Anda di halaman 1dari 31

Asam dan Basa

Dalam bab ini kita akan melanjutkan pembahasan tentang kesetimbangan dengan
membicarakan dua jenis zat yang sangat berperan dalam banyak kesetimbangan, yaitu asam
dan basa. Kita mulai dengan tinjauan umum tentang teori asam-basa, kemudian dilanjutkan
dengan pembahasan beberapa masalah khusus secara kualitatif dan kuantitatif.

17 - 1 Teori Asam - Basa


Asam dan basa (alkali) sudah dikenal sejak jaman dahulu. Hal ini dapat dilihat dari nama
mereka. Istilah asam berasal dari bahasa Latin acetum yang berarti cuka. Unsur pokok
cuka adalah asam asetat H3CCOOH. Istilah alkali diambil dari bahasa Arab untuk abu.
Juga sudah diketahui paling tidak selama tiga abad bahwa hasil reaksi antara asam dan basa
(netralisasi) adalah garam.
Teori-teori yang mencoba menerangkan sifat-sifat asam-basa merupakan suatu babak
yang penting di dalam sejarah ilmu kimia. Lavoisier (1777) menyatakan bahwa semua asam
selalu mengandung suatu unsur dasar yaitu oksigen (nama oksigen diajukan oleh Lavoisier,
diambil dari bahasa Yunani yang berarti "pembentuk asam"). Davy (1810) menunjukkan
bahwa asam muriatat (asam hidroklorida) hanya mengandung hidrogen dan klor, tidak
mengandung oksigen dan dengan itu menetapkan bahwa hidrogenlah dan bukan oksigen
yang menjadi unsur dasar di dalam asam.

Teori Arrhenius. Dalam teorinya tentang penguraian (disosiasi) elektrolit, Svante


Arrhenius (1884) mengajukan bahwa elektrolit yang dilarutkan di dalam air terurai menjadi
ion-ion: elektrolit yang kuat terurai sempurna; elektrolit yang lemah hanya terurai sebagian.
Suatu jenis zat yang jika terurai menghasilkan ion hidrogen (H+) di sebut asam, misalnya
HCI.

HCl(aq) ---> H+(aq) + Cl-(aq) (17.1)

Basa jika terurai menghasilkan ion hidroksida (OH-)


NaOH(aq) ---- >Na+(aq) + OH-(aq) (17,2)

Reaksi antara asam dan basa, yaitu reaksi netralisasi, dapat ditunjukkan oleh salah satu dari
tiga cara sbb. :
persamaan reaksi lengkap: HCl + NaOH ----> NaCI + H20 (17.3)
asam basa garam air
persamaan reaksi ion:
H+ + Cl- + Na+ + OH- -----> Na' + Cl- + H2O (17.4)
asam basa garam air

persamaan reaksi ion bersih: H + + OH- -----> H20 (17.5)


Persamaan reaksi ion bersih ini merupakan gambaran yang tepat dari reaksi netralisasi
menurut teori Arrhenius. Hal ini menghasilkan satu pokok penting: suatu reaksi
netralisasi meliputi penggabungan antara ion hidrogen dari ion hidroksida untuk
menghasilkan air.
Ada cara lain dalam teori Arrhenius yang menjelaskan proses netralisasi lebih haik
dibanding teori-teori sebelumnya. Entalpi dari netralisasi asam dan basa kuat didapatkan
konstan yaitu: -55,90 kJ/mol air yang dibentuk. Bahwa ∆H bersih yang bebas adalah ciri
dari asam dan basa kuat sudah diketahui. Reaksi yang pokok adalah

27
H+ + OH- ----> H2 (17.5)
Teori Arrhenius juga berhasil menerangkan aktivitas katalis dari asam dalam reaksi--
reaksi tertentu. Asam yang merupakan katalis paling efektif adalah asam yang mempunyai
daya konduksi yang paling baik, yaitu asam kuat. Semakin kuat asam, semakin tinggi kon-
sentrasi H+ di dalam larutannya. Ion H+ merupakan katalis yang sesungguhnya di dalam
sebagai basa kecuali yang menghasilkan OH-. Sehingga penyajian ionisasi larutan amonia
dengan pelarut air menjadi :

Teori Broinsted-Lowry. Di samping keberhasilan dan manfaatnya, teori Arrhenius


mempunyai beberapa keterbatasan. Salah satu diantaranya adalah teori ini tidak mengenal
senyawa lain sebagai basa kecuali yang menghasilkan OH-. Hal ini menjadi penyajian
ionisasi larutan amonia dengan pelarut air sbb. :

NH40H(aq)----> NH4+(aq) + OH-(aq) (17.6)

Tetapi zat NH4OH (ammonium hidroksida) tidak pernah ada, zat tersebut tidak dapat diiso-
lasi dalam bentuk murni seperti natrium hidroksida (NaOH).
Selain itu, sejak zaman Arrhenius reaksi-reaksi sudah dilakukan dalam pelarut bukan
air seperti ammonia cair. Beberapa dari reaksi-reaksi tersebut kelihatannya mempunyai
sifat-sifat reaksi asam-basa. Ternyata, OH- tidak ada karena tidak ada atom oksigen di
dalam susunan tersebut. Misalnya ammonium khlorida dan natrium amida bereaksi di
dalam amonia cair sbb.:
reaksi lengkap: NH4Cl + NaNH, NaCI + 2 NH3 (17.7)
reaksi ion : NH4+ + Cl- + Na+ + NHZ- Æ Na+ + Cl- + 2 NH3 (17.8)
reaksi ion bersih: NH4+ + NH2- Æ2 NH3 (17.9)

Reaksi (17.9) dapat dianggap suatu reaksi asam-basa dengan NH4+ analog dengan H+ dan
NH,- denqan OH-. Reaksi tersebut dapat dijelaskan melalui teori asam-basa yang
diajukansecara terpisah oleh J.N. Brpnsted di Denmark dan T.M. Lowry di Inggeris
dalam tahun 1923. Menurut teori Bronsted-Lowry, suatu asam adalah donor*proton*
dan akseptor (penerima) proton, seperti ditunjukkan dalam reaksi (17.10)
suatu basa adalah

NH4- + NH 2- NH3 + NH3 (17.10)


asam(1) basa(2) asam (2) basa(1)

NH3 (pelarut) adalah basa konjugat dari asam NH4+ dan juga merupakan asam konjugat dari
basa NH 2 dalam reaksi (17.10).
Sejumlah sifat terdapat dalam persamaan (17.10). Suatu asam, sebutlah asam (1),
kehilangan proton dan menjadi basa (1). Begitu juga, basa (2) mendapat sebuah proton
dan menjadi asam (2). Secara umum, perpindahan proton berlaku dua arah. Jika basa (l)
mendapat kembali sebuah proton, asam (1) terbentuk. Basa (1) disebut juga basa
konjugat dari asam (1). Begitu juga, asam (2) adalah asam konjugat dari basa (2).
Gambar 17-1 dapat membantu menunjukkan perpindahan proton di dalam reaksi
(17.10).

28
GAMBAR 17-1.
Reaksi asam-basa Bronsted-Lowry.

Gambar ini melukiskan perpindahan proton dalam reaksi (17. 10). Anak panah yang
tebal menunjukkan reaksi ke kanan dan anak panah yang terputus-putus menunjukkan
reaksi sebalik: nya. NH4+/NH2- adalah kombinasi asam kuat/basa kuat, sedangkan
NH3/NH3 adalah kombinasi asam lemah/basa lemah. Reaksi ini cenderung bergeser ke
kanan.

Arah reaksi asam-basa, yaitu arah perpindahan proton, bergantung kepada kekuatan
jenis zat yang terlibat. Jika asam yang kuat, basa konjugatnya lemah, demikian pula
sebaliknya. Reaksi bersih berlangsung dari asam dan basa kuat ke asam dan basa lemah.
Kita akan membicarakan lebih teliti lagi hubungan antara asatn konjugat dan basa
konjugat dalam Sub Bab 17-8.

Contoh 17-1. Tunjukkanlah asam-asam dan basa-basa yang terlibat dalam reaksi
di bawah ini bolak-balik

(a) HCIO2 + H20 <====>H3O+ + C102-


(b) OC1- + H2O <====> HOC1 + OH-
(c) NH3 + H2PO4- <====> NH4+ + HPO42-
(d) HCl + H2P04- <====> H3PO4 + Cl-

jawaban.
Lihat HCl0 2 dalam reaksi (a). Zat tersebut berubah menjadi ClO-2 karena kehilangm
sebuah proton (H+). Jadi HC102 adalah asam dan C10-2 adalah basa konjugatnya. H20
menerima proton dari HC102. Jadi H20 adalah basa dan H30+ adalah asam konjugatnya.

Dalam reaksi (b), H20 berperan sebagai asam dan OH sebagai basa konjugatnya. Reaksi-
reaksi (c) dan (d) memperlihatkan bentuk lain yang dapat melepas proton (donor proton)
dan juga dapat menerima proton (akseptor proton) bentuk ini dinamakan ampiprottk.
Dalam hal ini bentuk ampiprotik tersebut adalah H2P04 .

(a) HC102 + H20 <====> H 3 O + + C1O2-


asam(1) basa(2) asam(2) basa(1)

(b) H20 + OCl - <====> HOCl + OH _


asam(1) basa(2) asam(2) basa(1)

(c) H2P04 - + NH 3 <===> NH 4+ + HP04 2-


asam(1) asam(2) basa(2) basa(1)

29
(d) HCl + H2P04- <=====> H3PO4 + Cl-
asam(1) basa(2) asam(2) basa(1)

Reaksi-reaksi asam-basa di dalam pelarut +yang tidak mengandung H+ atau OH_


dapat juga dijelaskan dengan konsep "sistem pelarut (solvent system)" yaitu:
setiap pelarut mempunyai kation dan anion yang bersifat khas seperti:

2SO2 ----> SO2- + SO32-

Setiap zat yang menghasilkan kation khas (SO2+ ) di dalam pelarut adalah asam dan. zat
yang menghasilkan anion khas (S032-) adalah basa.

Dua ciri tambahan dari teori Brynsted-Lowry digambarkan dalam Contoh 17-1.
• Setiap zat yang disebut asam oleh teori Arrhenius juga digolongkan asam oleh teori
Brplnsted -Lowry. Demikian juga dengan basa.
• Zat-zat tertentu yang tidak digolongkan sebagai basa oleh teori Arrhenius, oleh teori
Br¢nsted-Lowry dimasukkan golongan basa, misalnya OCl- dan H2P04

Teori Lewis. G.N. Lewis mengembangkan suatu pemikiran lain tentang asam dan basa dari
teori Arrhenius pada saat/waktu yang hampir bersamaan dengan Bronsted dan Lowry
(1923). Teori Lewis mempunyai beberapa kelebihan dari teori Bronsted Lowry yaitu teori
tersebut memungkinkan penggolongan asambasa digunakan dalam reaksi-reaksi di mana
baik H+ maupun OH -tidak ada.
Di dalam teori Lewis, asam adalah penerima pasangan elektron clan basa adalah donor
(pemberi) pasangan elektron. Dari hal yang kita ketahui tentang ikatan kimia, asam adalah
zat yang mempunyai orbital yang belum penuh dan kekurangan elektron. Basa adalah zat
yang memiliki pasangan elektron yang dapat digunakan bersama Sebagai tambahan, reaksi
asambasa menuju ke arah pembentukan ikatan kovalen antara asam dan basa.
Dengan definisi tersebut di atas, kita dapat menggolongkan H+ sebagai asam karena
adanya orbital kosong (Is) yang dapat menerima sepasang elektron. 0H- dan NH 3
digolongkan sebagai basa karena adanya sepasang elektron yang tersedia.

