(asam konjugat di sini adalah H3O +). Dengan cara yang sama, ion hidrogen karbonat dapat
berfungsi sebagai asam dan sebagai basa (Oxtoby, 1999).
HCO3-(aq) + H2O(l)  H3O +(aq) + CO32-(aq)
HCO3-(aq) + H2O(l)  H2CO 3 (aq) + OH -(aq)
Lebih lanjut, struktur Bronted Lowry dapat digambarkan lebih detail melalui model
yang dikemukakan oleh Lewis. Struktur model Lewis dapat digunakan untuk menggambarkan
perilaku yang lebih umum dari asam-basa dimana definisi Arhenius dan Bronsted-Lowry
merupakan kasus istimewa. Sebuah basa lewis merupakan jenis basa yang menyumbangkan
sepasang elektron bebas dan suatu asam lewis adalah jenis asam yang menerima sepasang
elektron tersebut. Asam dan basa Arrhenius sejauh ini dianggap memenuhi gambaran tersebut
(dengan asam lewis, yaitu H+, berfungsi sebagai akseptor terhadap berbagai macam basa lewis
seperti NH3 dan OH -, yaitu donor pasangan elektron) (Oxtoby, 1999).
Reaksi lain yang tidak melibatkan ion hidrogen masih dapat dianggap sebagai reaksi
asam-basa Lewis. Salah satu contohnya adalah reaksi antara molekul yang kekurangan
elektron, BF3 , dengan molekul yang kaya elektron, NH 3. Disini ammonia, sebagai basa Lewis,
menyumbangkan pasangan elektron bebas kepada BF3, yaitu asam Lewis atau akseptor
elektron. Ikatan yang terbentuk merupakan ikatan kovalen koordinat, dimana kedua elektron
di dalamnya diberikan pada asam Lewis oleh pasangan elektron dari basa Lewis (Oxtoby,
1999).
pH merupakan skala yang menunjukkan kadar hidrogen yang melarut dalam suatu
larutan di mana:
pH = -log[H+]
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau
kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan . Ia didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion
hidrogen (H +) yang terlarut. Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara
eksperimental, sehingga nilainya didasarkan pada perhitungan teoretis.Skala pH bukanlah
skala absolut.Ia bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan
berdasarkan persetujuan internasional (Chang, 2003).
Rahayu (2009) berpendapat bahwa larutan dengan harga pH rendah dinamakan
”asam” sedangkan yang harga pH-nya tinggi dinamakan ”basa”. Skala pH terentang dari 0
(asam kuat) sampai 14 (basa kuat) dengan 7 adalah harga tengah mewakili air murni (netral).

Sumber : id.depositpH
Konsep pH pertama kali diperkenalkan oleh kimiawan Denmark Søren Peder Lauritz
Sørensen pada tahun 1909.Tidaklah diketahui dengan pasti makna singkatan "p" pada "pH".
Beberapa rujukan mengisyaratkan bahwa p berasal dari singkatan untuk power p (pangkat),
yang lainnya merujuk kata bahasa Jerman Potenz (yang juga berarti pangkat), dan ada pula
yang merujuk pada kata potential. Jens Norby mempublikasikan sebuah karya ilmiah pada
tahun 2000 yang berargumen bahwa p adalah sebuah tetapan yang berarti "logaritma negatif"
(Devi, 2009).
Air murni bersifat netral, dengan pH-nya pada suhu 25 °C ditetapkan sebagai 7,0.
Larutan dengan pH kurang daripada tujuh disebut bersifat asam, dan larutan dengan pH lebih
daripada tujuh dikatakan bersifat basa atau alkali.Pengukuran pH sangatlah penting dalam
bidang yang terkait dengan kehidupan atau industri pengolahan kimia seperti kimia, biologi,
kedokteran, pertanian, ilmu pangan, rekayasa (keteknikan), dan oseanografi.Tentu saja
bidang-bidang sains dan teknologi lainnya juga memakai meskipun dalam frekuensi yang
lebih rendah (Devi, 2009).
Sutresna (2008) indikator pH merupakan zat yang dapat berubah warna apabila pH
lingkungannya berubah. Indikator pH dapat dibedakan menjadi indikator satu warnadan
indikator dua warna. Indikator satu warna adalah yaitu indikator yang mempunyai satu macam
warna seperti fenolptalin yang hanya akan berwarna merah bila dalam lingkungan basa.
Indikator dua warna adalah indikator yang mempunyai dua warna,yaitu warna asam dan warna
basa. Indikator kuning alizarin mempunyai warna kuning dalam lingkungan asam (warna
asam) dan berwarna ungu dalam lingkungan basa (warna basa).
Beberapa indikator yang penting dalam titrasi asam-basa dapat dilihat
dalam dibawah ini.
Tabel 1. Indikator Asam dan Basa pada berbagai pH
(Sumber : www.wikipedia.co.id).

