Anda di halaman 1dari 101

MATERI KULIAH KIMIA LAUT

BAB I
AIR, UDARA DAN ES
Lautan dan atmosfir kebanyakan berasal dari bagian dalam bumi. Uap air dan gas-gas lain
secara progresif telah dilepaskan dari interior bumi dengan proses de-gassing yang telah
berlangsung sejak dahulu kala sampai kini sejak bumi terbentuk kira-kira 4,6 milliar tahun
yang lalu. Kecepatan de-gassing menurun dari waktu ke waktu, sebab unsur-unsur radioaktif
yang meluruh secara eksponensial bertanggung jawab untuk kebanyakan panas internal bumi
dan kini jumlahnya jauh lebih sedikit dibanding ketika bumi terbentuk. Secara singkat,
interior pada saat awal bumi terbentuk lebih panas dari sekarang ini; konveksi di dalam
mantel bumi lebih vigorous; dan de-gassing lebih cepat. Kelihatannya bahwa kebanyakan air
dan gas-gas atmosfir berasal dari bagian dalam bumi dan mengalami de-gassing kira-kira 2,5
milliar tahun yang lalu dan bahwa de-gassing berlanjut sejak saat itu dengan penurunan
kecepatan secara progresif. Sejumlah kecil air dan gas-gas atmosfir secara terus menerus
dikeluarkan dari interior bumi bahkan hingga hari ini.
Lautan dan atmosfir memberikan lingkungan fluida kepada kita. Sifat dari lingkungan
tersebut dikontrol dalam hal melakukan perpanjangan yang sangat besar oleh sifat-sifat
khusus dari suatu zat yang kita ambil secara virtual yaitu: air.
1. 1 Sifat-sifat Khusus Air
Dari setetes air, seorang logician dapat menduga kemungkinan terbentuknya Lautan Atlantik
atau Air terjun Niagara tanpa harus melihat atau mendengar salah satu dari keduanya.´
Sherlock Holmes, dalam A Study in Scarlet, by Sir Arthur Conan Doyle.
Mungkin cukup mudah menduga eksistensi lautan dari setetes air, tidak mudah
menyimpulkan bahwa lautan memiliki gelombang, pasang dan arus, tidak mudah juga
memprediksi pola pergerakan air dan kimia air dan sifat dari bentuk-bentuk kehidupan laut.
Namun demikian, pengetahuan tentang sifat-sifat air memungkinkan kita memahami paling
tidak sebagian dari karakteristik utama lingkungan lautan.
Pertanyaan 1. 1 Kebanyakan orang mengetahui bahwa lautan itu asin, dingin, gelap dan
penuh sesak dengan kehidupan dan bahwa lautan tidak pernah sunyi. Jelaskan karakteristik
dari lautan dengan cara memilih item di bawah ini tentang sifat-sifat dan atribut air,
Air adalah suatu liquid yang bergerak
Air adalah suatu pelarut yang baik
Air adalah penghantar panas yang buruk
Air memiliki panas spesifik yang tinggi
Air memiliki panas laten pembentukan dan penguapan yang tinggi
Air murni membeku pada 0oC
Air murni mendidih pada 100oC
Densitas maksimum air tawar terdapat pada 4oC, untuk air laut terdapat pada titik bekunya
yaitu -1,9oC
Es kurang dense dibanding air
Cahaya hanya dapat merambat maksimum melalui air sepanjang beberapa ratus meter
Suara dapat merambat melalui air sepanjang ribuan kilometer
Air adalah esensil untuk kehidupan
Massa molekul relatif (Mr.) air adalah 18. Bandingkan dengan senyawa-senyawa hidrogen
lainnya dengan Mr. yang setara yang menyiratkan bahwa air membeku pada -100oC bukan
pada 0oC dan mendidih pada 80oC bukan pada 0oC 100oC (sebagai contoh, metana dengan
Mr. 16 membeku pada -183oC dan mendidih pada -162oC). Densitas dari kebanyakan padatan
lebih besar dari densitas cairannya dan densitas liqiud menurun secara progresif bila
dipanaskan dari titik leburnya – tetapi es kurang dense dibanding air, dan densitas maksimum
air murni bisa tercapai pada 4oC. Tabel 1. 1 dan 1. 2 di bawah mengandung banyak informasi
yang sama seperti yang dipertanyakan pada pertanyaan 1. 1 di atas, tetapi dalam bentuk yang
lebih detil dan lebih kuantitatif.
Alasan untuk sifat-sifat anomali air terletak pada strukturnya. Satu molekul air terdiri dari
satu atom oksigen yang terikat kepada dua atom hidrogen. Sudut antara ikatan antar atom
adalah 105o. Perbedaan dalam sifat-sifat listrik antara atom oksigen dan atom hidrogen
menyebabkan sisi hidrogen memiliki/membawa muatan positif kecil, sementara sisi oksigen
memiliki/membawa muatan negatif kecil (gambar 1. 1 di bawah). Oleh karena struktur polar
yang demikian, molekul air memiliki atraksi (gaya tarik) satu sama lain dan cenderung
menyusun dirinya kedalam kelompok susunan parsial dan dihubungkan oleh ikatan-ikatan
molekuler yang disebut ikatan hidrogen.

Gambar 1. 1 Skematik molekul air; terpolarisasi secara muatan listrik. Sisi oksigen membawa muatan
negatif kecil dan sisi hidrogen membawa muatan positif kecil.

Ketika temperatur air liquid murni naik di atas 0oC, maka energi molekul juga naik,
melawan/mengimbangi kecenderungan membentuk kelompok susunan parsial. Kemudian
molekul-molekul tunggal dapat mengatur bersama-sama lebih dekat, menempati ruang yang
lebih kecil dan meningkatkan densitas air. Namun demikian, naiknya temperatur memberikan
energi lebih ke molekul dan jarak rata-rata antar molekul meningkat yang menyebabkan
turunnya densitas. Pada temperatur antara 0oC dan 4oC, efek orde” menjadi predominan
sementara pada temperatur yang lebih tinggi ekspansi termal lebih penting. Kombinasi dari
kedua efek ini memberi arti bahwa densitas air murni yang paling tinggi terjadi pada 4oC
(lihat tabel 1. 2 di bawah)
Tabel 1. 1 Anomali sifat-sifat fisik dari air liquid
Sifat-sifat Perbandingan dengan zat lain Kepentingannya dalam lingkungan fisik/biologi
Panas spesifik Tertinggi dari semua padatan dan Mencegah range yang ekstrim dari temperatur; transfer panas
(= 4,18 x 103 J kg-1oC-1 liquid kecuali NH3 oleh pergerakan air sangat besar; cenderung menahan/menjaga
keserbasamaan badan temperatur.

Panas laten fusi Tertinggi kecuali NH3 Absorbsi atau pelepasan panas laten menghasilkan efek
( = 3,33 x 105 J kg-1) termostatik pada titik beku

Panas laten penguapan (= Tertinggi untuk semua zat Absorbsi atau pelepasan panas laten menghasilkan efek
2,25 x 106 J kg-1) thermostaticyang besar pada titik didih; panas laten evaporasi
yang besar yang sangat penting dalam transfer panas dan air di
atmosfir

Ekspansi thermal Temperatur densitas maksimum Air tawar dan air laut encer memiliki densitas maksimum pada
menurun dengan naiknya salinitas; temperatur di atas titik beku; densitas maksimum air laut
untuk air murni terjadi pada 4oC normal terjadi pada titik beku

Tekanan permukaan (=7,2 Tertinggi pada semua liquid Penting dalam sel psikologi; mengkontrol fenomena
x 109 N m-1) * permukaan tertentu dan pembentukan dan sifat-sifat tetesan-
tetesan

Tenaga terlarut Umumnya, lebih banyak zat-zat Implikasi nyata baik pada fenomena fisika maupun biologi
terlarut dan dalam jumlah yang lebih
besar dari liquid manapun

Konstanta dielektrik # Air murni memiliki harga tertinggi Penting dalam sifat-sifat zat-zat anorganik terlarut yang
(=87 pada 0oC, 80 pada dari semua liquid kecuali H2O dan dihasilkan dari disosiasi yang tinggi
20oC) HCN

Disosiasi elektrolitik Sangat kecil Zat netral, mengandung baik H+ maupun OH-

Transparansi Relatif besar Absorbsi energi radiasi IR dan UV besar; dalam porsi visible
spektrum energi terdapat absorbsi selektif yang relatif kecil,
karena itu air murni “tak berwarna” dalam jumlah kecil;
karakteristik absorbsi penting dalam fenomena fisika dan
biologi

Panas konduksi Tertinggi untuk semua liquid Penting pada skala kecil misalnya sel hidup tetapi proses-
proses molekul melebihi difusi turbulen

Lebih kecil dari kebanyakan liquid


Viskositas molekuler lainnya pada temperatur yang Mengalir dengan cepat untuk menyamakan perbedaan tekanan
(= 10-3 N s m-2)* sebanding
*N = newton = satuan tenaga dalam kg m s-2
# mengukur kemampuan menahan muatan ion-ion yang berlawanan di dalam larutan yang
terpisah satu sama lain
Catatan untuk tabel 1. 1 di atas
1. Panas laten adalah jumlah panas yang dibutuhkan untuk melelehkan satuan massa suatu zat
pada titik lebur atau untuk menguapkan satuan massa zat pada titik lebur
2. Panas spesifik adalah jumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur satuan
massa zat satu derajat
3. Tekanan permukaan adalah pengukuran “kekuatan” permukaan cairan dan karena itu “daya
tahan” tetesan-tetesan dan gelembung-gelembung
4. Viskositas adalah suatu ukuran resistansi distorsi suatu fluida. Semakinbesar viskositas
maka semakin kurang cepat fluida mengalir (misalnya, oli motor lebih viskos dibanding air)
Tabel 1. 2 Densitas air murni pada temperatur yang berbeda
Temperatur (0oC) Wujud Densitas (kg m-3)
-2 Padat 917,2
0 Padat 917,0
0 Cair 999,8
4 Cair 1.000,0
10 Cair 999,7
25 Cair 997,1

1. 1. 1 Efek Garam-garam Terlarut


Tiap zat terlarut di dalam liquid memiliki efek peningkatan densitas dari liquid tersebut.
Semakin besar jumlah zat terlarut, maka semakin besar efek yang ditimbulkan, tidak
terkecuali air. Densitas air tawar mendekati 1.00 x 103 kg m-3 sementara densitas rata-rata air
laut kira-kira 1,03 x 103 kg m-3.
Efek penting lain dari zat-zat terlarut adalah penurunan titik beku liquid. Sebagai contoh,
penambahan garam umum (NaCl) menurunkan titik beku air – karena itulah digunakan untuk
melelehkan salju di jalan-jalan. Juga menurunkan temperatur pada mana air mencapai
densitas maksimumnya. Karena itulah garam-garam terlarut menghambat kecenderungan
molekul-molekul air membentuk kelompok ter-orde sehingga densitas tersebut dikontrol oleh
efek ekspansi termal. Gambar 1. 2 di bawah ini menunjukkan bahwa titik beku dan
temperatur densitas maksimum adalah sama bila konsentrasi garam-garam terlarut dalam air
(salinitas) mencapai kira-kira 25 gr kg-1. Lautan memiliki salinitas yang lebih tinggi dari
harga ini, yaitu kira-kira 35 gr kg-1 (rata-rata; dari harga ini kira-kira 30 gr kg-1 disumbang
oleh ion-ion Na+, ~11 gr dan ion-ion klorida, Cl-, ~19 gr). Oleh karena itu, densitas air laut
meningkat dengan jatuhnya temperatur ke titik beku. Ini merupakan perbedaan krusial antara
air tawar dan air laut dan perbedaan ini memiliki suatu efek yang sangat besar pada
pembentukan sea-ice dan pada proses sirkulasi lautan.
Gambar 1. 2 Temperatur titik beku dan titik lebur dan densitas maksimum dari air liquid sebagai
fungsi konsentrasi garam-garam terlarut

1. 2 Siklus Hidrologikal
Lautan mendominasi siklus hidrologikal (gambar 1. 3 di bawah), untuk kandungannya 97%
dari inventaris air global. Perubahan besar di bagian teresterial dari inventaris air (tabel 1. 3
di bawah) diperlukan memiliki efek yang signifikan pada jumlah air di lautan. Sebagai
contoh, diestimasikan bahwa selama maksima glasial dari dua juta tahun yang lalu, sekitar
50.000 x 1015 kg air sudah ditambahkan ke glasier dan ice-caps dunia, meningkatkan volume
hingga kira-kira dua setengah kali dari hari ini.

Gambar 1. 3 Siklus hidrologikal, menunjukkan inventarisasi air bumi, pergerakan tahunan dari air
sepanjang siklus (angka hitam) dan jumlah air yang tersimpan di bagian siklus yang berbeda (angka
biru). Semua kuantitas diberikan dalam 1015 kg. Catatan, 1015 kg air = 103 km3

Penurunan permukaan laut di seluruh dunia lebih dari 100 meter cukup untuk merubah
kebanyakan laut dangkal menjadi tanah kering tetapi hanya mengurangi total volume air di
laut kira-kira 3,5%.
Tabel 1. 3 Air di daratan (x 1015 kg)
Sungai dan aliran 1
Danau air tawar 125
Danau asin dan laut-laut di darat 104
Total air permukaan 230
Glasier dan ice-caps 29.300
Uap/kelembaban tanah dan seepage 70
Air tanah 8.400
Total di tanah 38.000
Konsep “waktu tinggal” dapat didefinisikan dengan mengacu pada gambar 1. 3 di atas.
Konsep ini menyatakan rata-rata lamanya waktu yang dialami molekul air tinggal atau
tersimpan di tiap bagian khusus siklus hidrologikal. Lamanya waktu tinggal ini dikalkulasi
dengan cara membagi jumlah air yang terdapat pada bagian siklus hidrologikal dengan
jumlah air yang masuk (dan yang meninggalkan siklus) dalam satuan waktu.
Pertanyaan. (a) Lihat pada gambar 1. 3 di atas. Berapa kecepatan penguapan lautan per
tahun? Apakah penguapan tersebut diseimbangkan oleh pengendapan plus run-off dari
daratan? (b) Apa yang dimaksud dengan lama waktu tinggal (residence time) air di lautan?
(c) Secara aproksimasi berapa banyak kuantitas air yang bergerak melalui atmosfir?
1. 2. 1 Air di Atmosfir
Manifestasi yang paling jelas dari air di atmosfir adalah berupa awan dan kabut; keduannya
mengandung butiran-butiran air atau es kristal yang bentuknya bulat (atau dalam bentuk
ternukleasi) sebagai partikel-partikel kecil terkondensasi di udara. Kebanyakan air di atmosfir
terdapat dalam bentuk gas, contohnya sebagai uap air. Udara terdapat dalam keadaan jenuh
dengan uap air dimana terjadi keseimbangan antara penguapan dan kondensasi. Semakin
tinggi temperatur, semakin besar jumlah energi yang tersedia untuk penguapan, sehingga
udara hangat dapat menahan lebih banyak kelembaban pada keadaan jenuh; artinya udara
hangat lebih lembab dibanding udara dingin.
Terdapat dua cara yang mana udara yang tak jenuh dapat didinginkan sehingga udara tersebut
menjadi jenuh dan kondensasi dapat dimulai:
1. Pendinginan terjadi ketika udara naik dan mengembang secara adiabatik saat tekanan
atmosfir turun dengan ketinggian. Perubahan adiabatik dari temperatur merupakan perubahan
yang terjadi secara independen dari tiap transfer panas atau dari dan ke sekeliling. Maka,
naiknya udara akan menyebabkan pengembangan atau kehilangan energi internal, sehingga
temperaturnya dapat jatuh secukupnya untuk terjadinya penguapan air yang dikandungnya
terkondensasi sebagai butiran-butiran air dan dalam bentuk awan dan kabut.
2. Pendinginan juga terjadi ketika udara mengadakan kontak dengan permukaan yang dingin,
sebagai contoh, kondensasi pada jendela kaca di musim dingin). Kabut akan mengembang
bila tebal lapisan kelembaban cukup dingin untuk bisa mengalami kondensasi, membentuk
efek awan pada level tanah (atau air). Dua jenis utama dari kabut yang dikenal adalah:
Radiasi kabut. Terbentuk bila permukaan tanah menjadi dingin oleh karena hilangnya
radiasi panas ke langit cerah pada malam hari. Jika udara mengadakan kontak dengan tanah
dan hampir jenuhdan temperaturnya jatuh secara cukup, maka akan terbentuk kabut. Radiasi
kabut tidak mengembang di atas danau atau di atas laut karena air memiliki panas spesifik
yang tinggi (tabel 1. 1) sehingga permukaan air men-dingin kurang cepat dibanding
permukaan tanah. Namun demikian, radiasi kabut sering mengalir dari tanah ke sungai,
estuaria, dan air pesisir.
Adveksi kabut terbentuk bila udara lembab hangat bergerak (teradveksi) di atas tanah atau
air dingin dan men-dingin. Sebagai contoh, kabut seperti ini umumnya berkembang di atas
Grand Banks off Newfoundland dimana udara yang sebelumnya di atas Gulf Stream yang
hangat diaveksi di atas Labrador Current yang dingin.
BAB II
TEMPERATUR DI LAUTAN
Dua dari sifat-sifat yang paling penting dari air laut adalah temperatur dan salinitas
(konsentrasi garam-garam terlarut), bersama-sama mengkontrol densitasnya yang merupakan
faktor utama yang mengatur pergerakan vertikal air di lautan.
Di lautan, densitas air laut normalnya meningkat dengan kedalaman. Jika densitas dari
permukaan air melebihi densitas air, situasinya secara gravitasional akan tidak stabil dan
dapat ditingkatkan dengan dua cara: pertama, dengan pendinginan langsung baik dengan cara
mengadakan kontak es maupun dengan cara dimana angin dingin meniup es; kedua, dengan
pembentukan es-laut yang mengekstrak air dan meninggalkannya di belakang air laut dengan
salinitas yang lebih tinggi dan meningkatkan densitas. Arus dingin yang dense dari sirkulasi
dalam dihasilkan oleh tenggelamnya air dense di area kutub. Di garis lintang yang lebih
rendah, air salin dense dihasilkan oleh penguapan berlebih yang bisa jadi ditambahkan oleh
angin yang kuat seperti yang terjadi selama musim dingin di bagian Mediterranian.
2. 1 Radiasi Matahari
Radiasi matahari didominasi oleh panjang gelombang UV, Vis, dan IR dekat. Rata-rata hanya
70% dari radiasi sinar matahari yang mencapai bumi melalui penetrasi atmosfir. Kira-kira
30% dari radiasi sinar matahari direfleksikan kembali ke ruang angkasa melalui partikel-
partikel awan dan debu. Dari sisanya yang 70%, rata-rata:
kira-kira 17% diabsorbsi di atmosfir
kira-kira 23% mencapai permukaan sebagai difusi siang hari
kira-kira 30% mencapai permukaan sebagai cahaya matahari langsung
Banyak radiasi UV diabsorbsi di lapisan ozon. (Langit tanpa awan tampak biru karena
penghamburan penjang gelombang yang lebih pendek oleh molekul-molekul gas atmosfir).
Radiasi yang sebenarnya mencapai permukaan bumi – insolasi – tidak semua diabsorbsi.
Persentase insolasi yang direfleksikan oleh permukaan disebut albedo dari permukaan
tersebut. Beberapa jenis albedo dapat dilihat pada tabel 2. 1 di bawah ini dari mana
membuktikan bahwa polar ice-caps hanya mengabsorbsi proporsi relatif kecil dari insolasi.
Gelombang dan riak-riak air secara signifikan meningkatkan albedo air, tetapi umumnya
masih lebih kecil dari albedo kebanyakan permukaan di tanah. Waktu siang hari juga
mempengaruhi albedo (khususnya air, es atau salju), sebab semakin dangkal sudut dari
timbulnya radiasi matahari maka semakin besar jumlah yang direfleksikan.
Sebagian radiasi yang direfleksikan kembali oleh permukaan bumi diabsorbsi di atmosfir dan
kemudian dihangatkan. Juga, karena permukaan yang dihangatkan oleh radiasi telah
diabsorbsi, yang kemudian meradiasi kembali IR dan panjang gelombang yang lebih panjang
(panjang gelombang mikro).
Tabel 2. 1 Beberapa jenis albedo
Permukaan Albedo (%)
Salju hingga 90
Pasir gurun 35
Vegetasi 10 – 25
Tanah telanjang atau batuan 10 – 20
Area yang diusahakan 12 – 18
Air tenang 2
Pertanyaan. Pada garis lintang yang sama, musim dan waktu saat ini, bisakah diharapkan
atmosfir di atas tanah yang ditutupi salju menjadi lebih hangat atau kurang hangut
dibanding tanah di atas hutan?
Uap air dan karbon dioksida CO2 atmosfir mengabsorbsi dengan kuat panjang gelombang IR,
sehingga atmosfir bertindak sebagai selimut yang menpertahankan panas. Hal ini disebut
dengan efek rumah kaca (mungkin istilah ini tidak benar, karena rumah kaca utamanya
menjebak panas dengan cara mencegah udara panas lepas dengan cara konveksi), dan istilah
ini secara luas dipegang untuk naiknya atmosfir CO2 dari pembakaran bahan bakar fosil
seperti batu bara dan petroleum yang menyumbang terjadinya istilah umum pemanasan
atmosfir, bukan hanya CO2 dan uap air yang merupakan gas-gas rumah kaca. Penyumbang
lain untuk efek rumah kaca ini antara lain metana dan oksida-oksida nitrogen (lihat tabel 3. 3)
dan produk-produk chlorofluorocarbon (CFC, misalnya, CCl3F) secara artifisial. Penggunaan
refrigerantdan aerosol komersial mulai diganti ketika diketahui bahwa zat-zat kimia ini juga
adalah sebagai penyebab utama penurunan konsentrasi ozon di lapisan atas atmosfir. Lubang
ozon di stratosfir di atas Antarctic dan Arctic telah dipublikasikan sebagai isu lingkungan
hidup sebab konsekuensi biologinya yang berbahaya karena terjadinya peningkatan radiasi
UV di permukaan bumi.
Variasi harian (diurnal) temperatur di tanah kadang-kadang dapat diukur dalam puluhan
derajat, tetapi di lautan jumlah variasi ini tidak lebih dari beberapa derajat, kecuali di air yang
sangat dangkal.
Pertanyaan. Dengan pertolongan tabel 1. 1, dapatkah anda menyarankan tiga alasan utama
untuk pernyataan di atas?
Jawaban untuk pertanyaan di atas juga mencakup kontras yang ditunjukkan pada gambar 2. 1
di bawah ini: range temperatur di lautan kira-kira 40oC (atau kira-kira 30oC jika kita tidak
mengikutkan laut dangkal dan terbatas); sementara range temperatur untuk daratan kira-kira
tiga kali lebih besar. Efek buffering temperatur dari lautan tergantung pada keberlanjutan
pertukaran panas dan air antara lautan dan atmosfir, terutama oleh siklus hidrologikal.
Gambar 2. 1 Range temperatur di laut (kanan) dan di darat (kiri)
2. 2 Distribusi Temperatur Permukaan
Intensitas dari insolasi terutama tergantung pada sudut dimana sinar matahari “menyerang”
permukaan (gambar 2. 2(a), dan distribusi temperatur di atas permukaan bumi bervariasi
dengan garis lintang dan musim, karena kemiringan poros bumi dengan orbit sekitar matahari
Gambar 2. 2(b) menunjukkan bahwa sepanjang ekuator insolasi maksimum terjadi pada
Maret dan September equinoxes, ketika matahari tepat berada di atas kepala kita. Insolasi
tetap tinggi di area ekuatorial selama Oktober sampai Desember. Matahari tepat di atas
kepala terdapat di sepanjang daerah Tropics of Cancer and Capricorn pada Juni dan
Desember pada titik balik matahari, sehingga garis lintang panas menerima insolasi
maksimum dan minimum selama musim panas dan musim dingin. Di daerah kutub, insolasi
hanya kira-kira setengah tahun yang mana secara keseluruhan teriluminasi pada musim panas
dan secara keseluruhan gelap di musim dingin.
Hingga pada kedatangan tehnologi satelit, tidak mungkin memonitor perubahan musim dari
temperatur permukaan laut di atas area yang luas. Satelit yang kini menggunakan sensor IR
memungkinkan untuk mengukur perubahan temperatur permukaan laut pada skala global,
baik skala musiman maupun skala tahunan. Sensitifitas dan presisi dari sensor mengikuti orde
±0,1oC atau bahkan lebih baik dan akurasinya meningkat sepanjang waktu, sebagai koreksi
yang dibuat untuk faktor-faktor seperti keadaan permukaan laut (halus atau kasar) dan jumlah
uap air di atmosfir (uap air mengabsorbsi radiasi IR).

Gambar 2. 2(a) Sudut matahari memasuki permukaan bumi menentukan baik panjang sinar yang telah
melewati atmosfir maupun area permukaan dimana energi disebar.

Gambar 2. 2(b) Empat musim (diberikan untuk Northern Hemisphere) berhubungan dengan orbit
bumi yang mengitari matahari.
2. 2. 1 Transfer Panas dan Air Melalui Interface Udara – Laut
Temperatur permukaan laut tergantung pada insolasi dan menentukan jumlah panas yang
diradiasikan kembali ke atmosfir; semakin hangat permukaan, maka semakin banyak panas
yang diradiasikan. Panas juga ditransfer sepanjang permukaan laut oleh konduksi dan
konveksi dan oleh efek penguapan.
Jika permukaan laut lebih hangat dibanding udara di atasnya, maka panas dapat ditransfer
dari laut ke udara. Rata-rata, permukaan laut lebih hangat dibanding udara di atasnya,
sehingga terjadi kehilangan panas dari laut oleh konduksi. Kehilangan ini relatif tidak begitu
penting dalam total budget panas lautan, dan efeknya bisa diabaikan jika bukan untuk
percampuran konvektif oleh angin yang menarik udara ter-hangat-kan dari atas permukaan
laut.
Penguapan
Penguapan ( transfer air ke atmosfir sebagai uap air) adalah mekanisme utama dengan mana
laut kehilangan panas – kira-kira satu orde magnitude lebih besar dari kehilangan oleh
konduksi plus percampuran konvektif. Persamaan yang mengatur akan hal ini adalah:
(kecepatan hilangnya panas) = (panas laten penguapan) x (kecepatan penguapan) .............2. 1
Pertanyaan. (a) Bahwa permukaan bumi dan atmosfir menerima kira-kira 9 x 1021 J dari
matahari setiap hari (70% dari sinar datang) dapatkah kita katakan bahwa penguapan dari
lautan adalah merupakan komponen yang signifikan dalam budget panas bumi? (b) Di
bawah kondisi seperti apa kita bisa mengharapkan air laut menerima panas oleh
kondensasi?
Penguapan, kondensasi dan pengendapan bukan hanya mekanisme untuk transfer air
sepanjang interface antara udara dan laut. Sama seperti semua liquid, permukaan luar lautan
ditentukan oleh gaya intermolecular yang menyebabkan tegangan permukaan. Tegangan
permukaan air laut lebih kecil dari tegangan permukaan air tawar, sehingga air laut lebih
cepat putus/pecah menjadi buih atau busa bila diganggu oleh gelombang permukaan. Angin
kencang bisa menyebabkan pembentukan busa dan perentetan lapisan-lapisan permukaan
sama seperti perangkap gelembung-gelembung udara.
Gambar 2. 4(a) menunjukkan apa yang terjadi bila udara diinjeksikan ke dalam subsurface air
di bawah kondisi kasar, dengan memecahkan gelombang dan topi/kepala putih. Gelembung-
gelembung udara yang memerangkap udara naik/timbul ke permukaan dan pecah,
penginjeksian butiran-butiran berbagai ukuran ke dalam atmosfir, bersama-sama dengan
garam-garam terlarut, gas-gas dan zat partikulat yang mungkin terkandung di dalam air.
Sejumlah besar proporsi dari konstituen-konstituen ini dengan segera kembali ke permukaan
bumi dalam bentuk endapan, seperti yang ditunjukkan oleh turunnya kandungan klorida air
hujan dengan bertambahnya jarak daratan dari pesisir (gambar 2. 4(b)). Butiran terkecil
diinjeksikan ke dalam atmosfir disebut aerosol dan menarik air, garam-garam terlarut dan zat-
zat organik dari permukaan lautan. Aerosol dapat terbawa ke ketinggian bumi dan terdispersi
di atmosfir. Bila air menguap, partikel-partikel endapan yang halus dari garam dan zat-zat
lainnya bertindak sebagai inti untuk awan dan pembentukan hujan.
Gambar 2. 4(a) Representasi diagram urutan langkah-langkah gelembung udara hancur untuk satu
“tipikal” gelembung udara berdiameter 1 mm. (µm = mikrometer (mikron) = 10 -6 m dan ng =
nanogram = 10-9 gram)

Gambar 2. 4(b) Turunnya kandungan klorida air hujan dengan bertambahnya jarak daratan dan pesisir

2. 3 Distribusi Temperatur dengan Kedalaman


Pengukuran temperatur pada permukaan lautan tidak mungkin dilakukan hingga
ditemukannya termometer pada awal abad 17. Pengukuran temperatur yang terbaru dibuat
untuk sampel air yang dikumpulkan di dalam wadah besi atau kanvas dari permukaan air.
Disadari bahwa temperatur menurun dengan bertambahnya kedalaman, tetapi pengukuran
akurat temperatur subsurface menjadi mungkin hanya bila termometer dilindungi dari
tekanan air dan mampu mencatat temperatur in situ yang ditemukan pada pertengahan abad
19 segera sebelum pelayaran HMS Challenger. Saat ini temperatur di lautan diukurdengan
termistor dan dilanjutkan dengan pencatatan temperatur baik vertikal maupun lateral. Ini
menjadi prosedur yang sekarang dikerjakan secara rutin oleh oseanografer.
Gambar 2. 5 di bawah ini menunjukkan bahwa kebanyakan energi solar diabsorbsi di dalam
beberapa meter permukaan laut, pemanasan secara langsung permukaan air dan penyediaan
energi untuk fotosintesis oleh tanaman dan algae laut.
Mengapa warna cahaya di bawah permukaan laut didominasi biru – hijau? Panjang
gelombang mana yang pertama diabsorbsi? Berapa proporsi total energi yang masuk
mencapai kedalaman 100 meter?
Panjang gelombang yang lebih pendek, misalnya panjang gelombang yang dekat ujung biru
dari spektrum visibel, mampu penetrasi lebih dalam dibanding panjang gelombang yang lebih
panjang. Radiasi IR adalah yang pertama diabsorbsi lalu diikuti oleh merah, dan seterusnya.
Total energi yang diterima pada suatu kedalaman direpresentasikan oleh area di bawah kurva
yang relevan pada gambar 2. 5. Perbandingan area di bawah kurva untuk 100 meter dan
permukaan air menyiratkan bahwa hanya kira-kira seperlima dari energi yang masuk mampu
penetrasi hingga 100 meter. Semua radiasi IR diabsorbsi di kedalaman kira-kira satu meter
dari permukaan dan hampir setengah dari total energi matahari yang masuk diabsorbsi di
kedlaman 10 cm pada permukaan. Penetrasi akan juga bergantung pada kecerahan atau
transparansi dari air yang kemudian tergantung pada jumlah zat-zat tersuspensi di dalamnya.

Gambar 2. 5 Suatu penyederhanaan energi – spektrum panjang gelombang dari radiasi sinar matahari
pada permukaan lautan dan pada berbagai kedalaman (nm = nanometer = 10 -9 m)

Jika energi termal dari radiasi sinar matahari lebih banyak diabsorbsi oleh lapisan
permukaan, bagaimana radiasi itu bisa sampai lebih dalam?
Konduksi oleh radiasi berlangsung sangat lambat, sehingga hanya sebagian kecil panas
ditransfer ke bawah oleh proses ini. Mekanisme utama adalah percampuran turbulen oleh
angin dan gelombang yang menghasilkan suatu lapisan permukaan campuran (sering disebut
secara sederhana sebagai lapisan campuran) yang dapat setebal 200 – 300 meter atau bahkan
lebih pada garis lintang tengah di lautan terbuka pada musim dingin dan setebal 10 meter atau
kurang di air pesisir tertutup pada musim panas.
Antara 200 – 300 meter dan kedalaman 1000 meter, temperatur menurun dengan cepat di
seluruh lautan. Area dengan gradien temperatur yang curam dikenal sebagai termoklin
permanen, di bawah mana dari 1.000 meter ke dasar laut secara virtual tidak terdapat variasi
musiman dan temperatur menurun secara perlahan-lahan ke antara kira-kira 0oC dan 3oC
(gambar 2. 7 (a – c)
Range yang sempit ini dipertahankan di lautan dalam, baik secara geografi maupun secara
musim, sebab range ini ditentukan oleh temperatur air yang dingin dan dense yang tenggelam
dari area kutub dan mengalir ke ekuator.
Pertanyaan. Gambar 2. 6(a) adalah seksi vertikal yang mengilustrasikan range temperatur
yang terdapat di lautan, dan gambar 2. 6(b) menunjukkan profil temperatur sepanjang garis
A dan B dalam gambar 2. 6(a)
(a) Cocokkan profil I dan II dalam gambar 2. 6(b) dengan garis vertikal A dan B dalam
gambar 2. 6(a)
(b) Apa yang dapat dikatakan tentang distribusi vertikal dari temperatur pada garis lintang
tinggi (di atas kira-kira 60o N dan 60o S?
Beberapa Catatan Penting
Seksi dan profil:Suatu seksi vertikal adalah merupakan suatu potongan imaginer yang
terdapat di suatu bagian dari laut, yang menunjukkan baik distribusi vertikal maupun
distribusi horizontal (secara umum direpresentasikan oleh garis luar) dari beberapa sifat
(temperatur, salinitas, densitas, dan lain-lain), misalnya gambar 2. 6(a). Suatu profil vertikal
adalah merupakan grafik yang menunjukkan bagaimana beberapa sifat (temperatur dan
salinitas) bervariasi dengan kedalaman pada satu lokasi di lautan, misalnya gambar 2. 6(b).
Gradien pada profil: Satu bagian hampir vertikal dari profil temperatur yang memberi arti
bahwa terdapat perubahan kecil dari temperatur dengan kedalaman (misalnya, bagian bawah
dari profil dalam gambar 2. 6(b)). Satu bagian hampir horizontal dari profil temperatur yang
memberi arti terdapat perubahan besar (misalnya, bagian atas dari profil dalam gambar 2.
6(b)). Maka, bila kita membaca atau mendengar “gradien temperatur curam” atau “termoklin
curam”, dimana profil hampir horizontal dan kecepatan perubahan temperatur dengan
kedalaman adalah yang terbesar. Secara pasti aplikasi yang sama dengan profil untuk sifat-
sifat lainnya (salinitas, densitas dan lain-lain).
Di atas termoklin permanen, distribusi temperatur dengan kedalaman menunjukkan variasi
musiman, khususnya di daerah garis lintang tengah. Selama musim dingin, bila temperatur
permukaan rendah dan kondisi pada permukaan “kasar”, maka lapisan permukaan campuran
dapat mengembang ke termoklin permanen; misalnya, profil temperatur dapat menjadi
vertikal secara efektif di area 200 – 300 meter atau lebih. Pada musim panas, ketika
temperatur permukaan naik dan kondisi pada permukaan “kurang kasar”, termoklin musiman
sering berkembang di atas termoklin permanen seperti yang ditunjukkan dalam profil umum
dari gambar 2. 7(a)
Termoklin musiman mulai terbentuk pada musim semi dan mencapai perkembangan
maksimum pada musim panas (misalnya, dengan kecepatan tertinggi perubahan temperatur
dengan kedalaman atau gradien temperatur paling curam). Termoklin berkembang pada
kedalaman beberapa puluh meter, dengan suatu lapisan campuran yang tipis di atasnya
(gambar 2. 7(a). Dinginnya musim dingin dan angin kencang secara progresif menaikkan
kedalaman termoklin musiman dan menurunkan gradien temperatur diantara mereka; yang
pada akhirnya lapisan campuran mencapai ketebalan maksimumnya yaitu 200 – 300 meter
(lihat gambar 2. 7(d)). Pada garis lintang rendah, tidak ada pendinginan musim dingin, maka
“termoklin musiman” menjadi “permanen” dan bergabung dengan termoklin permanen pada
kedalaman 100 – 150 meter (gambar 2. 7(b)). Pada garis lintang tinggi yakni lebih tinggi dari
dari 60o tidak terdapat termoklin permanen (gambar 2. 6 dan 2. 7(c)), walau termoklin
musiman tetap dapat berkembang di musim panas.
Gambar 2. 6 (a) Satu seksi vertikal menunjukkan distribusi temperatur rata-rata di bagian barat Lautan
Atlantik mengilustrasikan bahwa range temperatur pada lapisan permukaan jauh lebih besar dibanding
range nya pada badan utama air laut di bawah 1.000 meter. Pola umum ini adalah tipikal dari semua
palung (walaupun detailnya akan bervariasi dari satu lautan ke lautan lainnya). Garis luar dari
temperatur yang sama disebut isoterm. Garis putus-putus isoterm pada interval 1 oC: garis utuh pada
interval 5oC. Garis vertikal A dan B berhubungan dengan gambar 2. 6(b) dan digunakan untuk
menjawab pertanyaan 2. 4.