(17.11)

(17.12)

Dalam reaksi berikut ini, yang pernah kita jumpai dalam Sub Bab 9-7, BF 3
berfungsi .sebagai asam Lewis dan NH 3 sebagai basa Lewis Sebuah ikatan pasangan
elektron (ikatan kovalen-kovalen) terbentuk diantara B dan atom N

(17.13)

30
Contoh 17-2. Reaksi berikut ini adalah reaksi asam-basa menurut Lewus Zat
manakah yang asam dan manakah yang basa?

(a) BF 3 + F - ------> BF 4 -
(b) Zn 2+ (aq) + 4 NH 3 (aq) -------> [Zn(NH 3 ) 4 ] 2+

Jawaban :

Dalam persamaan (I7.13), BF 3 adalah molekul yang kekurangan elektron dengan


sebuah orbit kosong pada atom B. Ion fluorida mempunyai kulit luar delapan elektron.
BF 3 adalah akseptor (penerima pasangan elektron) bertindak sebagai asam. F adalah
donor (pemberi) pasangan elektron bersifat sebagai basa.
Dalam persamaan (17.13), NH 3 adalah pasangan donor (pemberi) pasangan elektron-
suatu basa, Walaupun dari persamaan tertulis tidaklah jelas bagaimana ion Zn2+
menerima elektron dari NH3 , tetapi dalam kenyataan, demikianlah adanya. Sekaligus
empat pasang elektron diterima oleh Zn 2+ untuk membentuk ion kompleks
[Zn(NH 3) 4 ]2+.
Di sini kunci untuk menandai asam dan basa adalah melalui struktur dari molekul
yang dihasilkan (asam sulfit, H Z S0 3 ). Molekul ini mempunyai tiga atom O terikat ke
belerang, sedangkan SO2 mempunyai dua atom O. Atom O yang ketiga adalah atom O
dari H 2O, yang memberikan sebuah pasangan elektron. H2 0 adalah basa Lewis dan
SO 2 adalah asam Lewis. Perhatikan juga bahwa penataan kembali sepasang elektron
dan satu atom H terjadi dalam reaksi ini
.
17 - 2 Swa - ionisasi (autoionisasi) Air
Air adalah penghantar (konduktor) listrik yang sangat buruk. Tetapi kenyataan bahwa
air menghantar arus listrik dengan lemah menunjukkan bahwa beberapa ion
terkandung di dalamnya. Menurut teori Arrhenius, ion-ion ini yang terbentuk melalui
ionisasi dari molekulmolekul air sendiri adalah H + dan OH - .

H 2 O <===> H + + 0H -

Swa-ionisasi (auto ionisasi) air juga adalah reaksi asam-basa dalam teori
BrAnsted-Lowry (persamaan 17.15). sebuah molekul air berperan sebagai asam,
kehilangan sebuah proton.
Molekul air yang lain berperan sebagai basa. Molekul tersebut menerima proton yang
digunakan untuk membentuk suatu ikatan koordinat kovalen melalui sepasang elektron
bebas pada atom oksigen. Ion yang dihasilkan adalah H30+, disebut ion hidronium dan OH-
ion hidroksida. Reaksi ionisasi ini dapat berlangsung bolak-balik dan dalam reaksi
kebalikannya sebuah ion hidronium kehilangan sebuah proton terhadap ion hidroksida.
Dalam kenyataan, karena asam (2) dan basa (1) jauh lebih kuat dari pada asam (1) dan basa

31
(2) maka reaksi kebalikannya yang lebih berperan. Kesetimbangan bergeser jauh ke
sebelah kiri.

(17.15)

Kita dapat menjelaskan kesetimbangan dalam swa-ionisasi air melalui bilangan tetapan
kesetimbangan termodinamika.

K=
(a H 3O +
)(a OH )

(a H 2O )2
karena aktivitas air-zat air murni adalah 1,

K = ⎜a

+ ⎟a
⎝ H 3O ⎠ OH
− ( )
Selanjutnya, karena konsentrasi ion sangat kecil, kita dapat mengganti konsentrasi
molar menjadi aktivitas, jadi rumus akhir adalah:

KW = [H30+][OH-]

Ada beberapa metode percobaan untuk menentukan konsentrasi H30+ dan OH- dalam
air murni. Semua ini menunjukkan bahwa
pada 25 oC dalam air murni : [H30+] = [OH-] = 1,0 x 10-7 M.
Bahwa [H30+] dan [OH-] di dalam air murni haruslah sama dapat dilihat dari persamaan
kesetimbangan (17,15). Tetapan kesetimbangan untuk swa-ionisasi air disebut hasil kali ion
dari air dan dilambangkan sebagai KW. Pada 25oC.

KW = [H30+l[OH-] = 1,0 x 10-14

Seperti semua tetapan kesetimbangan, hasil kali ion tergantung pada suhu. Pada 60°C, K W =
9,6 x 10-14, pada 100oC = 5,5 x 10-13.

Hasil perhitungan [H+] di dalam air menunjukkan hasil yang rendah (10- 130 Ml). Seperti
dijelaskan oleh N.V. Sidgwick (1950), sama dengan satu proton bebas dalam 1070 bumi
penuh dengan larutan asam 1 M.
.
Sifat proton di dalam larutan dengan pelarut air. Satu alasan untuk lebih menonjolkan
persamaan (17.15) dari pada (17.14) untuk swa-ionisasi air adalah bahwa persamaan
tersebut sesuai dengan teori Br)dnsted-Lowry, yang lebih berlaku umum dari pada teori
Arrhenius. Alasan lain, ialah teori Arrhenius (yakni melalui persamaan 17.14) mendalilkan
kehadiran ion H+ dalam larutan dengan pelarut air. Ingatlah bahwa ion H+ hanyalah sebuah
proton tunggal (inti dari atom hidrogen). Karena ukurannya yang sangat kecil dan
kepadatan muatan positif yang tinggi, kita bisa mengharap ion H+ mencari pusat-pusat
muatan negatif untuk membentuk ikatan Dengan demikian, ion hidrogen, H+, tidak
diharapkan berada didalam

32
Bagaimana keadaan yang berkenaan dengan ion hidronium, H 3 0 +, yang kehadirannya
di dalam larutan air diajukan oleh teori Bronsted-Lowry? Apakah ion tersebut betul
ada? Selama bertahun-tahun hal ini seolah-olah tidak terjawab, dan ion hidroniurn
dianggap sebagai bentuk yang paling sederhana di dalam serangkaian bentuk-bentuk
yang disebut proton terhidratasi: [H(H 2O)n ]+. Jika n = 1 maka bentuk yang diperoleh
adalah [H(H 2 0)]+ = H30 +, atau ion hidronium. Ada bukti-bukti berdasar percobaan
yang dibuat melalui penyelidikan difraksi sinar X mengenai untuk keberadaan ion
hidronium dalam bentuk padat. Sesuatu yang semula dianggap asam perklorat
monohidrat, HC10 4 .H 20, sekarang dikenal sebagai senyawa H 3 O +C1O 4- . Garam ini
dapat kita sebut hidronium perklorat, karena dari segi struktur sama dengan
ammonium perklorat, NH4 C10 4 - . Akhir-akhir ini, beberapa percobaan membuktikan
adanya H 3 0 + di dalam larutan berpelarut air. Pendapat yang mutakhir adalah tentang
adanya struktur-struktur seperti yang dilukiskan dalam Gambar 17-2, sebuah
hidronium di tengah dengan ikatan hidrogen berikatan kepada tiga molekul H 20.

Ion hidroksida tampaknya membentuk struktur yang


mirip: OH - .3H 2 0 atau H 7 0 4 . Kita akan terus me-
nyebutnya OH - atau OH- (aq).

Rumus bangun yang ditunjukkan dalam Gambar 17-2 dapat ditulis sebagai
H 3 0 + .3H 2 0 atau H 9O 4 +, tetapi hal ini tidak akan dilakukan. Secara umum, semua ion
dihidratkan dalam larutan berair dan kita cukup dengan menggunakan tanda (aq) ;
untuk menyatakan hal ini. Dalam bab ini kita menyebut ion hidronium dalam larutan
sebagai H 30 + atau H 3 0+ (aq).

GAMBAR 17.2 Ion hidronium di dalam larutan berpelarut ion.

Gambar ini memperlihatkan suatu spesies yang mungkin ter-


dapat
dalam larutan berpelarut air. H3 O+ sebagai pusat melakukan
ikatan hidrogen dengan tiga molekul H2 0

.
17 - 3 Asam Kuat dan Basa Kuat
Pada HCl(aq) dengan konsentrasi tinggi, tidaklah tepat untuk menganggap bahwa ionisasi
HCl berlangsung sempurna, karena kita dapat mencium HCl (g) pada nap di atas larutan
tersebut. Namun, pada semua keadaan dalam buku ini, asumsi tentang ionisasi yang
berlangsung lengkap dianggap sah.

Jika asam ditambahkan ke dalam air, seperti dalam larutan asam klorida dengan
pelarut air, di samping swa-ionisasi air,

H2O + H20 H 3 0 + + OH -
Asam basa asam basa

asamnya juga terionisasi


HCl + H 2 0-----> H 30 + + Cl-
asam basa asam basa
Swa-ionisasi air, reaksi yang ke kanan dalam persamaan (17.17), terjadi hanya
sedikit saja. Sebaliknya, ionisasi HCI, yaitu sebuah asam kuat, terjadi secara sempurna
(persamaan 17.18). Untuk menghitung konsentrasi H30 + di dalam larutan berpelarut
33
air, kecuali HCl(aq) yang berada dalam keadaan sangat encer, biasanya dianggap
bahwa ionisasi HCl merupakan sumber tunggal H3 0 +.
Contoh 17-3. Hitung [H3O+].[Cl-], dan [OH-] dalam 100 ml 0,015 M HCl (aq)

Jawaban. Pertama-tama, ingatlah bahwa konsentrasi tidak bergantung kepada volume larutan.
Jadi, [H30+] di dalanr 0,015 M HCl(aq) adalah sama, baik dalam 1,00 liter, 10 liter ataupun
100,0 ml larutan. Volume larutan tidak termasuk di dalam penghitungan ini (tetapi lihat
Contoh 17.5 untuk perhitungan di mana volume ikut termasuk).
Jika kita asumsikan bahwa HCI merupakan sumber tunggal H30+ dan zat tersebut terioni-
sasi sempurna dalam larutan dengan pelarut air.
[H,O+] = 0,015 M
Selanjutnya, seperti diperlihatkan pada persamaan (17.18), satu CI dihasilkan untuk setiap
H30 , jadi [Cl-] = 0,015 M
Untuk menghitung OH- kita harus mengetahui (a) semua OH- diperoleh dari swa-ionisasi
air (persamaan 17.17) dan (b) di dalam setiap larutan berpelarut air H30+ dan OH- mempunyai
nilai yang tetap sesuai dengan hasil kali ion dari air.

Kw = [H3O+]][OH- ] =1,0 X 10-14


= (0,015)[()H -] = 1,0 x 10-14
1,0x10 −14
[OH-] = = 0,67 x 10-12 = 6,7 x 10-13 M
−2
1,5x10

Konsentrasi OH- di dalam 0,015 M HCl (Contoh 17-3) jauh lebih kecil dibanding konsen-
trasinya di dalam air murni (6,7 x 10-13 M dibandingkan dengan 1,0 x 10-7 M). Penambahan
suatu asam akan menahan ionisasi air. Dengan demikian hal tersebut menguntungkan reaksi
kebalikannya (17.17). Hasil ini sesuai dengan asas Le Chatelier: Kesetimbangan swa-
ionisasi air terganggu oleh pertambahan konsentrasi H30+ yang ada dan kesetimbangan
tersebut bergeser ke arah yang memindahkan beberapa (walaupun tidak banyak) H30+
tambahan tersebut. Dalam kesetimbangan yang baru, [H30+] lebih besar dari pada di dalam air
murni dan OH- menjadi lebih kecil. Cara lain untuk meninjau keadaan ini adalah bahwa di
dalam larutan dengan pelarut air, K W = [H30+] [OH-] = 1,0 x 10-14 harus
+
diakui. Jika [H30 ] bertambah sehingga lebih besar dibanding konsentrasi di dalam air murni,
maka [OH-] harus berkurang sampai suatu titik yang hasil kali konsentrasi kedua ion tersebut
sama dengan Kw.

