Anda di halaman 1dari 36

i

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segalla rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan buku yang berjudul “ Teori Kinetika Gas” ini.
Buku ini disusun utamanya sebagai bahan ajar perkuliahan Kimia Fisika. Mahasiswa
diharapkan mampu memahami konsep-konsep teori kinetika gas.

Buku ini memuat tentang teori kinetika gas, difusi gas

Pada Kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya dan
penghargaan kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan, bimbingan dan bantuan
baik secara langsung maupun tidak langsung kepada penulis dalam usaha menyelesaikan
buku ini. Yang terakhir, saran dan komentar dari pembaca sangat kami harapkan untuk
perbaikan buku ini.

Mataram, Mei 2014

Penyususn,
ii

DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
TEORI KINETIKA GAS............................................................................... 1
A. Pendahuluan............................................................................ ........... 1
B. Tekanan Gas........................................................................................5
C. Distribusi Maxwel Boltsman .............................................................. 9
D. Frekuensi Tumbukan Antar Molekul ................................................. 18
D.1 Tumbukan Molekul tunggal dan sejenis...................................... 18
D.2 Tumbukan antar Molekul Tak Sejenis ........................................ 20
D.3 Jalan Bebas rata-rata .................................................................... 21
E. Tumbukan dengan Dinding dan Permukaan....................................... 22
F. Difusi...................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 24


iii
1

TEORI KINETIKA GAS

A. Pendahuluan

Di pertengahan abad ke-19, ilmuwan mengembangkan suatu teori baru untuk


menggantikan teori kalorik. Teori ini berdasarkan pada anggapan bahwa zat disusun oleh
partikel-partikel sangat kecil yang selalu bergerak. Bunyi teori kinetik adalah sebagai berikut:

Dalam benda yang panas, partikel-partikel bergerak lebih cepat dan karena itu
memiliki energi yang lebih besar daripada partikel-partikel dalam benda yang lebih
dingin. (Wikipedia, 2011)

Teori Kinetik (atau teori kinetik pada gas) berupaya menjelaskan sifat-sifat
makroscopik gas, seperti tekanan, suhu, atau volume, dengan memperhatikan komposisi
molekular mereka dan gerakannya. Intinya, teori ini menyatakan bahwa tekanan tidaklah
disebabkan oleh gerakan vibrasi di antara molekul-molekul, seperti yang diduga Isaac
Newton, melainkan disebabkan oleh tumbukan antarmolekul yang bergerak pada kecepatan
yang berbeda-beda. Teori Kinetik dikenal pula sebagai Teori Kinetik-Molekular atau Teori
Tumbukan atau Teori Kinetik pada Gas. Dengan demikian, teroi kinetika gas membahas
sifat-sifat gas yang berhubungan dengan gerakan translasi dari atom dan molekul dalam
bentuk gas, serta menguji bagaimana sifat-sifat gas tersebut dapat dibahas berdasarkan pada
gerakan translasi yang bebas dan kontinyu dari komponen-komponennya. Untuk dapat
membahas sifat-sifat gas dengan lebih sempurna, maka dalam teori kinetika gas digunakan
pendekatan gas ideal (Atkin, 2006, Castellan, 1983, dan Mortimer, 2008).
Pendekatan terhadap gas ideal ini didasarkan atas asumsi-asumsi berikut ini:
 Gas terdiri dari partikel-partikel sangat kecil, dengan massa tertentu.
 Molekul-molekul ini bergerak secara acak. Partikel-partikel yang bergerak sangat
cepat itu secara konstan bertumbukan dengan dinding-dinding wadah.
2

 Tumbukan-tumbukan partikel gas terhadap dinding wadah bersifat lenting (elastis)


sempurna.
 Interaksi antarmolekul dapat diabaikan (negligible). Mereka tidak mengeluarkan
gaya satu sama lain, karenanya tidak ada perubahan energi (artinya tidak ada energi
translasi yang diubah menjadi energi rotasi, vibrasi maupun energi lainnya).
 Keseluruhan volume molekul-molekul gas individual dapat diabaikan bila
dibandingkan dengan volume wadah. Ini setara dengan menyatakan bahwa jarak rata-
rata antarpartikel gas cukuplah besar bila dibandingkan dengan ukuran molekul gas
itu sendiri.
 Molekul-molekul berbentuk bulat (bola) sempurna, dan bersifat lentur (elastic).
 Energi kinetik rata-rata partikel-partikel gas hanya bergantung kepada suhu sistem.
 Efek-efek relativistik dapat diabaikan dan efek-efek mekanika kuantum dapat
diabaikan. Artinya bahwa jarak antarpartikel lebih besar daripada panjang gelombang
panas de Broglie dan molekul-molekul dapat diperlakukan sebagai objek klasik.

Gambar. Tumbukan elastis molekul-molekul gas (Sumber: Wikipedia, 2011)


Tumbukan-tumbukan yang terjadi hanyalah mengubah arah kecepatan dari partikel.
Jumlah rata-rata tumbukan yang terjadi persatuan waktu yang dibuat oleh partikel tunggal
disebut frekwensi tumbukan. Frekwensi tumbukan memegang peranan penting dalam
membahas sifat-sifat transport gas dan reaksi-reaksi kimia dalam fasa gas. Jarak rata-rata
gerakan partikel antara tumbukan yang satu dengan tumbukan yang lain disebut jalan bebas
rata-rata, yang memegang peranan penting dalam membahas fenomena transport, karena
menunjukkan berapa jauh molekul mempunyai sifat tertentu sebelum tumbukan.
3

PERSAMAAN GAS IDEAL.


Gas di dalam suatu ruang akan mengisi sepenuhnya ruang tersebut, sehingga volume ruang
itu sama dengan volume gas. Menuru Boyle : P . V = konstanta, sedang menurut Gay-
Lussac
V = K’ ( 2730 + t)
Gabungan dari Boyle dan Gay-lussac diperoleh :
P . V = K’ ( 2730 + t )
Rumus tersebut dapat ditulis sebagai :
P . V = K’ . T atau P . V = N. k .T

T = Suhu mutlak
N = Banyaknya partikel gas
k = Konstanta Boltman = 1,38 x 10-23 joule/0K
Persamaan tersebut di atas sering pula ditulis sebagai berikut
:
𝑁
𝑃. 𝑉 = 𝑛𝑅𝑇 dengan 𝑛 = 𝑁0

P = Tekanan Gas Ideal (N/m2)


V = Volume Gas (m3)
n = Jumlah molekul Gas (mol)
T = Suhu mutlak Gas (0K)
R = Konstanta Gas Umum, dimana
R= 8,317 joule/mol.0K

= 8,317 x 107 erg/mol0K

= 1,987 kalori/mol0 K

= 0,08205 liter.atm/mol0K

Jumlah mol suatu gas adalah : massa gas itu dibagi dengan massa molekulnya. ( Mr )
Jadi :
𝑚
𝑛=
𝑀𝑟
4

𝑅 𝑚𝑅
𝑃. 𝑉 = 𝑚 𝑇 𝑀𝑟 atau 𝑃 = 𝑀𝑟
𝑉 𝑇

𝑚
Dan karena massa jenis gas 𝜌 = maka kita dapatkan persamaan dalam bentuk sebagai
𝑉
berikut :

𝑅
𝑃=𝜌 𝑇
𝑀𝑟
Jelas kita lihat bahwa rapat gas atau massa jenis gas tergantung dari tekanan, suhu dan
massa molekulnya.
Persamaan gas sempurna yang lebih umum, ialah dinyatakan dengan:

𝑃. 𝑉
= 𝑛. 𝑅
𝑇

Jadi gas dengan massa tertentu menjalani proses yang bagaimanapun perbandingan antara
hasil kali tekanan dan volume dengan suhu mutlaknya adalah konstan. Jika proses
berlangsung dari keadaan I ke keadaaan II maka dapat dinyatakan bahwa :
𝑃1. 𝑉1 𝑃2. 𝑉2
=
𝑇1 𝑇2

Persamaan ini sering disebut dengan Hukum Boyle-Gay Lussac.

