Untuk lebih memahami penyetaraan persamaan reaksi dengan metode matriks, tinjau persamaan reaksi
berikut:
Contoh 1.30:
P2I4 + P4 + H2O → PH4I + H3PO4
Lakukan penyetaraan persamaan reaksi tersebut dengan cara aljabar !
Penyelesaian:
Pertama-tama diberikan koefisien pada persamaan reaksi sehingga persamaan reaksi akan menjadi
sebagai berikut:
a P2I4 +b P4 + c H2O → d PH4I + e H3PO4
Setiap atom harus memiliki jumlah yang sama pada ruas kiri dan kanan. Pertama-tama tinjau atom
hidrogen terlebih dahulu. Di ruas kiri terdapat dua buah atom hidrogen dan di ruas kanan terdapat 4 + 3
buah atom hidrogen. Persamaan linier untuk atom hidrogen adalah sebagai berikut:
2 = 4 + 3
Dengan cara yang sama, akan diperoleh persamaan linear untuk oksigen:
= 4
dan juga persamaan linier untuk fosfor: 2 + 4 = +
2 4 0 −1 1
4 0 0 −1 0
=
0 0 2 −4 3
0 0 1 0 4
Penyelesaian matriks tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan cara invers dengan menganggap
sebagai A.X = b, sehingga X = A b
5/16
13/32
=
4
5/4
Perhatikan bahwa e dimisalkan adalah 1, dan nilai-nilai , , , , , sekarang telah lengkap. Namun,
nilainya belumlah bilangan bulat, karena itu semua koefisien akan dikalikan dengan suatu bilangan
tertentu, dalam kasus ini bilangan tersebut adalah 32, sehingga hasil akhir seluruh koefisien adalah:
= 10
= 13
= 128
= 40
= 32
Maka persamaan reaksi yang telah disetarakan dengan cara aljabar menggunakan matriks adalah:
10P2I4 + 13P4 + 128H2O → 40PH4I + 32H3PO4
Selain menggunakan metode matriks dengan cara invers matriks, kasus penyetaraan persamaan reaksi
dapat juga diselesaikan menggunakan cara determinan (metode Crammer). Untuk memahami cara
Crammer, perhatikan persamaan reaksi berikut:
Contoh 1.31:
Diberikan persamaan reaksi sbb:
HClO4 + P4O10 → H3PO4 + Cl2O7
Lakukan penyetaraan persamaan reaksi tersebut dengan cara aljabar !
Penyelesaian:
Pertama-tama diberikan koefisien pada persamaan reaksi sehingga persamaan reaksi akan menjadi
sebagai berikut:
a HClO4 + b P4O10 → c H3PO4 + d Cl2O7
Setiap atom harus memiliki jumlah yang sama pada ruas kiri dan kanan.
untuk atom H : = 3
untuk atom Cl: = 2
untuk atom O: 4 + 10 = 4 + 7
untuk atom P: 4 = ,
Selanjutnya misalkan = 1, maka persamaan menjadi:
–3 = 0
= 2
4 + 10 – 4 = 7
4 – = 0,
Karena kita hanya mencari 3 buah variabel, sedangkan terdapat 4 buah persamaan, maka salah satu
persamaan dapat dihilangkan, sehingga hasil ubahan sistem persamaan linier tersebut ke dalam bentuk
matriks, menjadi:
1 0 −3 0
1 0 0 = 2
4 10 −4 7
Selanjutnya penyelesaian matriks tersebut dapat dilakukan dengan cara Crammer dengan menggunakan
rumus: = ; = ; =
1 0 −3
= 1 0 0 = −30
4 10 −4
0 0 −3
= 2 0 0 = −60
7 10 −4
1 0 −3
= 1 2 0 = −5
4 7 −4
1 0 0
= 1 0 2 = −20
4 10 7
Sehingga diperoleh:
= = = 2; = = = ; = = =
Karena hasilnya bukanlah bilangan bulat, maka bagilah setiap bilangan dengan bilangan terkecil yaitu
1/6. Diperoleh nilai sebagai berikut:
= 12; = 1; = 4; =6
Sehingga diperoleh persamaan reaksi yang setara sebagai berikut:
12HClO4 +1 P4O10 → 4H3PO4 + 6Cl2O7
Bagaimana dengan reaksi redoks?. Reaksi redoks juga dapat disetarakan dengan menggunakan konsep
matriks. Perhatikan reaksi kimia pada contoh berikut:
Contoh 1.32:
Dari persamaan reaksi redoks berikut, lakukan penyetaraan menggunakan cara aljabar!
