Anda di halaman 1dari 91

Dicuplik dr Kostka, 2002

Bab III
Sifat – Sifat Fisis dan Kimiawi Air
Laut
Beberapa Pengertian Dasar Kimia
(Basic Chemical Notions)

Atom-Atom adalah unit terkecil yang


menunjukkan semua properti dari material.
 Atom terdiri dari:
 Nukleus – Adalah pusat atom yang terdiri dari partikel bermuatan positif
disebut proton dan partikel bermuatan netral disebut neutron
 Elektrons – Partikel bermuatan negatif yang mengorbit nukleus dalam
selongsong elektron tersendiri
 Atom elektrik yang stabil mempunyai jumlah elektron yang sama dengan proton.
 Ion adalah atom dengan elektron yang lebih atau kurang dari proton sehingga
bermuatan elektrik.

Dicuplik dr Kostka, 2002


Beberapa Pengertian Dasar Kimia
(Basic Chemical Notions)
 Isotope adalah atom-atom yang mengandung jumlah proton yang sama,
tetapi mempunyai jumlan neutron yang berbeda sehingga beratnya juga
berbeda.
 Molekul adalah kombinasi komponen secara kimia yang dibentuk oleh dua
atom atau lebih.

Dicuplik dr Kostka, 2002


Beberapa Pengertian Dasar Kimia (Basic Physical Notions)

Panas berasal dari vibrasi atom-atom (energi kinetis) dan dapat


diukur dengan termometer.

 Pada padatan, Atom-atom atau molekul bervibrasi secara


lemah dan secara kaku diam di tempat.
 Pada cairan, Atom-atom atau molekul bervibrasi lebih cepat,
bergerak lebih jauh dan lebih bebas bergerak relatif terhadap
satu sama lain.
 Pada Gas, Atom-atom atau molekul mempunyai energi yang
tinggi, bergerak jauh dan independen.
 Pelelehan Adalah transisi dari padatan ke cairan; pembekuan
adalah kebalikannya.
 Evaporasi (vaporisasi) Adalah transisi dari cairan ke gas;
kondensasi adalah kebalikannya.

Dicuplik dr Kostka, 2002


Beberapa Pengertian Dasar Kimia
(Basic Chemical Notions)

Temperatur mengontrol densitas.


Saat temperatur meningkat
atom atau molekul bergerak
lebih jauh dan densitas
(massa/volume) berkurang
karena lebih sedikit massanya
(lebih sedikit atom) dalam satu
volume yang sama.

Dicuplik dr Kostka, 2002


Air: Sifat-Sifat Penting
• Keadaan Fisik
– Secara alami dapat berada dalam fase padat,fase cair, dan
fase gas
• Kapasitas Panas
– Paling tinggi diantara zat padat dan zat cair lainnya
• Kompresibilitas
– Sebagai zat cair, air dapat dipandang sebagai zat yang
tidak dapat dimampatkan(inkompresibel)
• Sangat Reaktif Terhadap Senyawa Organik
– Pelarut Universal
• Densitas
– Air mempunyai densitas maksimum pada suhu 4oC Es
densitasnya lebih rendah, es mengapung di atas air
Molekul Air (Water Molecule)
Molekul Air adalah unik
dalam struktur dan
propertinya.
 H2O adalah formula kimia bagi air.
 Properti unik dari air meliputi:
 Lebih tinggi titik leleh dan didihnya dibanding
komponen hidrogen lainnnya.
 Kapasitas panas yang tinggi, jumlah panas
yang diperlukan untuk menaikkan
temperatur dari 1 gram air 1oC.
 Pelarut yang hebat daripada material lainnya.
 Molekul air asimetris dalam bentuknya dengan
dua molekul hidrogen pada ujungnya, terpisah
105o dalam fase gas atau cair dan 109.5o saat fase
padat.