Warna
No Nama Indikator Warna Basa pH pKa
Asam
0,2-
1. Cresol red Merah Kuning -
1,8
1,2-
2. Thymol blue Merah Kuning 1,7
2,8
Bromophenol 3,0-
3. Kuning Biru 4,1
blue 4,0
3,1-
4. Methyi orange Merah Orange 3,7
4,4
3,0-
5. Congo red Biru Merah -
5,0
Bromocresol 3,8-
6. Kuning Biru 4,7
green 5,4
4,2-
7. Methyl red Merah Kuning 5,0
6,3
Bromocresol 5,2-
8. Kuning Ungu 6,1
purple 6,8
5,0-
9. Litmus merah Biru -
8,0
Bromothymol 6,0-
10. kuning Biru -
blue 7,6
6,8-
11. Phenol red kuning Merah 7,1
8,4
7,2-
12. Cresol red kuning Merah 7,8
8,8
8,0-
13. Thymol blue kuning Biru 8,2
9,6
Tak 8,3- 8,3-
14. Phenolphatein Merah
Berwarna 10 10
10,1-
15. Alizarin yellow R kuning Orange/Merah 9,6
12,0
Ada dua cara yang umum dilakukan dalam melakukan pengukuran kadar pHsuatu
cairan atau larutan, yaitu dengan menggunakan kertas lakmus dan pHmeter. Perbedaan pokok
dari kedua alat tersebut adalah tampilan dan keakuratan hasil dari pengukuran yang
dilakukan.Kertas lakmus mempunyai output berupa perubahan warna dari setiap pengukuran
kadar pH yang dilakukan. Cara ini kurang akurat, karena outputnya berbentuk perkiraan yang
mendekati dengan skala pH standar.Sedangkan pH meter adalah suatu alat pengukur
pHmodern yang mana outputnya dalam tampilan digital. Namun pada umumnya pH meter
harus dikalibrasi terlebih dahulu sebelum digunakan. Kalibrasi dilakukan dengan mengadjust
pH meter sesuai cairan pH standar (Buffer Solution) yang diukur (Parning, 2006).
pH larutan dapat diukur dengan beberapa cara. Secara kualitatif pH dapat diperkirakan
dengan kertas Lakmus (Litmus) atau suatu indikator (kertas indikator pH). Seraca kuantitatif
pengukuran pH dapat digunakan elektroda potensiometrik.Elektroda ini memonitor
perubahan voltase yang disebabkan oleh perubahan aktifitas ion hidrogen (H +) dalam larutan
(Rahayu, 2009).
Teknik-teknik pengukuran pH adalah : (Raini,2016)
1. Menggunakan indra perasa
Secara mudah, lidah kita dapat merasakan rasa dari sesuatu yang dirasakan apakah
air tersebut bersifat asam atau basa. Namaun cara tidak dianjurkan karena ada
beberapa larutan yang tidak aman apabila di konsumsi.
2. Menggunakan indikator tetes
Cara ini ditemukan dalam aktivitas titrasi. Prinsipnya adalah pengamatan warna
pada setiap perubahan pH.
3. Menggunakan kertas lakmus
Kertas ini terbuat dari jenis tumbuhan khusus yang dapat memeberikan reaksi
khusus yang memberikan perubahan warna ketika menemukan kondisi pH
tertentu.
4. Menggunakan pH meter
Cara pengukuran ini adalah cara yang paling banyak digunakan, karena alatnya
kecil dan dapat dibawa kemana-mana. Selain itu juga memeberikan hasil yang
akurat hingga nilai pH dalam koma.Namun alat ini memiliki kekurangan yang
terkadang tidak stabil saat di gunakan.