Gambar 2. 6(b) Profil temperatur sepanjang A dan B dalam (a), digunakan untuk menjawab
pertanyaan 2. 4
Gambar 2. 7 (a) – (c) Tipikal profil temperatur rata-rata untuk garis lintang yang berbeda melingkar di
lautan terbuka. Catatan bahwa profil vertikal (c) untuk garis lintang tinggi (Arctic) menunjukkan satu
lapisan air yang lebih dingin pada permukaan di atas air yang sedikit lebih hangat pada kedalaman
200 meter. (d) Urutan profil temperatur yang menunjukkan pertumbuhan (garis padat) dan peluruhan
(garis putus-putus) dari suatu termoklin musiman di Northern Hemisphere. Catat skala yang sangat
berbeda dibandingkan (a) – (c)

Gambar 2. 8 di bawah ini memberikan satu ide tentang pola perubahan temperatur dengan
kedalaman dan musim pada garis lintang-tengah. Range tahunan hampir 10oC pada
permukaan menurun hanya kira-kira 3 – 4 oC pada kedalaman 100 meter.
Pertanyaan. Untuk perubahan temperatur tertentu yang dihasilkan langsung dari variasi
musiman radiasi yang masuk tak dapat dideteksi lebih lama di bawah kira-kira 200 meter,
perkirakanlah dimana akan ditempatkan kurva untuk 200 meter dalam gambar 2. 8 di bawah
ini dan bentuk apa yang bisa diharapkan?
Termoklin diurnal dapat terbentuk dimana saja selama terdapat pemanasan yang cukup
sepanjang hari, walau diurnal termoklin tersebut berkembang hanya sampai kedalaman kira-
kira 10 – 15 meter, dan perbedaan temperatur yang ada tidak melebihi 1 -2oC.
Pada kesimpulan, dengan mengabaikan variasi musiman dan diurnal, termoklin permanen
dapat menyebabkan lautan sebagai suatu kesatuan dibagi menjadi tiga lapisan utama, yang
ditunjukkan secara skematik dalam gambar 2. 9. Ketebalan lapisan atas hangat dan termoklin
permanen berkurang pada garis lintang rendah dibanding pada garis lintang-tengah sebab
pada garis lintang rendah umumnya angin lebih lemah dan temperatur musiman sebaliknya.

Gambar 2. 8 (bagian atas). Variasi tahunan dari temperatur air pada berbagai kedalaman di lautan
(tanjung selatan Jepang (kira-kira 25o N)
Gambar 2. 9 (bagian bawah). Generalisasi dan skema cross-section, menunjukkan lapisan termal
utama lautan. Dasar dari lapisan atas hangat kira-kira 10 oC isoterm. Variasi musiman cocok untuk
lapisan ini (termasuk perkembangan termoklin musiman dan termoklin diurnal di garis lintang-
tengah)
Termoklin permanen bisa ditemukan hampir dimana saja di lautan (gambar 2. 9 di atas) dan di garis
lintang rendah perbedaan temperatur kira-kira 20 oC, dan kadang-kadang lebih (gambar 2. 6 dan 2. 7).
Problem dari tapping energi dari gradien temperatur di lautan terutama ada pada skala. Prinsip Ocean
Thermal Energy Conversion (OTEC) benar-benar sama dengan prinsip yang terdapat pada kulkas,
AC, dan pompa panas.
Konsep asli adalah memompa permukaan air hangat pada kira-kira 25 oC kedalam heat exchanger
untuk menguapkan liquid volatil (seperti amonia) yang bisa mengembang dan menjalankan turbin
untuk menghasilkan energi listrik. Pada saat yang sama, air dingin kira-kira 4 oC dari bawah termoklin
akan dipompakan untuk mengkondensasi uap dalam heat exchanger terpisah, menyebabkan siklus
kembali dimulai. Pada beberapa pabrik modern (gambar 2. 10(a)), air laut hangat diuapkan di bawah
suatu vacuum dan dihasilkan uap panas untuk menggerakkan turbin
Pabrik seperti ini dapat dibangun di garis lintang rendah, dimana temperatur bertentangan antara air
permukaan dan air dalam mencapai harga paling tinggi dan perubahan musiman paling rendah. The
Japanese and Americans telah mengembangkan tehnologi ini dan membangun beberapa pabrik kecil
yang menghasilkan 50 – 100 kW. Pada skala ini, keuntungan yang paling besar dari tehnologi ini
adalah bisa diterapkan di pulai kecil di Laut Pasifik Selatan.
Untuk stasiun dengan energi lebih besar (ratusan megawatt atau lebih), dibutuhkan instalasi yang
sangat besar yang sebanding dengan ukuran produksi minyak di lepas panati (gambar 2. 10(b)). Oleh
karena itu perbedaan temperatur antara air permukaan dan air dalam hanya kira-kira 25 – 30 oC yang
terbaik, maka “densitas” energi dari uap rendah untuk menggerakkan turbin dibandingkan dengan
turbin yang dihasilkan uap panas konvensional dimana perbedaan temperatur sebesar beberapa ratus
derajat. Lebih lanjut, kira-kira dua pertiga tenaga yang dihasilkan dibutuhkan untuk menggerakkan
pompa, sehingga efisiensi plant OTEC secara keseluruhan tidak lebih dari 5 – 10%.

Gambar 2. 10 (a) Skema diagram suatu pabrik OTEC di Hawaii; (b) Kesan artistik dari suatu OTEC
2. 5 Distribusi Temperatur dan Pergerakan Air
Seksi dan profil seperti yang terdapat pada gambar 2. 6 dan 2. 9 merepresentasikan rata-rata
temperatur selama periode dalam bulanan atau tahunan. Kita tahu bahwa perubahan yang besar dari
temperatur musiman terjadi di lapisan permukaan (gambar 2. 8), dan mungkin akan terdapat fluktuasi
kecil dengan waktu, bahkan di lauatan dalam.
Namun demikian, yang lebih penting bukan untuk memperoleh kesan dari rata-rata waktu seksi
temperatur tersebut dan profil air laut yang statis. Jauh dari hal itu. Merupakan hal yang esensil untuk
disimpan di benak bahwa sementara lokasi dari isoterm rata-rata sepanjang seksi tidak berubah secara
signifikan bahkan dalam skala waktu dekade, struktur dipelihara secara dinamis. Tiap paket yang
diberikan air dapat bergerak melewati jarak yang ekivalen dengan global circumnavigation dalam
beberapa tahun; tetapi temperatur rata-rata struktur pada lokasi tertentu tetap sama. Dengan kata lain,
temperatur (dan salinitas) pada lokasi dan kedalaman tertentu – paling tidak dibawah lapisan
permukaan campuran – berubah sangat kecil dari tahun ke tahun, bahkan air aktual pada lokasi dan
kedalaman tersebut berubah setiap waktu.
Kita telah melihat bahwa distribusi temperatur permukaan laut merupakan bagian dari hasil langsung
insolasi dan bervariasi secara musiman. Sama pentingnya dengan proses-proses adveksi horizontal
(pergerakan horizontal) yang menyebabkan perpindahan air hangat ke area yang lebih dingin dan
sebaliknya.
2. 6 Summary
1. Temperatur permukaan bumi utamanya ditentukan oleh jumlah radiasi sinar matahari yang
diterimanya. Secara rata-rata, kira-kira 70% dari radiasi sinar matahari datang mencapai permukaan
bumi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Proporsinya bervariasi dengan garis lintang,
musim dan lama waktu siang hari, dan jumlah yang diabsorbsi tergantung pada albedo permukaan
bumi. Lautan memiliki kapasitas termal yang besar sebab air memiliki panas spesifik dan panas laten
yang tinggi dan ini bertindak sebagai buffer temperatur untuk permukaan bumi secara keseluruhan.
Insolasi tahunan tertinggi terdapat di garis lintang rendah dan terendah di kutub, hal ini terutama
karena sudut sinar matahari dengan permukaan: semakin tinggi garis lintang maka semakin rendah
sudut yang ditimbulkan.
2. Konduksi, konveksi dan khusunya penguapan/pengendapan adalah merupakan hal utama yang
olehnya panas dan air dipertukarkan melalui interface udara – air. Siklus penguapan/pengendapan
adalah merupakan mekanisme penting lainnya untuk terjadinya transfer air (dan garam-garam) ke
atmosfir.
3. Radiasi sinar matahari dapat melakukan penetrasi tidak lebih dari beberapa ratus meter ke dalam
lautan dan kebanyakan dari radiasi tersebut diabsorbsi di kedalaman hingga 10 meter. Transfer panas
ke bawah terjadi terutama karena percampuran ketika konduksi berjalan sangat lambat (air merupakan
konduktor panas yang buruk). Percampuran oleh angin, gelombang dan arus menghasilkan suatu
lapisan permukaan campuran yang dapat mencapai kedalaman hingga 200 – 300 meter atau lebih
pada musim dingin di garis lintang-tengah. Di bawah kedalaman ini terdapat termoklin permanen,
dimana temperatur menurun hingga 5oC dan di bawah kedalaman ini dimana temperatur menurun
secara perlahan-lahan hingga ke dasar lautan (umumnya 0 oC dan 3oC). Di garis lintang-tengah,
termoklin musiman dapat berkembang selama nisim panas, di atas termoklin permanen. Juga terdapat
termoklin diurnal pada kedalaman 10 – 15 meter.
4. Perbedaan temperatur sepanjang termoklin permanen dapat digunakan untuk menghasilkan energi
listrik, dimana prinsip-prinsip ini yang digunakan pada pendingin. Problem utama dalam aplikasi ini
adalah skala.
5. Kestabilan jangka panjang dari distribusi temperatur di dalam lautan memberi pengertian bahwa
seksi dan profil dari temperatur rata-rata tidak berubah secara signifikan dari tahun ke tahun. Struktur
termal yang stabil ini dipelihara oleh pergerakan tiga dimensi sistem global secara terus menerus dari
arus permukaan dan kedalaman.
BAB III.
AIR LAUT SEBAGAI LARUTAN KIMIA
3. 1. Komposisi kimia air laut (secara kasar)
Banyak (kira-kira 92) dari unsur-unsur yang terdapat di dalam air laut telah diukur atau telah
dideteksi dan sisanya nampaknya akan bisa diukur menanti ditemukannya tehnik analisis
yang lebih sensitif. Sejauh ini, unsur-unsur yang telah ditentukan menunjukkan range
konsentrasi yang luas seperti yang terlihat dalam tabel 3.1 di bawah ini.
Tabel 3. 1 Kelimpahan rata-rata unsur-unsur kimia dalam air laut
Latihan
Terdapat perbedaan utama untuk belerang, karbon dan boron dalam tabel di atas jika
dibandingkan dengan yang terdapat dalam tabel 3. 2 di bawah ini. Mengapa hal itu dapat
terjadi? Mengapa menggunakan konsentrasi molar untuk menghindari disparitas tersebut?
3. 2. Zat-zat Partikulat
Terdapat variasi yang luas dari partikel-partikel tersuspensi di dalam air laut (dapat berupa
seston) dan perbedaan antara apa yang merupakan material yang nyata di dalam larutan
(misalnya, terlarut di dalam air) dan zat partikulat apa (misalnya, dalam bentuk suspensi)
dapat menimbulkan masalah dalam penentuan konsentrasi dari beberapa unsur di dalam air
laut. Prosedur yang digunakan secara luas untuk memisahkan zat-zat terlarut dari fraksi-fraksi
partikulat adalah penyaringan menggunakan membran dengan diameter pori 0,45µm. Untuk
kebanyakan konstituen, hal ini memberikan suatu pemisahan yang memuaskan antara zat-zat
terlarut dan zat-zat partikulat, tetapi untuk sebagian kecil konstituen hal ini kurang
memuaskan. Sebagai contoh, besi di dalam air laut terdapat dalam bentuk terhidrasi seperti
Fe(OH)2 atau Fe(OH)3. Kedua bentuk hidrat ini cenderung berkoalisi membentuk partikel-
partikel koloid yang sangat kecil dan memungkinkan tetap berada dalam suspensi dalam
waktu tak terbatas; kalau hal ini tidak terjadi maka beberapa proses akan mengagregasi
keduanya menjadi partikel-partikel yang cukup besar untuk bisa tetap berada di bawah
gravitasi. Maka, untuk besi, terdapat suatu spektrum ukuran mulai dari bentuk larutan, bentuk
partikel koloid hingga bentuk partikel-partikel agregat. Oleh karena itu, dengan menggunakan
suatu membran dengan diameter pori 0,45µm akan memberikan efek pemisahan yang benar-
benar arbitrasi antara fraksi terlarut dan fraksi partikulat. Ratio terukur dari fraksi besi terlarut
dan fraksi partikulat besi dalam suatu sampel dapat dinaikkan atau diturunkan secara
sederhana dengan mengganti ukuran pori membran atau dengan cara menaikkan tekanan
filtrasi yang kemungkinan besar dapat memecahkan/menghancurkan agregat secara mekanik.
Namun demikian, perlu dipahami bahwa masalah ini tidak muncul/timbul untuk semua unsur
yang terdapat dalam bentuk hidrat. Sebagai contoh, dalam hal Al(OH)3 dan Si(OH)4, filtrasi
dapat membedakan dengan baik fraksi terlarut dari fraksi partikulat. Densitas zat-zat
partikulat biasanya lebih besar dari densitas air laut, sehingga zat-zat partikulat cenderung
tenggelam. Namun demikian, ukuran yang kecil dari kebanyakan partikel-partikel
menyebabkan partikel-partiel tersebut dapat tetap berada dalam suspensi.
Persamaan klasik untuk kecepatan tenggelam suatu objek berbentuk spherical di dalam suatu
medium fluida adalah
1 (ρ1 – ρ2)
v= gd2 . ................................................................... ..........3.1
18 µ
dimana g adalah grafitasi; d adalah diameter partikel (m)
ρ1 adalah densitas partikel (kg.m-3); ρ2 adalah densitas fluida (kg.m-3)
µ adalah viskositas molekuler dari fluida (N s.m-2)
dan v adalah kecepatan (m s-1)
Persamaan 3.1 di atas memberikan harga (kira-kira) pertama kali untuk kecepatan
tenggelamnya partikel seston di dalam air laut.
Latihan
Kebanyakan dari partikel-partikel pembentuk seston memiliki diameter kurang dari 2 µm.
Dengan asumsi bahwa densitas rata-rata partikel-partikel tersebut adalah 1,5 kali dari
densitas air laut (densitas air = 0,9971 kg m-3 dan viskositas air = 10-3 N s m-2, dan g = 9,8 m
s-2). Gunakan persamaan 1.1 di atas untuk menghitung v untuk suatu partikel dengan
diameter 2 µm. Kira-kira berapa lama waktu yang dibutuhkan partikel tersebut untuk
tenggelam sedalam 1 m?.
Jika partikel tidak spherical waktu yang dibutuhkan bisa lebih lama. Secara signifikan,
pengaruh turbulensi di dalam badan air juga akan menyebabkan waktu yang dibutuhkan lebih
lama karena turbulensi dapat memberikan counteracts kecenderungan partikel untuk keluar
dari suspensi dan akhirnya tenggelam. Persamaan di atas secara tidak langsung juga
menyatakan fakta bahwa partikel yang lebih kecil maka ratio permukaan partikel dan volume
partikel akan lebih besar dan resistansi friksional juga lebih besar untuk tenggelam di dalam
badan air. Dalam hal partikel sedimentari mencapai dasar laut dari permukaan dalam suatu
periode waktu tertentu (misalnya 1 bulan), maka partikel tersebut jauh lebih besar dari
partikel seston. Catatan, persamaan di atas hanya valid untuk partikel-partikel spherical
dengan diameter kurang dari 100 µm. Untuk partikel dengan diameter lebih besar dari 2 µm,
kecepatan tenggelam adalah berbanding lurus dengan d1/2 dan persamaan di atas akan
memberikan bentuk yang berbeda. Untuk partikel dalam range ukuran 100 µm – 2 mm,
kecepatan tenggelam adalah berbanding lurus dengan dn, dimana 2 >n> ½.
Sumber-sumber utama material partikulat di lautan adalah:
1. Sungai, membawa partikel ke laut dalam bentuk suspensi dimana fraksi coarser terdeposit
sebagai pasir, silts, dan lempung (clay)
2. Debu wind-borne (aeolian), misalnya partikel quartz halus, mineral clay, dan oksida besi,
silikat sel-sel tanaman, skeleton diatom air tawar, bangkai organik, partikel-partikel debu
vulkanik, mikrometeorit (debu kosmis), material yang dihasilkan dari pemecahan meteorit
yang lebih besar yang secara berkesinambungan menyuplai lautan oleh atmosfir.Banyak dari
input ini dengan cepat tenggelam ke dasar laut sebab kebanyakan dari partikel-partikel ini
memiliki densitas dalam range 2 – 3 x 103 kg m-3, tetapi beberapa partikel cukup kecil
menyumbang kepada seston. Kebanyakan zat-zat partikulat anorganik di dalam seston yang
terdapat di laut lepas kemungkinan berasal dari aeolian.
3. Zat partikulat biogenik, contohnya, partikel-partikel yang dihasilkan dari produk biologi
primer dan sekunder, comprising sisa-sisa skeletal, pellet faecal, dan zat-zat dari tanaman dan
hewan mati (detritus). Banyak dari material ini memiliki ukuran partikel 100 µm atau lebih
dan tenggelam relatif cepat walaupun densitasnya tidak lebih besar dari densitas air laut.
Partikel-partikel organik yang lebih kecil (sel-sel algae dan bangkai kurang dari 10 µm)
tenggelam sangat lambat dan cenderung terakumulasi di dekat puncak pycnocline .
Mengapa hal ini terjadi?
Secara prinsip, oleh karena turbulensi di dalam lapisan campuran mencegah partikel-partikel
tenggelam dan pycnocline adalah merupakan dasar dari lapisan campuran. Juga, densitas air
laut meningkat dengan cepat dengan kedalaman di pycnocline, sehingga densitas berbanding
persamaan 1.1 di atas menjadi lebih kecil dan dengan demikian kecepatan, v juga menjadi
lebih lambat.
3. 3. Klasifikasi Konstituen Terlarut
Konstituen utama air laut adalah konstituen-konstituen yang terdapat dalam konsentrasi
lebih besar dari 1 ppm dan konstituen-konstituen ini menyumbang lebih dari 99,9% garam-
garam terlarut di lautan. Konstituen utama air laut secara konvensional dapat dilihat pada
tabel di bawah ini
Tabel 3. 2. Konsentrasi rata-rata ion-ion utama dalam air laut (g kg-1 atau g L-1)
o
Ion /ooberat
Cl- 18,980
SO42- 2,649
HCO3- 0,140 total ion negatif (anion)
Br- 0,065 = 21,861 o/oo
*H2BO3- 0,026
F- 0,001

Na+ 10,556
Mg2+ 1,272 total ion positif (kation)
Ca2+ 0,400 = 12,621 o/oo
K+ 0,380
Sr2+ 0,013
over all total salinitas 34,482 o/oo
* termasuk di dalamnya CO32-
Walaupun konsentrasi nitrogen, oksigen dan silika relatif tinggi, tetapi ketiganya tidak
termasuk ke dalam konstituen utama karena nitrogen dan oksigen merupakan gas-gas terlarut
dan silika adalah nutrien; secara khusus oksigen dan silika merupakan zat-zat yang bersifat
non-konservatif dan konsentrasinya sangat bervariasi.
Konstituen minor dan trace merupakan unsur-unsur di luar konstituen utama yang terdapat
di dalam air laut. Walaupun perbedaan antara kedua konstituen ini tidak mudah ditentukan,
konstituen trace adalah zat-zat yang terdapat dengan konsentrasi kira-kira 1 ppm (1 dalam
109 atau 10-3 ppm). Berdasarkan hal ini, unsur-unsur dibawah titanium pada tabel 1.1 di atas
adalah merupakan konstituen trace.
Distribusi lautan dari konstituen utama tunggal secara umum sangat erat berhubungan dengan
distribusi total salinitas, dikarenakan adanya kekonstanan komposisi air laut. Kebanyakan
dari konstituen utama bersifat konservatif kecuali Ca2+ dan C dalam berbagai bentuk,
bersama-sama dengan silika (SiO2). Sebaliknya, kebanyakan konstituen minor dan trace
bersifat non-konservatif yang dipengaruhi oleh proses biologi dan kimia dimana kedua
konstituen ini bisa bertambah atau berkurang.
3. 4. Nutrien
Karbon merupakan unsur kebutuhan mendasar untuk mendukung kehidupan dimanapun di
muka bumi ini. Oleh karena dominasi CO2 diantara gas-gas terlarut, karbon membentuk
unsur terlarut paling melimpah kedelapan di lautan. Oleh karena itu, ketersediaan karbon
terlarut secara umum tidak dipertimbangkan sebagai faktor pembatas di dalam produksi
biologi, sehingga karbon tidak diklasifikasikan sebagai nutrien. Pertimbangan yang lebih
penting adalah intensitas dari iluminasi, supply oksigen, dan ketersediaan nutrien, khususnya
nitrogen terfiksasi, seperti nitrat (NO3-, juga sebagai amonium, NH4+), fosfor sebagai fosfat
(PO4-) dan silikon sebagai (SiO2), kadang-kadang juga disebut silikat. Nutrien digunakan oleh
fitoplankton-sel-sel tanaman dengan ukuran mulai dari 1 hingga beberapa ratus mikron –
yang mengalir di permukaan air laut dan fotosintesis karbohidrat dari karbon dioksida dan air.
Mengapa fitoplankton tidak dapat bertumbuh dibawah kedalaman 100 – 200 m?
Cahaya merupakan hal yang esensil untuk fotosintesis dan diketahui bahwa fitoplankton
dapat bertumbuh hanya di zona fotik yang mana zona ini amat jarang terdapat di kedalaman
lebih dari 200 m dan umumnya jauh dari kedalaman ini. Oleh karena itu, di zona fotik nutrien
merupakan yang paling banyak digunakan. Fitoplankton membentuk dasar rantai makanan di
lautan dan nutrien bergerak sepanjang rantai ketika grazing dan predasi berlangsung.
Fitoplankton didaur ulang (kembali ke larutan) di dalam badan air dengan cara ekskresi dan
peruraian mikrobial zat-zat organik partikulat (detritus). Kembalinya nutrien ke dalam larutan
oleh peruraian zat-zat organik dikenal sebagai re-mineralisasi. Tenggelamnya partikel-
partikel bioorganik yang lebih besar (faeces dan corpses) dan pergerakan vertikal
zooplankton dan hewan-hewan lain pemakan fitoplankton dan detritus bergabung
menyebabkan pergerakan yang progresif ke bawah mengeluarkan nutrien dari zona fotik.
Akibatnya, profil konsentrasi untuk nitrat, fosfat, dan silika secara umum dapat dilihat pada
gambar 3. 1di bawah ini. Gambar 3. 1Profil konsentrasi tipikal di perairan subtropis dan tropis
untuk (a) fosfat, (b) nitrat, dan (c) silika. Catat bahwa konsentrasi dalam satuan mol L -1, (d)
fitoplankton hidup, terutama diatom dan dinoflagellata (panjang 1,75 mm), (e) zooplankton hidup,
termasuk copepoda (planktonik crustaceae) dan larva planktonik dari berbagai hewan (1, 75 mm)
Pada profil di atas terlihat slope yang merepresentasikan peningkatan konsentrasi nutrien
dengan kedalaman di bawah lapisan permukaan campuran yang umum dikenal sebagai
nutriklin.
Zona fotik secara berkesinambungan mengalami penurunan nutrien dan fotosintesis produksi
primer akan terhambat jika tidak terjadi percampuran vertikal atau adveksi vertikal air kaya
nutrien dari kedalaman yang lebih dalam (upwelling). Terminologi konstituen biolimiting
kadang-kadang diberikan kepada nutrien-nutrien ini yang ketersediaannya di permukaan air
membatasi produksi biologi. Termasuk ke dalam nutrien ini adalah fosfat dan silika (atau
silikat) dan profil karakteristiknya yang menunjukkan hampir deplesi total di dalam lapisan
permukaan campuran yang dikontrol secara prinsipil oleh proses-proses biologi.
Nitrat dan fosfat digunakan untuk membentuk jaringan lunak organisme dan ratio konsentrasi
molar nitrat dan fosfat di lautan mendekati 15 : 1 untuk jaringan organik, maka bila semua
fosfat terlarut di permukaan air telah digunakan, begitu juga dengan nitrat. Mengapa nitrat
dan fosfat harus terdapat di dalam air laut dalam ratio yang sama yang dibutuhkan oleh
organisme masih tetap menjadi satu misteri yang menarik tentang kimiawi air laut. Tidak ada
jawaban untuk pertanyaan apakah organisme berkembang menggunakan ratio molar N : P =
15 : 1 sebab sudah demikian. Atau apakah organisme lautan melahirkan ratio ini.
Nitrogen, nitrat dan amonia
Merupakan suatu hal yang esensil untuk memahami perbedaan yang krusial antara nitrogen
sebagai gas N2 dan nitrogen terfiksasi sebagai nitrat, NO3-, nutrien. Gas nitrogen terlarut (N2)
sangat sedikit digunakan dalam proses-proses biologi sebab hanya sedikit fitoplankton
(sianobakteria atau alga biru-hijau) yang mampu memfiksasi gas tersebut, misalnya
mengubah nitrogen menjadi senyawa-senyawa nitrogen organik yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan. Rata-rata air laut mengandung kira-kira 9 ml/l (seperseribu bagian volume) gas
nitrogen, N2 yang ekivalen dengan kira-kira 11 mg/l (ppm berat). Total rata-rata konsentrasi
nitrogen dalam air laut adalah 11,5 ppm, sehingga hanya dalam fraksi sangat kecil terdapat
dalam bentuk terlarut selain gas N2 terlarut dari atmosfir. Fraksi sangat kecil ini adalah nitrat,
NO3- yang dihasilkan dari dekomposisi zat-zat organik di daratan (dimana kebanyakan terjadi
fiksasi nitrogen oleh bakteri) dan menyuplai lautan melalui sungai. Air hujan juga menyuplai
sejumlah kecil nitrat yang dihasilkan terutama melalui kombinasi nitrogen atmosfir dan
oksigen ketika terjadi petir tetapi sebagian juga berasal dari polusi industri, oleh karena itu
dapat ditemukan hujan asam di daerah muara sungai sebagai sumber nitrat secara signifikan.
Amonia, NH3
Terbentuk selama dekomposisi bakterial zat-zat organik dan diekskresikan oleh zooplankton,
amonia terdapat sebagai ion amonium, NH4+ di dalam larutan air laut. Pada akhirnya ion
amonium teroksidasi menjadi nitrat, tetapi ion amonium dapat juga digunakan sebagai nutrien
oleh plankton (dan hanya ini yang menjadi sumber nitrogen untuk banyak mahluk hidup
bebas bakteria), misalnya nitrogen terfiksasi yang didaur ulang di zona fotik sehingga
nitrogen terfiksasi ini menjadi sumber utama nitrogen terfiksasi di permukaan air yang miskin
nutrien. Namun demikian, zat-zat organik secara berkesinambungan tenggelam meninggalkan
zona fotik dan konsentrasi amonium umumnya rendah. Produksi biologi hanya dapat
dipertahankan jika nitrat disupplai terus menerus ke permukaan air oleh sungai, atmosfir atau
upwelling dari bawah nutriklin.
Silika
Nutrien ketiga, silika (atau silikat) digunakan untuk membentuk skeleton tanaman planktonik
(diatom) dan hewan (radiolaria). Silika disekresikan oleh organisme-organisme dalam bentuk
amorpous dan terhidrat sehingga rumusnya secara umum ditulis sebagai SiO2.nH2O (kadang-
kadang disebut opaline silika atau opal), tetapi untuk ringkasnya digunakan SiO2 baik untuk
bentuk silika padatan maupun bentuk silika terlarut. Setelah organisme-organisme mati atau
dimakan, sampah skeletal tenggelam melalui badan air dan secara perlahan-lahan terlarut di
kedalaman air, menyebabkan profil konsentrasinya seperti pada gambar di 3. 2(c)
Latihan.
Mengapa permukaan air yang terstratifikasi dengan baik tampaknya lebih cepat mengalami
penurunan konsentrasi nutrien dibandingkan dengan lapisan atas badan air yang bercampur
baik?
Banyak tanaman dan hewan laut membentuk skeleton dari kalsium karbonat, CaCO3
sehingga karbon digunakan baik untuk bagian lunak maupun bagian keras organisme.
Penggunaan biologi akan karbon dan kalsium pada lingkungan laut merupakan komponen
utama di dalam siklus global dari kedua unsur ini. Keduanya melimpah di dalam larutan air
laut dan hanya sedikit yang digunakan oleh organisme jika dihubungkan dengan total
kelimpahannya. Spesies unsur-unsur terlarut seperti karbon dan kalsium kadang-kadang
disebut konstituen bio-intermediate sebab walaupun unsur-unsur tersebut menunjukkan
banyak penurunan pada permukaan air, unsur-unsur tersebut tidak pernah habis bahkan di
daerah yang produksi biologinya sangat tinggi.
Konstituen yang konsentrasinya di dalam larutan air laut tidak dipengaruhi oleh aktifitas
biologi kadang-kadang juga disebut konstituen bio-unlimited; dan hal ini juga merupakan
konstituen yang bersifat konservatif di dalam air laut, misalnya natrium dan klor.
Dalam konteks dengan konstituen terlarut terminologi konservatif dan non-konservatif
merefleksikan peningkatan konsentrasi suatu konstituen yang dipengaruhi oleh proses biologi
atau kimia dalam hubungannya dengan konsentrasinya secara overall di dalam air laut.
Sebagai contoh, natrium mengambil bagian dalam banyak proses biologi, tetapi
kelimpahannya di lautan sangat tinggi yang menunjukkan bahwa proses ini tidak memberi
efek yang berarti terhadap konsentrasinya dan karena itu natrium diklasifikasikan sebagai
konstituen konservatif.
3. 5. Gas-gas terlarut
Tiga per empat dari massa atmosfir terkonsentrasi di ketinggian paling rendah 10 km dan
bagian atmosfir ini menunjukkan tak ada variasi dalam perbandingan konstituen-konstituen
utamanya: nitrogen (78%), oksigen (21%), dan argon (1%). Konsentrasi gas-gas atmosfir
secara konvensional dinyatakan dalam volume. Karbon dioksida kira-kira hanya 0,035% dari
volume total gas-gas di atmosfir.
Satu gambaran yang penting dari grafik (a) di bawah ini adalah bahwa skala vertikal
dinyatakan dalam tekanan parsial yang identik dengan persen komposisi (volume); sebagai
contoh, jika kita mengambil semua gas kecuali oksigen, maka 21% oksigen memberi tekanan
0,21 atm. Kesetimbangan konsentrasi dari keempat gas yang paling melimpah di dalam air
laut pada 24oC dapat dilihat pada grafik (b)
Latihan
Berapa perbandingan nitrogen:oksigen: (i) di atmosfir dan (ii) di air laut? Mana yang lebih
larut atau kurang larut, nitrogen dibanding oksigen?
Catatan, bahwa walaupun konsentrasi gas-gas diberikan dalam mg.l-1 (ppm berat) dalam tabel
1, secara numerik tidak sangat berbeda dari konsentrasi volumetrik (ml.l-1) untuk oksigen,
nitrogen dan argon pada grafik. Hal itu karena densitas gas-gas tersebut secara berturut-turut
adalah: 1,43, 1,23, dan 0,77 kg.m-3 (untuk aproksimasi pertama 1 m3 = 1 kg, 1 L = 1 gram,
dan 1 ml = 1 mg).
Grafik (b) menunjukkan bahwa kelarutan CO2 di dalam air laut beberapa kali lebih besar
dibanding kelarutan nitrogen dan oksigen. Hal itu karena CO2 terlarut bereaksi dengan air
menghasilkan asam karbonat dan produk-produk disosiasinya yaitu bikarbonat dan karbonat.
CO2(g) + H2O ↔ H2CO3(aq) ↔ H+(aq) + HCO3-(aq)
..............................................3. 2
+ 2-
H (aq) + CO 3 (aq)

Dari reaksi di atas, diketahui bahwa CO2 sebagai gas terlarut hanya terdapat dalam jumlah
kecil di dalam air laut: 0,23 ml.l-1 pada 24oC dan tekanan 1 atm. Harga ini secara kasar 1/200
bagian dari total yang ditunjukkan pada gambar 1. 2. dalam grafik (b); sisanya kebanyakan
terdapat dalam bentuk ion bikarbonat (HCO3-) dan sebagian dalam bentuk ion karbonat
(CO32-).
Gambar 3. 2 (a) Tekanan parsial (= perbandingan volume) dari empat gas yang paling melimpah di
atmosfir, yang totalnya lebih dari 99,9% dari atmosfir, sisanya adalah berupa gas-gas minor, (b)
kesetimbangan konsentrasi (volume) dari keempat gas terlarut dalam air laut pada 24 oC sebagai
kontrol untuk kelarutan gas-gas tersebut pada masing-masing tekanan parsial atmosfirnya.
Informasi yang diperoleh dari grafik merupakan satu starting point yang sangat berguna
untuk mendiskusikan gas-gas terlarut. Kelarutan gas-gas secara umum menurun dengan
naiknya temperatur dan salinitas dan meningkat dengan naiknya tekanan. Grafik (b) di
dasarkan pada asumsi bahwa terdapat kesetimbangan antara atmosfir dan lautan melewati
interface udara – laut. Pada kesetimbangan, kecepatan gas-gas mengalami difusi sama untuk
kedua arah (tak ada net flux gas masuk maupun keluar air laut) sebab jumlah molekul gas
yang masuk ke larutan air laut sama dengan jumlah molekul yang lepas kembali ke atmosfir.
Hal ini kemungkinan valid untuk aproksimasi pertama untuk gas dengan kelimpahan keempat
tetapi tidak banyak yang terdapat dalam konsentrasi yang lebih rendah.
Distribusi gas-gas pada level yang lebih dalam di lautan terjadi terutama karena arus dan
turbulensi dibanding karena difusi molekuler. Tetapi, re-distribusi ke bawah berjalan lambat
dan laut butuh waktu ratusan tahun untuk meng-ekuilibrasi dengan atmosfir; dengan kata
lain, butuh waktu lama untuk merasakan pengaruh dari perubahan di dalam proses-proses
yang mengkontrol pertukaran gas pada interface udara – laut untuk “ditransmisikan” melalui
lautan. Aktifitas biologi memainkan peranan yang penting dalam re-distribusi oksigen dan
karbon dioksida di bawah permukaan dan menentukan bentuk profil konsentrasi keduanya.
►Oksigen
Permukaan air lautan secara konsisten terdapat dalam keadaan lewat jenuh dengan oksigen,
sebagian disebabkan oleh pelepasan oksigen selama fotosintesis tetapi yang paling utama
disebabkan oleh hasil gelembung-gelembung udara yang terbentuk pada pinggang gelombang
ketika dipaksa turun ke dalam badan air dimana bagian gas yang terkandung didorong ke
dalam larutan oleh naiknya tekanan hidrostatik.
Gambar 3. 3 kurva kejenuhan untuk oksigen (garis hitam) dan konsentrasi terukur (titik-titik biru) di
air permukaan lautan yang ditentukan oleh Program GEOSECS

Dekat dasar zona fotik, terdapat kesetimbangan antara jumlah karbon yang difiksasi
fitoplankton oleh fotosintesis dan jumlah yang “dibakar” atau dihamburkan (oksidasi) pada
respirasi. Kedalaman pada mana kesetimbangan ini terjadi disebut kedalaman kompensasi
dan dapat juga didefinisikan sebagai kedalaman dimana jumlah oksigen yang dihasilkan oleh
fitoplankton selama fotosintesis pada periode waktu 24 jam sama dengan jumlah oksigen
yang dikonsumsi pada respirasi. Secara singkat, untuk suatu populasi fitoplankton pada
kedalaman kompensasi, reaksi di bawah ini telah mencapai kesetimbangan. Untuk setiap mol
karbon yang difiksasi (atau mol oksigen yang dilepaskan) pada fotosintesis, sejumlah mol
karbon yang setara dioksidasi pada respirasi

energi cahaya (fotosintesis) .