Contoh 17-4. Hitung [H30+] , [OH-], dan [Ba2+] di dalam 50;0 ml larutan 0,010 M
Ba(OH)2 (aq).
Jawabari. Sekali lagi dalam perhitungan ini, volume larutan tidak dimasukkan ke dalam
perhitungan. Di dalam larutan ini kita asumsikan bahwa Ba(OH)2 terurai sempurna dan
bahwa zat tersebut merupakan sumber tunggal OH-. Jadi

2 mol OH −
[OH ] = 0,010 mol Ba(OH) 2 x = 0,020 M
L 1 mol Ba((OH ) 2
Konsentrasi molar dari Ba 2+ adalah :

[Ba ] = 0,10 mol LBa(OH)


2+ 2 x
1 mol Ba 2 +
1 mol Ba(OH ) 2
= 0,010 M

Dan kita menghitung [H3 0 +] dengan menggunakan K W air


34
K W = [H 3 O + ][OH - ] = [H3o+](0,020) = 1,0 x 10-14
[H 3O + ] = 5,0 x 10-13 M

Untuk menggunakan cara dalam Contoh 17-3 dan 17-4 dibutuhkan pengetahuan
tentang senyawa-senyawa asam kuat dan senyawa-senyawa basa kuat. Asam-asam dan
basa-basa hat yang umum dapat dilihat dalam Tabel 17-1.

TABEL 17-1.
Asam dan Basa Kuat yang umum
Asam Basa
HCl NaOH
HBr KOH
HI RbOH
HClO4 CaOH
HNO3 Ca(OH)2
H2SO4 Sr(OH)2
Ba(OH)2
a
H 2 S04 teriorusasi dalam dua tahap yang berbeda. Zat tersebut merupakan asam
kuat hanya di dalam tahap ionisasi pertama (lihat halaman 278).

Reaksi Penetralan (Netralisasi). Andaikata kita mencampur dua larutan yang


dibicarakan dalam Contoh 17-3 dan 17-4. Pertama-tama, kita harapkan volume larutan
menjadi 100,0 + 50,0 m1= 150,0 ml. Jika tidak ada reaksi terjadi di dalam larutan baru
tersebut, maka [H 3 0 +] dan [ OH - ] akan menjadi

+ jml mol H 3O + 0,1000Lx0,015 mol H 3O + / L


[H30 ] = = = 0,010 M
jml L lar 0,1500 L
dan

jml mol OH − 0,0500Lx0,020 mol OH − / L


[OH-] = = = 0,0067 M
jml L lar 0,1500 L
Hasil perkalian antara [H 3 0 +] dan [OH - ] akan menjadi (0,010) (0,0067) = 6,7 x 10 -
5
. Walau bagaimapapun, di dalam setiap larutan berpelarut air pada 25° C, hasil kali
dari konsentrasi ion tersebut haruslah sama dengan Kw = 1,0 x 10 -t4 . Sebuah larutan
tidak mungkin sekaligus memiliki 0,010 M H30+ dan 0,0067 M OH - . Suatu reaksi kimia
seharusnya akan terjadi di mana H30 + dan OH - bergabung membentuk air

H3 0+ + OH- ------> 2 H2O

Ini adalah cara baru untuk melihat reaksi penetralan. Hal ini terjadi untuk
mempertahankan nilai tetapan kesetimbangan (K w) yang dibutuhkan. Kita akan
menemukan keadaan lain di mana suatu reaksi terjadi karena alasan yang sama di
dalam dua bab berikut. Di dalam Sub-bab 18-14, kita akan mengamati beberapa hal
praktis yang menyangkut reaksi penetralan, seperti memilih indikator yang cocok
untuk suatu titrasi asam-basa.

Contoh 17-5. Jika larutan-larutan dalam Contoh 17-3 dan 17-4 dicampur (a)
apakah campuran tersebut bersifat asam atau basa (b) dan berapakah [H 3 0+ ] ?
35
Jawaban.

(a) Dari persamaan (17.19) kita lihat bahwa H 3 0 + clan OH bergabung dengan
perbandingan 1:1 mol. Kita perlu membandingkan jumlah mol H 3 0 + yang ada di
dalam 100.0 ml 0,015 M HGl dengan jumlah mol OH yang ada di dalam 50,0
ml 0,010 Ba(OH) 2 . Salah satu dari zat yang bereaksi tersebut adalah rat
pembatas dan yang lain berada dalam keadaan berlebihan.Zat yang berlebihan
ini yang akan menentukan apakah hasil akhirnya bersifat asam atau basa.

+ 0,015 mol H 3O +
jumlah mol H 3 0 = 0 ,1000 L x = 0,0015 mol H 3 O +
L
0,020 mol OH
jumlahmol OH - = 0,0500 L x = 0,0010 mol OH -
L
OH adalah zat pembatas; H 3 0 + terdapat berlebih; dan campuran tersebut bersifat
asam.
(b) Kita perlu menghitung jumlah H 3 O + yang tertinggal sebagai kelebihan
1 mol H 3O +
jumlah mol H 3 0 + yang habis bereaksi = 0,0010 mol OH- x
1 mol OH −
+
= 0,0010 mol H 3 O
jumlah mol H 3 0 + yang berlebih = 0,00 15 - 0,0010 = 0,0005 mol H3O+
Kelebihan H 3 0 + ini terdapat dalam 150 nil larutan dan menyebabkan
0,0005 mol H 3O +
[H 3O + ] = = 3 x 10 -3 M
0,150 L so ln .

17-4 pH dan pOH


Batasan yang lebih tepat dari pH lebih ditunjukan pada
aktivitas H 3 0 + (a H3O+ ).bukan hanya pada molaritasnya .

Konsentrasi H 30 + dan OH - di dalam larutan dengan pelarut air sangat beragam. Di


dalam 0,015 Al HCI, [H 3 O +] = 0,015 M. Di dalam 0,010 M Ba(OH) 2 , [H 3 0 + ] = 5,0 x
10-13 M Keuntungan menuliskan bentuk eksponen [H3 O +] = 5,0 x 10-13 dari pada
bentuk desimalnya [H 3 0 +] = 0,00000000000050 M sudah jelas, tetapi penyederhanaan
lebih jauh juga dapat dilakukan. Hal ini dimungkinkan melalui notasi (cara pcnulisan)
pH yang diperkenalkan oleh Soren Sorensen, ahli biokimia dari Denmark pada tahun
1909 (Sorensen memakai lambang pH sebagai satuan potensi hidrogen).
Denmark pada tahun 1909 Jika suatu satuan memiliki

[H 3O + ] = 10 (17.20)
pH = x (17.21)

pH = 2,30 dinyatakan dalam dua angka signifikan.


Angka "2" menunjukkan nilai desimal dalam pH,
seperti halnya angka eksponen "-3" dalam [ H 3 O + ] =
5,0 x 10 -3 . (lihat juga Lampiran A).

Persamaan (17.20) diubah tnenjadi persamaan (17.21) dengan rnenggunakan


logaritma. pH adalah log negatif dari [H 3 0 +]

pH = -log [H3O +] (17.22)


36
Di dalam 0,0010 M HCI, [H 30 +] = 1,0 x 10 -2 M clan pH= -log(1,0 x 10-2 ) = - (-
2,00)= 2,00. Untuk 0,0050M HC1, [H 3 0 +] = 5,0 x 10-3 M, dan pH = -log (5,0 x 10-3 ) =
-(log 5,0 + log 10 -3) = -(0,70 – 3,00) = 2,30

Untuk menentukan [H3 Q+] dari suatu nilai pH yang diketahui membutuhkan
penggunaan antilogaritma. Sebagai contoh, jika pH = 5,30,
[H 30 +] = 10 -5,30 = 10 0,70 x 10 -6.00
= 5,0 x 10 -6 M

Tetapi, seperti sudah kita ketahui bersama, kalkulator elektronik dengan mudah dapat
memberikan angka logaritma dan antilogaritma.
Untuk mengetahui [OH -1], pOH didefinisikan sebagai analog dari pH.

pOH = -log [OH - ] (17.23)

Karena dalam semua larutan berpelarut air, pada 25 o C [H 3 0 +] [OH - ] = 1,0 x 10-14 ,
kita mendapatkan persamaan yang berguna (17.24) dengan mengambil log negatif.
-(log [H 3 0 +][OH - ]) = -log (1,0 x 10 -14 )
-log [H 3 0 +] - log [OH- ] = -(-14,00)
pH + pOH = 14,00 (17.24)
Nilai-nilai pH yang berhubungan dengan beberapa senyawa umum dapat dilihat
pada Gambar 17-3. Dalam gambar tersebut, pH= 7 menunjukkan larutan netral; pH < 7
bersifat asam dan pH >7 bersifat basa.

GAMBAR 17-3
Skala pH dan nilai pH untuk beberapa bahan yang
umum
dijumpai.

Sangat penting untuk diketahui bahwa perubahan satu


skala
pH berarti perubahan 1/10 dari [H3 0 +] yang ada
Misalnya, air jeruk bersifat 10 kali lebih asam dari air
tomat.

37
Konversi antara [H 3 0 +] dan pH sering ditemukan dalam soal-soal yang lebih rumit
seperti diberikan pada Contoh 17-6.
Coritoh 17-6. Berapakah pH larutan hasil reaksi antara 3,50 mg Na(p) dengan
275 ml H2 0?

2 Na(p) + 2 H 2 0(c) -~ 2 Na+ (aq) + 2 OH - (aq) + H2(g)

jawaban. Perhitungan dapat dilakukan dalam beberapa tahap:


Tahap 1. Hitung jumlah Na(p) yang bereaksi.

1 g Na 1 mol Na
jumlah mol Na = 3,50 x x
1000 mg Na 23,0 Na
= 11,52 x 10 -4 mol Na

(Dalam hal ini Na adalah zat pembatas karena di dalam 275 ml. H 2 0 terdapat jauh
lebih banyak mol H 2 0 dibanding 1,52 x 10 -4 mol H 2O

Tahap 2. Hitung jumlah OH yang dihasilkan.

2 mol OH −
jumlah mol OH = 1,52 x 10-4 mol Na x =1,52 x 10-4 mol OH -
2 mol Na
Tahap 3. Hitung konsentrasi molar dari OH -
1,52x10 −4 mol OH −
[OH - ] = = 5,53 x 10 -4 M
0,275 L laru tan
Tahap 4. Gunakan pernyataan (17.23) untuk menghitung pOH
pOH = -log [OH- ] = -log (5 53 x 10-4 )

= -(0,743 - 4,000) = 3,257


Tahap 5. Gunakan pernyataan (17.24) untuk menghitung pH
pH = 14,00 - pOH = 14,00 - 3,26 = 10,74

17 - 5 Asam Lemah dan Basa Lemah


Kebanyakan asam dan basa adalah lemah, dan keadaan yang dihasilkan jika mereka
dilarutkan di dalam air lebih rumit daripada yang dijelaskan dalam Contoh 17-3. Dua
reaksi ionisasi harus diperhitungkan clan juga ionisasi dari asam lemah (basa lemah)
umumnya terjadi lebih banyak dari pada air.