IV. Bahan Yang Digunakan


Bahan – bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu :
- Larutan indikator PP, MO, BPB dan BTB.
- Kertas lakmus merah dan biru
- Larutan H2 SO4 0,01 M
- Larutan HCl 0,01 M
- Larutan NaOH 0,01 M
V. Peralatan Yang Digunakan
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu :

- Rak tabung reaksi


- Tabung reaksi
- Gelas beaker, kapasitas 100 mL
- pH meter

VI. Langkah Kerja


Siapkan 12 buah tabung reaksi.

Ke dalam 6 buah tabung reaksi I:
• Tabung No. 1, diisi 3 – 4 tetes larutan indikator BPB
• Tabung No. 2, diisi 3 – 4 tetes larutan indikator MO
• Tabung No. 3, diisi 3 – 4 tetes larutan indikator BTB
• Tabung No. 4, diisi 3 – 4 tetes larutan indikator PP
• Tabung No. 5, diisi selembar kertas lakmus merah
• Tabung No. 6, diisi selembar kertas lakmus biru

Lakukan langkah kerja yang sama dengan di atas untuk 6 buah tabung
reaksi II.

Ke dalam 6 buah tabung reaksi I, masing – masing tambahkan sekitar
2 mL larutan HCl 0,01 M.

Ke dalam 6 buah tabung reaksi II, masing – masing tambahkan sekitar
2 mL larutan NaOH 0,01 M.

Langkah Kedua: Pengukuran Harga pH dengan pH meter.


Hidupkan alat pH meter, tunggu beberapa saat untuk pemanasan.

Kalibrasi pH meter dengan larutan standard pH 7.

Siapkan larutan yang akan diperiksa harga pH-nya dalam gelas beaker
sesuai dengan tabel pengamatan.

Ukur harga pH masing – masing larutan

Setelah selesai pengukuran, pH meter dimatikan dan kabelnya dicabut
dari stop kontak.

VII.Hasil Praktikum
Penetapan Harga pH dengan Indikator
Warna dalam lingkungan
No. Indikator
Asam Basa
1. BPB Kuning Ungu
2. MO Merah Oranye
3. BTB Kuning Biru
4. PP Bening Merah muda
5. Lakmus merah Merah Merah
6. Lakmus biru Biru Biru
Penetepan Harga pH dengan pH Meter
No. Larutan yang diperiksa Harga pH
1. 50 ml HCl 0,01 M 2,73
2. 50 ml H2SO4 0,01 M 2,49
3. 50 ml NaOH 0,01 M 11,39
4. 25 ml NaOH 0,01 M + 25 ml HCl 0,01 M 10,39
5. 50 ml NaOH 0,01 M + 25 ml HCl 0,01 M 10,75
6. 25 ml NaOH 0,01 M + 25 ml H2SO4 0,01 M 2,92

VIII.Tugas
1. Hitung harga pH teoritis dari laritan-larutan tersebut.
2. Hitung harga pH teoritis dari larutan campuran
a. 50 ml NaOH 0,01 N + 50 ml H2SO4 0,04 N
b. 75 ml NaOH 0,01 M + 25 ml H2SO4 0,02 N