CO2(g) + H2O (CH2O)n + O2(g) ............................................................3. 3
energi metabolit (respirasi) zat organik

Fotosintesis tidak berhenti pada kedalaman kompensasi, tetapi di bawah kedalaman ini
intensitas cahaya tidak cukup untuk terjadinya pertumbuhan fitoplankton; misalnya dibawah
kedalaman kompensasi ini lebih banyak karbon yang dihamburkan pada respirasi tanaman
dibanding yang dapat difiksasi oleh fotosintesis. Algae dapat bertahan pada kedalaman ini –
tanaman sel yang dapat hidup telah direcovery dari kedalaman beberapa ribu meter tetapi
sebenarnya tanaman ini tidak dapat tumbuh kalau sudah tenggelam di bawah kedalaman
kompensasi. Untuk kepentingan praktis, kedalaman kompensasi dapat dianggap
merepresentasikan batas bawah zona fotik.
Pada kedalaman lebih dari kedalaman kompensasi ini, oksigen terus menerus dikonsumsi
pada respirasi baik oleh tanaman maupun oleh hewan dan pada dekomposisi bakterial
(oksidasi) bangkai organik. Tetapi hal itu tidak bisa digantikan, sebagian karena adanya
percampuran ke bawah dan karena difusi oksigen terlarut dari permukaan berjalan lambat;
sebagian lagi disebabkan fotosintesis menurun hingga mencapai level yang dapat diabaikan
di bawah zona fotik. Suatu lapisan minimum oksigen terjadi dimana abstraksi oksigen terlarut
relatif lebih tinggi terhadap kecepatan pertambahan yang umumnya terjadi di kedalaman
antara 500 dan 1000 meter. Di beberapa area, seperti di bagian utara Lautan Hindia dan di
bagian timur Lautan tropis Pasifik (seperti pada gambar di bawah) air pada kedalaman ini
sangat miskin oksigen dan pada kasus-kasus ekstrim menjadi sangat anoksik.
Pada kedalaman lebih di lautan terbuka, level oksigen kembali naik sebab adanya input air
teroksidasi yang dingin dalam jumlah besar tenggelam di daerah kutub. Distribusi vertikal
oksigen bervariasi secara berimbang dari satu tempat ke tempat lainnya (gambar di bawah)
tetapi secara umum hal tersebut hampir mirip seperti bayangan cermin dari fosfat dan nitrat.
Puncak lapisan minimum oksigen (gambar 3. 4 di bawah) berada tepat di dasar lapisan
permukaan campuran dimana bangkai organik tenggelam cenderung terakumulasi.
Gambar 3. 4 Distribusi vertikal oksigen terlarut (konsentrasi dalam ml L -1 dan mol m-3, misalnya 103
mol L-1) I: California Selatan, II:bagian timur Atlantic Selatan, III:Teluk Arab. Air pada lapisan
minimum oksigen dari profi I bersifat sub-oksik bahkan hampir anoksik

Di lapisan yang sangat minimum oksigen bertepatan dengan dasar laut, sedimen anoksik
dapat terdeposit. Hal ini terjadi di sepanjang margin benua dimana terdapat produktifitas
biologi yang tinggi. Selanjutnya, di daerah dimana palung terisolasi dari sirkulasi laut dalam
teroksidasi oleh penghalang dangkal seperti di Laut Hitam, sedimen anoksik terbentuk pada
semua kedalaman di bawah level dimana oksigen dikeluarkan. Terminologi oksikumumnya
diberikan kepada air yang teroksigenasi dengan baik yang mengkarakterisasi kebanyakan
lautan dunia. Air di lapisan minimumoksigen sering digambarkan sebagai sub-oksik dan
seperti yang telah dinyatakan di atas, kondisi anoksik terjadi dimana tidak terdapat oksigen.
Latihan
Mengapa air yang tenggelam di daerah kutub lebih teroksigenasi dibanding di tempat lain?
Karbon dioksida
Sama halnya dengan oksigen, semakin rendah temperatur semakin banyak CO2 masuk ke
dalam larutan. Namun demikian, di bawah termoklin dimana temperatur selalu konstan,
kelarutan karbon dioksida menjadi fungsi tekanan. Maksudnya, naiknya tekanan memaksa
lebih banyak CO2 masuk ke dalam larutan membentuk asam karbonat dan produk-produk
disosiasinya. Ini adalah contoh dari prinsip Le Chatelier yang juga dapat kita amati pada
minuman ringan yang berbunyi “buzzzz” ketika dibuka. Hal ini terjadi karena tekanan yang
dilepaskan maka reaksi 3. 2 di atas akan bergeser ke kiri dan melepaskan CO2. Namun
demikian, pada tekanan yang sangat tinggi di laut dalam, perbandingan CO2 sebagai gas
terlarut kurang dari 2% dari total jumlah CO2 di dalam larutan. Sisanya direpresentasikan
oleh ion-ion bikarbonat (HCO3-) dan karbonat (CO32-).
pH air laut
Air laut berada dalam kesetimbangan dengan CO2 atmosfir bersifat agak alkalis dengan pH
8,1 – 8,3 pH dapat naik sedikit karena adanya abstraksi CO2 dari permukaan air selama
fotosintesis (reaksi 3. 3) tetapi harga normalnya tidak melebihi 8,4 kecuali di daerah kutub
tidal, laguna, dan estuaria. Kita telah melihat bahwa di bawah zona fotik, CO2 yang diabsorbsi
selama fotosintesis adalah merupakan CO2 yang dilepaskan pada respirasi. Begitu konsentrasi
CO2 meningkat, maka pH menurun hingga bisa mencapai 7,7 – 7,8; bisa juga mencapai harga
7,5 atau kurang dalam air yang salinitasnya berkurang atau pada keadaan anaerobik (anoksik)
dimana bakteria menggunakan reduksi sulfat sebagai sumber oksigen untuk dekomposisi zat-
zat organik melepaskan H2S ke dalam larutan. Tetapi, bila sulfat telah habis digunakan,
dekomposisi zat-zat organik dibawah kondisi anaerobik melibatkan reduksi CO2 dan
menyebabkan pembentukan hidrokarbon, seperti metana, CH4. Dibawah kondisi-kondisi ini,
pH dapat naik hingga 12.
3. 6. Beberapa gas minor
Semua gas yang ada dalam tabel 3. 2 di bawah ini dihasilkan oleh organisme di permukaan
air. Permukaan air bersifat (supersaturated) lewat jenuh dengan gas-gas tersebut, sehingga
harus dilepaskan ke atmosfir. Dengan kata lain, net flux dari gas-gas ini adalah dari laut ke
atmosfir. Hanya satu perkecualian yaitu gas belerang dioksida, SO2 yang mana net flux nya
dari udara ke laut. Sumber-sumber gas ini antara lain vulkanik dan industri (pembakaran
bahan bakar minyak dan peleburan logam), dan oksidasi senyawa-senyawa sulfur organik
alam (termasuk dimetil sulfida). Di atmosfir, SO2 teroksidasi menjadi SO3 yang dengan cepat
bergabung dengan air membentuk aerosol asam sulfat yang berkontribusi terhadap masalah
hujan asam. Bersama-sama dengan debu dan aerosol dari gas-gas vulkanik dan garam laut,
aerosol sulfat dari oksidasi senyawa-senyawa sulfur yang menghasilkan inti untuk kondensasi
uap air atmosfir menjadi awan-awan dan hujan. Maka, banyak dari gas yang mengalami flux
dari udara ke laut dapat berupa ion-ion sulfat (SO42-) dan gas SO2.
Tabel 3. 2. Flux laut – udara dari beberapa gas di dunia
Gas Total flux lautan (gr/tahun) Arah net flux

Belerang dioksida, SO2 1,5 x 1014 udara → laut


Nitrogen oksida, N2O 1,2 x 1014 laut → udara
Karbon monksida, CO 4,3 x 1013 laut → udara
Metana, CH4 3,2 x 1012 laut → udara
Metil iodida, CH3I 2,7 X 1011 laut → udara
Dimetil sulfida, (CH3)2S 4,0 x 1013 laut → udara

Permukaan air laut umumnya terdapat dalam keadaan (oversaturated) lewat jenuh dengan
N2O disebabkan oleh aktifitas bakterial dan flux dari laut ke udara menjadi penting dalam
budget nitrogen lautan. Kecepatan nitrogen terfiksasi memasuki lautan dari aliran sungai dan
hujan kira-kira 8 x 1013 gr N/tahun (sebagai nitrat terlarut, NO3-). Kira-kira 10% dari 9 x 1012
gr N/thn dikembalikan ke sedimen lautan sebagai senyawa-senyawa nirogen organik dalam
bentuk detritus organik tak teruraikan.
Latihan
Apa yang dimaksud dengan flux laut → udara untuk N2O pada tabel 2 di atas dalam
terminologi gr N/thn? Gunakan massa atom relatif untuk N = 14, O = 16. Apakah hal ini
membangun keseimbangan input nitrogen ke lautan yang tidak dikembalikan ke sedimen?
Karbon monoksida (CO) dan metana (CH4) menunjukan kontradiksi yang menarik.
Konsentrasi kedua gas ini di permukaan air sama besarnya, tetapi konsentrasi CO di atmosfir
jauh lebih kecil dibanding konsentrasi metana. Oleh karena itu, gradien konsentrasi CO pada
interface jauh lebih besar dibanding konsentrasi CH4 yang menyebabkan perbedaan orde
magnitude flux keduanya. Flux laut → udara dari kedua gas ini bukanlah merupakan
komponen yang penting dari budget karbon global. Kedua gas ini dihasilkan oleh peruraian
mikrobial zat-zat organik (banyak juga CO dihasilkan oleh respirasi algae) dan kedua gas
teroksidasi menjadi CO2 di atmosfir. Metana merupakan hal yang menarik karena kondisi
reduksi anaerobik (anoksik) dibutuhkan pada pembentukannya. Keadaan supersaturated
metana dalam kondisi teroksigenasi baik (oksik) di permukaan air tampaknya memberikan
suatu paradoksial, karena tidak ditemukan adanya metana yang dihasilkan bakteria pada
lingkungan mikro anoksik di dalam pellet faecal dan partikulat detritus organik lainnya yang
tenggelam dari permukaan air.
Metil iodida, (CH3I) dan dimetil sulfida, DMS (CH3)2S juga tidak stabil di lingkungan
teroksigenasi. Kedua gas ini dihasilkan oleh beberapa spesies fitoplankton di dekat
permukaan laut dan butuh waktu cukup lama untuk bisa masuk ke atmosfir dimana kemudian
akan mengalami peruraian; DMS akan teroksidasi menjadi sulfat.
3. 7. Gas-gas terlarut sebagai tracer
Apapun posisi yang diberikan oleh subsurface badan air, kadang-kadang hal itu harus pada
permukaan dimana difusi sepanjang interface udara → laut akan menentukan kandungan gas
terlarutnya. Sekali air turun dari permukaan dan menjadi terisolasi dari atmosfir, maka
konsentrasi gas-gas terlarut akan berubah sebagian karena hasil dari percampuran dan
sebagian lagi karena reaksi-reaksi biologi atau reaksi-reaksi lainnya.
Oksigen digunakan sebagai tracer karena kelimpahannya, peranannya yang penting secara
biologi dan karena kemudahannya diukur. Semakin lama suatu massa air terisolasi dari
atmosfir, maka semakin rendah kandungan oksigennya. Dengan cara men-track kembali
bersama gradien konsentrasi oksigen, daerah sumber massa air dapat dilokalisasi dan
menyebabkan terjadinya perubahan pada badan massa air oleh karena itu isolasinya dari
permukaan dapat disimpulkan.
Gambar 3. 5 (a) di bawah ini menunjukkan konsentrasi tinggi dari oksigen terlarut di
permukaan air pada garis lintang tinggi di Lautan Atlantik. Penurunan konsentrasi secara
perlahan-lahan ini terjadi seiring dengan kedalaman dan jarak ke Equator, konsisten dengan
tenggelamnya massa air di daerah kutub. Sementara (b) menunjukkan konsentrasi oksigen
terlarut yang relatif tinggi pada permukaan air di daerah Pasifik Selatan. Penurunan
konsentrasi seiring dengan kedalaman di bagian utara konsisten dengan tenggelamnya air
Atlantik.
Gambar 3. 5 Bagian-bagian yang menunjukkan oksigen terlarut (ml L-1) dalam (a) Laut Atlantik barat
dan (b) Lautan Pasific (sepanjang kira-kira 170o)

Latihan
Mengapa oksigen terlarut dimasukkan sebagai konstituen non-konservatif dan mengapa
konsentrasinya menurun secara progresif dengan waktu setelah oksigen terlarut
meninggalkan permukaan?
3. 8. Sumber-sumber atau Mengapa Air Laut Asin
Pada bagian ini kita akan melihat cara-cara supply dan penggunaan konstituen-konstituen
terlarut yang berkontribusi kepada oeverall kesetimbangan komposisi air laut dan kemudian
melihat pada beberapa reaksi kimia yang mana konstituen yang berbeda berpartisipasi.
Jika sungai adalah merupakan sumber garam-garam terlarut di dalam air laut, mengapa
komposisiair laut tidak sesederhana komposisi air sungai?
Jawaban pertanyaan ini terdapat pada sifat-sifat kimia dari konstituen-konstituen terlarut
seperti sirkulasinya melalui siklus hidrologikal.
3. 8. 1. Perbandingan Airlaut dan Air Alam Lainnya
Gambar 8 di bawah ini menunjukkan konsentrasi rata-rata dari konstituen-konstituen utama
terlarut di dalam air hujan, air sungai dan air laut. Rata-rata air hujan dan air sungai
menunjukkan sedikit variasi tetapi pola dasarnya sama di seluruh dunia.
Latihan
(a) Berapa kali lebih encer air hujan dan air sungai dibandingkan dengan air laut?
(b) Apakah komposisi air hujan dan air sungai mendekati komposisi air laut?
Maka, mengubah air hujan menjadi air sungai jelas membutuhkan penambahan sejumlah
konstituen dasar tertentu dan konstituen-konstituen dasar ini terutama disediakan oleh proses
weathering kimia pada bebatuan. Air hujan mengandung gas-gas terlarut khususnya CO2 dan
SO2, dimana keduanya membentuk larutan asam sehingga air hujan bersifat sebagai asam
lemah dengan (pH 5,7). Ketika air hujan jatuh ke tanah, maka keasamannya dinetralkan oleh
reaksinya dengan mineral-mineral di dalam tanah dan batuan.
CaCO3(S) + CO2(g) + H2O → Ca2+(aq) + 2HCO3-(aq) .........................3. 4
kalsit, mineral umum dalam sedimen dan batuan dari air hujan dalam larutan

2NaAlSi3O8(s) + 2CO2(g) + 3H2O → Al2Si2O5(OH)4(s) + 2Na+(aq) + 2HCO3-(aq) + 4SiO2(s) .3. 5


A + B → C + D + E
A = albite, mineral yang umum yang terdapat dalam batuan berapi dan batuan metamorfik
B = dari air hujan
C = kaolinite, suatu mineral clay
D = dalam larutan
E = silika, sebagian di dalam larutan
Dua contoh representatif (3. 4 & 3. 5) di atas adalah situasi nyata tetapi secara luas dicatat
untuk proses-proses yang mana air hujan ditransformasikan menjadi air sungai. Pengecualian
ada pada peningkatan yang besar dalam konsentrasi Ca2+ dan HCO3- antara air hujan dan air
sungai muncul dari fakta bahwa kedua ion ini dapat dihasilkan dari weathering kedua jenis
batuan karbonat (reaksi 3. 4) dan dari kalsium bersilikat (reaksi 3. 5).
3. 8. 2. Air laut dan Air hujan
Air laut mengandung garam-garam terlarut kira-kira 300 kali lebih banyak dari rata-rata
kandungan garam-garam terlarut air sungai dan gambar di bawah ini menunjukkan campuran
unsur-unsur terlarut di dalam air sungai yang sangat berbeda dari kandungan unsur-unsur
terlarut di dalam air laut. Di lingkungan laut, jumlah mendasar dari HCO3-, Ca2+ dan SiO2
secara khusus harus dikeluarkan dari larutan. Telah diketahui bahwa beberapa konstituen
terlarut di dalam air sungai berasal dari proses chemical weathering permukaan batuan.
Sisanya berasal dari daur ulang dari lautan via aerosol dan air hujan. Sekarang mari kita
mencoba mengkuantifikasi kontribusi relatif dari kedua sumber ini.
Gambar 3. 6 Komposisi kimia rata-rata air laut, sungai dan air hujan untuk delapan konstituen terlarut,
beberapa terdapat dalam konsentrasi sangat rendah untuk menunjukkan TDS. Catat bahwa total
konsentrasi meningkat dari air hujan ke air sungai ke air laut, juga perubahan skala (panah) x 15 dari
(a) ke (b) dan x 400 dari (b) ke (c)
Kandungan rata-rata klorida pada batuan daratan kira-kira 0,01% dan hanya sebagian kecil
klorida di air sungai berasal dari weathering. Secara virtual hal itu mengikuti bahwa klorida
yang terkandung di dalam air sungai berasal dari siklus garam-garam laut via aerosol lautan.
Hal ini memungkinkan kita mengkoreksi komposisi air sungai untuk siklus garam-garam.
Mengapa kita harus melakukan ini?
Kita dapat melakukan ini dengan mengaplikasikan kekonstanan komposisi air laut untuk
konstituen-konstituen utama. Asumsi dasarnya adalah bahwa semua klorida di dalam air
sungai didaur ulang dari lautan oleh hujan (dan salju) dan bahwa konstituen-konstituean lain
didaur ulang dalam proporsi yang sama seperti keberadaannya di air laut. Asumsi ini telah
diaplikasikan pada gambar di bawah ini untuk mengkoreksi konsentrasi terukur di dalam air
sungai dengan cara mengurangi kontribusi dari siklus garam-garam. Apa yang tertinggal
adalah kontribusi dari weathering. Catatan, kehilangan komplit dari Cl- pada gambar 3. 7 di
bawah ini adalah sebagai hasil koreksi.
Gambar 3. 7 Komposisi kimia rata-rata air sungai setelah “koreksi” untuk garam-garam siklik
3. 8. 3. Asal Klorida
Cukup mudah melihat bagaimana ion-ion utama seperti Na+, K+, Mg2+, dan Ca2+ dapat
diturunkan dari weathering batuan sebab kelimpahan ion-ion ini sangat tinggi di perut bumi
seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini
Tabel 3. 4. Persentase berat rata-rata (aproksimasi) dari 10 unsur terbanyak (selain oksigen)
di perut bumi
Unsur % berat
Si 28,2
Al 8,2
Fe 5,6
Ca 4,2
Na 2,4
K 2,4
Mg 2,0
Ti 0,6
Mn 0,1
P 0,1

Sebaliknya, hanya proporsi sangat kecil dari Cl- di air sungai berasal dari weathering, karena
itulah kita justifikasi dalam asumsi bahwa semua klorida di air sungai berasal dari siklus
garam-garam. Pertanyaannya adalah dari mana sebenarnya klorida berasal?
Jawabannya adalah dari vulkanisme. HCl merupakan konstituen penting di dalam gas-gas
vulkanik. Dalam sejarah bumi baru-baru ini, vulkanisme lebih luas dari waktu sekarang ini
sebab bumi secara keseluruhan lebih panas. Sejumlah besar dari gas yang paling larut
diemisikan dan dengan cepat terlarut di lautan. Klorida diklasifikasikan sebagai suatu excess
volatile sebab konsentrasinya di dalam air laut tidak dapat dicatat sebagai weathering batuan.
3. 8. 4. Kesetimbangan Sodium
Adakah konstituen-konstituen lain di dalam air laut yang sumbernya bukan weathering?
Untuk mengetahui sumber lain dari suatu unsur di dalam air laut adalah dengan membuat
kalkulasi kesetimbangan massa. Jumlah total unsur yang bertambah ke lautan sebagai hasil
dari weathering batuan adalah sebanding dengan jumlah pertambahan unsur lain tersebut di
dalam air laut. Jika di air laut terdapat unsur dalam jumlah total lebih besar dibanding jumlah
hasil weathering, artinya ada sumber lain dari unsur tersebut. Jika jumlahnya sama atau lebih
kecil tidak perlu mencari apakah ada sumber weathering batuan lainnya.
Salah satu pendekatan yang paling sederhana untuk mengetahui terjadi pertambahan unsur
lain tersebut adalah dengan apa yangdisebut dengan “kesetimbangan natrium”. Dengan
asumsi bahwa tidak ada sumber lain untuk natrium di dalam air laut selain sungai dan dengan
menghitung jumlah bebatuan di daratan yang mengalami weathering yang menghasilkan
natrium. Perhitungan ini melibatkan sejumlah penyederhanaan asumsi dan hal ini tidak
menjadi masalah sebab yang diinginkan adalah semata-mata mengidentifikasi unsur-unsur
tersebut di dalam air laut.
Langkah pertama adalah mengestimasi berapa banyaknya batuan yang harus di-weathering
untuk menghasilkan natrium dalam 1 liter air laut. Tabel 1. 1. dan 1. 2. memberikan satu
aproksimasi rata-rata 11 gram natrium per liter air laut yang cukup akurat untuk simpulan
sederhana yang pertama. Konsentrasi rata-rata natrium di dalam batuan adalah 2,4% (tabel 1.
4) dan dapat diasumsikan bahwa harga itu dapat merepresentasikan batuan di daratan. Maka,
terdapat 2,4 gram natrium dalam 100 gram rata-rata batuan daratan.
Estimasi secara aproksimasi ada ¾ dari natrium yang terdapat di dalam batuan mengalami
pelarutan selama weathering yang pada akhirnya berkontribusi ke dalam larutan air laut.
Sisanya tetap bergabung secara kimia di dalam mineral detrital sedimen (pasir dan lempung).
Latihan
75 % dari 2,4 = 1,8. Maka dari tiap 100 gram batuan yang mengalami weathering, kira-kira
1,8 gram natrium mengalir ke larutan. Berapa gram batuan harus di-weathering untuk
menghasilkan 11 gram natrium dalam 1 liter air laut?
Langkah selanjutnya adalah melihat apakah jumlah rata-rata batuan yang menghasilkan
natrium dalam 1 liter air laut dapat juga menghasilkan konstituen-konstituen terlarut lainnya
dalam volume yang sama. Hal ini sudah terlihat untuk beberapa unsur seperti yang ada dalam
tabel 3. 5. di bawah ini. Kolom terakhir dari tabel tersebut menunjukkan bahwa “persentase
dalam larutan” untuk natrium adalah mendekati 75 yang merupakan dasar dari perhitungan
untuk latihan 9 di atas.
Sekarang hitung“persentase dalam larutan” untuk empat unsur di bawah natrium dalam tabel
3. 5 di bawah. Apakah unsur-unsur tersebut menyiratkan bahwa weathering daratan adalah
merupakan sumber yang tepat untuk menyuplai unsur-unsur tersebut di dalam air laut?
Tabel 3. 5. Perbandingan unsur-unsur di dalam air laut dan di dalam batuan daratan
Unsur Dalam batuan daratan Dalam air laut (gr/L % Dalam larutan*
% gram dalam 600 gram
batuan
Na 2,4 14,4 10,76 74,7
K 2,1 12,6 0,387 3,1
Ca 4,1 24,6 0,413 1,7
Mg 2,3 13,8 1,294 9,4
Sr 0,038 0,23 0,008 3,5

Se 5 x 10-6 3 x 10-5 ~10-7 0,3


As 2 x 10-4 1,2 x 10-3 ~10-6 0,08
Pb 1,25 x 10-3 7,5 x 10-3 ~10-9 0,00001
Zn 7 x 10-3 4,2 x 10-2 ~10-7 0,0002
Cu 5,5 x 10-3 3,3 x 10-2 ~10-7 0,0003
Co 2,5 x 10-3 1,5 x 10-2 ~10-9 0,000007

Cl 0,013 0,078 19,353 24.800


S 0,026 0,156 0,885 567
Br 0,00025 0,0015 0,067 4.470
B 0,0003 0,0018 0,0046 256
gram per liter air laut
*Persentase dalam larutan =
gram per 600 gram batuan
Sesuai dengan tabel 3. 5. di atas, kurang dari 10 % dari unsur apapun dalam rata-rata batuan
dibutuhkan ke dalam larutan pada weathering dalam rangka untuk memberikan
konsentrasinya di dalam air laut.
Unsur-unsur dalam kelompok pertama pada tabel 3. 5 di atas merupakan konstituen utama di
dalam air laut. Unsur-unsur dalam kelompok kedua merupakan konstituen minor dan trace
dan harga-harga “persentase dalam larutan” nya sangat kecil (< kelompok I).
Sesungguhnya, pada pandangan pertama ada hal yang mengejutkan bahwa untuk dua
kelompok pertama dalam tabel tersebut gambaran yang di kolom terakhir kebanyakan
harganya sangat kecil. Harga-harga tersebut tampak mengimplikasikan bahwa untu banyak
unsur hanya sebagian kecil yang terlarut pada weathering.
Penjelasan yang lebih disukai adalah bahwa konstituen yang terlarut dengan cepat
dikeluarkan/dihilangkan dari air laut. Semakin rendah “persentase dalam larutan” maka
semakin efisien proses-proses pengeluaran/penghilangan secara anorganik atau biologi dan
semakin singkat waktu tinggal dari suatu konstituen khusus di lautan. Hanya ini cara untuk
memperbaiki informasi untuk air sungai dan air laut. Agak jelas bahwa air laut tidak
disederhanakan sebagai suatu bentuk yang lebih tinggi konsentrasinya dari air sungai. Jika
demikian, maka HCO3- adalah merupakan anion utama bukannya Cl-, dan Ca2+ merupakan
kation utama bukannya Na+. Hal itu mengikuti bahwa waktu tinggal dari kalsium dan karbon
di lautan jauh lebih singkat dibanding natrium dan klorida.
Kelompok terakhir pada tabel 3. 5 adalah merupakan semua anion pembentuk unsur-unsur
dalam air laut. Dipimpin oleh klorida, unsur-unsur di bawahnya secara jelas
merepresentasikan excess volatile, yaitu konstituen yang konsentrasinya di dalam air laut
tidak dapat dianggap karena weathering batuan semata. Belerang dioksida (SO2) , hidrogen
bromida (HBr) dan senyawa-senyawa volatil boron (B) dikenal sebagai komponen gas-gas
vulkanik bersama-sama dengan CO2, nitrogen, argon, hidrogen, dan HCl dan H2O.
Perhitungan kesetimbangan massa yang lebih canggih melibatkan faktor-faktor seperti
komposisi gas-gas vulkanik dan kecepatan deposisi sedimen laut. Perhitungan ini
menyarankan sumber-sumber tambahan kepada weathering untuk beberapa konstituen minor
dan trace air laut, seperti selenium (Se), arsen (As), dan timah hitam (Pb), walaupun unsur-
unsur ini memiliki harga “persentase dalam larutan” sangat rendah. Kasus lain yang menarik
adalah bahwa mangaan (Mn) yang banyak terdapat di sedimen laut dalam memiliki
konsentrasi mangaan lebih besar dibanding kandungannya di batuan dan lebih banyak
mangaan didepositkan dibanding disuplai oleh weathering.
Dapatkah anda sarankan sumber lain mangaan (dan unsur-unsur lain) di lautan?
Seperti yang telah dinyatakan sebelumnya bahwa aktifitas hidrotermal pada pinggang ombak
lautan dan pada bagian-bagian lain vulkanik lautan diketahui menyuplai beberapa unsur ke
air laut termasuk mangaan.
3. 8. 5. Flux Kimia dan Waktu Tinggal
Asumsi bahwa lautan secara kimia berada pada keadaan steady-state untuk waktu yang lama.
Hal ini berarti bahwa kecepatan penambahan konstituen-konstituen terlarut ke dalam air laut
diseimbangkan oleh kecepatan konstituen-konstituen tersebut “hilang”, sehingga konsentrasi
tidak berubah secara signifikan dengan waktu. Ada bukti bahwa keadaan steady-state telah
mampu mengkarakterisasi lautan sejak awal sejarah bumi dan bahwa komposisi air laut tidak
bervariasi secara signifikan untuk lebih dari beberapa ratusan juta tahun.
Jika lautan berada pada keadaan steady-state, maka kecepatan suplai “penghilangan”
konstituen terlarut haruslah sama. Waktu tinggal dari suatu konstituen terlarut diberikan
sebagai: Massa total terlarut di lautan/kecepatan suplai (“hilang”); dan suplai atau hilang
biasanya dalam kecepatan tahunan, waktu tinggal biasanya diberikan dalam tahun.
Satu titik awal tradisional untuk perhitungan waktu tinggal dilakukan untuk sungai sebagai
satu-satunya sumber suplai konstituen terlarut. Asumsi dasar ini masih cukup valid untuk
kebanyakan konstituen terlarut untuk memberikan estimasi yang cukup beralasan untuk
waktu tinggal walaupun sekarang diketahui bahwa larutan hidrotermal memberikan jumlah
yang signifikan dari beberapa unsur.
Oleh karena itu waktu tinggal dari satu unsur di dalam air laut dapat diestimasi dengan cara
membagi massanya di dalam lautan dengan input tahunannya dari sungai. Flux tahunan dari
tiap unsur ke dalam lautan via sungai dapat dengan cepat dikalkulasi dari total inflow air
sungai tahunan ke lautan, dikalikan dengan konsentrasi rata-rata dari unsur tersebut di air
sungai. Total massa dari tiap unsur di lautan juga dengan mudah dihitung dari data untuk
konsentrasi rata-rata di dalam air laut dan total massa air di lautan. Waktu tinggal di lautan
untuk beberapa unsur diberikan dalam tabel 3. 6 di bawah ini
Tabel 3. 6 Flux sungai dan waktu tinggal beberapa konstituen terlarut di dalam air laut
Konstituen Flux sungai* Massa di lautan# Waktu tinggal (x 106 tahun
(x 108 ton/tahun (x 1014 ton)
Tak terkoreksi* terkoreksi
Na+ 2,05 144 70,2 210
K+ 0,75 5 6,7 10
2+
Ca 4,88 6 1,23 1,4
Mg2+ 1,33 19 14,3 22
Cl- 2,54 261 103 (∞)
-
HCO3 18,95 1,9 0,1 0,1
SO42- 3,64 37 10,2 11
SiO2 4,26 0,08 0,02
Fe 0,01 0,000001 0,0001
Zn 0,0007 0,000006 0,009
Mn 0,00004 0,0000004 0,001
*harga-harga ini tidak terkoreksi untuk garam-garam siklik
#jumlah berbeda dari tabel 1. 1
Waktu tinggal dalam tabel di atas hanyalah aproksimasi. Waktu tinggal rata-rata yang
digunakan tidak menunjukkan variasi yang luas dan terlihat bahwa asumsi dasar tidak valid
secara keseluruhan; sungai bukanlah satu-satunya sumber konstituen terlarut di dalam air
laut. Waktu tinggal yang sebenarnya dari klorida tidak tak terhingga atau bukan kira-kira
100 juta tahun tetapi diantaranya. Ada bukti bahwa klorida “dihilangkan” selama sirkulasi
hidrotermal dan juga ada yang “hilang” ketika evaporasi garam-garam terdeposit dari
penguapan air laut di dasar sedimentary dangkal. Kehilangan ini diseimbangkan oleh emisi
berkesinambungan dari HCl dari vulkanik yang menambah klorida ke sistem atmosfir –
lautan dan oleh weathering kerak lautan dan penguapan. Maka, weathering batuan memberi
kontribusi ke semua volatil berlebih di air laut. Bahkan untuk klorida, konsentrasinya di
dalam air sungai tidak bisa mencapai nol setelah koreksi untuk garam-garam siklik. Contoh
lainnya adalah sulfat, SO42-: ´persentasenya dalam larutan´ jauh dari tinggi untuk dicatat
sebagai hasil dari weathering. Namun demikian, konsentrasinya di dalam air sungai berubah
sangat kecil bila dikoreksi untuk garam-garam siklik dan waktu tinggalnya sangat
terpengaruh. Hal itulah yang menyebabkan sulfat disuplai ke sungai sebagian dari weathering
dan dari peruraian sulfat dan mineral-mineral sulfida, dan sebagian lagi disuplai via atmosfir.
Gambar 3. 8 di bawah ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang luas antara waktu
tinggal dan konsentrasi di dalam air laut. Kebanyakan dari konstituen utama (yang mana
´persentasenya dalam larutan´tinggi) mempunyai waktu tinggal yang lama dan tetap berada di
air laut untuk orde waktu 106 – 108 tahun, sementara banyak konstituen minor dan trace
memiliki waktu tinggal yang singkat dan dihilangkan dari air laut dalam 103 – 104 tahun atau
kurang dan persentasenya dalam larutan´rendah.
Gambar 3. 8 Korelasi yang luas antara konsentrasi (mol L -1) dan waktu tinggal untuk beberapa unsur
di dalam air laut.

Waktu pengadukan lautan untuk air laut (juga disebut turnover time, waktu percampuran atau
waktu pertukaran) ditunjukkan kira-kira 500 tahun. Harga ini merepresentasikan waktu rata-
rata air berada di lautan dalam sebelum air tersebut kembali ke permukaan. Namun demikian,
radiocarbon dating (carbon-14) dari spesies karbon terlarut dalam sampel air dalam dari
bagian Lautan PasifikUtara dan Lautan Hindia telah diketahui berumur lebih dari 1000 tahun.
Sementara di daerah lain waktu pertukaran antara permukaan dan kedalaman laut mendekati
rata-rata yaitu 300 tahun untuk Lautan Atlantik dan kira-kira 600 tahun untuk Lautan Pasifik.
Untuk konstituen-konstituen terlarut tunggal, waktu tinggal adalah rata-rata panjang waktu
yang dihabiskan di dalam larutan air laut. Konstituen-konstituen terlarut ditambahkan dari
sungai dan sumber-sumber lainnya. Konstituen-konstituen tersebut tinggal di dalam larutan
selama waktu sebelum ditarik ke sedimen dan batuan dari dasar laut. Reaksi-reaksi yang
menarik konstituen-konstituen terlarut hingga tenggelam kadang-kadang disebut reaksi balik
(reverse) weathering sebab reaksi ini memiliki efek balik yang menyuplai unsur-unsur ke air
laut sebagai hasil dari weathering di daratan. Mekanisme penarikan termasuk pengendapan
Anorganik dan reaksi-reaksi antara material terlarut dan partikel-partikel padatan (keduanya
pada dasar laut dan selama diagenesis di dalam sedimen) sama halnya seperti proses-proses
biologi. Organisme lautan dapat mengkonsentrasikan unsur-unsur minor dan trace ke level
yang sangat tinggi di dalam jaringan lunaknya dan karena itu berkontribusi kepada
penarikannya dari air laut. Namun demikian, penarikan hanya akan berlangsung temporary
jika organisme terurai di dalam badan air (seperti biasanya terjadi) tidak selamanya di dalam
sedimen. Waktu tinggal untuk sedimen pada gambar di atas lebih lama dibanding kebanyakan
konstituen-konstituen terlarut sebab mendekati ke waktu hidup dari palung lautan.
3. 9. Reaksi-reaksi Kimia dan Biologi dalam Airlaut
Bentuk spesi kimia dari konstituen-konstituen terlarut dalam air laut sangat penting untuk
menentukan bagaimana konstituen-konstituen ini berinteraksi, dan kemudian menentukan
berapa lama konstituen-konstituen tersebut berada di dalam larutan. Kebanyakan dari
konstituen-konstituen terdapat dalam bentuk ionik. Ion-ion tetap terpisah sebab air memiliki
konstanta dielektrik yang tinggi dan tiap ion dibungkus oleh suatu bungkusan molekul air
yang disebut lingkaran hidrasi (hydration sphere) yang memiliki suatu batas luar terdifusi.
Ukuran hydration sphere tergantung pada jari-jari dan muatan ion, yang menentukan muatan
per satuan area, atau densitas muatan. Dari sini kita dapat membuat beberapa generalisasi
sederhana, antara lain:
1. Anion memiliki densitas muatan lebih rendah dibanding kation sebab anion umumnya
lebih besar dibanding atom atau molekul induk, menerima satu atau lebih elektron. Kation
umumnya lebih kecil dibanding atom induk, sebab kation kehilangan satu atau lebih elektron
sehingga kation memiliki hydration sphere relatif lebih besar terhadap ukurannya dibanding
anion
2. Semakin besar muatan ion dengan jari-jari tertentu, maka makin besar hydration sphere
nya relatif terhadap ukuran ion.
3. 9. 1. Interaksi antara Spesies Terlarut
Kation dan anion di dalam larutan mengalami attraksi elektrostatik dan atau tolakan
tergantung pada muatan ioniknya. Interaksi seperti ini berbanding terbalik dengan kuadrat
jarak yang memisahkan ion-ion dan jarak ini akan menjadi sangat kecil (hilang) di dalam
larutan yang sangat encer dimana ion-ion terpisah secara luas. Tetapi, dalam larutan basa
seperti air laut, interaksi antara ion-ion terlarut tidak dapat diabaikan. Interaksi ini yang
menentukan spesiasi konstituen-konstituen terlarut dan memberi efek menurunkan
ketersediaan ion-ion untuk reaksi kimiaapakah reaksi anorganik atau biologi.
Gambar 3. 9 di bawah ini merupakan summary dalam bentuk diagram tiga jenis utama
interaksi yang mungkin antara ion-ion dalam larutan.
Gambar 3. 9 Ilustrasi dari jenis-jenis interaksi ionik di dalam air laut.Tiap ion dikelilingi oleh suatu
sphere terhidrasi. (a) interaksi umum non-spesifik, (b) pembentukan pasangan ion, (c) pembentukan
ion kompleks