Dicuplik dr Kostka, 2002


Kapasitas Panas Beragam Zat

Zat (Materi) Cal/g/oC


Aceton 0,51
Alumunium 0,22
Amonia 0,13
Tembaga 0,09
Alkohol 0,23
Timah 0,03
Air raksa 0,03
Perak 0,06
Air 1,0
Secara Alami Air Dapat Berada
Dalam Tiga Keadaan(Fasa)
Dicuplik dr Kostka, 2002

Molekul Air (Water Molecule), cont…


Struktur dipole molekul air
 Asimeteri dari molekul air dan distribusi elektron
menghasilkan struktur dipole/bipolar (dua kutub)
dengan oksigen diujung satu bermuatan negatif dan
ujung satunya adalah hidrogen bermuatan positif.

 Struktur dipole dari molekul air menghasilkan ikatan


elektrostatis (ikatan hidrogen) antara molekul air
yang mengumpul bersama dalam pola heksagonal (6
sisi)

 Es mengapung dalam air sebab semua molekul dalam


es tertahan dalam bentuk heksagon dan ada ruang
kosong di tengahnya, menyebabkan 8% lebih ringan
daripada air.
Hexagonal unit sel es
Water and Ice Molecules Hexagonal Ice unit cell

Tetrahedral Water
14 Molecules

Ice Crystal Structure


Molekul Air (Water Molecule), cont…
 Air mencapai densitas maksimum pada suhu 3.98o C .

Dibawah suhu ini jumlah molekul air membentuk


polimer heksagonal sehingga mengurangi densitas
air.Hal ini disebabkan pada saat pembentukan kristal
es sudut antara atom hidrogen dan atom oksigen
bertamabah dari 105o menjadi 109o sehingga jumlah
molekul air didalam suatu volume tertentu lebih
sedikit pada fasa padat dari pada fasa cair sehingga
densitas air pada fasa padat lebih rendah dari pada
fasa cair. Disamping itu kristal es mengandung banyak
rongga udara sehingga densitasnya lebih rendah dari
pada air.
Dicuplik dr Kostka, 2002
Molekul Air(Water Molecule),cont,
Diatas suhu 3.98o C molekul air
meningkat energinya dan bergerak
makin jauh, sehingga juga mengurangi
densitasnya. Penurunan temperatur
menyebabkan air mencapai densitas
maksimum pada 3.98o C dan densitasnya
kembali berkurang dibawah 3.98o C
disebut anomali air

Air memiliki kapasitas panas yang tinggi karena


diperlukan banyak energi untuk memecah ikatan
hidrogen dan memisahkan molekul airnya.
Density Characteristics of Pure H2O
Molekul H2O yg bipolar
menyebabkan terbentuknya
ikatan hydrogen. Kutub positif
dari molekul air yang satu
menarik kutub negatif molekul
air lainnya dan sebaliknya.

Atom hidrogen dan


atom oksigen diikat
oleh ikatan kimia
yang disebut ikatan
covalen. Ikatan
covalen terbentuk
dengan cara berbagi 105°
elektron antara 1
atom oksigen dan 2 Molekul air
atom hidrogen
109°
Molekul Air (Water Molecule), cont…

Dicuplik dr Kostka, 2002


Kosekuensi Kapasitas Panas Air
yang Tinggi
• Kapasitas panas air yang tinggi
menyebabkan perubahan suhu air lebih
lambat dari pada perubahaan suhu
daratan. Air lebih lambat melepas panas
dari pada daratan.
• Kondisi ini dapat menyebabkan timbulnya
angin darat-angin laut dan angin musim.
Pembentukan Ikatan Kovalen dari
Molekul Air (H2O)
Mekanisme terbentuknya ikatan kovalen suatu molekul adalah
sebagai berikut. Sifat kimia suatu atom ditentukan oleh elektronnya
dan setiap atom menginginkan suatu konvigurasi elektron yang
simetris seperti yang dimiliki oleh gas-gas mulia. Konvigurasi
elektron yang simetris adalah sedemikian sehingga kulit (shell)
pertama mempunyai 2 elektron, kulit kedua mempunyai 8 elektron
(total 10 elektron), kulit ketiga mempunyai 8 elektron (total 18
elektron) dan seterusnya.
Konvigurasi elektron yang simetri dari gas-gas mulia He (jumlah
elektron 2), Ne (jumlah elektron 10) dan Ar (jumlah elektron 18)
diperlihatkan oleh gambar berikut:

Konvigurasi elektron dari He, Ne dan Ar.