B. Tekanan Gas
Tekanan dijelaskan oleh teori kinetik sebagai kemunculan dari gaya yang dihasilkan
oleh molekul-molekul gas yang menabrak dinding wadah. Andaikan satu molekul gas yang
bermassa m, bergerak dalam sebuah kubus dengan laju vx yang searah dengan sumbu x.
Molekul ini akan menumbuk dinding sebelah kanan dan memantul balik denagn laju –vx.
Besarnya perubahan momentum pada dinding kanan untuk satu tumbukan = mv x – (– mvx)
= 2 mvx. (Sumber: Atkin, 2006)
5

Misalkan ukuran kubus itu dengan luas A. Bagi setiap tumbukan, molekul akan
bergerak sejauh vx. t dalam selang waktu t.

Andaikan dalam kubus itu ada N molekul gas dan jumlah molekul gas persatuan
volume dinyatakan dengan Nv, maka jumlah molekul dalam wadah (kubus tersebut) yang
bergerak untuk mencapai dinding sebelah kanan adalah Nv A. vx. t . Secara rata-rata,setengah
dari jumlah molekul yang ada bergerak kekiri dan setengahnya lagi bergerak ke kanan.
Sehingga rata-rata jumlah tumbukan dalam interval waktu t adalah ½ (Nv A. vx. t). Dengan
demikian total perubahan momentum yang diberikan dalam interval waktu tersebut adalah
Perubahan momentum = ½ (Nv A. vx. t) . (2 m.vx) = m. Nv A. vx2. t).Ini adalah kecepatan
perubahan momentum dan disebut juga “gaya”. Menurut Hukum Newton II, gaya ialah
perubahan momentum per satuan waktu

𝑃𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑀𝑜𝑚𝑒𝑛𝑡𝑢𝑚
𝐹=
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢

𝑚. 𝑁𝑣. 𝐴. 𝑉 2 𝑥. ∆𝑡
𝐹= = 𝑚. 𝑁𝑣. 𝐴. 𝑉 2 𝑥
∆𝑡

Selanjuntya tekanan (P) adalah gaya persatuan luas atau


6

𝐹 𝑚. 𝑁𝑣. 𝐴. 𝑉 2 𝑥
𝑃= = = 𝑚. 𝑁𝑣. 𝑉 2 𝑥
𝐴 𝐴

(A = luas dinding, dan Nv = N / V)

Andaikan dalam kubus itu ada N molekul dan tumbukan berlaku ke semua arah dengan
laju rata-rata vx , vy dan vz , dengan demikian dalam persamaan di atas kecepatan molekul

bergerak dinyatakan dalam kecepatan rata-rata, maka:

𝑁𝑚𝑣 2 𝑥 𝑁𝑚𝑣 2 𝑦 𝑁𝑚𝑣 2 𝑧


𝑃𝑥 = ; 𝑃𝑦 = ; 𝑃𝑧 =
𝑉 𝑉 𝑉

Karena gerakan molekul gas acak dan dalam segala arah (dalam ruang tiga dimensi),
maka diasumsikan bahwa kecepatan rata-rata kuadrat kearah sumbu x, y, dan z sama
besarnya.sehingga Px = Py = Pz = P, dan v2 dinyatakan dengan c2.
𝑁𝑚𝑣 2
𝑃=
3𝑉
Atau
1
𝑃= 𝑁𝑚𝑐 2
3

di mana n = N/NAv dan M = mNAv = massa molar, serta NAv = Bilangan


Avogadro c2 disebut laju rata-rata pangkat dua.
1
𝑃𝑉 = 𝑛. 𝑁𝐴𝑉 . 𝑚. 𝑐 2
3
1
𝑛𝑅𝑇 = 𝑛. 𝑁𝐴𝑉 . 𝑚. 𝑐 2
3
3𝑅𝑇
𝐶2 =
𝑁𝐴𝑉 . 𝑚
1
3𝑅𝑇 2
𝑐=[ ]
𝑁𝐴𝑉. 𝑚
7

𝑅
Karena =𝑘 (suatu konstanta Boltzmann), maka :
𝑁𝐴𝑉
1
3𝐾𝑇 2
𝑐= [ ]
𝑚
Ini adalah persamaan kecepatan alur kuadrat rata-rata (crms) atau kecepatan akar kuadrat rata-
rata, yang menunjukkan bahwa gerakan molekul-molekul gas sangat bergantung pada suhu.
Selanjutnya dari persamaan tersebut dapat diturunkan persamaan untuk menghitung suhu dan
energi kinetik rata-rata dari molekul gas yang bergerak bebas.
𝑚𝑐 2 = 3𝑘𝑇
𝑚. 𝑐 2
𝑇=
3𝑘
Energi kinetik dari suatu benda yang bergerak adalah Ek = ½ m. v2, atau Ek = ½ m.c2.
Dengan demikian, energi kinetik rata-rata molekul gas yang bergerak adalah:
1
𝐸𝑘 = 𝑚𝑐 2
2
1 3
𝐸𝑘 = .3𝑘𝑇 = 𝑘𝑇
2 2

Persamaan ini sesuai dengan prinsip Boyle bahwa suhu absolut merupakan besaran yang
berbanding lurus dengan energi kinetik rata-rata dari semua molekul dalam sistem.
Prinsip Ekuipartisi
Anggap campuran gas-gas tidak bereaksi maka tekanan total adalah jumlah tekanan parsial
komponen-komponen gas (Hukum Dalton). Bila gas-gas yang bercampur diberi nomor 1,2,3
dan seterusnya., sehingga tekanan parsial masing-masing P1, P2, Pn. dengan jumlah molekul:
N1, N2, dan seterusnya (Moore, 1972, dan Mortimer, R.G., 2008), maka:
𝑃1 𝑉 = 𝑁1 𝑘𝑇 , 𝑃2 𝑉 = 𝑁2 𝑘𝑇 , dan seterusnya

Untuk massa masing-masing komponen m1, dan m2


1
𝑃1 𝑉2 = 𝑛 . 𝑁 . 𝑚 . 𝑐2
3 1 𝐴𝑉 1
8

1
𝑃1 𝑉2 = 𝑛 . 𝑁 . 𝑚 . 𝑐2
3 1 𝐴𝑉 1
1
𝑃𝑉 = 𝑛. 𝑁𝐴𝑉 . 𝑚. 𝑐 2 = 𝑁. 𝑘𝑇
3

Dengan menyamakan ekspresi: P1V1 = P2V2, N1 = N2 = N (dimana N = n NAv), dan V1 = V2


= V (Volume wadah), maka dengan mengambil persamaan diatas kita dapatkan bahwa:

PV = N1m1c12 = N 2 m2 c22 = 3N .kT

m1c12 = m2 c22 = 3kT

1 1 3
𝑚1 . 𝑐 2 = 𝑚2 . 𝑐 2 = 𝑘𝑇
2 2 2
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa dalam campuran gas pada suatu wadah dengan
suhu tertentu, maka Ek rata-rata ini bernilai sama, selanjutnya disebut sebagai prinsip
ekuipartisi energi.