Jawaban

1. Harga pH teoritis larutan:


a. 50 ml HCl 0,01 M
[H+] = M × valensi asam pH = - log [H+]
= 0,01 × 1 = - log [10-2]
= 10-2 M = 2 – log 1
=2

b. 50 ml H2SO4 0,01 M
[H+] = M × valensi asam pH = - log [H+]
= 0,01 × 2 = - log [2 × 10-2]
= 2 × 10-2 M = 2 – log 2
= 1,69
c. 50 ml NaOH 0,01 M
[OH-] = M × valensi basa pH = 14 – pOH
= 0,01 × 1 = 14 – 2
= 10-2 M = 12
pOH = - log [OH-]
= - log [10-2]
=2

2. Harga pH teoritis larutan campuran:


a. 50 ml NaOH 0,01 N + 50 ml H2SO4 0,04 N
 Molar NaOH = Normalitas / valensi basa
= 0,01 N / 1
= 0,01 M

 Molar NaOH = Normalitas / valensi asam


= 0,04 N / 2
= 0,02 M

2NaOH + H2SO4  Na2SO4 + H2O

Mula 0,5 mmol 1 mmol

Reaksi 0,5 mmol 0,25 mmol 0,25 mmol 0,25 mmol

- +

Sisa 0 mmol 0,75 mmol 0,25 mmol 0,25 mmol

Sisa H+
pH = -log
Volume campuran

75 × 10−2
= - log
100

= - log 75 × 10-4

= 4 – log 75

b. 75 ml NaOH 0,01 M + 25 ml H2SO4 0,02 N


 Molar H2SO4 = Normalitas / valensi basa
= 0,02 N /2
= 0,01 M
2NaOH + H2SO4  Na2SO4 + H2O

Mula 0,75 mmol 0,25 mmol

Reaksi 0,5 mmol 0,25 mmol 0,25 mmol 0,25 mmol

- +

Sisa 0,25 mmol 0 mmol 0,25 mmol 0,25 mmol

Sisa OH−
pH = 14 – (-log )
Volume campuran
25 × 10−2
= 14 – (-log )
100

= 14 – (-log 25 × 10-4)
= 14 – (4 – log 25) = 10 + log 25

IX.Analisis
Dalam praktikum kali ini terdapat membahas hubungan antara asam basa dengan pH,
dimana pH adalah pernyataan dari kekuatan asam atau basa dari suatu larutan. Dari beberapa
metode yang telah dilakukan, dapat diamati bahwa suatu larutan asam mempunyai pH lebih <
7 dan larutan basa mempunyai pH > 7. Sedangkan ditengah-tengah asam dan basa terdapat pH
netral yaitu pH = 7. Nilai pH 7 paling banyak dipresentasikan oleh larutan H 2O karena Ka dan
Kb nya seimbang dan mempunyai konsentrasi H + dan OH- yang sama besar. Selain itu nilai pH
7 juga dapat ditemukan dalam larutan garam yang mempunyai spesi asam kuat dan basa kuat
atau asam lemah dengan basa lemah dengan rasio perbandingan sama besar. Misalnya garam
NaCl adalah garam yang netral karena terdiri dari spesi Na dari basa kuat NaOH dan spesi Cl
dari asam kuat HCl. Na dan Cl ini sama sama menyumbang spesi dengan rasio yang sama
besarnya. Hal ini dapat disamakan dengan larutan NH 4OAc pada praktikum ini. NH4OAc
sebenarnya adalah larutan ammonium asetat dengan rumus kimiawinya adalah CH3 COONH4.
Larutan ini tersusun dari 2 spesi yaitu basa lemah dan asam lemah. Asam lemah didapat dari
gugus spesi CH3 COO- dari senyawa CH3COOH dan gugus spesi NH4 + dari senyawa NH4OH.
Karena gugus spesinya seimbang, maka larutan NH4OAc bersifat netral, oleh karena itu
ditandakan dengan nilai pH 7.
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan pH beberapa larutan secara manual dan
otomatis menggunakan pH meter. Untuk pengukuran secara manual caranya dengan menguji
larutan menggunakan larutan indikator Bromo Phenol Blue (BPB), Methyl Orange (MO),
Bromo Thymol Blue (BTB), Phenol Phthalein (PP), lakmus merah dan biru, kemudian
memperkirakan warna larutan yang telah ditetesi indikator dengan trayek pH masing-masing
indikator. Prinsip dasarnya yaitu dengan membandingkan warna yang ditunjukkan oleh larutan
dengan warna pada trayek pH tiap indikator.

Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, didapatkan bahwa:


 Pada larutan HCl yang bersifat asam ditambahkan larutan indikator BPB
berwarna ungu akan berubah warna menjadi kuning. Dengan demikian, larutan
tersebut bersifat basa.
 Pada larutan HCl yang bersifat asam ditambahkan larutan MO berwarna jingga
akan berubah warna menjadi merah. Dengan demikian, larutan tersebut bersifat
basa.
 Pada larutan HCl yang bersifat asam ditambahkan larutan BTB berwarna biru
tua akan berubah warna menjadi kuning. Dengan demikian, larutan tersebut
bersifat netral.
 Pada larutan HCl yang bersifat asam ditambahkan larutan PP berwarna bening
tidak mengalami perubahan warna yaitu bening. Dengan demikian, larutan
tersebut bersifat asam.
 Pada larutan HCl yang bersifat asam diuji dengan kertas lakmus merah tidak
mengalami perubahan warna (tetap) yaitu merah.
 Pada larutan HCl yang bersifat asam diuji dengan kertas lakmus biru mengalami
perubahan warna menjadi merah.
 Pada larutan NaOH yang bersifat basa ditambahkan larutan BPB berwarna ungu
tidak berubah warna yaitu ungu . Dengan demikian, larutan tersebut bersifat basa.
 Pada larutan NaOH yang bersifat basa ditambahkan larutan MO berwarna jingga
tidak berubah warna yaitu oranye. Dengan demikian, larutan tersebut bersifat
basa.
 Pada larutan NaOH yang bersifat basa ditambahkan larutan BTB berwarna biru
tidak berubah warna yaitu biru. Dengan demikian, larutan tersebut bersifat netral.
 Pada larutan NaOH yang bersifat basa ditambahkan larutan PP berwarna bening
mengalami perubahan warna menjadi merah muda. Dengan demikian, larutan
tersebut bersifat asam.
 Pada larutan NaOH yang bersifat basa diuji dengan kertas lakmus merah
mengalami perubahan warna menjadi biru.
 Pada larutan NaOH yang bersifat basa diuji dengan kertas lakmus biru tidak
mengalami perubahan warna (tetap) yaitu biru.

Adapula kesalahan-kesalahan yang muncul di percobaan ini antara lain, adanya


kontaminan berupa air yang berasal dari tidak keringnya tabung reaksi setelah dilakukan
pencucian dengan air. Sebaiknya setelah dilakukan pencucian dengan air dapat dikeringkan
terlebih dahulu menggunakan kompresor atau lemari pengering. Ketidaktelitian praktikan
dalam mencampurkan larutan dapat membuat hasil dari reaksi tidak sesuai seperti
mempengaruhi kepekatan warna larutan dari hasil reaksi.

Pengukuran harga pH dengan pH meter bertujuan untuk menentukan pH beberapa


larutan dengan mengharapkan hasil yang lebih akurat. Caranya yaitu dengan mencelupkan
penunjuk dimana di penunjuk tersebut terdapat sensor untuk mengukur nilai pH, maka akan
muncul nilai pH larutan tersebut pada layar digitalnya. Untuk menghindari hasil yang tidak
akurat, setelah melakukan pengecekan dari larutan satu tidak diperbolehkan langsung
melakukan pengecekan ke larutan yang lain. Sebelumnya penunjuk dari pH meter harus
dibersihkan terlebih dahulu dengan menggunakan kertas tisu. Hal ini bertujuan agar tidak
adanya sisa larutan dari larutan sebelumnya tercampur ke larutan setelahnya yang akan
mempengaruhi nilai pH darilarutan tersebut.