Atom hidrogen (H) hanya mempunyai satu elektron. Ia
membutuhkan satu elektron agar dapat mempunyai konfigurasi
seperti atom Helium (He). Oleh karena itu ia cenderung untuk
bergabung dengan atom-atom lainnya dengan cara berbagi
(share) elektron yang dimilikinya. Ia dapat bergabung dengan atom
H yang lain membentuk molekul H2.

Atom oksigen mempunyai 8 elektron. Ia membutuhkan 2 elektron


agar dapat mempunyai konvigurasi elektron gas Neon (Ne). Dua
elektron ini dapat diberikan oleh dua atom hidrogen. Jadi atom
oksigen akan mengalami konvigurasi elektron atom Ne dengan
bergabung dengan dua atom H membentuk molekul air. Kedua atom
H yang membentuk molekul air juga mengalami konvigurasi elektron
atom He.
Pembentukan molekul air dengan cara berbagi elektron antara
atom O dan atom H diilustrasikan oleh gambar berikut.

O + 2 H O H (H2O)
Hal yang sama berlaku dalam pembentukan Methan (CH4) dan
Amonia (NH3).

Atom Carbon mempunyai 6 elektron. Ia butuh 4 elektron agar


mempunyai konvigurasi elektron atom Ne. 4 elektron ini diberikan
oleh 4 atom H.
H

(CH4)
C + 4 H H C H

H
Atom Nitrogen mempunyai 7 elektron, kurang 3 elektron
yang dapat diberikan oleh 3 atom H untuk membentuk NH3

N + 3 N H (NH3)
H

H
Efek Penambahan Garam

Efek dari penambahaan garam, yaitu:


1. Densitas air bertambah; air tawar berada di atas air laut.
2. Titik bekunya berkurang/menurun (lebih kecil daripada
0°C) atau bisa mencapai -2°C di Kutub Selatan
3. Suhu dimana densitas air maksimum berkurang (lebih kecil
daripada 4°C)
4. Kapasitas panas air berkurang 4 %. Untuk menaikkan suhu
1 gr air laut di sekitar 1º C hanya diperlukan 0,96 cal.
5. Garam-garam yang larut mengganggu jaringan kerja
(network) dari ikatan hidrogen di dalam air yang
mengakibatkan titik beku air laut lebih kecil dari titik beku
air murni ( < 0ºC ).
Mis: air laut dengan S = 35 %o mempunyai titik beku –
1,91ºC
Efek Penambahan Garam (2)
6. Garam-garam yang larut di dalam air laut cenderung menarik
molekul air sehingga air laut lebih lambat menguap daripada air
tawar.
7. Tekanan Osmosis bertambah dengan bertambahnya Salinitas.
Cat: Tek. Osmosis adalah tekanan yang dilakukan pada
membran biologis biota laut bila salinitas lingkungan
berbeda dari salinitas di dalam sel biota laut. Tekanan
Osmosis merupakan faktor kunci dalam transmisi air ke
dalam atau keluar sel

Sifat keempat sampai dengan ketujuh bervariasi dengan salinitas.


Sifat-sifat ini disebut Sifat Koligatif ( Colligative Properties ).
Efek Penambahan Garam pada Temperatur
dimana Densitas Air Maksimum
dan Titik Beku Air

Tρ : Temperatur densitas konstan


Tf : Titik beku air
Kemampuan Melarutkan Dari Air
Air melarutkan garam dengan mengelilingi
atom garam dan menetralisir ikatan ion
yang mengikat molekul. Garam terlarut
membentuk kation (Ion bermuatan positif)
dan anion (ion bermuatan negatif).

Proses air mengelilingi ion disebut hidrasi.

Dicuplik dr Kostka, 2002


Molekul Air (Water Molecule), cont…

Dicuplik dr Kostka, 2002


Daya Larut dari Air

Ketika sodium chlorida padat larut , ion-ion positif dan negatif ditarik oleh
kutub negatif dan kutub positif dari molekul air.