Cr2O72- + H+ + Fe2+ → Cr3+ + H2O + Fe3+
Penyelesaian:
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, pertama-tama setiap senyawa diberikan koefisien tertentu:
aCr2O72- + bH+ + cFe2+ → dCr3+ + eH2O +fFe3+
Kemudian disamakan atom-atom ruas kiri dan ruas kanan. Untuk reaksi redoks, muatan total ruas kiri dan
ruas kanan juga harus disamakan.
Untuk atom kromium: 2 =
Untuk atam oksigen = 7 =
Untuk atom hydrogen = = 2
Untuk atom besi = =
Untuk keseimbangan muatan:
−2 + + 2 = 3 + 3
Selanjutnya karena c = f, maka persamaan muatan dapat disederhanakan menjadi:
−2 + – = 3 , dan sistem persamaan akan menjadi sbb:
2 =
7 – = 0
–2 = 0
−2 + – = 3 ,
jika dimisalkan = 1, maka persamaan linier akan menjadi sbb:
2 = 1
7 – = 0
–2 = 0
−2 + – = 3, matriks sistem persamaan linier menjadi sbb:
2 0 0 0 1
7 0 0 −1 0
= ,
0 1 0 −2 0
−2 1 −1 0 3
dengan menggunakan invers matriks diperoleh nilai: = ½ , = 7, = 3, = 1 dan = 7/2,
= 3. Agar diperoleh hasil berupa bilangan bulat maka semua nilai dikalikan dengan 2, sehingga
diperoleh nilai = 1, = 14, = 6, = 2, = 7 dan = 6
Dengan demikian persamaan reaksi redoks yang telah setara adalah:
Cr2O72- + 14H+ + 6Fe2+ → 2Cr3+ + 7H2O +6Fe3+
Contoh 1.33:
Reaksi yang ditunjukkan pada contoh sebelumnya dapat mudah diseimbangkan dengan cara aljabar biasa.
Tidak demikian halnya dengan persamaan berikut:
+ → + +
Sekilas, mungkin tampak bahwa persamaan ini tidak bisa seimbang secara aljabar karena ada enam
koefisien stoikiometri yang tidak diketahui tetapi hanya ada empat unsur (Cr, O, Fe, dan H). Agar
menghasilkan 6 buah persamaan, maka dibutuhkan persamaan bantu dengan cara mendifinisikan sebuah
variabel yang tidak diketahui dengan sebuah nilai tertentu.
Chromium (Cr): 2x − x = 0
Oxygen (O): 7x1 – x6 = 0
Iron (Fe): x2 – x5 = 0
Hydrogen (H): x3 – 2x6 = 0
Charge (+): –2x1 + 2x2 + x3 – 3x4 – 3x5 = 0
Dan misalkan x6 = 1, maka diperoleh persamaan baru dalam bentuk matriks yaitu:
2 0 0 −1 0 0 0
7 0 0 0 0 −1 0
⎛0 1 0 0 −1 0 ⎞ ⎛ ⎞ ⎛0⎞
⎜ ⎟⎜ ⎟ =
⎜0 0 1 0 0 −2⎟ ⎜ ⎟ ⎜ ⎜0⎟⎟
−2 −2 1 −3 −3 0 0
⎝0 0 0 0 0 1 ⎠⎝ ⎠ ⎝1⎠
Persamaan matriks diatas merupakan bentuk A. x = b, sehingga x dapat dicari dengan rumus : x = A . b,
selanjutnya dengan menggunakan bantuan excel, diperoleh nilai dari:
0 1/7 0 0 0 1/7
3 −8/7 3 1 −1 6/7
⎛ ⎞
0 0 0 1 0 2
A =⎜ ⎟,
⎜−1 2/7 0 0 0 2/7⎟
3 −8/7 2 1 −1 6/7
⎝0 0 0 0 0 1 ⎠
0 1/7 0 0 0 1/7 0
3 −8/7 3 1 −1 6/7 0
⎛ ⎞⎛ ⎞
0 0 0 1 0 2 0
sehingga = . =⎜ ⎟⎜ ⎟
⎜−1 2/7 0 0 0 2/7⎟ ⎜0⎟
3 −8/7 2 1 −1 6/7 0
⎝0 0 0 0 0 1 ⎠ ⎝ 1⎠
1/7
6/7
⎛ ⎞ ⎛ 2 ⎞
⎜ ⎟ =⎜ ⎟, atau = ; = ; = 2; = ; = ; =1
⎜ ⎟ ⎜2/7⎟
6/7
⎝ ⎠ ⎝ 1 ⎠
Selanjutnya bagi dengan nilai x terkecil untuk mendapatkan koefisien berupa bilangan bulat. Dalam hal
ini, nilai terkecil ditemukan di elemen pertama, ditunjuk oleh = 1/7, sehingga diperoleh:
= 1; = 6; = 14; = 2; = 6; =7
Dengan demikian diperoleh persamaan reaksi yang setara sebagai berikut:
+6 + 14 → 2 + 6 + 7
Contoh 1.34:
Gambar di bawah ini menunjukkan tiga reaktor yang dihubungkan oleh pipa. Laju aliran Q m3/menit, dan
konsentrasi c dalam ml/m3. Jika selama periode waktu materi yang masuk dan keluar dari volume dapat
dinyatakan sebagai: Akumulasi = input – output. Berdasarkan data pada sistem reaktor di bawah ini,
tentukan konsentrasi massa dari setiap reaktor.