Dalam praktikum ini, dilakukan 6 kali percobaan pengukuran pH dengan berbagai


macam kondisi larutan dan didapatkan bahwa:

 Pada larutan 50 ml HCl 0,01 M, pH meter menunjukkan angka 2,73. Dengan


demikian, larutan tersebut bersifat asam karena memiliki pH kurang dari 7.
 Pada larutan 50 ml H2SO4 0,01 M, pH meter menunjukkan angka 2,49. Dengan
demikian, larutan tersebut bersifat asam karena memiliki pH kurang dari 7.
 Pada larutan 50 ml NaOH 0,01 M, pH meter menunjukkan angka 11,39. Dengan
demikian, larutan tersebut bersifat basa karena memiliki pH lebih dari 7.
 Pada larutan campuran 25 ml NaOH 0,01 M ditambahkan 25 ml HCl 0,01 M,
pH meter menunjukkan angka 10,39. Dengan demikian, larutan tersebut bersifat
basa karena memiliki pH lebih dari 7.
 Pada larutan campuran 50 ml NaOH 0,01 M ditambahkan 25 ml HCl 0,01 M,
pH meter menunjukkan angka 10,75. Dengan demikian, larutan tersebut bersifat
basa karena memiliki pH lebih dari 7.
 Pada larutan campuran 25 ml NaOH 0,01 M ditambahkan 25 ml H2 SO4 0,01 M,
pH meter menunjukkan angka 2,92. Dengan demikian larutan tersebut bersifat
asam karena memiliki pH kurang dari 7.

Hasil percobaan yang telah praktikan lakukan menunjukkan ketidaksesuaian dengan


teori, dimana pH meter merupakan salah satu peralatan untuk menetukan pH suatu larutan. Nilai
pH pada pH meter dapat dengan mudah dilihat secara langsung melalui angka yang tertera pada
layar digital. Nilai pH yang dapat diukur dengan peralatan adalah pH antara 0 – 14 dengan
rincian bila pH < 7 larutan bersifat asam, bila pH = 7, larutan bersifat netral, bila pH > 7, larutan
bersifat basa. Oleh karena itu, perlunya mengetahui nilai error dari percobaan yang praktikan
lakukan sebagai berikut:
1. Pada larutan 50 ml HCl 0.01 M nilai pH yang tertera pada pH meter sebesar 2,73
sedangkan untuk perhitungan teoritis nilai pH-nya sebesar 2. pH keduanya memiliki
selisih yang dekat yaitu sebesar 0,73 sehingga dapat dinyatakan sebagai larutan asam
karena memiliki pH kurang dari 7
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑢𝑘𝑢𝑟−𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
Error = × 100 %
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
2,73−2
= × 100 % = 36,5 %
2

2. Pada larutan 50 ml H2SO4 0.01 M nilai pH yang tertera pada pH meter sebesar 2,49
sedangkan untuk perhitungan teoritis nilai pH-nya sebesar 1,69. pH keduanya memiliki
selisih yang dekat yaitu sebesar 0,8 sehingga dapat dinyatakan sebagai larutan asam karena
memiliki pH kurang dari 7.
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑢𝑘𝑢𝑟−𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
Error = × 100 %
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
2,49−1,69
= × 100 % = 47,3 %
1,69

3. Pada larutan 50 ml NaOH 0.01 M nilai pH yang tertera pada pH meter sebesar 11,39
sedangkan untuk perhitungan teoritis nilai pH-nya sebesar 12. pH keduanya memiliki
selisih yang dekat yaitu sebesar -0,61 sehingga dapat dinyatakan sebagai larutan basa
karena memiliki pH lebih dari 7.
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑢𝑘𝑢𝑟−𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
Error = × 100 %
𝑚𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
11,39−12
= × 100% = −5,08 %
12

