OLEH:
Segala puji kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas segala rahmat dan karunia yang
diberikan, sehingga Jurnal Praktikum Fisika Dasar ini bisa terselesaikan dengan baik. Adapun
laporan ini disusun sebagai salah satu bagian dari persyaratan untuk menyelesaikan mata
kuliah khusus yakni Kimia Fisika I pada jurusan Kimia Sains.
Dalam penyusunan laporan ini, penyususn menyadari pengetahuan dan pengalaman
penyusun masih sangat terbatas. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan adanya
kritik dan saran dari berbagai pihak agar laporan ini lebih baik dan bermanfaat demi
penyempurnaan penyusunan laporan ini dan mendatang.
Dengan terselesainya laporan ini, maka tidak lupa penyusun mengucapkan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang terlihat dan penyusunan laporan ini, terkhusus untuk
kedua orang tua yang menjadi motivator terbesar dalam hidup yang telah memberikan
dukungan baik berupa moral maupun materi yang paling penting adalah doa, kakak-kakak
asisten yang telah membimbing kami serta rekan-rekan praktikum dan semua pihak yang
tidak dapat saya sebutkan satu-persatu yang telah memberikan bantuan dalam penulisan
laporan ini.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati penyususn menyadari bahwa hanya kepada
Allah SWT. Kita menyerahkan segalanya. Semoga kita semua mendapat curahan dan ridho-
Nya, Aamiin.
Samata, 2 Desember 2020
Praktikan,
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan di alam ini dipengaruhi oleh banyaknya zat-zat yang secara tidak
langsung menjadi sahabat karib yang multi fungsi dalam kehidupan. Menurut sifat
fisika, zat terbagi tiga yaitu padat, cair, dan gas. Ketiga zat ini mempunyai
mempertahankan bentuknya, cairan ditentukan oleh wadahnya, dan gas yang dapat
Ketiga zat tersebut memiliki perbedaan kerapatan dan bobot jenis. Fenomena
dalam kehidupan sehari- hari yang dapat memperlihatkan adanya pengaruh faktor
kerapatan dan bobot jenis terhadap suatu zat yang tidak bercampur dengan zat lainnya
antara minyak dan air. Kedua zat tersebut tidak dapat menyatu dan membentuk dua
fase campuran karena adanya perbedaan nilai bobot jenis yang besar sehingga
bercampurnya dua zat atau lebih menjadi satu fase juga dipengaruhi oleh faktor-faktor
sifat intensif yang tidak bergantung pada jumlah yang ada alasannya adalah karena
besaran itu tetap sama untuk bahan tertentu. Satuan SI untuk kerapatan adalah
kilogram per meter kubik. Satuan agar terlalu besar untuk sebagian besar penerapan
Kerapatan perbandingan antara bobot zat pada suhu tertentu dan pada volume
tertentu dengan bobot air 4 derajat celcius dengan volume yang sama. Bobot jenis
perbandingan antara bobot zat pada volume tertentu dengan bobot air pada suhu
tertentu dengan volume yang sama. Bobot jenis dapat juga disebut gravitasi spesifik.
Penentuan kerapatan dan bobot jenis dapat dilakukan dengan berbagai cara salah
karena itu berdasarkan teori ini, maka dilakukan percobaan untuk penentuan kerapatan
B. Rumusan Masalah
kerapatan dan bobot jenis suatu zat dengan menggunakan aroemeter, wespalth, dan
piknometer?
C. Tujuan
Tujuan dari percobaan kali ini adalah menentukan kerapatan dan bobot jenis
TINJAUN PUSTAKA
Misalnya, satu militer raksa berbobot 13,6 g kerapatannya adalah 13,6 g/ml. Jika
kerapatan dinyatakan sebagai satuan bobot dan volume, maka bobot jenis merupakan
bilangan abstrak. Bobot jenis menggambarakan hubungan antara bobot suatu zat
terhadap bobot suatu zat baku, misalnya air, yang merupakan zat baku untuk sebagian
besar perhitungan dalam farmasi dan dinyatakan memiliki bobot jenis 1,00.
Perbandingan bobot jenis gliserin adalah 1,25, artinya bobot gliserin 1,25 kali bobot
volume air yang setara, dan bobot jenis alcohol adalah 0,81, artinya bobot alcohol 0.81
kali bobot volume air yang setara. Bobot jenis adalah rasio bobot suatu zat terhadap
bobot zat baku yang volumenya sama pada suhu yang sama dan dinyatakan dalam
koma sebanyak akurasi yang diperlukan pada penentuannya. Umumnya dua angka
dibelakang koma sudah mencukupi. Bobot jenis suatu zat dapat dihitung ddengan
mengetahui bobot dan volumenya. Bobot jenis adalah factor yang memungkinkan
pengubahan jumlah zat dalam formula farmasetik dari bobot menjadi volume dan
sebaliknya. Bobot jenis juga digunakan untuk mengubah pernyataan kekuatan dalam
Bobot jenis merupakan perbandingan massa suatu zat dengan massa air pada
suhu dan volume yang sama. Bobot jenis menjelaskan banyaknya komponen yang
terkandung didalam zat tersebut, besar kecilnya nilai bobot jenis sering dihubungkan
dengan fraksi berat komponen yang terkandung didalamnya. Apabila semakin besar
fraksi berat yang terkandung maka semakin besar pula nilai bobot jenisnya
B. Massa Jenis
Massa jenis adalah salah satu karakteristik fisik dari suatu zat, baik zat padat,
cair, maupun gas, yang merupakan hubungan antara massa dan volume. Massa, ukuran
bagaimana partikel dari zat tersebut tersusun atau berikatan satu sama lain menentukan
massa jenis dari suatu zat dan sejatinya massa jenis mengukur seberapa kuat ikatan
antar partikel dalam setiap zat (Ridwan dan Pamungkas, 2017: 21).
Massa jenis benda sering disebut dengan kerapatan benda dan merupakan ciri
khas setiap jenis benda. Massa jenis tidak tergantung pada jumlah benda. Apabila
jenisnya sama maka nilai massa jenisnya juga sama. Misalnya, setetes air dan segalon
air mempunyai nilai massa jneis sama sama yaitu 1 gr/cm3. Massa jenis bergantung
Massa jenis merupakan pengukuran massa per satuan volume. Cara mengukur
massa jenis pada umumnya dengan menimbang berat zat cair tersebut dan
membaginya dengan volume zat cair yang terukur, maka dengan cara ini pengukuran
tidak efisien karena harus mengukur terlebih dahulu massa zat dan volume zat yang
akan diukur. Pengukuran massa jenis zat cair berdasarkan kecepatan ultrasonik
menjadi alternatif agar pengukuran dapat dilakukan secara langsung, akurat, praktis,
baik. Terdapat dua metode untuk mengukur massa jenis yaitu secara langsung dan
tidak langsung. Cara yang dipakai untuk mengetahui satuan massa jenis dari zat cair
pada bahan produksi yaitu dengan mengambil sampel zat cair dalam proses produksi
untuk diukur terlebih dahulu berat benda tersebut dan mencari tau besar volume benda
tersebut, setelah data didapat maka satuan massa jenis akan berupa massa pada tiap
satuan volume benda tersebut, cara tersebeut merupakan salah satu metode
pengukuran secara tidak langsung. Metode pengukuran secara langsung adalah dengan
melakukan pengukuran pada zat cair yang akan digunakan secara terus menerus atau
C. Piknometer
Piknometer adalah suatu gelas kecil yang massanya diketahui. Piknometer juga
alat berupa wadah yang biasa digunakan untuk menentukan massa jenis (density) dari
suatu zat cair atau fluida. Piknometer terbuat dari bahan kaca dan berbentuk
kosong yang telah dibersihkan dan dikeringkan. Memasukkan zat cair atau sampel
kedalam pinometer hingga ruang piknometer terpenuhi lalu pasang tutup piknometer
dan pastikan tidak ada ruang kosong atau udara dalam piknometer. Timbang
piknometer berisi zat cair dan hitung selisihnya dengan massa dari piknometer kosong
D. Sampel
1. Aquades
Aquades adalah pelarut yang jauh lebih baik dibandingkan hampir semua
cairan yang umum dijumpai. Senyawa yang melarut di dalam aquades mencakup
berbagai senyawa organik netral yang mempunyai gugus fungsional polar seperti gula,
aquades untuk membentuk ikatan hidrogen dengan gugus hidroksil gula dan alkohol
atau gugus karbonil aldehida dan keton (Khotimah, dkk., 2017: 35).
Aquades memiliki hasil penyulingan yang bebas dari zat-zat pengotor sehingga
bersifat murni dalam laboratorium. Aquades berwarna bening, tidak berbau, dan tidak
memiliki rasa. Aquades biasa digunakan untuk membersihkan alat- alat laboratorium
dari zat pengotor (Khotimah, dkk., 2017: 35).
Asam asetat lebih dikenal sebagai asam cuka (CH3COOH) adalah suatu
senyawa berbentuk cairan, tak berwarna, berbau menyengat, memiliki rasa asam yang
tajam dan larut didalam air, alkohol, gliserol, dan eter. Pada tekanan atmosferik, titik
didihnya 118.1˚C. Asam asetat mempunyai aplikasi yang sangat luas di bidang industri
dan pangan. Di Indonesia kebutuhan asam asetat masih harus import, sehingga perlu
Proses produksi asam asetat dapat dilakukan secara kimiawi dan biologis.
Proses kimiawi produksi asam asetat yang banyak dilakukan adalah oksidasi butana.
Untuk kebutuhan pangan, produksi asam asetat harus dilakukan melalui proses
biologis. Salah satunya adalah fermentasi dari bahan baku alkohol. Fermentasi
dilakukan dengan menggunakan bakteri dari genus acetobacter dalam kondisi aerobik.
Salah satu spesies yang banyak digunakan untuk fermentasi asam asetat adalah
Asam asetat adalah cairan jernih tidak berwarna dan rasanya asam. Senyawa
organik ini sering digunakan sebagai acidulant (Bahan pengasam) dan bahan pengawet
roti untuk mencegah pertumbuhan kapang. Larutan 4% asam asetat dalam air
diperdagangkan dengan nama cuka. Asam asetat untuk industri dibuat dengan proses
kimia tetapi asam asetat untuk pangan dihasilkan melalui proses fermentasi asam
asetat. Fermentasi asam asetat ini berlangsung dalam dua tahap fermentasi yaitu
fermentasi alkohol dan fermentasi asam asetat yang mengoksidasi etanol menjadi
3. Metanol (CH3OH)
Metanol merupakan jenis alkohol yang paling disukai karena lebih reaktif lagi
pula untuk mendapatkan hasil biodiesel yang sama, penggunaan etanol 1,4 kali lebih
banyak dibandingkan methanol. Kerugian dari methanol adalah sifatnya yang beracun,
berbahaya bagi kulit, mata dan paru-paru. Selain itu pemisahan hasil samping gliserin
dengan menggunakan etanol jauh lebih sulit dan jika tidak hati-hati akan berakir
alkil yang memiliki gugus fungsi hidroksil (OH). Oleh karena itu, rumus kimia alkohol
cukup ditulis dengan R-OH. Metanol merupakan alkohol dengan kandungan atom
karbon paling kecil. Pada pembuatan biodiesel berbahan baku minyak nabati, alkohol
yang sering digunakan adalah metanol, etanol, propanol, dan isopropanol. Dalam skala
industri, metanol lebih banyak digunakan karena (FAME) yang dihasilkan memiliki
viskositas paling rendah dibanding menggunakan alkohol yang lain. Alasan lainnya
adalah harga metanol relatif paling murah daripada alkohol yang lain. Metanol dengan
rumus kimia CH3OH memiliki massa molekul sebesar 32 gram per mol
E. Aplikasi
Perhitungan bobot jenis terutama menyangkut cairan, zat padat dan air
merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan sebagai standar karena mudah didapat
dan mudah dimurnikan. Bobot jenis adalah bilangan murni atau tanpa dimensi, yang
dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang cocok. Bobot jenis
untuk penggunaan praktis lebih sering didefinisikan sebagai perbandingan massa dari
suatu zat terhadap massa sejumlah volume air pada suhu 40°C atau temperatur lain
Bobot jenis juga digunakan untuk pengujian identitas dan kemurnian dari bahan
obat dan bahan pembantu, terutama dari cairan dan zat-zat bersifat seperti malam.
Seperti titik lebur, titik didih atau indeks bias (bilangan bias). Kerapatan relatif
merupakan besaran spesifik zat. Besaran ini dapat digunakan untuk pemeriksan
َم َر َج ْٱلبَ ْح َري ِْن َي ْلت َ ِق َيا ِن َب ۡينَ ُه َما َب ۡرزَ ٌخ اَّل َي ۡب ِغ ٰي ِن
Terjemahannya:
lautan yang tidak saling bertemu karena ada batas yang tidak dapat dilampaui keduanya
masing-masing. Ayat tersebut juga menjelaskan bahwa, sifat lautan yang saling
bertemu, namun tidak bercampur satu sama lainnya, dan hal tersebut telah ditemukan
oleh para ahli fisika kelautan. Dikarenakan gaya fisika yang dinamakan tegangan
permukaan, air dari laut- laut yang saling bersebelahan tidak menyatu. Akibat adanya
perbedaan masa jenis, tegangan permukaan mencegah lautan bercampur satu sama lain,
METODE PENELITIAN
Wita, di Laboratorium Kimia Fisika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam
google meet
1. Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu oven, desikator, neraca
Bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu Akuades, Asam Asetat
(CH3COOH), metanol (CH3OH), tissu
C. Prosedur Kerja
memasukkan ke desikator untuk mengeringkan uap yang tersisa dan suhu stabil.
piknometer yang telah ditimbang untuk menentukan jerapatan dan bobot jenis. Setelah
menimbang piknometer yang berisi akuades. Melakukan perlakuan yang sama dengan
memasukkan ke desikator untuk mengeringkan uap yang tersisa dan suhu stabil.
piknometer yang telah ditimbang untuk menentukan kerapatan dan bobot jenis. Setelah
A. Hasil Pengamatan
1. Tabel Pengamatan
2. Analisis Data
Diketahui:
Bobot piknometer kosong
A. Aquades
9.4787 g
=1
d4t = Sgt ˟ dt aq
= 1 ˟ 0,997044 g/cm3
= 0,997044 g/cm3
B. Metanol
1. Bobot jenis Metanol pada 28 ˚C
Bobot sejumlah volume akuades pada suhu 28˚ C
t
Sg =
Bobot sejumlah volume akuades suhu 4˚ C
= 7,706 g
9,4787 g
= 0,81298
2. Kerapatan Metanol 28 ˚C
d4t = Sgt ˟ dt aq
= 1 ˟ 0,8120g/cm3
= 0,8120 g/cm3
C. Asam asetat (CH3COOH)
1. Bobot jenis asam asetat pada 33 ˚C
Bobot sejumlah volume akuades pada suhu 28˚ C
t
Sg =
Bobot sejumlah volume akuades suhu 4˚ C
= 9,8507 g
9,4787 g
= 1,039246
2. Kerapatan asam asetat pada 33 ˚C
d4t = Sgt ˟ dt aq
= 1 ˟ 1,0337 g/cm3
= 1,0337 g/cm3
B. Pembahasan
Perbandingan massa suatu zat dengan massa air pada suhu dan volume yang
sama disebut bobot jenis. Selain itu bobot jenis menjelaskan banyaknya komponen
yang terkandung dalam zat dan besar kecil nilainya dihubungkan dengan fraksi berat
komponen- komponen yang terkandung didalamnya. Maka dari itu, apabila semakin
besar fraksi berat yang terkandung dalam minyak, maka semakin besar pula nilai bobot
bobot jenis aquades (H2O) adalah 0,997744 g/cm3 dan 1 gram. penentuan kerapatan
dan bobot jenis metanol (CH3OH) dan 0.8210 g/𝑐𝑚3 dan 0,81298 gram. Sedangkan
penentuan kerapatan dan bobot jenis asam asetat (CH3COOH) adalah 1,0337 g/cm3
dan 1,039246 gram. Hal tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa semakin
berat bobot suatu zat maka semakin tinggi pula kerapatan yang dimiliki oleh suatu zat
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil percobaan diperoleh data hasil penentuan kerapatan dan
bobot jenis aquades (H2O) adalah 0,997744 g/cm3 dan 1 gram. penentuan kerapatan
dan bobot jenis metanol (CH3OH) dan 0.8210 g/𝑐𝑚3 dan 0,81298 gram. Sedangkan
penentuan kerapatan dan bobot jenis asam asetat (CH3COOH) adalah 1,0337 g/cm3
B. Saran
Saran saya pada percobaan selanjutnya mengganti sampel seperti etanol dan
SKEMA KERJA
dikeringkan.
Hasil
LAMPIRAN GAMBAR
Lampiran Alat dan Bahan
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Materi merupakan segala sesuatu yang menempati ruang dan mempunyai
massa, dan kima adalah ilmu yang mempelajari tentang materi dan perubahannya. Pada
prinsipnya semua materi dapat berada dalam tiga wujud yaitu padat, cair dan gas.
Padatan adalah benda yang kaku dengan bentuk yang pasti. Sedangkan cairan tidak
serigid padatan dan bersifat fluida. Seperti cairan, gas bersifat fluida, tetapi tidak
seperti cairan, gas dapat mengembang tanpa batas (Chang, 2005: 6).
Gas merupakan salah satu dari tiga wujud zat, sifat gas tergantung struktur
molekul gasnya dan bergantung pada strukturnya. Sifat-sifat gas yang dapat
dirangkum adalah gas yang bersifat trasnparan, terdistribusi dalam ruangan apapun
bentuk ruangannya, terdestribusi kesegala arah tidak peduli ada atau tidak tekanan luar,
bila dua gas atau lebih gas campur, gas itu akan terdistribusi merata dan bila dipanaskan
akan mengembang, bila didinginkan akan mengerut dan memiliki tekanan. Sifat fisik
gas bergantung pada struktur molekul gasnya (Baharuddin,dkk.,2013: 120-124).
Wujud zat dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu zat padat,zat cair dan
gas. Setiap zat terdiri dari partikel-partikel yang sangat kecil yang dapat berupa atom,
molekul, maupun ion. Perubahan keadaan sering kali ditemukan dalam reaksi kimia.
Zat yang mula- mula dihasilkan dalam keadaan gas dapat dengan cepat mengembun
dalam bentuk cair. Perubahan energi yang menyertai suatu reaksi kimia bergantung
pada keadaan pereaksi dan hasil reaksi. Misalnya pada pembakaran metana penyusun
utama gas alam untuk menghasilkan (James, dkk., 2008: 90).
Massa molekul suatu zat memiliki jumlah massa atom unsur-unsur
penyusunnya. Massa molekul dapat dihitung dengan menjumlahkan massa atom relatif
unsur- unsur penyusun molekul. Massa molekul dapat diukur dengan berbagai cara.
Contoh pengukuran untuk zat yang mudah menguap dapat dilakukan dengan
menurunkan persamaan gas ideal dengan menentukan terlebih dahulu massa jenis,
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
.
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
A. Gas Ideal
Pada tekanan-tekanan rendah hingga sedang, dan pada suhu tidak terlalu
rendah, beberapa gas umum berikut bisa dianggap ideal: udara, nitrogen, oksigen,
helium, hidrogen dan neon. Rata-rata gas yang secara kimia stabil akan berperilaku
ideal apabila dijauhkan dari kondisi yang dapat menyebabkan gas tersebut mencair
atau membeku. Jadi dapat dikatakan, gas yang sesungguhnya berperilaku layaknya gas
ideal apabila atom-atom atau molekul-molekulnya terpisah jauh sehingga tidak terjadi
interaksi secara nyata antara satu sama lain. Kasus-kasus khusus dari hukum gas ideal,
yaitu hukum boyle, hukum charles, hukum gay-lussac (Bueche, 2006: 37).
Gas ideal adalah kumpulan partikel-pertikel suatu zat yang jaraknya cukup jauh
segala arah. Gas ideal sebagai sekumpulan molekul dengan jarak antara molekul-
molekul cukup jauh sehingga tidak ada interaksi antar molekul, Epot= 0. Oleh, karena
itu, energi suatu molekul gas ideal hanya berbentuk kinetik (Siregar, 2012: 50).
Hukum gas ideal: Tekanan absolut P dari n kilomol gas yang memiliki volume
dimana R = 8314 J/kmol.K, disebut sebagai konstanta gas universal. Jika volume
tersebut mengandung m kilogram gas yang memiliki massa molekul (atau atom) M,
maka n = m/M.
Persamaan diatas dikenal sebagai persamaan keadaan gas ideal (ideal gas
equation of state). Cara untuk memvalidasi apakah gas dapat dimodelkan seperti gas
ideal, keadaan yang menjadi kajian, dapat diletakkan pada grafik kompresibilitas
untuk menentukan sejauh mana Z= 1 dapat dipenuhi. Model gas ideal dapat ditentuan
dengan tubulasi data atau grafik sifat data. Jika asumsi penyederhanaan ini tidak
dinyatakan dengan jelas maka model gas ideal hanya dapat digunakan setelah
interaksi yang dahsyat antara dua benda yang berlangsung pada waktu yang relatif
singkat. Definisi tumbukan yang akan terjadi dalam waktu ∆𝑡 yang dapat diabaikan
terhadap lamanya waktu pengamatan sistim juga dapat dicirikan sebagai peristiwa
dengan gaya eksternal yang bekerja pada sistem dapat diabaikan bila dibandingkan
baik. Terdapat dua metode untuk mengukur massa jenis yaitu secara langsung
dan tidak langsung. Cara yang dipakai untuk mengetahui satuan massa jenis dari zat
cair pada bahan produksi yaitu dengan mengambil sampel zat cair dalam proses
produksi untuk diukur terlebih dahulu berat benda tersebut dan mencari tau besar
volume benda tersebut, setelah data didapat maka satuan massa jenis akan berupa
massa pada tiap satuan volume benda tersebut, cara tersebeut merupakan salah satu
adalah dengan melakukan pengukuran pada zat cair yang akan digunakan secara terus
Gas merupakan satu dari tiga wujud zat, Teori Kinetik Gas merupakan setiap
zat yang terdiri dari atom-atom atau molekul-molekul dan bergerak terus menerus
secara sembarangan. Teori kinetik gas didasari atas 3 hukum utama yakni hukum
volume yang sama gas memiliki jumlah molekul yang sama), untuk menghasilkan
PV=nRT………………….…………………………………………………...(2.2)
Persamaan tersebut menjelaskan bahwa konstanta C dalam Hukum Boyle
adalah sebanding dengan n. Hukum Boyle ini terjadi pada proses isotermis, yaitu proses
yang terjadi pada suhu gas selalu tetap (T = tetap). Dinyatakan dengan persamaan :
P1V1=P2V2……………………………….……………………………………(2.3)
Hubungan antara suhu, tekanan dan volume untuk suatu gas ideal dapat dinyatakan
dengan hukum Boyle, hukum Charles dan hukum Gay Lussac. Meskipun
dikembangkan untuk gas ideal, ketiga hukum gas ideal ini juga berlaku untuk gas
nyata yang memliki tekanan dan kerapatan (rapat massa) tidak terlalu besar dan suhu
gas tidak mendekati titik didih (Titik cair) (Kironoto, 2016: 85). Hukum-hukum
gas ideal terbagi menjadi tiga yaitu :
1. Hukum Boyle (Tekanan-Volume)
Pada abad ketujuh belas, Robert Boyle mempelajari perilaku gas secara
hubungan tekanan dan volume dari sampel gas. Boyle memperhatikan bahwa, jika
suhu dijaga konstan, volume (V) dari sejumlah tertentu gas menurun, sejalan dengan
kenaikan tekanan totalnya (P), yakni tekanan atmosfer ditambah dengan tekanan.
Sebaliknya, bila tekanan menurun maka volume gas akan meningkat. Hukum Boyle,
menyatakan bahwa tekanan dari sejumlah tetap suatu gas pada suhu yang dijaga
Hukum Boyle tergantung pada suhu sistem yang dijaga konstan. Akan tetapi,
andaikan suhu berubah, bagaimana suhu berpengaruh terhadap volume dan tekanan
gas. Jacques Charles dan Joseph Gay-Lussac menjadi peneliti pertama mengenai
hubungan ini. Penelitian mereka memperlihatkan bahwa, pada tekanan konstan,
volume sampel gas akan memuai jika dipanaskan dan akan menyusut jika didinginkan.
Hukum Charles dan Gay-Lussac, menyatakan bahwa volume dari sejumlah
tetap gas pada tekanan konstan adalah berbanding lurus dengan suhu mutlak gas itu.
Dengan persamaan
𝑉 𝑇 =k2…………………………………………………………………………(2.5)
Bentuk lain hukum Charles menyatakan bahwa, pada jumlah dan volume gas yang
P=k3T…………………………………..…………………………………………………(2.6)
C. Bobot Jenis
Bobot jenis adalah rasio bobot suatu zat terhadap bobot zat baku yang
volumenya sama pada suhu yang sama yang dinyatakan dalam desimal. Kerapatan
adalah massa per satuan volume, yaitu bobot zat per satuan volume. Misalnya, satu
mili liter raksa berbobot 13,6 g/mL. Kerapatan dinyatakan sebagai satuan bobot dan
volume, maka bobot jenis merupakan bilangan abstrak. Bobot jenis menggambarkan
hubungan antara bobot suatu zat terhadap bobot zat baku, misalkan air yang
merupakan zat baku untuk sebagian besar perhitungan dalam farmasi dan dinyatakan
memiliki bobot jenis 1,00. Sebagai perbandingan, bobot jenis gliserin adalah 1,25
artinya bobot gliserin 1,25 kali volume air yang setara, dan bobot jenis alkohol 0,81
artinya bobot alkohol 0,81 kali bobot air yang setara (Ansel dan Prince, 2006: 90).
Bobot jenis merupakan perbandingan massa suatu zat dengan massa air pada
suhu dan volume yang sama. Bobot jenis menjelaskan banyaknya komponen yang
terkandung didalam zat tersebut, besar kecilnya nilai bobot jenis sering dihubungkan
dengan fraksi berat komponen yang terkandung didalamnya. Apabila semakin besar
fraksi berat yang terkandung maka semakin besar pula nilai bobot jenisnya
koma sebanyak akurasi yang diperlukan pada penentuannya. Umumnya dua angka
dibelakang koma sudah mencukupi. Bobot jenis suatu zat dapat dihitung ddengan
mengetahui bobot dan volumenya. Bobot jenis adalah factor yang memungkinkan
pengubahan jumlah zat dalam formula farmasetik dari bobot menjadi volume dan
sebaliknya. Bobot jenis juga digunakan untuk mengubah pernyataan kekuatan dalam
1. Kloroform
Kloroform merupakan triklometan yang mengandung etanol 1,0% v/v hingga
2,0% v/v sebagai zat penstabil. Kloroform memiliki bentuk cair, mudah menguap,
tidak memiliki kelarutan dan larut dalam kurang lebih 200 bagian air. Mudah larut
dalam etanol mutlak P dan eter P dalam sebagian besar pelarut organik dalam minyak
atsiridan lemak (Departemen Kesehatan RI., 1979: 151). Kloroform mempunyai sifat-
sifat, yaitu mempunyai rumus molekul CHCl3, berwujud cairan bening (25˚c, 1 atm),
berat molekulnya 119,39 gr/mol, titik didihnya 61,2˚c, titik lelehnya -63,5˚c,
densitasnya 1,48 gr/cm3, viskositasnya 0,57 cp (20˚c), suhu kritisnya 263˚c, dan tekanan
pada tekanan dan temperatur normal merupakan cairan bening dan berbau
besar, sampai saat ini kebutuhan kloroform di Indonesia sepenuhnya mengimpor dari
luar negeri. Kloroform atau kloro metana mempunyai rumus molekul CHCl 3. Dimana
pada tekanan dan suhu normal merupakan cairan bening (Amonette, dkk., 2009).
2. Aseton
Aseton merupakan jenis keton yang paling sederhana yang digunakan sebagai
pelarut polar dalam kebanyakan reaksi organik. Aseton dikenal juga sebagai dimetil
keton atau 2- propanon. Aseton adalah senyawa berbentuk cairan yang tidak berwarna
dan mudah terbakar yang digunakan juga untuk membuat plastik, serat, obat-obatan
dan senyawa-senyawa kimia lainnya. Aseton juga dapat ditemukan secara alami
termasuk pada tubuh manusia dalam kandungan kecil. aseton dengan nama lain 2-
propanon dimetil keton mempunyai sifat-sifat yaitu, rumus molekul: C3H6O, berat
molekul: 58,08 gr/mol, kenampakan: cairan tak berwarna, titik didih (˚c): 56,29, titik
beku (˚c): -94,6, viskositas (20˚c): 0,32, tekanan kritis (20˚c): 4,701, kelarutan: sangat
propanon. Aseton adalah senyawa berbentuk cairan yang tidak berwarna dan sangat
mudah terbakar, aseton dapat digunakan untuk membuat obat-obatan, dan senyawa
Aseton memiliki gugus karbonil yang mempunyai ikatan rangkap dua karbon
oksigen tediri dari satu ikatan σ dan satu ikatan π. atom hidrogen yang terikat pada
atom karbon sangat stabil dan sangat sukar diputuskan (Wade, L.G., 2006).
BAB III
METODE PERCOBAAN
Wita, di Laboratorium Kimia Fisika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam
1. Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan kali ini adalah neraca analitik,
desikator, penangas listrik, erlenmyer 150 ml, pipet volume 5 ml, gelas piala 600 ml,
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah aluminium foil, aseton
(C3H6O) dan kloroform (CHCl3).
C. Prosedur Kerja
Mengambil sebuah erlenmeyer berleher kecil dan kering. Menutup labu dengan
Setelah itu, menimbang erlenmeyer beserta aluminium foil dan karet gelang dan
erlenmeyer, dan menutup kembali dengan menggunakan aluminium foil dan mengikat
kembali dengan karet gelang erat-erat sehingga tutup ini bersifat kedap gas. Membuat
lubang kecil pada aluminium foil dengan menggunakan jarum. Setelah itu, mengisi
gelas piala dengan air mengalir secukupnya. Selanjutnya merendam erlenmeyer dalam
penangas air bersuhu 100°C kira-kira 1 cm di bawah aluminium foil. Kemudian
menunggu hingga semua cairan di dalam erlenmeyer menguap dan mencatat suhu
penangas air tersebut. Setelah itu, mengangkat erlenmeyer dari penangas, mengelap
air yang menempel pada bagian luar erlenmeyer, lalu memasukkan erlenmeyer ke
dalam desikator. Setelah dingin, menimbang erlenmeyer dan mencatat bobot akhir.
BAB IV
A. Hasil Pengamatan
1. Tabel Pengamatan
karet + cairan
(CHCl3)
Aluminium H2 O
Foil + Karet
(CHCl3)
A. Kloroform (CHCl3)
setelah menguap)
= 107,2273 + 44,9395
= 62,2878
B. Aseton (C3H6O)
setelah menguap)
= 107, 7764 g ‒ 43,4138 g
= 64,3626 g
= 3,9082 =g
62,4725 cm3
= 0,0626 g/cm3
Massa molekul (molecullar mass) atau berat molekul adalah jumlah dari massa-
massa atom (dalam sma) dalam suatu molekul. Jika massa atom dari penyusun-
penyusun suatu molekul diketahui, maka massa dari molekul tersebut dapat dihitung
yang bersifat mudah menguap. Dalam percobaan ini ditentukan massa molekul dari
erlenmeyer kosong yang ditutup menggunakan aluminium foil dan karet gelang.
Pengukuran bobot ini menggunakan neraca analitik. Semua pengukuran bobot ini
dimaksudkan agar mengetahui bobot air yang terdapat dalam erlenmeyer, dengan
demikian volume air yang juga merupakan volume gas dapat diukur. Setelah dilakukan
Tujuan dimaksudkan agar cairan tidak menguap ke luar, karena cairan yang digunakan
(aseton dan kloroform) sifatnya mudah menguap. Aluminium foil kemudian dilubangi
dengan menggunakan jarum hal ini dilakukan agar uap dapat keluar, lalu erlenmeyer
berisi aseton dan kloroform direndam dalam gelas kimia berisi air di atas pemanas
listrik hingga semua cairan menguap. Setelah semua cairan menguap, erlenmeyer
diangkat dari gelas kimia dan diukur suhu air dalam gelas kimia tersebutuntuk
mengetahui temperatur atau suhu terbentuknya gas. Air yang menempel pada bagian
luar erlemeyer dilap kemudian erlenmeyer dimasukkan ke dalam desikator hal ini
dilakukan agar air yang terdapat dalam erenmeyer bias diserap dan cepat dingin.
berisi agar tekanan gas dalam erlemeyer sama dengan tekanan luar, setelah dingin,
erlenmeyer ditimbang bobotnya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui bobot gas yang
massa molekul diperoleh pada kloroform (CHCl 3) sebesar 17,4496 gr/mol dan aseton
RI (1995: 206), berat molekul kloroform yaitu 119,38 g/mol dan hasil percobaan
yang dilakukan tidak sesuai dengan teori bahkan memiliki perbedaan yang sangat jauh,
hal tersebut bisa saja terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti adanya
ketidak telitian pada saat praktikum berlangsung seperti tabung erlenmayer yang
digunakan mungkin belum kering sepenuhnya, faktor lamanya pemanasan, sisa sampel
yang belum kering dan dingin saat didesikator. Menurut teori yang dikemukakan oleh
departemen kesehatan RI (1995: 207), berat molekul aseton (C3H6O) adalah 58,08
g/mol, hasil percobaan yang dilakukan tidak sesuai dengan teori namun perbedaan
hasil yang ditemukan tidak terlalu jauh, hal tersebut terjadi karena aluminium foil pada
erlenmayer yang berisi aseton robek sehingga pada saat tabung erlenmayer
dimasukkan kedalam gelas kimia yang berada diatas penangas air proses penguapan
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
2. Massa molekul dari kloroform (CH3COCH3) adalah 14,9568 gr/mol dan massa
menggunakan sampel seperti n-heksan (n-C6H14) yang sifatnya tidak larut dalam air
agar dapat dibandingkan hasilnya dengan aseton dan juga kloroform.
DAFTAR PUSTAKA
Alfian, Zul. Kimia Dasar. Medan: USU Press, 2009.
Amonette, JE, dkk., Carbon Tetrachloride and Chloroform Attenuation Parameter
Studies: Heterogeneous Hydrolytic Reactions. Washington: Pacific Northwest
National Laboratory, 2009.
Ansel, Howard C, dkk., Pharmaceutical Calculations: The Pharmacist’s Handbook.
terj. Cucu Aisyah, dkk., Kalkulasi Farmasetik: Panduan untuk Apoteker. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2006.
Bueche, Frederick J. Schaum’s Outlines of Theory and Problems of College Physics
Tenth Edition. terj. Refina Indriasari. Schaum’s Outlines Teori dan Soal-soal
Fisika Universitas Edisi Kesepuluh. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2006.
Chang, Raymond. General Chemistry: The Essential Concepts. terj. Muhammad
Abdulkadir Martoprawiro. Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti Edisi 3 Jilid 1.
Jakarta: Erlangga, 2004.
James, Joyce, dkk., Principles of Science for Nurses. terj. Indah Retno Wardhani.
Prinsip-prinsip Sains untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2008.
Keenan. Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga, 1996.
Moran, Michael J dan Howard N Shapiro. Fundamentals of Engineering
Thermodynamics. terj. Yulianto Sulistyo Nugroho. Termodinamika Teknik.
Jakarta: Penerbit Erlangga, 2004.
Taba, P, dkk., Penuntun Praktiikum Kimia Fisika.Makassar: Universitas Hasanuddin,
2010.
Wade, L G. Organic Chemistry Sixth Edition. New Jersey: Pearson Education
International, 2006.
PERCOBAAN III
VISKOSITAS ZAT CAIR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ukuran yang menyatukan kekentalan suatu cairan atau fluida disebut dengan
viskositas. Viskositas menentukan kecepatan mengalirnya suatu cairan. Suatu jenis
larutan yang mudah mengalir dapat dikatakan memiliki viskositas yang rendah, dan
sebaliknya larutan yang sulit mengalir dikatakan memiliki viskositas yang tinggi.
Kekentalan yang dimiliki setiap zat berbeda-beda, hal ini bergantung pada konsentrasi
dari zat terlarut dalam cairan fluida tersebut (Rahma, dkk., 2020: 11).
Mekanika fluida berasal dari kata mekanika dan fluida. Mekanika adalah ilmu
yang mempelajari tentang Gerakan, sedangkan fluida adalah zat yang bila diberikan
gaya kepadanya, zat tersebut akan berubah bentuk secara kontinu karena tidak mampu
menahan gaya, sekecil apapun gaya tersebut bekerja. Fluida merupakan zat yang dapat
mengalir, yang dapat berupa zat cair maupun zat gas. Mekanika fluida dapat diartikan
sebagai ilmu yang mempelajari tentang pergerakan fluida, baik zat cair dan zat gas
(Kironoto, 2018:1).
Fluida yang dialirkan dapat berupa zat cair atau gas. Tekanan didalam pipa bisa
lebih kecil atau lebih dari tekanan atmosfer. Fluida merupakan zat yang bisa
mengalami perubahan bentuk secara kontinue atau terus menerus bila terkena atau
gaya geser walaupun relatif kecil atau bisa juga dikatakan suatu zat mengalir, fluida
mencakup zat cair dan gas. Aliran fluidan digolongkan banyak cara seperti turbulen,
laminar, nyata, ideal, manpubalik, tak mapabulik , stedi, tak stedi , seragam, tak
seragam, rotasional, tak rotasional (Andayani,dkk.,2017:189)
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari percobaan ini yaitu berapakah nilai viskositas zat cair
C. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui nilai viskositas zat cair
TINJAUAN PUSTAKA
A. Fluida
Pompa suatu mesin fluida yang digunakan untuk memindahkan cairan dari
suatu tempat ke tempat lain, melalui suatu media pipa (saluran) dengan menambahkan
energi pada cairan, yang dipindahkan dan berlangsung kontinu. Pompa merupakan
mesin fluida yang digunakan untuk memindahkan fluida cair yang umumnya dari
tempat yang rendah ke tempat yang lebih tinggi melalui system perpipaan. Fluida
merupakan zat yang dapat mengalir yang mempunyai partikel yang mudah bergerak
dan berubah bentuk tanpa pemisahan massa. Ketahanan fluida terhadap bentuk sangat
kecil sehingga fluida dapat dengan mudah mengikuti bentuk ruang. Berdasarkan
wujudnya fluida dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : fluida cair dan fluida gas. Untuk
mengerti aliran fluida maka harus mengetahui beberapa sifat dasar fluida. Sifat-sifat
dasar fluida yaitu : kekentalan, kerapatan, berat jenis, tekanan, dan temperature
gaya gesekan. Jadi, tekanan fluida sebelum dan sesudah melewati suatu penghalang
tidak akan berubah, atau besarnya tetap. Resultan gaya yang bekerja pada setiap titik
aliran fluida adalah nol. Jika benda bergerak dalam fluida yang memiliki viskositas,
akan terjadi gesek antara benda dan fluida. Gaya tersebut dinamakan gaya stokes
(Indrajit, 2007:150-151).
Fluida adalah zat-zat yang mampu mengalir dan menyesuaikan diri dengan
bentuk wadah tempatnya atau zat yang akan berdeformasi terus menerus selama
dipengaruhi oleh suatu tegangan geser. Fluida memiliki sifat tidak menolak terhadap
untuk mengambil bentuk dari wadah mereka). Diantara salah satu sifat zat cair adalah
kental (viscous) di mana zat cair memiliki koefisien kekentalan yang berbeda-beda,
misalnya kekentalan minyak goreng berbeda dengan kekentalan oli. Dengan sifat ini
zat cair banyak digunakan dalam dunia otomotif yaitu sebagai pelumas mesin. Telah
diketahui bahwa pelumas yang dibutuhkan tiap-tiap tipe mesin membutuhkan
tertentu harus diperhatikan terlebih dahulu koefisien kekentalan pelumas sesuai atau
tidak dengan tipe mesin (Torryselly, 2008: 7-8).
B. Viskositas
Viskositas meruapak sifat friksi atau sifat tahanan di pedalaman fluida terhadap
tegangan geser yang diterapkan pada fluida tersebut. Viskositas cairan akan berkurang
dengan naiknya suhu , sedangkan viskositas gas akan lebih tinggi jika suhunya naik.
Viskositas adalah ukuran yang menyatakan kekentalan suatu cairan atau fluida.
Kekentalan merupakan sifat cairan yang berhubungan erat dengan hambatan untuk
mengalir. Beberapa cairan ada yang dapat mengalir cepat, sedangkan lainnya mengalir
secara lambat. Cairan yang mengalir cepat seperti air, alkohol, dan bensin mempunyai
viskositas kecil. Sedangkan cairan yang mengalir lambat seperti gliserin, minyak
castor, dan madu mempunyai viskositas besar. Jadi viskositas tidak lain menentukan
kecilnya gesekan dalam fluida. Semakin besar viskositas fluida, maka semakin sulit
suatu fluida untuk mengalir dan juga menunjukkan semakin sulit suatu benda bergerak
didalam fluida tersebut. Viskositas pada jaringan muncul karena adanya tumbukan
antara partikel didalam jaringan. Besarnya viskositas pada suatu jaringan ditentukan
oleh suatu konstanta perbandingan yang didefinisikan sebagai koefisien viskositas dan
Keterangan :
Viskositas atau kekentalan merupakan salah satu sifat polimer yang sangat
berpengaruh dalam pembentukan suatu membran, karena viskositas menggambarkan
cepat atau lambatnya cairan tersebut mengalir. Dalam pembuatan membran serat
berongga ada batasan viskositas larutan polimer minimal yang harus dimiliki oleh
molekul larutan, dan tekanan. Jadi viskositas berbanding terbalik dengan suhu. Jika
suhu naik maka viskositas akan turun, dan begitu sebaliknya. Setiap Fluida memiliki
viskositas yang berbeda-beda yang harganya bergantung pada jenis cairan dan suhu.
Cairan mempunyai viskositas lebih besar daripada gas, karena mempunyai gaya gesek
untuk mengalir lebih besar. Pada kebanyakan cairan viskositasnya turun dengan
Cairan mempunyai gaya gesek yang lebih besar untuk mengalir daripada gas,
sehingga cairan mempunyai koefisien viskositas yang lebih besar daripada gas.
turun dengan naiknya temperatur. Koefisien viskositas gas pada tekanan tidak terlalu
besar, tidak tergantung pada tekanan, tetapi untuk cairan naik dengan naiknya tekanan
1. Tekanan
Viskositas akan turun dengan naiknya suhu, sedangkan viskositas gas naik
molekul melemah. Dengan demikian viskositas cairan akan turun dengan kenaikan
temperatur.
3. Kehadiran zat lain
Penambahan gula tebu meningkatkan viskositas air. Adanya bahan tambahan
seperti bahan suspensi menaikkan viskositas air. Pada minyak ataupun gliserin
adanya penambahan air akan menyebabkan viskositas akan turun karena gliserin
cepat, larutan minyak laju alirannya lambat dan kekentalannya tinggi seta laju aliran
5. Berat molekul
Viskositas akan naik jika ikatan rangkap semakin banyak.
Viskositas air naik denghan adanya ikatan hidrogen, viskositas CPO dengan
gugus OH pada trigliseridanya naik pada keadaan yang sama (Reza, dkk., 2013).
D. Macam-macam viskositas
Viskositas ada dua macam yaitu viskositas absolut dan viskositas kinematik.
Kedua macam viskositas tersebut digunakan sebagai ukuran standar konsistensi aspal
pada suhu tertentu. Menurut Hasbi, dkk (2017: 3), bahwa viskositas dinamis dapat
μ = τ : δuδ………………………………………………….(II.2)
Dengan, τ = tegangan geser (N.m) μ = viskositas dinamis (N.det/m2) δuδt = perubahan
aliran fluida (m/det) Viskositas absolut adalah tingkat atau nilai kekentalan aspal yang
diukur pada suhu 140°F (60°C). Dipilih suhu tersebut karena mewakili suhu
permukaan perkerasan aspal rata-rata panas yang terjadi di lapangan, sementara suhu
tersebut mewakili suhu terpanas di musim panas di USA. Nilai kekentalan aspal
elemenya. Bila suatu fluida mengalami geseran, ia mulai bergerak dengan laju
renggangan yang berbanding terbalik dengan suatu besaran yang disebut koefisien
viskositas, viskositas dinamis atau viskositas mutlak (Hasbi, dkk., 2017: 3).
E. Sifat bahan
1. Aquades (H2O)
Aquadest adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O: satu molekul air
tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen.
Aquadest bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar,
yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur 273,15 K (0 °C). Zat kimia ini
merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan
banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan
banyak macam molekul organik (Reza, dkk., 2013).
2. Metanol (CH3OH)
Metanol yaitu berbentuk cairan, tidak berwarna, jernih, berbau khas. Metanol
memiliki bobot jenis 0,796-0,798, titik didihnya lebih dari 95%, densitasnya 0,796
g/cm3 dan tekanannya 78,5 atm. Metanol mudah menguap, terbakar dan beracun.
Metanol dapat menimbulkan kerusakan pada sel hepar yang disebabkan karena radikal
ditulis dengan R−OH. Metanol merupakan alkohol dengan kandungan atom karbon
paling kecil. Pada pembuatan biodesel berbahan baku minyak nabati, alkohol
didih metanol adalah 65℃ sehingga metanol tergolong sebagai cairan mudah
menguap. Sama dengan senyawa alcohol lainnya, metanol termasuk cairan yang
mudah terbakar. Densitas metanol adalah 0,7918 kg/liter sehingga lebih ringan
disbanding air. metanol laruta semperna dalam air pada semua komposisi karena
kedua cairan bersifat polar Metanol juga larut dalam minyak karena keduanya
3. Gliserin
Senyawa gliserin pertama kali ditemukan oleh soerang peneliti farmasi asal
Swedia bernama K.W Scheele pada tahun 1779. Dalam penelitiannya, gliserin
dihasilkan gliserin dihasilkan sebagai zat yang manis dari reaksi pemanasan minyak
zaitun dengan timbal oksida PbO. Pada tahun 1811, seorang ahli kimia Perancis yang
bernaman M.E Chevral menyebut bahan manis yang berhasil diidsolasi itu sebagai
gliserin. Ahli kimia ini juga mneggambarkan formulasi kimia dari asam-asam lemak
dan gliserin dalam minyak nabati dam lemak hewani. merupakan senyawa organik
berupa cairan kental, tidak berwarna dan tidak berbau namun terasa manis, higros
yang menyusun berbagai macam lipid, termasuk trigliserida. Gliserin terasa manis
saat dikecap, namun bersifat racun. Gliserin adalah cairan kental yang tidak berwarna
dan jika dicicipi terasa manis. Ia memiliki titik didih tinggi dan membeku dalam
bentuk pasta. Gliserin yang paling umum digunakan adalah dalam sabun dan produk
F. Aplikasi
Minyak pelumas atau yang lebih dikenal dengan nama oli didefenisikan
sebagai suatu zat yang berada di antara dua permukaan yang bergerak secara relatif
agar dapat mengurangi gesekan antar permukaan tersebut. Prinsip dasar dari pelumas
atau oli adalah mencegah terjadinya gesekan padat. Selain di dunia otomotif, sifat
kekentalan zat cair juga banyak digunakan dalam dunia kecantikan dan obat-obatan,
yaitu jenis gliserin. Gliserin merupakan cairan bening yang sering digunakan dalam
pembuatan obat-obatan, makanan, sabun dan lain sebagainya. Aplikasi gliserin yang
sering digunakan yang paling umum adalah dalam sabun dan produk kecantikan
lainnya seperti lotion, atau bahkan digunakan untuk pembuatan dinamit (dalam bentuk
nitrogliserin) (Lubis, 2018: 27).
Pipa merupakan salah satu alat transportasi yang paling efektif untuk
memindahkan fluida. Aliran fluida dalam pipa dapa laminar atau turbulen tergantung
kecepatan aliran fluida dan kekentalan fluida (Andayani, dkk, 2019: 181). Ada banyak
Ayat yang berhubungan dengan percobaan ini terdapat dalam Q.S al-
Terjemahan:
“Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan
menghilangkannya”
Tafsiran :
kekentalan (viskositas) dari cairan tersebut. Air, minyak, oli, dan aspal semuanya
merupakan zat cair, akan tetapi viskositas dari masing-masing zat tersebut berbeda.
Perbedaan viskositas zat cair ini sangat bermanfaat bagi kehidupan kita sehari-hari.
Sebagai contoh oli lebih tinggi viskositasnya dibandingkan dengan air. Oli digunakan
METODE PERCOBAAN
Percobaan ini telah dilaksanakan pada hari Rabu, 25 November 2020, pukul
kediaman masing-masing
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah bulp, corong kaca, gelas
kimia 1000 mL, gelas kimia 250 mL, gegep, hot plate, stopwatch, termometer 110
viskometer ostwald.
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah aquades (H 2O),
C. Prosedur Kerja
akuades ke dalam gelas kimia 250 mL dan kemudian akuades dimasukkan ke dalam
viskometer ostwald dengan menggunakan corong tanpa melewati batas b. Setelah itu,
Piknometer ostwald dipanaskan hingga suhu mencapai 20˚C, 40˚C dan 60˚C. Setelah
itu, menghisap gliserin dari lubang yang kecil menggunakan bulb hingga melewati
tanda batas a. Selanjutnya lubang kecil piknometer ostwald di tutup rapat
menggunakan jari dan membiarkan akuades mengalir dari tanda batas a ke b. Catat
metanol ke dalam gelas kimia 250 mL dan kemudian metanol dimasukkan ke dalam
viskometer ostwald dengan menggunakan corong tanpa melewati batas b. Setelah itu,
Piknometer ostwald dipanaskan hingga suhu mencapai 20˚C, 40˚C dan 60˚C. Setelah
itu, menghisap metanol dari lubang yang kecil menggunakan bulb hingga melewati
menggunakan jari dan membiarkan metanol mengalir dari tanda batas a ke b. Catat
gliserin ke dalam gelas kimia 250 mL dan kemudian gliserin dimasukkan ke dalam
viskometer ostwald dengan menggunakan corong tanpa melewati batas b. Setelah itu,
Piknometer ostwald dipanaskan hingga suhu mencapai 20˚C, 40˚C dan 60˚C. Setelah
itu, menghisap gliserin dari lubang yang kecil menggunakan bulb hingga melewati
menggunakan jari dan membiarkan gliserin mengalir dari tanda batas a ke b. Catat
A. Hasil Pengamatan
1. Tabel Pengamatan
T1 T2 TR T1 T2 TR T1 T2 TR
Aquades (H2O) 0,010 0,094 0,052 0,007 0,008 ,0075 0,013 0,014 ,0135
etanol (CH3OH) 0,018 0,014 0,016 0,009 0,008 ,0085 0,013 0,010 ,0115
T1 T2 TR T1 T2 TR T1 T2 TR
Aquades (H2O) 1,45 2,19 1.82 2,05 1,32 1,685 0,88 1,20 1,04
2. Analisis Data
Diketahui:
ρ Aquades = 1 gr/cm3
a. Koefisien Viskositas Metanol pada suhu (20C, 40C dan 60C = ........... ?
b. Koefisien Viskositas Gliserin pada suhu (20C, 40C dan 60C) = .......... ?
Penyelesaian:
Diketahui :
Metanol… ?
Penyelesaian
ƞ1 ρ1 t 1
=
ƞ2 ρ2 t 2
1,794 poise 1 𝑔𝑟/𝑐𝑚3 ×0,052 sekon
=
ƞ2 0,789 𝑔𝑟/𝑐𝑚3 ×0,016 sekon
1,794 poise 0,052 𝑔𝑟/𝑐𝑚3
=
ƞ2 0,01𝑔𝑟/𝑐𝑚3
0,024= 0,052ƞ2
ƞ2 = 0,46 poise
aquades = 1 gr/cm3
Ditanyakan:
Metanol = …..?
Penyelesaian :
ƞ1 ρ1 t 1
=
ƞ2 ρ2 t 2
1,009 poise 1 𝑔𝑟/𝑐𝑚3 ×0,0075 sekon
=
ƞ2 0,789 𝑔𝑟/𝑐𝑚3 ×0,0085 sekon
1,009 poise 0,0075 𝑔𝑟/𝑐𝑚3
=
ƞ2 0,0067𝑔𝑟/𝑐𝑚3
0,0068= 0,0075ƞ2
ƞ2 = 0,90 poise
3). Suhu 60 ⁰C
Diketahui :
aquades = 1 gr/cm3
Ditanyakan:
metanol =…..?
Penyelesaian :
ƞ1 ρ1 t 1
=
ƞ2 ρ2 t 2
0,470 poise 1 𝑔𝑟/𝑐𝑚3 ×0,0135 sekon
=
ƞ2 0,789 𝑔𝑟/𝑐𝑚3 ×0,0115 sekon
0,470 poise 0,0135 𝑔𝑟/𝑐𝑚3
=
ƞ2 0,009𝑔𝑟/𝑐𝑚3
0,004= 0,0135ƞ2
ƞ2 = 0,297 poise
b. Koefisien Viskositas Gliserin pada suhu (20C, 40C dan 60C)
1). Suhu 20C
aquades = 1 gr/cm3
Ditanyakan:
gliserin…..?
Penyelesaian :
ƞ1 ρ1 t 1
=
ƞ2 ρ2 t 2
1,794 poise 1 𝑔𝑟/𝑐𝑚3 ×1.82 sekon
=
ƞ2 1.26 𝑔𝑟/𝑐𝑚3 ×91.5 sekon
1,794 poise 1.82 𝑔𝑟/𝑐𝑚3
=
ƞ2 115,29𝑔𝑟/𝑐𝑚3
206,8 = 1.82ƞ2
ƞ2 = 113,6 poise
aquades = 1 gr/cm3
t gliserin = 63 sekon
Ditanyakan:
gliserin…..?
Penyelesaian :
ƞ1 ρ1 t 1
=
ƞ2 ρ2 t 2
1,009 poise 1 𝑔𝑟/𝑐𝑚3 ×1,68 sekon
=
ƞ2 1,26 𝑔𝑟/𝑐𝑚3 ×63 sekon
1,009 poise 1,68 𝑔𝑟/𝑐𝑚3
=
ƞ2 79,38𝑔𝑟/𝑐𝑚3
80= 1,68ƞ2
ƞ2 = 47,61 poise
3). Suhu 60 C
Diketahui :
aquades = 1 gr/cm3
Ditanyakan:
gliserin…..?
Penyelesaian :
ƞ1 ρ1 t 1
=
ƞ2 ρ2 t 2
0,470 poise 1 𝑔𝑟/𝑐𝑚3 ×1,04 sekon
=
ƞ2 1,26 𝑔𝑟/𝑐𝑚3 ×79.5 sekon
0,470 poise 1,04 𝑔𝑟/𝑐𝑚3
=
ƞ2 100.17𝑔𝑟/𝑐𝑚3
47.07= 1,04ƞ2
ƞ2 = 45,26 poise
B. Pembahasan
pembanding, karena aquades bersifat netral (pH 7), serta nilai kerapatan viskositasnya
sudah diketahui dan nilai massa jenisnya 1 g/cm3. Gliserin (C3H8O3) dan Metanol
menentukan nilai viskositas dan mengukur waktu alir yang dibutuhkan metanol
(CH3OH) dan gliserin (C3H8O3) untuk mengalir melalui tabung pipa kapiler.
Percobaan ini menggunakan suhu yang bervariasi yaitu 20oC, 40oC dan 60oC yang
bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap viskositas zat cair. Fungsi
pengisapan cairan ke tanda A yaitu untuk memberikan tekanan pada cairan sampel
yang dihisap.
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan maka diperoleh hasil yaitu
nilai viskositas Gliserin (C3H8O3) pada suhu 20ºC, 40 ºC, dan 60 ºC berturut-turut yaitu
113,6 poise, 47,61 poise, dan 45,26 poise sedangkan nilai viskositas dibutuhkan
Berbanding terbalik dengan suhu, dimana ketika suhu metanol naik maka
nilai viskositasnya akan semakin menurun. Hasil ini sesuai dengan teori
(Shoeliha, 2020: 15-16) yang menyatakan bahwa viskositas akan turun dengan
naiknya suhu. Semakin tinggi suhu fluidanya maka viskositasnya akan semakin redah
Pada percobaan metanol (CH3OH) dapat dilihat nilai viskositasnya
semakinmenurun dengan naiknya suhu, begitupun dengan percobaan gliserin. Hal ini
sesuai dengan teori bahwa viskositas suatu fluida dipengaruhi oleh suhu. Semakin
tinggi suhunya maka viskositasnya menurun yang mana berkaitan dengan struktur
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan maka diperoleh hasil yaitu nilai
viskositas Gliserin (C3H8O3) pada suhu 20ºC, 40 ºC, dan 60 ºC berturut-turut yaitu
113,6 poise, 47,61 poise, dan 45,26 poise sedangkan nilai viskositas dibutuhkan
berbanding terbalik dengan suhu, dimana ketika suhu metanol naik maka nilai
viskositasnya akan semakin menurun. Hasil ini sesuai dengan teori (Shoeliha,
2020: 15-16) yang menyatakan bahwa viskositas akan turun dengan naiknya suhu.
B. Saran
SKEMA KERJA
ostwald.
dan 60°C).
tanda batas A.
ke tanda batas A.
B.
ke tanda batas B.
metanol.
dan metanol.
Hasil
PERCOBAAN IV
VOLUME MOLAL PARSIAL
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Volume molal parsial merupakan kontribusi setiap komponen terhadap
komponen terhadap volume total suatu larutan. Jika hal terjadi pada sistem larutan
yang terdiri dari larutan yang tidak ditentukan dari jumlah volume pelarut dan volume
zat terlarut. Volume total larutan sangat tergantung pada komposisi pelarut dan
terlarut. Saat terjadi proses pelarutan maka zat terlarut akan tersolvasi dalam pelarut
sehingga molekul zat terlarut akan dikelilingi oleh molekul molekul pelarut
kehidupan sehari- hari yang dapat memperlihatkan adanya pengaruh faktor kerapatan
terhadap suatu zat yang tidak bercampur dengan zat lainnya antara minyak dan air.
Kedua zat tersebut tidak dapat menyatu dan membentuk dua fase campuran karena
adanya perbedaan nilai yang besar sehingga bercampurnya dua zat atau lebih menjadi
satu fase juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain (Ansel dan Prince, 2004: 76).
Molal atau molalitas didefinisikan sebagai jumlah mol zat terlarut per kg
pelarut yang perbandingan antara jumlah mol zat terlarut dengan massa pelarut dalam
kilogram sementara. Volum molal parsial memiliki konstribusi volum, dari satu
komponen pada sampel terhadap volum total. Volum molal parsial komponen suatu
itu berdasarkan teori ini, maka dilakukan percobaan volume molal parsial
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada percobaan ini adalah berapa nilai volume molal
parsial pada larutan natrium klorida (NaCl) sebagai fungsi konsentrasi dengan
mengukur densitas larutan menggunakan piknometer?
C. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan volume molal parsial
pada larutan natrium kloridan (NaCl) sebagai fungsi konsentrasi dengan mengukur
TINJAUAN PUSTAKA
A. Volume Molal Parsial
komponen terhadap volume total suatu larutan. Jika hal terjadi pada sistem larutan
yang terdiri dari larutan yang tidak ditentukan dari jumlah volume pelarut dan volume
zat terlarut. Volume total larutan sangat tergantung pada komposisi pelarut dan
terlarut. Saat terjadi proses pelarutan maka zat terlarut akan tersolvasi dalam pelarut
sehingga molekul zat terlarut akan dikelilingi oleh molekul molekul pelarut
Volum molar parsial adalah kontribusi pada volum dari satu komponen
dalam sampel terhadap volum total. Volum molar parsial komponen suatu
komposisinya berubah . Volume molal parsial Vj dari suatu zat J pada beberapa
komponen umum didefinisikan secara formal sebagai berikut :
Vj = P, t, n¢ ......................................................................................... (2.1 )
jumlah zat lain tetap. Volume molar parsial adalah kemiringan grafik volume total,
lain tetap. Nilainya bergantung pada komposisi, seperti yang kita lihat untuk air
dan etanol. Definisi ini menunjukkan bahwa ketika komposisi campuran berubah
sebesar penambahan dnA zat A dan dnB zat B, maka volume total campuran berubah
sebesar
molal parsial dari komponen ke-i.secara fisik Ji berarti kenaikan dalam besaran
termodinamik J yang diamati bila satu mol senyawa i ditambahkan ke suatu sistem
yang besar sehingga komposisinya tetap konstan. Pada temperatur dan tekanan
dJ = ............................................................................................... (3.2)
Arti fisik dari integrasi ini adalah bahwa suatu larutan yang komposisinya tetap,
suat u komponen n1, n2, …, ni ( yang komposisinya juga mirip dengan larutan
tuanya ) ditambahkan lebih lanjut, sehingga komposisi relative dari tiap-tiap jenis
massa jenis pada umumnya dengan menimbang berat zat cair tersebut dan
membaginya dengan volume zat cair yang terukur, maka dengan cara ini pengukuran
tidak efisien karena harus mengukur terlebih dahulu massa zat dan volume zat yang
akan diukur. Pengukuran massa jenis zat cair berdasarkan kecepatan ultrasonik
menjadi alternatif agar pengukuran dapat dilakukan secara langsung, akurat, praktis,
material sesuai untuk penentuan densitas dengan metode ini. Banyak material yang
tidak cocok jika penentuan densitasnya dengan cara dicelupkan ke air. Banyak logam
dan alloy dapat bereaksi dengan air. Demikian pula sampel material porous (berpori),
sampel solid kecil, bubuk dan partikulat tidak cocok dengan teknik pencelupan ke
kuantitas materi yang diamati. Namun, bila membagi massa suatu zat dengan
volumenya, didapatkan densitas, yaitu sifat intensif. Sifat intensif tidak bergantung
pada banyaknya materi yang diamati. Jadi, densitas air murni pada 25
(massa/volume) memiliki nilai yang khas, apakah sampel mengisi gelas piala kecil
(massa kecil/volume kecil) atau (massa besar/volume besar (Petrucci dkk, 2007: 13).
Pengukuruan massa jenis pada setiap elemen dan bahan dalam proses produksi
memerlukan ketepatan yang tinggi agar hasil produksi memiliki quality control yang
baik. Terdapat dua metode untuk mengukur massa jenis yaitu secara langsung
maupun tidak langsung. Cara yang dipakai untuk mengetahui satuan massa jenis dari
zat cair pada bahan produksi ialah dengan mengambil sampel zat cair dalam proses
produksi untuk diukur terlebih dahulu berat benda tersebut dan mencari tahu besar
volume benda tersebut, setelah data didapat maka satuan massa jenis akan berupa
massa pada tiap satuan volume yang terukur, cara tersebut merupakan salah satu
metode pengukuran secara tidak langsung (Bagus dan Rouf, 2018: 144).
C. Piknometer
massa jenis zat cair dan tersedia dalam berbagai ukuran. Ukuran yang tersedia dalam
umumnya terbuat dari gelas dengan bentuk badan bulat silinder. Pengukuran massa
jenis dilakukan dengan pertama kali menimbang massa piknometer kosong. Massa
piknometer dicatat dalam lembar kertas. Kemudian piknometer diisi dengan zat cair
yang akan diukur massa jenisnya sampai zat cair memenuhi botol piknometer.
Setelah itu piknometer ditutup dengan menggunakan penutup piknometer yang
tersedia. Piknometer yang telah berisi cairan penuh dan bertutup kemudian dihitung.
Massa botol dan zat cair ditimbang kemudian massa jenis zat cair dihitung. Perlu
diperhatikan bahwa di dalam botol piknometer harus dipastikan bahwa tidak ada
gelembung udara. Pipa kapiler harus terisi secara penuh oleh zat cair yang akan
Massa 1000 cm3 air pada 4 derajat celcius dan tekanan atmosfer normal
adalah hamper tepat tetapi hanya sedikit sekali kurang dari 1 kg. Kerapatan dari air di
bawah keadaan ini adalah 1000 g / 1000 cm3. Karena volume berubah menurut suhu,
sedangkan massa tetap. Kerapatan merupakan fungsi dari suhu. Pada 20 derajat
celcius , kerapatan dari air adalah 0,998 g/cm3 (Petrucci, 1999: 98).
didalamnya, misalkan beratnya menjadi Wt, berat jenis zat cair g, setelah diperoleh
berat jenis g, rapat massa zat cair dapat ditentukan dengan berdasarkan pesamaan di
atas. Perlu diingat bahwa berat jenis zat cair dapat berubah terhadap suhu. Oleh
karena itu, selama pengukuran berlangsung suhu zat cair harus tetap dijaga
(Kironoto, 2016: 78).
D. Bahan
1. NaCl
Natrium atau kalium klorida dapat digunakan sebagai suatu standar primer
untuk larutan perak nitrat (Jr dan underwood, 2001: ). Garam merupakan salah satu
komuditas strategis yang diprioritaskan untuk dikembangkan oleh Kementrian
diimpor dari luar negeri. natrium klorida (garam) juga banyak digunakan sebagai
pembuatan konstik soda (NaOH), soda kue (NaHCO3), Na2CO3, gas klor (Cl2),
industri tekstil, garam farmatesis dan sebagainya ( Jumaeri dkk, 2017: 146).
adalah senyawa kimia dengan rumus molekul NaCl, mewakili perbandingan 1:1 ion
natrium dan klorida. Dengan massa molar masing-masing 22,99 dan 35,45 g/mol,
100 g NaC l mengandung 39,34 g Na dan 60,66 g Cl. Senyawa ini adalah garam yang
paling memengaruhi salinitas laut dan cairan ekstraselular pada banyak organisme
multiseluler. Sebagai komponen utama pada garam dapur, natrium klorida sering
senyawa natrium dan klorin yang digunakan sebagai bahan baku untuk sintesis kimia
lebih lanjut. Aplikasi utama kedua natrium klorida adalah untuk menghilangkan lapisan
Ayat yang berhubungan dengan percobaan kali ini terdapat dalam Q.S Ar-
Terjemahan :
“Dia membiarkan dua laut mengalir yang (kemudian) keduanya bertemu. Di
antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing”
Tafsirannya :
lautan yang tidak saling bertemu karena ada batasan tidak dapat dilampaui keduanya
masing-masing. Ayat tersebut juga menjelaskan bahwa sifat larutan yang saling
bertemu namun tidak bercampur satu sama lainnya, dan hal tersebut telah ditentukan
oleh para ahli fisika kelarutan. Dikarenakan gaya fisika yang dinamakan tegangan
permukaan, air dari laut laut yang saling bersebelahan tidak menyatu. Akibat adanya
perbedaan massa jenis, tegangan permukaan mencegah lautan bercampur satu sama
lain. Seolah terdapat dinding atau selaput tipis yang memisahkan mereka
BAB III
METODE PERCOBAAN
Percobaan ini dilakukan pada hari Rabu, 02 Desember 2020, pukul 07.30-
10.00 WITA secara virtual menggunakan aplikasi Google meet dan Class
room.
1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah neraca analitik,
desikator, oven, piknometer 50 mL, termometer 110oC, pipet skala 25 mL dan 5 mL,
labu takar 100 mL, gelas kimia 250 mL, pipet tetes, bulp, botol semprot 250 mL dan
batang pengaduk.
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini akuades (H2O), natrium
C. Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada percobaan ini adalah dengan mengencerkan larutan
natrium klorida (NaCl) 3 M menjadi 1/2, 1/4, 1/8, dan 1/16 sehingga konsentrasinya
mengisi piknometer dengan akuades (H2O) sampai penuh dan menutupnya rapat-
rapat, kemudian mengeringkan permukaan luar piknometer kemudian
A. Hasil Pengamatan
1. Tabel Pengamatan
30 Series 1
20 Series 2
10
0
0 0,5 1 1,5 2
√𝐦
a. Konsentrasi 3 M
= 38,6988
b. Konsentrasi 1,5 M
= 39,1738
c. Konsentrasi 0,75 M
= 40,7627
d. Konsentrasi 0,375 M
= 41,0650
e. Konsentrasi 0,1875 M
= 41,4169
y
Slope = tan α =
x
41,4169-38,6988
= tan α =
1,8492 - 0,4362
2,7181
=
1,41
= 1,9277 cm3/mol
1. Analisis Data
a. Pengenceran NaCl
1) NaCl 1,5 M
Diketahui:
M1 =3M
V1 = 100 mL
M2 = 1,5 M
Ditanyakan:
V1 = ……?
Penyelesaian:
V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 3M = 100 mL x 1,5 M
V1=
V1 =
V1 = 50 mL
2) NaCl 0,75 M
Diketahui:
M1 =3M
V1 = 100 mL
M2 = 0,75 M
Ditanyakan:
V1 = ……?
Penyelesaian:
V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 3M = 100 mL x 0,75 M
V1=
V1 =
V1 = 25 mL
3) NaCl 0,375 M
Diketahui:
M1 =3M
V1 = 100 mL
M2 = 0,375 M
Ditanyakan:
V1 = ……?
Penyelesaian:
V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 3M = 100 mL x 0,375 M
V1=
V1 =
V1 = 12.5 mL
4) NaCl 0,1875 M
Diketahui:
M1 =3M
V1 = 100 mL
M2 = 0,1875 M
Ditanyakan:
V1 = ……?
Penyelesaian:
V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 3M = 100 mL x 0,1875 M
V1=
V1 =
V1 = 6,25 mL
b. Penentuan Densitas (d)
1) Konsentrasi 3M
Diketahui:
W = 84,7693 g
We = 32,4789 g
W0 = 81,985
d0 = 0,996743 g/cm3
Ditanyakan:
d = ……?
Penyelesaian:
x d0
d=
d= x 0,996743 g/cm3
d= x 0,996743 g/cm3
Diketahui:
W = 83,3442 g
We = 32,4789 g
W0 = 81,985
d0 = 0,996743 g/cm3
Ditanyakan:
d = ……?
Penyelesaian:
x d0
d=
d= x 0,996743 g/cm3
d= x 0,996743 g/cm3
3) Konsentrasi 0,75 M
Diketahui:
W = 82,6962 g
We = 32,4789 g
W0 = 81,985
d0 = 0,996743 g/cm3
Ditanyakan:
d = ……?
Penyelesaian:
x d0
d=
d= x 0,996743 g/cm3
d= x 0,996743 g/cm3
d = 1,010 g/cm3
4) Konsentrasi 0,375 M
Diketahui:
W = 83,1632 g
We = 32,4789 g
W0 = 81,985
d0 = 0,996743 g/cm3
Ditanyakan:
d = ……?
Penyelesaian:
x d0
d=
d= x 0,996743 g/cm3
d= x 0,996743 g/cm3
d = 1,000 g/cm3
5) Konsentrasi 0,1875
Diketahui:
W = 81,9434 g
We = 32,4789 g
W0 = 81,985
d0 = 0,996743 g/cm3
Ditanyakan:
d = ……?
Penyelesaian:
x d0
d=
d= x 0,996743 g/cm3
d= x 0,996743 g/cm3
d = 0,9961 g/cm3
c. Penentuan Molalitas Larutan
1) Konsentrasi 3 M
Diketahui:
d = 1,0527 g/cm3
M =3M
BM = 58,5 g/mol
Ditanyakan:
m = ……?
Penyelesaian:
1
m =
d M
(M) -( )
1000
1
m =
( 3M ) -( )
1000
1
m =
–
1
m =
m = 3,4199 mmol/g
2) Konsentrasi 1,5 M
Diketahui:
d = 1,0240 g/cm3
M = 1,5 M
BM = 58,5 g/mol
Ditanyakan:
m = ……?
Penyelesaian:
1
m = d ) -( M )
(M
1000
1
m =
( 1.5 M ) -( 1000
)
1
m =
–
1
m =
m = 1.6023 mmol/g
3) Konsentrasi 0,75 M
Diketahui:
d = 1,010 g/cm3
M = 0,75 M
BM = 58,5 g/mol
Ditanyakan:
m = ……?
Penyelesaian:
1
m =
d M
(M) -( )
1000
1
m =
( 0,75 M ) -( 1000 )
1
m =
–
1
m =
m = 0,7763 mmol/g
4) Konsentrasi 0,375M
Diketahui:
d = 1,000 g/cm3
M = 0,375 M
BM = 58,5 g/mol
Ditanyakan:
m = ……?
Penyelesaian:
1
m =
d M
(M) -( )
1000
1
m =
( 0, 75 M ) -( 1000 )
1
m =
–
1
m =
m = 0,3834 mmol/g
5) Konsentrasi 0,1875M
Diketahui:
d = 0,9961g/cm3
M = 0,1875M
BM = 58,5 g/mol
Ditanyakan:
m = ……?
Penyelesaian:
1
m =
d M
(M) -( )
1000
1
m =
(0, ) -( )
M 1000
1
m =
–
1
m =
m = 0,1903 mmol/g
d. Penentuan Volume Molal Parsial Semu
1) Konsentrasi 3 M
W = 84.7693g
We = 32,4789 g
W0 = 81,985 g
d0 = 0,996743 g/cm3
d = 1,0527g/cm3
m = 3,4199 mmol/g
Ditanyakan:
Φ1 = ……?
Φ2 = ……?
Penyelesaian:
Φ1 = ( 1000
- (
d-do
))
m do
Φ1 =
1000 mmol/g 1,0527 g/cm3 - 0,996743 g/cm 3
( –( ))
3,4199 mmol/g 0,996743 g/cm3
Φ = 0,0559 g/cm3
1 ( – (292,4062 g/mol 0,996743 g/cm3 ))
Φ1 = ( –(292,4062 g/mol ))
Φ1 = (– )
Φ1 = ()
Φ1 = 40,0164 cm3/mol
Φ2 = 1 ( -(
1000 - o
))
d m o - e
Φ2 = 1
( - (292,4062 g/mol g ))
1,0527 49.5061
Φ2 = 1
( -------------- (292,4062 g/mol ))
1,0527
Φ2 = 1
( -------------- (16,433 g/mol))
1,0527
Φ2 = 1
( g/mol )
1,0527
Φ2 = 39,9608 cm3/mol
2) Konsentrasi 1,5 M
W = 83.3442 g
We = 32,4789 g
W0 = 81,985 g
d0 = 0,996743 g/cm3
d = 1,0240 g/cm3
m = 1.6023 mmol/g
Ditanyakan:
Φ1 = ……?
Φ2 = ……?
Penyelesaian:
Φ1 = ( - (
1000 d-do
))
m do
Φ1 =
1000 mmol/g 1,0240 g/cm3 - 0,996743 g/cm 3
( –( ))
1.6023 mmol/g 0,996743 g/cm3
Φ = 0,0272 g/cm3
1 ( – ( , 0 g/mol 0,996743 g/cm3 ))
Φ1 = ( –( , 0 g/mol ))
Φ1 = (– )
Φ1 = ()
Φ1 = 40,5512 cm3/mol
Φ2 = 1 ( -(
1000 - o
))
d m o - e
1000
Φ2 = 1
(-( 83.3442 - 81,985 g
))
1.6023 mmol/g 81,985 g –
Φ2 = 1
( - ( , 0 g/mol g ))
49.5061
Φ2 = 1
( --------------( , 0 g/mol ))
Φ2 = 1
( --------------(17, 00 g/mol))
Φ2 = 1
( g/mol )
Φ2 = 40,4292 cm3/mol
3) Konsentrasi 0,75 M
W = 82.6962 g
We = 32,4789 g
W0 = 81,985 g
d0 = 0,996743 g/cm3
d = 1,010 g/cm3
m = 0,7763 mmol/g
Ditanyakan:
Φ1 = ……?
Φ2 = ……?
Penyelesaian:
Φ1 = ( - (
1000 d-do
))
m do
Φ1 = ( –( g/mol ))
Φ1 = (–)
Φ1 = ()
Φ1 = 41,0854 cm3/mol
Φ2 = 1( -(
1000 - o
))
d m o - e
1000 mmol/g
Φ2 = 1
( -( 82.6962 - 81,985 g
))
0,7763 mmol/g 81,985 g – 32,4789 g
Φ2 = 1
( - ( g/mol g ))
49.5061
Φ2 = 1
( -------------- ( g/mol ))
Φ2 = 1
( -------------- ( g/mol))
Φ2 = 1
( g/mol )
Φ2 = 39,6824 cm3/mol
4) Konsentrasi 0,375 M
W = 82.1632 g
We = 32,4789 g
W0 = 81,985 g
d0 = 0,996743 g/cm3
d = 1,000 g/cm3
m = 0,3834 mmol/g
Ditanyakan:
Φ1 = ……?
Φ2 = ……?
Penyelesaian:
Φ1 = ( - (
1000 d-do
))
m do
Φ1 =
1000 mmol/g g/cm3 - 0,996743 g/cm3
( –( ))
0,3834 mmol/g 0,996743 g/cm3
Φ = 0,00 g/cm3
1 ( – ( g/mol 0,996743 g/cm3 ))
Φ1 = ( –( g/mol 0 ))
Φ1 = (– )
Φ1 = ()
Φ1 = cm3/mol
Φ2 = 1 ( -(
1000 - o
))
d m o - e
1000 mmol/g
Φ2 = 1
( -( - 81,985 g
))
0,3834 mmol/g 81,985 g – 32,4789 g
Φ2 = 1
( - ( g/mol g ))
49.5061
Φ2 = 1
( -( g/mol ))
Φ2 = 1
( -------------- ( g/mol))
Φ2 = 1
( g/mol )
Φ2 = 49,3712 cm3/mol
5) Konsentrasi 0,1875 M
W = 81.9434 g
We = 32,4789 g
W0 = 81,985 g
d0 = 0,996743 g/cm3
d = 0,9961g/cm3
m = 0,1903 mmol/g
Ditanyakan:
Φ1 = ……?
Φ2 = ……?
Penyelesaian:
Φ1 = ( 1000
- (
d-do
))
m do
Φ1 =
1000 mmol/g g/cm3 - 0,996743 g/cm3
( – ( 0,1903 ))
mmol/g 0,996743 g/cm3
Φ = -0,0006 g/cm3
1 ( – ( g/mol 0,996743 g/cm3 ))
Φ1 = ( –( g/mol - 0 ))
Φ1 = ( –(- )
Φ1 = ()
Φ1 = cm3/mol
Φ2 = 1 ( -(
1000 - o
))
d m o - e
1000 mmol/g
Φ2 = 1
( -( 81.9434 - 81,985 g
))
0,1903 mmol/g 81,985 g – 32,4789 g
Φ2 = 1
( -------------- ( g/mol - g ))
49.5061
Φ2 = 1
( -( g/mol -- ))
Φ2 = 1
( -------------- (- g/mol))
Φ2 = 1
( g/mol )
Φ2 = 64,0044 cm3/mol
B. Pembahasan
komponen terhadap volume total suatu larutan. Jika hal terjadi pada sistem larutan
yang terdiri dari larutan yang tidak ditentukan dari jumlah volume pelarut dan
volume zat terlarut. Volume total larutan sangat tergantung pada komposisi pelarut
dan terlarut. Saat terjadi proses pelarutan maka zat terlarut akan tersolvasi dalam
pelarut sehingga molekul zat terlarut akan dikelilingi oleh molekul molekul pelarut
Bahan yang digunakan pada percobaan kali ini adalah NaCl penggunaan
NaCl adalah sebagai zat terlarut dan aquades (H2O) sebagai pelarutnya. Percobaan
kali ini menggunakan variasi konsentrasi dari larutan NaCl. NaCl digunakan sebagai
bahan zat terlarut dikarenakan NaCl merupakan eletrolit kuat yang dapat teruarai
menjadi ion Na+ dan Cldi dalam air dan mampu menyerap air tanpa adanya
penambahan volume suatu larutan, sehingga disebut dengan volume molal parsial
Variasi konsentrasi ini dapat diperoleh dengan cara mengencerkan larutan NaCl 3 M.
Penentuan volum molal larutan NaCl dapat diketahui dengan mengukur berat jenis
dari larutan NaCl. Pengukuran masa jenis ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara konsentrasi dengan volum molal parsial. Pada percobaan ini, temperatur dari
setiap larutan NaCl diukur. Hal ini dilakukan untuk mengetahui d0 (berat jenis air
pada berbagai temperatur). Pada setiap temperatur yang berbeda maka nilai dari d0
berbeda. Berdasarkan data yang telah diperoleh diketahui bahwa semakin besar
konsentrasi NaCl dalam larutan maka densitas dari larutan tersebut juga semakin
besar. Perolehan data tersebut sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa
semakin besar konsentrasi maka masa jenisnya juga akan semakin besar.
berbagai konsentrasi yaitu 3M; 1,5M; 0,75M; 0,375M dan 0,1875M. Menimbang
berat piknometer kosong dan berat piknometer yang berisi akuades terlebih
dahulu karena hasil berat piknometer kosong dan berat piknometer berisi akuades
akan digunakan dalam proses penghitungan. Saat akan mengukur berat piknometer
berisi akuades, maka tutup piknometer dibuka terlebih dahulu, setelah itu akuades
dituangkan ke dalam piknometer hingga penuh. Hal ini bertujuan agar saat
piknometer akan ditimbang, maka dipastikan piknometer telah penuh berisi akuades
(tidak ada ruang yang tersisa). Selain itu, juga diusahakan agar saat pengisian larutan
atau penutupan piknometer tidak terdapat gelembung udara di dalam piknometer. Hal
ini dapat mempengaruhi penghitungan berat piknometer. Setelah ditutup, tabung
(bagian) luar piknometer dibersihkan menggunakan tisu atau serbet agar kering dan
dipengaruhi oleh yang konsentrasinya besar. Hal ini dikarenakan konsentrasi yang
M, larutan memiliki nilai densitas 1,0527 g/cm3. Pada konsentrasi 1,5 M densitasnya
1,0240 g/cm3, pada konsentrasi 0,75 M densitasnya 1,010 g/cm3, pada konsentrasi
0,375 M densitasnya 1,000 g/cm3 dan pada konsentrasi 0,1875 M densitasnya 0,9961
g/cm3. Uraian tersebut jelas menyatakan bahwa nilai densitas suatu larutan
berbanding lurus dengan nilai konsentrasi larutan tersebut. Jumlah mol solute per
larutan NaCl maka semakin tinggi pula berat larutan tersebut (berat piknometer
semakin besar).Semakin beratnya ini disebabkan oleh penyusun dari larutan NaCl
tersebut.
berbeda-beda pula, di mana semakin tinggi konsentrasi larutan maka densitasnya juga
semakin besar. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi konsentrasi suatu larutan,
menunjukkan jumlah partikel dalam larutan tersebut semakin banyak.
Hasil di atas sesuai dengan teori (Atkins: 171-172), yang menyatakan bahwa
molalitas larutan berbanding terbalik terhadap volume molal parsial (𝚽) larutan
tersebut. Sehingga, semakin tinggi nilai molalitas suatu larutan, maka semakin rendah
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan pada percobaan ini yaitu volume molal parsial larutan NaCl
0,1875 MΦ1= cm3/mol dan Φ2= 64,0044 cm3/mol; pada konsentrasi 0,375 M Φ1=
cm3/mol dan Φ2= 49,3712 cm3/mol; pada konsentrasi 0,75 M Φ1= 41,0854 cm3/mol
dan Φ2= 39,6824 cm3/mol; pada konsentrasi 1,5 M Φ1= 40,5512 cm3/mol dan Φ2=
40,4292 cm3/mol dan pada konsentrasi 3 M Φ1= 40,0164 cm3/mol dan Φ2= 39,9608
cm3/mol
B. Saran
Sebaiknya pada percobaan volume molal parsial digunakan juga MgCl yang
berbentuk padatan mempunyai titik didih dan titik leleh yang tinggi agar dapat
SKEMA KERJA
viskometer ostwald.
dan 60 C).
ke tanda batas A.
batas B.
A ke tanda batas B.
metanol.
- Diulangi prosedur di atas dengan menggun akan aquades
dan metanol.
Hasil
PERCOBAAN V
KENAIKAN TITIK DIDIH
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Biasanya larutan dianggap sebagai cairan yang mengandung zat terlarut,
misalnya padatan atau gas. Uraian mengenai gejala ini memerlukan spesifikasi
kuantitatif mengenai banyaknya zat terlarut dalam larutan atau komposisi larutan.
massa ( dengan istilah biasa adalah persen bobot ) sering digunakan sehari – hari dan
berpengaruh, sehingga kation dan anion saling tarik menarik. Satu kation dan satu
anion yang erikat oleh gaya elektrostatik dinamakan pasangan ion (ion pair).
Pembentukan satu pasangan ion menurunkan jumlah partikel dalam larutan sebanyak
tersusun atas partikel-partikel yang sangat kecil yang tidak dapat dilihat dengan mata
telanjang. Susunan dan sifat partikel setiap zat berbedabeda. Susunan dan sifat
partikel sangat menentukan wujud zat. Zat cair mempunyai sifat bentuk berubah-ubah
dan volumenya tetap. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat)
terlarut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam
larutan disebut pelarut. Sebagai contoh, jika sejumlah gula dilarutkan dalam air dan
diaduk dengan baik, maka campuran tersebut pada dasarnya akan seragam (sama) di
semua bagian (Putri, 2014: 147). Berdasarkan uraian tersebut dilakukan percobaan
kenaikan titik didih larutan untuk menentukan pengaruh jenis zat terlarut terhadap
kenaikan titik didih larutan, hubungan antara konsentrasi larutan dengan kenaikan
titik didih larutan dan untuk mengetahui pengaruh larutan elektrolit dan non elektrolit
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada percobaan ini adalah sebagai berikut :
larutan?
3. Bagaimana pengaruh larutan elektrolit dan non elektrolik terhadap titik didih
larutan?
C. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh jenis zat larutan terhadap kenaikan titik didih.
didih larutan.
TINJAUAN PUSTAKA
permukaan cairan). Suatu zat cair akan mendidih apabila molekul-molekul mendapat
energi yang cukup untuk membebaskan diri dari sesama molekul yang selanjutnya
berubah menjadi uap. Zat lain akan terlarut dalam air sehingga bahan dari zat tersebut
akan menjadi partikel-partikel, yang nantinya partikel ini akan mengikat partikel air
dan membebaskan diri menjadi uap, dengan kata lain molekul-molekul air akan
memerlukan energi yang lebih tinggi untuk mendidih. Waktu yang diperlukan untuk
mendidih pada larutan berbeda-beda tergantung besarnya jenis zat terlarut dan
larutan (∆Td) (relatif terhadap titik didih pelarut murni) berbanding lurus dengan
kemolalan larutan. Dalam bentuk persamaan dinyatakan dengan:
jenis pelarutnya, seperti air, benzena dan kloroform (Sunarya dan Setiabudi, 2007: 8).
Titik didih adalah temperatur dimana tekanan uap sama dengan tekanan atmosfer.
Selama gelembung terbentuk dalam cairan berarti selama cairan mendidih tekanan
uap sama dengan tekanan atmosfer, karena tekanan uap adalah konstan maka suhu
dan cairan yang mendidih akan tetap sama. Penambahan kecepatan panas yang
diberikan pada cairan yang mendidih hanya menyebabkan terbentuknya gelembung
uap lebih cepat. Cairan akan lebih cepat mendidih, tapi suhu didih tidak naik. Jelas
zat dalam komposisi yang bervariasi. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam
larutan disebut (zat) terlarut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada
zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut. Sebagai contoh, jika sejumlah gula
dilarutkan dalam air dan diaduk dengan baik, maka campuran tersebut pada dasarnya
dapat kita tandai dengan timbulnya gelembung gas serta lampu menyala yang dapat
bersifat elektrolit kuat ataupun elektrolit lemah. Larutan elektrolit kuat adalah larutan
yang dapat menghantarkan listrik dengan baik terdapat pada larutan NaCl dan larutan
timbulnya gelembung gas namun lampu yang dihasilkan menyala dengan redup atau
hanya timbul gelembung gas pada elektrolittester terdapat pada larut CH3COOH
(Bengi, 2018: 32-33).
2 zat atau lebih yang dicampur secara homogen yang salah satunya bertindak
sebagai zat terlarut dan yang lainnya sebagai zat pelarut yang mempunyai sifat dapat
elektrolit). Nonelektrolit adalah suatu zat yang tidak menghantarkan arus listrik
ketika dilarutkan dalam air. Secara khas, zat tersebut adalah molekul dan kelarutan
molekul. Karena molekul adalah netral, mereka tidak memindahkan medan listrik.
Oleh karena itu larutan tersebut tidak menghantarkan arus lisrik, sebagaimana proses
metil alkohol (CH3OH) dan gula (C12H22O11), kelarutan dalam air digambarkan oleh
persamaan berikut:
konsentrasi, suhu dan energi kalor, tekanan dan partikel. Semakin besar nilai
konsentrai larutan maka energi yang digunakan juga akan semakin besar dan waktu
yang diperlukan larutan untuk mencapai kenaikan suhu yang ditentukan akan semakin
besar. Larutan akan naik apabila ditinjau secara fisika titik didih yang dikarenakan
suatu zat cair akan mendidih apabila molekul-molekul air mendapat energi yang
cukup untuk membebaskan diri dari sesama molekul air yang selanjutnya berubah
menjadi uap. Besarnya konsentrasi sebuah larutan yang berpengaruh terhadap
Titik didih terjadi karena adanya pengaruh suhu dan temperatur yang
meningkat sehingga tekanan pada atmosfir akan meningkat juga sehingga tekanan
uap berusaha menyamakan suhunya dengan suhu tekanan atmosfir. Adanya ikatan
golongan alkohol lebih tinggi daripada senyawa golongan alkana, demikian juga titik
1. Konsentrasi larutan
Konsentrasi larutan yang menunjukkan perbandingan jumlah zat terlarut
terhadap pelarut.Semakin banyak jenis zat terlarut yang dicampurkan maka semakin
tinggi pula titik didih larutannya. Jadi semakin besar konsentrasi larutan maka energi
yang digunakan juga semakin besar maka waktu yang diperlukan juga akan semakin
kecil.
adalah suatu besaran yang menyatakan ukuran derajat panas atau dinginnya suatu
benda.Energi kalor adalah sesuatu yang mengalir dari benda yang bersuhu lebih
tinggi ke benda yang bersuhu lebih rendah dan sesuatu itu menyebabkan benda yang
bersuhu rendah tadi meningkat atau suhu benda tetap tetapi mengalami peubahan
wujud. Pada kenyataan yang sesungguhnya jumlah kalor yang sama diberikan pada
jenis benda memiliki kemampuan menyerap kalor yang berbeda-beda.Di samping itu
pada umumnya yang mempunyai sifat menyerap kalor yang baik, maka benda
3. Tekanan
yang cukup untuk membebaskan diri dari sesama molekul yang selanjutnya berubah
menjadi uap. Ketika zat lain terlarut dalam air maka bahan dari zat tersebut
akanmenjadi partikel-partikel, yang nantinya partikel ini akan mengikat partikel air
dan membebaskan diri menjadi uap, dengan kata lain molekul-molekul air akan
4. Patikel zat
Ketika zat lain terlarut dalam air maka bahan dari zat tersebut akan
mengurai menjadi partikel-partikel yang nantinya partikel ini akan mengikat molekul-
molekul air dan akan mengurangi kemampuan untuk membebaskan diri berubah
menjadi uap, dengan kata lain molekul-molekul air akan memerlukan energi yang
lebih tinggi untuk menguap.
D. Hukum Roult
Hukum Raoult menyatakan bahwa tekanan uap parsial dari tiap-tiap
komponen dalam larutan sama dengan tekanan uap komponen tersebut dalam
keadaan murni kali fraksi molarnya. Larutan ideal terbentuk apabila dua cairan
dicampur sehingga menyatu maka cairan akan menguap sehingga tekanan uap
larutannya sama dengan jumlah tekanan uap parsialnya. Tekanan uap parsial dalam
masing-masing komponen larutan lebih kecil daripada tekanan uap murninya. Hal
ini dikarenakan pada permukaan larutan terdapat dua zat yang saling berinteraksi
satu sama lain sehingga kecendrungan setiap komponen untuk menguap berkurang
tekanan parsial uap komponen A (PA) dalam campuran sama dengan hasil kali
antara tekanan uap komponen murni A (PA murni) dan fraksi molnya XA.
PA = PA murni . XA
Ptot = PA murni . XA + PB
murni . XB
Dari persamaan tersebut di atas diketahui bahwa tekanan uap total suatu
campuran cairan biner tergantung pada tekanan uap komponen murni dan fraksi
1. Aquades (H2O)
semua cairan yang umum dijumpai. Senyawa yang segera melarut di dalam akuades
mencakup berbagai senyawa organik netral yang mempunyai gugus fungsional polar
hidroksil gula dan alkohol atau gugus karbonil aldehida dan keton
Aquadest adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O: satu molekul air
tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen.
Aquadest bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar,
yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur 273,15 K (0 °C). Zat kimia ini
merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan
banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan
Akuades atau air kondensat merupakan air hasil penyulingan yang bebas dari
digunakan sebagai pelarut dan untuk membersihkan alat-alat laboratorium dari zat
pengotor. Air murni diperoleh dengan cara penyulingan (destilasi), tujuan dari
destilasi yaitu memperoleh cairan murni dari cairan yang telah tercemari zat terlarut,
atau bercampur dengan cairan lain yang berbeda titik didihnya. Cairan yang
lempung, struktur garam (NaCl) meliputi anion ditengah dan kation menempati pada
rongga octahedral. Larutan garam juga merupakan suatu elektrolit yang mempunyai
gerakan brown dipermukaan yang lebih besar dari gerakan brown pada air murni
sehingga bisa menurunkan air dan larutan, ini menambah gaya kohesi antar partikel
sempurna. Partikel-partikel bermuatan ini akan mengerjakan dua hal yaitu yang
kemampuan mereka untuk membebaskan diri lepas ke udara berubah menjadi uap.
sendiri bermuatan (kutub positif disatu ujung dan kutub negatif diujung lain, dengan
kata lain molekul air bersifat polar). Ujung-ujung positif mereka ditarik oleh partikel
Klorida yang bersifat negatif sedangkan ujung yang lain ditarik oleh partikel Natrium
yang bersifat positif. Akibat dari pengelompokan ini, partikel-partikel Natrium dan
Klorida akhirnya terpisah dari sirkulasi molekul-molekul air yang jumlahnya lebih
besar (Putri,2017: 151-152).
3. Gula (C6H22O11)
Gula adalah suatu karbohidrat sederhana karena dapat dalam air dan
langsung diserap oleh tubuh untuk diubah menjadi energi.Secara umum gula
monosakarida yaitu glukosa, fruktosa dan galaktosa dan yang termasuk disakarida
yaitu sukrosa, laktosa dan maltosa.Jenis gula yang banyak dijumpai yaitu gula pasir
yang digunakan sebagai pemanis makanan maupun minuman.Gula pasir berasal dari
cairan sari tebu. Setelah dikristalkan, sari tebu akan mengalami kristalisasi dan
berubah menjadi butiran gula berwarna putih bersih atau putih agak kecoklatan
10.00 Wita secara virtual melalui aplikasi google meet dan classroom.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu neraca analitik, hot plate,
stopwatch, gelas kimia 150 mL, gelas ukur 50 mL, termometer 110oC, batang
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu air (H2O), aluminium
C. Prosedur Kerja
1. Pengaruh Jenis Zat Terlarut Terhadap Kenaikan Titik Didih
Mengukur air sebanyak 50 mL menggunakan gelas ukur. Menuang air ke
dalam gelas kimia dan menaruh gelas kimia di atas hot plate sekaligus mengukur
suhunya menggunakan termometer. Menghitung suhu air yang dipanaskan hingga
mendidih dengan selang waktu 2 menit sampai suhu konstan. Mengulangi percobaan
dengan memanaskan larutan NaCl sebanyak 50 mL air + 1 g NaCl dan air sebanyak
50 mL air + 10 mL air. Mencatat hasil kenaikan suhu dari setiap percobaan sampai
menggunakan gelas ukur dan dimasukkan ke dalam gelas kimia. Menaruh gelas kimia
di atas hot plate dan memasukkan gula yang telah ditimbang dan diaduk memakai
batang pengaduk (50 mL air + 0,5 g gula) lalu di ukur suhunya dengan menggunakan
termometer. Menghitung suhu air yang dipanaskan hingga mendidih dengan selang
larutan gula (C12H22O11) sebanyak (50 mL air + 1,0 g gula) dan larutan gula sebanyak
(50 mL air + 1,5 g gula). Mencatat hasil kenaikan suhu dari setiap percobaan sampai
mendidih dengan selang waktu 2 menit.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Tabel Pengamatan
Tabel 4.1 Pengaruh Jenis Zat Terlarut Terhadap Kenaikan Titik Didih
Suhu (˚C)
No Waktu
(Menit) Air 50 mL Air 50 mL + NaCl 1 gr Air 50 mL + Air 10 mL
5 8 79oC - 85oC
6 10 85oC - -
7 12 94oC - -
8 14 101oC - -
9 16 103oC - -
10 18 104oC
Tabel 4.2 Hubungan Konsentrasi Larutan dengan Kenaikan Titik Didih
Suhu (˚C)
5 8 80oC - 88oC
6 10 89oC - 95oC
7 12 96oC - 94oC
8 14 101oC - 94oC
9 16 - - 95oC
10 18 - - 96oC
2. Analisis Data
a. Pengaruh Massa Jenis Zat Terlarut Terhadap Kenaikan Titik Didih
Diketahui :
w =1g
= 50 g
Tb˚ = 90˚C
Kb = 0,52ºC/m
Penyelesaian :
m = ×
m = ×
m =
m = 0 34 mol kg
ΔTb = Kb × m × i
= 0,35 ºC
ΔTb = Tb ˗ Tbº
0,35 ºC = Tb ˗ 90˚C
Tb = 0 35 ºC + 90˚C
Tb = 90 35˚C
Diketahui :
w = 0,5 g
= 50 g
Tb˚ = 101˚C
Kb = 0,52ºC/m
Penyelesaian :
m = ×
m = ×
m =
m = 0 029 mol kg
ΔTb = Kb × m
= 0,52ºC/mol × 0,029 mol
= 0,015ºC
ΔTb = Tb ˗ Tbº
0,015ºC = Tb + 101˚C
Tb = 0 015ºC + 101˚C
Tb = 101 015˚C
Diketahui :
w =1g
= 50 g
Tb˚ = 95˚C
Kb = 0,52ºC/m
m = ×
m =
m = 0 05 mol kg
ΔTb = Kb × m
= 0,52ºC/mol × 0,058 mol
= 0,03ºC
ΔTb = Tb ˗ Tbº
0,03ºC = Tb + 95˚C
Tb = 0,03ºC + 95ºC
Tb = 95 03˚C
Diketahui :
w = 1,5 g
= 50 g
Tb˚ = 96ºC
Kb = 0,52ºC/m
Penyelesaian :
m = ×
m = ×
m =
m = 0 0 mol kg
ΔTb = Kb × m
= 0,52ºC/mol × 0,087 mol
= 0,045ºC
ΔTb = Tb ˗ Tbº
0,045ºC = Tb + 96ºC
Tb = 0,045ºC + 96ºC
Tb = 96,045ºC
B. Pembahasan
Sifat koligatif elektrolit memerlukan pendekatan yang sedikit berbeda
menjadi ion ion dalam larutan, dan dengan demikian satu satuan senyawa elektrolit
terpisah menjadi dua atau lebih partikel bila dilarutkan. Untuk menjelaskan pengaruh
harus memodifikasi persamaan sifat koligatif sebagai berikut (Chang, 2004: 20).
∆𝑇Rd = iKd m
∆𝑇Rb = iKb m
𝜋 = iMRT
berpengaruh, sehingga kation dan anion saling tarik menarik. Satu kation dan satu
anion yang erikat oleh gaya elektrostatik dinamakan pasangan ion (ion pair).
Pembentukan satu pasangan ion menurunkan jumlah partikel dalam larutan sebanyak
satu, mengakibatkan berkurangnya sifat koligatif (Chang, 2004: 20).
Pada praktikum ini pada penentuan pengaruh jenis zat terlarut terhadap
gelas ukur, menuang air kedalam gelas kimia. Kemudian menaruh gelas kimia diatas
kompor listrik, mengukur suhu air menggunakan termometer selang waktu 2 menit.
titik didih, maka dilakukan Menimbang larutan gula sebanyak 1,0 gram. Mengukur
air sebanyak 50 mL menggunakan gelas ukur, menuang air kedalam gelas kimia.
Kemudian menaruh gelas kimia diatas kompor listrik, mengukur suhu larutan
memanasakan larutan gula sebanyak 50 mL + 1,0 gram gula dan larutan gula
sebanyak 50 mL air + 1,5 gram gula. Mencatat hasil kenaikan suhu dari setiap
percobaan.
Berdasarkan hasil data praktikum kenaikan titik didih dari dua zat terlarut
gula dan NaCl dengan menggunakan zat pelarut sama yaitu air. Dapat kita analisis
bahwa pada zat pelarut murni yaitu air dengan suhu awal 28 oC diperoleh titik didih
sebesar 92oC. Selanjutnya pada zat terlarut NaCl 0,340 m dengan suhu awal 30 oC
memiliki titik didih 82 oC sehingga diperoleh ΔTb sebesar 1oC melalui percobaan dan
0,177oC melalui perhitungan teoritis. Setelah itu pada zat terlarut NaCl 0,680 m
dengan suhu awal 32oC memiliki titik didih 91 oC sehingga diperoleh ΔTb sebesar
2oC melalui percobaan dan 0,354oC melalui perhitungan teoritis. Kemudian pada zat
terlarut NaCl sebesar 1,025 m dengan suhu awal 28oC memiliki titik didih 92oC
sehingga diperoleh ΔTb sebesar 3oC melalui percobaan dan 0,533 oC melalui
perhitungan teoritis.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Semakin banyak zat terlarutnya maka semakin besar pula energi dan waktu
2. Semakin besar konsentrasi larutan maka energi yang digunakan larutan untuk
mencapai titik didh akan semakin besar dan waktu yang diperlukan larutan
3. Kenaikan titik didih dipengaruhi oleh jenis zat terlarut (elektrolit dan
non elektrolit). Kenaikan titik didih larutan elektrolit lebih besar daripada
B. Saran
Saran saya pada percobaan selanjutnya sebaiknya menggunakan larutan
Baharuddin, dkk. Kimia Dasar II. Makassar: Alauddin University Press, 2013.
Chang, Raymond. General Chemistry: The Essential Concepts Third Edition.
Terj.Suminar Setiati Achmadi. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga
Jilid2. Jakarta: Erlangga, 2004.
Brady, James E. Kimia Universitas: Asas dan Struktur Jilid 1 Edisi 5. Jakarta:
Binarupa Aksara, 1999.
Fatimura Muhrinsyah “Tinjauan Teoritis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Operasi
Pada Kolom Destilasi” Medika Teknik 11, no.1, 2014: h. 23-31.
Herman dan Willy Joetra “Pengaruh Garam Dapur (NaCl) Terhadap Kembang usut
Tanah Lempung” Momentum 17, no.1, 2015: 13-20.
Herman dan Willy Joetra. “Pengaruh Garam Dapur (Nacl) Terhadap Kembang Susut
Tanah Lempung”. Momentum 17, no. 1 (2015): h. 13-20.
Khotimah Husnul dkk “Karakterisasi Hasil Pengolahan Air Menggunakan Alat
Destilasi” Chemurgy, 01, no.2, 2017: h. 34-38.
Oxtoby, dkk., Prinsip – Prinsip Kimia Modern Edisi 4. Jakarta : Erlangga, 1999.
Putri dkk. “Pengaruh Konsentrasi Larutan Terhadap Laju Kenaikan Suhu
Larutan”.Pembelajaran Fisika 2, no. 6 (2017): h. 147-153.
Souvia Matheus “Penentuan Jumlah Mol Udara Dalam Selinder Dan Bola
Menggunakan Hukum Boyle-Mariotte” Barekeng 5, no.1, 2011: h. 41-45.
Yazid, Estien. Kimia Fisika Untuk Paramedis. Yogyakarta: Andi Offset, 2005.
LAMPIRAN I
SKEMA KERJA
Diukur suhu air dengan termometer dengan selang waktu 2 menit hingga suhu
stabil.
Dimasukkan NaCl yang telah ditimbang dan mengaduk larutan hingga NaCl
larut.
Hasil
B. Hubungan Konsentrasi Larutan dengan Kenaikan Titik Didih
Dinyalakan hot plate dan gelas kimia yang berisi air 50 mL diletakkan
diatasnya.
Dimasukkan gula sebanyak 0,5 gram yang telah ditimbang dan mengaduk
Hasil
LAMPIRAN II
GAMBAR
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum pertama Termodinamika bermaksud dasar yang bersifat universal,dan
yang tertuang dalam bentuk suatu hukum alam . Dan juga diartikan sebagai
perwujudan dari asas kekekalan energi, yang menyatakan bahwa : Jika hukum ini
diterapkan pada suatu sistem yang melakukan kerja , yang berarti bahwa sitem
memberikan sejumlah energi kepada lingkungan, maka jumlah energi tersebut harus
(state a sistem ), yang didefinisikan sebagai nilai-nilai semua sifat makroskopis yang
relevan , seperti suasana , energi, suhu, tekanan, dan volume. Energi, tekanan,
volume, dan suhu dikatakan sebagai fungsi keadaan (state function) sifat-sifat yang
ditentukan oleh keadaan sistem, terlepas bagaimana keadaan tersebut dicapai, Dengan
kata lain ketika keadaan suatu sistem berubah , besar perubahan dalam setiap fungsi
keadaan hanya bergantung pada awal dan keadaan akhir sistem dan tidak bergantung
pada bagaimana perubahan itu dilakukan. Energi bisa di artikan sebagai fungsi
Termokimia dapat dikatakan sebagai bagian dari pembahasan yang lebih luas
dan arah proses. Dalam subab ini kita akan memusatkan perhatian pada hukum
termodinamika pertama, yang secara khusus relevan dengan ilmu termokimia
pemahaman tentang kalor jenis dan kapasitas kalor. Kalor jenis suatu zat berupa
jumlah kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu satu gram zat sebesar satu
derajat celcius. Kapasitas kalor suatu zat berupa jumlah kalor yang di butuhkan untuk
menaikkan suhu sejumlah zat sebesar satu derajat celcius. Kalor jenis berupa sifat
intensif, sedangkan kapasitas kalor berupa sifat ekstensif (Chang, 2004: 172).
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada percobaan ini yaitu :
C. Tujuan
Tujuan percobaan ini yaitu :
TINJAUAN PUSTAKA
A. Termodinamika
Termodinamika merupakan ilmu opersional, yang berhubungan dengan sifat-
sifat makroskopik yang pada dasarnya dapat diukur. Tujuan ilmu ini adalah
memprediksi jenis-jenis proses kimia dan fisika yang mungkin dan dalam kondisi
kesetimbangan yang timbul pada saat suatu proses berlangsung. Panas dan usaha,
merupakan bentuk perpindahan energi kedalam(diserap) atau keluar(dilepas) dari
sistem, mereka dapat dibayangkan sebagai energi dalam keadaan singgah. Jika
maka kerja dilakukan, jika perubahan itu disebabkan oleh kontak kalor, maka kalor
dipindahkan. Proses kalor dan usaha keduanya dapat masuk ataupun keluar dari
sistem, dan perpindahan energi dalam sistem adalah jumlah dari kedua kontribusi itu.
dibayangkan mengandung kerja atau kalor, sebab kerja dan kalor keduanya mengacu
bukan pada keadaan sistem, tetapi pada proses yang merubah satu keadaan kekeadaan
dari satu bentuk ke bentuk lain, terutama perubahan dari energi panas ke dalam
pada dua hukum yiatu hukum termodinamika pertama yang erat hubungannya dengan
hokum kekekalan energi dan hukum termodinamika kedua yang member batasan
apakah suatu proses dapat terjadi atau tidak (Surya, 2009: 93).
B. Hukum-Hukum Termodinamika
Menurut (Daryus, 2019: 18). Hukum Pertama Termodinamika merupakan
suatu persamaan kekekalan energi yang melibatkan variabel kalor, usaha, dan
perubahan energi dalam. Konsekuensi penting dari hukum ini adalah adanya nilai
perubahan energi dalam yang ditentukan oleh keadaan sistem. Hukum pertama
Q = ∆U + W .......................................................................................... (II.1)
dimana:
diberikan pada sistem atau dihasilkan oleh sistem. Untuk membedakannya digunakan
tanda positif dan negatif. Besaran Q bernilai positif bila kalor masuk atau diberikan
ke sistem, Q bernilai negatif bila kalor dihasilkan oleh sistem, W bernilai negatif bila
usaha diberikan ke sistem, W bernilai positif bila usaha dihasilkan oleh sistem.
Sementara energi dapat meningkat atau menurun, sehingga ∆U bernilai positif bila
terjadi kenaikan energi dalam dan ∆U bernilai negatif bila terjadi penurunan energi
dalam sistem tertutup tidak menurun. Perubahan entropi dinyatakan oleh d S d Q/T
mencapai temperatur nol absolut, semua proses akan berhenti dan entropi sistem akan
sangat rendah dengan skala -273˚C. Tapi kita bayangkan pada temperatur tersebut
tidak ada gerakan termal. Suatu zat akan berada pada bentuk kristal yang memiliki
susunan yang seragam. Zat akan berada pada keadaan yang teratur sehingga besarnya
derajat ketidakteraturan akan menjadi nol. Besarnya perubahan entropi dalam suatu
entropi yang dinyatakan sebagai ∆S akan mendekati nol apabila temperatur mutlak
keadaan standar yaitu perubahan entropi pada 298 K (Rohyami, 2015: 116).
C. Termokimia
Ilmu yang mempelajari perubahan kalor yang menyertai reaksi kimia disebut
termokimia. Untuk menganalisis perubahan energi pada suatu reaksi kimia pertama-
tama kita harus mendefinisikan sistem, atau bagian tertentu dari alam yang menjadi
perhatian kita. Sistem biasanya mencakup zat-zat yang terlibat dalam perubahan
kimia dan fisika. Sisa alam yang berada diluar sistem disebut lingkungan. Setiap
proses yang melepaskan kalor yaitu perpindahan energi termal kelingkungan disebut
Termokimia merupakan cabang dari ilmu kimia yang merupakan bagian dari
termodinamika yang mempelajari tentang perubahan kalor dalam suatu reaksi kimia
persamaan kalor yang berbanding lurus dengan massa larutan,kalor jenis air dan
kenaikan suhu, sedangkan untuk penentuan perubahan entalpi diperoleh dari selisih
jumlah entalpi hasoil reaksi dan jumlah entalpipereaksi. Bila harga perubahan entalpi
positif , maka reaksinya adalah reaksi endoterm. Sebaliknya jika harga perubahan
entalpi adalah negatif maka reaksinya adalah eksotern. . Hal ini berdasarkan hukum
black yaitu kalor yang diserap akan sama dengan kalor yang diterima, Hukum Hess
yaitu kalor yang diserap atau dilepas tidak bergantung pada jalannya reaksi,
melainkan bergantung pada keadaan awal dan keadaan akhir, serta hukum Lavoiser
yaitu setiap reaksi kimia , massa zat yang bereaksi sama dengan massa produk reaksi
. Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan hasil tetapan kalorimeter sebesar 73,76
Joule per Kelvin. Setiap larutan yang dicampurkan akan mengalami perubahan suhu.
(Sa’adah,dkk. 2018 : 1)
Reaksi kimia ditandai dengan terjadi perubahan kalor atau panas atau
energi, karena adanya perbedaan energi antara daya adhesi diantara partikel pereaksi
dengan daya kohesi sesame partikel pereaksi yang sejenis. Sedangkan kapasitas kalor
merupakan sifat ekstensif. (Chang, 2004: 172). Termokimia juga membahas tentang,
suatu eksperimen tertentu. Sistem selalu mengandung sejumlah materi tertentu dan
Sebagai contoh, gas yang dikurung dalam sebuah kotak tertutup merupakan sebuah
system, yang ditandai oleh jumlah mol gas dan volume kotak yang tertutup. Tetapi
molekul-molekul gas dalam suatu tempat tertentu sebesar 1cm3 ditengah ruangan juga
2. Kalor
Jumlah energi yang dipindahkan anatara dua benda yang pada awalnya
mempunyai suhu yang berbeda disebut kalor atau energi kalor. Salah satu cara
kenyataan bahwa bila kalor dipindahkan atau diambil dari suatu senyawa dalam fasa
tunggal pada tekanan tetap, suhu berulang pada nilai yang sama. Kapasitas kalor
spesifik suatu bahan adalah jumlah kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu
suatu massa seberat satu gram sebanyak 1oC. Perubahan suhu sejumlah senyawa
tertentu dapat digunakan sebagai pengukuran jumlah kalor yang dipindahkan kea tau
3. Entalpi
Perubahan entalpi yang di ukur untuk reaksi memiliki ciri khas, jika keadaan
entalpi standar adalah perubahan entalpi dalam reaksi yang reaktan dan produknya
berada dalam keadaan standar. Entalpi reaksi standar yang di katakana dinyatakan
perubahan entalpi untuk reaksi kimia dimana semua rekatan dan produk
dalam keadaan standar pada suhu tertentu disebut entalpi standar (∆H°) untuk
mereaksikan tersebut. Entalpi standar adalah alat utama dalam termokimia karena
oleh penyusunan ulang ikatan dalam reaksi yang berbeda-beda (Petrucci, 2008: 209).
sistem ke lingkungan. Dalam hal ini sistem melepaskan kalor ke lingkungan. Pada
reaksi eksoterm umumnya suhu sistem naik, adanya kenaikan suhu inilah yang
mengakibatkan sistem melepaskan kalor ke lingkungan. Reaksi endoterm adalah
reaksi yang disertai dengan perpindahan kalor dari lingkungan ke sistem. Dalam
reaksi ini, kalor diserap oleh sistem dari lingkungan. Pada reaksi endoterm umumnya
ditunjukan oleh adanya penurunan suhu. Adanya penurunan suhu sistem inilah yang
D. Kalorimeter
Kalor reaksi dapat ditentukan melalui percobaan yaitu dengan alat
kalorimeter. Kalorimeter sederhana adalah mengukur perubahan suhu dari air atau
larutan dalam volume tertentu sebagai akibat dari suatu reaksi kimia dalam suatu
wadah terisolasi. Jumlah kalor yang diserap atau dilepaskan ditentukan dengan
mengukur perubahan suhu, dan karena energi tidak dapat dimunculkan atau
Kalorimeter merupakan suatu alat yang fungsinya untuk mengukur kalor jenis
suatu zat. Salah satu bentuk kalorimeter adalah kalorimeter campuran. Kalorimeter
ini terdiri dari sebuah bejana logam yang kalor jenisnya diketahui.Bejana ini biasanya
ditempatkan didalam bejana lain yang agak lebih besar.Kedua bejana dipisahkan oleh
bahan penyekat misalkan gabus atau wol.Kegunaan bejana luar adalah sebagai
isolator agar pertukaran kalor dengan sekitar kalori meter dapat dikurangi (Keenan,
1984: 473).
dicampurkan didalam kalori meter, air dalam kalori meter perlu diaduk agar diperoleh
suhu merata sebagai akibat percampuran dua zat yang suhunya berbeda. Asas
penggunaan kalori meter adalah asas black. Setiap dua benda atau lebih dengan suhu
berbeda dicampurkan maka benda yang bersuhu lebih tinggi akan melepaskan
kalornya, sedangkan benda yang bersuhu lebih rendah akan menyerap kalor hingga
mencapai keseimbangan, yaitu suhunya sama.Pelepasan dan penyerapan kalor ini
besarnya harus imbang. Kalor yang dilepaskan sama dengan kalor yang diserap
sehingga berlaku hukum kekekalan energi. Pada sistem tertutup, kekekalan energi
Pertukaran energi kalor merupakan dasar teknik yang dikenal dengan nama
melakukan pengukuran kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu suatu zat
digunakan kalorimeter. Salah satu kegunaan yang penting dari kalorimeter adalah
dalam penentuan kalor jenis suatu zat. Pada teknik yang dikenal sebagai “metode
campuran”, satu sampel zat dipanaskan sampai temperatur tinggi yang diukur dengan
akurat, dan dengan cepat ditempatkan pada air dingin kalorimeter. Kalor yang hilang
pada sampel tersebut akan diterima oleh air dan kalori meter. Dengan mengukur suhu
akhir campuran tersebut, maka dapat dihitung kalor jenis zat tersebut
E. Sampel
1. Aquades (H2O)
Aquades adalah air hasil destilasi/penyulingan yang sama dengan air murni
atau H2O, karena H2O hampir tidak mengandung mineral. Sedangkan air mineral
adalah pelarut yang universal dan air yang sudah banyak mengandung mineral di
dalamnya. Oleh karena itu air mineral akan dengan mudah menyerap atau melarutkan
berbagai partikel yang ditemuinya dan dengan mudah menjadi tercemar. Dalam
siklusnya di dalam tanah, air mineral akan terus bertemu dan melarutkan berbagai
mineral anorganik, logam berat dan mikroorganisme. Oleh karena itu, air mineral
berbeda dengan aquades (H2O) karena mengandung banyak mineral di dalamnya.
1. Aquades (Aqua Destilata) yaitu air yang dihasilkan dari satu kali proses
destilasi/penyulingan, sering disebut air murni namun tetap mengandung mineral-
mineral tertentu.
2. Aquabides (Aqua Bidestilata) yaitu air yang dihasilkan dari proses
destilasi/penyulingan bertingkat (2x proses destilasi/penyulingan) dan
mengandung mineral lebih sedikit dari aquades.
3. Aquademin (Aqua Demineralisata) yaitu air bebas mineral baik ion positif yang
berasal dari logam (besi, magnesium, dll), kesadahan (kalsium, dll) maupun ion
negatif yang berasal dari udara, gas halogen, belerang, dll, serta memenuhi
persyaratan mikroorganisme tertentu (Bernad, 2019: 20-21).
klorida bersifat adalah asam kuat dan merupakan komponen utama dalam asam
lambung senyawa ini juga digunakan secara luas dalam industri asam klorida harus
ditangani dengan sangat hati-hati karena merupakan cairan yang sangat korosif. asam
klorida pernah menjadi zat yang sangat penting dan sering digunakan dalam awal
sejarahnya, ia ditemukan oleh kimiawan Persia abu Musa Jabir bin hayyan sekitar
tahun 800-an. Senyawa ini digunakan sepanjang abad pertengahan oleh kimiawan
dalam pencariannya mencari batu filsuf, dan kemudian digunakan juga oleh ilmuan
Eropa termaksud Glauber, priestley, and Davi dalam rangka membangun
hidroksida merupakan jenis basa logam kaustik. Natrium hidroksida terbentuk dari
oksida basa natrium oksida yang dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida murni
berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, butiran, dan larutan
jenuh 50%. NaOH bersifat lembab cair dan secara spontan menyerap karbon dioksida
dari udara bebas. NaOH juga sangat larut dalam air dan akan melepaskan kalor ketika
dilarutkan dalam air. Larutan NaOH meninggalkan noda kuning pada kain dan
kertas. Pada prinsip stokhiometri memungkinkan untuk menghitung jumlah
zat yang dapat dihasilkan dari bahan-bahan kimia yang direaksikan pada suatu reaksi
berupa garam kristal putih yang sangat mudah larut dalam air. Larutan amonium
klorida bersifat asam lemah. Nama alami dari Ammonium klorida adalah Sal amoiak,
bentuk mineral amonium klorida. Mineral ini umum terbentuk pada pembakaran batu
industry elektronika, obat batuk (expectorant), pengeras salju, pupuk, dan bahan
ton/tahun. Sampai saat ini Indonesia masih mengekspor kebutuhan NH4Cl dari luar
negeri. Selain ditemukan dialam, ammonium klorida bisa kita buat sendiri. Salah
asam klorida. Saat dicampurkan kedua larutan ini akan terbentuk endapan putih.
sempurna dapat dipergunakan suatu zat yang disebut indikator. Indikator umumnya
adalah senyawa yang berwarna, dimana senyawa tersebut akan berubah warnanya
dengan adanya perubahan pH. Indikator dapat menanggapi munculnya kelebihan
titran dengan adanya perubahan warna. Indikator berubah warna karena sistem
kromofornya diubah oleh reaksi asam basa. Metil jingga merupakan senyawa azo
yang berbentuk kristal berwarna kuning kemerahan, lebih larut dalam air panas dan
larut dalam alkohol. Metil jingga sering digunakan sebagai indicator dalam titrasi
asam basa. Metil jingga mempunyai trayek pH 3,1 – 4,4 dan pKa 3,46 , berwarna
merah dalam keadaan asam dan berwarna kuning dalam keadaan basa. Metil jingga
digunakan untuk mentitrasi asam mineral dan basa kuat, menentukan alkalinitas dari
air tetapi tidak dapat digunakan untuk asam organik. Metil jingga merupakan asam
berbasa satu, netral secara kelistrikan, tetapi mempunyai muatan positif maupun
negatif (Suirta, 2010: 27-28).
BAB III
METODE PERCOBAAN
A. Waktu dan tempat
Percobaan ini telah dilaksanakan pada Rabu, 16 Desember 2020 pukul 07.30-
10.00 WITA, bertempat di Laboratorium Kimia Fisika Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Alauddin Makassar dan dilaksanakan secara virtual melalui google meet dan
google clasroom.
1. Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah neraca analitik, hot plat,
stopwatch, gelas ukur 50 mL, termometer 110°C, gelas kimia 100 mL, kalorimetri,
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah akuades (H2O),
aluminium foil, asam klorida (HCl) 1 M, garam amonia klorida (NH 4Cl), indikator
C. Prosedur kerja
mendiamkan beberapa menit hingga kedua larutan mempunyai suhu yang sama.
Selanjutnya, mengocok dan mencatat suhunya tiap 30 detik selama 5 menit. Setelah
mengocok dengan kuat dan mencatat suhunya setiap 30 detik selama 5 menit.
A. Hasil Pengamatan
1. Tabel Pengamatan
a. Termokimia I
1) Penentuan Ketetapan Kalorimetri
0-30 38
30-60 38
60-90 38
90-120 38
120-150 38
150-180 38
180-210 38
210-240 37
240-270 37
270-300 37
Rata-rata 37,7
2) Penentuan Kalor Penetralan
0-30 33
30-60 33,5
60-90 33,5
90-120 33,5
120-150 33
150-180 33
180-210 33,5
210-240 34
240-270 34
270-300 34
Rata-rata 33,5
b. Termokimia II
1) Penentuan Ketetapan Kalorimetri
0-30 31
30-60 31
60-90 31
90-120 31
120-150 31
150-180 31
180-210 31
210-240 30,5
240-270 30
270-300 30
Rata-rata 30,75
Suhu (˚C)
Waktu (s)
H2O NH4Cl + H2O
0-30 30 28
30-60 30 28
60-90 30 28
90-120 30 28
120-150 30 29
150-180 31 29
180-210 31 29
210-240 31 30
240-270 31 30
270-300 31 30
2. Reaksi
a. Reaksi penetralan asam klorida (HCl) dengan natrium hidroksida (NaOH)
3. Analisis Data
a. Termokimia I
1) Penentuan Tetapan Kalorimeter I
Diketahui:
Suhu awal (T1) = 31oC + 273 = 304 K
Suhu pemansana air (T2) = 50oC + 273 = 323 K
Penyelesaian:
= 4200 J/L. K
W V. Cair ( )
304 K+323 K-2 (310,7 K
W = 0,05L. 4200 J/L. K ( )
310,7 K-304 K
627 K-621,4 K
= 210 J.K ( )
5,6 K6,7 K
= 210 J.K ( )
6,7 K
= 210 J/K (0,8358)
= 175,518 J/K
2) Penentuan Kalor Penetralan
Diketahui:
Suhu HCl (T) = 31oC+ 273 = 304 K
Penyelesaian:
= - 439,2675 J
b. Termokimia II
1) Penentuan Tetapan Kalorimeter II
Diketahui:
Ditanyakan:
Penyelesaian:
= 4200 J/L. K
W V. Cair ( )
303 K+323 K-2 (303, 5 K
W = 0,05L. 4200 J/L. K ( )
303, 5 K-303 K
626 K-607,5 K
= 210 J.K ( )
0,75
18,5 K K
= 210 J.K ( )
0,75 K
= 210 J/K (24,66)
= 5.178,6 J/K
Diketahui:
Ka = 4,2 J/kg. K
Ditanyakan:
Penyelesaian:
= 0,1016 J/K
= 0,0467mol
ΔQ = [ Cpkalorimeter– Cplarutan] ΔT
= [4,032 J/K – 0,1016 J/K] 301,9 K
= 1.186,58776 J
ΔH =
mol zat terlarut
1.186,58776 J
=
0,0467mol
= 25.408,73 J/mol
4. Grafik
a. Termodinamika I
1) Penentuan Kalorimeter I
38.5
38 y = -0,004x + 38.4
Suhu (°C)
R² = 0,636
37.5
Suhu (˚C)
37 Linear (Suhu (˚C))
36.5
0 100 200 300 400
Waktu (s)
34.2
34 y = 0,003x + 33
R² = 0,454
Suhu (°C) 33.8
33.6
33.4 Suhu(˚C)
33.2 Linear (Suhu(˚C))
33
32.8
0 100 200 300 400
Waktu (s)
b. Termod inamika II
1) Penentuan Kalorimeter II
31.4
31.2
31 y = -0,003x + 31,36
Suhu (°C)
30.8 R² = 0,638
30.6
30.4 Suhu (˚C)
30.2 Linear (Suhu (˚C))
30
29.8
0 100 200 300 400
Waktu (s)
30.5
30 y = 0.009x + 27.4
R² = 0.889
Suhu (°C)
29.5
29
Suhu (˚C)
28.5
Linear (Suhu (˚C))
28
27.5
0 100 200 300 400
Waktu (S)
B. Pembahasan
Termodinamika merupakan ilmu yang mempelajari tentang perubahan energi
dari satu bentuk ke bentuk lain, terutama perubahan dari energi panas ke dalam
pada dua hukum yiatu hukum termodinamika pertama yang erat hubungannya dengan
hokum kekekalan energi dan hukum termodinamika kedua yang member batasan
apakah suatu proses dapat terjadi atau tidak (Surya, 2009: 93). Percobaan ini
(Termokimia II).
waktu. Tujuannya agar sistem dapat mecapai keseimbangan termalnya, tidak ada lagi
adanya perubahan suhu secara signifikan. Kemudian, mengukur suhu awal (T1), suhu
kembali suhu aquades yang telah dipanaskan sehinggah mengasilkan T2. Dalam
mecatat suhu campuran antara air panas dan air dingin, setiap 30 detik selama 5 menit
larutan HCl dan NaOH membiarkan larutan tersebut dikonsidi ruangan sampai suhu
kedua larutan itu sama. Setelah suhunya sama, kemudian mencatat suhunya.
Kemudian memasukkan pertama larutan asam yaitu asam klorida (HCl) kedalam
calorimeter. Kemudian mengaduk larutan dan mencatat suhu setiap 30 detik selama 5
menambahkan indikator metil orange kedalam campuran larutan sebanyak 2-3 tetes.
Indikator MO berfungsi untuk mengetahui apakah sudah terjadi penetralan dengan
sempurna atau tidak. Jika kemolaran keuda larutan terlalu banyak berbeda, perlu
dilakukan titrasi agar diketahui dengan tepat konsentrasi kedua larutan. Hasil akhir
dari penentuan kalor penetralan adalah dimana sudah terjadi penetralan dari kedua
Fungsi dari aquades sebagai pelarut dari garam ammonium. Kemudian mengukur
percobaan tersebut senbanyak tiga kali untuk mendapatkan hasil yang lebih teliti.
larutan asam klorida (HCl) dan larutan natrium hidroksida (NaOH) sebesar -438,82
(NH4Cl) ialah sebesar 25.408,56 J/mol. Rekasi berlangsung secara endoterm. Hal ini
A. Kesimpulan
B. Saran
ANALISIS DATA
A. Termokimia I
1. Penentuan Tetapan Kalorimeter I Diketahui:
Ditanyakan:
Penyelesaian:
Dicari terlebih dahulu kapasitas kalor
= 4200 J/L. K
W =V . ()
W = 0,05 L . 4200 J/L K ( )
= 210 J.K ( )
= 210 J.K ( )
= 175,518 J/K
2. Penentuan Kalor Penetralan
Penyelesaian:
ΔH = - (4,2 J/kg. m + W) (Ta – T)
= - 439,2675 J
B. Termokimia II
Diketahui:
Suhu awal (T1) = 30oC+ 273 = 303 K
Ditanyakan:
Cair = ρ x c
= 4200 J/L. K
W = ( )
W = 0,05 L 4200 J/L K ( )
= 210 J.K ( )
= 210 J.K ( )
= 5.178,6 J/K
2. Penentuan Kalor Pelarutan
Diketahui:
Ka = 4,2 J/kg. K
Penyelesaian:
Cplarutan = Cp kalorimeter × massa larutan
= 0,1016 J/K
= 1.186,58776 J
= 25.408,73 J/mol.
LAMPIRAN II
SKEMA KERJA
Aquades (H2O)
- Disiapkan 50 mL akuades.
0,02.
Hasil
LAMPIRAN III
GAMBAR
Memanaskan akuades (H2O) Mematikan hotplate lalu Menuangkan air (H2O) yang
sebanyak 50 ml hingga suhu mencatat suhu akuades (T2). telah dipanaskan ke dalam
50°C. kalorimeter.
PERCOBAAN VII
PERSAMAAN NERST
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu kimia dapat di pelajari secara langsung melihat alam atau mempelajari
secara teori. Ilmu kimia mempunyai kedudukan penting karena ilmu kimia
memberikan kontribusi yang berarti terhadap perkembangan ilmu terapan seperti
pertanian, kesehatan dan perikanan serta teknologi. Ilmu kimia merupakan salah satu
cabang ilmu pengetahuan alam yang mempelajari mengenai materi yang ditinjau dari
segi struktur, sifat-sifat, perubahan, dan perubahan energi yang menyertai perubahan
Sel elektrokimia terdiri dari 2 macam yakni sel volta dan sel elektolisis. Sel
elektrokimia merupakan suatu system yang terdiri atas dua elektroda, dan larutanatau
leburan elektrolit sebagai penghantar elektron. Pada sel volta maupun sel elektolisis,
rekasi redoks berlangsung dalam suatu elektroda. Reaksi oksidasi dan reduksi selalu
pembanding, sehingga yang terbaca adalah potensial sel (Esel). potensial sel yaitu beda
potensial antara katoda (terjadi reduksi) dan anoda (terjadi oksidasi). Potensial listrik
yang dihasilkan oleh suatu sel volta disebut potensial sel dengan lambang E
C. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini yaitu sebagai berikut :
TINJAUAN PUSTAKA
A. Elektrokimia
Sel elektrokimia adalah sel yang menghasilkan transfer bentuk energi listrik
menjadi energi kimia atau sebaliknya melalui saling interaksi antara arus listrik dan
reaksi redoks. Terdapat dua macam sel elektrokimia yaitu sel volta atau sel Galvani
dan sel elektrolisis. Pada sel elektrolisis akan terjadi perpindahan elektron. Elektroda
yang mengalami reaksi oksidasi disebut dengan anoda, dan elektroda yang mengalami
reaksi reduksi disebut dengan katoda. Beda potensial elektrode sangat menentukan
mekanisme reaksi elektrokimia, karena adanya fenomena lapisan listrik ganda yang
menyebabkan pada setiap antar muka timbul beda potensial secara spontan. Beda
potensial sel terukur langsung pada voltameter dan tidak bergantung pada elektroda
acuan sehingga potensial sel meliputi potensial standar setengah sel katoda (Ek) dan
elektronyang terjadi pada sebuah media pengantar listrik (elektroda). Elektroda terdiri
dari elektrodapositif dan elektroda negatif. Hal ini disebabkan karena elektroda
tersebut akan dialiri oleh aruslistrik sebagai sumber energi dalam pertukaran elektron.
Proses elektrokimia yakni reaksi redoks yang mana pada reaksi ini energi yang
dilepas oleh reaksi spontan yang diubah menjadi listrik atau energi listrik agar reaksi
yang non spontan bisa terjadi. Reaksi keseluruhan ini dilakukan menjadi dua setengah
reaksi, satu untuk oksidasi dan satu untuk reduksi. Reaksi redoks didalamnya terdapat
elektron-elektron yang ditransfer dari satu zat ke zat lain. Sel elektrokimia dapat dibagi
menjadi dua bagian yaitu sel volta dan sel elektrolisis (Chang, 2003: 194).
serahterima elektron dalam suatu sistem reaksi yang dinamakan larutan. Larutan dapat
dikategorikanmenjadi tiga bagian yaitu larutan elektrolit kuat, larutan elektrolit lemah
proses serah terima elektron berlangsungcepat dan energi yang dihasilkan relatif besar.
relatif lambat dan energi yang dihasilkan kecil. Namun demikianproses elektrokimia
tetap terjadi. Untuk larutan bukan elektrolit, proses serah terima elektrontidak terjadi.
Pada proses elektrokimia tidak terlepas dari logam yang dicelupkan pada
larutandisebut elektroda. Terdiri dari katoda dan anoda (Harahap, 2016: 177-178).
B. Reaksi Redoks
Elektrokimia adalah cabang ilmu kimia yang berkenaan dengan interkonversi
energi listrik dan energi kimia. Proses elektrokimia adalah reaksi redoks (reduksi-
oksidasi) dalam reaksi energi yang dilepas oleh reaksi spontan diubah menjadi listrik
atau dimana energi listrik digunakan agar reaksi non-spontan bisa terjadi. Dalam reaksi
redoks, elektron-elektron ditransfer dari satu zat ke zat lain. Reaksi antara logam
magnesium (Mg) dan asam klorida (HCl) merupakan satu contoh reaksi redoks
Reaksi redoks adalah reaksi di mana terjadi transfer elektron dari suatu zat ke
zat lain. Zat pereduksi atau reduktan adalah donor elektron dan zat pengoksidasi atau
oksidan adalah akseptor elektron. Transfer elektron dapat disertai dengan kejadian
lain, seperti transfer atom atau ion, tetapi efek netonya adalah perubahan bilangan
reaksi redoks dapat dinyatakan sebagai jumlah setengah-reaksi, yaitu reaksi konsepsi
yang memperlihatakan kehilanagan dan perolehan elektron (Atkins, 1990: 272-273).
terjadi pada media pengantar pada sel elektrokimia. Proses elektrokimia membutuhkan
media pengantar sebagai tempat terjadinya serah terima elektron dalam suatu sistem
1. Elektrolisis
elektrolit oleh arus listrik. Elektrolit larut dalam pelarut polar (misalnya air) dengan
sedangkan ion positif disebut katoda karena melalui larutan akan bergerak menuju
muatan negatif (katoda). Air sebagai pelarut bersifat polar. Molekul polar memiliki
muatan di ujung molekulnya, yakni muatan positif dan negatif. Muatan ini mampu
berantaraksi dengan muatan pada molekul polar lain untuk melarutkannya. Antar
hidronium. Penambahan zat elektrolit, misalnya asam, basa atau garam dapat
meningkatkan konduktivitas air sehingga proses elektrolisis air menjadi lebih cepat.
Dalam sel elektrolisis terjadi perubahan energi listrik menjadi energi kimia. Hubungan
kuantitatif antara jumlah muatan listrik yang digunakan dan jumlah zat yang terlibat
dalam reaksi telah dirumuskan oleh Faraday. Hal ini dapat terjadi karena melibatkan
Sel elektrolisis merupakan suatu alat yang dapat mengubah energi listrik DC
mempunyai dua elektroda, yaitu katoda dan anoda. Anoda berfungsi sebagai koagulan
yang berfungsi untuk menaikkan flok-flok tersuspensi yang tidak dapat mengendapdi
dalam sel (Hanum, dkk, 2015: 14).
listrik untuk mengubah reaksi kimia yang terjadi. Pada sel elektrolisis katoda memiliki
muatan negatif sedangkan katoda memiliki muatan positif. Sesuai dengan prinsip kerja
arus listrik. Terdiri zat yang dapat mengalami proses ionisasi, elektroda dan sumber
listrik (baterai). Listrik dialirkan dari kutub negatif dari baterai ke katoda yang
bermuatan negatif. Larutan akan mengalami ionisasi menjadi kation dan anion. Kation
di katoda akan mengalami reduksi sedangkan di anoda akan mengalami oksidasi. Salah
satu aplikasi dari sel elektrolisis yaitu penyepuhan logam emas dengan menggunakan
larutan elektrolit yang mengandung unsur emas (Au). Hal ini dilakukan untuk melapisi
kembali perhiasan yang kadar emasnya sudah kurang (Harahap, 2016: 179).
2. Sel Volta
Sel volta merupakan sel elektrokimia yang menghasilkan energi listrik
diperoleh dari reaksi kimia yan berlangsung spontan. Beberapa literatur menyebutkan
juga bahwa sel volta sama dengan sel galvani. Diperoleh oleh gabungan ilmuan yang
bernama Alexander Volta dan Luigi Galvani pada tahun 1786 (Harahap, 2016: 178)
Pada sel volta anoda adalah kutub negatif dan katoda adalah kutub positif.
Anoda dan katoda akan dicelupkan kedalam larutan elektrolit yang terhubung oleh
jembatan garam. Jembatan garam memiliki fungsi sebagai pemberi suasana netral
(grounding) dari kedua larutan yang menghasilkan listrik. Dikarenakan listrik yang
dihasilkan harus melalui reaksi kimia yang spontan maka pemilihan dari larutan
elektrolit harus mengikuti kaedah deret volta. Deret volta disusun berdasarkan daya
reaksi redoks yang terjadi pada sel galvani (sel volta), muncul yang namanya
aliran elektron yang menyebabkan adanya arus listrik. Besarnya arus listrik yang
terjadi tergantung pada besarnya beda potensial antara kedua elektroda (anoda dan
katoda). Potensial elektrode standarad yang dilambangkan dengan E˚ adalah potensial
sel yang terdiri atas setengah sel galvani dengan konsentrasi 1 M pada suhu 25˚ C
dihubungkan dengan setengah sel hidrogen. Sel hidrogen tersusun dari kawat platina
yang dimasukkan ke dalam larutan H+ 1 M yang dialiri gas hidrogen pada kondisi
tekanan 1 atm. Dengan adanya harga potensial elektrode setengah sel hidrogen
(potensial elektrode standard), sebesar 0 volt, kita dapat mengetahui potensial
Gaya gerak listrik adalah suatu sumber arus listrik yang merupakan beda
potensial antara ujung-ujung sumber arus listrik ketika sumber arus tidak mengalirkan
arus listrik. Hal ini terjadi karena rangkaian dalam keadaan terbuka. Satuan GGL
adalah volt. Sumber GGL merupakan suatu alat yang dapat mengubah energi kimia,
gerak atau energi bentuk lain ke bentuk energi listrik yang diperlukan untuk
mempertahankan muatan listrik terus mengalir secara kontinyu. Jadi GGL merupakan
beda potensial dan GGL dapat menyebabkan arus mengalir, sehingga sumber GGL
dapat juga dikatakan sumber beda potensial atau sumber arus listrik (Ponto, 2019: 56).
Dari tabel potensial elektrode diurutkan dari kiri ke kanan dimana semakin ke
kanan nilai Eo reduksi semakin besar (oksidator kuat) maka akan terbentuk sebuah
– Mg – Al – Mn – Zn – Cr – Fe – Cd – Ni – Sn – Pb – H – Sb – Bi – Cu – Hg – Ag –
Pt – Au. Logam yang berada di sebelah kiri dapat mendesak logam yang berada di
sebelah kanan. Pada contoh reaksi redoks sebelumnya terlihat bahwa Al dapat
mendesak logam Fe2+ sehingga reaksi bisa berlangsung. Jadi ketika ada reaksi dimana
logam disebelah kiri dapat mendesak logam di sebelah kanannya maka reaksi tersebut
dapat terjadi.
D. Persamaan NERST
Persamaan nernst adalah persamaan yang dapat digunakan untuk menentukan
potensial kesetimbangan reduksi dari sel-setengah dalam sel elektrokimia. Persamaan
ini menyatakan hubungan antara potensial dari sebuah elektroda ion-ion logam dan
konsentrasi dari ion dalam sebuah larutan. Potensial yang dihasilkan konstan dalam
berbagai waktu dan tidak dipengaruhi oleh temperatur. Elektroda indikator yang sering
untuk menentukan konsentrasi dari suatu analit. Cara yang ditempuh dengan titrasi
menggunakan titran yang sesuai dan menggunakan elektroda indikator yang sesuai
pada sel elektrolisis sehingga diperlukan potensial luar yang lebih besar dari
elektroda adalah stabilitas fisik dan kimiawi yang meliputi ketahanan terhadap korosi,
pembentukan oksida atau hidrida tertentu, laju dan selektivitas produk yang akan
terbentuk, konduktivitas listrik, ketahanan dan harga faktor, serta kesesuaian dengan
R adalah tetapan gas, dan T adalah suhu absolut, z adalah tanda muatan (+) untuk
kation dan (-) untuk anion dan F adalah konstanta Faraday. Pada suhu 25℃ nilai 2,303
RT/zF adalah 59,2 mV. Pada ionic strength konstan, untuk elektroda pengukur Cd^
dan F (Sumantri, 2017: 232).
bebas (∆G) dengan hukum Faraday. Dari persamaan nerst akan diketahui nilai
potensial E ketidakseimbangan reaksi yang didapatkan dari konsentrasi reaktan dan
pengukuran potensial dua elektroda yang tidak terpolarisasi pada kondisi arus nol.
Persamaan nernst memberikan hubungan antara potensial relatif suatu elektroda dan
konsentrasi spesies ioniknya yang sesuai dalam larutan. Dengan pengukuran potensial
reversibel suatu elektroda, maka perhitungan aktivitas atau konsentrasi suatu
1. Tembaga (Cu)
Tembaga (Cu) adalah logam merah muda, yang lunak dapat ditempa, dan liat.
Tembaga dalam tabel periodik memiliki lambang Cu dengan nomor atom 29 dan
memiliki massa atom standar 63,546 g/mol. Logam Cu melebur pada 1038 dan
memiliki titk didih 2562 . Karena potensial elektroda standarnya posotif (+ 0,34 V
untuk pasangan Cu/Cu2+), Cu tak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer,
meskipun dengan adanya oksigen Cu bisa larut sedikit. Logam ini banyak digunakan
pada pabrik yang memproduksi alat-alat listrik, gelas dan zat warna yang biasanya
bercampur dengan logam lain seperti alloi dengan perak, kandium, timah putih dan
Hg, Cd, dan Cr. Logam berat Cu digolongkan ke dalam logam berat dipentingkan atau
logam berat esensial artinya meskipun Cu merupakan logam berat beracun, unsur
logam berat ini sangat dibutuhkan tubuh meski dalam jumlah yang sedikit. Karena itu,
Cu juga termasuk ke dalam logam-logam esensial bagi manusia seperti Fe dan lain-
lain. Toksisitas yang dimiliki Cu baru akan bekerja dan memperlihatkan pengaruhnya
bila logam ini telah masuk ke dalam tubuh organisme dalam jumlah besar atau
macam, yaitu:
terjadi hepatic cirrhosis, kerusakan pada otak dan demyelinasi, serta terjadinya
penurunan kerja ginjal dan pengendapan Cu dalam kornea mata. Penyakit Kinsky
dapat diketahui dengan terbentuknya rambut yang kaku dan berwarna kemerahan pada
penderita.
2. Seng (Zn)
Seng (Zn) merupakan salah satu mineral mikro yang memiliki fungsi dan
kegunaan penting bagi tubuh. Seng(Zn) dibutuhkan oleh berbagai organ tubuh, seperti
kulit, mukosa saluran cerna dan hampir semua sel membutuhkan mineral ini. Dampak
yang ditimbulkan akibat kurangnya mineral ini adalah terjadinya penurunan nafsu
makan sampai pada gangguan sistem pertahanan tubuh. Mineral Zn merupakan salah
satu nutrien penting yang diperlukan oleh tubuh dalam menjaga dan memelihara
kesehatan. Seng(Zn) dibutuhkan dalam jumlah sedikit akan tetapi mutlak harus ada di
dalam pakan, karena Seng(Zn) tidak bisa dikonversi dari zat gizi lain. Seng(Zn)
mampu berperan di dalam meningkatkan respon tanggap kebal secara nonspesifik
F. Integrasi Ayat
Ayat yang berhubungan dengan percobaan ini terdapat dalam firman Allah
Terjemahan :
“(Apakah kamu orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang
beribadah pada waktu malam dengan sujud dan berdiri, karena takut kepada (azab)
akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah, “Apakah sama orang
orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sebenarnya
hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran”.
Tafsiran :
ketaatan kepada Allah dengan orang yang tidak demikian, dan membandingkan antara
orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu, orang yang ingin tahu dan ingin
menambah pengetahuannya yaitu bahwa hal ini termasuk perkara yang jelas bagi akal
dan diketahui secara yakin perbedaannya. Oleh karena itu, tidaklah sama antara orang
yang berpaling dari ketaatan kepada Tuhannya dan mengikuti hawa nafsunya dengan
orang yang menjalankan ketaatan, bahkan ketaatan yang dijalankannya adalah ketaatan
yang paling utama, yaitu shalat dan di waktu yang utama, yaitu malam. Dalam hal ini,
menyelidiki, yakni ketika kita tidak menyelidiki terlebih dahulu atau tidak
menganalisis terlebih dahulu sampel maka kita tidak dapat mengetahui baik itu
sifatnya, kandungannya maupun manfaatnya, dengan dilakukan analisis dengan
beberapa teknik seperti teknik dalam percobaan persamaan nerst semuanya dapat
METODE PERCOBAAN
07.30-10.00 WITA di Laboratorium Kimia Fisika Jurusan Kimia Fakultas Sains dan
1. Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu basicmeter, termometer
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu aquades (H2O), kalium
nitrat (KNO3), kertas amplas, kertas saring, selotip, seng (Zn), seng sulfat (ZnSO 4),
C. Prosedur Kerja
Percobaan ini dilakukan dengan menyiapkan basicmeter, kertas amplas dan
permukaan tembaga logam tembaga (Cu) dan seng (Zn) dengan kertas amplas.
mencelupkan kertas saring yang telah digulung ke dalam larutan kalium nitrat (KNO3),
pengukuran suhu terhadap kedua larutan tersebut. Kemudian mengukur dan mencatat
elektroda dengan kertas amplas serta mengganti jembatan garam yang digunakan
A. Hasil Pengamatan
1. Tabel Pengamatan
1 1 0,78
1 0,1 0,68
1 0,01 0,51
1 0,001 0,49
Suhu = 31ºC
2. Reaksi
Anoda (-) : Zn → Zn2+ + 2e E°oks = +0,76 Volt
Katoda (+) : Cu2+ + 2e → Cu E°red = -0,34 Volt
Sel : Zn + Cu2+ → Zn2+ + Cu E°sel = 1,1 Volt
Notasi sel : Zn | Zn2+ || Cu2+| Cu
3. Analisis Data
a. ZnSO4 1 M dan CuSO4 1 M
Diketahui : Eºsel = 0,78 V
R = 8,314 J/K mol
n =2
F = 96.500 C/mol = 96.500 J/V.mol
Ditanyakan: Esel?
Penyelesaian:
E º RT [ZnSO4]
sel = Esel - ln
Nf [CuSO4]
8,314 J/K.mol × 304 K 1M
= 0,78 V - ln
2 (96.500 J/V.mol) 1M
2.527,456
= 0,78 V - ln (1)
193.000/V
= 0,78 V - 0,01309 V ln (1)
= 0,78 V - 0,01309 V × 0
= 0,78 V - 0
= 0,7800 V
n =2
Ditanyakan: Esel?
Penyelesaian:
º RT [ZnSO4]
Esel = Esel - Nf ln [CuSO ]
4
8,314 J/K.mol × 304 K 1M
= 0,68 V - ln
2 (96.500 J/V.mol) 0,1 M
2.527,456
= 0,68 V - ln (10)
193.000/V
= 0,68 V - 0,01309 V ln (10)
= 0,68 V - 0,01309 V × 2,30259
= 0,68 V - 0,0301449 V
= 0,6498 V
c. ZnSO4 1 M dan CuSO4 0,01 M
Diketahui : Eºsel = 0,51 V
n =2
Ditanyakan: Esel?
Penyelesaian:
RT [ZnSO4]
E sel = Eºsel − ln
Nf [CuSO4]
8,314 J/ K. mol × 304 K 1M
= 0,51 V − ln
2 (96.500 J/V. mol) 0,01 M
2.527,456
= 0,51 V − ln(100)
193.000/V
= 0,51 V − 0,01309 V 2ln(10)
= 0,51 V − 0,0602816753 V
= 0,4497 V
n =2
F = 96.500 C/mol = 96.500 J/V.mol
Ditanyakan: Esel?
Penyelesaian:
RT [ZnSO4]
E sel = Eºsel − ln
Nf [CuSO4]
8,314 J/ K. mol × 304 K 1M
= 0,49 V − ln
2 (96.500 J/V. mol) 0,001 M
2.527,456
= 0,49 V − ln(1000)
193.000/V
= 0,49 V − 0,01309 V 3ln(10)
= 0,49 V − 0,0904225784 V
= 0,3995 V
4. Grafik
0.5
0.4 Esel
0.3
Linear (Esel)
0.2
0.1
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Konsentrasi (M)
B. Pembahasan
Elektrokimia merupakan ilmu kimia yang mempelajari tentang perpindahan
elektronyang terjadi pada sebuah media pengantar listrik (elektroda). Elektroda terdiri
dari elektrodapositif dan elektroda negatif. Hal ini disebabkan karena elektroda
tersebut akan dialiri oleh aruslistrik sebagai sumber energi dalam pertukaran elektron.
dan seng (Zn) yang berfungsi sebagai katoda dan anoda. Membersihkan permukaan
lembaran logam menggunakan amplas agar kotoran pada permukaan logam tidak
mempengaruhi nilai hasil yang diperoleh. Amplas berfungsi untuk membersihkan
lembaran tembaga (Cu) dan seng (Zn). Menyiapkan larutan KNO3 yang berfungsi
sebagai jembatan garam. Jembatan garam berfungsi menetralkan kelebihan ion positif
pada anoda dan menetralkan ion negatif pada katoda. Mengambil selembar kertas
saring gulung lalu merekatkan dengan menggunakan selotip. Selotip digunakan karena
selotip merupakan bahan yang tidak dapat bereaksi sehingga aman digunakan.
(Cu) dan seng (Zn) dihubungkan menggunakan kabel untuk diketahui seberapa besar
aliran listriknya. Pengukuran suhu dilakukan karena nilai Esel dipengaruhi oleh
Berdasarkan hasil percobaan, maka diperoleh nilai energi potensial sel (E˚ sel)
pada konsentrasi 1 M yaitu sebesar 0,7800 V, pada konsentrasi 0,1 M yaitu sebesar
0,6498 V, pada konsentrasi 0,01 M yaitu sebesar 0,4497 V dan pada konsentrasi 0,001
M yaitu sebesar 0,3995 V. Berdasarkan hasil yang diperoleh ini, dapat ditarik
kesimpulan bahwa semakin besar konsentrasi yang digunakan maka semakin kecil
pula nilai energi potensial sel (E sel) yang diperoleh. Hal ini menunjukkan bahwa
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan pada percobaan ini yaitu sebagai berikut :
basicmeter dengan cara lempengan tembaga (Cu) dijepit pada kabel positif (+)
basicmeter dan lempengan seng (Zn) dijepit pada kabel negatif (-) basicmeter.
sulfat (CuSO4) pada konsentrasi yang berbeda. Nilai E⁰ sel tembaga sulfat
adalah 0,7800 V; 0,6498 V; 0,4497 V dan 0,3995 V dan suhunya senilai 31°C.
B. Saran
dengan sampel lain seperti besi (Fe) dan timah (Sn) agar dapat dibandingkan energi
potensialnya (Esel).
DAFTAR PUSTAKA
Elektroda Zn dan Cu
seng (6 × 2 cm).
Mengganti larutan
CuSO4 1 M menjadi 0,1
M, 0,01 M dan 0,001 M
BIOGRAFI
BIOGRAFI
Nama lengkap Fathanah Ariqoh Suburan, akrab dipanggil
Nana, Fathanah, atau Anna. Lahir di Enrekang tanggal 11
Juli 2001. Anak ke empat dari lima bersaudara dari pasangan
Suburan S.Pd dan Hadiani. Memulai pendidikan dari tingkat
TK al-fitrah 2006, melanjutkan sekolah dasar di SD Negeri
15 kotu dan selesai tahun 2013. Kemudian melanjutkan
pendidikan tingkat menengah pertama di PPM Rahmatul
Asri tahun 2013 lulus tahun 2016. Lalu melanjutkan
pendidikan tingkat atas di SMA Negeri 1 Enrekang 2016
lulus tahun 2019. Kemudian dengan tahun yang sama saya
langsung melanjutkan pendidikan di jenjang yang lebih
tinggi di Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar dan mengambil prodi Kimia di
Fakultas Sains dan Teknologi melalui jalur SNMPTN. Saya bercita-cita menjadi
Wanita Karir. Hobby saya adalah bermain bola volley dan menonton drama. Motivasi
saya sampai saat ini adalah kedua orangtua saya dan bias saya karena saya ingin melihat
orang disekitar saya terutama yang paling penting adalah orangtua saya bangga dan
bahagia terhadap saya dengan melihat prestasi-presentasi yang saya capai. Dalam
menjalani hidup saya selalu ingat motto hidup saya yaitu “ Jangan Pernah Menyerah
Sebelum mendapatkan apa yang di inginkan”.