Jika nilai-nilai yang diketahui disubstitusikan ke dalam persamaan, maka diperoleh matriks berikut ini.
85 + 45 −30 0 540
85 −(30 + 60) 0 = 0
−45 −60 125 230
130 −30 0 540
85 −90 0 = 0
−45 −60 125 230
Sehingga diperoleh konsentrasi pada masing-masing reaktor sbb: C1= 5,3115, C2= 5,0164, dan C3=
6,1600
Contoh 1.35:
Waste acid dari proses nitrasi dengan komposisi 21% HNO , 55% H SO , dan 24% air dipekatkan dengan
3 2 4
menambahkan larutan H SO 93% dan larutan HNO 90%. Hasil pencampuran diharapkan sebanyak 1000
2 4 3
lb/jam dengan komposisi 28% HNO dan 62% H SO . Hitunglah laju alir pada semua alur masuk.
3 2 4
Penyelesaian:
Persamaan neraca komponen
1 3 4
HNO : 0,21 F + 0,90 F = 0,28 F = 280 (1)
3
1 2
H SO : 0,55 F + 0,93 F = 620 (2)
2 4
1 2 3
H O : 0,24 F + 0,07 F + 0,10 F = 100 (3)
2
Dalam bentuk matriks dapat ditulis:
0.21 0 0.9 280
0.55 0.93 0 = 620
0.24 0.07 0.1 100
Penyelesaian menggunakan invers matriks A.F = B, maka F= A-1. B, sehingga:
0.21 0 0.9 −0,6339 −0,4294 5,7055
= 0.55 0.93 0 → = 0,3749 1,32923 −3,3742
0.24 0.07 0.1 1,2590 0,1002 −1,3313
−0,6339 −0,4294 5,7055 280
= = 0,3749 1,32923 −3,3742 620
1,2590 0,1002 −1,3313 100
126,7894
= 591,6837
281,5269
Dengan demikian diperoleh laju alir umpan waste acid (F ) sebesar 126,7894 lb/jam, laju alir asam sulfat
(F ) sebesar 591,6837 lb/jam dan laju alir asam nitrat pekat (F ) sebesar 281,5269 lb/jam.
Produk berupa zat A murni dengan laju 150 kmol/jam. Kendala proses adalah:
1. 75% dari A dan 45% dari B di dalam alur 2 di daur ulang
2. Perbandingan mol A terhadap B di dalam alur 1 adalah 5:2
Penyelesaian:
Neraca masa pencampur
+ 150 = atau − = 150
= atau − =0
Kendala-kendala
Porsi cabang:
- 0.75 + =0
-0.45 + =0
1 0 0 0 −1 0 0 0 0 150
0 1 0 0 0 −1 0 0 0 0
⎛1 0 ⎛ ⎞ ⎛ ⎞
−1 0 0 0 0 0 −1⎞ 0
⎜ ⎟⎜ ⎟ ⎜ ⎟
⎜0 −1 0 1 0 0 0 0 −1⎟ ⎜ ⎟ ⎜ 0 ⎟
⎜0 0 1 0 −1 0 −1 0 0 ⎟⎜ ⎟=⎜ 0 ⎟
⎜0 0 0 1 0 −1 0 −1 0 ⎟ ⎜ ⎟ ⎜ 0 ⎟
⎜0 0 −0.75 0 1 0 0 0 0 ⎟⎜ ⎟ ⎜ 0 ⎟
0 0 0 −0.45 0 1 0 0 0 0
⎝2 −5 0 0 0 0 0 0 0 ⎠⎝ ⎠ ⎝ 0 ⎠
Contoh 1.37
Gambar 1.4 menunjukkan 5 reaktor yang saling berkoneksi. Oleh karenanya, dibutuhkan ada 5 persamaan
keseimbangan massa untuk menganalisis reaktor dengan keadaan steady-state tersebut. Dari gambar
tersebut, pada reaktor 1 didapatkan aliran massa yang masuk melalui pipa ke reaktor, adalah 5(10) +
Q31c dan aliran yang keluar adalah Q12c + Q15c . Sama seperti studi kasus sebelumnya, karena sistem
reaktor dalam keadaan steady-state, maka aliran masuk sama dengan yang keluar.
Persamaan yang sudah dihasilkan dengan menganalisis setiap reaktor dengan steady-state kemudian akan
diselesaikan dengan beberapa solusi sistem persamaan linier. Matriks yang didapat dari persamaan
tersebut adalah sebagai berikut:
6 0 −1 0 0 50
⎛ −3 3 0 0 0 ⎞⎛ ⎞ ⎛ 0 ⎞
⎜ 0 −1 9 0 0 ⎟ ⎜ ⎟ = ⎜160⎟
0 −1 −8 11 −2 0
⎝−3 −1 0 0 4 ⎠⎝ ⎠ ⎝ 0 ⎠
Dengan menanggap persamaan di atas sebagai bentuk A. c = b, maka b dapat diselesaikan dengan c =
A . b, sehingga:
6 0 −1 0 0
⎛−3 3 0 0 0⎞
= ⎜ 0 −1 9 0 0 ⎟→ =
0 −1 −8 11 −2
⎝−3 −1 0 0 4⎠
9/53 1/159 1/53 0 0
9/53 18/53 1/53 0 0
⎛ ⎞
= ⎜ 1/53 2/53 6/53 0 0 ⎟
35/583 87/1166 51/583 1/11 1/22
⎝ 9/53 19/212 1/53 0 1/4 ⎠
9/53 1/159 1/53 0 0 50
9/53 18/53 1/53 0 0
⎛ ⎞⎛ 0 ⎞
c = A . b = ⎜ 1/53 2/53 6/53 0 0 ⎟ ⎜160⎟
35/583 87/1166 51/583 1/11 1/22 0
⎝ 9/53 19/212 1/53 0 1/4 ⎠ ⎝ 0 ⎠
610/53 11,5094
610/53
⎛ ⎞ ⎛ ⎞ ⎛11,5094⎞
⎜ ⎟=⎜1010/53 ⎟ = ⎜19,0566⎟
9910/53 16,9983
⎝ ⎠ ⎝ 610/53 ⎠ ⎝11,5094⎠
Contoh 1.38
Xylene (1), styrene (2), toluene (3) dan benzene (4) akan dipisahkan menggunakan 3 buah menara
destilasi sebagaimana ditunjukkan oleh gambar di bawah ini. Masing-masing, yaitu F, D, B, D1, B1, D2
dan B2 adalah laju alir molar dalam mol/menit.
Gambar 1.5 Menara Destilasi
Diketahui F = 70 mol/menit
, = 0,15; , = 0,25; , = 0,40; , = 0,20
, = 0,07; , = 0,04; , = 0,54; , = 0,35
, = 0,18; , = 0,24; , = 0,42; , = 0,16
, = 0,15; , = 0,10; , = 0,54; , = 0,21
, = 0,24; , = 0,65; , = 0,10; , = 0,01
Penyelesaian:
- Neraca massa komponen untuk keseluruhan rangkaian menara destilasi:
: 0,07 + 0,18 + 0,15 + 0,24 = 0,15(70) = 10,5
: 0,04 + 0,24 + 0,10 + 0,65 = 0,25(70) = 17,5
: 0,54 + 0,42 + 0,54 + 0,10 = 0,40(70) = 28
: 0,35 + 0,16 + 0,21 + 0,01 = 0,20(70) = 14
Contoh 1.39
Gambar 2.1 berikut ini menunjukkan pelat datar persegi dengan sisi-sisinya mempunyai suhu yang
konstan. Temukan suhu disetiap titik x , x , x dan x jika suhu pada setiap titik diasumsikan sebagai
suhu rata-rata dari node yang berdekatan.
Gambar 1.6 Pelat datar persegi dengan perpindahan panas
Penyelesaian:
x = , x = , x = , x =
atau jika disusun kembali diperoleh sebuah sistem persamaan linier sebagai berikut:
4 − − = 45
− + 4 − = 35
− + 4 − = 55
− − + 4 = 45
atau
4 −1 −1 0 45
−1 4 0 −1 35
=
−1 0 4 −1 55
0 −1 −1 4 45
⎡ ⎤
4 −1 −1 0 ⎢ ⎥
−1 4 0 −1
Dengan = , diperoleh nilai =⎢ ⎥
−1 0 4 −1 ⎢ ⎥
0 −1 −1 4 ⎢ ⎥
⎣ ⎦
Sehingga dengan menggunakan . = ⇔ = .
7 1 1 1
⎡ ⎤
⎢24 12 12 24⎥
1 7 1 1 45 22,5
⎢ ⎥
⎢12 24 24 12 ⎥ 35 20
= ⇨ =
⎢1 1 7 1⎥ 55 25
⎢12 24 24 12⎥ 45 22,5
⎢1 1 1 7⎥
⎣24 12 12 24⎦