(a) Untuk ion-ion dari garam-garam ionik kuat (elektrolit kuat) seperti natrium klorida,
interaksi yang terjadi hanyalah atraksi elektrostatik dan atau tolakan antara ion-ion yang
menyebabkannya bersifat sebagai entitas independen dan hydration sphere tetap utuh.
(b) Beberapa ion dapat membentuk pasangan ion, dimana hydration spheredari konstituen
ion-ion tetap utuh dan hasilnya dapat berupa spesies netral atau spesies bermuatan. Hal yang
tidak biasa untuk pasangan ion terbentuk dari dua ion monovalen. Biasanya pasangan ion
terbentuk dari dua ion polivalen atau antara satu ion polivalen dan satu ion monovalen.
(c) Pembentukan ion kompleks; walaupun tidak ada pembagian yang jelas antara
pembentukan kompleks dan pasangan ion, namun terdapat dua perbedaan yang prinsipil.
Pertama, ikatan di dalam satu kompleks adalah ikatan kovalen bukan ikatan elektrovalen
seperti yang terdapat pada satu pasangan ion. Kedua, ketika kompleks terbentuk di dalam
larutan, hydration sphere dari dua atau lebih entitas membuat kompleks bergabung
membentuk satu lipatan pembungkus hidrasi
Adanya ion-ion lain di dalam larutan, maka ion-ion tersebut tidak akan bebas berpartisipasi
dalam reaksi kimia. Peningkatan interaksi ini dan efeknya pada reaktifitas kimia dari spesies
terlarut tergantung pada sifat ion-ion yang terlibat. Secara umum, untuk larutan dengan
konsentrasi ekivalen dengan air laut, perbandingan total konsentrasi dari suatu spesies ionik
yang bebas untuk bereaksi menurun seiring dengan naiknya muatan.
Karena itu, konsentrasi “efektif” hampir tidak bervariasi lebih kecil dari konsentrasi
sesungguhnya. Untuk ion-ion yang tidak bergabung (misalnya Na+), perhatian hanya untuk
interaksi elektrostatik. Konsentrasi “efektif” ini (dikenal sebagai activitas di dalam perlakuan
kuantitatif dari kesetimbangan larutan) bisa terdapat di daerah 70% konsentrasi
sesungguhnya, sementara untuk beberapa pembentukan kompleks ion-ion multivalen
(misalnya Al3+) dapat berada pada 5 – 10%.
Terdapat tingkatan yang sebanding dari pasangan ion antara beberapa dari delapan ion
terlarut di dalam air laut yang paling melimpah: Na+, K+, Mg2+, Ca2+, Cl-, HCO3-, CO32- dan
SO42- yang mana diantara ion-ion tersebut membentuk lebih dari 99% dari total. Data
konsentrasi dan konstanta kesetimbangan untuk interaksi antara empat kation dan empat
anion tersebut di dalam larutan telah digunakan untuk menghitung dan hasilnya dapat dilihat
pada tabel 1. 7 di bawah ini.
Tabel 3. 7 Distribusi spesies konstituen ion-ion utama di dalam larutan air laut
Ion Konsentrasi (mol/L) Ion bebas (%) Dengan SO42-(%) Dengan HCO3-(%) Dengan CO32-(%)
Ca2+ 0,0104 91 8 1 0,2
Mg2+ 0,0540 87 11 1 0,3
Na+ 0,4752 99 1,2 0,001 -
K+ 0,0100 99 1 - -
Ion bebas (%) Dengan Ca2+ (%) Dengan Mg2+ (%) Dengan Na+ Dengan K+ (%)

SO42- 0,0284 54 3 21,5 21 0,5


HCO3- 0,00238 69 4 19 8 -
CO32- 0,000269 9 7 67 17 -

3. 10. Sistem Karbonat, Alkalinitas dan Kontrol pH


Kalsium karbonat digunakan oleh banyak organisme planktonik untuk membentuk bagian
keras tubuh organisme.yang akan larut kembali ketika organisme mati dan tenggelam ke
kedalaman air laut melepaskan ion-ion kalsium dan karbonat dan kembali ke larutan
CaCO3(s) ↔ Ca2+(aq) + CO32-(aq) .............................................................................3. 6
Jika kalsium diekstraksi dari permukaan air dan kemudian dikembalikan ke dalam larutan di
kedalaman air, maka konsentrasi Ca2+ akan menjadi lebih tinggi di kedalaman dibanding di
permukaan air. Kalsium adalah konstituen bio-intermediate, tetapi kalsium juga melimpah di
dalam air laut yang keterlibatannya dalam proses-proses biologi menghasilkan hanya sedikit
peningkatan perbandingan Ca2+ : S dengan kedalaman. Perubahan ini cukup kecil untuk
kalsium dapat dianggap sebagai konstituen konservatif dari air laut untuk kebanyakan
keoentingan, tetapi kalsium sangat penting dalam konteks dengan sistem karbonat.
Air permukaan lautan terdapat dalam keadaan supersaturated dengan Ca2+ dan hampir sama
dimanapun, tetapi faktanya pengendapan kalsium karbonat anorganik secara spontan terjadi
hanya sekali-sekali. Alasan untuk ini adalah karena efek penghambatan ion-ion Mg2+; banyak
karbonat di dalam larutan terdapat dalam bentuk pasangan ion MgCO3. Hal ini umumnya
membutuhkan intervensi dari organisme lautan untuk mengendapkan kalsium karbonat.
Material skeletal kalkareous terbentuk dari kalsit atau aragonit yang memiliki rumus kimia
yang sama, CaCO3 tetapi berbeda struktur kristalnya. Struktur aragonit secara termodinamik
kurang stabil dibanding struktur kalsit, sehingga aragonit larut lebih cepat dibanding kalsit.
Sebaliknya, air laut di kedalaman berada dalam keadaan undersaturated dengan kalsium
karbonat, sebagian disebabkan oleh efek tekanan pada kelarutan CO2 dan sebagian lagi
disebabkan oleh kelarutan CaCO3 juga meningkat dengan tekanan sehingga kalsium karbonat
larut. Kedalaman dimana terjadi pelarutan material skeletal kalkareous secara signifikan
dimulai disebut lisoklin (kedalaman dimana air telah menjadi undersaturated dengan CaCO3
secara signifikan). Kedalaman dimana kebanyakan atau semua CaCO3 telah terlarut disebut
carbonate compensation depth (CCD). Variasi kedalaman dari lisoklin dikontrol oleh
kimiawi badan air (kesetimbangan karbonat dan pH). Variasi CCD sebagian dikontrol oleh
kimiawi dan sebagian dikontrol oleh kecepatan suplai material kalkareous yang tenggelam
dari permukaan air.
Faktanya, kebanyakan proses pelarutan kalsium karbonat berlangsung pada sea-bed (dasar
laut) sebab material skeletal biasanya tenggelam terlalu cepat untuk terjadinya pelarutan pada
saat perjalanan tenggelamnya material tersebut ke dasar. CCD dapat dianggap sebagai suatu
“snowline” di topografi dasar laut sementara lisoklin dapat dilokalisasi di dalam badan air
oleh acuan kimiawi air.
Maka CCD adalah kedalaman dimana kecepatan pelarutan material skeletal kalsium karbonat
pada dasar laut sama dengan kecepatan suplai material yang tenggelam dari permukaan.
Tidak ada kalsium karbonat yang menetap di bawah kedalaman ini sebab kelarutan kalsium
karbonat di dalam air laut meningkat dengan kedalaman di bawah lisoklin (misalnya, tingkat
undersaturation dari air laut dengan kalsium karbonat). Oleh karena itu, semakin dalam dasar
laut maka semakin cepat kalsium karbonat larut. Hal-hal lain yang perlu dipahami adalah
bahwa CCD bisa terdapat lebih dalam di bawah area yang produksi biologinya tinggi
dibandingkan dengan area yang produksi biologinya rendah.
Mengapa demikian?
Produksi biologi tinggi maksudnya terdapat populasi organisme yang besar dan kecepatan
suplai yang tinggi dari material skeletal kalkareous ke kedalaman air bila organisme mati;
sementara hanya sedikit suplai material kalkareous yang tenggelam dari area yang produksi
biologinya rendah. Mengacu pada hal di atas, untuk terjadinya pelarutan yang signifikan dari
suatu “snowfall” berat dari debris skeletal kalsium karbonat, dasar lautan haruslah lebih
dalam dibanding di area dimana hanya sedikit sekali material kalkareous yang sampai dari
permukaan. Secara singkat, CCD cenderung tertekan, misalnya, “snowline” lebih dalam - di
bawah area yang produksi biologinya tinggi dibandingkan area yang produksi biologinya
rendah.
Lisoklin dan CCD biasanya lebih dangkal untuk aragonit dibanding untuk kalsit, dan karena
tidak dispesifikasi terminologi biasanya mengacu pada kalsit sebab material skeletal sangat
lebih umum bentuk dari kalsit dibanding aragonit. Sedimen di bawah kedlaman kira-kira 4
km jarang mengandung jumlah kalsit yang signifikan dan jarang ditemukan aragonit tetap
berada di sedimen di bawah kedalaman 1 – 2 km. Baik lisoklin maupun CCD adalah
merupakan zona kedalaman bukan level yang pasti sebab kecepatan pelarutan juga
tergantung pada faktor-faktor lain seperti turbulensi di dalam badan air laut dan sifat debris
skeletal (misalnya, coccolith lebih rapuh dibanding foraminifera). Pada prakteknya, CCD
sering didefinisikan sebagai kedalaman dimana sedimen mengandungkalsium karbonat.
kurang dari 10 – 20%.
Pada titik ini, mari sedikit menyimpang dari pokok utama untuk mencatat bahwa sifat-sifat
silika (SiO2) berbeda dari sifat-sifat kalsium karbonat di dalam badan air laut. Kelarutan
silika menurun dengan turunnya temperatur, maka silika harus menjadi kurang larut dengan
kedalaman, tetapi efek ini diimbangi oleh naiknya kelarutan dengan tekanan (kedalaman).
Hasilnya adalah bahwa walaupun skeletal tetap organisme yang sama seperti diatom dan
radiolaria dan secara progresif larut ketika tenggelam melalui badan air, kecepatan pelarutan
relatif lambat dan banyak debris silicious mencapai dasar laut dalam, misalnya tak ada CCD
untuk silika.
Sekarang perlu dilihat sifat-sifat karbon lebih detiail. Perbandingan C : S merupakan variabel
yang baik dibanding perbandingan Ca2+ : S tetapi umumnya perbandingan ini dapat berubah
pada arah yang sama: lebih rendah di permukaan dibanding di kedalaman.
Mengapa harus demikian?
Perbandingan dipengaruhi sebagian oleh pembentukan dan proses pelarutan material skeletal
kalsium karbonat tetapi utamanya oleh pembentukan jaringan lunakorganik selama produksi
primer di permukaan air dan proses dekomposisinya ketika material tersebut tenggelam dari
permukaan.
Dari persamaan reaksi (2), karbon terdapat dalam beberapa spesies di dalam larutan, misalnya
gas CO2 terlarut, H2CO3(aq), HCO3-(aq), dan CO32-(aq). Keempat spesies ini bersama-sama
menghasilkan total karbon anorganik terlarut, yang dinyatakan sebagai ∑CO2. Beberapa
karbon terlarut juga bergabung di dalam molekul-molekul organik, tetapi karbon ini tidak
terlibat dalam reaksi-reaksi sistem karbonat dan jumlahnya sangat kecil kalau dihubungkan
dengan total karbon anorganik terlarut, ∑CO2. Untuk penyederhanaan biasanya kita mengacu
pada ∑CO2 sebagai total karbon terlarut dan ini mengilustrasikan bahwa karbon adalah
merupakan konstituen utama terlarut yang paling kurang konservatif dengan karakter bio-
intermediate.
CO2 sebagai gas terlarut terdapat dalam jumlah yang sangat kecil di dalam air laut.
Konsentrasi CO2ini sebagai gas terlarut meningkat hanya sedikit dengan kedalaman. Maka,
ketika membaca atau mendengar tentang konsentrasi CO2 di air laut, harus disadari bahwa ini
hanyalah penyederhanaan penggambarandari total konsentrasi karbon terlarut. Tidak
menggambarkan konsentrasi gas CO2 terlarut walaupun CO2 merupakan bentuk yang paling
cocok dalam menganalisis total karbon terlarut. Untuk meyakinkan, perhatian perlu diberikan
kepada profil peningkatan∑CO2 dengan kedalaman seperti pada gambar 3. 10 di bawah ini
Gambar 3. 10 (a) Variasi total karbon anorganik terlarut dengan kedalaman yang dinyatakan seabagi
∑CO2 dalam mol L-1, sama seperti ppm untuk karbon, di Lautan Atlantik pada 36o Utara, 68o Barat
(titik-titik), dan di Lautan Pasifik pada 28o Utara, 122o Barat (crosses). Catatan: untuk mengubah mol
L-1 menjadi m-3, perkalian sederhana konsentrasi dengan faktor 10 3, misalnya, 2 x 10-3 mol L-1 menjadi
2 mol m-3. Catat juga bahwa aksis horizontal tidak dimulai dari nol dan bahwa konsentrasi meningkat
dari permukaan air ke air kedalaman hanya kira-kira 10 – 20%; (b) Generalisasi diagram
menunjukkan aproksimasi bagaimana perbandingan relatif dari tiga komponen utama di dalam sistem
karbonat aquoeous bervariasi dengan pH di dalam air alam. pH air laut rata-rata kira-kira 7,7 dan bisa
terdapat pada range 7,2 ke 8,2. Posisi garis kurva bervariasi dengan temperatur, salinitas dan tekanan.
(a) merupakan hasil dari produksi CO2 pada respirasi dan dekomposisi zat-zat organik (reaksi
3 bergeser ke kiri). Tetapi CO2 yang dihasilkan tidak dilepaskan sebagai gelembung-
gelembung gas, sebab secepat pembentukannya maka dengan segera bergabung dengan air
seperti pada reaksi (2). Lebih lanjut, komponen paling penting dalam reaksi tersebut
adalahHCO3-dan CO32-, dan adanya hubungan antara kedua ion ini.
3. 10. 1. Alkalinitas
Kesetimbangan pada persamaan reaksi (2) berlangsung pada pH air laut yang umumnya
mendekati 8. Sistem karbonat dalam larutan didominasi olehHCO3-bersama-sama
denganCO32-, tetapi secara virtual tidak ada H2CO3 (dan sangat sedikit gas CO2 terlarut).
Gambar (b) di atas memberikan hubungan antara ketiga komponen ini dari reaksi (2) dan
menunjukkan bahwa perbandingan bikarbonat : karbonat (HCO3-: CO32) meningkat seiring
pH turun (lebih asam) dan menurun seiring naiknya pH (kurang asam).
Memang sulit mengukur secara langsung perbandingan relatif ion bikarbonat dan ion
karbonat di dalam larutan tetapi konsentrasi keduanya dapat ditentukan dengan mudah
dengan cara titrasi menggunakan asam. Cara sederhana ini meliputi penambahan asam ke
sampel air laut hingga muatan negatif dinetralkan (titik akhir titrasi) dan semua ion-ion
bikarbonat dan karbonat dikonversi menjadi air dan CO2 yang lepas dari larutan sebagai gas:
HCO3-(aq) + H+(aq) → H2O + CO2(g) ............................................................3. 7
CO32-(aq) + 2H+(aq) → H2O + CO2(g) ............................................................3. 8
Mengapa 2 mol ion hidrogen dibutuhkan untuk menetralkan muatan 1 mol ion karbonat?
Sebab ion karbonat mengandung 2 muatan negatif. Hanya 1 mol ion hidrogen dibutuhkan
untuk menetralkan muatan tunggal ion bikarbonat.
Jumlah asam yang digunakan dalam titrasi adalah merupakan ukuran dari total jumlah ion-ion
hidrogen yang dibutuhkan untuk menetralkan muatan negatif pada ion karbonat dan ion
bikarbonat di dalam larutan. Satu mol ion hidrogen dibutuhkan untuk menetralkan 1 mol
muatan negatif.
Gabungan konsentrasi molar ion karbonat dan ion bikarbonat dinyatakan dalam terminologi
“muatan-ekivalen” (ditentukan oleh titrasi dengan asam) dikenal sebagai alkalinitas, A air
laut. Penggunaan terminologi alkalinitas dalam konteks ini berbeda dari penggunaan kimia
pada umumnya dimana hal itu bukan merupakan ukuran seberapa “alkalis”, kebalikan dari
seberapa “asam” air tersebut. Hubungan antara alkalinitas dan pH dikembangkan berikut ini.
Penting. Kurung kurawal dalam penulisan rumus kimia merupakan simbol konvensional
untuk konsentrasi larutan. Maka, untuk [CO32-] secara sedehana memberi arti konsentrasi ion
karbonat dalam larutan. Disini digunakan konsentrasi dalam satuan mol.m-3 (=mol.L-3 x 103).
Kita telah mendefinisikan alkalinitas sebagai total muatan negatif yang dibawa oleh ion
karbonat dan ion bikarbonat dalam larutan, yang dinyatakan dalam terminologi konsentrasi
molar. Dari definisi alkalinitas ini, dapat dinyatakan sebagai:
A = [HCO3-] + 2[CO32-] ................................................................................3. 9
dan alkalinitas memiliki satuan konsentrasi molar (mol.m-3)
Mengapa konsentrasi untuk ion karbonat duakali-lipat?
Duakali lipat karena dua ion hidrogen dibutuhkan untuk menetralkan dua muatan negatif dari
ion karbonat.
Jika gas CO2 yang dihasilkan pada titrasi dikumpulkan dan diukur, jumlahnya memberikan
harga untuk konsentrasi dari total karbon anorganik terlarut dalam sampel air laut, yang dapat
dinyatakan sebagai: [∑CO2] = [HCO3-] + [CO32-] ..............................................................3. 10
Mengapa konsentrasi ion karbonat tidak diduakali lipatkan?
Tidak diduakali lipatkan karena 1 mol ion karbonat menghasilkan 1 mol molekul CO2,
walaupun dibutuhkan 2 mol ion hidrogen
Dari persamaan 10 dan 9 diperoleh: A - [∑CO2] = [CO32-] ...............................................3. 11
Hasil dari semuanya menunjukkan bahwa dengan pengukuran alkalinitas dan total karbon
terlarut, persamaan 11 dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi ion karbonat.
Substitusi dari harga tersebut ke dalam persamaan 9 atau 10 memberikan konsentrasi ion
bikarbonat. Kemudian perbandingan bikarbonat : karbonat dapat ditentukan dan
perbandingan ini yang menyiapkan kontrol utama akan pH air laut.
3. 10. 2. Kontrol pH
pH adalah ukuran konsentrasi ion hidrogen di dalam suatu larutan. pH = - log10[H+] ......3. 12
Dalam air laut, pH berada pada range 7,7 ± 0,2 dan variasi pH dikontrol terutama oleh satu
komponen pada reaksi (2): HCO3-(aq) ↔ H+(aq) + CO32-(aq) ..............................................3. 13
Reaksi berlangsung sangat cepat dan air laut dapat diasumsikan memiliki kesetimbangan
campuran dari tiga ion. Bila reaksi 13 berada pada kesetimbangan, maka dapat dituliskan:
[H+][CO32-]
K= .................................................................................3. 14
[HCO3-]
K adalah tetapan kesetimbangan
Kalau persamaan 14 disusun kembali maka diperoleh:
[HCO3-]
[H+] = K .....................................................................................3. 15
[CO32-]
Persamaan 15 menunjukkan perbandingan konsentrasi ion-ion HCO3- dan ion-ion CO32 harus
mengkontrol konsentrasi ion hidrogen dan oleh karena itu jika perbandingan meningkat,
begitu juga dengan [H+], pH akan menurun.
Pertanyaan yang muncul adalah mengapa tidak mengukur pH secara langsung? Alasannya,
berbicara secara kimia, adalah bahwa air laut adalah merupakan suatu larutan pekat dan harga
pH yang reliable tidak bisa diperoleh dengan mudah dengan cara pengukuran langsung.
3. 10. 3. Kontrol Alkalinitas
Untuk memahami bagaimana alkalinitas dapat bervariasi di lautan, dibutuhkan penggunaan
suatu definisi alternatif. Alkalinitas adalah konsentrasi molar, dalam “muatan ekivalen” dari
kation-kation dari basa-basa kuat dalam larutan yang konsentrasi net molarnya berlebih,
dalam “muatan ekivalen” dari anion-anion dari asam-asam di dalam larutan.
A = [kation-kation basa kuat] - [anion-anion asam kuat] dimana tanda kurung kurawal
mengindikasikan konsentrasi molar dalam “muatan ekivalen”.
Sejauh ini, untuk air laut hal itu memberi arti:
A = [Na+] + [K+] + 2[Mg2+] + 2[Ca2+] – ( [Cl- ] + 2[SO42-] + [Br-] ....................................3. 16
Ini adalah konstituen-konstituen ionik yang dominan dalam air laut selain bikarbonat dan
karbonat. Catatan, air laut adalah netral secara elektrikal dimana total muatan positif = total
muatan negatif.
Jika sudah bekerja pada persamaan 16 maka akan ditemukan bahwa harga A berada
mendekati 2 mol.m-3. Secara singkat: A = [HCO3-] + 2[CO32-].= 2 mol.m-3 (harga rata-rata di
seluruh lautan dunia)
Jika semua konstituen-konstituen ionik yang dominan selain bikarbonat dan karbonat bersifat
konservatif apakah alkalinitas air laut akan berubah?
Tidak. Harga alkalinitas akan tetap konstan. Seperti yang disimpulkan pada awal bab ini,
diketahui bahwa Ca2+ adalah konstituen bio-intermediate dan bahwa perbandingan [Ca2+] : S
sedikit lebih besar di kedalaman dibandingkan di permukaan air.
Alkalinitas seharusnya lebih besar di air kedalaman dibanding di permukaan sebab Ca2+ yang
diekstraksikan oleh organisme lautan membentuk cangkang kalsium karbonat di permukaan
air dikembalikan ke larutan ketika material skeletal mengalami pelarutan kembali di air
dalam. Dengan kata lain, konsentrasi total dari “kation-kation basa kuat” relatif relatif
terhadap “anion-anion asam kuat” lebih besar di kedalaman dibanding di permukaan air.
3. 10. 4. [∑CO2], Alkalinitas dan pH
Sejumlah kesimpulan penting dapat diikuti sebagai berikut:
1. Total karbon anorganik terlarut [∑CO2] relatif menurun di permukaan air dan relatif
diperkaya di kedalaman lautan terutama disebabkan pembentukan zat-zat organik (jaringan
lunak)oleh organisme planktonik lautan dan dekomposisi berikutnya. Sebagian lagi juga ahi
2. Alkalinitas, A, lebih rendah di permukaan air dibanding di kedalaman lautan. Hal inihanya
disebabkan pembentukan dan pelarutan berikutnya material skeletal kalsium karbonat.
Penting diketahui bahwa tidak berarti semua plankton membentuk skeleton kalsium karbonat
atau cangkang.
3. Secara singkat, alkalinitas dikontrol hanya oleh pembentukan dan pelarutan kalsium
karbonat, sementara [∑CO2] dikontrol baik oleh pembentukan dan dekomposisi zat-zat
organik (jaringan lunak) maupun oleh pembentukan dan pelarutan kalsium karbonat
4. Oleh karena persamaan 9 dan 10 , A, harus selalu sedikit lebih besar dari [∑CO2] untuk
tiap sampel air laut. Namun demikian, karena tidak semua organisme planktonik lautan
mensekresikan skeleton kalsium karbonat, [∑CO2] meningkat dengan kedalaman oleh jumlah
yang lebih besar dibanding A. Efek dari hal ini pH berubah dengan kedalaman
Pada kesimpulan, semakin besar [∑CO2], maka semakin kecil harga (A - [∑CO2]), semakin
besar harga [HCO3-] / [CO32-], semakin tinggi harga [H+], semakin rendah pH, dan air lebih
asam.
Alasan yang wajar adalah bahwa dimana [∑CO2] rendah, pH akan tinggi. Contoh, satu dari
sedikit tempat dimana pengendapan kalsium karbonat anorganik terjadi adalah di Bahama
Banks, dimana lautnya dangkal dan hangat dan salinitas tinggi (lebih besar dari 37). Semakin
hangat dan air lebih salin, maka semakin rendah kelarutan gas, termasuk karbon dioksida.
Pada kondisi ini, (A - [∑CO2]) akan besar.
Lalu bagaimana dengan harga [CO32-]?
Konsentrasi ion-ion karbonat juga akan besar yang konsisten dengan hubungan yang
disimpulkan pada gambar 6.14(b). [CO32-] dapat naik secukupnya pada air yang menjadi
sangat supersaturated dengan CaCO3hingga bisa mengatasi efek penghambat pasangan ion
MgCO3, dan kristal kecil kalsium karbonat (dalam bentuk aragonite) diendapkan. Persamaan
9 hingga 15 dapat menolong untuk menjelaskan apa yang seharusnya terlihat pada pandangan
pertama adalah paradoks: hal-hal lain adalah sama, dimana [∑CO2] rendah, maka kalsium
karbonat lebih suka mengendap.
Hubungan yang digariskan di atas telah disederhanakan dalam rangka melahirkan beberapa
prinsip dasar tentang kimia air laut. Seperti biasanya, kenyataan tidaklah sederhana. Sebagai
contoh:
1. Kita telah mengabaikan bentuk-bentuk lain dari karbon anorganik terlarut yang secara
kuantitatif tidak signifikan tetapi bentuk-bentuk lain tersebut tidak dapat diabaikan bila
pengukuran dan perhitungan akurat dibutuhkan.
2. Alkalinitas yang didefinisikan di atas sebaiknya disebut alkalinitas karbonat sebab ion-ion
lain, khususnya spesies boronseperti H2BO3 berkontribusi kepada total alkalinitas air laut dan
faktanya total alkalinitas ditentukan dengan cara titrasi.
3. Kostanta kesetimbangan untuk komponen reaksi dari sistem karbonat (persamaan 1. 15)
tidaklah secara keras/tegas “konstan” tetapi berubah dengan temperatur dan tekanan.
Namun demikian, tak satupun dari komplikasi ini mempengaruhi prinsip-prinsip dasar.
Konsep-konsep yang diperkenalkan tidaklah mudah tetapi penting sebab peranan sentral
karbon di dalam kimiawi air laut dan relevansinya dengan problem global CO2. Tetapi,
sebelum dilanjutkan harus diulang lagi poin yang telah dibuat. Alkalinitas dari air alam
bukanlah suatu ukuran seberapa alkalis air tersebut. Penggunaan terminologi alkalinitas
dalam kimia air laut berbeda dari penggunaan umum kimia dimana hanya air dengan pH > 7
yang dianggap alkalis. Namun demikian, terminologi itu konsisten dengan
penggunaantersebut bila (A – [∑CO2]) tinggi, maka pH kurang asam, dan bila (A – [∑CO2])
rendah, maka pH lebih asam.
Tabulasi dan diagram yang menyimpulkan hubungan antara alkalinitas dan [∑CO2] diberikan
dalam tabel 3. 8 dan gambar 3. 11 di bawah ini
Tabel 3. 8 Kimia karbonat dari berbagai jenis air laut
Jenis air [∑CO2] Alkalinitas A [HCO3-] + 2[CO32-] Ion bikarbonat [HCO3-] Ion karbonat [CO32-]
(mol.m-3) (mol.m-3) (mol m-3) (mol.m-3)

Permukaan hangat 2,00 2,35 1,65 0,35


Permukaan dingin 2,15 2,35 1,95 0,20
Atlantik dalam 2,25 2,40 2,10 0,15
Hindia dalam 2,35 2,45 2,25 0,10
Pasifik dalam 2,45 2,55 2,35 0,10

Gambar 3. 11 Plot konsentrasi dari total karbon anorganik terlarut [∑CO2] versus alkalinitas, A.
Konsentrasi dalam mol m-3, misalnya, (mol L-1) x 103. Lambang ΔA menunjukkan perubahan dalam
alkalinitas dan Δ[∑CO2] menunjukkan total karbon terlarut.
Catatan:
■ Panah horizontal hijau (atas kanan) menunjukkan bahwa fotosintesis dan respirasi hanya mengubah
[∑CO2] tapi tidak mengubah A (misalnya, A = 0)
■ Panah horizontal hijau (bawah kanan) menunjukkan bahwa perolehan dan kehilangan CO 2 atmosfir
oleh pertukaran gas pada interface udara – laut hanya mengubah [∑CO2] tapi tidak mempengaruhi A
(misalnya, A = 0)
■ Panah kuning – hijau (atas kiri) menunjukkan bahwa pembentukan dan pelarutan CaCO 3 berubah
baik [∑CO2] maupun A. Dalam hal ini ΔA = 2ΔCO2 sebab untuk tiap mol CaCO3 yang terbentuk atau
terlarut, [∑CO2] diubah oleh 1 mol CO32-, sementara A diubah oleh 2 mol
CO32 (misalnya, sebab terminologi konsentrasi [CO32] digandakan dalam persamaan 1. 9 tapi tidak
dalam persamaan 3. 10
■ Alkalinitas berubah hanya oleh pembentukan dan pelarutan CaCO 3
■ Bulatan biru menunjukkan hubungan antara [∑CO2] dan A untuk dari berbagai bagian lautan
■ Perbedaan antara Permukaan Hangat dan Permukaan Dingin hanya dihasilkan dari
fotosintesis/respirasi dan pertukaran gas pada interface udara – laut
■ Urutan dari Permukaan Dingin ke Pasifik Dalam dihasilkan dari kombinasi respirasi (konsumsi zat-
zat organik) dan pelarutan CaCO3
■ Baik [∑CO2] maupun A meningkatkan jumlah zat-zat organik yang dikonsumsi dan jumlah CaCO3
terlarut meningkat. Kedua jumlah ini lebih besar di perairan Pasifik Dalam
■ (A - [∑CO2]) meningkat secara progresif dari Permukaan Hangat ke Pasifik Dalam, sehingga pH
menurun secara progresif dari 8,2 ke 7,6

3. 11. Kontrol Non-Biologi pada Konsentrasi Unsur-unsur Minor dan Trace


Air laut ada dalam keadaan undersaturated oleh konstituen utama dan minor. Garam-garam
tidaklah diendapkan dari air laut karenan bila demikian konsentrasinya akan sangat
meningkat dengan penguapan. Hal ini konsisten dengan waktu tinggal yang lama dan harga
“persentase dalam larutan” yang relatif tinggi untuk konstituen-konstituen utama. Tetapi,
unsur-unsur minor dan trace memiliki harga “persentase dalam larutan” yang rendah dan
waktu tinggal yang singkat yang berarti bahwa unsur-unsur ini dengan cepat ditarik dari
larutan air laut dan dengan cepat bergerak dari sumber ke tenggelam. Bagaimana caranya?
Pengendapan kimia sederhana bukanlah dijawab, sebab air laut berada dalam keadaan
undersaturated dengan kedua unsur ini. Tiga mekanisme penarikan non-biologi berikut
diterapkan kepada logam-logam trace yang faktanya membentuk kebanyakan unsur-unsur
minor dan trace dalam air laut.
1. Atraksi mutualisma antara muatan ion-ion di dalam larutan dan muatan kecil residu pada
permukaan partikel-partikel tersuspensi yang menghasilkan adsorbsi ion-ion logam (atau
pasangan ion atau kompleks) ke atas partikel-partikel yang berasal dari organik (detritus,
bakteria) dan yang berasal dari anorganik (mineral-mineral clay, hidroksida-hidroksida).
Unsur-unsur teradsorbsi ke atas partikel-partikel kecil yang ditarik dari badan air sebagai
partikel-partikel besar yang “menangkap” partikel-partikel kecil dan membawanya ke
kedalaman; proses ini disebut scavenging (banyak oseanografer menggunakan terminologi ini
untuk melingkupi baik bagian-bagian proses adsorbsi maupun penangkapan)
Partikel yang diadsorbsi dan yang scavenging ion-ion terlarut merupakan mekanisme non-
biologi yang paling penting untuk penarikan logam-logam trace dari air laut. Unsur-unsur
yang berperan dalam proses penarikan utama dikarakterisasi oleh profil konsentrasi
menunjukkan suatu penurunan konsentrasi dengan kedalaman seperti yang terdapat dalam
gambar 3. 12 di bawah ini.
Gambar 3. 12 Profil konsentrasi untuk aluminium terlarut di bagian tengah Pasifik Utara (28 o15´
Utara, 155o07´ Barat). Naiknya konsentrasi pada dasar profil kemungkinan disebabkan oleh pelarutan
kembali di air dalam dan atau difusi dari air di sedimen dasar laut
(nmol = nanomol = 10-9 mol dan 1 nmol L-1 = 1 nmol kg-1)

Di lautan terbuka, bakteria merupakan scavenger dominan untuk logam-logam trace.


Prosesnya murni fisika dan bakteria bersifat agen yang pasif yang memberikan permukaan
yang cocok untuk adsorbsi. Tak ada penggunaan biologi untuk unsur-unsur scavenging.
Seefektif apa partikel scavenging sebagai mekanisme untuk penarikan cepat konstituen-
konstituen terlarut dari air laut telah diilustrasikan secara dramatik dalam aftermath
kecelakaan nuklir Chernobyl pada April 1986. Jebakan sedimen di laut Meediterania. Laut
Utara dan Laut Hitam mencatat peningkatan yang besar dalam radionuklida pada kedalaman
200 meter atau lebih dalam hari-hari tibanya “awan radioaktif”. Penelitian menunjukkan
bahwa radionuklida dengan cepat diadsorbsi oleh partikel-partikel yang kemudian dicerna
oleh zooplankton dan diagregasi menjadi pellet faecal. Pellet ini tenggelam pada kecepatan
beberapa belas meter per hari membawa radionuklida bersamanya. Keberadaan radionuklida
ini telah dibuktikan dengan membedah pencernaan hewan. Radioaktifitas ditarik dari
permukaan ke dasar laut dalam kurun waktu mingguan atau beberapa bulan. Radionuklida
termasuk isotop ruthenium (Ru), caesium (Cs) dan cerium (Ce) merupakan yang utama
dengan waktu paruh beberapa minggu, sehingga radioanuklida ini kemungkinan tidak akan
memberikan bahaya yang signifikan kepada hewan-hewan (bentos) dasar lautan.
Perkecualian adalah 137Cs dengan waktu paruh 30 tahun yang mungkin memiliki efek jangka
panjang dimana konsentrasinya tinggi.
3. 12. Kesetimbangan Redoks
Tingkat oksidasi unsur dengan lebih dari valensi dapat sangat mempengaruhi kelarutannya.
Kesetimbangan redoks air alam dapat mengkontrol konsentrasi unsur-unsur tersebut termasuk
beberapa logam trace dalam air laut. Sebagai contoh, bentuk teroksidasi besi yaitu bentuk
trivalen yang disebut ferry besi atau besi(III) dan direpresentasikan di dalam larutan sebagai
ion-ion Fe3+(aq) yang sangat kurang larut dibanding bentuk tereduksi, yaitu bentuk divalen besi
yang disebut ferro besi atau besi(II) dan direpresentasikan di dalam larutan sebagai ion-ion
Fe2+(aq). Oleh karena itulah konsentrasi ion-ion Fe3+ di dalam larutan dibatasi oleh kelarutan
yang sangat rendah dari besi(III)hidroksida, Fe(OH)3 dibandingkan dengan kelarutan
besi(II)hidroksida, Fe(OH)2.
Maka, di dalam air dengan oksidator yang cukup untuk besi(III) mendominasi jumlah total
besi terlarut akan sangat kecil sebab kebanyakan dari besi ini akan muncul sebagai Fe3+ dalam
fase padat sebagai koloid Fe(OH)3, atau mineral goethite, FeOOH.Dibawah kondisi lebih
tereduksi, valensi yang dominan untuk besi adalah +2 dan konsentrasi besi terlarut (sebagai
Fe2+) jauh lebih tinggi. Dua contoh lainnya adalah kobalt dan mangaan yang terdapat di
dalam air laut sebagai Co2+(aq) dan Mn2+(aq) tetapi dengan cepat tereduksi menjadi Co3+(aq) dan
Mn4+(aq) yang kurang larut dan mengendap sebagai hidroksida-hodroksida atau oksida-oksida
terhidrasi.
Co-presipitasi adalah mekanisme penarikan yang lain untuk logam-logam trace dengan
konsentrasi yang lebih rendah dan merupakan konstituen yang lebih melimpah menjadi fase
endapan, misalnya kobalt dalam mineral goethite menghasilkan (Fe,Co)OOH atau timbal
dalam mangaan oksida menghasilkan (Mn,Pb)O2
3. 13.. Kontrol Biologi pada Konsentrasi Unsur-unsur Minor dan Trace
Kita telah melihat bahwa aktifitas biologi memiliki sedikit efek pada konsentrasi konstituen
utama dalam air laut. Bahkan reaksi karbonat yang penting hanya memberikan perubahan
kecil dalam total konsentrasi.Tetapi unsur-unsur minor dan trace memberi efek yang berbeda.
Keberadaan rumput laut khususnya Laminaria, yang dapat mengkonsentratkan iodin, sama
seperti natrium dan kaliummenyebabkan rumput laut dipanen dan diekstraksi unsur-unsur
tersebut (tetapi jumlahnya relatif sangat kecil terhadap total konsentrasi unsur-unsur
tersebut). Pada saat sekarang ini, rumput laut dikumpulkan dalam skala industri sebagai suatu
sumber alginat yang digunakan sebagai agen jelly dan agen emulsifier di industri makanan.
Shellfish (hewan-hewan bercangkang) telah lama diketahui mengkonsentrat logam-logam
trace dengan faktor pengayaan beberapa ribu (dimana faktor pengayaan didefinisikan sebagai
berat unsur per satuan berat organisme/berat unsur per satuan berat air laut). Dimana ada
buangan industri yang mengandung konsentrasi logam diatas konsentrasi normal air laut,
maka konsentrasi di dalam shellfish dapat lebih tinggi dan ini menyebabkan shellfish tersebut
menjadi toksik kepada organisme pada level yang lebih tinggi di dalam rantai makanan –
termasuk manusia.
Plankton biasanya mengkonsentrat unsur-unsur trace lebih kuat dibanding organisme-
organisme berikutnya di dalam rantai makanan. Mekanisme pengayaan berikut telah lama
disarankan terjadi di dalam larutan atau secara kolektif:
1. Ingestion zat-zat partikulat tersuspensi seperti partikel-partikel clay dan organik yang telah
di-scavenged unsur-unsur minor dan trace dari air laut. Ini merupakan filter-feeding
organisme yang paling signifikan.
2. Ingestion unsur-unsur yang telah dikonsentrat di dalam material makanan: plankton
mengkonsentratkan unsur-unsur trace dan kemudian spesies yang lebih tinggi di dalam rantai
makanan yang memakan plankton. Progresif pengkonsentrasian seperti ini yang telah
ditunjukkan terjadi untuk air raksa dan senyawa-senyawa organik pabrikan seperti DDT dan
PCB (polyklorobifenil)
3. Pengkompleksan logam-logam dengan molekul-molekul organik. Pada permukaan mucous
kelenjar pencernaan atau insang dari banyak organisme dengan molekul besar seperti
glikoprotein yang dapat membentuk kompleks dengan ion-ion logam.
4. Penggabungan ion-ion logam menjadi sistem yang secara psikologi penting, misalnya
kobalt dalam vitamin B12, tembaga dalam haemosianin, pigment darah dari moluska dan
krustase (besi di dalam haemoglobin), vanadium atau niobium dalam pigment darah asidian
tertentu (cumi-cumi), dan titanium dalam beberapa sponge. Akumulasi polonium (produk
peluruhan U-238) dalam udang dari genus Gennadas, dapat dihasilkan di dalam penerimaan
dosis radiasi-α yang dua kali dari dosis batas kematian manusia.
Proses-proses biologi dengan jelas mempengaruhi komposisi unsur trace dari air laut dan
sejumlah unsur-unsur trace menunjukkan biolimiting atau sifat-sifat bio-intermediate seperti
yang ditunjukkan oleh gambar 3. 13 di bawah ini
Gambar 3. 13 (a) Plot konsentrasi nitrat vs tembaga dalam sampel air dari Lautan Antarctic
menunjukkan suatu co-varian yang jelas, (b) Profil untuk nikel, fosfat dan silika di Atlantik tropis
menunjukkan bahwa distribusi nikel umumnya mengikuti distribusi fosfat dan silika. Catatan, bahwa
konsentrasi nikel (titik-titik) dalam 10-9 mol kg-1, fosfat (segi empat) dan silika (segi tiga) dalam 10 -6
mol kg-1