H20 + H20 H 3 0 + + OH - (17.17)


asam basa asam basa
HOCI + H 20<====> H3O + + OCI - (17.25)
asam basa asam basa

Ionisasi pada HOCI yang diperlihatkan dalam persamaan (17.25) sangat berbeda
dengan HCI yang diperlihatkan persamaan (17.18): Ionisasi HOCI merupakan proses
bolak-balik dan harus dinyatakan dengan tetapan kesetimbangan.

38
Ka =
[H O ][OCl ] = 2,95 x 10
3
+ −
-8
[HOCl ]
Ka disebut tetapan ionisasi dari asam hipoklorit. Nilainya = 2,95 x 10-8 dan
ditentukan melalui percobaan. Tetapan ionisasi untuk beberapa asam dan basa lemah
dapat dilihat dalam Tabel 17-2. Lambang K a umum dipakai untuk menandakan tetapan
ionisasi asam lemah dan Kb untuk basa lemah. pK umumnya dipakai untuk tetapan
kesetimbangan: pK = -log K. Jadi untuk asam hipoklorit, pKa = -log (2,95 x 10-8 ) = -(-
7,530) = 7,53.
Ionisasi dan Disosiasi. Istilah disosiasi dan ionisasi sering digunakan sebagai
sinonim, tetapi sebenarnya ada sedikit perbedaan di dalam artinya. Disosiasi berarti:
menjadi terurai seperti pada disosiasi N2 0 4 (g).

N 2 O 4(g) <====> 2 NO 2 (g)


Tetapan
Kesetimbangan Ionisasi pKa
lonisasi, K
Asam Ka = pKQ =
+ -
asetat HC2H302 + H2O <==> H30 + C2H302 1,74 X 10-5 4,76
benzoat HC7H502 + H20 <==> H30+ + C7H502- 6,3 X 10-5 4,20
klorat HClO2 + HZO <==> H30+ + C102- 1,2 X 10-2 1,92
format HCHO2 + H20 <==> H30+ + CHO2- 1,8 X 10-4 3,74
sianat HCN + H 2O <==> H3O + + CN- 4,0 X 10-10 9,40
fluorida HF + H2O <==> H30+ + F- 6,7 X 10-9 3,17
hipoklorit HOCI + H20 <==> H30+ + OCl- 2,95 X 10-8 7,53
monokloroaseta HC2H2ClO2 + H20 <==> H30+ + C2H2C102- 1,35 X 10-3 2,87
nitrit HNO2 + H20 <==> H30+ + N02- 5,13 X 10-4 3,29
fenol HOC6H5 + H20 <==> H30+ + C6H50- 1,6 X 10-10 9,80
Basa Kb = pKb =
ammonia NH3 + H20 <==> NH4+ + OH- 1,74 X 10-5 4,76
anilin C6HSNH2 + H20 <==> C6HSNH3+ + OH- 4,30 )C 10-1° 9,37
etilamina C2H5NH2 + H20<==> C2H5NH3+ + OH- 4,4 x 10-4 3,36
hidroksilamina HONH2 + H 2O <==> HONH3+ + OH- 9,1 X 10-9 8,04
metilamina CH3NH2 + H20 <==> CH3NH-i+ + OH- 4,2 X 10-4 3,38
piridin C5H5N + H20 <==> C5H5NH+ -1- OH- 2,0 X 10-9 8,70
a
Walaupun beberapa nilai pK dapat dinyatakan dengan tambahan satu angka signifikan,
hal ini tak diperlukan benar dalam perhitungan

Hal ini juga berlaku pada disosiasi NaCI pada proses pelarutannya

NaCI(p) ----> Na+(aq) + Cl-(aq)


Ionisasi atom Na dan Cl terjadi dalam susunan NaCI kristal, tidak pada proses
pelarutannya. Tetapi pada kasus HOCI, disosiasi dan ionisasi (pembentukan ion) terjadi
secara serentak. Dalam pembicaraan mengenai asam dan basa lemah, kita akan
menekankan transfer (perpindahan) proton (dan kemudian pembentukan ion). Karena itu
kita akan menggunakan istilah ionisasi.

39
Contoh 17-7. pH pelarut 1.10 M HCN adalah 4.7. Berapakah nilai Ka HCN?
Jawaban. Misalnya x adalah jumlah mol per liter dari HCN yang terionisasi. Data yang
diperlukan dapat dilihat dalam persamaan di bawah ini. Perhatikan bahwa [H 3 O +]
=[CN ] karena ion-ion tersebut terbentuk dalam jumlah yang sama pada reaksi berikut
ini (dan ionisasi air dapat dianggap tidak ada).
HCN + H 2 O <===> H 3O + + CN -
Keadaan awal 1,10 M - -
Perubahan -xM + x M + xM
Dalam keseimbangan (1,10 – x) M xM xM

Tetapi x:= [H30+] dan langsung digunakan untuk mengukur pH.

Log [H30+] = -pH = - 4,7 = 0,3 - 5,0


x = [H3O+] = (antilog 0,3) x (antilog – 5) = 2 x 10-5
Tetapan ionisasi Ka adalah

K =
[H O ][CN ] =
3
+ −
x*x
=
( )(
2x10 −5 2x10 −5 )
a
[HCN] 1,10 − x 1,10 − (2x10 − 5 )

=
(2x10 − 5 )
2
= 3,6 x 10-10 = 4 x 10-10
1,10
Contoh 17-8. Suatu larutan jenuh (pelarut air) dari basa lemah anilin mengandung
36.0 g C6H5 NH2 /1. Berapakah pH larutan tersebut?

C6II5NH2 + H2O <===> C6II5NH3 + OH- K b = 4,30 x 10-10


Jawaban. Walaupun anilin merupakan basa lemah, diasumsikan bahwa zat tersebut
menghasilkan seluruh OH dalam larutan tersebut. Hal ini sama dengan mengatakan
bahwa anilin adalah basa yang lebih kuat dari pada H2O. Seperti dalam Contoh 17-7,
data yang diperlukan terdapat di bawah persamaan kesetimbangan ionisasi. Suatu
perhitungan awal diperlukan dalam hal ini yaitu: konsentrasi molar dari anilin di dalam
larutan jenuh berpelarut air.
30,0 g C 6 H 5 NH 2 1 mol C 6 H 5 NH 2
[C6II5NH2] = x = 0,387 M
L lar 93,1 g C 6 H 5 NH 2

C6II5NH 2 + H2O <=====> C6II5NH3- + OH-


keadaan awal 0,387 M - -
perubahan -x M +x M +xM
dalam kesetimbangan (0,387 –x) M xM xM

Kb =
[C H NH ][OH ] =
6 5 3
− −
x*x
= 4,30 x 10-10
[C 6 H 5 NH 2 ] 0,387 − x

Untuk menyelesaikan persamaan ini, kita asumsikan bahwa x sangat kecil yaitu,
x << 0.387.
x*x
= 4,30 x 10-10 x2 = 1,66 x 10-10 [OH-] = x = 1,29 x 10-5 M
0,387
Asumsi kita berlaku karena x = 1,29 x 10-5 = 0,0000129 <<0,387
pOH = -log [OH -] _ -(log 1,29 x 10-5) = 4,889
pH = 14,00 - pOH = 14,00 - 4,889 = 9,11
40
Contoh 17-9. BerapakahfNO2,di dalam 0,00250 M HNOZ(aq)?
Jawaban. C.angkah awal untuk menerangkan kesetimbangan ionisasi di sini sama
dengan penjelasan untuk HCN dalam Contoh 17-7 dan C6H5NH2 dalam Contoh 17-8.
HNO2 + H2O <====> H3O+ + NO2
keadaan awal 0,00250 M - -
perubahan -x M +x M +x M
dalam kesetimbangan (0,00250 – x)M xM xM

Ka =
[H O ][NO ] =
3
+
2

x*x
= 5,13 x 10-4
[HNO 2 ] 0,250 − x

Kita membuat asumsi bahwa x < 0,00250 dan (0,00250 - x ∞ 0,00250.


x2
= 5,13 x 10-4 x2 = 1,28 x 10-6 [NO2-] = 1,13 x 10-3 M
0,250
Nilai x kira-kira 40% dari 0,00250. Angka ini terlalu besar untuk diabaikan. Jadi jika x =
1,13 x 10-3, maka 0,00250 -x = 0,00250 - 0,00113= 0,00137 = 0,00250.
Karena asumsi kita gagal, kita harus kembali ke persamaan (17.26) dan mencari
pemecahan yang tepat. Hal ini berarti menguraikan persamaan kuadratik.
x*x
= 5,13 x 10-4
0,250 − x
x2 + 5,13 x 10 -4 x - 1,28 x 10 -6 = 0
x = [N02-] = 9,04 x 10 -4 M

Penyederhanaan asumsi pada Contoh 17-7 dan 17-8 yang tidak berlaku pada Contoh
17-9 berarti bahwa asam lemah dan basa lemah harus dianggap seolah-olah tetap utuh,
tidak terionisasi. Bilakah asumsi semacam itu dapat dibuat? Dapat tidaknya asumsi ini
berlaku tergantung pada besarnya Ka (atau Kb) clan konsentrasi total dari asam lemah
(atau basa lemah). Secara garis besar dapat dibuat perkiraan sebagai berikut:

Asumsi bahwa sebagian besar asam lemah


atau basa lemah tetap utuh, tidak terionisasi,
biasanya

Nilai yang dipertimbangkan berlaku bila nilainya tidak berlaku bila


nilainya
adalah adalah

Ka atau Kb kurang dari 1 x 10-5 lebih besar dari 1 x


10-5
konsentrasi total asam lemah tebih dari 0,01 M kurang dari 0,01 M
dan basa lemah

Penyederhanaan asumsi lebih dapat


dilakukan bila hanya ada dua bilangan di
dalam perhitungan, bukan 3 atau 4 bilangan.
Dalam Contoh 17-9, nilai Ka untuk HN02 kelihatannya lebih besar dari 1 x 10-5 dan
konsentrasi HNO2 dalam larutan kurang dari 0,01 M. Penyederhanaan yang umum tidak
berlaku. Dalam analisis akhir, pendekatan yang terbaik adalah dengan menguji berlaku
atau tidak berlakunya asumsi yang dibuat dalam perhitungan kesetimbangan.
41
Derajat ionisasi. Kita dapat menetapkan persen ionisasi dari asam lemah dan basa lemah
melalui cara yang sama dengan penetapan persen disosiasi gas yang dibicarakan dalam
Bab 15 (lihat kembali Contoh 15-13). Dalam Contoh 17-10 kita menghitung persen
ionisasi dari asam asetat pada tiga konsentrasi yang berbeda dan mendapatkan
keseimpulan sebagai berikut: derajat ionisasi (persen ionisasi) elektrolit lemah bertambah
dengan bertambah encernya larutan. Kesimpulan tersebut di atas dan perbedaannya
dengan perilaku asam kuat diperlihatkan dalam
GAMBAR 17-4. Persen ionisasi asam sebagai fungsi konsentrasi

Pada batas konsentrasi di atas, HCl (aq) dianggap


terionisasi 100%. Persen ionisasi HCl HC2 H302(aq)
bertambah dari kira-kira 4% dalam 0,010 M HC2H30 2
menjadi 100% ketika larutan menjadi bertambah encer.