Gambar. Prinsip Ekuipartisi Energi, dimana semua molekul dalam campuran


memiliki energi kinetik yang sama

C. Distribusi Maxwell-Boltzmann sebagai Distribusi Kecepatan Molekul


Sekarang perhatikan sistem gas bervolume V yang mengandung molekul dalam
jumlah besar, N. Setiap molekul bergerak dengan kecepatan masing-masing. Kecepatan suatu
molekul tidak selalu sama, bisa berubah setiap saat. Perubahan terjadi akibat tumbukan
dengan sesama molekul. Tumbukan yang menyebabkan pertukaran energi kinetik antara
molekul tersebut dengan molekul yang lain (Atkin, 2006).
9

Gambar Perubahan kecepatan molekul gas karena tumbukan

Kecepatan awal suatu molekul dengan kecepatan awal molekul yang lain di antara
tumbukan-tumbukan dapat saja sama dan dapat juga berbeda. Dengan demikian ada sebaran
jumlah molekul mulai dari kecepatan nol hingga kecepatan sangat besar. Sebaran tersebut
digambarkan dengan suatu fungsi distribusi kecepatan molekul ƒ(v) yang disebut fungsi
distribusi Maxwell-Boltzmann. Dalam dua dimensi, fungsi distribusi Maxwell-Boltzmann
digambarkan dengan cara sebagai berikut.

Gambar Alur fraksi molekul ƒ(vx) terhadap kecepatan dalam arah x

Gambar tersebut menunjukkan bahwa molekul-molekul gas yang bergerak acak akan
mengalami agihan (distribusi) sedemikian rupa, sehingga jika kita dapat menggambarkan
fraksi molekul-molekul yang memiliki kecepatan dari vx sampai dengan vx + dvx, sebagai
10

berikut (Atkin, 2006):

dNvx
N f(v)

v
vx vx+ dvx

Gambar. Distribusi molekul-molekul yang memiliki kecepatan vx sampai vx+ dvx.


𝑑𝑁𝑣𝑥
= f(vx)= fraksi molekuk-molekul yang memiliki kecepatan antara vx sampai vx+dvx.
𝑁

Sedangkan alur ƒ(v) terhadap kecepatan molekul v dengan perbedaan suhu dapat dilihat pada
gambar berikut.

Gambar. Distribusi kecepatan Maxwell-Boltzmann dan kebergantungannya pada


suhu dan massa molekul.
11

Fungsi distribusi Maxwell-Boltzmann digunakan untuk menghitung kecepatan rata-


rata c (mean speed) molekul dalam gas. Perlu dipahami bahwa fraksi molekul atau jumlah
relatif molekul yang mempunyai kecepatan v sampai v+dv ditulis sebagai ƒ(v)dv. Perkalian
fraksi molekul dengan kecepatan ditulis vƒ(v)dv. Kecepatan rata-rata c diperoleh dengan
mengevaluasi integralnya,

Bentuk persamaan tersebut merupakan bentuk kontinyu (fungsi kontinyu) dari perhitungan
rata-rata diskrit. Dalam bentuk diskrit, rata-rata dari molekul-molekul yang memiliki
kecepatan vx1, vx2, dan seterusnya dihitung melalui :

𝑁1 . 𝑣𝑥1 + 𝑁2 . 𝑣𝑥2 + . . .
𝑐̅ = 𝑉̅𝑥 =
𝑁1 + 𝑁2 + ⋯

𝑁1 𝑁2
Tetapi karena dan dan seterusnya sangat kecil, maka bentuk diskrit tersebut perlu
𝑁 𝑁

diubah kedalam bentuk kontinyu:


∞ 𝑑𝑁
𝑐̅ = 𝑉̅𝑥 = ∫0 𝑣𝑥 𝑁𝑣𝑥 dimana dNVx = N.f(vx) dvx, sehingga:

𝑐̅ = 𝑉̅𝑥 = ∫ 𝑣𝑥 . 𝑓(𝑣𝑥 )𝑑𝑣𝑥


0

Atau dalam system tiga dimensi :


𝑐̅ = 𝑣̅ = ∫ 𝑣. 𝑓(𝑣)𝑑𝑣
0

Dengan mengikuti persamaan ini, kecepatan kuadrat rata-rata juga dinyatakan:



̅̅̅
𝑐 2 = ̅̅̅̅̅
𝑉 2 𝑥 = ∫ 𝑣 2 𝑥 . 𝑓(𝑣𝑥 )𝑑𝑣𝑥
−∞

Kecepatan partikel gas dapat dibagi ke dalam komponen-komponen kecepatan yang tidak
12

bergantung satu terhadap lainnya, sehingga probabilitas F(vx, vy, vz)dvxdvydvz molekul akan
mempunyai komponen-komponen kecepatan dalam daerah vx sampai (vx + dvx), vy sampai
(vy +dvy), dan vz sampai (vz+ dvz), serta probabilitas tersebut merupakan hasil perkalian
probabilitas masing-masing komponennya (pada setiap sumbu x, y, dan z).

F(vx, vy, vz) dvxdvydvz = f(vx).f(vy).f(vz) dvxdvydvz.

Probabilitas F(vx, vy, vz) hanya bergantung pada kecepatan kuadarat v2. Dimana harga v2 =
vx2 + v2y + vz2 tidak bergantung pada arah kecepatan masing-masing. Oleh sebab itu, F
dapat ditulis sebagai fungsi F( v x2 , v 2y ,vz2 ), sehingga:
F ( v x2 , v 2y , v z2 ) = f ( v x ). f ( v y ). f ( vz )
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa probabilitas untuk mendapat molekul-molekul gas
yang memiliki kecepatan dari v sampai dengan (v+dv) merupakan fungsi differensial orde
dua. Oleh sebab itu, perlu diupayakan fungsi-fungsi yang memenuhi persamaan 14 tersebut.
Dalam hal ini, fungsi eksponensial merupakan fungsi yang cocok untuk persamaan (14).
Dengan demikian, kita dapat memasukkan fungsi eksponensial untuk f(v) dengan
menggunakan beberapa konstanta untuk mengkonversikan perubahan dari fungsi f(v) ke
dalam fungsi eksponensial. Untuk memudahkan perhitungan kita lakukan satu persatu,
yaitu fungsi f(vx) kita kerjakan lebih dahulu. Dimana, menurut Maxwell-Boltzmann bahwa
molekul-molekul bergerak dengan komponen-komponen kecepatannya vx, vy, dan vz
sebanding dengan fungsi eksponensial energi kinetiknya, yaitu:
𝐸
𝑓(𝑣) = 𝑘. 𝑒 −𝑘𝑇

Dimana: adalah suatu konstanta proporsionalitas pada suhu konstan, dan E adalah energi
kinetik dengan persamaan:
1 1 1
𝐸= 𝑚𝑣 2 𝑥 + 𝑚𝑣 2 𝑦 + 𝑚𝑣 2 𝑧
2 2 2
Dengan menggunkan hubungan 𝑎 𝑥+𝑦+𝑧 = 𝑎 𝑥 . 𝑎 𝑦 . 𝑎 𝑧 , maka persamaan tersebut dapat
ditulis:
13

1 1 1
𝐸 −( 𝑚𝑣 2 𝑥 + 𝑚𝑣 2 𝑦 + 𝑚𝑣 2 𝑧 +)
2 2 2
𝑓(𝑣) = 𝑘. 𝑒 −𝑘𝑇 = 𝑘. 𝑒 𝑘𝑇

𝑚𝑣 2 𝑥 𝑚𝑣 2 𝑦 𝑚𝑣 2 𝑧
− . − .
𝑓(𝑣) = 𝑘. 𝑒 2𝑘𝑇 𝑒 2𝑘𝑇 𝑒 2𝑘𝑇 .