Keadaan redoks dari unsur-unsur trace mempengaruhi sifat-sifatnya di dalam sistem biologi
laut. Sebagai contoh, selenium lebih cepat tersedia untuk organisme laut sebagai Se(VI)
dibanding Se(IV) yang ditemukan dalam bentuk ion-ion SeO42-(aq) dan SeO32-(aq) sementara
arsenik umumnya merupakan sesuatu yang lebih toksik sebagai As(III) dibanding sebagai
As(V) (AsO33-(aq) dan AsO43-(aq).
Kesetimbangan redoks bukanlah satu-satunya faktor yang mengkontrol spesiasi unsur-unsur
di dalam air laut dan oleh karena itu ada ketersediaannya di dalam organisme laut. Maka dari
itu, sampai 1960an, air raksa dianggap mengambil bagian di dalam proses-proses biologi
hanya dalam bentuk anorganik, tetapi pada tahun 1963 (tragedi Minamata di Jepang)
ditemukan sejumlah kasus keracunan merkuri, beberapa bersifat fatal karena memakan ikan
yang ditangkap di teluk Minamata yang ternyata telah terjadi akumulasi senyawa-senyawa
merkuri organik dari buangan industri. Sekarang diketahui bahwa merkuri lebih cepat diambil
oleh organisme laut bila dalam bentuk kompleks-kompleks organik (khususnya metil
merkuri) dibanding dalam bentuk ionik sederhana (Hg+, Hg2+). Hal yang sama terjadi pada
timbal. Organisme laut “lebih suka” kompleks-kompleks timbal organik (khususnya alkil
timbal) daripada bentuk ionik sedehana (Pb2+, Pb4+).
3..14. Aktifitas Biologi
Gambar 3. 14 di bawah ini menyimpulkan nasib dari karbon terfiksasi dalam zat-zat organik
dari proses fotosintesis produk primer di zona fotik. Kira-kira 90% dari zat-zat organik yang
membentuk bagian lunak dari fitoplankton didaur ulang di atas termoklin sebab konsumsi
oleh hewan dan dekomposisi bakterial dari detritus dan dari produk-produk ekskresi.
Kebanyakan dari yang 10% didaur ulang ketika tenggelam ke dasar laut. Hanya fraksi kecil
yang mencapai dasar dan kebanyakan dari yang mencapai dasar tersebut dikonsumsi atau
terdekomposisi oleh benthos laut dalam (organisme yang hidup di dasar laut). Sangat sedikit
zat-zat organik yang disimpan di dalam sedimen.
Daur ulang zat-zat organik di dalam badan air melibatkan re-konversi (re-mineralisasi)
karbon dan nutrien dalam senyawa-senyawa organik kembali menjadi spesies anorganik di
dalam larutan (bikarbonat, nitrat, fosfat) yang kemudian kembali menjadi material untuk
produksi biologi primer.
Unsur-unsur minor dan trace yang diambil oleh organisme laut umumnya akan bernasib sama
dengan karbon organik, sebab unsur-unsur ini terkonsentrat terutama dalam jaringan lunak.
Namun demikian, konsentrasi unsur-unsur ini di dalam detritus organik yang tenggelam
kemungkinan meningkat secara progresif dengan kedalaman. Hal ini dapat terjadi dalam dua
cara. Pertama, detritus menjadi lebih refractory sehingga memudahkan organisme
memakannya dan menjadikannya sebagai komponen nutrien. Kedua, partikel-partikel
mengadsorbsi dan mengikat unsur-unsur trace dari larutan ketika tenggelam melewati badan
air. Unsur-unsur minor dan trace yang terkonsentrat di dalam material skeletal sebagian akan
dikembalikan ke badan air oleh proses pelarutan kembali dan sebagian disimpan di dalam
sedimen.
Gambar 3. 14 Sketch (bukan skala) mengilustrasikan penurunan progresif dengan kedalaman dari
karbon aktif terfiksasi oleh produksi primer di zona fotik
BAB IV
Salinitas Air Laut
Konsentrasi rata-rata garam-garam terlarut di lautan yaitu salinitas (S) kira-kira 3,5% berat.
Hingga tahun 1980an, harga salinitas dinyatakan dalam bagian per seribu atau per mil dengan
lambang ‰. Oleh karena itu salinitas rata-rata air laut = 35‰. Harga ini menjadi standar
praktis untuk membagi dengan lambang sebab salinitas didefinisikan dalam perbandingan.
Tabel 1. 2 di atas berisi 11 ion-ion utama yang menghasilkan 99,9% dari konstituten-
konstituen terlarut dalam air laut. Lambang ‰ muncul dalam tabel tersebut hanya untuk
mengingatkan bahwa pada prakteknya angka yang merepresentasikan konsentrasi dalam
bagian per seribu (berat, bisa dalam gram per kg; gr kg-1 atau dalam gram per liter; gr L-1)
sebab untuk banyak kepentingan dapat diasumsikan bahwa 1 L air laut beratnya 1 kg.
Di permukaan air lautan terbuka, salinitas berada pada range mulai dari 33 sampai 37, tetapi
bila shelf seas dan kondisi lokal diikutkan, maka range nya bisa menjadi 28 – 40 atau lebih.
Air tertutup memiliki salinitas kurang dari 25 sementara air hypersaline memiliki salinitas
lebih besar dari 40.
Dalam tabel 1. 2 perbandingan berat ion-ion negatif (anion) jauh melebihi perbandingan
berat ion-ion positif (kation). Kalau demikian, mengapa air laut tidak bermuatan negatif?
Membandingkan tabel 1. 1 dan tabel 1. 2 yang memberikan harga rata-rata aproksimasi
komposisi unsur dalam batuan yang menghasilkan beberapa kontradiksi. Hal ni secara
khusus bisa disebabkan oleh operasi siklus hidrologikal yang memberikan kebanyakan
konstituen-konstituen terlarut dalam air laut. Namun demikian, sejak akhir 1970an
oseanografer telah mengenali kontribusi lain yang penting kepada komposisi air laut yaitu
sirkulasi hidrotermal pada lautan.
Berapa banyak unsur-unsur yang paling melimpah dalam batuan (tabel 1. 4) dan (tabel 1. 2)
dan sebutkan unsur-unsur apa saja.
Tiga unsur paling melimpah dalam tabel 1. 4. tidak muncul sama sekali di tabel 1. 2. Alasan
ada pada tingkat kelarutan dan sifat-sifat kimia dari unsur-unsur yang berbeda ketika batuan
mengalami weathering dan produk yang dihasilkan terbawa jauh oleh sungai le laut. Banyak
dari unsur-unsur paling umum dalam batuan, seperti silikon, aluminium dan besi tidaklah
sangat larut sehingga unsur-unsur ini terbawa dan terdeposit terutama dalam partikel-partikel
padatan pasir dan clay. Yang lain seperti natrium, kalsium, dan kalium relatif larut dan
terbawa dalam larutan. Larutan hidrotermal bergabung dengan hamparan dasar laut
menyuplai beberapa unsur ke dalam larutan air laut (kalsium, silikon, mangaan) dan menarik
yang lain dari larutan air laut (magnesium, belerang). Jumlah relatif konstituen-konstituen
terlarut di lautan dkontrol oleh reaksi-reaksi kimia dan biologi yang kompleks dalam air laut.
4. 1. Kekonstanan Komposisi
Kekonstanan komposisi air laut merupakan satu konsep yang penting dalam oseanografi.
Untuk kebanyakan ion-ion utama dalam tabel 1. 2 di atas, beberapa generalisasi:
Konsentrasi ion-ion utama terlarut dapat bervariasi dari satu tempat ke tempat lainnya di
lautan, tetapi perbandingan relatifnya tetap konstan secara virtual. Dengan kata lain, total
salinitas dapat berubah, tetapi perbandingan konsentrasi dari tiap ion utama terhadap totalnya
tetap konstan secara virtual, dan demikian juga dengan perbandingan konsentrasi masing-
masing ion utama satu sama lain.
(a) Bagaimana perbandingan konsentrasi kalium terhadap total salinitas pada tabel 1. 2?
(b) Akan seperti apa konsentrasi kalium jika salinitas dalam tabel 1. 2: (i) naik menjadi 36,
(ii) turun menjadi 33?
(c) Berapa perbandingan konsentrasi K+ : Cl- yang ditunjukkan dalam tabel 1. 2?
Apa yang akan terjadi dalam kasus (i) dan (ii) pada (b)
Cara salinitas bervariasi di seluruh lautan secara keseluruhan tergantung pada kesetimbangan
antara penguapan dan pengendapan dan tingkat percampuran antara air permukaan dan air
kedalaman. Secara umum, perubahan salinitas tidak memberi efek pada perbandingan relatif
dari ion-ion utama. Konsentrasinya berubah dalam perbandingan yang sama, misalnya,
perbandingan ionik tetap konstan. Pengecualian untuk generalisasi ini secara relatif bervariasi
kecil untuk perbandingan kalsium dan bikarbonat sebab keterlibatannya dalam proses-proses
biologi.dimana perbandingan Ca2+ dan HCO3- terhadap total salinitas adalah kira-kira 0,5%
dan 10 – 20% lebih besar di kedalaman dibanding di permukaan air.
4. 1. 1. Perubahan karena kondisi lokal
Di beberapa lingkungan laut, kondisi seperti perbandingan ionik menunjukkan perbedaan
yang besar dari normalnya. Area yang mengalami hal seperti ini termasuk:
1. Laut tertutup, estuaria dan area lainnya dimana terdapat inflow air sungai yang tidak hanya
mengandung garam-garam terlarut total lebih kecil dari kandungan air laut, tetapi juga
memiliki perbandingan ionik yang sangat berbeda.
2. Palung, fjord dan area-area lain dimana sirkulasi dasar laut terbatas, misalnya, dengan
adanya suatu ambang pada mulut palung yang mencegah komunikasi bebas antara air dasar
laut dan air laut teroksigenasi dari luar. Dalam hal seperti ini peruraian bakterial (oksidasi)
zat-zat organik di air dasar laut akan menyebabkan total penurunan dan kondisi ini
digambarkan sebagai anoksik atau anaerobik. Kemudian anion-anion sulfat digunakan oleh
mikro-organisme sebagai sumber oksigen alternatif.
3. Daerah hangat yang luas, air dangkal, seperti yang terdapat di Bahama Bank yang
dikarakterisasi oleh pengendapan kimia dan atau biologi kalsium karbonat yang sangat aktif
menyebabkan perubahan yang signifikan dalam perbandingan Ca2+ dan total salinitas.
4. Daerah bentangan dasar laut dan vulkanik submarine aktif dimana air laut panas
bersirkulasi melalui retakan dan belahan di dalam kerak lautan. Perbandingan ionik dalam
larutan hidrotermal sangat berbeda dari perbandingan ionik di air laut normal dan
menghasilkan campuran dengan air laut yang memiliki perbandingan atipikal unsur utama :
salinitas.
5. Di dalam sedimen lautan dimana terdapat interstisial atau pori perairan berpartisipasi
dalam sejumlah reaksi yang bervariasi dengan partikel-partikel sedimen selama pe-rapi-an
setelah sedimen terdeposit. Reaksi-reaksi seperti ini berasal dari nama umum diagenesis dan
dapat menyebabkan perubahan yang sebanding dalam perbandingan ionik.
Seperti yang ditunjukkan oleh tabel 1. 2, belerang terdapat di dalam air laut terutama sebagai
SO42- dan dalam prakteknya belerung diukur dalam bentuk ion sulfat ini. Apakah bisa
diharapkan perbandingan SO42- terhadap total salinitas bisa menjadi lebih tinggi atau lebih
rendah pada perairan di area anoksik dibanding pada perairan di lautan terbuka?
4. 2. Garam-garam dari air laut
Ketika air laut menguap, garam-garam yang paling tidak larut akan menjadi yang pertama
mencapai keadaan saturation, sehingga urutan pengendapan terdapat dalam orde naiknya
kelarutan, bukan kelimpahan. Urutan ini ditunjukkan dalam gambar 2. 1 di bawah ini
bersama-sama dengan perbandingan relatif dari garam-garam terlarut. Yang pertama
mengendap adalah kalsium karbonat (CaCO3) yang membentuk hanya sebagian kecil garam-
garam sebab kelimpahan ion bikarbonat (dan ion karbonat) yang relatif rendah.
Kalsium sulfat diendapkan sebagai anhidrat (CaSO4) atau sebagai gipsum (CaSO4.2H2O),
tergantung pada kondisi. Natrium klorida (halite, NaCl) merupakan garam paling melimpah
dan residu air laut mengandung klorida-klorida dari kalium dan magnesium yang adalah
merupakan yang paling larut dan karena itu menjadi yang paling akhir mengendap.
Gambar 4. 1 Urutan pengendapan air laut. Pada penguapan, CaCO 3 yang pertama diendapkan. Bila
penendapan telah berkurang volumenya menjadi 19% dari volume semula, CaSO 4 mulai menfendap;
pada 9,5%, dari volume semula NaCl mulai mengendap dan seterusnya. Volume dari “gundukan” zat
merepresentasikan perbandingan relatif endapan garam-garam .
Secara virtual, ada kira-kira 60 negara di dunia memproduksi garam dapur secara komersial
baik dengan proses industri maupun dengan proses penguapan matahari. Sekitar 40 juta ton
NaCl diekstraksi dari air laut setiap tahun di seluruh dunia, sebagian kecil untuk kepentingan
konsumsi manusia dan sebagian besar untuk kepentingan industri kimia. Mg(OH)2 secara
kimia diendapkan dari air laut dan digunakan untuk menghasilkan sekitar 600.000 ton
magnesium dan senyawa-senyawanya setiap tahun. Brom dilepaskan dari air laut dengan cara
elektrolisis sebagai suatu gas yang kemudian dikondensasi menjadi liquid yang mana
produksi per tahun kira-kira 30.000 ton. Satu metode untuk ekstraksi Li dari air laut telah
dikembangkan pada akhir tahun 1980an.
Kebanyakan unsur-unsur terlarut dakam air laut terdapat dalam konsentrasi yang sangat kecil
tetapi total volume air laut sangat amat besar sehingga usaha untuk mengekstraksi unsur-
unsur berharga seperti emas dan uranium telah dilakukan berkali-kali tetapi sampai sejauh ini
belum ditemukan tehnik yang menguntungkan secara ekonomi.
4. 3. Variasi Salinitas
Distribusi salinitas dan temperatur memberikan informasi kepada oseanografer yang
memungkinkan mereka men-trace pola tiga dimensi sirkulasi lautan. Bagian ini
menggambarkan bagaimana salinitas bervariasi secara vertikal dan horizontal di lautan.
Seperti dengan distribusi temperatur, peta, bagian-bagian, dan profil mengilustrasikan
stabilitas jangka panjang dari distribusi yang dipertahankan secara dinamik. Perlu diingat
kembali bahwa salinitas di tempat tertentu tidak mudah berubah dari tahun ke tahun tetapi air
di tempat tersebut selalu berubah setiap waktu.
4. 3. 1. Distribusi Salinitas dengan Kedalaman
Gambar 4. 2 di bawah ini menunjukkan suatu seksi vertikal yang mengilustrasikan range
salinitas yang relatif terbatas di pertemuan badan utama lautan. Salinitas ditentukan oleh
kesetimbangan antara pengendapan dan penguapan pada permukaan. Pengaruh fluktuasi
permukaan umumnya kecil di bawah 1000 meter dimana harga salinitas antara 34,5 dan 35
pada semua garis lintang seperti yang terdapat pada gambar 4. 2 di bawah ini.
Gambar 4. 2 (a) Bagian vertikal menunjukkan distribusi salinitas di Lautan Atlantik barat yang
mengilustrasikan bahwa range salinitas di lapisan permukaan jauh lebih besar dibanding di badan
utama air laut di bawah 1.000 meter. Pola umum ini adalah tipikal dari semua palung lautan walaupun
detailnya bervariasi dari satu lautan ke lautan lainnya. Garis yang menghubungkan titik-titik dari
salinitas yang sama disebut isohaline. Garis putus-putus dengan interval 0,1 dan 0,2, garis utuh
dengan interval 0,5. Garis vertikal A dan B terhubung ke (b) dan digunakan untuk latihan di bawah,
(b) Profil salinitas sepanjang garis A dan B di (a), juga digunakan untuk latihan di bawah.

Cepatan yang lebih besar ditemukan pada garis lintang rendah dan menengah antara lapisan
permukaan campuran dan puncak lapisan kedalaman yang mana salinitas konstan. Zona-zona
ini dikenal sebagai halocline. Terminologi ini diaplikasikan juga kepada zona-zona dimana
salinitas meningkat dengan kedalaman (sementara termoklin menurun hampir tidak bervariasi
dengan kedalaman)
(a) Pada gambabr 2. 2 (b) di atas yang mana yang merupakan profil salinitas sesuai dengan
garis vertikal pada gambar 2. 2(a)?
(b) Haloklin yang mana pada gambar 2. 2(b) menunjukkan kedalaman yang lebih besar
penurunan harga salinitasnya dengan kedalaman?
4. 3. 2 Distribusi Salinitas Permukaan
Salinitas maksimum terdapat di permukaan air laut tropis dan sub-tropis dimana penguapan
lebih besar dari pengendapan. Kedua area ini cocok dengan padang pasir tandus panas yang
terdapat di garis lintang yang sama di daratan. Salinitas menurun baik di garis lintang yang
lebih tinggi dan di equator (gambar 4. 3) di bawah ini. Modifikasi lokal adalah dengan cara
melapisi bagian atas pola area tersebut, khususnya di dekat massa tanah. Salinitas permukaan
dapat berkurang oleh influx air tawar pada muara sungai dan juga oleh lelehan es dan salju
pada garis lintang tinggi. Sebaliknya, salinitas permukaan cenderung menjadi tinggi di laguna
dan di bagian lain perairan laut tertutup yang dangkal pada garis lintang dimana penguapan
tinggi dan inflow air dari sekitas area daratan terbatas.
Gambar 4. 3 (a) Posisi aproksimasi isohaline permukaan tahunan, (b) harga rata-rata salinitas
permukaan (garis hitam) dan perbedaan antara penguapan dan pengendapan (E – P) (garis biru) rata-
rata tahunan, diplotkan terhadap garis lintang.

4. 4. Pengukuran Salinitas
Percobaan-percobaan untuk menentukan komposisi kimia air laut terkendala oleh rendahnya
sensitifitas tehnik-tehnik analisis. Tidak sampai awal abad 19 tiap orde tampak di data dan
kekonstanan komposisi air laut pertama kali diketahui dari sedikit analisis yang tersedia.
Selama pelayaran HMS Challenger dari 1872 hingga 1876, 77 sampel air telah dikumpulkan
dari berbagai kedalaman di hampir semua lautan dan laut utama dan telah menganalisis
unsur-unsur klor, natrium, mahnesium, belerang, kalsium, kalium dan brom.Metode yang
digunakan untuk tiap unsur secara kasar menguji sampel sintesis yang menghasilkan
pemeriksaan reliabilitas tehnik yang digunakan.
Sejak abad 19, sejumlah investigasi telah dilakukan untuk melihat perbandingan konstituen
tunggal terhadap salinitas. Selama pertengahan 1960an, ilmuwan dari British National
Institute of Oceanography (sekarang the Institute of Oceanographic Sciences) dan the
University of Liverpool menganalisis lebih dari 100 sampel untuk konstituen-konstituen
utama. Pada 1970an, the GEOSECS programme (GEochemical Ocean SECtionS), yang
berbasis di Amerika, mengumpulkan data kimia secara sistematik untuk semua lautan,
menggunakan tehnik analisis yang paling akurat kemudian menggunakan prosedur
pengambilan sampel yang dapat meminimalisir kontaminasi. Sejumlah besar data terkumpul
dan diinterpretasikan dan pengukuran GEOSECS sekarang ini diberi suplemen, di-update dan
secara perlahan-lahan tergantikan ketika lebih banyak sampel dikumpulkan untuk program-
program penelitian yang baru dan ketika metode analisis lebih baik.
4. 4. 1. Pengukuran Salinitas dengan Metode Kimia
Cara yang paling jelas dalam pengukuran salinitas adalah mengambil sejumlah tertentu air
laut, menguapkannya untuk dikeringkankemudian menimbang sisa garam-garam (penentuan
secara gravimetri). Walaupun sederhana dalam teori, metode seperti ini memberikan hasil
yang tidak reliabel untuk sejumlah alasan. Residu yang tertinggal setelah penguapan adalah
suatu campuran garam-garam kompleks, bersama-sama dengan air yang secara kimia terikat
dengan padatatan plus sejumlah kecil material organik. Jumlah air yang tertinggal dapat
dengan jelas diturunkan melalui pengeringan residu garam-garam pada temperatur tinggi
tetapi hal ini menghasilkan problem lain seperti: (i) peruraian beberapa garam (misalnya,
hilangnya air dan gas-gas HCl dari kristal hidrat MgCl2), (ii) penguapan dan peruraian zat-zat
organik, (iii) pengeluaran gas CO2 dari garam-garam karbonat. Berat material padatan yang
tertinggal setelah penguapan (dan oleh karena itu salinitas terukur) yang tergantung pada
kondisi yang dilakukan mendorong air. Ahli kimia laut pada abad 19 sangat perduli tentang
percobaan-percobaan untuk mengukur salinitas secara gravimetri dan menemukan prosedur
yang memberikan hasil-hasil yang dapat diproduksi.
Namun demikian, penentuan salinitas secara gravimetri sulit dan membosankan maka
metode-metode lain diinvestigasi. Seperti yang sudah dinyatakan sebelumnya, konsentrasi
dari banyak konstituen-konstituen utama terlarut di air laut berusaha mempertahankan
perbandingan tetap konstan dengan total konsentrasi garam terlarut, sehingga konsentrasi dari
salah satu atau lebih konstituen utama dapat digunakan untuk menyimpulkan harga total
salinitas, S. Konstituen-konstituen yang paling mudah diukur adalah halida-halida (klorida +
bromida + iodida), dan ini memberikan hubungan empirik S = 1,80655 Cl .........................2. 1
dimana Cl adalah klorinitas dari sampel yang didefinisikan sebagai konsentrasi klorida di
dalam air laut (dalam bagian per seribu) dengan mengasumsikan bahwa bromida dan iodida
digantikan klorida. Klorinitas diukur dengan cara titrasi dan salinitas ditentukan dengan cara
substitusi pada persamaan 1 di atas. Metode ini telah digunakan untuk menentukan secara
virtual semua salinitas dari abad lalu hingga pertengahan 1960an. Cara ini jarang digunakan
sekarang ini, karena tergantikan oleh pengukuran secara konduktifitas listrik.
4. 4. 2 Pengukuran Salinitas dengan Metode Fisika
Air murni adalah merupakan konduktor listrik yang tidak baik. Tetapi, keberadaan ion-ion di
dalam air memungkinkannya membawa arus listrik. Pada 1930an ditemukan bahwa
konduktifitas listrik air laut berbanding lurus dengan salinitasnya. Konduktifitas berbanding
terbalik dengan tahanannya. Untuk beberapa dekade konduktifitas salinometer didasarkan
pada sirkuit jembatan listrik sederhana dengan menggunakan “air laut standar” yang
salinitasnya diketahui (mendekati 350 untuk kalibrasi).
Konduktifitas juga dipengaruhi oleh temperatur yang dapat menyebabkan kesalahan (dapat
diterima). Idealnya, ahli fisika kelautan memerlukan pengukuran salinitas yang memiliki
akurasi ± 0,001, bisa mengukur konduktifitas hingga 1 bagian dalam 40.000. Satu perubahan
dari magnitude ini dapat menunjukkkan perubahan temperatur 0,001oC maka kontrol
temperatur yang hati-hati adalah merupakan hal yang esensil.
Pada masa lalu, keakuratan termostat telah digunakan untuk menjaga sampel dan air laut
standar pada temperatur konstan tetapi peralatan sangat besar dan pengukuran berlangsung
lama sebab sampel harus dipanaskan atau didinginkan pada temperatur kerja sebelum
pengukuran dimulai. Problem ini menjadi kendala dan salinometer modern yang kompak dan
cepat dalam operasi dan dapat mengukur salinitas hingga ± 0,003 atau lebih baik. Sensor
konduktifitas telah dirangkaikan ke alat in situ instrumen temperatur – salinitas untuk
digunakan di air dangkal dan ke dalam satu bentuk konduktifitas – temperatur – kedalaman
(CTD = Conductivity Temperature Depth) untuk digunakan di lautan dalam.
4. 5. Definisi Formal Salinitas
Sejak pertengahan 1960an, definisi salinitas didasarkan (persetujuan internasional) pada
penentuan secara empirik bukan pada perumusan yang kompleks yang melibatkan suatu
konduktifitas standar. Salinitas dari suatu sampel air laut diukur dalam terminologi
perbandingan konduktifitas, R yang didefinisikan oleh:
Konduktifitas sampel air laut
R= .....................................................................4. 2
Konduktifitas standar larutan KCl
Konsentrasi larutan standar KCl = 32,4356 gr.kg-1
Salinitas dihubungkan dengan perbandingan konduktifitas pada 15oC dan tekanan 1 atmosfir
(R15) dengan persamaan berikut:
S = 0,0080 – 0,1692 R151/2 + 25,3851 R15 + 14,0941 R151/2 – 7,0261 R151/2 + 2,7081 R151/2 ...4.3
1. Kita tidak harus mengingat tiap detil persamaan 3 di atas,
2. Sebab definisi adalah suatu perbandingan, salinitas seharusnya dinyatakan secara
sederhana sebagai angka tapi ada juga ditemukan salinitas dalam terminologi practical
salinity units (p.s.u). Penting diingat bahwa angka-angka aproksimasi mendekati gram per kg
(atau gr per liter), misalnya bagian per seribu (berat)
3. Pada prakteknya, algoritme komputer digunakan untuk mengkonversi perbandingan
konduktifitas pada temperatur dan tekanan dari pengukuran selain 15oC dan 1 atmosfir
menjadi R15 dan untuk konversi R15 menjadi S
Gunakan persamaan 3 di atas, untuk menjawab pertanyaan dengan melengkapi kalimat
berikut> Dengan definisi, bila R15 = 1, secara praktis salinitas sama dengan..............?

BAB V
AIR LAUT DAN SIKLUS GLOBAL
Peranan air laut dalam siklus unsur-unsur secara global diilustrasikan dalam gambar 3. 1 di
bawah ini yang diberikan sebagai berikut:
1. Weathering batuan menyuplai konstituen terlarut di lautan dan ditambahkan baik oleh
pelarutan mineral-mineral batuan dari kerak lautan selama sirkulasi hidrotermal maupun oleh
suplai klorida, sulfat dan volatil-volatil berlebih lainnya dari gas-gas vulkanik
2. Kebanyakan konstituen terlarut memiliki waktu tinggal jauh lebih lama dibanding waktu
pengadukan lautan (gambar 1. 8 di atas) dan dapat disikluskan secara berulang-ulang di
dalam badan utama lautan, khususnya oleh partisipasi di dalam reaksi-reaksi biologi. Bisa
juga terjadi pertukaran melalui dasar laut dan interface udara – laut.
3. Konstituen terlarut akhirnya ditarik dari larutan air laut ke dalam sedimen dan batuan oleh
proses-proses weathering balik. Proses-proses ini meliputi adsorbsi dan scavenging dari
unsur-unsur minor dan trace, pembentukan material skeletal, reaksi-reaksi diagenetik dengan
sedimen, pemeliharaan/penjagaan dalam lingkungan anoksik, dan reaksi-reaksi selama
aktifitas hidrotermal.
4. Sedimen dan batuan dikeluarkan dari lingkungan lautan dengan cara uplift langsung di atas
sea-level atau dengan cara subduction ke dalam kulit bumi, pada destructive plate
margins.Uplift membawa kembali sedimen dan batuan secara langsung ke dalam lingkungan
weathering; subduction akhirnya mengembalikan sedimen dan batuan ke kulit bumi via
proses-proses magmatik yang membentuk batuan igneous dan melepaskan gas-gas vulkanik
(termasuk volatil-volatil berlebih).
Gambar 5. 1 Selama lebih dari jutaan tahun, lautan berlaku sebagai tanki yang mencampur baik
larutan air laut. Proses input dan output bisa berupa eksternal (sun-driven flow, fotosintesis) atau
internal (earth-driven: reaksi-reaksi pada mid-oceanic ridges dan subduction dari kerak lautan)

Karena itu, volatil-volatil berlebih merupakan bagian dari siklus global. Suatu bagian kecil
kemungkinan benar-benar sedikit atau primordial (misalnya.yamg dibawa dari kedalaman
bumi, dimana volatil-volatil berlebih telah ada sejak awal); tetapi kebanyakan dari volatil-
volatil berlebih disirkulasikan melalui sistem seperti yamg terdapat pada gambar 3. 1 di atas
selama ribuan juta tahun.
Karbon dioksida dan metana adalah juga merupakan gas-gas vulkanik. Perbandingan kedua
gas ini kecil, kebanyakan didaur-ulang. Bagaimana hal ini dapat terjadi?
Bukti geologis mendukung dalil yang menyatakan bahwa komposisi air laut tidak pernah
berubah secara signifikan selama paling tidak beberapa ratus juta tahun. Sedimentary lautan
dan keberadaan batuan dari semua umur geologi menunjukkan komposisi yang sangat sama
dengan ekivalen modernnya. Hal ini diaplikasikan tidak hanya kepada komponen utama dari
limestone, sandstone, dan shales tetapi juga kepada konsentrasi unsur-unsur minor dan trace.
Sebagai contoh, penguapan lebih tua dari 2500 juta tahun tetap membuktikan bahwa natrium
klorida adalah merupakan garam utama yang diendapkan. Perbandingan unsur-unsur seperti
tembaga, seng, dan uranium di serpihan laut yang kaya zat-zat organik dari periode purba
geologi sama dengan perbandingan sedimen-sedimen yang terdeposit sekarang ini di Laut
Hitam. Karena itu keadaan kimia tampaknya menjadi sesuatu yang karakteristik mendasar
dari lautan. Kecepatan input dan pengeluaran dari kebanyakan konstituen-konstituen terlarut
harusnya terdapat dalam kesetimbangan yang menyebabkan kita mampu menghitung waktu
tinggal. Kestabilan komposisi jangka panjang tidak berarti kekonstanan abadi, dan terjadi
perubahan dalam komposisi air laut.
5. 1 Sejarah Singkat Air Laut
Pengaruh yang paling signifikan pada lingkungan permukaan bumi adalah komposisi
atmosfir yang didominasi oleh nitrogen dan karbon dioksida. Tidak terdapat oksigen bebas di
atmosfir primitif yang kemungkinan juga mengandung metana (produk degassing lainnya
dari bumi) dan mungkin juga terdapat reduksi lokal nitrogen menjadi amonia. Percobaan
laboratorium pada 1950an menunjukkan bahwa asam-asam amino (building block dari
protein) mungkin dapat disintesis secara alamiah dari gas-gas tersebut di dalam larutan air
laut. Energi yang dibutuhkan disuplai oleh petir dan radiasi UV yang dapat masuk ke
permukaan atmosfir bumi tanpa oksigen atmosfir dan lapisan ozon. Dengan penemuan
ventilasi hidrotermal di lautan selama 1970an, disarankan bahwa molekul-molekul organik
diperlukan untuk perkembangan awal kehidupan terbentuk yang dapat juga berasal dari laut
dalam. Ventilasi hidrotermal memberikan lingkungan ideal: adanya banyak air panas dan
bahan baku yang melimpah. Bumi kita lebih panas pada awal evolusinya dibanding sekarang
ini dan lingkungan hidrotermal lebih meluas. Beberapa meteorit mengandung molekul-
molekul organik termasuk hidrokarbon dan asam-asam amino sehingga “sup organik” dari
bumi muda mungkin diturunkan dari luar angkasa. Apapun asal dari kehidupan di bumi,
bentuk-bentuk kehidupan yang ada di dalam catatan fosil berumur kira-kira 3,5 milliar tahun
misalnya algae primitif biru – hijau (sianobakteria) yang membutuhkan cahaya matahari
untuk fotosintesis. Komposisi air laut di bumi berbeda dari yang ada sekarang ini.
Konstituen-konstituen terlarut seperti bikarbonat dan sulfat (anion) dan besi dan mangaan
(kation) terdapat dalam perbandingan yang sangat berbeda. Konsentrasi HCO3-merupakan
yang kedua setelah Cl- sebab belerang kebanyakan ditemukan dalam bentuk sulfida yang
relatif tidak larut dibanding sulfat yang larut. Bentuk-bentuk tereduksi dari besi dan mangaan
Fe(II) dan Mn(II) yang agak larut dan kedua unsur ini merupakan komponen utama dari
kerak batuan (tabel 1. 4) yang kelimpahannya di laut lebih tinggi dibanding sekarang ini.
Perbandingan CO2 : O2 atmosfir perlahan-lahan turun dengan waktu ketika fotosintesis
organisme memfiksasi karbon dalam jaringan organik dan melepaskan oksigen (reaksi 1. 3).
Faktor kontribusi menyatakan akumulasi kalsium karbonat, terutama stromatolites yang
diendapkan sebagai mats oleh algae air dangkal yang sudah eksis paling tidak 3 milliar tahun
yang lalu (hewan dengan skeleton kalkareous tidak berkembang hingga kira-kira 600 juta
tahun yang lalu).
Dengan oksidasi atmosfir dan penurunan CO2 yang progresif, baik atmosfir maupun lautan
mendekati komposisinya saat ini. Efek buffer temperatur lautan menahan permukaan bumi
toleran terhadap kehidupan, tetapi temperatur rata-rata permukaan menunjukkan fluktuasi
yang dapat diterima. Terdapat bukti geologi yang baik bahwa lingkungan permukaan bumi
normalnya dikarakterisasi oleh kutub-kutub bebas es dan gradien temperatur kutub yang
relatif halus. Secara singkat, bumi saat ini menggambarkan kondisi yang atipikal; bisa jadi
kita masih tetap di Pleistone Ice Age, albeit menikmati interval interglacial yang relatif
hangat. Zaman es utama sebelumnya berlangsung kira-kira 300 juta tahun yang lalu selama
periode Permo-Carboniferous
Jika temperatur rata-rata masa lalu lebih tinggi dibanding saat ini yang dikarakterisasi oleh
permukaan bumi dan kutub-kutub terdapat dalam keadaan bebas es, implikasi apa yang bisa
terjadi pada kondisi ini di sirkulasi laut dalam?
Semakin rendah konsentrasi oksigen terlarut di air kedalaman memberi arti kurangnya
dekomposisi dan menyebakan lebih banyak pengawetan jaringan organik di sedimen. Terjadi
perlambatan perubahan nutrien dibanding saat ini sebab makin banyak jaringan organik yang
mengandung nutrien diawetkan di sedimen.
5. 2. Kasus Khusus CO2
Karbon adalah unsur yang membentuk dasar semua kehidupan dan karbon dioksida dalam
bentuk yang digunakan untuk fotosintesis produk primer. Di awal sejarah Geologi bumi, CO2
terdapat sekitar seribu kali lebih melimpah dibanding atmosfir pada masa pre-industrial kira-
kira 200 tahun yang lalu (sebelum meningkatnya pembakaran bahan bakar fosil). Tekanan
parsialnya mendekati 0,3 atmosfir yang mana tekanan parsial ini lebih besardari tekanan
parsial oksigen saat ini. Dalam terminologi volumetrik, CO2 merupakan gas dengan
kelimpahan kedua di atmosfir setelah nitrogen. Semakin besar tekanan parsial CO2 di
atmosfir maka semakin besar juga harga [∑CO2] di lautan (reaksi 3. 2).
Apakah itu berarti lautan di awal terbentuknya lebih asam (pH lebih rendah) dibanding saat
ini? Beberapa otoritas mengestimasikan bahwa pada awal sejarah bumi luminitas matahari
kira-kira 25% lebih kecil dari saat ini, sehingga bumi hanya menerima kira-kira ¾ dari radiasi
matahari saat ini. Jika hal itu benar, artinya luminisitas matahari meningkat dengan
bertambahnya waktu seiring CO2 atmosfir menurun secara progresif. Seperti kita ketahui CO2
adalah kontributor utama untuk efek rumah kaca di atmosfir bersama-sama dengan uap air.
Semakin banyak CO2 di atmosfir, semakin tinggi pula efek rumah kaca yang terjadi.
Jika tingkat CO2tidak jatuh seiring naiknya luminisitas cahaya matahari, seperti apa kira-
kira permukaan bumi saat ini?
Sangat panas: tidak seperti keadaan Venus saat ini. Namun demikian, berbeda dari Venus,
pada saat awal bumi cukup jauh dari matahari untuk memungkinkan air liquid eksis di
permukaan, di sungai, di danau dan di laut. Segera setelah karbon dioksida larut di dalam air,
abstraksinya dari atmosfir dapat dimulai melalui weathering batuan (reaksi 3. 5) dan melalui
akumulasi zat-zat organik dan kalsium karbonat di dalam sedimen. Saat ini banyak karbon
terkunci di dalam kerak batuan sama seperti di dalam biosfir dan bahan bakar fosil (lihat tabel
5. 1 di bawah). Karbon secara terus menerus bersirkulasi melalui siklus global tetapi jumlah
yang tersimpan dalam berbagai sumber berubah tidak sedikit. (Walaupun “bank” bahan bakar
fosil dengan cepat berkurang karena aktifitas manusia, hal ini dianggap sebagai reservoir
yang relatif kecil dari karbon)
Tabel 5. 1 Jumlah karbon di berbagai reservoir (1012 ton CO2 ekivalen)
Reservoir Aproksimasi kuantitas
Atmosfir 3
Biomassa 3
Diseminasi karbon organik dalam tanah dan sedimen 125.000
Lautan dan air tawar (dalam larutan) 140
Sedimen karbonat 150.000
Bahan bakar fosil 35
Penurunan CO2 atmosfir berlangsung progresif tetapi tidak reguler. Gambar 3. 2 di bawah ini
memberi bukti terjadi fluktuasi konsentrasi CO2 atmosfir yang singkat sekali selama paling
tidak ratusan ribu tahun terakhir.