© 2002 Brooks/Cole, a division of Thomson Learning, Inc.


Ringkasan dari Sifat-sifat Air
Sifat Dibandingkan dengan Zat Lain
Tegangan permukaan Paling tinggi dari semua zat cair pada umumnya.
Penghantaran panas Paling tinggi dari semua zat cair pada umumnya, kecauali
air raksa.
Viskositas Relatif rendah untuk suatu zat cair (menurun dengan
meningkatnya suhu).
Panas laten penguapan: Paling tinggi dari semua zat pada umumnya.
Jumlah pertambahan atau kehilangan panas per satuan
massa oleh perubahan zat dari fase cair ke gas atau gas ke
cair tanpa disertai kenaikan suhu (cal/g).
Panas laten peleburan: Paling tinggi dari semua zat cair pada umumnya dan
Jumlah pertambahan atau kehilangan panas per satuan sebagian besar zat padat.
massa oleh perubahan zat dari fase padat ke cair atau cair
ke padat tanpa disertai kenaikan suhu (cal/g).
Kapasitas panas: Paling tinggi dari semua zat padat dan zat cair pada
Jumlah kebutuhan panas untuk menaikkan suhu 1 g zat 1 umumnya.
oC (cal/g/oC)

Kerapatan: Berat jenis ditentukan oleh (1) suhu, (2) salinitas, (3)
Massa per satuan volume (g/cm3 atau g/ml). tekanan.
Berat jenis maksimum air murni adalah pada suhu 4 oC.
Untuk air laut, titik beku menurun dengan meningkatnya
salinitas.
Kamampuan melarutkan Malarutkan banyak zat dalam jumlah lebih besar daripada
zat cair lain pada umumnya.
Air Laut
 Air Laut terdiri dari air(96,5 %) dengan bermacam
material terlarut didalamnya(3,5 %).

 pelarutnya adalah material yang melarutkan yaitu air.

 Salinitas adalah total jumlah garam yang terlarut dalam


air.

 Salinitas diukur dalam satuan bagian garam per seribu


bagian air laut dan diungkapkan dalam ppt (parts per
thousand) atau o/oo.

 Salinitas air laut bervariasi antara 33 o/oo dan 37 o/oo


dengan rata-rata 35 o/oo (ppt), (psu).

Dicuplik dr Kostka, 2002


Salinitas

(“Salinitas adalah jumlah (gram) zat-zat


yang terlarut dalam 1 kg air laut, dimana
dianggap semua karbonat telah diubah
menjadi oksida, brom dan iod diganti oleh
khlor dan semua bahan-bahan organik telah
dioksidasi secara sempurna.”)

Dicuplik dr Kostka, 2002


Air Laut
• Komponen salinitas terdiri dari komponen utama
(99%) dan komponen minor dan trace
element(1%). Komponen utama terdiri dari ion
Sodium (Na+), Chlorine (Cl-), Sulfate (SO4-2),
Magnesium (Mg+2), Calcium (Ca+2), Potassium
(K+) dan Bicarbonate (HCO3-). Trace element
konsentrasinya kecil tetapi penting bagi
pertumbuhan tanaman laut
• Sodium dan chlorine sendiri meliputi sekitar 86%
garam di laut. Sodium berasal dari pelapukan
batuan di darat sementara chlorine berasal dari
gas-gas yang keluar dari daerah pemekaran dasar
samudra dan gunung api bawah laut.
Dicuplik dr Kostka, 2002
SUMBER GARAM DI LAUT

• Pelapukan (weathering) batuan di darat


• Gas-gas yang keluar di daerah pemekaran
dasar samudra (mid oceanic ridge) dan
gunung api bawah laut
• Komponen air laut yang bukan berasal
dari pelapukan disebut excess volatiles
• Excess volatiles: carbon dioksida, chlor,
belerang, hidrogen, fluor, nitrogen dan
uap air
Komponen dari Salinitas

Komponen-komponen yang terdapat didalam 1 kg air laut

© 2002 Brooks/Cole, a division of Thomson Learning, Inc.