Karena f(v) = F (v2x, v2y, v2z ) = f (vx). f (vy). f (vz), maka jika kiat hanya mengambil
fungsi dari molekul-molekul gas yang bergerak pada sumbu x saja, maka:
1 𝑚𝑣 2 𝑥

𝑓(𝑣𝑥 ) = 𝑘 . 𝑒 2𝑘𝑇
3

Begitu juga untuk molekul yang bergerak dalam arah sumbu Y dan Z :
1 𝑚𝑣 2 𝑦
𝑓(𝑣𝑦 ) = 𝑘 3 . 𝑒 − 2𝑘𝑇

1 𝑚𝑣 2 𝑧

𝑓(𝑣𝑧 ) = 𝑘 3 . 𝑒 2𝑘𝑇
Untuk menentukan harga kita harus menghitung probabilitas molekul yang bergerak dalam
daerah −∞ < 𝑣𝑥 < ∞ dan harganya harus sama dengan 1, artinya dalam daerah tersebut
kemungkinan menemukan molekul yang bergerak dengan kecepatan dari vx sampai dengan
(vx+dvx) sama dengan 100%. Dengan demikian:

∫ 𝑓(𝑣𝑥 )𝑑𝑣𝑥 = 1
−∞

Dengan mensubstitusikan fungsi f(vx) persamaan tersebut kita dapatkan:



1 −𝑚𝑣 2 𝑥
𝑘3 = ∫ 𝑒 2𝑘𝑇 𝑑𝑣𝑥 = 1
−∞

dengan memanfaatkan integral standar Gauss:


1
1 2𝜋𝑘𝑇 2
𝑘3 ( ) =1
𝑚
3
𝑚 2
𝑘=( )
2𝜋𝑘𝑇
Jadi pada sumbu x kita dapatkan fraksi molekul-molekul yang bergerak dengan kecepatan
vx sampai (vx+dvx) adalah
14

1
𝑚 2 −𝑚𝑣2 𝑥
𝑓(𝑣𝑥 ) = ( ) . 𝑒 2𝑘𝑇
2𝜋𝑘𝑇
Demikian pula untuk f(vy) dan f(vz)
1
𝑚 2 −𝑚𝑣2 𝑦
𝑓(𝑣𝑦 ) = ( ) . 𝑒 2𝑘𝑇
2𝜋𝑘𝑇
1
𝑚 2 −𝑚𝑣2 𝑧
)
𝑓(𝑣𝑧 = ( ) . 𝑒 2𝑘𝑇
2𝜋𝑘𝑇

Dengan mensubstitusikan persamaan - persamaan diatas dapat kita peroleh:


𝑑𝑓(𝑣) = 𝐹(𝑣 2 𝑥, 𝑣 2 𝑦, 𝑣 2 𝑧 ) = 𝑓(𝑣𝑥 ). (𝑣𝑦 ). (𝑣𝑧 )𝑑𝑣
3
𝑚 2 −𝑚(𝑣2 𝑥 +𝑣2 𝑦 +𝑣2 𝑧 )
𝑑𝑓(𝑣) = ( ) .𝑒 2𝑘𝑇 . 𝑑𝑣
2𝜋𝑘𝑇
3
𝑚 2 −𝑚𝑣2
𝑑𝑓(𝑣) = ( ) . 𝑒 2𝑘𝑇
2𝜋𝑘𝑇
Dan
3
𝑚 2 −𝑚𝑣2
𝑑𝑓(𝑣) = ( ) . 𝑒 2𝑘𝑇 . 𝑑𝑣
2𝜋𝑘𝑇

3
𝑚 2 −𝑚𝑣2
𝑑𝑓(𝑣) = ( ) . 𝑒 2𝑘𝑇 . 𝑑𝑣𝑥 𝑑𝑣𝑦 𝑑𝑣𝑧
2𝜋𝑘𝑇
Semua unsur-unsur dalam dvxdvydvz pada titik (vx, vy, dan vz) merupakan perubahan volume
bola dengan jari-jari v sampai ( v +d v ). Perubahan volume ini adalah 4πv2dv . Oleh karena
itu, probabilitas kecepatan yang terletak dalam daerah v sampai ( v +dv) dengan perubahan
volume bola dvx dvy dvz = 4πv2dv , maka
3
𝑚 2 ̅̅̅2 −𝑚𝑣2
𝑓(𝑣) = 4𝜋 ( ) 𝑣 . 𝑒 2𝑘𝑇
2𝜋𝑘𝑇

Dengan mensubstitusikan persamaan ini ke persamaan yang sebelumnya dengan


memanfaatkan integral standar Gauss, kita peroleh kecepatan rata-rata (𝑐̅), yaitu :
15

𝑐̅ = ∫ 𝑣 . 𝑓(𝑣)𝑑𝑣
0
3 ∞
𝑚 2 −𝑚𝑣 2
𝑐̅ = 4𝜋 ( ) ∫ 𝑣 3 . 𝑒 2𝑘𝑇 . 𝑑𝑣
2𝜋𝑘𝑇
0
3 1
𝑚 2 1 2 2 8𝑘𝑇 2
𝑐̅ = 4𝜋 ( ) . ( ) =( )
2𝜋𝑘𝑇 2 𝑘𝑇 𝜋𝑚
Berdasarkan pembahasan di atas, kita dapatkan dua macam kecepatan dari molekul-molekul
gas yang bergerak acak dan bebas, yaitu kecepatan alur kuadrat rata-rata (crms) dan kecepatan
rata-rata ( c ). Namun masih ada satu lagi kecepatan yang paling boleh jadi ( c* ). Sedangkan
dari kecepatan rata-rata dapat diturunkan menjadi kecepatan relatif (crel). Dengan demikian,
ada empat macam kecepatan yang dinyatakan untuk menentukan posisi molekul yang
bergerak acak dan bebas, yaitu:
1. Kecepatan alur kuadrat rata-rata (crms), yaitu kecepatan akar pangkat dua rata-rata
(v2).
1
3𝑘𝑇 2
𝑐𝑟𝑚𝑠 =( )
𝑚
2. Kecepatan rata-rata yaitu dengan merata-ratakan semua kecepatan molekul yang
bergeradalam bidang tiga dimensi.
1
8𝑘𝑇 2
𝑐̅ = ( )
𝜋
3. Kecepatan relatif, Kecepatan rata-rata relatif crel , (relatif mean speed) yang
merupakan kecepatan rata-rata molekul mendekati molekul lain dapat pula dihitung
dari fungsi distribusi Maxwell-Boltzmann. Walaupun susah diturunkan, hal ini
dapat ditentukan dengan penjelasan yang masuk akal melalui diagram kecepatan-
kecepatan molekul berikut:
16

Gambar. Representasi tentang kecepatan rata-rata relatif (Atkin, 2006).

Harga kecepatan rata-rata relatif yang dihubungkan dengan kecepatan akar kuadrat
rata-rata adalah
1
𝑐𝑟𝑒𝑙 = 22 𝑐̅
̅̅̅̅̅
Kecepatan rata-rata relatif dari dua molekul yang tidak identik bermassa mA dan mB
dapat dirumuskan sebagai:
1
8𝑘 𝑇 2 𝑚 𝑚
𝑐𝑟𝑒𝑙 =
̅̅̅̅̅ ( 𝜋𝜇𝐵 ) dengan 𝜇 = 𝑚 𝐴+𝑚𝐵
𝐴 𝐵

Perhatikan bahwa massa di sini merupakan massa molekul (bukan massa molar)
dengan µ disebut sebagai massa tereduksi. Untuk dua molekul yang identik, maka
mA= mB = m, sehingga µ = m/2.

4. Kecepatan yang paling mungkin atau kecepatan paling boleh jadi ( c* ), yaitu
kecepatan molekul gas pada saat frekwensinya terbesar dan ditentukan berdasarkan
distribusi Maxwell-Boltzmann yang mencapai harga maksimum. Jika ( v ) diganti
dengan c, maka
3
−𝑚𝑣2
𝑚 2
𝑓(𝑣) = 4𝜋 (2𝜋𝑘𝑇) 𝑐 2 . 𝑒 2𝑘𝑇

Kecepatan yang paling mungkin ditentukan berdasarkan turunan pertama dari


𝑑𝑓(𝑐)
persamaan tersebut yang berharga nol, atau = 0 dan diperoleh:
𝑑𝑐
1
2𝑘𝑇 2
𝑐∗ = ( )
𝑚
17

Gambar. Distribusi Maxwell untuk molekul dengan massa molar M pada suhu T: c*
a adalah kecepatan yang paling mungkin, c adalah kecepatan rata-rata, dan c adalah
kecepatan akar kuadrat rata-rata.

D. Frekuensi Tumbukan Antar Molekul

D.1 Tumbukan molekul tunggal dan tumbukan antar molekul sejenis (identik)
Teori kinetika gas memungkinkan kita memperkirakan frekwensi tumbukan antar
molekul dan jarak rata-rata yang ditempuh oleh molekul untuk mencapai tumbukannya.
Pendekatan paling sederhana untuk memcahkan masalah ini adalah dengan mengganggap
semua atom diam kecuali satu yang bergerak sepanjang tabung Jika atom bergerak dengan
kecepatan rata-rata relatif terhadap mol;ekul lain crel selama selang waktu t, di dalam tabung
akan terjadi tumbukan dengan luas = .d2, menempuh jarak (sepanjang tabung) = crel . t, dan
volume tabung = . crel . t (dimana = tampang lintang tumbukan). (Atkin, 2006, dan Oxtoby,
2008).
18

Gambar Sebuah molekul (paling kiri) melaju dalam silinder yg volumenya . crel
.∆t, dalam selang waktu t. Molekul ini akan berbenturan dengan molekul lain yang
juga ada dalam silinder.

Jumlah molekul yang ada dalam silinder dengan volume tersebut adalah . crel . t. Nv. Dimana
Nv adalah jumlah molekul persatuan volum, dan jumlah tumbukan dalam waktu ∆t sama
dengan jumlah molekul dalam silinder (yaitu . crel . t. Nv). Dengan demikian,jumlah
𝑐𝑟𝑒 ∆𝑡. 𝑁𝑣 Dimana: 𝜎 = 𝜋𝑑 2
tumbukan persatuan waktu atau frekwensi tumbukannya 𝜎. ̅̅̅̅.
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa
1
𝑐𝑟𝑒𝑙 = 22 𝑐̅
̅̅̅̅̅
sehingga frekwensi tumbukan untuk atom/molekul tunggal (ZA) dapat dihitung dengan
persamaan:
𝑍𝐴 = √2. 𝜎. 𝑐̅. 𝑁𝑣

Jika yang dihitung adalah total tumbukan untuk dua buah molekul, maka persamaan
tersebut harus diubah dengan mengalikan persamaan tersebut dengan ½ N (faktor ½ berasal
dari tumbukan A dengan A’, atau A’ dengan A, dihitung sebagai satu kali tumbukan). Jadi
jumlah tumbukan persatuan volum persatuan waktu untuk tumbukan antar molekul sejenis
adalah
1
𝑍𝐴−𝐴′ = .𝑍 .𝑁
2 𝐴 𝑣
19

Atau
1
4𝑘𝑇 2
2
𝑍𝐴−𝐴′ = 𝜋𝑑 ( ) (𝑁𝑣 )2
𝜋𝑚

D.2 Tumbukan antar molekuk tak sejenis (tidak identik)


Selanjutnya tumbukan yang ditinjau adalah tumbukan antar molekul tak sejenis
(berbeda), maka perumusannya perlu dimodifikasi. Tumbukan terjadi bila dua molekul saling
mendekat dalam jarak d. Jarak sebesar ini disebut sebagai diameter tumbukan. Harga
diameter tumbukan tersebut bagi molekul-molekul model bola keras yang sejenis sama
dengan diameter molekul bola keras tersebut (persaamaan 22). Untuk molekul model bola
keras A dan B yang tak sejenis, maka massa molekulnya merupakan massa molekul
terreduksi (persamaan 19), dan diameter tumbukannya adalah rata-rata dari diameter kedua
molekul yang bertumbukan (Atkin, 2006).

Gambar. Tampang lintang tumbukan

𝑁𝐴 𝑁𝐵
Jumlah tumbukan satu molekul A dengan molekul B adalah 𝜎. 𝑐̅̅̅̅̅
𝑟𝑒𝑙 . .
𝑉 𝑉

adalah jumlah molekul A dan NB adalah jumlah molekul B. Jadi jumlah tumbukan A
dan B persatuan volum dinyatakan dengan persamaan:
𝑁𝐴 𝑁𝐵
𝑍𝐴−𝐴′ = 𝜋𝑑 2 . 𝑐̅̅̅̅̅
𝑟𝑒𝑙 . .
𝑉 𝑉
Atau
1
8𝑘𝐵 𝑇 2 𝑁𝐴 𝑁𝐵
𝑍𝐴−𝐴′ = 𝜋𝑑2 . ( ) .
𝜋𝜇 𝑉2
20

Persamaan-persamaan di atas memperlihatkan bahwa peningkatan suhu sistem


menyebabkan peningkatan kecepatan rata-rata relatif dari molekul-molekul yang
bertumbukan. Hal ini menyebabkan frekwensi tumbukan meningkat. Persamaan ini
menunjukkan bahwa pada suhu tertentu, frekwensi tumbukan berbanding lurus dengan
tekanan. Bila tekanan diperbesar maka kerapatan molekul membesar sehingga kebolehjadian
tumbukan antar molekul meningkat. Hal ini menyebabkan frekwensi tumbukan juga
meningkat. Sebagai contoh, molekul N2 pada tekanan 1 atm dan suhu 25 oC mempunyai
frekwensi tumbukan = 7 × 109 s-1 yang berarti setiap detik molekul-molekul N2 bertumbukan
7 × 109 kali (Pengaruh suhu dan tekanan tersebut tercermin dari hubungan
𝑁 𝑃
𝑁𝑣 = =
𝑉 𝑘𝑇
D.3 Jalan bebas rata-rata

Diantara tumbukan-tumbukan yang beruntun, sebuah molekul dalam suatu gas akan
bergerak dengan laju yang konstan sepanjang sebuah garis lurus. Jarak rata-rata diantara
tumbukan-tumbukan yang beruntun seperti itu dinamakan jalan bebas rata-rata (mean free
path). Jika molekul bergerak dengan kecepatan c dan bertumbukan dengan molekul-molekul
lain secara beruntun dengan frekwensi Z, waktu untuk mencapai tumbukan yang satu dengan
lainnya adalah 1/Z dan jarak antar tumbukan dinyatakan dengan c /Z (dimana Z adalah
frekwensi tumbukan molekul tunggal), sehingga jalan bebas rata-ratanya adalah
̅
𝑐 ̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅
𝑐
𝑙𝑎𝑚𝑑𝑎 = =
𝑍 √2. 𝜎. 𝑐̅. 𝑁𝑣

1 𝑣
.
𝜎. √2 𝑁
𝑁 𝑃 𝑉 𝑘𝑇
Karena 𝑁𝑣 = = 𝑘𝑇, maka = sehingga diperoleh:
𝑉 𝑁 𝑃
𝑘𝑇
=
𝑃. 𝜎. √2
21

E. Tumbukan dengan Dinding dan Permukaan


Dinding suatu tabung dengan luas A tegak lurus terhadap sumbu x di dalam tabung
tersebut bersisi gas dengan kerapatan Nv yang mempunyai kecepatan vx, akan menumbuk
dinding tabung dalam waktu t. Jika jarak yang ditempuh oleh molekul gas untuk mencapai
dinding lebih kecil atau sama dengan vx. t, maka semua moleku yang berada dalam volume
A. vx. t, yang bergerak kearah dinding dengan kecepatan rata-rata vx yang berkisar dari 0
sampai akan menumbuk dinding dengan interval waktu t. Sehingga jumlah total tumbukan
dalam interval waktu tersebut adalah (Atkin, 2006, dan Oxtoby, 2008):


𝑁
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢𝑘𝑎𝑛 = . 𝐴. ∆𝑡 ∫ 𝑣𝑥 . 𝑓(𝑣𝑥 )𝑑𝑣𝑥
𝑉
0

Gambar. Tumbukan antar molekul gas dengan dinding

Bentuk integrasi dari persamaan tersebut diselesaikan dengan mensubsitusikan


persamaan distribusi kecepatan.

∞ 1 ∞
𝑚 2 −𝑚𝑣 2 𝑥
∫ 𝑣𝑥 . 𝑓(𝑣𝑥 )𝑑𝑣𝑥 =( ) ∫ 𝑣𝑥 . 𝑒 2𝑘𝑇 . 𝑑𝑣
2𝜋𝑘𝑇
0 0
∞ 1
𝑘𝑇 2
∫ 𝑣𝑥 . 𝑓(𝑣𝑥 )𝑑𝑣𝑥 = ( )
2𝜋𝑚
0

Dengan demikian, jumlah tumbukan molekul dengan dinding persatuan waktu persatuan luas
22

dinyatakan dengan Zw yang besarnya adalah:


1
𝑘𝑇 2 𝑁
𝑍𝑤 = ( ) .
2𝜋𝑚 𝑉

1 𝑁 ̅̅̅̅̅
𝑐. 𝑁
𝑍𝑤 = . 𝑐̅ . =
√16 𝑉 4𝑉
̅̅̅̅
1 𝑃.𝑐
Atau 𝑍𝑤 = 4 . 𝑘𝑇

Persamaan sederhana ini mempunyai banyak kegunaan, terutama untuk


menentukan laju molekul gas yang berefusi lewat lubang kecil pada dinding wadah,
sehingga dapat menjelaskan hukum efusi Graham.
23

F. Difusi
Proses difusi terjadi karena adanya perpindahan massa suatu zat dimana massa dapat
berpindah dari kondisi dengan konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Perpindahan massa
dapat terjadi dalam fasa gas maupun cair. Peristiwa difusi berakhir jika telah mencapai
keadaan setimbang antara dua keadaan (pada keadaan sebelumnya terdapat perbedaan
konsentrasi sehingga keadaan belum setimbang). Proses difusi dapat terus-menerus
berlangsung jika perbedaan konsentrasi antara dua kondisi dipertahankan. Hal ini dapat
dilakukan dengan mengalirkan fluida yang merupakan tempat akan berdifusinya suatu
molekul secara terus menerus. Proses difusi akan berhenti jika kondisi dari dua fluida sudah
sama atau setimbang.
Difusi merupakan proses perpindahan atau pergerakan molekul zat atau gas dari
konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Difusi melalui membran dapat berlangsung melalui
tiga mekanisme, yaitu difusi sederhana (simple difusion),difusi melalui saluran yang
terbentuk oleh protein trans membran (simple difusion by chanel formed), dan difusi
difasilitasi (fasiliated difusion). Difusi melalui membran berlangsung karena molekul-
molekul yang berpindah atau bergerak melalui membran bersifat larut dalam lemak (lipid)
sehingga dapat menembus lipid bilayer pada membran secara langsung. Membran sel
permeabel terhadap molekul larut lemak seperti hormon steroid, vitamin A, D, E, dan K serta
bahan-bahan organik yang larut dalam lemak, Selain itu, membran sel juga sangat permeabel
terhadap molekul anorganik seperti O, CO2, OH, dan H2O. Beberapa molekul kecil khusus
yang terlarut dalam serta ion-ion tertentu, dapat menembus membran melalui. Saluran ini
terbentuk dari protein transmembran, semacam pori dengan diameter tertentu yang
memungkinkan molekul dengan diameter lebih kecil dari diameter pori tersebut dapat
melaluinya. Sementara itu, molekul – molekul berukuran besar seperti asam amino, glukosa,
dan beberapa garam – garam mineral, tidak dapat menembus membrane secara langsung,
tetapi memerlukan protein pembawa atau transporter untuk dapat menembus membran.
Proses masuknya molekul besar yang melibatkan transporter dinamakan difusi difasilitasi,
yaitu pelaluan zat melalui rnembran plasma yang melibatkan protein pembawa atau protein
transporter. Protein transporter tergolong protein transmembran yang memiliki tempat
24

perlekatan terhadap ion atau molekul yang akan ditransfer ke dalam sel. Setiap molekul atau
ion memiliki protein transporter yang khusus, misalnya untuk pelaluan suatu molekul
glukosa diperlukan protein transporter yang khusus untuk mentransfer glukosa ke dalam sel.
Protein transporter untuk glukosa banyak ditemukan pada sel-sel rangka, otot jantung, sel-
sel lemak dan sel-sel hati, karena sel – sel tersebut selalu membutuhkan glukosa untuk diubah
menjadi energi.

Walaupun penyebab difusi umumnya karena gradien konsentrasi,tetapi difusi dapat


juga terjadi karena gradien tekanan, karena gradien suhu, atau karena medan gaya yang
diterapkan dari luar seperti pada pemisah sentrifugal. Difusi molekuler yang terjadi karena
gradien tekanan (bukan tekanan parsial) disebut difusi tekanan (pressure diffusion), yang
disebabkan karena gradien suhu disebut difusi termal (thermal diffusion), sedangkan yang
disebabkan oleh medan gaya dari luar disebut difusi paksa (forced diffusion).
Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi kecepatan difusi, yaitu :
 Ukuran partikel 

Semakin kecil ukuran partikel, semakin cepat partikel itu akan bergerak, sehinggak
kecepatan difusi semakin tinggi. 

 Ketebalan membran 

Semakin tebal membran, semakin lambat kecepatan difusi. 

 Luas suatu area 

Semakin besar luas area, semakin cepat kecepatan difusinya. 

 Jarak 

Semakin besar jarak antara dua konsentrasi, semakin lambat kecepatan difusinya. 

 Suhu 

Semakin tinggi suhu, partikel mendapatkan energi untuk bergerak dengan lebih cepat. 
Maka, semakin cepat pula kecepatan difusinya
Difusi molekular dapat didefinisikan sebagai perpindahan atau pergerakan suatu
molekul melewati suatu fluida dengan pergerakan yang acak. Dapat dibayangkan suatu
molekul yang bergerak lurus dan kemudian akan bergerak dengan acak akibat tabrakan
dengan molekul yang lain. Karena pergerakan melekul berlangsung dalam gerakan acak,
maka pergerakan molekul sering disebut sebagai Random-Walk Process. Difusi molekular
25

merupakan perpindahan suatu molekul melalui suatu fluida dengan pergerakan yang acak
dalam fluida diam atau dalam fluida yang mengalir secara laminer. Suatu molekul yang
bergerak lurus kemudian akan bergerak secara acak karena bertabrakan dengan molekul
yanlain, pergerakan molekul seperti ini disebut Random-Walk Process. Laju difusi dapat
dinaikkan dengan cara pengadukan sehingga kondisi kesetimbangan dapat lebih cepat
tercapai.

Gambar 1. Gerakan acak pada proses difusi

Peristiwa lain yang juga termasuk sebagai peristiwa difusi adalah tinta biru yang
diteteskan dalam air bening. Tinta akan berdifusi perlahan-lahan ke seluruh bagian air hingga
diperoleh kondisi kesetimbangan (tidak adanya gradien konsentrasi). Untuk menaikkan laju
difusi dapat dilakukan pengadukan, sehingga kondisi kesetimbanga dapat lebih cepat
dicapai. Difusi tidak terbatas hanya pada perpindahan lapisan stagnant (diam) zat padat atau
zat cair saja. Difusi juga terjadi dalam fase fluida pencampuran fisika dan pusaran Eddy
aliran turbulen, sama seperti aliran kalor dalam fluida dapat terjadi karena konveksi.
Peristiwa ini disebut difusi pusaran (Eddy diffusion).
Pada fluida yang mengandung banyak komponen yang akan berdifusi dalam keadaan
diam berlaku hukum Frick untuk campuran antara hukum A dan B,yaitu :
𝑑𝑥𝐴
𝐽 ∗𝐴𝑍 = −𝑐. 𝐷𝐴𝐵
𝑑𝑧
(1)
Dengan :
J*AZ = Fluks molar komponen komponen A pada arah sumbu z untuk arah molekuler
(kgmolA/s.m2)
DAB = Difusi molekuler molekul A melalui B (m2/s)
26

z = jarak difusi (m)


c = KOnsentrasi A dan B (kgmol/m3)
xA = Fraksi mol dari A dari campuran A dan B

jika c adalah konstan, karena cA = cxA maka :


𝑐𝑑𝑥𝐴 = 𝑑(𝑐𝑥𝐴) = 𝑑𝑐𝐴
(2)
Jika persamaan (1) disubstitusi ke persamaan (2) menghasilkan persamaan difusi untuk
konsentrasi yang konstan :
𝑑𝑐𝐴
𝐽 ∗𝐴𝑍 = −𝐷𝐴𝐵
𝑑𝑧
(3)
Persamaan (3) umumnya digunakan dalam berbagai aplikasi proses difusi molekular.
Apabila nilai c bervariasi, maka yang digunakan dalam persamaan (3) adalah nilai rata-
ratanya. Untuk aliran massa yang turbulen dengan konsentrasi yang konstan berlaku
persamaan :
𝑑𝑐𝐴
𝐽 ∗𝐴𝑍 = −(𝐷𝐴𝐵 + 𝜀𝑀)
𝑑𝑧
(4)
dengan εM difusivitas massa turbulen dengan satuan m2/s.

Difusi Molekular pada Cairan


Laju difusi molekular untuk cairan lebih kecil apabila dibandingkan terhadap laju
difusi molekul gas. Hal ini disebabkan jarak antara molekul dalam fasa cair lebih rapat
apabila dibandingkan dalam fasa gas. Umumnya koefisien difusi untuk gas lebih besar
hingga 105 kali koefisien difusi cairan. Namun fluks pada gas tidak berbeda jauh dari fluks
dalam cair yaitu 100 kali lebih cepat, hal itu disebabkan karena konsentrasi cair lebih besar
daripada konsentrasi dalam fasa gas.
 Persamaan difusi untuk cairan 
Jarak molekul dalam cairan lebih rapat daripada dalam fasa gas, maka densitas dan
hambatan difusi pada cairan akan lebih besar. Hal ini juga menyebabkan gaya interaksi antar
molekul sangat penting dalam difusi cairan. Perbedaan antara difusi cairan dan difusi gas
27

adalah bahwa pada difusi cairan difusifitas sering bergantung pada konsentrasi daripada
komponen yang berdifusi.
Equimolar counterdiffusion, dimulai dengan persamaan umum fick kita dapat
mensubstitusi untuk NA = NB pada keadaan steady state,
𝐷𝐴𝐵 (𝐶𝐴1 − 𝐶𝐴2 ) 𝐷𝐴𝐵 𝐶𝐴𝑉 (𝑋𝐴1 − 𝑋𝐴2 )
𝑁𝐴 = =
𝑧2 − 𝑧1 𝑧2 − 𝑧1
(5)
dengan, NA adalah flux komponen A dalam kgmol.A/s.m2, DAB adalah difusifitas A melalui
B dalam m2/s, cA1 merupakan konsentrasi komponen A dalam kgmol/m3 pada keadaan 1,
dan xA1 fraksi mol komponen A dalam keadaan 1, dan cAV disefinisikan sebagai :
𝜌 𝜌
𝜌 (𝑀1 + 𝑀2 )
1 2
𝐶𝐴𝑉 = ( ) =
𝑚 2
(6)
dengan cAV merupakan konsentrasi rata-rata total dari A+B dalam kgmol/m3, M1
merupakan berat molekul rata-rata larutan pada keadaan 1 dalam kg massa/ kgmol, dan ρ1
merupakan densitas rata-rata pada keadaan 1.

Koefisien Difusi Cairan


Pada penentuan koefisien difusi cairan digunakan sel difusi. Sel difusi tersebut terdiri
atas N pipa kapiler yang panjangnya 5 mm dan diameternya 1 mm. Untuk satu pipa kapiler
proses difusi dapat digambarkan pada alat :
28

𝑑𝑐𝐴 𝑐𝐴1 − 𝑐𝐴2


𝐽𝐴 = −𝐷 =
𝑑𝐿 𝐿
(7)
Jumlah mol yang telah berdifusi selama selang waktu dt melalui N pipa kapiler adalah:

−𝐷. 𝜋 . 𝑑 2 𝑐𝐴1 − 𝑐𝐴2


𝑉𝑡𝑎𝑛𝑔𝑘𝑖𝑋. 𝑑𝑐𝐴 = [ ] ∑ 𝑑𝑡. 𝑁
4 𝐿
(8)
𝑑𝑐𝐴 𝜋 . 𝑑 2 𝑐𝐴1 − 𝑐𝐴2
𝑉𝑡𝑎𝑛𝑔𝑘𝑖𝑋 = [ ]𝑁
𝑑𝑡 4 𝐿
(9)
Jika k = CM.CA, dan dianggap CA2<<CA1 maka:

4. 𝑉𝑡𝑎𝑛𝑔𝑘𝑖 . 𝐿 𝑑𝑘
𝐷=
𝜋. 𝑑 2 . 𝐶𝑀 . 𝐶𝐴 𝑑𝑡
(10)
dengan :
Vtangki = volume tangki
L = panjang pipa kapiler
N = jumlah pipa kapiler
D = diameter pipa kapiler
CA = konsentrasi/molaritas A
CM = perubahan konduktifitas per mol
K = konduktifitas dan tangki

Difusi Molekular Gas


Beberapa jenis proses difusi molekular pada gas, yaitu :
 Equimolar Counterdiffusion 
Bila dua gas A dan B pada tekanan total konstan P dalam dua ruang yang terhubung 
oleh pipa dimana terjadi difusi molekular pada kondisi steady seperti yang ditunjukkan pada
gambar 3.
29

Gambar 3. Equimolar counterdiffusion gas A dan gas B

Pengaduk pada tiap ruang berfungsi untuk menjaga agar konsentrasi pada tiap ruang tetap
seragam. Tekanan parsial pA1 > pA2 dan pB2 > pB1. Molekul A berdifusi ke kanan dan
molekul B ke kiri. Karena tekanan total P konstan, maka jumlah mol A yang berdifusi ke
kanan harus sama dengan jumlah mol B yang ke kiri. Jika tidak, berarti tekanan total tidak
konstan, sehingga
𝐽 ∗𝐴𝑍 = −𝐽 ∗𝐵𝑍
(11)
Subskrip z berlaku jika arah pergerakannya jelas. Hukum Fick untuk B pada c konstan

𝑑𝑐𝐵
𝐽 ∗𝐵 = − 𝐷𝐵𝐴
𝑑𝑧
(12)

Karena P = pA + pB = konstan, maka

𝑐 = 𝑐𝐴 + 𝑐𝐵
(13)

Mendeferensialkan kedua sisi


𝑑𝑐𝐴 = 𝑑𝑐𝐵
(14)
30

Menyamakan persamaan (3) dengan persamaan (12), diperoleh:


𝑑𝑐𝐴 𝑑𝑐𝐵
𝐽 ∗𝐴𝑍 = −𝐷𝐴𝐵 = −𝐽 ∗𝐵 = −(−)𝐷𝐵𝐴
𝑑𝑧 𝑑𝑧
(15)

Mensubstitusikan persamaan (14) ke (15), sehingga

𝐷𝐴𝐵 = 𝐷𝐵𝐴
(16)
Hal ini menunjukkan bahwa untuk campuran gas biner A dan B, koefisien difusivitas DAB
untuk A berdifusi ke B adalah sama dengan DBA untuk B yang berdifusi ke A.
 Difusi Gas A dan Gas B dengan Konveksi 
Terjadi jika seluruh fluida berpindah dalam aliran konveksi ke arah kanan. Kecepatan
molar rata-rata seluruh fluida relatif terhadap titik diam adalah vM m/s. Komponen A tetap
berdifusi ke kanan, namun sekarang kecepatan difusi vAd diukur relatif terhadap fluida yang
bergerak. Kecepatan A relatif terhadap titik diam adalah jumlah dari kecepatan difusi dan
kecepatan konveksi.
𝑣𝐴 = 𝑣𝐴𝑑 + 𝑣𝑀
(17)
Persamaan umum untuk difusi plus konveksi :
𝑑𝑥𝐴 𝑐𝐴
𝑁𝐴 = −𝑐. 𝐷𝐴𝐵 + (𝑁𝐴 + 𝑁𝐵 )
𝑑𝑧 𝑐
(18)
Koefisien Difusi Gas
Salah satu metode penentuan koefisien difusi gas adalah dengan menguapkan cairan
murni dalam tabung kapiler yang diisi dengan cairan A murni. Di atas bibir tabung dialirkan
gas B secara horizontal.
31

Gambar 4. Difusi gas dengan menguapkan cairan ke udara

Laju transfer massa penguapan adalah:

𝐷𝐴𝐵 . 𝑃𝑇 𝑃𝐴1 − 𝑃𝐴2


𝑁𝐴 = ( )
𝑅. 𝑇. 𝑧 𝑃𝑀𝐵
(19)

Akibat penguapan yang terjadi, maka jumlah cairan pengurangan cairan A dalam tabung
akan berkurang. Laju pengurangan cairan A dalam tabung adalah sama dengan fluks NA
dikalikan luas area penampang tabung
𝜌𝐴 𝑑𝑧
𝑁𝐴 . 𝐴 = 𝐴
𝐵𝑀𝐴 𝑑𝑡
(20)

Dengan menggabungkan persamaan (19) dan (20) menghasilkan :

𝜌𝐴 𝑀 𝐷𝐴𝐵 . 𝑃𝑇
= (𝑃 − 𝑃𝐴2 )
𝐵𝑀𝐴 𝑑𝑡 𝑅. 𝑇. 𝐿. 𝑃𝑀𝐵 𝐴1
(21)
Mengintegrasikan
𝑧 𝑡
𝜌𝐴 𝐷𝐴𝐵 . 𝑃𝑇
∫ 𝑧 𝑑𝑧 = (𝑃 − 𝑃𝐴2 ) ∫ 𝑑𝑡
𝐵𝑀𝐴 𝑅. 𝑇. 𝑃𝑀𝐵 𝐴1
𝑧0 0

(22)
Diperoleh waktu penurunan level cairan, tF, sebesar :
𝜌𝐴 (𝑧 2 − 𝑧 2 0 )𝑅. 𝑇. 𝑃𝐵𝑀
𝑡𝐹 =
2. 𝐵𝑀𝐴 . 𝐷𝐴𝐵 . 𝑃𝑇 (𝑃𝐴1 − 𝑃𝐴2 )
(23)
2. 𝐵𝑀𝐴 . 𝐷𝐴𝐵 . 𝑃𝑇
𝑧2 − 𝑧20 = (𝑃𝐴1 − 𝑃𝐴2 )
𝑅. 𝑇. 𝑃𝐵𝑀
(24)
Dikarenakan gas B terus menerus mengalir, maka konsentrasi gas A di bibir tabung selalu
sama dengan nol atau PA2 = 0.
Dengan memplot z2 – z02 vs t akan memberikan persamaan garis dengan slope S.
32

2. 𝐵𝑀𝐴 . 𝐷𝐴𝐵 . 𝑃𝑇
𝑆= (𝑃𝐴1 )
𝜌𝐴 . 𝑅. 𝑇. 𝑃𝐵𝑀
(25)
Atau
𝜌𝐴 . 𝑅. 𝑇. 𝑃𝐵𝑀 . 𝑆
𝐷𝐴𝐵 =
2. 𝐵𝑀𝐴 . 𝐷𝐴𝐵 . 𝑃𝑇 . 𝑃𝐴1
(26)

Dengan :
𝜌𝐴 = 𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑐𝑖𝑟𝑎𝑛 𝐴

𝑃𝐵1 −𝑃𝐵2
PBM =( 𝑃 )
𝑙𝑛 𝐵𝑖
𝑃𝐵2

PA1 = tekanan uap caira A


DAB = koefisien difusi A dalam B
BMA = berat molekul A
PT = tekanan total
T = temperature absolut
33

DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P.W.,, 2006. “Physical Chemistry”, 8th Ed. Oxford University Press. New York.

Castellan, G.W., 1983. “Physical Chemistry”, 3th Ed. Addison-Wesley


Publishing Company. Singapore.

Mortimer, R.G., 2008. “Physical chemistry”. 3th Ed. Elsevier Academic Press. London.

Moore, W.J., 1972. “Physical Chemistry”. Printice-Hall Inc. New Jersey.

Oxtoby, D.W., et al., 2008. ”Principles of Modern Chemistry, Sixth Edition”. Thomson
Brooks/Cole, a part of The Thomson Corporation. USA.

Wikipedia,2011.“Teori Kinetik”.Tersedia pada


http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_kinetik. Diakses pada tanggal:

Anda mungkin juga menyukai