Coritoh 17-10. Hitunglah persen ionisasi asam asetat dalam (a) 1,0 M; (b) 0,10 M;
(c) 0,010 M HC2H30 2 (aq)
HC2H302 + H20 <====>H3 O+ + C2H302- K a = 1,74 x 10-5

Jawaban. Da1am setiap kasus kita asumsikan bahwa asam lemah terionisasi secara
sempurna sehingga kita dapat menulis HC2H 302 = 1,0 - x ∞ 1,0 M dalam (a), 0,10 M
dalam (b) dan 0,0010 M dalam (c)

(a) Ka =
[H O ][C H O ] = x * x = 1 74 x 10
3
+
2 3 2

-.5
[HC 2 H 3O 2 ] 1,0
1

x = [H30+] = 4,2 x 10-3 M

4,2x10 −3 mol H 3O + / L
% ionisasi 1,0 M HC2H302 = x 100 = 0,42%
1,0 mol HC 2 H 3O 2 / L

Untuk menyempurnakan perhitungan (a) dan (b) gantilah nilai[HC 2 H302]. Carilah
[H30+] dan tentukan persen ionisasi

(b) 0,10 M HC2H302(aq) terionisasi 1,3%


(c) 0,010 M HC2H302(aq) terionisasi 4,2%
42
Kebalikan dari perhitungan dalam Contoh 17-10 juga patut diperhatikan sebab dari
derajat ionisasi (α) asam lemah atau basa lemah, kita dapat menghitung nilai Ka atau Kb
(persen ionisasi adalah 100 x α). Derajat ionisasi dapat ditetapkan dengan berbagai
percobaan pengukuran, umpamanya pada konduktivitas (kekuatan mengalirkan) listrik
atau pada penunman titik beku larutan elektrolit lemah What Latihan 27).

17 - 6 Asam Poliprotik
Semua asam yang tecantum dalam Tabel 17-2 adalah asam monoprotik lemah. Asam-
asam tersebut hanya menghasilkan satu proton dari satu molekul asam, walaupun kadang-
kadang ada lebih dari satu atom hidrogen di dalam molekul. Sebagai contoh, di dalam
asam asetat hanya atom hidrogen yang ditunjukkan dalam kotak dapat terionisasi
H O
| ||
⎛ H O ⎞
⎜ | || ⎟
H – C – C – O – H + H2O <===>H3O+ + ⎜ H − C− C− O ⎟ 17.27
⎜ | ⎟
⎜ ⎟
⎝ H ⎠
Tetapi, ada beberapa asam yang dalam satu molekulnya memiliki lebih dari satu
atom hidrogen yang dapat terionisasi. Asam ini disebut poliprotik. Tetapan ionisasi untuk
beberapa asam poliprotik tercantum dalam Tabel 17-3. Asam-poliprotik yang penting
adalah hidrogen sulfida (asam hidrosulfat), HZS. Ionisasinya terjadi dalam dua tahap.

tahap pertama H 2 S + H 20 <==> H 30 + + HS - (17.28)


tahap kedua HS- + H2O <==> H 30 + + S 2- (17.29)

TABEL 17-3
Tetapan ionisasi untuk beberapa asam poliprotik umum
Asam Kesetimbangan ionisasi Tetapan ionisasi, h pK
karbonata H2C03 + H2O <==> H30+ + HC03– Ka1 = 4,2 X 10-– 7
pKa1 = 6,38
- 2– – 11
HC03 + H2O <==> H30+ + C03 Ka2 = 5,6 X 10 pKa2 = 10,25
hidrosulfat H2S + H2O <==> H30+ + HS– Ka1 = 1,1 X 10– 7 pKa1 = 6,96
HS– + H2O <==> H30+ + S 2– Ka2 = 1,0 X 10– 14 pKa2 =14,00
okstat H2C2O4 + H2O <==> H30+ + HC2O4– Ka1 = 5,4 X 10– 2 pKa1 = 1,27
HC2O4– + H2O <==> H30+ + C2O4– Ka2,= 5,4 X 10–5 pKa2 = 4,27
foafat H3P04 + H2O <==> H30+ + H2PO4– Ka1 = 5,9 X 10– 3 pKa1.= 2,23
H2PO4– + H2O <==> H30+ + HPO42– Ka2, = 6,2 X 10–8 pKa2, = 7.21
HP04– + H2O <==> H30+ + P043– Ka3 = 4,8 X 10– 13 pKa3. = 12,32
fosfit H3P03 + H2O <==> H30+ + H2PO3– Ka1 = 5,0 X 10– 2 pKa1 = 1,30
H3PO2– + H2O <==> H30+ + HP032– Ka2 = 2,5 X 10– 7 pKa2 = 6,60
b + – –2
sulfit H2S03 + H2O <==> H30 + HSO3 Ka1 = 1,3 X 10 pKa1 = 1,89 ,
– + 2– –8
HSO3 + H2O <==> H30 + SO3 Ka2 = 6,3 X 10 pKa,2= 7.20
e
sulfat H2SO4– + H2O <==> H30+ + HSO 4 – Ka1 = sangat besar pKa1 < 0
HSO4– + H2O <==> H30+ + SO42– Ka2 = 1,29 X 10–2 pKa2 = 1,89
a
H2C03 juga berada dalam kesetimbangan dengan C02 (g) terlarut dan H2O
CO2 (aq) + H2O <===>H2CO3 (aq)
H2C03 tidak dapat diisolasi dalam bentuk murni
b
H2S03 adalah zat hipotetis dan tak dapat diisolasi yang dihasilkan dalam reaksi
43
S02 (aq) + H2O <===> H2SO4
C
H2S04 terionisasi sempurna dalam tahap pertama

Untuk setiap tahap, tetapan ionisasi dapat ditulis seperti cara biasa.
[H O ][HS ] = 1,1 x 10
3
+ −
[H O ][S ] = 1,0 x 10
3
+ 2−

[HS ]
=7 4
K a1 = K a2 =
[H 2S] −

Pada asam poliprotik, umumnya tetapan ionisasi yang kedua, Ka2 , selalu lebih
kecil dibanding yang pertama, Kat . Hal ini dapat dimengerti karena untuk memisahkan
proton dari ion bermuatan negatif ganda S2- (tahap kedua) diperlukan usaha uang lebih
besar dibanding untuk memisahkannya dari ion bermuatan negatif tunggal HS- (tahap
pertama). Tambahan pengetahuan tentang kesetimbangan H2S tersebut umumnya dapat
digunakan untuk asam poliprotik lemah (dengan persyaratan yang tercantum dalam
butir 3).

l. Semua zat yang terlibat dalam kesetimbangan ionisasi terdapat dalam fase iarutan
tunggal. Untuk setiap kondisi kesetimbangan, setiap konsentrasi- [H 2 S] , [H 3 0 +] ,
[HS - ] [S Z- ] mempunyai nilai yang tetap.
2. Konsentrasi zat-rat yang terdapat dalarn larutan haruslah konsisten, dengan kedua
tetapan ionisasi K a1 dan K a2 .
3. Karena HS - merupakan asam yang lebih lemah daripada H3 S, hampir seluruh H 2 0 +
hanya dihasilkan pada tahap pertama ionisasi. [Asumsi ini berlaku hanya bila Ka1
> K a 2 (dengan perbedaan 103 atau 10 4 kali). Pada saat perbedaan antara K a1 dan
K a2 tidak terlalu besar, ionisasi yang kedua juga dapat dikatakan sebagai sumber
H 3 O +].
4. Walaupun ionisasi selanjutnya dalatn tahap kedua sangat terbatas, ionisasi ini
adalah satu-satunya sumber S 2-

Contoh 17-11. Isi suatu larutan jenuh berpelarut air H Z S(g) pada 25 °C dan
tekanan 1 atm adalah 0,10 M H 2 S. Hitunglah [H2 S], [H3 0 + ], [HS - ] dan [S 2- ] dalam
larutan ini.
Jawaban. Untuk mencari konsentrasi awal dan konsentrasi kesetimbangan diperlukan
dua bilangan, masing-masing satu untuk setiap langkah ionisasi. Jumlah mol per liter
dari H 2 S yang terionisasi dalam tahap pertama disebut x. Jumlah mol per liter dari HS-
yang mengalami ionisasi selanjutnya dalam tahap ke dua disebut y. Konsentrasi
kesetimbangan akhir ditunjukkan berwarna.
H2S + H 2O <===> H 3 O + + HS
dimasukkan dlm larutan 0,10 M -
perubahan -xM +xM +xM
sesudah ionisasi pertama (0,1 – x)M xM xM
HS - + H 2 O <====> H3O+ + S 2–
dari ionisasi pertama xM xM -
perubahan -yM +yM +yM
sesudah ionisasi kedua ( x – y)M (x + y) M yM

Konsentrasi kesetimbangan
[H 2S] = 0,10 - x [H 3 O +] = x + y [HS - ] = x - y [S 2- ] = y
Tetapan kesetimbangan
44
K a1 =
[H O ][HS ] = (x + y)(x − y) = 1,1 * 10
3
+ −
-7
[H 2S] 0,10 − x
[H O ][S ]= (x + y)y = 1,0 * 10
3
+ 2−

[HS ] x − y
-14
K a2 =

Menghitung konsentrasi kesetimbangan untuk tiap zat tidaklah sesukar yang


dibayangkan. Kunci pemecahan yang sederhana terdapat dalam pernyataan 3 di atas.
Konsentrasi H 3 0 + yang dihasilkan pada ionisasi kedua yaitu y, sangat kecil
dibandingkan konsentrasi pada ioninisasi pertama yaitu x. Jadi y <<x. Hal ini berarti (
x+y) ∞ (x-y)∞x Selanjutnya karena H 2 S adalah asam lemah, hampir tidak terionisasi
sama sekali. Artinya x < 0,10 dan (0,10 - x) = 0,10. Dengan asumsi tersebut kita
mendapatkan bilangan-bilangan aljabar.

x*x x*y
K a1 = = 1,1 x 10 -7 dan K a 2 = = 1,0 * 10-14
0,10 x
X 2 = 1,1 x l0 -8 x = 1,0 * 10 -4 y = 1,0 *10 -14
Konsentrasi Kesetimbangan

[H2S] = 0,10 M [H 3O+] = 1,0 x 10-4 M


[HS- ] = 1,0 x l0-4 M [S 2- ] = 1,0 x 10 -14 M

Selama Pernyataan 3 pada halaman 277 berlaku, gambaran yang diperoleh dari Contoh
17-11 adalah :
1. [H 30 +] dalam larutan asam poliprotik lemah dapat dihitung melalui Ka1.
2. Konsentrasi molar anion yang dihasilkan pada tahap kedua ionisasi asam diprotik
(misalnya [S 2- ] ) setara dengan K a2 .

Jika Pernyataan 3 tidak berlaku, penghitungan konsentrasi zat-zat di dalam larutan


menjadi lebih sulit karena dibutuhkan pemecahan dua atau lebih persamaan aljabar
sekaligus. Aspek tambahan kesetimbangan asam poliprotik dibicarakan dalam Bab 18
dan 19.