Sifat konservatif komponen utama

Komponen utama
dari salinitas
menunjukkan variasi
yang kecil terhadap
waktu dan
merupakan properti
konservatif air laut.
• Total Material
Padat yang
Terlarut
– Air hujan
– Air sungai
– Air laut
• Note: perbedaan
yang besar dalam
skalanya
Prinsip Proporsi Konstan

Prinsip Forchhammer menyatakan bahwa meskipun salinitas


air laut berbeda dari suatu tempat ketempat yang lain,
perbandingan konsentrasi antar komponen-komponen
utamanya dan perbandingan konsentrasi komponen utama
terhadap salinitas total adalah konstan.

Prinsip Forchhammer juga dikenal sebagai Prinsip atau


Aturan Proporsi Konstan.

© 2002 Brooks/Cole, a division of Thomson Learning, Inc.


Prinsip Proporsi Konstan
Tabel 4. konsentrasi Ion-ion utama yang terkandung di dalam
air laut dengan salinitas 34,4 ‰
Misalnya: kita ingin menentukan
Ion-ion Utama Konsentrasi (‰ ) konsentrasi K+ pada suatu
perairan dengan S = 36 ‰,
Chlor ( Cl - ) 18,98
diketahui konsentrasi K+ pada S =
Sodium ( Na + ) 10,55
34,4 ‰ adalah 0,38 ‰ ( Tabel 4 ).
Sulfat ( SO42- ) 2,649

Magnesium ( Mg 2+) 1,272 Jawab :


Calcium ( Ca 2+ ) 0,400 Konsentrasi K  0,38
  0,011
Potasium ( K + ) 0,380 Salinitas Total 34,4
Bicarbonat ( HCO3- ) 0,140
Konsentrasi K 
Jumlah (Salinitas) 34,377  0,011
36 oo
o

Konsentrasi K + diperairan dengan S = 36 ‰ adalah 0,011 x 36 ‰


= 0,390 ‰
Ingat : Perbandingan (ratio) di antara unsur-unsur utama dan unsur-unsur utama
dengan salinitas total adalah tetap (konstan).
Penentuan Salinitas

Bagaimana saintis menentukan salinitas air laut?

Salinitas dapat ditentukan secara kimia yaitu dengan mengukur


chlorinitas suatu sampel air laut. Karena chlorinitas mudah
ditentukan (hasil titrasi) dan prinsip proporsi konstan berlaku untuk
semua air laut, saintis menggunakan formula berikut yntuk
menentukan salinitas:

S ‰ = 1,80655 Cl ‰

Sekarang saintis menggunakan alat elektronik (cara fisika) untuk


menentukan salinitas air laut seperti Salinometer dan CTD
dengan mengukur konduktivitas listrik air laut. Konduktivitas
bervariasi dengan konsentrasi garam, mobilitas ion-ion dan dengan
temperatur air laut. Nilai konditivitas yang diperoleh dirubah
menjadi salinitas
© 2002 Brooks/Cole, a division of Thomson Learning, Inc.
PENENTUAN SALINITAS DARI KONDUKTIVITAS

1 3 5
S  0,0080  0,1692 R  25,3851RT  14,0941R  7,0261R  2,7081R  S
T
2
T
2 2
T T
2

RT  C(S , T ,0) / C( KCl, T ,0)



S  
T  15  1
2
3
2 2
5
 0,0005  0,0056 RT  0,0066 RT  0,0375RT  0,636 RT  0,0144 RT2

1  0,0162(T  15) 

C ( S , T ,0) = Konduktivitas sampel air laut pada salinitas S dan temperatur T dan pada
tekanan atmosfer

C ( KCl, T ,0) = Konduktivitas larutan KCL standar pada temperatur T dan pada tekanan
atmosfer

2  S  42
Metoda penentuan salinitas
• Beberapa metoda:
 Titratasi dgn perak nitrat
ketelitian: 0.02 ‰
 refraktometer—relatif mudah
tapi kurang teliti
 Cell kondutifitas—sering
digunakan. Salinitas ditentukan
dari konduktivitas listrik yang
dihasilkan oleh garam-garam
yang larut. Ketelitian: 0.005 ‰.
Alat: Salinometer dan CTD
Cell Konduktivitas
didalam CTD
(Conductivity,
Temperature, Depth)
Kesetimbangan Kimia
Dengan pertambahan garam- garam yang terus
menerus kedalam laut, apakah laut akan
menjadi bertambah asin?