Gambar 5. 2 Variasi konsentrasi CO2 di atmosfir, ditentukan dari gelembung-gelembung udara yang
terperangkap di dalam suatu inti es dari Vostok di area Antartika (kurva abu-abu daerah yang diarsir
lebar menunjukkan kesalahan pengukuran); bersama-sama dengan temperatur atmosfir pada
permukaan, disimpulkan dari pengukuran perbandingan isotop deuterium/hidrogen dalam H 2O

Faktanya, gambar yang penuh lebih kompleks dari gambar di atas dan terjadi debat yang
sangat sengit tentang apakah perubahan konsentrasi CO2 di atmosfir merupakan respon
terhadap fluktuasi temperatur atau suatu penyebab perubahan tersebut. Beberapa hipotesis
diusulkan yang berhubungan dengan perubahan konsentrasi CO2 atmosfir yang menyebabkan
perubahan dalam produktifitas biologi, dalam kecepatan weathering batuan teresterial di sea-
level, dan dalam sirkulasi sistem arus permukaan dan kedalaman (termasuk relatif pentingnya
pembentukan massa air kedalaman pada garis lintang tinggi dan area upwelling dimana
produksi biologi tinggi). Semua faktor-faktor di atas berhubungan satu sama lain dan
menghasilkan model yang kompleks dan tidak menunjukkan hubungan sebab – akibat yang
jelas sejauh ini. Hal itu tentu sangat beralasan karena variasi konsentrasi CO2 di atmosfir
bukanlah penyebab utama dari fluktuasi temperatur, tetapi dapat menyebabkan
kecenderungan tekanan balik cuaca.
5. 3. Sekilas Pandang
Gambar 5. 3 di bawah ini menunjukkan bagaimana kandungan CO2 di atmosfir meningkat
sejak revolusi industri. Pada tahun-tahun belakang peningkatan ini mengalami akselerasi,
sebagian disebabkan oleh meningkatnya aktifitas industri dan sebagian lagi disebabkan oleh
peningkatan deforestasi yang gila-gilaan dan penggunaan lahan untuk urban, industri dan
pertanian/perkebunan. Banyak orang sekarang ini menunjukkan keperduliannya akan efek
rumah kaca dari peningkatan akselerasi ini. Akibatnya, terjadi penghangatan atmosfir dan
permukaan bumi pada skala waktu dekade dengan konsekuensi seperti melelehnya puncak es
dan naiknya permukaan laut. Temperatur permukaan global meningkat rata-rata sekitar 0,5oC
sejak akhir abbad 19 dan permukaan laut naik rata-rata 10 – 15 cm dalam periode yang sama,
sebagian disebabkan oleh lelehan es, tetapi juga disebabkan oleh ekspansi termal dari puncak
beberapa ratus meter dari badan air. Kira-kira tahun 2030, temperatur rata-rata dan sea-level
naik berkelanjutan dengan jumlah yang sama atau bahkan lebih. Perubahan-perubahan ini
tidak dapat diatributkan secara tidak samar-samar kepada pengayaan efek rumah kaca yang
dihasilkan dari aktifitas manusia, tetapi terdapat banyak bukti untuk link antara atmosfir dan
temperatur dan konsentrasi CO2.

(a)

(b)
Gambar 5. 3 (a) Naiknya CO2 di atmosfir sejak zaman medieval ditentukan dari udara yang
terperangkap di Antarctic ice. Bujur sangkar kanan atas dicatat setelah tahun 1950, (b) Naiknya CO 2
bahan bakar fosil.

Bagaimana konsentrasi CO2 atmosfir saat ini dibandingkan dengan konsentrasinya 130.000
tahun yang lalu?
Hal yang luar biasa dari perbandingan ini adalah bahwa peningkatan sebesar 70 ppm dari
tahun 1800 ke saat ini terjadi dalam kurun waktu kurang dari 200 tahun. Pada awal deglasiasi
yang lalu, peningkatan yang sebanding memerlukan waktu kira-kira 5000 tahun. Kecepatan
peningkatan CO2 atmosfir kemungkinan lebih besar sekarang dibanding pada waktu sejarah
bumi. Perbedaan antara kurca “terobservasi” dan “terprediksi” dalam gambar 3. 3 di atas
menunjukkan bahwa tidak semua CO2 yang dihasilkan oleh aktifitas manusia tinggal di
atmosfir. Sebagian dari kelebihan ini kemungkinan digunakan oleh naiknya kecepatan
produksi fotosintesis daratan dan weathering batuan dan kira-kira 1/3 dilarutkan di lautan
dimana produk primer yang lebih tinggi dapat menggunakannya.
Makanya biosfir tampaknya bisa mengcounter peningkatan artifisial CO2di atmosfir dengan
berlaku sebagai sesuatu yang tenggelam sehingga kenaikan temperatur berkurang. Baru-baru
ini diketahui bahwa penyebab utama kejatuhan secara progresif perbandingan CO2 : O2
atmosfir adalah pembebasan oksigen dan penarikan CO2 ke sedimen. Hubungan dari jenis ini
menghasilkan saran bahwa permukaan planet dipertahankan sebagai lingkungan pendukung
kehidupan oleh aktifitas biologi via sejumlah mekanisme umpan balik. Ini merupakan
cornerstone dari Gaia Hypothesis.
Percobaan untuk memahami mekanisme umpan balik biologi dalam hubungannya seperti
yang terdapat dalam gambar 3. 2 di atas; naiknya fotosintetis produk biologi primer selama
periode cuaca hangat menarik sejumlah besar CO2 atmosfir, konsentrasinya menurun dan
cuaca mendingin; produksi primer menurun pada kondisi lebih dingin, CO2 terakumulasi di
atmosfir dan cuaca kembali hangat. Namun demikian, variasi pada gambar 3. 2 sangat
sinkron untuk hal ini menjadi satu-satunya penjelasan (atau bahkan yang utama) dan faktor-
faktor lain haruslah terlibat. Sebagai contoh, aerosol sulfat diperkenalkan ke dalam atmosfir
oleh erupsi besar vulkanik dapat meningkatkan albedo bumi, baik secara langsung melalui
scattering radiasi sinar matahari maupun secara tidak langsung melalui pembentukan awan.
Maka, temperatur rata-rata global sedikit lebih rendah untuk beberapa tahun setelah erupsi
gunung Pinatubo yang mengeluarkan sangat banyak belerang dioksida. Juga telah disarankan
bahwa kenaikan jumlah aerosol belerang yang dihasilkan dari aktifitas industrial pada
beberapa dekade yang lalu dapat memberi efek yang sama, counteracting sebagian global
warming yang disebabkan oleh naiknya konsentrasi gas-gas rumah kaca.
Namun demikian, usaha terus menerus melakukan penelitian yang luar biasa dan telah
melahirkan tingkatan fitoplankton lautan mengambil kelebihan CO2 dan menyebabkan
peningkatan paling lambat konsentrasi CO2 di atmosfir dan oleh juga memperlambat
kecepatan global warming. Program-program Internasional dan nasional menginisiasi
penelitian akan hal ini dan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan termasuk the Joint
Global Ocean Flux Study(JGOFS) dan World Ocean Circulation Experiment (WOCE)
Ilmuwan mempertimbangkan cara-cara meningkatkan produksi biologi lautan secara artifisial
guna menarik lebih banyak CO2 dari atmosfir. Sebagai contoh, besi terlarut telah berhasil
diidentifikasi sebagai suatu biolimiting micronutrient sebab di beberapa area lautan yang
produktif, nitrat dan fosfat masih terdapat di permukaan air dimana konsentrasi besi di bawah
batas deteksi. Pada awal 1990an, diusulkan bahwa bagian atas lautan menunjukkan
“kesuburan” dengan kontrol dari kuantitas besi terlarut, yang berfungsi menstimulate
produksi fitoplankton. Area permukaan laut yang luas di Lautan Pasifik timur equatorial yang
mengalami kekurangan besi secara eksperimen telah dijadikan sebagai “dosis” larutan besi.
Produksi fitoplankton menunjukkan peningkatan tetapi peningkatan ini berlangsung singkat
dan lebih kecil dari yang diantisipasi. Sementara itu, hasil-hasil eksperimen mengindikasikan
bahwa limitasi besi dapat mengkontrol kecepatan produksi fitoplankton. Banyak ilmuwan
tidak setuju dengan percobaan “planetary engineering” dengan mengukur fertilisasi besi dan
ini adalah merupakan kesalahan petunjuk. Akan lebih baik mencoba mereduksi emisi CO2.
5. 4. Ketidakstabilan Cuaca
Penampakan sejarah bumi 10.000 tahun yang lalu telah dikarakterisasi oleh khususnya
kondisi cuaca yang stabil. Fluktuasi seperti yang terjadi pada masa periode hangat medieval
dan pada masa the Little Ice Age abad 17 dan 18 merepresentasikan rata-rata global
temperatur permukaan kurang dari 1oC dari saat ini.
Namun demikian, selama 200.000 tahun cuaca tampak jauh lebih dapat berubah dan gambar
5. 4 di bawah ini memberikan buktiakan hal tersebut. Gambar tersebut membandingkan data
dari Antarctic Vostok ice core (gambar 5. 2 di atas) dengan catatan yang diperoleh dengan
cara menggaliarea pusat “summit” di kedalaman 3 km Greenland ice-cap selama Greenland
Ice-core Project (GRIP yang dimulai pada awal 1990an.

Gambar 5. 4 Isotop oksigen dicatat dari (a) GRIP Summit ice core, dan (b) Antarctic Vostok ice
core(gambar 5. 2). Kurva biru di (a) hasil dari analisis statistik dari data yang menggunakan interval
waktu 5.000 tahun. Variasi dalam perbandingan isotop oksigen (δ 18O) dari es, dinyatakan dalam
bagian per seribu (per mil), menghasilkan pengukuran fluktuasi temperatur di area kutub selama
periode yang direpresentasikan oleh cores, sebab δ18O di kutub glacier ice terutama ditentukan oleh
temperatur pembentukannya; poin pentingnya adalah bahwa semakin besar (negatif) angka, semakin
rendah temperatur.

Perbedaan apa yang paling bisa dicatat antara dua record pada gambar di atas (selain
ukuran perbandingannya, yang dihasilkan dari lokasi ice-caps pada kutub-kutub yang
berlawanan)?

BAB VI
Densitas dan Tekanan Dalam Air Laut
Distribusi vertikal dan horizontal dari isotherm dan isohaline umumnya tetap konstan dari
tahun ke tahun. Fluktuasi musiman kebanyakan membatasi lapisan permukaan. Kita telah
menekankan bahwa distribusi seperti ini merepresentasikan suatu bentuk kesetimbangan
dinamis atau steady state, sebab air lautan secara terus menerus bergerak. Gerakan tidaklah
acak, tetapi diorganisasikan dalam sistem sirkulasi tiga dimensi yang menunjukkan sedikit
variasi bila gerakan dirata-ratakan selama periode waktu beberapa tahun.
6. 1 Massa Air
Klimat dan cuaca bumi sebagian besar merupakan hasil dari pergerakan massa air yang besar,
masing-masing dikarakterisasi oleh kombinasi khusus yaitu temperatur, humiditas, dan
tekanan. Dalam banyak kesamaan, massa air yang besar di lautan bergerak secara vertikal
dan secara horizontal, masing-masing ditentukan oleh temperaturnya (T), salinitas (S) dan
karakteristik lainnya yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi massa air dan men-track
pergerakannya. Gambaran utama dari pergerakan massa air diberikan di bawah ini:
1. Gambar 6. 1 di bawah ini menunjukkan batas-batas massa air yang terbentuk di bagian
lapisan atas lautan, perluasan dari air permukaan atau air dekat permukaan turun sampai kira-
kira dasar termoklin permanen. Massa air ini diidentifikasi oleh temperatur, salinitas, dan
sifat-sifat lain dari massa air tersebut, termasuk komunitas organisme yang mendiami massa
air tersebut.
Pertanyaan. Massa air dapat diidentifikasi oleh temperaturnya (T) dan salinitasnya (S).
Dalam cara apa kita dapat mengharapkan sifat-sifat ini dapat mengubah (i) bagian dalam
massa air dan (ii) bagian batas massa air?
2. Air bergerak sangat lambat dibanding udara, maka massa air kurang variabel dibanding
massa udara, dan batas-batasnya tidak banyak berubah bahkan dalam skala waktu dekade
hingga abad
3. Sistem arus permukaan digerakkan oleh angin, tetapi pergerakan di massa air intermediate
dan di kedalaman dikontrol terutama oleh densitas. Bila densitas lapisan permukaan air laut
meningkat secara mencukupi, kolom air akan menjadi tidak stabil secara gravitasi dan air
yang lebih kental akan tenggelam.
Pertanyaan. (a) Bagaimana densitas air permukaan di lautan bisa meningkat di (i) daerah
kutub dan (ii) daerah tropis? (b) apakah reasonabel menganggap pergerakan sirkulasi
densitas di lautan dalam sebagai akibat dari interaksi antara atmosfir dan lautan?
Sirkulasi vertikal di lautan dikontrol oleh variasi temperatur dan salinitas dan dikenal sebagai
sirkulasi thermohaline. Komponen utamanya adalah massa air dingin kental yang diproduksi
di garis lintang tinggi, yang tenggelam dan menyebar ke seluruh lautan di bawah thermocline
permanen. Tiap-tiap massa air ini memiliki karakteristik T dan S yang dibawa secara alamiah
dari kondisi permukaan sumber asalnya. Air kedalaman dari Antarctic (Antarctic
BottomWater AABW), menyeberangi Equator kedalam Northern Hemisphere. Di Atlantik
Utara, terdapat arus dalam yang mengalir dari selatan datang dari Arctic, tetapi tidak ada arus
seperti itu di Pasifik Utara. Hal ini sebagian disebabkan oleh halangan yang terbentuk oleh
Aleutianarc ke utara.
6. 2 Kedalaman (Tekanan), Densitas dan Temperatur
Densitas air laut selalu bervariasi dengan kedalaman tetapi tidak diketahui hingga 1 ½ abad
yang lalu. Efek tekanan pada densitas tidaklah agak sedramatik seperti yang dibayangkan.
Sesungguhnya, konsep buoyancy netral secara implisit diaplikasikan dalam tehnologi
modern. Persamaan hidrostatik mendeskripsikan cara yang mana tekanan P berhubungan
dengan kedalaman (atau tinggi) (z) di dalam kolom fluida:
P = gρz ......................................................................6. 1
g adalah akselerasi (dari gravitasi) dan ρ (rho) adalah densitas
Densitas yang ada tetap konstan, persamaan hidrostatik menunjukkan suatu hubungan
perbandingan antara tekanan dan kedalaman (height) dan secara umum valid untuk lautan,
sebab air hanya agak terkompres dan densitas dari 99% lautan berada pada ±2% dari harga
rata-ratanya kira-kira 1,03 x 103 kg m-3. Pada skala seperti yang teradapat pada gambar 6. 1 di
bawah ini, hasilnya adalah garis lurus.
Gambar 6. 1 Grafik Tekanan (P) versus kedalaman (z) di lautan. Kedua skala adalah logaritma
sederhana untuk mengakomodasi range angka-angka. Hubungan antara tekanan dan kedalaman adalah
garis linear bila diplot-kan pada skala ini. (Tekanan diukur dalam newton per meter kuadrat; 10 5 N m-2
= 1 bar = 1 atmosfir)
Pertanyaan. Harga g = 9,8 m s-1. Gunakan persamaan hidrostatik untuk menentukan tekanan
bila kedalaman air adalah 10 meter. Bagaimana jawaban pertanyaan ini dibandingkan
dengan harga normal tekanan atmosfir?
6. 3. Perubahan Temperatur Adiabatik
Perubahan adiabatik dari temperatur adalah merupakan perubahan yang terjadi secara
independen dari setiap panas ke atau dari lingkungan. Perubahan ini merupakan konsekuensi
dari kompresibilitas fluida. Bila fluida mengembang, maka fluida tersebut akan kehilangan
energi dalamnya dan temperaturnya akan turun. Bila dikompres, maka fluida tersebut akan
memperoleh energi dalam dan temperaturnya naik; ini adalah alasan yang prinsipil mengapa
pompa menjadi panas ketika kita memompa ban sepeda. Prinsip-prinsip adiabatik “gain and
loss” panas pada kompresi dan ekspansi gas-gas memberikan dasar pemahaman akan
tehnologi pendingin dan air condition. Seiring udara naik ke area bertekanan rendah maka
udara tersebut akan mengembang dan kecepatan jatuhnya temperatur untuk udara adalah 8 –
10oC km-1, tergantung pada humiditas (kandungan kelembaban). Liquid bersifat kurang
kompresibel dibanding gas-gas, dan kecepatan perubahan kurang dari 0,2oC km-1.
Hal ini membawa kita ke konsep yang paling penting tentang potensial temperatur, θ
(theta). Dalam lautan dan atmosfir terminologi ini didefinisikan sebagai temperatur yang
mana fluida akan diperoleh jika dibawa secara adiabatik dari tekanan yang tepat ke tinggi
yang sebenarnya atau kedalaman ke tekanan 1.000 milibar (tekanan 1 atmosfir terdapat pada
permukaan laut). Inilah perbedaannya dari temperatur in situ yang mana temperatur dari
fluida diukur pada kedalaman aktual.
Oleh karena kontradiksi yang besar dalam kompresibilitas, perbedaan antara potensial dan
temperatur in situ bisa jadi puluhan derajat di atmosfir, tetapi tidak pernah lebih dari 1,5oC di
lautan. Gambaran terakhir kelihatannya menjadi trivial, tetapi segera akan terlihat bahwa
potensial temperatur adalah merupakan konsep yang sangat penting bila kita
mempertimbangkan distribusi vertikal temperatur dan kestabilan gravitasional di lautan.
Pertanyaan. Jelaskan apakah anda mengharapkan potensial temperatur dari (a) udara pada
ketinggian 5 km dan (b) air laut pada kedalaman 5 km menjadi lebih besar atau lebih kecil
dibanding perspektif temperatur in situ.
6. 4. Diagram T – S
Diagram T – S digunakan untuk mem-plot-kan data temperatur in situ dan salinitas untuk
sampel air dan oleh karena itu digunakan juga untuk mengidentifikasi massa air. Gambar 4. 2
di bawah ini adalah diagram T – S. Garis luar adalah garis dari densitas yang sama. Angka-
angka adalah harga-harga dari σt(sigma-t).
Gambar 4. 2 Diagram T – S dengan garis melengkung σt dalam satuan densitas kg m-3

6. 4. 1. Penggunaanσt
σt adalah cara singkat untuk mengekspresikan densitas suatu sampel air laut pada tekanan
atmosfir, ditentukan dari temperatur in situ terukur dan salinitasnya. Sebagai contoh, pada
gambar 4. 2 σt air laut pada 5oC (temperatur in situ) dan salinitas 33,5 adalah 26,5 kg m-3.
Dalam terminologi yang umum ditulis sebagai:
σt = (ρ – 1.000) kg m-3.....................................................................6. 2
sehingga kadang-kadang σt dikenal sebagai anomali densitas.
Definisi dalam persamaan 6. 2 di atas relatif baru. Kita dapat menemukan harga-harga σt di
tempat lain tanpa satuan, sebab itu merupakan parktik konvensional hingga akhir 1980an.
Pertanyaan. Untuk meyakinkan apakah anda memahami penggunaan σt, cobalah jawab
pertanyaan-pertanyaan berikut.
(a) Berapa harga σt untuk air laut pada (i) temperatur in situ 2oC dan salinitas 34,5, dan (ii)
temperatur in situ 15oC dan salinitas 35,6?
(b) Apa arti dari harga-harga σt dalam terminologi densitas pada tekanan atmosfir?
Untuk lautan secara keseluruhan, range temperatur berada pada 0 – 25oC (gambar 6. 3 di
bawah), sementara range salinitas umumnya sedikit lebih dari 34 – 36 (gambar 4. 2 dan 4. 3)
dan bisa lebih kecil di palung laut tertentu, lihat gambar 6.3 ). Oleh karena itu, pengaruh
temperatur terhadap densitas lebih besar dibanding pengaruh salinitas, misalnya, untuk
temperatur lebih dari 5oC suatu perubahan temperatur 1oC akan mempengaruhi densitas lebih
dari perubahan salinitas sebesar 0,1.
Dimana bisa ditemukan perkecualian dari generalisasi ini?
Di equatorial dan di garis lintang tinggi, dimana perubahan temperatur musiman tidak begitu
besar, penguapan/pengendapan dan pembentukan/pelelehanes dapat menyebabkan variasi
salinitas yang signifikan – demikian juga terhadap densitas.di permukaan air.
Telah dikatakan bahwa di bawah kedalaman 500 – 1000 meter di lautan, temperatur dan
salinitas tidak banyak bervariasi. Gambar 6. 3 (a) menunjukkan bagaimana hal ini terrefleksi
pada peningkatan kecil σt dengan kedalaman di bawah 1.000 meter. Profil σt hampir vertikal
di bawah 2.000 meter.
Sebaliknya, pada kedalaman kurang dari 500 meter di garis lintang tengah dan di garis
lintang rendah σt meningkat cepat dengan kedalaman di bawah lapisan permukaan campuran
dan kurva pada gambar 6. 4 (a) hampir horizontal. Satu tanda pada profil densitas diberi
terminologi pynocline. Di lautan terbuka, pynocline biasanya bergabung dengan thermocline,
dimana posisi pasti keduanya diperkirakan dan slope tergantung pada distribusi salinitas.
Pynocline utama secara kebetulan berada permanen bersama dengan thermocline. Air di
pynocline sangat stabil, misalnya, air ini mengambil sejumlah besar energi untuk
menggantikan air yang mengalami up and down. Pynocline utama membentuk suatu batas
lebih rendah atau “lantai” terhadap turbulensi yang disebabkan oleh proses percampuran di
permukaan. Sesungguhnya, proses percampuran yang kuat di lapisan permukaan cenderung
meningkatkan kestabilan sama seperti di dasarnya, dengan berkembangnya pycnocline,
gambar 6. 4 (b)
Gambar 6. 4 (a) Profil σt untuk berbagai garis lintang. Area dimana densitas berubah tajam dengan
kedalaman dikenal sebagai pycnocline. Pertemuan tiga garis kurva terjadi di bawah 2.000 meter yang
dihasilkan dari variasi regional yang relatif kecil terhadap temperatur dan salinitas di kedalaman laut,
(b) Pembentukan lapisan permukaan campuran mengubah profil densitas dengan pengembangan
pycnocline pada dasar lapisan permukaan

Kedalaman lapisan permukaan campuran tergantung pada kekuatan angin dan pada proses
yang cenderung mempromosikan kestabilan gravitasi vertikal, seperti pemanasan permukaan
dan pengendapan.
Bagaimana pemanasan dan pengendapan dapat mempromosikan kestabilan?
Keduanya mereduksi densitas di permukaan air: air hangat menunjukkan kurang dense
dibanding air dingin dan air tawar kurang dense dibanding air laut.
Suatu kolom air yang stabil secara gravitasional dikatakan stratified, mengandung lapisan-
lapisan (strata) air yang densitasnya meningkat dengan kedalaman. Batas antara lapisan-
lapisan terjadi secara gradasional, tetapi dapat juga terjadi secara tajam. Terdapat tingkatan
stratifikasi dan karena itu terdapat juga stratifikasi kestabilan: suatu kolom air yang
terstratifikasi kuat (peningkatan cepat densitas dengan kedalaman) adalah lebih stabil
dibanding suatu kolom air yang terstratifikasi lemah (peningkatan densitas secara gradual
dengan kedalaman). Mengacu pada definisi, suatu kolom air yang tercampur dengan baik
(misalnya, lapisan permukaan campuran) dikatakan tidak terstratifikasi dan bahkan
mengalamiperturbation kecil (misalnya, turbulensi, adveksi air yang berbeda T atau S ke
dalamnya) dapat dengan mudah menyebabkannya tidak stabil dan menghasilkan
percampuran vertikal.
6. 5. σθ dan Kestabilan Vertikal
Diagram T – S sangat berguna untuk mengidentifikasi da men-trace massa air di lautan, tetapi
diagram itu juga dapat memberikan kesan spurious tentang kestabilan gravitasi di air dalam.
Simpan di kepala, apa yang baru dibaca tentang potensial temperatur dan bagaimana σt
ditentukan, dapatkah anda memahami mengapa hal ini terjadi?
Densitas harus meningkatdengan kedalaman, untuk meyakinkan kestabilan gravitasional di
lautan. Kompresi adiabatik dapat meningkatkan temperatur air dalam, sehingga temperatur in
situ menjadi lebih tinggi secara progresif dibanding potensial temperatur dengan
bertambahnya kedalaman. Tetapi σt ditentukan dengan menggunakan temperatur in situ yang
tak terkoreksi untuk perubahan adiabatik, sehingga hal tersebut akan merepresentasikan
densitas yang lebih rendah dari densitas yang seharusnya dimiliki oleh air pada tiap
kedalaman berapapun. Dalam beberapa kasus, perbedaannya cukup kecil untuk diabaikan,
tetapi hal itu dapat terjadi dengan mem-plot-kan salinitas dan temperatur in situ menunjukkan
suatu penurunan σt dengan bertambahnya kedalaman, khususnya untuk sampel air dalam. Hal
ini tampak seperti menghilangkan ketidakstabilan bila potensial temperatur, θ digunakan
dengan salinitas pada diagram θ – S untuk menentukan harga-harga σθ (sigma-theta), dan
juga potensial densitas (anomali potensial densitas σθ = (potensial densitas – 1.000 kg m-3).

Gambar 6. 5 Dua pola distribusi temperaturdi the Mindanao Trench. Garis-garis lengkung dalam oC
dan merepresentasikan temperatur in situ atau potensial temperatur, θ
Potensial temperatur didefinisikan sebagai temperatur suatu sampel air jika dibawa secara
adiabatik daei kedalaman ke tekanan atmosfir, bisakah diharapakan σt dan σθ sama untuk
sampel air permukaan?
Ketika air di permukaan berada pada tekanan atmosfir, maka tidak perlu membuat koreksi
adiabatik, sehingga σt dan σθ untuk sampel permukaan air seharusnyalah sama. Tabel 6. 1 di
bawah ini menunjukkan bagaimana di Mindanao Trench off the Philippines, σt meningkat
jika turun ke 4.450 meter dan kemudian naik lagi (dihitung dari salinitas terobservasi dan
pengukuran temperatur in situ). Hal ini memunculkan saran bahwa kolom air secara
gravitasional adalah tidak stabil. Namun demikian, bila temperatur in situ diubah ke potensial
temperatur, σt digantikan oleh σθ dan ketidakstabilan yang muncul akan hilang.
Tabel 6. 1 Perbandingan temperatur in situ dan potensial temperatur di Mindanao Trench off
the Philippines Islands
Temperatur
Kedalaman (m) Salinitas in situ (oC) potensial (oC) σt (kg m-3) σθ (kg m-3)
1.455 34,58 3,20 3,09 27,55 27,56
2.470 34,64 1,82 1,65 27,72 27,73
3.470 34,67 1,59 1,31 27,76 27,78
4.450 34,67 1,65 1,25 27,76 27,78
6.450 34,67 1,93 1,25 27,74 27,79
8.450 34,69 2,23 1,22 27,72 27,79
10.035 34,67 2,48 1,16 27,69 27,79
Pertanyaan. Air dingin mengalir melewati ambang terbentuknya the Marianas Ridge
(gambar 6. 4 di atas) dan menurunkan slope ke dasar Mindanao Trench. Dari deskripsi ini,
diagram yang mana dari gambar 4. 4 di atas yang seharusnya menunjukkan garis luar
potensial temperatur?
Tabel 6. 1 di atas menunjukkan perbedaan temperatur in situ dan temperatur potensial
melebihi 1oC di bawah kedalaman 8 km, sementara pada kedalaman kira-kira 1 km perbedaan
tersebut mendekati derajat kesepuluh. Perbedaan menjadi jauh lebih kecil seiring kedalaman
berkurang, tetapi penting untuk mengenali bahwa terdapat gradien kecil dari temperatur
adiabatik bahkan di lapisan permukaan campuran yang isothermal. Perbedaan mungkin kecil
tetapi sensitifitas instrumen modern memberi arti bahwa dalam beberapa kendala tepatlah
lanjut, tehnologi modern memungkinkan potensial temperatur, θ, diperoleh secara automatis
dari pengukuran temperatur in situ dan σθ digunakan secara meningkat dengan preferensi σt.
6. 6. Penggunaan Diagram T – S
Telah kita baca bahwa massa air dapat diidentifikasi oleh sifat T – S massa air tersebut.
Sebagai contoh, dekat area sumbernya tiga massa air sub-permukaan utama di lautan Atlantik
dikarakterisasi oleh range kecil temperatur dan salinitas berikut:
Antarctic Bottom Water (AABW) -0,5o hingga 0oC dan 34,6 hingga 34,7
North Atlantic Deep Water (NADW) 2O hingga 4oC dan 34,9 hingga 35,0
Antarctic Intermediate Water (AAIW) 3o hingga 4oC dan 34,2 hingga 34,3
Oleh karena itu, diagram T – S dapat digunakan untuk mengidentifikasi massa air dan untuk
menentukan perkembangan yang mana massa air bercampur satu sama lain. Sebagai contoh,
gambar 6. 5 di bawah ini adalah merupakan diagram T – S yang mana data T dan S untuk
stasiun di selatan equatorial Atlantic di-plot-kan. Sifat T dan S dari tiga massa air yang
dinyatakan di atas juga ditunjukkan.

Gambar 6. 6 Contoh diagram T – S untuk observasi kedalaman 150 – 5.000 meter pada lokasi 9o
Selatan di Lautan Atlantik. Garis-garis lengkung dalam σt (kg m-3). Titik-titik merepresentasikan
sampel air tunggal; angka adalah kedalaman dalam ratusan meter. Kotak biru merepresentasikan
massa air utama sub-permukaan Atlantik.

Air di kedalaman kira-kira 1.400 dan 3.800 meter merepresentasikan NADW, hampir tidak
mungkin dimodifikasi oleh percampuran, bahkan pada garis lintang rendah dari stasiun (9oC).
Untuk penyederhanaan, kita perlakukan NADW sebagai suatu massa air tunggal, tetapi
faktanya massa air tersebut terdiri dari lebih dari satu, dengan area sumber terutama di Laut
Norwegia dan Laut Greenland.
Pengaruh AABW dapat diidentifikasi pada dasar kurva T – S dalam gambar 6. 6 di atas,
walaupun air di dasar ini telah melalui ribuan kilometer dari area sumbernya di Antarctica.
Sebaliknya, air di sekitar kedalaman 800 meter masih menunjukkan sebagian gambaran
AAIW, tetapi massa air ini dianggap telah “terdegradasi” oleh percampuran dengan air
permukaan atas dan dengan air yang lebih dalam.
Pertanyaan. (a) Jika anda telah mem-plot-kan harga σt vs kedalaman seperti yang terdapat pada
gambar 6. 6, apakah hasilnya mengindikasikan bahwa kolom air bersifat stabil secara gravitasional?
(b) Mengapa hasil ini hanya berupa indikasi kestabilan? Apakah plot dari σ t vs kedalaman
memberikan indikasi yang lebih reliable?