Kasus Yang Agak Berbeda – H 2 S0 4


H 2S0 4 berbeda dari asam poliprotik lain yang terdapat dalam Tabel 17-3
Perbedaan tersebut adalah: asam itu merupakan asam kuat pada tahap ionisasi yang
pertama clan menjadi asam lemah pada tahap yang kedua. Ionisasi terjadi sempurna
pada tahap yang pertama clan ini berarti pada hampir semua larutan H2 S0 4 (aq) kita
dapat mengasumsikan bahwa [H 2 S0 4 ] ∞ 0. Jadi suatu larutan 0,50 H 2 S0 4 dapat
diperlakukan seolah-olah terdiri dari 0,50 H3 0 + dan 0,50 M HSO4 dan kemudian
tentukan selanjutnya berapa banyak ionisasi HSO4- yang terjadi untuk menghasilkan
H 3 0 + dan S0 4 2- .
2
Contoh 17-12. Berapakah [H 3 0 + 1, [HS04 ] dan [SO4 ] di dalam 0,50 M H 2 S04 ?
Jawaban. Dengan menggunakan rumus yang sama seperti untuk H 2 S dalam Contoh
17-11 kita dapat menulis
H 2 SO 4 + H 2O -----> H 3 O + + HSO4 -
dimasukka dalam larutan 0,50 M -- --
perubahan - 0,50 M + 0,50 M + 0,50 M
45
sesudah ionisasi ≈0 0,50 M 0,50 M

HSO4 - + H 2O ------> H 3 0 + + SO 42-


dari ionisasi pertama 0,50 M 0,50 M ---
perubahan -x +x +x
sesudah ionisasi (0,5 – x)M (0,50 + x)M xM

Yang kita butuhkan di sini hanyalah Ka2. Jika kita mengasumsikan bahwa x<< 0,50, maka
(0,50 + x ) ≈ (0,50 - x)≈ 0,50 dan

K a2 =
[H O ][SO ] = (0,50 + x)x = 1,29 x 10
3
+
4
2−
-2
− (0,50 − x)
HSO 4
+
[H3O ] = 0,50 + x = 0,51 M [HSO4] = 0,50 – x = 0,49
[SO42-] = x = 0,0129 M

Asumsi yang dibuat dalam penghitungan ini sama dengan asumsi pada Contoh 17-11
untuk H2S dan menunjukkan [SO42- ] = Ka2. Tetapi perhatikan, bahwa asumsi ini tidak
akan berlaku jika H2S04(aq) yang asli jauh lebih encer dari 0,50 M H2S04.

17 - 7 Kation dan Anion sebagai Asam dan Basa


Asam dan basa yang sudah kita bicarakan sejauh ini merupakan zat-zat bermolekul netral.
Tetapi, pemberi proton dan penerima proton tidak terbatas pada molekul-molekul netral.
Banyak ion-ion yang dapat berperan serupa. Misalnya pada tahap ionisasi kedua dan
selanjutnya dari asam poliprotik, sebuah anion berfungsi sebagai asam seperti pada
ionisasi

H2PO4- + H20 <====> H30+ + HPO42- K = K a2 = 6,2 x 10 -8


Berikut ini adalah juga reaksi asam-basa. Kita lihat apa yang terjadi

NH4+ + H2O <====> NH3 + H3O+ (17.33)


C2H3O2- + H2O <====> HC2H3O2 (17.34)

Reaksi (17.33) menunjukkan bahwa NH4+ merupakan asam, mampu memberi proton
kepada air (suatu basa). Tetapan kesetimbangan untuk reaksi ini dapat dipandang sebagai
tetapan ionisasi asam Kal dari amonium NH4+. Reaksi (17.34) memperlihatkan C2H302
berperan sebagai basa dengan menerima proton dari air (suatu asam). Di sini tetapan
kesetimbangan yang digunakan adalah tetapan ionisasi basa Kb untuk ion asetat, C2H302
Tabel 17-4 memperlihatkan tetapan ionisasi untux beberapa ion.

TABEL 17-4. Tetapan ionisasi Asam dan Basa untuk beberapa ion pada 25°C.

Kesetimbangan ionisasi tetapan ionisasi K pK


Asam Ka = pKa =
Ion ammonium NH 4+ + H2O <===> H3O+ + NH3 5,7 x 10 -10

9,24

46
Ion anilinium C6H5NH3+ + H2O <===> H3O + + C6H5NH 2 2,3 x 10-5
4,64
Ion etilamonium C2H5 NH3+ +H2O<===> H3O+ + C2H 5NH 2 2.3x 10-11
10,64
Ion metillamonium CH 3NH3+ + H2 O<===> H 3O+ + CH3NH2 2,4 x 10-11
10,62
Basa Kb = pKb =
Ion asetat C2H3O2- H2O<===> H3O+ + HC2H3O2 5,7 x 10-10
9,24
+
Ionklorit ClO2- + H 2O<===> H3 O + HclO 2 8,3 x 10-13
12,08
Ion sianida CN- + H2O<===> H3O+ + HCN 2,5 x 10-5
4,60
Io flourida F- + H2O<===> H3O+ + HF 1,5 x 10-11
10,82
Ion hipoklorit OCl- + H2O<===> H 3O+ + HOCl 3,4 x 10-7
6,47
Ion nitrit NO2- + H2O<===> H 3O+ + HNO2 1,9 x 10-11
10,72

Hidrolisis. Di dalam air murni pada 25oC, [H30+] = [OH-] = 1.0 x 10-7 M. Jika suatu
garam misalnya NaCI ditambahkan ke dalam air, terjadi penguraian sempurna yang
menghasilkan ion-ion Na+ dan CI-, tetapi ion-ion ini tidak mempengaruhi ionisasi air.
pH larutan tetap 7.

Na+ + Cl- + H2O-----> tidak ada reaksi

Kita dapat mengatakan bahwa baik Na+ rnaupun Cl- tidak memiliki sifat asam dan basa.
Mereka adalah ion-ion netral.
Jika NH4Cl ditambahkan ke dalam air, pH-nya turun di bawah 7. Ini berarti bahwa
[H30+] di dalam larutan bertambah dan [OH-] berkurang. Suatu reaksi yang
menghasilkan H30+ pasti terjadi antara ion-ion yang ditambahkan dengan molekul-
molekul air. Cl- tidak dapat berperan sebagai asam, sebab ion tersebut tidak memiliki
proton untuk dilepaskan ataupun kemampuan untuk menerirna pasangan elektron. CI-
merupakan basa yang terlalu lemah untuk menerima proton dari H 20. Tetapi seperti
sudah kita saksikan, reaksi terjadi di antara NH4+ dan H20.

Cl- + H2O ----->tidak ada reaksi


NH4+ + H2O------> NH 2 + H3O+
(17.33)
Hidrolisis beberapa ion di gambarkan dalam Warna F.
Walaupun dasar reaksi (17.33) tidak berbeda dengan reaksi Bagian asam basa yang lain,
reaksi antara sebuah ion clan air sering disebut reaksi hidrolisis. Ion amonium
terhidrolisis sedangkan ion klorida tidak.
Jika natrium asetat ditambahkan ke dalam air, pH naik di atas 7. Ini berarti bahwa [OH-]
di dalam larutan bertambah dan [H30+] berkurang. Ion natrium tidak memiliki sifat asam
maupun basa, tetapi ion asetat terhidrolisis.
Na+ + H2O ----> tidak ada reaksi
C2H302- + H2O -----> HC2H3O2 + OH-
(17.34)
47
Dari pembicaraan terdahulu, kita dapat mengemukakan beberapa pernyataan
kualitatif tentang hidrolisis.
• Umumnya, di dalam larutan berpelarut air, garam terurai sempurna menjadi
ion-ion.
• Garam dari asam kuat clan basa kuat (seperti NaCI) tidak terhidrolisis.
• Garam dari asam lemah dan basa kuat (seperti NaC2H302) mengalami
hidrolisis menghasilkan larutan bersifat basa: pH > 7. Anion dalam garam
semacam inilah yang berperan sebagai basa.
• Garam dari asam kuat dan basa lemah (seperti NH 4C1) mengalami hidrolisis,
menghasilkan larutan bersifat asam: pH < 7. Dalam garam semacam ini kation
berfungsi sebagai ; asam.
• Garam dari asam lemah clan basa lemah (seperti NH4C2H302) terhidrolisis
tetapi sifat netral atau asam atau basa dari larutannya bergantung pada nilai Ka
dan Kb untuk ion-ion yang terhidrolisis.

Coritoh 17-13. Ramalkan apakah larutan-larutan di bawah ini akan bersifat


asam, basa atau netral. (a) NaCN(aq); (b) KCI(aq); (c) NH4CN(aq).
Jawaban.

(a) Ion yang terdapat dalam larutan adalah Na+ yang tidak terhidrolisis dan CN- yang
terhidrolisis.
C N - + H 2 O < = = = = > H C N + OH -
.
Karena reaksi hidrolisis menghasilkan OH - ,larutannya bersifat basa
(b) Baik K + maupun CI - tidak mengalami hidrolisis. KCl(aq) bersifat netral, pH = 7.
(c) Baik NH4 + maupun CN - mengalami hidrolisis dalam larutan berpelarut air, yang
satu
menghasilkan H 30 + dan yang lain menghasilkan OH - .

NH 4 + + H 2 O <====> NH 3 + H3O + K a = 5,7 x 10 -10


CN - + H 2 O <====> HCN + OH - K b = 2,5 x 10 -5

Karena K b lebih besar daripada K a,kita dapat mengharapkan CN mengalami hidrolisis


lebih lanjut daripada NH4 + . Ini berati [OH - ]> [H3 0 +] dan larutan bersifat basa.

Dalam Contoh 17-13 kita menduga bahwa NaCN bersifat basa (pH > 7). Ualam
Contoh 17-14 kita menggunakan tetapan ionisasi Kb untuk CN - guna menghitung pH
larutan NaCN.

Contoh 17-14. Berapakah pH larutan 0,50 M NaCN?


Jawaban. Konsentrasi beberapa zat yang terlibat dalam reaksi hidrolisis dapat dilihat
di bawah ini dengan x = [OH - ].
CN - + H 2 O <===> HCN + OH -
dimasukkan dalam larutan 0,50 M -- ---
perubahan -x +xM +xM
konsentrasi kesetimbangan (0,5 – x)M xM xM
[OH ][HCN] = 2,5 x 10

[CN ]
-5
Kb =

x*x x2
= = 2,5 x 10 -5
0,5 − x 0,5 − x
48
Kemudian dibuat asumsi, jika x << 0,50, maka (0,50 - x) ≈ 0,50
x 2 = (0,5)(2,5 x 10-5) = 1,2 x 10 -5 = 12 x 10 -6
x = [O H - ] = (12X10 -6 ) 1/2 = 3,5X 10 -3
Kw 1,0x10 −14
[H 3O + ] =
[ OH ]

=
3,5x10 −3
= 2,9 x 10-12

p H = - l o g [ H 3 O ] = -log (2.9 x l0 -12) = 11,54


+

Pendugaan bahwa NH 4 CN(aq) bersifat basa (pH > 7) dapat dilakukan dengan
mudah, seperti pada Contoh 17-13 (c). Menghitung pH NH4 CN(aq) yang tepat jauh
lebih sulit karena beberapa persamaan aljabar harus diselesaikan sekaligus.
Penghitungan ini dapat dijadikan latihan bagi yang berminat.
Hubungan antara Tetapan Ionisasi Asam Lemah (atau Basa) dengan
Konjugatnya.Tetapan ionisasi untuk kation dan anion tidak sering dijumpai dalam
bentuk tabulasi seperti Tabel 17-4. Biasanya angka-angka tersebut harus diturunkan
dari data yang lain. Hal ini merupakan penerapan langsung dari metode penggabungan
tetapan kesetimbangan yang disinggung dalam Sub Bab 15-12.
Di bawah ini tertulis persamaan untuk ionisasi (a) asam asetat sebagai asam lemah
dan (b) ion asetat sebagai basa. Penjumlahan dari kedua persamaan ini menghasilkan
swa-ionisasi air. Jika kedua persamaan dijumlahkan, seperti kita pelajari dalam Sub
Bab 15-12, tetapan kesetimbangan dari reaksi bersih merupakan hasil dari
penggabungan tetapan kesetimbangan reaksi-reaksi yang terlibat.