4. Pada larutan 25 ml NaOH 0,01 M ditambahkan dengan larutan 25 ml HCl 0,01 M nilai pH
yang tertera pada pH meter sebesar 10,39 sedangkan untuk perhitungan teoritis nilai pH-
nya sebesar 7. Selisih pH keduanya nilainya besar .
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑢𝑘𝑢𝑟−𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
Error = × 100 %
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
10,39−7
= × 100 % = 48 %
7

5. Pada larutan 50 ml NaOH 0,01 M ditambahkan dengan larutan 25 ml HCl 0,01 M nilai pH
yang tertera pada pH meter sebesar 10,75 sedangkan untuk perhitungan teoritis nilai pH-
nya sebesar 11,48. pH keduanya memiliki selisih yang dekat yaitu sebesar -0,73 sehingga
dapat dinyatakan sebagai larutan basa karena memiliki pH lebih dari 7
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑢𝑘𝑢𝑟−𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
Error = × 100 %
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
10,75−11,48
= × 100 % = −6,35 %
11,48

6. Pada larutan 25 ml NaOH 0,01 M ditambahkan dengan larutan 25 ml H 2SO 4 0,01 M nilai
pH yang tertera pada pH meter sebesar 2,92 sedangkan untuk perhitungan teoritis nilai pH-
nya sebesar 2,3 sehingga dapat dinyatakan sebagai larutan asam karena memiliki pH
kurang dari 7.
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑢𝑘𝑢𝑟−𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
Error = × 100 %
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
2,92−2,3
= × 100 % = 26,9 %
2,3

Pada percobaan kali ini terjadi kesalahan dalam praktikum ini sekitar 24,5%. Nilai
persentase kesalahan ini didapatkan dari rata-rata error yang diperoleh dari perhitungan error 6
sampel larutan yang diukur harga pH-nya. Hal ini berarti perhitungan harga pH pada percobaan
masih kurang sesuai dengan teoritis. Kemungkinan kurang sesuainya data percobaan ini
diakibatkan karena pembersihan gagang/ sensor pH meter menggunakan tissue kurang bersih
sehingga terdapat sisa dari larutan sebelumnya yang masih terdeteksi oleh pH meter. Sehingga,
hasilnya kurang akurat ketika digunakan untuk menguji sampel lain. Hal tersebut juga dapat
dimungkinkan terjadi karena pipet yang telah digunakan kurang bersih dalam melakukan
pencucian sehingga masih terdapat sisa-sisa larutan sebelumnya dan akan mempengaruhi nilai pH
larutan yang akan diuji.

X. Penutup
A. Simpulan
Dari praktikum pengukuran pH, praktikan dapat menyimpulkan bahwa
 larutan HCl termasuk asam karena mempunyai pH < 7,
 larutan H2 SO4 termasuk larutan asam karena memiliki pH <7,
 larutan NaOH merupakan larutan basa karena memiliki pH >7.
 pH meter merupakan alat yang paling canggih dan akurat untuk mengukur harga pH
jika digunakan dengan prosedur yang benar.
B. Saran
Setelah melakukan praktikum ini diharapkan praktikan bisa lebih teliti lagi dalam
melaksanakan praktikum seperti mencampurkan larutan sesuai takaran dan juga teliti dalam
memilih alat yang masih layak untuk dipakai. Berhati-hatilah saat praktikum berlangsung agar
tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan disaat pelaksanaan praktikum.

XI. Daftar Pustaka


Chang Raymond. 2003. Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga. Jakarta:
Penerbit Erlangga
Noerdin, Isjrin. 1986. Buku Materi Pokok Larutan Modul 1-5. Jakarta: Penerbit
Karunika
Oxtoby, David. 1999. Prinsip-prinsip Kimia Modern Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit
Erlangga
Pasaribu, Benny. 2014. pH dan Indikatornya
Petrucci, Ralph. 1989. Kimia Dasar : Prinsip dan Terapan Modern Edisi Keempat.
Jakarta. Penerbit Erlangga
Silalahi, Rudy. 2011. Kertas Lakmus dan Sifatnya

XII. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai