a. Golongan IA
- Hidrogen (H)
- Litium (Li)
- Natrium (Na)
- Kalium (K)
- Rubidium (Rb)
- Sesium (Cs)
- Fransium (Fr)
b. Golongan IIA
- Berilium (Be)
- Magnesium (Mg)
- Kalsium (Ca)
- Strontium (Sr)
- Barium (Ba)
- Radium (Ra)
seperti yang dipakai pada pembuatan klor. Selain dari pada itu, brom dapat juga dibuat dengan
mengoksidasi ion bromida dengan klor.
Cl2 + 2Br- 2Cl- + Br2
Sedangkan Yod, I2, dapat dibuat dengan mengoksidasi ion I
Cl2 + 2I- 2Cl- + I2
Yod yang mengendap dipisahkan dengan cara penyaringan dari suatu yodat, misalnya
natrium yodat, NaIo2. Yod dapat diperoleh dengan cara mereduksinya dengan natrium hidrogen
sulfit. Dari harga potensial elektroda dapat diketahui bahwa Cl2 dapat mengoksidasi ion
bromida dan ion yodida.
Logam-logam alkali tanah dan alkali disebut logam-logam ringan, oleh karena itu
massa jenisnya kecil. Semua logam ini bereaksi kuat dengan air, membebaskan hidrogen dan
menghasilkan basa yang kuat. Unsur ini mempunyai elektron valensi 1 dibandingkan antara
unsur-unsur dalam 1 perioda, maka jari-jari atom logam alkali yang terbesar. Elektron valensi
itu mudah dilepas sehingga logam-logam alkali termasuk unsur yang paling elektropositif.
Dalam golongan ini, makin kebawah makin relatif.
Logam-logam alkali tanah, mempunyai 2 elektron valensi yang tingkat oksidasinya
hanya 1 yaitu +2. Unsur ini dapat juga dikenal dengan memeriksa warna nyala dari perubahan
garam-garamnya (Ahmad Hiskia. 1993:119-126).
Setelah unsur-unsur kimia ditemukan dalam jumlah yang cukup banyak, orang
berusaha mempelajari unsur-unsur kimia tersebut secara sistematik. Berbagai usaha telah
dilakukan untuk mengadakan penggolongan unsur-unsur atas dasar kesamaan sifat-sifat
tertentu.
Usaha yang mula-mula ialah menggolongkan unsur-unsur menjadi logam dan bukan
logam. Unsur-unsur seperti emas, perak, dan tembaga termasuk golongan logam, sedang unsur-
unsur seperti oksigen, nitrogen, dan belerang termasuk golongan bukan logam. Penggolongan
ini kemudian ternyata kurang memuaskan karena adanya unsur-unsur yang mempunyai sifat
antara logam dan bukan logam, seperti arsen dan antimen.
Penggolongan unsur berikutnya adalah penggolongan berdasarkan valensi dari unsur-
unsur, penggolongan ini juga kurang memuaskan karena unsur-unsur yang mempunyai valensi
sama, seperti natrium dan klor, tetapi sifatnya sangat berlainan.
Setelah adanya teori atom Dalton, orang berusaha menghubungkan sifat-sifat dari
berbagai unsur dengan berat atomnya. J.W. Dobereiner pada tahun 1817 menyusun unsur-
unsur yang sifatnya sama dengan masing-masing kelompok terdiri atas 3 unsur kelompok ini
disebutnya triade. Ia mendapatkan bahwa dalam satu triade, maka berat atom unsur yang tengah
sama dengan rata-rata dari berat atom sebelum dan sesudahnya.
Penggolongan unsur berikutnya ialah penggolongan yang diadakan oleh J.A Newlands
pada tahun 1864-1866. Unsur-unsur yang pada waktu itu telah dikenal disusun menurut berat
atom yang semakin besar. Ia mendapatkan bahwa unsur yang kedelapan dari suatu unsur,
mempunyai sifat-sifat yang sama dengan unsur yang ditinjau. Jadi setelah setiap tujuh unsur
terdapat pengulangan sifat kimianya. Dengan demikian didapatkan deretan unsur-unsur yang
terdiri atas tujuh unsur. Oleh karena itu hal ini menyerupai tangga musik, Newlands
menamakannya huruf oktaf dari suatu unsur-unsur tersebut (Soetopo.1990:366-368).
Unsur-unsur menyusun tentang pembuatan klorin skala industri dan kaitannya dengan
2 senyawa basa yang penting yaitu natrium karbonat dan natrium hidroksida. Unsur ini dari
beberapa senyawa sangat reaktif dan beracun, tetapi senyawa lainnya sangat berbeda jauh
sifatnya dari senyawa dipilih untuk dimanfaatkan sifatnya yang lembab (inert) dan tidak
beracun. Pada kondisi yang benar, flourin membentuk senyawa dengan hampir semua unsur,
satu-satunya pengecualian ialah dengan helium, neon, dan argon.
Kimiawan Swedia Karl Wilhen Scheele pada tahun 1774 dan membuatnya dalam
bentuk unsur melalui reaksi asam klorida dengan pirolusit, suatu mineral yang mengandung
MnO2 :
4HCl (aq) + MnO2 (g) Cl2 (g) + MnCl2 (aq) + 2H2O (l)
Schele tidak menyadari bahwa gas kuning kehijauan yang dihasikannya adalah unsur
dan hal ini terus berlangsung sampai Humpsy Davy mengidentifikasinya pada tahun 1811 dan
menamainya (kata yunani, chlorus berarti “hijau”). Sementara itu Berthallet dan Clesaussare
telah mendeskripsikan sifat pemutih dari klorin pada tahun 1786. Namun demikian klorin
kurang memuaskan dalam beberapa hal: zat ini akan merusak pakaian kecuali dipantau dengan
cermat.
Klorin, Bromin, dan Iodin memiliki lebih banyak kesamaan sifat stu sama lain daripada
dengan Flourin, yang sifat-sifat khususnya mendeskripsikan produksi Klorin dan peranannya
dalam pembuatan zat pemutih (David Oxtoby.2003:246, 247-249).
Dalam unsur-unsur halogen menjelaskan sifat menonjol dari non logam Flour dan
Klor(dan sedikit mengenai Brom dan Iod), berdasar sifat-sifat atom dan fisiknya kita
membicarakan kecenderungan kuat dari atom F dan Cl untuk menarik elektron yang
mengakibatkan bentuk yang sering ditemukan dialam, yakni bentuk ion F- dan Cl-, serta
kesulitan dalam pembuatan unsur murni dan bentuk ionnya.
Brom secara komersial dihasilkan melalui ekstraksi dari air laut, yang mengandung
sekitar 70 ppm Br-. Mula-mula pH air laut dijadikan 3.5 dan direaksikan dengan Cl2 (g) +
2Br- (aq) Br2 (aq) + 2Cl- (aq).
Penggunaan Br2 yang paling penting adalah pembuatan etilena dibrimida (C2H4B12)
yaitu aditif dalam bensin. Fungsinya adalah untuk bereaksi dengan timbal dan atitif anti tetap
(anti knock), tetrae timbal, menghasilkan timbal (II) bromida yang volatif antara lain adalah
dalam pembuatan senyawa organik seperti zat pewarna, obat-obatan, bahan fumigasi dan
pestisida.
Iod dapat diperoleh dalam jumlah kecil dari ganggang laut yang dikeringkan, karena
beberapa tanaman laut mampu menyerap dan mengikatkan 1 secara selektif dan kehadira I- dan
Br- dari segi komersial, Iod kurang penting dibanding klor dan Brom, sekalipun senyawanya
dapat diterapkan sebagai katalis, dalam bidang medis dan pembuatan emulsi potografi (AgI).
Golongan logam alkali merupakan golongan dari logam yang aktif paling aktif. Logam-
logam tersebut menunjukkan energi ionisasi yang rendah, potensi elektrodanya besar dan
negatif. Kesimpulan bahwa pada umumnya keragaman sifat dalam golongan ini mudah
diramalkan segi keberkalan. Beberapa penyimpangan terutama ditunjukkan oleh anggota
utama yaitu Li.
Beberapa perbendaan Litium dan senyawanya dibanding logam alkali :
1. Kelarutan senyawa karboner, fluorida, hidroksida, dan fosfatnya rendah.
2. Kemampuan membentuk Nitrida (LI3N).
3. Pembentuk oksida normal (LI2O), Bukan peroksida atau superoksida.
4. Jika dipanaskan, terkadi pengunraian senyawa karbonat dan hidroksidanya menjadi oksida.
Dalam golongan logam alkali, perbedaan ini disebabkan oleh tingginya rapat muatan
(yaitu nisbah muatan kation terhadap jari-jari kation) pada Li+ dibanding ion logam alkali
lainnya.
Ion logam IIA, suit direduksi menjadi logam bebas, karena harga potensial reduksinya
besar dan negatif. Senyawa-senyawa logam alkali tanah sebagaimana telah diuraikan kation
alkali tanah mempunyai rapatan muatan positif yang tinggi. Apabila tergantung dengan anion
tertentu, kation tersebut akan memberi energi kisi yang tinggi dan garam-garamnya dapat
sedikit larut atau tidak larut dalam air (Raip H Pertucci.1993:51-53, 96-106).
a. Alat
Tabung reaksi 6 buah
Kawat nikrom
Nyala bunsen
Rak
b. Bahan
Larutan BaCl2 0.5 M
Larutan CaCl2 0.5 M
Larutan LiCl 0.5 M
Larutan KCl 0.5 M
Larutan NaCl 0.5 M
Larutan SrCl 0.5 M
Larutan HCl 12 M pekat
a. Alat
Tabung
Lembar laporan
b. Bahan
1 ml larutan amonium karbonat 0.5 M
2 ml larutan barium, kalsium, litium, kalium, natrium dan strontium
I ml larutan amonium fosfat 0.5 M
Air suling
3. Reaksi-reaksi halida
a. Alat
Tabung reaksi 3 buah
b. Bahan
NaCl 0,5M, NaBr 0,5M, NaI 0,5M
1 ml karbon tetraklorida
1 ml air klorin
5 tetes asam nitrat encer
a. Alat
Tabung reaksi 3 buah
b. Bahan
Larutan anu (x)
1 ml amonium karbonat
1 ml amonium sulfat
1 ml amonium fosfat
1 ml larutan anu (y)
1 ml karbon tetrakorida
1 ml air klorin
Setetes asam nitrat
V. PROSEDUR KERJA
A. Uji Nyala untuk Unsur Alkali dan Alkali Tanah
Masing-masing 2 ml larutan BaCl2 0,5M, NaCl 0,5M, LiCl
0,5M, KCl 0,5M, CaCl2 0,5M, dan SrCl 0,5M
- Dimasukkan masing-masing kedalam tabung reaksi
Kawat Nikrom
- Dipanaskan pada bagian biru nyala bunsen
- Dicelupkan pada larutan Barium
- Dibersihkan kawat kedalam larutan HCl pekat (12M) & panaskan sampai merah
- Ulangi uji nyala untuk larutan Kalsium, Litium, Kalium, Natrium, dan Strontium
Hasil Pengamatan
C. Reaksi-Reaksi Halida
1 ml larutan 1 ml larutan 1 ml larutan
NaCl 0.5M NaBr 0.5M NaI 0.5M
- Ditambahkan 1ml karbon tetraklorida, 1ml air klorin dan 5tetes asam nitrat encer (6M)
- Kocok setiap tabung
Hasil Pengamatan
C. Reaksi-Reaksi Halida
No. Zat Warna Nyala
1. NaCl + Cl2 Bening
2. NaBr + Cl2 Orange kekuningan
3. NaI + Cl2 Merah
VIII. DISKUSI
A. Uji Nyala Unsur Alkali dan Alkali Tanah
Berdasarkan percobaan uji nyala unsur alkali dan alkali tanah yang dilakukan warna
nyala yang didapat sama dengan literatur, kecuali NaCl yang berwarna Orange. Berikut ini
warna nyala berdasarkan percobaan dan literatur.
Unsur Uji Nyala pada Percobaan Uji Nyala pada Teori
NaCl Orange Kuning
KCl Ungu Ungu
BaCl2 Kuning Kuning
CaCl2 Merah Merah
SrCl2 Merah Merah