(a) HC2H3O2 + H 2 O <====> H 3 0 + + C2 H 3 02 Ka (asam asetat)


(b) C2 H 3 O 2 + H20 <====> OH - + HC2 H 3 O 2 Kb (ion asetat)
bersih: 2H2O <====> H 3O+ + OH- Kw = Ka x Kb

Tetapan Ka (untuk kation) dan Kb (untuk


anion) kadang-kadang dianggap sebagai
tetapan hidrolisis Kw karena bilangan-
bilangan tersebut berhubungan dengan
reaksi hidrolisis. Seperti sudah dicatat sebe-
lumnya, tidak ada perbedaan antara reaksi
hidrolisis dengan reaksi asam-basa yang
lain.
Hasil persamaan (17-35) dapat ditulis kembali untuk menunjukkan bahwa tetapan
ionisasi basa konjugat (anion) dari asam lemah adalah
K
Kb = w (17.36)
Ka
Dengan cara yang sama, tetapan ionisasi asam konjugat (kation dari basa lemah adalah
K
K a = w (17.37)
Kb
Jika kita ingin menghitung pH suatu larutan air dari natrium benzoat (NaC7 H 5 0 2 ),
kita harus lebih dulu menggunakan data dari Tabel 17-2 dan persamaan (17.36) untuk
menetapkan Kb bagi ion benzoat. Hal ini dilakukan seperti contoh berikut.

Contoh 17-15. Berapakah Kb untuk ion benzoat C7 H 5 O 2- ?

C 7H 5 O 2 - + H 2 O <====> HC7 H 5 0 2 + OH - Kb = ?
Jawaban. Dari persamaan 17.36 kita dapatkan

49
Kw 1,0x10 −14
K b (C 7 H 5O 2 ) = = = 1,6 x 10 -10
K a (CH 7 H 5O 2 ) −5
6,3x10

Ion Logam Terhidratasi sebagai Asam. Kecuali NH4 +, kation-kation pada Tabel 17-4
tidaklah terlalu umum (mereka diturunkan dari molekul-molekul organik). Di antara
ion-ion loga sederhana kita ketahui bahwa Na+ tidak terhidrolisis, juga kation lain dari
golongan logam I dan IIA. Namun hidrolisis penting bagi ion-ion logam yang lain
terutama bagi logam-logam transisi. Kation-kation ini mengalami ionisasi sebagai
asam, yaitu pemberi proton. Hal ini terjadi melalui ionisasi molekul-molekul air yang
melekat pada ion logam. Jadi ion-ion loga yang terhidratasilah yang mengalami
hidrolisis seperti pada kasus Fe 3+(aq).

[Fe(H 2O 6 )]3+ + H2O <====> [Fe(H2O) 5 OH]2+ + H 3O + (17.38)

Satu dari 6 molekul Hz0 yang melekat pada Fe 3+ dalam ion kompleks [Fe(H20)6]3+
kehilangan satu proton untuk membebaskan molekul H2O dan mengubahnya menjadi H3O+.
Molekul H20 yang sudah terioniasi berubah menjadi OH- yang tetap melekat pada ion Fe3+
dan mengurangi muatan ion kompleks dari 3+ menjadi 2+.

17 - 8 Susunan Molekul dan Perilaku Asam-Basa


Ada dua pertanyaan yang harus dipertimbangkan untuk melukiskan sifat-sifat kuantitatif
larutan berair yang akan kita bahas dalam bab ini. Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah:
Apakah proses ionisasi di dalam larutan terjadi sempurna atau apakah tercapai suatu taraf
kesetimbangan? Jika kesetimbangan terjadi, berapakah tetapan kesetimbangan yang dapat
digunakan? Jika kita sudah menjawab pert anyaan-pertanyaan tersebut, umumnya kita dapat
menghitung konsentrasi yang ingin kita ketahui.
Tetapi kadang-kadang kita hanya mencari jawaban kualitatif: Mengapa HOCI
merupakan asam lemah sedangkan HC104 adalah asam kuat? Mengapa etanol (C2H5OH)
merupakan asam yang jauh lebih lemah dibanding fenol (C6H5OH)? Walaupun beberapa
keadaan yang menyangkut kekuatan asam (atau basa) cukup rumit, dalam banyak kasus
kesimpulan yang didasarkan pada struktur molekul terbukti benar.
Kekuatan Asam dan Basa Br¢nsted - Lowry. Sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan
seperti di atas, kita harus lebih banyak mempelajari kekuatan asam dan basa menurut teori
Bronsted - Lowry. Jika kita pelajari kedua reaksi berikut ini, kita dapatkan suatu reaksi
yang cenderung terjadi dengan sempurna, sedangkan yang lain hampir tidak bergeser ke
kanan sama sekali.

HC104 + OH- H2O + C104


asam(1) basa(2) asam(2) basa(1)
sangat kuat lemah sangat
kuat lemah
HC03- + Br - HBr + C032
asam(1) basa(2) asam(2) basa(1)
lemah sangat sangat kuat
lemah kuat

Setiap reaksi menggambarkan suatu pernyataan pada halaman depan reaksi asam-basa
Bronsted Lowry selalu cenderung bergeser ke arah gabungan asam kuat/basa kuat dibanding
ke arah gabungan asam lemah/basa lemah. Pernyataan ini juga menunjukkan dibutuhkannya
50
suatu daftar asam-basa Bronsted-Lowry berdasarkan kekuatannya. Daftar tersebut terdapat
dalam Tabel 17-5. Perhatikan bahwa semakin kuat suatu asam semakin lemah basa
konjugatnya.
Penempatan urutan zat-zat dalam Tabel 17-5 langsung didasarkan pada angka-angka
yang telah kita dapatkan dalam bab ini. Sebagai contoh, asam asetat (Ka = 1,74 x 10-5) lebih
kuat dibanding asam karbonat (Kal = 4,2 x 10-7 ); dan asam karbonat lebih kuat dibanding
anionnya, HC03- (Ka2 = 5,6 x 10-11 ). Tetapi mengapa kita menempatkan HC104 lebih dulu
daripada HCl? Di dalam air kedua asam ini sangat kuat sehingga terionisasi sempurna. Air
dianggap mempunyai dampak perata "levelling effect" pada kedua asam ini. Air merupakan
basa yang cukup kuat untuk menerima proton dari asam-asam tersebut, mengaburkan
perbedaan yang terdapat di antara ke duanya.
Untuk membedakan kekuatan HC104 dan HCl kita memerlukan pelarut pembeda
(differentiating solvent). Pelarut ini merupakan basa lemah yang akan menerima lebih dulu.

TABEL 17-5
Urutan kekuatan beberapa asam dan basa Bronsted-Lowry.
Asam Basa konjugat
Asam perklorat HCLO3 ion perklorat ClO-
Asam hidroiodat HI ion iodida I-
Asam hidrobromat HBr ion bromida Br-
Asam hidroklorat HCl ion klorida Cl-
Asam nitrat HNO3 ion nitrat NO3-
Asam sulfat H2SO4 ion hidrogen sulfat HSO4-
+
Ion hidronium H3O aira H 2O
-
Ion hidrogen sulfida HSO4 ion sulfat SO4-
Asam nitrit HNO2 ion nitrit NO2-
Asam asetat H2C2H3O2 ion asetat C2H3O2-
Asam karbonat H2CO3 ion bikarbonat HCO3-
+
Ion ammonium NH amonia NH3-
Ion bikarbonat HCO3- ion karbonat CO3-
Air H2O hidroksida OH-
metanol CH3OH metoksida CH3O-
ammonia NH3 ion amida NH2-
a
Penempatan kombinasi ion hidronium/air dihubungkan dengan kelancaran pergeseran
suatu proton dari satu molekul air ke molekul air yang lain, yaitu

H3O+ + H20 <===> H3O+ + H20

proton dari asam yang lebih kuat. Afinitas dietil eter (C2H5OC2H5) terhadap proton lebih
lemah daripada air. Dalam dietil eter, HC104 pada dasarnya masih terioniasi sempurna, tetapi
HCl hanya sebagian. Jadi untuk menentukan perbandingan kekuatan asam, pelarut yang di-
gunakan memegang peranan penting. Tetapi untuk selanjutnya kita akan memusatkan
perhatian pada larutan-larutan berair.

Kekuatan Ikatan dan Kekuatan Asam. Kekuatan suatu asam atau basa pada akhir haruslah
berkaitan dengan kemampuan mendapat atau memberi proton.
Adalah terlalu sederhana untuk menghubungkan keasaman asam biner (binary acid) HX
semata-mata dengan penguraian ikatan H-X. Energi ikatan diberikan untuk penguraian zat
gas, sedangkan di sini kita berhubungan dengan zat yang berbentuk larutan. Sekalipun
demikian, terlihat bahwa semakin kuat ikatan H-X semakin lemah asam tersebut. Secara

51
umum hal ini dapat berlaku pada rangkaian asam-asam HF, HCI, HBr, HI karena pada asam-
asam tersebut energi ikatan bertambah dengan urutan sebagai berikut:

HI < HBr < HCl < HF

sebaliknya kekuatan asampun menurun, dengan urutan sebagai berikut

HI > HBr > HCl > HF


Kuat lemah
Suatu pandangan lain yang juga dapat menetapkan urutan asam-asam tersebut adalah
bahwa pada saat ukuran berkurang, ikatannya dengan proton meningkat. Anion

Kenyataan bahwa HF adalah asam lemah sedangkan halida


hidrogen yang lain sangat kuat, seolah-olah merupakan suatu
anomali. Ada suatu usul yang mengatakan bahwa di dalam
HF(aq) pasangan ion terikat oleh ikatan hidrogen yang kuat.
Ini mencegah konsentrasi H30+ bebas menjadi besar.

HF + H20 ----> (-F....H3O+) <====> H30+ + F

merupakan basa konjugat dari asam dan ketika kekuatan basanya berkurang, ikatannya
dengan proton meningkat. Anion merupakan basa konjugat dari asam dan ketika kekuatan
basanya bertambah, kekuatan asampun menurun.
Oksida-oksida Asam, Basa dan Amfoter. Sebagian besar unsur membentuk senyawa
dengan oksigen dan suatu skema penggolongan oksida menggunakan istilah: bersifat
asam, basa dan amfoter. Untuk melihat bagaimana skema tersebut digunakan, misalkan
suatu oksida hipotetis, EXOy, yang dibentuk oleh unsur E. Andaikan juga bahwa oksida
ini bereaksi dengan air membentuk senyawa hidrokso berisi satu atau lebih ikatan.
E-O-H.
ExOy + H20 -----> E-O-H

Setiap faktor yang menarik elektron ke arah atom E memperkuat ikatan E-O,
memperlemah ikatan O-H dan menyebabkan senyawa hidrokso tersebut mengion sebagai
asam. Kemampuan senyawa tersebut untuk memberikan proton meningkat dengan
kehadiran basa kuat seperti OH-
-
E – O – H + OH- -----> E – O + H 2O

Perilaku ini dimungkinkan oleh ukuran kecil dan muatan besar pada atom E (seperti
ditunjukkan oleh taraf oksidasi tinggi atau muatan formal yang tinggi) clan diharapkan
terjadi jika unsur E adalah unsur bukan logam. Dalam keadaan-keadaan seperti ini oksida
ExO y
disebut asam anhidrida (dari kata Yunani: tanpa air) clan senyawa hidrokso disebut asam
yang mengandung oksigen.
Ukuran yang besar clan muatan kecil dari atom E menguntungkan pemecahan ikatan
E-O. Senyawa hidrokso mengion menghasilkan OH-clan atom E menjadi bersifat kation.
Kecenderungan untuk mengion sebagai basa meningkat jika senyawa hidrokso
ditempatkan dalam larutan asam. Perilaku- semacam ini berhubungan dengan sifat logam
di dalam unsur E. Dalam hal ini oksida EXOv berlaku sebagai basa anhidrida.