Harus selalu diingat bahwa naiknya densitas pada kurva T – S sesuai dengan naiknya kedalaman.
Maka untuk diagram seperti gambar 6. 6 di atas dimana kurva T – S menyilang garis-garis
lengkung maka densitas meningkat dengan kedalaman, kolom air seharusnya stabil secara
gravitasional. Lebih lanjut, semakin tinggi kecepatan naiknya densitas dengan kedalaman,
maka semakin kuat stratifikasi dan semakin stabil kolom air secara gravitasional, misalnya,
air adalah paling stabil di dalam pynocline. Sebaliknya, dimana kurva T – S agak paralel
dengan garis-garis lengkung, densitas seharusnya serba sama (uniform) secara virtual
diseluruh bagian kolom air, misalnya, air yang tercampur sempurna (unstratified) dan karena itu
sangat tidak stabil.
Di akhir dari seksi ini, kita harus mencatat bahwa untuk air alut yang sedikit terkompresi, maka
densitas yang sebenarnya haruslah lebih besar dibanding potensial densitasnya, sebab baik σ t maupun
σθ biasanya menentukan asumsi tekanan atmosfir (walau potensial densitas dapat ditentukan
dengan referensi untuk semua tekanan yang dipilih, misalnya, 200 atmosfir yang ekivalen
dengan kedalaman kira-kira 2.000 meter). Tingkat ke-dapat kompres-an air laut juga
memberi arti bahwadensitas yang sebenarnya sedikit meningkat dengan kedalaman (kira-kira
4% lebih besar di kedalaman 10.000 meter dibanding di permukaan). Maka, mengacu pada
persamaan hidrostatik (6. 1) untuk versi yang lebih besar dan lebih detail dari gambar 6. 1 di
atas, grafik akan sedikit menyimpang (berbeda) tetapi secara progresif dari garis lurus dengan
naiknya kedalaman, menghasilkan bentuk cekung (lekung) yang lemah.
σt, σθ, dan γ

Persamaan yang digunakan untuk menentukan densitas air laut dari temperatur, salinitas dan
tekanan telah diperhalus akhir-akhir ini.Sebagai hasilnya, terdapat sedikit perbedaan harga-
harga yang diperoleh untuk densitas (ρ) dan juga untuk anomali densitas (ρ – 1.000). Pada
awal 1980an diusulkan agar simbol σ (sigma) digantikan oleh γ (gamma) untuk
merefleksikan perbedaan ini. Perubahan ini hanya sangat lambat memperoleh pengakuan
diantara komunitas oseaonografer, karena itulah mengapa kita masih juga menggunakan σ
dan bukan γ. Perbedaan angka antara σdan γ sangat kecil.
6. 7. Sifat-sifat Konservatif dan Non-konservatif
Ada dua alasan mengapa diagram T – S menjadi alat yang sangat berguna untuk
mengidentifikasi dan men-tracking massa air. Pertama, temperatur dan salinitas agak mudah
diukur. Kedua, segera setelah air keluar dari kontak dengan atmosfir, misalnya, setelah air
meninggalkan permukaan campuran dan berada di badan utama lautan. Sifat-sifat ini hanya
dapat berubah oleh percampuran dengan air dari karakter T – S yang berbeda. Untuk alasan
ini, T – S dikenal sebagai sifat-sifat konservatif.
Camkan di kepala deifinisi yang telah anda baca, dapatkah anda mengatakan secara tegas
bahwa potensial temperatur, θ adalah merupakan sifat konservatif dan temperatur in situ
bukan merupakan sifat konservatif?
Berbicara secara tegas, jawabannya adalah ya. Temperatur in situ dapat berubah karena
adanya proses lain selain percampuran, yang disebut dengan kompresi atau ekspansi
adiabatik. Potensial temperatur telah dikoreksi untuk efek ini, sehingga benarlah bahwa sifat
tersebut merupakan sifat konservatif, diagram T - Sakan mengalami peningkatan penggantian
oleh diagram θ – S yang digunakan secara pasti dengan cara yang sama.
Massa air juga dapat diidentifikasi oleh karakteristik kimia dan biologi, misalnya dari
kandungan oksigen atau nutrien terlarut yang terkandung pada kedua karakteristik tersebut
dan dalam hal khusus seperti di lapisan atas massa air, dapat diidentifikasi dari adanya
komunitas organisme tertentu. Namun demikian, secara jelas semua sifat-sifat ini dapat
berubah oleh proses-proses lain selain percampuran, khususnya proses-proses biologi dan
karena itu sifat-sifat ini disebut sifat-sifat non-konservatif.
Merupakan hal yang krusial untuk diingat bahwa definisi-definisi di atas hanya berlaku untuk
area yang jauh dari perbatasan atmosfir dan dasar laut. Pada perbatasan ini, terjadi perolehan
dan kehilangan panas, garam atau air tawar oleh radiasi matahari, curah hujan, air sungai,
flux panas kerak batuan, dan lain-lain. Perbedaan antara sifat-sifat konservatif dan non-
konservatif dan sifat-sifat yang sangat penting di dalam oseanografi telah diberikan pada bab
“Air Laut sebagai Larutan Kimia”
Sirkulasi hidrotermal bersama dengan sebaran luas dasar laut dan vulkanisme submarine
menyuplai sejumlah besar volume air panas ke dalam air di dasar lautan, khususnya aksis-
aksis sebaran. Apakah proses ini tidak sesuai dengan definisi sifat-sifat konservatif?
Tidak sama sekali. Air yang dikeluarkan dari lubang kecil hidrotermal memiliki harga
temperatur dan salinitas yang sangat berbeda dari harga di sekitar air dasar. Temperatur dan
salinitas adalah merupakan sifatkonservatif dan karena itu kedua parameter ini dapat
digunakan untuk men-track pergerakan-pergerakan air hidrotermal dengan cara yang sama
seperti pada massa air utama.
(a) Mari ingat kembali tentang kekonstanan komposisi dari beberapa konstituen-
konstituen utama. Apakah konstituen-konstituen tersebut menunjukkan sifat
konservatif atau non-konservatif di dalam air laut?
(b) Apakah klorinitas merupakan sifat konservatif?
Faktanya, jumlah Ca2+ yang ditarik dari larutan oleh proses-proses biologi adalah dalam
jumlah kecil jika dihubungkan dengan total konsentrasinya dan kalsium umumnya
diperlakukan sebagai sifat konservatif oleh kebanyakan oseanografer. Perubahan konsentrasi
bikarbonat (HCO3-) lebih besar sehingga konstituen ini diklasifikasikan sebagai non-
konservatif.
6. 8. Proses Percampuran di Lautan
Ke-tak-homogenan di lautan dapat terjadi dalam berbagai skala; dan yang paling tak
homogen adalah massa air. Proses percampuran bahkan menunjukkanke-tak-homogenan;
seperti proses difusi molekuler yang sangat lambat dan proses percampuran turbulen yang
jauh lebih cepat.
6. 8. 1 Difusi Molekuler dan Difusi Turbulen
Bahkan di dalam suatu fluida yang benar-benar tenang, jika suatu substansi terlarut
terdistribusi secara tidak merata, maka substansi tersebut akan menunjukkan sedikit difusi
gradien konsentrasi bahkan terdistribusi. Difusi molekuler seperti ini dihasilkan dari
pergerakan molekul-molekul secara individual. Bahkan suatu distribusi panas bisa tercapai
dengan cara yang sama; di area temperatur yang lebih tinggi molekul-molekul memiliki
energi kinetik yang lebih tinggi. Difusi molekuler dari panas terjadi ketika energi kinetik
molekul-molekul yang lebih tinggi ini bergerak (mendifusi) gradien temperatur ke dalam area
yang temperaturnya lebih rendah dimana molekul-molekul tersebut encounter (menentang)
molekul-molekul yang bergerak lebih lambatdan mentransmisikan sebagian dari kelebihan
energinya ke molekul-molekul yang bergerak lebih lambat tersebut. Seperti inilah proses
konduksi terjadi di dalam suatu fluida.
Air di lautan biasanya bergerak, kebanyakan dalam bentuk turbulen; jarang dalam bentuk
aliran laminar. Perbedaan antara keduanya ditunjukkan oleh gambar 4. 7 di bawah ini
Ilustrasi untuk membedakan aliran (a) laminar dan (b)turbulen

Bila fluida bergerak oleh aliran laminar, maka percampuran terjadi terutama oleh difusi
molekuler. Turbulensi (gambar 4. 7 (b) di atas dapat membawa air dengan karakteristik yang
sangat berbeda ke dalam close proximity. Hal ini melibatkan percampuran yang sangat besar,
seperti mengaduk air di dalam bak air yang dengan sangat cepat mencapai temperatur merata
dan bahkan seperti distribusi garam-garam di dalam bak. Oleh karena itu, di lautan,
percampuran terjadi terutama dalam bentuk difusi turbulen yang dalam banyak orde
magnitude lebih cepat dibanding difusi molekuler. Namun demikian, keacakan apakah
percampuran terjadi karena difusi molekuler atau difusi turbulen, difusi haruslah berlangsung
untuk “menurunkan gradien” temperatur atau konsentrasi, misalnya, dari temperatur yang
lebih tinggi ke temperatur yang lebih rendah atau dari konsentrasi garam-garam terlarut,
nutrien, gas-gas terlarut yang lebih tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah. Perlu dicatat
bahwa kecepatan difusi turbulen jauh lebih besar dibanding kecepatan difusi molekuler.
Di lautan, turbulensi dapat terjadi dalam berbagai proses, seperti gerakan gelombang yang
disebabkan oleh angin, convective overturn yang disebabkan oleh perbedaan densitas; arus
gunting lateral atau vertikal (misalnya kecepatan yang bervariasi dengan kedalaman atau
dengan arus); pergerakan air di atas dasar laut yang tak beraturan atau di sepanjang tanjung
yang tak beraturan; arus tidal yang bervariasi dari waktu ke waktu sama halnya dengan posisi
dan pergerakan arus yang berputar-putar.
Lautan jauh lebih luas yang garis terpanjangnya bisa hingga 10.000 km dibanding
kedalamannya yang kira 5 km dan gradien horizontal temperatur bisa sampai beberapa orde
magnitude yang lebih kecil dari gradien vertikal. Temperatur bisa berubah 10oC atau lebih di
kedalaman 1 km, sementara umumya membutuhkan perjalanan ribuan km secara horizontal
untuk mengalami perubahan temperatur 10oC. Skala percampuran turbulensi horizontal lebih
besar dari skala percampuran turbulensi vertikal, yang cenderung berlawanan dengan
kedalaman. Singkatnya, efek stratifikasi densitas adalah menghambat atau menekan/menahan
percampuran vertikal.
6. 8. 2 Stratifikasi dan Mikrostruktur
Instrumen yang dapat memberikan profil temperatur dan salinitas secara berkesinambungan
di lautan mengungkap gambaran stratifikasi skala yang halus yang dikenal sebagai
mikrostruktur lautan. Profil seperti langkah yang mana lapisan homogen air dipisahkan
oleh interface tipis dengan gradien temperatur dan salinitas yang terjal/curam telah
ditemukan di banyak area. Skala dari gambaran ini bervariasi, ada lapisan setebal 20 – 30 m
(gambar 6. 8 a) sementara ada lapisan lain memiliki ketebalan lebih 0,2 – 0,3 m (gambar 6. 8
c dan d) yang dapat dilihat di bawah ini.
Gambar 6. 8. berikut adalah profil temperatur (a), (b), dan (c) dan profil salinitas (d), di suatu lokasi
tanjung di California. Profil (a) – (c) secara berturut-turut berkembang menunjukkan skala halus
stratifikasi yang dapat dideteksi. Mikrostruktur dapat terjadi pada tiap kedalaman tetapi yang paling
umum terjadi di dalam dan di atas thermocline.

Perpanjangan lateralnya bisa mencapai puluhan kilometer tebal lapisan dan mungkin ratusan
meter tebal lapisannya. Temperatur bisa meningkat atau menurun dengan kedalaman pada
profil mirip langkah ini, tetapi dimana temperatur meningkat dengan kedalaman (suatu
inversi temperatur) salinitas juga meningkat dengan kedalaman, karena itu interface antar
lapisan tidak akan stabil. Dimana temperatur menurun dengan kedalaman, salinitas bisa
meningkat atau menurun dengan kedalaman.
Oleh karena densitas meningkat di sepanjang tiap langkah, mikrostruktur secara vertikal
stabil dan hal ini cenderung menghambat percampuran vertikal. Difusi molekuler akan
mengeliminasi perbedaan antar lingkungan lapisan air, memberikan waktu yang cukup.
Namun demikian, persistensi batas yang jelas antar lapisan di mikrostruktur lautan
menyiratkan bahwa beberapa proses yang berfungsi memelihara kontras sepanjang lapisan,
menahan efek difusi molekuler. Berbagai hipotesis telah diusulkan untuk mikrostruktur
lautan dan untuk proses-proses yang berfungsi memelihara. Perlu dipahami dengan baik
bahwa proses-proses yang berbeda mendominasi skala yang berbeda di bagian lautan yang
berbeda. Sehubungan dengan hal tersebut, disini digambarkan dua mekanisme yang mirip
untuk memelihara mikrostruktur lautan.
6. 9. Salt fingering dihasilkan dari apa yang dikenal sebagai double diffusion atau double
diffusive percampuran panas dan garam. Difusi molekuler panas beberapa kali lebih cepat
dibanding difusi molekuler garam. Oleh karena itu, jika pada awalnya terdapat suatu sistem
dengan dua lapisan dimana air asin hangat yang kurang dense berada di atas air yang lebih
dense, air asin yang lebih dingin dan kurang asin, difusi panas turun ke bawah secara cepat
dibanding garam. Gambar 4. 9 di bawah ini menunjukkan bagaimana proses ini mengurangi
densitas dari lapisan yang lebih rendah dan meningkatkan densitas lapisan atas yang
menyebabkan ketidakstabilan sistem. Hasilnya adalah suatu pola konveksi dari sel-sel air asin
yang tenggelam berubah dengan munculnya sel-sel dari air yang kurang asin.
Gambar 6. 9 Suatu situasi stabil secara gravitasional menjadi tidak stabil dimana air asin hangat (biru
muda) berada di atas air kurang asin yang lebih dingin (biru dongker) menghasilkan suatu langkah
tambahan dalam profil densitas. (a) Semakin cepat difusi panas berlangsung (panah pendek)
dibanding difusi garam, menyebabkan (b) dan (c), pengembangan salt finger (panah panjang) bila
profil densitas menjadi tidak stabil. (d) Detil skematik profil densitas menunjukkan satu langkah
ekstra di dalam “thermohaline staircase” yang terbentuk setelah “kejadian” salt fingering. Garis
putus-putus sebelum dan garis utuh setelah (before and after).
Skala konveksi sel-sel ini hanyalah orde sentimeter, maka efek dari salt fingering bukanlah
memecahkan/memutuskan stratifikasi, tetapi menciptakan “thermohaline staircase” dari jenis
ilustrasi dalam gambar 4. 8 di atas dan membuat mikrostruktur lebih halus secara progresif dan lebih
detil oleh penambahan langkah-langkah intermediate.(gambar 4.9(d)).
6. 10. Pemutusan gelombang internal
Kita memahami bahwa mikrostruktur stabil secara gravitasional seiring naiknya densitas dengan
kedalaman pada tiap langkah. Dimanapun air stabil, osilasi dapat terjadi jika air tersebut digantikan
secara vertikal. Gelombang internal yang dihasilkan yang dapat mempropagasi energi diseluruh lautan
dengan cara yang sama seperti ditunjukkan oleh gelombang permukaan.
Gelombang seperti ini dapat terjadi di interface antara lapisan-lapisan yang berbeda densitasnya yang
tentu saja bersinggungan dengan kecepatan “gunting besar”, misalnya, dimana air berada di atas dan
di bawah interface akan bergerak dengan arah yang berlawanan atau dengan arah yang sama pada
kecepatan yang berbeda.“Gunting besar” ini dapat menyebabkan ketidakstabilan lokal dalam bentuk
gelombang/ombak atau pemecah ombak yang menyebabkan terjadinya turbulensi percampuran air
dengan segera di atas atau di bawah interface. Sama seperti salt fingering, efek dari hal ini adalah
terciptanya lapisan intermediate antara dua lapisan asalnya dan karena itu akan terbentuk dua langkah
yang lebih kecil pada profil vertikal di tempat salah satu langkah yang lebih besar. Hal ini dapat
berkesinambungan secara tidak menentu dengan langkah-langkah selanjutnya pada profil vertikal
yang terbentuk pada tiap kesempatan.

BAB VII
CAHAYA DAN SUARA DI DALAM AIR LAUT
Manusia umumnya membiasakan diri untuk mempertimbangkan indra penglihatan lebih
penting dari indra pendengaran. Cahaya merambat dan penetrasi lebih cepat melalui atmosfir
dibanding suara dan juga dibanding radiasi elektromagnetik sehingga kita lebih baik
menggunakan indra penglihatan kita dalam melakukan observasi saintifik. Sebaliknya, untuk
hewan lautan, indra pendengaran lebih penting. Suara merambat dengan baik di dalam air dan
ini memberi kemungkinan remote sensing (misalnya, echo-sounding) dan transmisi informasi
(misalnya, “nyanyian” ikan paus). Cahaya merambat hanya relatif dalam jarak pendek di
dalam air dan bagian terbesar lautan hampir semuanya gelap.
7. 1 Cahaya Bawah Air
Cahaya adalah satu bentuk dari radiasi elektromagnetik yang merambat pada kecepatan
mendekati 3 x 108 m detik-1 dalam vakum (berkurang hingga kira-kira 2,2 x 108 m detik-1 di
dalam air laut). Oseanografer tertarik pada cahaya bawah air dalam dua konteks utama yaitu
vision dan fotosintesis.
Bila cahaya merambat melalui air, intensitasnya menurun secara eksponensial dengan jarak
dari sumber cahaya (gambar 7. 1 di bawah) dan perlu dicatat bahwa perbedaan yang besar
pada skala kedalaman dan intensitas cahaya pada (a) dan (b). Kehilangan eksponensial dari
intensitas disebut attenuation dan memiliki dua penyebab utama:
1. Absorpsi. Meliputi konversi energi elektromagnetik menjadi bentuk-bentuk lain, biasanya
dalam bentuk panas atau energi kimia (misalnya, fotosintesis). Absorber di air laut berupa:
(a) Algae (fitoplankton) menggunakan cahaya sebagai sumber energi untuk fotosintesis
(b) zat-zat partikulat Anorganik dan Organik dalam suspensi (selain algae)
(c) Senyawa-senyawa Organik terlarut
(d) Air
Catatan, (a) dan (b) secara kolektif mengacu pada terminologi seston.
2. Penghamburan. Terjadinya perubahan arah energi elektromagnetik sebagai hasil dari
multi-refleksi dari partikel-partikel tersuspensi. Penghamburan berlangsung oleh semua
partikel-partikel tersuspensi tersebut tetapi partikel yang sangat kecil umumnya mengalami
penghamburan ke depan pada sudut yang kecil, misalnya arah penghamburan kebanyakan
didefleksikan hanya sedikit dari perambatan arah asalnya. Sesungguhnya, semakin besar
jumlah zat-zat tersuspensi (air akan makin turbid) maka semakin besar sudut absorpsi dan
penghamburan
Air di pesisir pantai cenderung menjadi turbid sebagian. Zat-zat tersuspensi yang terbawa
oleh sungai tetap berada di dalam suspensi oleh gelombang dan arus pasang yang juga
mengaduk sedimen yang telah terdeposit di dasar. Lebih lanjut, sungai-sungai menyuplai
nutrien ke air pesisir yang mendukung pertumbuhan fitoplankton dan juga menyuplai
senyawa-senyawa organik terlarut (termasuk dalam item (c) dari absorber di atas).
Sebaliknya, air cenderung jernih khususnya di area tengah lautan dimana konsentrasi nutrien
rendah dan dimana berlangsung sedikit produksi biologi. Gambar 7. 1 di bawah ini
mengilustrasikan dua cara penurunan eksponensial iluminasi dengan kedalaman yang dapat
direpresentasikan. Dalam (a), gambar atas, skala horizontal untuk intensitas cahaya adalah
linear. Kurva menunjukkan bagaimana penurunan eksponensial intensitas cahaya dengan
kedalaman, misalnya pada kedalaman 250 meter intensitas cahaya jatuh hampir mendekati
tiga orde magnitude, yaitu dari 1.000 (103) W m-2 menjadi sedikit lebih besar dari 1 W m-2,
bahkan pada air laut yang paling jernih hal ini terjadi. Dalam (b), gambar bawah, intensitas
cahaya di-plot-kan pada suatu skala logaritma. Grafik menjadi linear dan dapat dilihat
hubungan antara iluminasi dan kedalaman untuk intensitas cahaya kurang dari 1 W m-2 sebab
informasi antara 10 dan 0 pada skala horizontal dalam (a) dikembangkan menjadi ruang
antara 10 dan 10-13 pada skala horizontal dalam (b). Penting menyadari bahwa garis kurva
dalam (a) telah menjadi ujung sebelah kanan dari garis diagonal yang paling bawah dalam
(b), juga bahwa skala kedalaman dalam (a) dan (b) sangat berbeda.
Pada diagram (7. 1 (b)), garis vertikal biru muda menunjukkan intensitas cahaya yang
dibutuhkan untuk berbagai fungsi. “Medan cahaya yang luas”untuk ikan laut dalam
mengindikasikan kuantitas minimum cahaya siang hari untuk dapat dirasakan ikan. Interseksi
dengan garis “air laut (cahaya mata hari) paling jernih” pada satu titik yang bersesuaian
dengan kira-kira 1.250 meter mengindikasikan bahwa di bawah kedalaman ini ikan tidak
dapat merasakan cahaya siang hari. Lebih banyak cahaya yang dibutuhkan untuk menari
perhatian krustasean dan tetap masih lebih banyak untuk pertumbuhan fitoplankton. (Sebagai
perbandingan, intensitas paling rendah yang dapat dirasakan mata manusia adalah pada orde
10-12 W m-2 untuk suatu sumber cahaya kecil dan 10-8 sampai 10-9 W m-2 untuk suatu sumber
difusi cahaya yang luas)

Gambar 7. 1 Hubungan antara iluminasi dan kedalaman di lautan. (a) Intensitas cahaya di-plot-kan
pada skala linear, turun ke kedalaman 300 meter, (b) Intensitas cahaya di-plot-kan pada skala
logaritma turun ke kedalaman 1.500 meter. Kurva (a) bersesuain dengan ujung right-hand dan dengan
garis diagonal yang paling rendah (b).

Pertanyaan. (a) Mengacu pada gambar (5. 1 (b)), apakah intensitas cahaya cukup bagi
fitoplankton untuk bertumbuh (i) saat cahaya bulan malam hari; (ii) pada kedalaman lebih
dari 100 meter di air pesisir pantai yang banyak cahaya matahari; (iii) pada kedalaman
kurang dari 200 meter di air laut yang jernih?; (b) Dapatkah ikan hidup di lautan pada
kedalaman 1.000 meter dengan (i) cahaya bulan, (ii) cahaya matahari?
Zona teriluminasi dimana intensitas cahaya cukup untuk fotosintesis produk primer
menghasilkan net pertumbuhan fitoplankton yang disebut zona fotik (atau zona
euphotic).Semakin jernih air dan semakin tinggi matahari di langit, maka semakin dalam
cahaya bisa penetrasi dan semakin dalam air dimana fotosintesis dapat berlangsung. Zona
fotik dapat mencapai kedalaman hingga 200 meter pada air jernih di lautan terbuka, turun
hingga kira-kira 40 meter di perairan daratan dan sedalam 15 meter di beberapa air pesisir.
Hanya bila dasar laut cukup dangkal untuk dimasukkan sebagai zona fotik adalah bottom-
dwelling atau tanaman bentik (misalnya rumput laut) dapat tumbuh; dimana saja di lautan
semua tanaman bisa hidup seperti planktonik. Panjang gelombang cahaya juga penting dalam
fotosintesis.
Antara zona fotik dan dasar laut terdapat zona afotik dimana tanaman tidak dapat bertahan
hidup untuk jangka waktu yang lama, sebab intensitas cahaya tidak cukup untuk fotosintesis
produksi memenuhi kebutuhan respirasi. Di bawah kedalaman kira-kira 1.000 meter di
lautan, cahaya siang hari dapat dirasakan tidak lama. Hal ini memberi arti bahwa di
kebanyakan lautan tidak terdapat cahaya eksternal sama sekali. Cahaya yang ada hanya yang
diberikan ikan-ikan dan organisme lain yang memiliki bioluminescent (organ-organ penghasil
cahaya) (dan oleh eksplorasi manusia yang menggunakan submersible dan peralatan lainnya).
Catatan, bahwa terminologi zona afotik kadang-kadang dibatasi oleh kedalaman di bawah
kira-kira 1.000 meter dimana cahaya siang hari tak muncul, area antara kedalaman ini dan
zona fotik disebut zona disfotik.
7. 2. Iluminasi dan Pandangan
Di zona fotik dan bagian atas zona afotik, objek di laut teriluminasi oleh cahaya matahari
(atau cahaya bulan), intensitas menurun secara eksponensial dengan kedalaman dari
permukaan, sebab berkurang oleh absorbsi dan penghamburan. Hal ini disebut downwelling
irradiance yang merupakan difusi, non-directional, sebab cahaya yang meng-iluminasi suatu
objek bawah air tidak semua merambat cepat ke objek tersebut dari permukaan laut; dan
cahaya dihamburkan jauh dari objek (gambar 7. 2 (a)). Akan tetapi, agar suatu objek dapat
dilihat, cahaya harus dipancarkan secara langsung oleh objek, sebab suatu gambar (image)
koheren hanya dapat terbentuk jika cahaya merambat secara langsung dari objek ke mata atau
kamera (gambar 7. 2 (b))

Gambar 7. 2 Menunjukkan perbedaan antara (a) sifat iluminasi non-directional dari suatu permukaan
bawah air oleh downwelling irradiance dan (b) kebutuhan directional dari pandangan bawah air –
cahaya dihamburkan ke mata tidak dapat difokuskan membentuk bagian suatu image koheren.
Perbedaan antara iluminasi dan pandangan diilustrasikan dengan baik dalam gambar 7. 3 di
bawah ini. Ikan diiluminasikan oleh cahaya non-directional, tetapi image harus
ditransmisikan ke mata penyelam oleh cahaya directional agar ikan dapt dilihat. Satu contoh
dalam kehidupan sehari-hari adalah hari yang berkabut; sekeliling kita seakan-akan
menghilang tetapi pandangan kita tidak menjadi hitam – dengan kata lain, kita memiliki
iluminasi tetapi tidak memiliki pandangan (vision).
Lihat pada gambar 7. 2 dan 7. 3, yang mana menurut anda yang merupakan subjek untuk
derajat yang lebih tinggi dari pengurangan: cahaya non-directional yang memberikan
iluminasi atau cahaya directional yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu image koheren
pada mata atau kamera?
Cahaya yang dihamburkan jauh dari suatu objek bisa diiluminasi oleh downwelling
irradiance dan terkompensasi oleh cahaya yang dihamburkan kepada objek. Cahaya yang
dihamburkan secara langsung dari objek ke mata tidak bisa disamakan dengan kompensasi
sebab cahaya yang dihamburkan ke mata tidak dapat berkontribusi kepada suatu image
koheren, walaupun cahaya tersebut berasal dari objek. Maka, cahaya directional bersama-
sama dengan vision yang mana subjek mengalami pengurangan yang lebih besar.

Gambar 7. 3 Iluminasi dan vision bawah air. Semakin turbid suatu air, semakin besar pengurangan
cahaya oleh absorbsi dan penghamburan, semakin berkurang iluminasi pada kedalaman tertentu,
semakin pendek jarak dari objek yang bisa dilihat

7. 3. Visibilitas Bawah Air: Melihat dan Terlihat


Visibilitas adalah merupakan sesuatu yang kontras. Suatu objek dapat menunjukkan
wujudnya karena warnanya berbeda atau karena berbeda kecerahannya (atau karena
keduanya). Kecerahan yang kontras lebih penting dari warna kontras di lingkungan lautan,
kecuali beberapa meter di di atas zona fotik (misalnya, di air yang jernih di lingkungan
karang tropis dimana warna kontras sangat penting untuk pengenalan, kamuflase, penghalang
predator, dan lain-lain). Pada kedalaman lebih dalam dari beberapa puluh meter, downwelling
irradiance tidak hanya berkurang banyak karena absorbsi dan penghamburan tetapi menjadi
hampir monokromatik, sebab adanya seleksi absorbsi panjang gelombang yang berbeda.
Sesuai dengan hal tersebut, pada tingkat cahaya rendah seperti hampir semua di dunia bawah
air, bahkan mata hewan yang secara normal dapat membedakan warna harus menggunakan
sel-sel penglihatan malam hari yang lebih sensitif, dengan mana semuanya kelihatan dalam
bayangan abu-abu.
Kontras akan berkurang dengan jarak karena dua alasan: pertama, cahaya dari objek yang
sedang diobservasi berkurang karena absorbsi dan penghamburan; kedua, cahaya matahari
(atau cahaya bulan) yang masuk dihamburkan ke observer di sepanjang arah penglihatan. Hal
ini secara efektif menghasilkan suatu “cahaya terselubung”, di belakang mana objek menjadi
makin tak dapat dibedakan secara progresif, hingga objek menghilang dari latar belakangnya.
Pertanyaan. Mengapa anda berpikir banyak ikan yang hidup di bagian atas zona afotik
memiliki permukaan atas yang gelap tetapi agak keperakan di bagian bawahnya?
Medan cahaya menjadi simetris secara virtual pada kedalaman kira-kira 250 meter, yang
berarti bahwa intensitas iluminasi adalah sama baik di bagian atas maupun bagia bawah. Pada
range kedalaman 250 – 750 meter, banyak ikan memiliki punggung berwarna perak yang
dihasilkan dari pengaruh “cermin-cermin” yang terbentuk dari kristal guanine ( suatu
senyawaan nitrogeneous), yang berorientasi secara tepat sehingga berfungsi secara vertikal
ketika ikan terdapat dalam bentuk normalnya pada posisi atas kanan. Cahaya direfleksikan
dari “cermin-cermin” ini dengan intensitas yang sama seperti intensitas latar belakang, maka
akan dihasilkan kontras nol secara efektif. Ikan seperti ini juga memiliki perut fotopore
(organ luminous) yang memutuskan siluetnya bila dilihat secara vertikal dari atas –contoh
yang umum adalah ikan kapak kayu (Argyropelecus).
Di bagian atas zona afotik – turun kira-kira 1.000 meter dan kadang-kadang disebut zona
disfotik, dimana kontak visual masih mungkin, banyak ikan memiliki mata yang besar dapat
mengkover intensitas cahaya rendah. Pada kedalaman lebih, organ-organ luminous tersusun
dalam pola yang sangat bagus yang berkembang pada spesies yang masih tergantung pada
penglihatan untuk kontak dan ikan-ikan menjadi hitam non-reflective, sehingga tidak
teriluminasi oleh cahaya dari lainnya.
Dalam lingkungan ini, cahaya digunakan dalam semua cara yang menggunakan warna di
lingkungan terresterialnya, seperti:
■menghalangi predator dengan cara penampakan yang lebih besar, misalnya, dengan bantuan
cahaya pada ujung tulang belakang
■mengidentifikasi spesies lain atau pasangan
■memberikan tanda kepada kawanan agar dapat terus bersama-sama
■memutuskan garis tanda bila dilihat dari bawah
■sebagai daya tarik untuk menarik perhatian mangsa, seperti lampu kepala beriluminasi
7. 4. Pengukuran
Instrumen yang digunakan untuk pengukuran cahaya bawah air dibagi ke dalam 3 kategori
utama:
1. Lampu sorot transmissometer mengukur pengurangan sorot-cahaya paralel (collimated)
dari suatu sumber yang diketahui intensitasnya, sepanjang jarak tertentu. Perbandingan
intensitas cahaya pada sumber dan penerima (pada jarak tertentu) memberikan suatu
pengukuran langsung pengurangan koefisien untuk cahaya langsung, misalnya persentase
kehilangan intensitas cahaya (yang dinyatakan dalam desimal) per meter jarak
2. Irradiance meter menerima cahaya datang dari tiap arah. Cahaya biasanya diterima oleh
suatu lingkaran teflon atau hemisphere yang mengukur downwelling cahaya ambien dari
permukaan – downwelling irradiance. Dengan melakukan pengukuran intensitas cahaya pada
kedalaman yang berbeda, pengurangan koefisien (dalam hal ini disebut pengurangan
koefisien difusi) untuk downwelling irradiance non-directional dapat ditentukan. Ini adalah
koefisien yang cocok untuk studi fotosintesis produksi primer, sebab berhubungan dengan
penurunan eksponensial intensitas downwelling irradiance dan oleh karena itu juga
mengukur penurunan eksponensial kedalaman dari zona fotik.
Seperti yang diharapkan, naiknya turbiditas memberikan efek pada cahaya directional lebih
besar secara proporsional dibanding pada cahaya non-directional, Harga perbandingan:
Pengurangan koefisien (cahaya directional)
Pengurangan koefisien difusi (non-directional)
bisa kurang dari 3 di lautan terbuka , tetapi sama tingginya 10 atau lebih di daerah estuari
yang turbid.
3. Turbidity meter atau nephelometer memberikan suatu pengukuran langsung dari
penghamburan cahaya di dalam air laut. Lampu sorot tercollimated mengiluminasi suatu
volume air sebelum ditentukan arah mana penghamburan cahaya berlangsung. Penerima yang
dituju adalah pusat dari penghamburan volume dan dapat dirotasi, sehingga variasi dalam
kehilangan penghamburan dengan arah relatif terhadap sorot cahaya dapat ditentukan
(gambar 5. 4 di bawah). Tingkat penghamburan berhubungan dengan jumlah material
tersuspensi di dalam air, nephelometer memberikan suatu pengukuran kuantitatif turbiditas,
misalnya, pengukuran konsentrasi material tersuspensi. Sebagai contoh, nephelometri telah
digunakan untuk menentukan konsentrasi sedimen tersuspensi di lautan dalam dan karena itu
bisa memberikan informasi tentang distribusi dan kecepatan arus dasar.
Gambar 7. 4 Prinsip kerja nephelometer. Tabung collimating di depan sensor fotosel dapat ditujukan
pada penghamburan volume dari arah yang berbeda.

7. 4. 1. Secchi Disc
Adalah suatu peralatan sederhana yang digunakan untuk mengukur kejernihan air. Pada
praktiknya, peralatan ini dimasukkan/diturunkan ke dalam kolom air secara horizontal hingga
alat tersebut tidak kelihatan. Kedalaman dimana alat itu mengobservasi disebut kedalaman
Secchi dan tergantung pada turbiditas air. Peralatan ini harganya murah dan mudah dibuat
dan telah digunakan oleh oseanografer selama lebih dari satu abad sebagai alat yang cepat
mengukur kejernihan air.
Persamaan empiris sederhana memungkinkan kita dapat mengumpulkan informasi yang baik
dari kedalaman Secchi. Hubungan mendasar untuk observasi Secchi disc secara vertikal
diberikan sebagai berikut:
Zs = F/C + K ......................................................................................7. 1
Dimana Zs adalah kedalaman Secchi
C adalah koefisien pengurangan untuk arah cahaya
K adalah koefisien pengurangan difusi untuk cahaya non-directional (kadang-kadang
disebut juga koefisien ekstingsi)
F adalah suatu faktor yang tergantung pada reflektifitas dari disc dan pada latar belakang,
dan persepsi kontras yang dimiliki observer. Untuk air laut jernih, harga F kira-kira 8,7, tetapi
bisa juga 6 di air estuari yang turbid.
Pertanyaan. (a) Jika kedalaman Secchi adalah 10 meter, berapa jumlah koefisien
pengurangan dan koefisien ekstingsi (C+ K), dengan asumsi harga F = 8?
(b) Koefisien mana yang berkontribusi lebih besar terhadap perbandingan jumlah (C+ K)
dan apakah kontribusi tersebut lebih besar atau lebih kecil di dalam air jernih atau air
turbid?
Alasan mengapa kedalaman Secchi memberikan suatu pengukuran dari jumlah kedua
koefisien tersebut adalah sederhana bahwa disc harus teriluminasi (oleh downwelling
irradiance yang mana koefisien ekstingsi dihubungkan) dan terobservasi (oleh cahaya
langsung yang mana koefisien pengurangan dihubungkan). Hubungan empiris
memungkinkan Secchi disc digunakan untuk mengestimasi dua parameter yang sangat
berguna di bagian atas kolom air
Kedalaman zona fotik = 3Zs ..................................................................................................5. 2
Visibilitas bawah air horizontal = 0,7Zs ................................................................................5. 3
dimana visibilitas didefinisikan sebagai jarak yang mana kontras suatu objek hitam menjadi
nol dan menghilang. Visibilitas berhubungan dengan koefisien pengurangan, C, untuk cahaya
langsung (persamaan 5. 1) yang dipengaruhi oleh lebih dari K oleh turbiditas air. Kontras
bawah air dan visibilitas juga tergantung pada sudut penglihatan: visibilitas horizontal tidak
sama pentingnya dengan visibilitas ke atas atau ke bawah.
Faktor numerik pada kedua persamaan di atas mungkin berbeda (bisa jadi hingga 15 – 20%)
di bagian laut yang berbeda. Akhirnya, tepatlah untuk dicatat baik temperatur maupun
salinitas tidak memiliki efek yang berarti pada fenomena ini: koefisien C dan K untuk air laut
yang jernih secara virtual adalah sama seperti air murni.
Pertanyaan. Bisakah diharapkan Zs lebih besar atau lebih kecil (a) dimana produk primer
fitoplankton tinggi atau rendah; (b) di perairan pesisir sebelum atau sesudah badai?
7. 5. Warna di Laut
Hewan merah tampak merah karena hewan ini merefleksikan cahaya merah dan hanya
cahaya yang diperoleh dari downwelling irradiance di zona “twilight” yang berwarna biru –
hijau (yang menunjukkan bahwa panjang gelombang yang lebih panjang dari spektrum
tampak yang diabsorbsi pada kedalaman 100 meter). Maka hewan merah akan tampak hitam
(bersama dengan hewan yang benar-benar hitam) dan karena itu akan tidak mencolok mata –
suatu keuntungan untuk predator dan pemangsa.
Pigmen karotenoid yang memberikan warna merah juga memiliki absorbansi maksimum
pada panjang gelombang yang diemisikan oleh kebanyakan organ luminescen (fotopore). Hal
ini berarti bahwa ikan merah tidak akan tampak di “headlamps” dari ikan yang menggunakan
cahaya organ-organ untuk mengiluminasi mangsanya, misalnya Diaphus (ikan lentera).
Tetapi beberapa ikan memiliki organ cahaya yang berkembang yang menghasilkan cahaya
merah (Pachystomasi, suatu jenis dragonfish) dan matanya mengandung pigmen visual untuk
mendeteksinya. Mereka dapat melihat tanpa terlihat, sebab dalam pewarnaan merah tidak ada
kamuflase ketika cahaya merah bersinar di atasnya dan mata dari kebanyakan ikan lainnya
diadaptasi untuk menunjukkan hanya panjang gelombang biru – hijau.
Seperti yang telah dinyatakan di atas, pengurangan cahaya bawah air dihasilkan dari suatu
kombinasi dari absorbsi dan penghamburan. Penghamburan cahaya oleh partikel-partikel,
kebanyakan tidak bergantung pada panjang gelombang, tetapi bergantung pada absorbsi.
Absorber utama di laut (seperti yang ada pada daftar di atas), mengabsorbsi pada panjang
gelombang cahaya yang berbeda dalam perbandingan yang berbeda.
(a) Algae. Klorofil “tampak”hijau sebab klorofil dapat berefleksi dengan baik pada spektrum
visible pertengahan; hal itu mengikuti bahwa klorofil harus mengabsorbsi dengan kuat pada
dua ujung. Gambar 5. 5 di bawah ini mengandung informasi yang sama dengan gambar 2. 5,
tetapi untuk pita panjang gelombang yang lebih sempit. Dibandingkan dengan spektrum
energi radiasi matahari yang mencapai kedalaman yang berbeda dalam berbagai jenis air.
Secara singkat, cahaya biru – hijau (450 – 500 nm) melakukan penetrasi lebih lanjut di lautan
terbuka, dan faktanya kira-kira 35% dari cahaya pada panjang gelombang ini yang kebetulan
ada di permukaan bisa mencapai kedalaman 10 meter. Sebaliknya, di air pesisir turbid,
cahaya kuning – hijau (500 – 550 nm) bisa melakukan penetrasi yang paling dalam, tetapi
hanya kira-kira 2% dari yang ada di permukaan mencapai kedalaman 10 meter.
Gambar 7. 5 Spektra energi pada kedalaman 10 meter untuk: air murni (0), air laut jernih (1), air laut
rata-rata (2), air pesisir rata-rata (3), dan air pesisir turbid (4). Inset. Spektrum energi pada kedalaman
100 meter di air laut jernih (1a) dibandingkan dengan spektrum energi pada kedalaman 10 meter di air
pesisir turbid (4). Bandingkan gambar ini dengan gambar 4. 5 dan 7. 1 dan catat bahwa hal itu
merepresentasikan hanya sebagian kecil spektrum yang ditunjukkan oleh gambar 4. 5.

Banyak algae yang mengandung pigmen mengabsorbsi energi cahaya pada panjang
gelombang yang lebih panjang dan mentransfer cahaya tersebut ke sistem klorofil. Untuk
alasan ini, cahaya pada semua pita panjang gelombang dari 400 nm (violet dongker) sampai
700 nm (merah dongker) dideskripsikan sebagai photosynthetically active radiation (PAR).
Tapi kebanyakan organisme yang melakukan fotosintesa menggunakan panjang gelombang-
panjang gelombang yang yang lebih disukai untuk ditransmisikan oleh air laut jernih.
Korelasi ini bukan kebetulan, tetapi merupakan hasil seleksi evolusi.
Pertanyaan. Jika cahaya biru – hijau lebih disukai oleh kebanyakan organisme fotosintesis
dan cahaya kuning secara selektif ditransmisikan di air pesisir turbit (gambar 5. 5), apa
implikasi untuk kedalaman zona fotik dan untuk tingkatan produksi primer fotosintesis?
(b) Zat-zat partikulat. Pada konsentrasi normal, partikel-partikel anorganik dan organik selain
algae mengabsorbsi dengan lemah tetapi menghamburkan secara kuat. Perbandingan yang
kecil dari absorbsi kedua jenis partikel ini terutama terjadi pada range biru sehingga efeknya
cenderung ditindih (dihilangkan) oleh efek senyawa-senyawa organik terlarut.
(c) Senyawa-senyawa organik terlarut. Ada berbagai senyawa yang dikenal sebagai zat-zat
kuning seperti Gelbstoff, atau gilvin. Selama dekomposisi jaringan tanaman, material organik
dipecah menjadi CO2, senyawa-senyawa anorganik dari nitrogen, belerang dan fosfor
(nutrien) dan zat-zat humus kompleks. Inilah produk metabolit yang memberikan pewarnaan
kuning – coklat yang berbeda ke banyak air tanah. Produk metabolit ini dibawa ke laut oleh
sungai, tetapi juga dihasilkan di air lautan oleh metabolisme plankton. Zat-zat kuning
mengabsorbsi dengan kuat pada ujung spektrum panjang gelombang pendek (biru) dan
merefleksikan dengan baik (absorbsi rendah) pada kuning – merah, dan inilah karakteristik
warnanya.
(d) Air. Air tampak seperti liquid biru, sebab absorbsi terjadi pada ujung spektrum panjang
gelombang pendek (biru) yang relatif rendah dibandingkan pada ujung panjang gelombang
panjang (merah)yang relatif tinggi. Walaupun air dalam jumlah kecil tampak tak berwarna,
warna biru nya menjadi tampak di air jernih tropis atau kolam renang yang bersih. Absorbsi
sangat kuat pada panjang gelombang merah dengan ketebalan lapisan air murni 1 meter akan
mengabsorbsi kira-kira 35% cahaya dengan panjang gelombang 680 nm.
Pertanyaan. Berapa persentase cahaya merah yang diabsorbsi oleh air murni 3 meter?
Air laut yang tidak produktif membawa sedikit atau tak ada algae atau zat-zat kuning. Oleh
karena itu “air murni biru” terlihat berwarna. Biru kadang-kadang disebut “desert colour”
dari lautan dan ini merupakan tipikal dari banyak air tropis. Di tahun-tahun terakhir ini,
sejumlah danau di Scandinavia, Canada dan dimana saja telah “mati”(karena hujan asam) dan
menjadi “beautiful tropical blue”. Di air yang produktif, merah diabsorbsi oleh air dan biru
diabsorbsi oleh zat-zat kuning. Hal ini menghasilkan “laut hijau” – warna tipikal dari air yang
produktif di area lintang tengah.
Secara umum terjadi perubahan warna di dalam air di sepanjang perbatasan depan, khususnya
bila badan air (shelf water) dipisahkan dari air lautan terbuka.
Secara umum, bisakah diharapkan spektral bergeser dari biru ke hijau atau sebaliknya
ketika melewati shelf ke air dalam?
Dalam keadaan normalshelf water membawa zat-zat kuning dan partkel-partikel
tersuspensidengan konsentrasi yang lebih tinggi dibanding air laut terbuka. Maka, kita dapat
mengharapkan pergeseran terjadi dari hijau ke biru bila lewat dari shelf ke air dalam.
Buku The Ocean and Climate, hal 85

BAB VIII
Interaksi Kimia Antara Atmosfir dan Lautan

Baik lautan maupun atmosfir tersususn dari campuran senyawa-senyawa kmia yang mana
sebagaiannya bersifat inert tetapi banyak juga yang reaktif secara kimia. Oleh karena itu
kedua fluida ini “menyembunyikan” berbagai kimia hampir tak tak terbatas yang kemudian
diperumit oleh adanya organism-organisme hidup. Subjek kimia atmosfir dan lautan sangat
luas. Namun demikian, dalam bahasan ini akan ditelaah proses-proses yang terjadi pada
interface antara kedua medium dan kontribusi kimia yang bersumber dari lautan terhadap
iklim. Termasuk aktifitas biologi yang kebanyakan berinteraksi dengan bentuk-bentuk
kehidupan dalam berbagai cara. Sebagai contoh, proses terbentuknya awan dan siklus
nitrogen dan siklus belerang.

Bagian utama dari interaksi kimia antara atmosfir dan lautan dimulai dengan transfer spesies
kimia, khususnya gas-gas dari satu fluida ke fluida lainya. Proses ini tergantung pada
sejumlah parameter fisika dan kimia. Sebagai hasil dari kontrol supply oksigen dan karbon
dioksida ke lautan dan atmosfir mengandalkan pada akar dari banyak diskusi tentang hal ini.
Oleh karena itu, bab ini akan dimulai dengan mempertimbangkan satu sifat kunci kimia yaitu
kelarutan gas-gas dalam air laut.

8. 1. Kelarutan Gas-gas
Atmosfir merupakan kumpulan campuran gas-gas. Gas-gas tersebut dapat memasuki lautan
melalui interface udara-laut. Jika tidak terdapat molekul-molekul dari suatu gas khusus di
dalam larutan di lapisan atas lautan maka transfer akan terjadi sebagai pembuangan ke
atmosfir dimana gas-gas tersebut berada. Jika jumlah molekul-molekul dari atmosfir cukup
terakumulasi di dalam air sama jumlahnya dengan molekul-molekul yang meninggalkan laut
pada suatu waktu tertentu, maka akan dicapai kesetimbangan dan air dikatakan jenuh dengan
gas. Secara umum, gas-gas atmosfir mendekati keadaan jenuh di permukaan air lautan.
Konsentrasi gas-gas ini sering lewat jenuh sebab adanya penambahan gas-gas ke lautan
melalui pelarutan gelembung-gelembung dari pecahnya ombak/gelombang. Pada suatu saat
semua air pernah terekspose ke atmosfir di permukaan lautan. Oleh karena itu, dapat
diharapkan bahwa gas-gas atmosfir yang bersifat tidak reaktif, seperti nitrogen dan gas-gas
mulia akan memiliki konsentrasi yang sama di seluruh lautan dunia.

Telah banyak gas-gas atmosfir telah dikenal manusia. Gas-gas ini secara keseluruhan bisa
jadi merupakan penambahan yang baru ke lingkungan, seperti senyawa-senyawa CFC atau
tabahan dari sumber-sumber alamiah, seperti CO2. Distribusi konsentrasi gas-gas ini di lautan
dapat menolong untuk men-trace pergerakan air dari permukaan ke dalam laut yang lebih
dalam.

Lautan akan menjadi tempat tenggelamnya gas-gas tersebut murni diproduksi oleh manusia,
seperti senyawa-senyawa CFC. Mengacu pada sifat keinertan kimia dari CFC, maka gas-gas
CFC ini diemisikan ke atmosfir dengan kecepatan lebih besar dibanding kecepatan absorbsi
lautan yang lambat. Oleh karena itu, ukuran tempat tenggelamnya gas-gas tersebut lumayan
kecil.

Beberapa gas atmosfir seperti karbon dioksida sangat reaktif di dalam air sehingga lautan
dapat mengabsorbsi gas-gas ini agak lebih banyak dibanding massa molekluler dan
komposisi atmosfirnya. Dalam table 8.1 di bawah ini kejenuhan konsentrasi permukaan laut
untuk beberapa gas atmosfir yang terdapat dalam tekanan parsial pada dua temperature yang
berbeda. Tabel 8. 1.juga menunjukkan kelarutan dari gas-gas tersebut. Hal ini didefinisikan
sebagai konsentrasi kejenuhan yang ditemukan jika keseluruhan atmosfir tersusun dari gas
tertentu. Kelarutan adalah suatu pengukuran absolut yang dibandingkan dengan gas-gas yang
berbeda, sementara itu harga/nilai kejenuhan adalah merupakan produk kelarutan dan tekanan
parsial atmosfir termasuk pengaruh komposisi aktual atmosfir.

Table 8. 1. Konsentrasi kejenuhan dan kelarutan untuk gas-gas di atmosfir pada tekanan 1
atmosfir dalam air laut dengan sakinitas 35
Gas Mr Tekanan Kejenuhan lautan (mL/L*) Kelarutan (ml/L)
(gr/mol) parsial 0
0C 0
24 C 0C0
240C
udara (atm)
N2 28 O,781 14,3 9,2 18,3 11,8
O2 32 0,209 8,1 5,0 38,7 23,7
-3
Ar 40 9,3 x 10 0,39 0,24 42,1 26,0
CO2 44 3,54 x 10-4 0,51 0,24 1437 666
Ne 20 1,8 x 10-5 1,8 x 10-4 1,5 x 10-4 10,1 8,6
He 4 5,2 x 10-6 4,1 x 10-5 3,8 x 10-5 7,8 7,4
Kr 84 1,1 x 10-6 9,4 x 10-5 5,1 x 10-5 85,6 46,2
N2O 44 3,0 x 10-7 3,2 x 10-4 1,4 x 10-4 1071 476
*satuan yang lebih konsisten adalah dalam mol/kg, tetapi karena hatga-harga terdapat dalam beberapa orde
magnitude yang lebih kecil untuk unit-unit ini I menggunakan harga/nilai yang lebih tradisional untuk
perbandingan yang baik

Dari table 8. 1. di atas dapat dilihat beberapa sifat kelarutan gas yang menarik. Untuk gas
inert, kelarutan adalah fungsi massa molekul relatif (Mr.). Terdapat juga ketergantungan yang
kuat terhadap temperatur, khususnya untuk gas-gas yang lebih berat. Hal ini terjadi karena
pada temperatur yang lebih tinggi rata-rata molekul memiliki energy yang lebih besar dan hal
ini kemudian berimplikasi terhadap kecepatan pertukaran molekul yang lebih besar antara
udara dan air, sehingga situasi kesetimbangan terjadi dengan molekul-molekul gas yang lebih
sedikit di dalam liquid. Ketergantungan terhadap temperatur ini diilustrasikan pada gambar
8.1 di bawah ini untuk sejumlah gas

Gambar 3.1, hal 88

Beberapa gas atmosfir memiliki anomali kelarutan yang tinggi karena massa molekulnya,
termasuk CO2, CH4, dan oksida-oksida nitrogen yang kesemua gas ini adalah merupakan gas-
gas rumah kaca. Kelarutannya yang tinggi terjadi karena gas- gas ini terlibat di dalam reaksi-
reaksi dengan air yang mengubah banyak gas menjadi ion-ion terlarut. Gas-gas seperti ini
juga menunjukkan suatu peningkatan ketergantungan terhadap temperatur terhadap
kelarutannya (bandingkan dengan variasi kelarutan CO2 dan O2 dengan temperatur seperti
yang terdapat pada gambar 8. 1). Peningkatan ini terjadi karena kecepatan reaksi-reaksi kimia
yang bertanggung jawab untuk memungkinkan lebih banyak gas terabsorbsi yang juga
tergantung pada temperature. Jika reaksi-reaksi kimia ini dapat mengabsorbsi gas lebih cepat
dibanding memasuki lautan maka kejenuhan tidak akan tercapai. Ditemukan juga bahwa di
lokasi khusus kelebihan super-saturation akan terjadi yang disebabkan oleh adanya input
kimia atau fisika gas

Beberapa gas yang terdapat hanya dalam jumlah kecil di atmosfir adalah merupakan produk-
produk aktifitas biologi di dalam laut. Untuk hal ini, maka atmosfir menjadi tempat
penampungan, bukan sebagai sumber, bagian. Gas-gas seperti ini, yang dapat berinteraksi
dengan iklim melalui kontribusi dari pengaruh gas-gas rumah kaca (sebagai contoh, N2O dan
CH4) atau proses-proses awan (sebagai contoh, dimetil sulfida)

Kelarutan juga tergantung secara lemah pada salinitas, dengan salinitas yang lebih tinggi
akan menurunkan kelarutan. Tekanan juga penting. Semakin dalam lautan dimana tekanan
semakn tinggi, maka konsentrasi gas yang lebih tinggi dapat dipertahankan.

8. 2. Pertukaran gas melalui interface udara-laut


Kelarutan suatu gas menentukan ketenangan relatif dengan mana gas tersebut dapat
diabsorbsi ke dalam lautan jika disana tidak terdapat gas-gas lain di atmosfir, dan jika suatu
keadaan kesetimbangan telah dicapai. Nmaun demikian, troposphere yang merupakan
campuran dari banyak gas dan dasar driving force untuk pertukaran gas melalui interface
udara – laut adalah perbedaan dalam konsentrasi gas, atau tekanan parsial, antara kedua
medium. Flux , F, dari suatu gas melalui interface ke dalam lautan sering dituliskan sebagai
F = kT(Pa – Ps) dimana Pa adalah tekanan parsial dari gas dalam pertanyaan di atmosfir, Ps
adalah tekanan parsial lautan dan kT adalah kecepatan transfer.

Oleh karena kT merupakan satuan kecepatan, maka kT merepresentasikan variabilitas dari


kecepatan pertukaran tergantung pada kestabilan keadaan laut dan atmosfir. Laut yang tenang
dan udara yang stabil akan memungkinkan terjadinya pertukaran yang lambat sebab massa
permukaan udara tidak sering diperbaharui dan terdapat sedikit gelembung dalam kondisi ini.
Sebaliknya, laut yang tidak tenang (ganas) dan angin yang kuat memungkinkan terjadinya
perbaruan di permukaan udara dari atas dan juga secara aktif dilewati difusi molekuler
melalui interface oleh produksi gelembung berlebih. Kondisi intermediate menunjukkan
transfer yang moderat. Sering terjadi perubahan keadaan laut yang tiba-tiba dan kecepatan
transfer bila angin menjadi cukup kuat untuk memecahkan gelombang laut. Oleh karena itu,
kecepatan angin dijadikan sebagai indicator dari keadaan-keadaan fisika dan variasi dalam kT
merupakan fungsi yang kuat dari variable ini dan oleh karena itu juga merupakan fungsi
kecepatan pertukaran seperti yang ditunjukan pada gambar 8.3 di bawah ini

ganbar 3.3, hal 90

Catatan penting. Perbedaan yang besar dari kelarutan antara gas-gas yang berbeda, sebagian
disebabkan oleh massa molekul tetapi kebanyakan disebabkan oleh reaktifitas kimia dalam
air. Hal ini memberikan konsekuensi yang penting terhadap kecepatan pertukaran pada
kecepatan angin yang lambat. Pada kecepatan angin yang tinggi supply gas diatur oleh
mekanisme fisika bersama-sama dengan pecahnya gelombang/ombak; bukan karena kimia.
Walaupun dari gambar 8.3 di atas tidak jelas pada kecepatan angin dibawah 4 – 5 ms-1 CO2
yang reaktif secara kimia memiliki kecepatan transfer lebih tinggi 50% disbanding O2. Pada
saat ombak/gelombang pecah gas-gas inert dipompakan ke dalam laut pada kecepatan yang
lebih tinggi dibanding aktifitas secara kimia sebab udara dengan segera di atas permukaan air.

Mekanisme lain yang mempengaruhi kecepatan flux udara – laut adalah transfer panas antara
kedua medium. Jika udara lembab dan flux panas laten mengarah ke laut, maka akan
terbentuk kondensasi di atas permukaan air, kemudian flux gas ke lautan jadi terhambat.
Baru-baru ini telah ditunjukkan bahwa keadaan sebaliknya terjadi untuk panas yang bisa
gradien potensial kimia terhadap lautan, jika temperatur permukaan laut lebih kecil dari
temperatur udara. Flux yang dihasilkan adalah

Rumus 3.2, hal 89 ………pers 8.2

dimana Pa tekanan parsial atmosfir, Ps adalah tekanan parsial permukaan lautan, Pm = 0,5(Pa
+ PS), Tm = 0,5(Ta + Ts), R adalah konstanta gas ideal, dan Qsol adalah energy yang dilepaskan
bila 1 mol gas terlarut di dalam air laut, yang disebut sebagai entalpi larutan. Persaman 8.2
turun ke persamaan 8.1 jika temperaturudara dan laut identik. Gradien kimia menurunkan
flux gas ke dalam laut pada keadaan ini rata-rata 10%.

Kecepatan transfer sering diterminologikan sebagai kecepatan piston sebab dapat dianggap
sebagai ukuran kolom pompa gas masuk-keluar lautan oleh perbedaan tekanan parsial gas
yang melewati interface udara-laut. Hal ini menunjukkan naiknya asosiasi fisika untuk kT.
Kecepatan transfer tergantung pada sejumlah parameter fisika. Penerapan teori pertukaran
gas yang ada sekarang ini terkendala dengan kasus-kasus khusus multitude. Transfer gas-gas,
khususnya CO2 melewati batas udara – laut adalah merupakan proses iklim yang penting.
Oleh karena itu, estimasi yang akurat untuk flux spatial dan temporal dari gas-gas menjadi
vital untuk dasar prediksi yang baik untuk iklim masa depan. Tabel 8. 2 menunjukkan
estimasi ssaat ini untuk flux gas-gas yang penting secara kimia antara lautan dan atmosfir.
Uap air telah tidak dianggap sebab keseimbangan esensil antara pengendapandan penguapan
di atas lautan global. Sebagai satu perbandingan, penguapan dari uap air dari lautan tiap tahun
adalah 4,25 x 105 gigaton.

Ramalan perubahan masa depan mengasumsikan partisi CO2 antara udara dan laut akan tetap
konsisten dengan sifat arus. Hal ini bisa menjadi sumber yang tidak tertentu yang patut
dipetimbangkan sebab kurangnya pengetahuan kita tentang kontrol lautan terhadap gas rumah
kaca ini. Sementara itu, estimasi dari kecepatan transfer terjadi pada sejumlah situasi yang
kompleks terkontrol dari proses-proses yang terlibat merupakan estimasi global dari flux CO2
ke dalam lautan adalah tidak menentu dengan faktor paling tidak 50%. Proses-proses fisika
dan kimia yang terlibat dalam flux seperti itu barus dimengerti lebih baik dalam kombinasi.
Hal ini akan menjadi mnghasilkan teori pamungkas yang lebih bermanfaat tentang pertukaran
gas, memberikan langkah kuantum dalam akurasi dari estimasi flux kita yang dibutuhkan
untuk kepercayaan prediksi tentang perubahan iklim.

8. 3. Siklus karbon
Tabel 8. 2 di bawah ini menunjukkan bahwa lautan adalah tempat “tenggelamnya” CO2,
sementara iitu, ada sumber bet untuk kebanyakan gas-gas rumah kaca lainnya.
Gas Flux (gigaton/tahun)
CO2 2,0 ± 0,8
CH4 -0,010 ± 0,005
N2O -0,0020 ± 0,0006
Gas belerang (misalnya, DMS) -0,030 ± 0,010
Hidrkarbon non-metana -0,065 ± 0,030

8. 3. 1. Siklus Karbon
Siklus karbon antara bumi, biosphere, lautan dan atmosfir seperti yang ditunjukkan pada
gambar 8.4 di bawah ini.

Gambar 3.4, hal 92

Tampak pada gambar adanya ketidaktentuan yang masih bisa diterima di atas magnitude
penyimpanan yang terjadi baru-baru ini di beberapa reservoir. Karbon dioksida bercampur
melalui troposphere dalam beberapa bulan. Pemahaman kita tentang komponen dari siklus
karbon ini lumayan baik. Tetapi, ketidaktentuan dalam komponen-komponen penyimpanan
lainnya sama ukurannya dengan estimasi penyimpanannya.

Variasi dalam CO2 atmosfir ditunjukkan dalam gambar 8.5, satu seri waktu bulanan untuk
yang diambil di Mauna Loa di Hawaii. Suatu siklus musiman cepat adalah tumbang tindih
untuk jangka panjang menunjukkan peningkatan yang lebih gradual. Tren ini disebabkan oleh
aktifitas anthropogenic. Modulasi tahunan terjadi oleh biosphere. Selama musim panas
sejumlah besar karbon difiksasi di daerah terresterial dan biosphere lautan oleh fotosintetis.
Fotosintetis yang terbatas pada musim dingin menghasilkan respirasi net dan pelepasan CO2
ke atmosfir. Di seluruh dunia pergantian musim CO2 antara lautan dan atmosfir terdapat
dalam kesetimbangan kasar antara dua hemisphere.

Siklus karbon merupakan suatu komponen yang penting dari sistem iklim dan juga perubahan
dalam distribusi karbon antara reservoir yang berbeda. Banyak karbon menampakkan
keberurutan menjadi penyimpanan jangka sangat panjang, di dalam interior bumi, sedimen
dan lautan dalam. Oleh karena itu, sangat mungkin terjadi substansi alam redistribusi CO2
antara atmosfir, lautan dan biosphere. Suatu komponen yang sangat penting dari perubahan
ini adalah merupakan mekanisme penyimpanan di lautan dan hal ini sebagian besar berasal
dari kimia.
Tugas individual: intisarikan Siklus karbon

8. 3. 2. Kontrol Lautan Karbon Dioksida – Prinsip Utama


CO2 adalah produk utama dari pembakaran senyawwa-senyawa yang mengandung karbon
seperti kayu, batubara, dan minyak. Sejak peningkatan yang dramatis dalam pembakaran
yang dimulai pada Revolusi Industri di akhir abad 18, konsentasi CO2 atmosfir meningkat
kira-kira sepertiga. Secara substansial lebih sedikit karbon dioksida tetap berada di atmosfir
dibanding yang diemisikan ke atmosfir sejak 1750; mungkin 50%. Banyak dari CO2 ekstra ini
dianggap terabsorbsi oleh lautan sebagai hasil dari kelarutan gas yang tinggi. Alasan utama
mengapa lautan dijadikan tempat tenggelamnya CO2 ditunjukkan dalam persamaan reaksi

CO2(g) + H2O ( H2CO3) H+ + HCO3- 2H+ + CO32- ……………………..8.3

Diskusi kelompok (3 orang). Jelaskan apa yang terjadi jika reaksi kesetimbangan di
atas terganggu oleh masuknya limbah asam ke laut

Kompoen reaksi-reaksi di atas terjadi sangat cepat dan sistem berada pada kesetimbangan.
Maka, penambahan CO2 dengan cepat akan terdapat di dalam sistem, mendistribusikan atom-
atom karbon antara fase gas dan in-ion karbonat (CO32-) dan bikarbonat (HCO32-) di dalam
larutan. Alasan untuk kecepatan reaksi 8.3 di atas dapat dilihat dengan menguji kecepatan
reaksi atau konstanta disosiasi, K1 dan K2 dari dua persamaan dalam bentuk kesetimbangan
penuh sebagai berikut
[H+] [HCO3- ]
K1 = ……………………………………………………………..8.4
[H2O] [CO2]
untuk kesetimbangan gas menjadi bikarbonat pada setengah kiri (8.3) dan

[H+] [CO32- ]
K2 = ……………………………………………………………..8.5
[HCO3- ]
untuk kesetimbangan bikarbonat menjadi karbonat kea rah kanan (8.3). Pada persamaan 8.4
dan 8.5 tanda kurung kurawal merepresentasikan konsentrasi dari urutan spesies kimia.
Konstanta disosiasi tergantung pada temperatur, tekanan dan salinitas. Tabel 8.3 d bawah ini
menunjukkan harga-harga untuk K1 dan K2 pada temperatur yang berbeda, tekanan 1 atmosfir
dan salinitas 35psu.
Tabel 8.3. Konstanta disosiasi untuk reaksi-reaksi utama dalam persamaan reaksi 8.3, pada tekanan 1
atmosfir dan salinitas 35 psu. K1 dikalikan dengan [H2O]
Temperatur (0C) K1 K2
-7 -10
0 6,73 x 10 3,53 x 10
5 7,17 x 10-7 4,04 x 10-10
10 7,98 x 10-7 4,72 x 10-10
15 8,73 x 10-7 5,58 x 10-10
20 9,41 x 10-7 6,59 x 10-10
25 10,00 x 10-7 7,69 x 10-10
30 10,47 x 10-7 8,77 x 10-10

Semakin besar harga magnitude K1 memberi arti bahwa kebanyakan CO2 diubah menjadi
HCO3- dan hanya sangat sedikit kemudian diubah menjadi ion karbonat sebagai K2 seribu kali
lebih kecil dari K1. Oleh karena itu, net efek dari reaksi 8.3 di atas menghasilkan summary
reaksi sebagai berikut: CO2(g) + H2O + CO32- 2 HCO32- …………………………8.6
Spesies bikarbona/karbonat tidak dihasilkan secara sendiri-sendiri dari kesetimbangan dengan
karbon dioksida, tetapi juga dari deposit, sungai atau debu yang tertiup angin, produk-produk
weathering batuan yang mengandung CaCO3. Contohnya, limestone adalah sumber umum
dari material tersebut. “Pre-existing” sumber karbonat lautan ini dari weathering kalsium
karbonat memungkinkan absorpsi karbon dioksida yang lebih besar. Hal ini dapat dilihat
dengan mempertimbangkani konstanta disosiasi yang disimpulkan dalam proses 8.6:

[HCO3- ]
K= …………………………………………………………..…..8.7
[CO2][H2O][CO32-]

Untuk temperatur dan tekanan yang tepat K adalah suatu konstanta, sehingga weathering
memperkaya konsentrasi ion-ion karbonat dan hidrogen melalui dua right-hand pada
kesetimbangan 8.1, harus menggambarkan lebih banyak karbon dioksida ke dalam larutan,
sebagai [H2O] terlalu besar untuk bisa dipengaruhi oleh reaksi 8.3.

Di permukaan air, proses-proses biologi terlibat dalam interaksi fosfat, nitrat dan karbon
menghasilkan keasaman dan jumlah total karbon terlarut mendekati konstan di seluruh
dunia.Oleh karena itu, numerator pada 8.7 akan konstan seperti [H2O]. Nmaun demikian,
kecepatan reaksi, K, akan tergantung pada temperatur, lebih lambat pada temperatur yang
lebih hangat. Jika karbon dioksida atmosfir berada dalam kesetimbangan dengan permukaan
air, maka [CO2] = Sco2 Pco2 …………………….…………………………………………8.8
dimana Sco2 adalah kelarutan karbon dioksida dan Pco2 adalah tekanan parsial karbon dioksida
di over-lying atmosfir. Hal ini member arti bahwa tekanan parsial dapat dinyatakan dalam
1 [H+] [CO32-]
Pco2 = ………………………………………………………..8.9
KSco2 [H2O]

Persamaan 8.9 di atas menyatakan bahwa dalam kondisi kesetimbangan, tekanan parsial
karbon dioksida atmosfir haruslah menjadi fungsi yang kuat dari temperatur. Perubahan
relatif dari kelarutan dan K dengan temperatur mengimplikasikan bahwa tekanan parsial
turun kira-kira satu faktor tiga antara 240C dan 00C. Namun demikian, kita telah melihat
bahwa konsentrasi karbon dioksida atmosfir secara esensil adalah sama di seluruh dunia.

Oleh karena itu, tidak dapat menjadi kesetimbangan umum dari pertukaran karbon dioksida
antara lautan dan atmosfir. Gambar 8.2 menunjukkan bahwa tingkat CO2 di kutub permukaan
air yang lebih rendah, sementara tekanan parsial CO2 di air tropis lebih tinggi dibanding
harga kesetimbangan untuk over-lying atmosfir. Karena itu, terdapat net flux dari karbon
dioksida atmosfir ke dalam air kutub dan keluar dari lautan tropis. Flux ini tidak memaksa
lautan menjadi setimbang dengan atmosfir sebab temperatur air berubah dikarenakan gerakan
musiman dan perubahan di arus permukaan lautan dan juga dikarenakan adanya pertukaran
air permukaan dengan air lebih dalam di kedua area. Terjadi kompetisi antara waktu
kesetimbangan untuk karbon dioksida dan skala waktu untuk stagnasi permukaan air yang
meyakinkan kita bahwa kondisi kesetimbangan tidak selalu tercapai.

Urutan reaksi dalam persamaan 8.3 adalah cara prinsipil yang mana karbon dioksida masuk
ke lautan diperkaya secara kimia. Tetapi, terdapat reaksi-reaksi lain yang mungkin signifikan.
Reaksi-reaksi tersebut adalah reaksi CO2 dengan mineral-mineral lautan baik di dasar
sedimen maupun dalam larutan di dalam kolom air. Peruraian fragmen-fragmen kalsium
karbonat (termasuk cangkang krustase) diberikan pada persamaan reaksi 8.10 di bawah ini
CaCO3 + CO2 + H2O Ca2+ + 2HCO3- …………………………………………8.10

Reaksi ini sama dengan yang terlibat di dalam proses weathering limestone di tanah.
Tidak diajarkan secara luas pentingnya ketika karbon dioksida tenggelam sebab permukaan
air umumunta lewat-jenuh dengan fase padat CaCO3. Hal ini menghambat terjadinya
persamaan 8.10. Namun demikian, di dasar air di zona pesisir dimana karbon dioksida
anthropogenic dengan mudah mampu melakukan penetrasi dan air tampak kurang-jenuh
karena bentuk-bentuk kalsium karbonat yang tak murni. Telah diestimasi bahwa mungkin
1,5% dari karbon dioksida yang dihasilkan oleh manusia tiap tahun kemungkinan diabsorbsi
oleh lautan di area pesisir yang ditunjukkan oleh persamaan 8.10.

Bahwa lautan adalah merupakan net absorber untuk pertambahan karbon dioksida yang
ditambahkan ke atmosfir tiap tahun oleh aktifitas manusia, walau ketidakpastian berlanjut .
Gambar 8.4 menunjukkan bahwa banyak CO2 yang memasuki lautan dari atmosfir tidak
menetap di permukaan air tetapi ditransfer dengan cara percampran dan pembentukan air
dalam ke laut intermediate dan dalam. Banyak dari pertambahan karbon dioksida
anthropogenic juga mengikuti rute ini, memaksa permukaan lautan bergerak ke arah
kesetimbangan
Dengan peningkatan karbon dioksida dari atmosfir bahkan pada kecepatan yang lebih lambat.
Skala jangka panjang dari air kedalaman berubah dalam beberapa abad hingga ribuan tahun
terjadi jumlah dua kali lipat dengan kelarutan yang lebih besar dari karbon dioksida dalam air
dibawah tekanan yang memberi arti bahwa lautan bertindak sebagai reservoir raksasa untuk
karbon dioksida dan suatu penahan terhadap perubahan iklim bersama-sama dengan naiknya
CO2. Konversi dari hal ini juga terjadi. Jika tingkat CO2 atmosfir tiba-tiba turun lalu lautan
akan kekurangan karbon dioksida kembali secara lambat kembali ke atmosfir, mendorong
iklim kembali ke keadaan sebelumnya.

Lautan juga menggunakan yang lain, seperti biologi, kontrol terhadap karbon dioksida
atmosfir. Input CO2 ke lautan mendorong aktifitas biologi. Kemudian karbon disimpan di
dalam bentuk-bentuk kehidupan laut dimana kembalinya ke atmosfir ditunda. Jika organisme
lautan bertambah ke sedimen didasar laut karena mati, maka karbon akan bertambah ke
reservoir geosphere.

Tugas kelompok: buat artikel tentang Oksigen di lautan

8. 4. Reaksi Fotokimia dalam air laut


Terdapat banyak sekali reaksi-reaksi fotokimia atmosfir yang mana molekul-molekul
terfragmentasi atau menunjukkan reaktifitas yang berbeda dengan pertukaran keadaan energi
molekul-molekul tersebut.
Di lautan kemungkinan reaksi fotolitik sering diabaikan. Dalam kondisi yang baik jumlah
radiasi sinar matahari yang cukup dapat menembus puluhan meter kebawah permukaan laut.
Secara istimewa air laut mengabsorbsi panjang gelombang merah yang lebih panjang dari
bagian tampak (visible) spektrum sinar matahari dan energi kecil, Maka panjang gelombang
visible yang lebih pendek dan energi besar dan memberikan banyak tenaga penetrasi. Tetapi,
cahaya UVjuga secara kuat terjadi adsorbsi dan terhamburkan. Di atmosfir cahaya UV
merupakan pembawa yang potensial untuk banyak reaksi-reaksi fotokimia; kebanyakan dari
foton sinar matahari dalam pita energy telah terabsorbsi di atmosfir sebelum radiasi sinar
matahari mencapai permukaan lautan; apa yang tersisa dengan cepat diambil pada beberapa
meter pertama selama penetrasi.
Reaksi-reaksi kimia yang disebabkan oleh foton dapat melibatkan sejumlah bentuk yang
berbeda. Salah satu bentuk yang paling penting adalah photo-dissociation yaitu fragmentasi
spesi kimia selama terjadinya interaksi dengan foton. Foton harus memiliki energi yang
cukup untuk memutuskan ikatan kimia; foton dengan energi yang lebih besar secara adisional
memberikan energy kinetic untuk menghasilkan fragmen-fragmen. Salah satu dari fragmen
ini biasanya berada pada keadaan tereksitasi, yaitu elektron-elektron akan menempati orbital-
orbital di atas konfigurasi elektron standar atom-atom (energi lebih rendah). Satu kasus
khusus dari tipe reaksi ini dikenal sebagai photo-ionization. Hal ini terjadi jika fragmen-
fragmen dari reaksi bukan atom diskrit atau molekul tetapi semata-mata merupakan satu
electron dan reaksi atom-atom atau molekul-molekul bermuatan ion positif.
Absorbsi suatu foton dapat menghasilkan spesi energi radiasi dalam rangka untuk
mengembalikan ke keadaan energi standar. Hal ini disebut luminescence, tetapi jenis-jenis
khusus dari reaksi ini dikenal sebagai fluorescence atau phosphorescence, tergantung pada
jenis transisi energi. Reaksi seperti ini mengkonsentrasikan radiasi dari suatu spektrum yang
luas dari satu panjang gelombang ke panjang gelombang lainnya, membuat emisi panjang
gelombang ini yang secara khusus intens. Kedua reaksi ini dapat dilihat dalam air laut;
fluorescence dapat digunakan sebagai tracer untuk klorofil, klorofil menjadi salah satu
produk fotosintesis.
Tabel 8.4. Reaksi-reaksi fotokimia yang penting secara iklim di dalam air laut
NO2- + H2O + v → NO OH OH-
NO3 + v → NO2- + O
CH3I + Cl- + v → CH3Cl + I-
CO + v → CO* (tereksitasi, lebih reaktif dari CO)
H2S + OH- + v → H2O + HS
(CH3)2S + 5O2 + v → 2CO2 + 2H2O + H2SO4

Foton diabsorbsi oleh spesi dan tidak selalu menghasilkan fragmentasi atau luminescence.
Keadaan timbulnya energi dari spesi dapat dkatakan relatif stabil menyebabkan perbedaan
reaktifitas dan kimiawi. Energi dapat juga diberikan kepada molekul-molekul lain melalui
tabrakan, pengubahan energi menjadi energi kinetik, vibrasi molekuler atau transfer suatu
keadaan tereksitasi menjadi tabrakan molekul. Molekul-molekul atau atom-atom tereksitasi
sering memiliki reaktifias yang sangat diperkaya sehingga molekul-molekul atau atom-atom
tersebut bereaksi dengan molekul-molekul lain dengan sangat cepat.
Terdapat sejumlah reaksi fotokimia yang terjadi pada lapisan atas lautan yang mempengaruhi
konsentrasi gas-gas yang sensitive secara klimatologi. Nitrat, NO3- dan nitrit, NO2- yang
merupakan dua nutrient penting untuk pertumbuhan fitoplankton, dapat difotolisis
menghasilkan keadaan oksidasi yang berbeda. Sejumlah gas-gas trace yang dihasilkan di
lautan seperti metal iodide, CH3I, dimetil sulfide, (CH3)2S, karbon monoksida, CO, dan
hidrogen sulfida, H2S akan mengalami transformasi fotokimia di dalam air laut sama seperti
juga di atmosfir. Summary dari reaksi-reaksi yang telah dikenal diberikan pada table 8.4 di
atas. Ini merupakan bidang yang sedang berkembang dan menarik dan baru, penting secara
klimatologi, reaksi-reaksi tampaknya akan bertambah di masa depan, sebagai contoh
fotokimia dari koloid besi organic. Reaksi-reaksi fotokimia tidak sederhana mengestimasi
fluxes gas-gas ke atmosfir

Anda mungkin juga menyukai