52
+
E – O – H + H3O+ -------> E + 2H2O

Dalam beberapa kasus senyawa hidrokso bisa berperan baik sebagai asam maupun
sebagai basa. Perilaku seperti ini dikenal sebagai amfoteri clan dihubungkan dengan
unsur yang selain mempunyai sifat logam juga mempunyai sifat bukan logam.
Penjelasan yang lebih kuantitatif mengenai pengaruh ukuran clan muatan terhadap
sifat asam-basa senyawa hidrokso didasarkan pada rapatan muatan, atau perbandingan
muatan kation dengan jari-jarinya. Semakin tinggi rapatan muatannya, bertambah basa
sifat senyawanya. Untuk senyawa hidrokso di bawah ini, kepadatan muatan dan arah
keasamannya adalah:

Mg(OH)2 < Be(OH) 2 ≈ Al(OH) 3 < B(OH) 3


basa amfoter asam

jari jaii ion Mg2+, 65 Be2+ AI3+,50 B3+, 20


rapatan muatan 2/65 = 2/31= 3/50= 3/20 =
0,031 < 0,065 ≈ 0,060 < 0,15
Skema penggolongan oksida-oksida dapat dilihat pada Tabel 17-6.

TABEL 17-6.
Penggolongan Beberapa Oksida
Asam Basa Amfoter
Unsur-unsur utama
Cl 2 O P 4 O 10 Na2 O BeO GeO
SO 2 CO 2 K2O Al 2 O 3 Sb 2 O 3
SO 3 SiO 2 MgO SnO
N2O5 B2O3 CaO PbO
Unsur-unsr transisi
CrO 3 Sc 2 O 3 ZnO
MoO 3 TiO2 Cr 2 O 3
WO 3 ZrO 2
Mn 2 O 7

Kekuatan Asam Yang Mengandung Oksigen. Suatu asam yang mengandung oksigen
mempunyai paling sedikit satu ikatan E-O-H dan salah satu dari ikatan E-O-H atau E-
O (atau kadang-kadang E-H). Susunan dan keasaman suatu asam yang mengandung
oksigen dilukiskan dalam Gambar 17-5.

GAMBAR 17-5. Susunan dan Keasaman Suatu Asam Yang Mengandung


Oksigen.
pemutusan ikatan
untuk sifat asam

sifat asam ExOy + nH2O ----> ---E – O – H

gugus lain, OH atau O


(kadang-kadang H)
Faktor-faktor yang menyebabkan penarikan elektron dari ikatan O-H ke arah atom
bukan logam E, membantu pemutusan ikatan O-H dan meningkatkan kekuatan asam.
Di dalam faktor-faktor tersebut terdapat elektronegativitas dari inti atom E dan
pertambahan jumlah atom oksigen (bukan kelompok OH) yang terikat langsung ke
53
atom E. Kenyataan bahwa HN0 3 merupakan asam kuat sedangkan H3 P0 4 adalah asam
lemah sesuai dengan pernyataan-pernyataan ini.
.. ..
:O :O
|| .. .. || ..
N–O–H H–O–P–O–H
.. .. ..
|
:O: :O:
..
|
H

kuat lemah

Struktur-struktur menurut Lewis ini menunjukkan


bahwa rumus HOCI, HOC10, ......, lebih tepat
sebagai rumus-rumus asam yang mengandung
oksigen, bukan HCl0, HCl02 ,......

Pada sederetan asam klor yang mengandung oksigen, pada saat bilangan oksidasi
(BO) dan muatan formal (MF) pada atom Cl meningkat, atom ini menjadi pusat "muatan
positif ”. Muatan elektron terpisahkan dari ikatan O-H, sehingga kekuatan asam
bertambah. Kekuatan asam berkisar dari HOCI, suatu asam lemah, sampai ke HOC103
(asam perklorat), salah satu asam yang paling kuat.

BO = +1 BO = +3 BO = +5 BO = +7
MF = 0 MF = +1 MF = + 2 MF = + 3
.. ..
:O : :O :
.. .. .. .. .. .. | .. .. | ..
H – O – Cl: H – O – Cl – O: H – O – Cl – O: H – O – Cl – O :
.. .. .. .. .. .. .. .. .. ..
|
:O:
..
-8 -2 3
Ka = 3 x 10 Ka = 12 x 10 Ka = 1 x 10 Ka = 1 x 108
As hipoklorit as klorit as klorat as perklorat
HOCL (HClO) HOCLO(HClO2) HOClO2((HClO3) HOClO 3(HClO4)

Umumnya, keadaan-keadaan di bawah ini sering digunakan pada asam beroksigen


dengan rumus EOm(OH)n (E merupakan atom pusat). Jika :
m = 0, K a1 = 10 -7; m = 1, K a1 ≈ 10 -2 ; m = 2 K a1 besar
m = 3, K a1, sangat besar

Perhatikan bahwa nilai-nilai Ka tersebut sesuai dengan data yang tercantum untuk asam-
asam beroksigen dari klor.

Kekuatan Asam-asam Organik. Etanol dan asam asetat mempunyai gugus O-H yang
terikat dengan atom karbon, tetapi asam asetat merupakan asam yang jauh lebih kuat
dibanding etanol.

54
..
H O: H H
| || .. | | ..
H–C–C–O–H H–C–C–O–H (17.39)
.. ..
| | |
H H H

asam asetat, pKa = 4,76 etanol, pKa = 15,9

Kita dapat menyimpulkan bahwa atom oksigen karbonat di dalam asam asetat (
C=O), karena elektronegativitasnya yang tinggi, menarik elektron dari ikatan O-H.
Hasilnya adalah proton menjadi lebih cepat lepas. Alasan lain untuk mengatakan bahwa
asam asetat merupakan asam yang lebih kuat adalah berdasarkan pada anion yang
terbentuk.

(17.40)

Di dalam anion asetat terjadi resonansi. Ada dua struktur yang mungkin dituliskan
dimana ikatan ganda dipindahkan dari satu atom 0 ke atom 0 yang lain. Hasil bersihnya
adalahtiap ikatan karbon-oksigen merupakan suatu ikatan "3/2" dan setiap atom O
membawa "1/2" muatan negatif. Singkatnya, kelebihan unit muatan negatif menjadi
tersebar. Ini mengurangi kemampuan setiap atom untuk menarik sebuah proton dan
menjadikan ion asetat suatu basa Br¢nsted-Lowry yang agak lemah. Sebaliknya, ion
etoksida tidak mengalami resonansi. Muatan negatif terpusat pada satu atom O. Ion
tersebut merupakan basa yang lebih kuat dibanding ion asetat. Jika basa konjugatnya
kuat, maka asam yang berhubungan dengannya adalah asam lemah (ingat Tabel 17-5).

Pergantian gugus juga dapat mempengaruhi kekuatan asam organik. Pergantian satu atom
H oleh satu atom Cl di dalam asam asetat menghasillcan asam monokloroasetat.

(17.41)

asam monokloroasetat, pKn - 2.,87

Atom Cl yang sangat elektronegatif membantu menarik elektron dari ikatan O-H.
Ikatan tersebut menjadi lemah; proton lebih mudah lepas clan asam tersebut lebih kuat
dibanding asam asetat. Dipandang dari kedudukan anion, atom elektronegatif Cl
menimbulkan penyebaran muatan negatif lebih jauh daripada yang digambarkan dalam
(17-40). Ion monokloroasetat lebih lemah dibanding ion asetat dalam hal menarik proton,
ion tersebut adalah basa yang lebih lemah.
Kekuatan beberapa gugus dalam molekul tertentu untuk menarik elektron disebut
"efek induksi". Efek induksi paling kuat bila gugus "substituen" melekat pada gugus

karboksil .

55
Pengaruhnya menurun dengan cepat jika gugus "substituen" bergeser menjauhi gugus
karboksil. Sistem cincin benzena (gugus fenil) memperlihatkan efek induksi, dan
menerangkan kekuatan asam dari fenol (17-42) yang lebih besar dibandingkan dengan
etanol.

(17.42)

fenol, pKa = 10,0

Substituen elektronegatif pada gugus fenil dapat juga memperlihatkan efek induksi,
yang menyebabkan asam tersebut menjadi lebih kuat.
Contoh 17-16. Pasangan asam yang manakah yang lebih kuat?

I II

Jawaban :

(a) Karena F lebih bersifat elektronegatif dibanding Cl, maka dayanya untuk menarik
elektron dari ikatan O-H harus lebih besar daripada Cl. Asam mono fluoroasetat(I)
merupakan asam yang lebih kuat dibanding asam mono kloroasetat.
(b) Atom Cl menimbulkan efek induksi yang paling kuat pada lokasi yang berdekatan
dengan gugus karboksil. Senyawa II (asam 2-kloropropanoat) lebih asam daripada
senyawa I (asam 3-kloropropanoat).
(c) Atom Br yang bersifat elektronegatif menarik elektron dari gugus O-H.
o-Bromofhenol (II) merupakan asam yang lebih kuat dibanding fenol (I)
.

56
Ringkasan
Banyak sekali larutan kimia dapat dijelaskan melalui teori asam-basa. Teori Bonsted-
Lowry melukiskan reaksi asam-basa dalam peristiwa perpindahan proton, yaitu
perbandingan kekuatan asam-basa menentukan ke arah mana reaksi asam-basa akan
terjadi, yaitu dari kombinasi asam/basa yang lebih kuat ke yang lebih lemah. Teori
Lewis memandang reaksi asam-basa dari arah pembentukan ikatan kovalen antara zat
penerima pasangan elektron (asam) dengan pemberi (donor) elektron (basa). Gunanya
yang paling besar adalah dalam keadaan di mana reaksi terjadi tanpa kehadiran suatu
pelarut atau pada saat suatu asam tidak mengandung atom hidrogen.
Pada peristiwa swa-ionisasi air, proton dipindah dari satu molekul air ke molekul
lainnya, menghasilkan ion-ion H 3 0 + dan
OH - . Tetapan keseimbangan untuk peristiwa ini adalah hasil kali ion dari air, Kw .
Tetapan dari hasil kali ion tersebut memungkinkan penghitungan [OH- ] dari suatu
nilai [H 3 0 +] yang diketahui dan sebaliknya. Suatu cara untuk menyatakan [H 3 0 +] dan
[OH - ] adalah penggunaan lambang pH dan pOH. Dalam setiap larutan berair pada
25 ° C, pH + n(1H = 14 00
Asam kuat mengalami ionisasi sempurna di dalam larutan dengan pelarut air
menghasilkan H 3 0 +. Demikian juga basa kuat mengion sempurna menghasilkan OH - .
Pada asam lemah dan basa lemah ionisasi molekul asam dan basa tidak terjadi sempur-
na. Kesetimbangan terjadi di antara asam/ basa yang tidak mengion dengan ion-ionnya
dan digambarkan melalui tetapan ionisasi K Q atau K b . Beberapa asam lemah meng-
hasilkan lebih dari satu proton pada tiap molekulnya dan terjadi secara bertahap.
Caranya, mula-mula molekul asam poliprotik kehilangan satu proton, kemudian anion
asam kehilangan proton dan seterusnya. Tetapan ionisasi yang berlainan berlaku untuk
tiap tahap. Penghitungan yang melibatkan kesetimbangan ionisasi serupa dengan cara
yang dilakukan untuk kesetimbangan fase gas dalam Bab 15, walaupun beberapa
pertimbangan harus dipikirkan untuk asam poliprotik.
Dalam reaksi antara ion dan air - yang kadang-kadang disebut reaksi hidrolisis,
ionion dapat dianggap sebagai asam lemah atau basa lemah. Nilai-nilai K Q dan K b
untuk reaksi-reaksi ini dapat dihasilkan dari kenyataan bahwa basil kali tetapan
kesetimbangan

57

Anda mungkin juga menyukai