Tidak, karena laut berada dalam kesetimbangan


kimia. Proporsi dan jumlah zat yang larut tetap.
Konsep ini dikenal sebagai ” Laut dalam kondisi
steady state“.

Laju penambahan ion dan pengeluaran ion dari


laut adalah sama
© 2002 Brooks/Cole, a division of Thomson Learning, Inc.
Kesetimbangan Kimia

Laut berada dalam kondisi steady-state


atau dalam kondisi setimbang karena
jumlah garam yang ditambahkan ke laut
sama dengan jumlah yang dibuang keluar.
Sumber garam termasuk kedalamnya adalah pelapukan
batuan di darat dan reaksi lava dengan air laut.
Penambahan garamyg berasal dari pelapukan batuan dan
dari mantel(di mid oceanic ridge) sama dengan pengurangan
garam melalui proses sedimentasi

Dicuplik dr Kostka, 2002


Kesetimbangan
Ke Kimia
Pengeluaran garam dari dalam air laut termasuk
kedalam hal berikut:
 Evaporasi membuang hanya molekul air.
Air yang tersisa menjadi saline, akhirnya menghasilkan butiran
garam.
Jika evaporasi air cukup, butiran tersebut menjadi ter
supersaturasi dan garam terdepositkan membentuk mineral.
 Semburan hembusan angin membawa beberapa
droplet air garam ke darat.
 Formasi kerangka oleh organisme.
 Sedimentasi: garam yg larut mengendap menjadi sedimen,
demikian juga sisa kerangka organisme berupa silicon dan calsium
carbonate mengendap menjadi sedimen. Sebagian sedimen
didorong kedalam mantel di daerah subduksi

Dicuplik dr Kostka, 2002


Residence Time
Residence Time (waktu tinggal): adalah rata-rata
lamanya tinggal suatu individu ion didalam laut
sebelum suatu proses mengambilnya/
memindahkannya dari larutan air laut.

total present in ocean (tons)


Re s. time ( year ) 
 tons 
annual rate of addition  
 year 
Residence Time
Residence Time (million years)
Chloride 100
Sodium 70
Sulphate 10
Magnesium 10
Calcium 1
Potassium 7
Bicarbonate 0.1
Silica 0.02
Waktu Tinggal
• Kurangnya kesamaan antara komposisi relatif air sungai
dengan laut dapat dijelaskan dengan residence time
(waktu tinggal), rerata lamanya waktu sebuah ion berada
dalam laut.
– Ion dengan waktu residence time lama cenderung berakumulasi di laut,
sedang yang singkat cenderung terbuang.
– Percampuran kuat dan waktu tinggal yang lama dapat menjelaskan teori
komposisi konstan air laut.

Dicuplik dr Kostka, 2002


Variasi Salinitas terhadap Lintang

Variasi salinitas terhadap lintang sangat ditentukan oleh proses


penguapan dan presipitasi.

S = S ( E,P ) dimana E = Evaporasi dan P = Presipitasi

Hubungan empiris antara salinitas permukaan dengan penguapan


dan presipitasi diberikan oleh :

S (‰) = 34,6 + 0,0175 ( E – P )


Kesimbangan global adalah
Evaporasi-Presipitasi Evaporasi = 440.103 km3 year-1
Presipitasi = 411.103 km3 year-1
vs Salinitas run-off sungai = 29.103 km3 year-1

Dicuplik dr : Tomczak, 2006


Salinitas
 Salinitas bervariasi dengan lintang yang berkaitan dengan presipitasi
dan evaporasi .

 Salinitas laut tertinggi terletak pada lintang 20-30o utara atau selatan
dari ekuator.

 Salinitas rendah di Ekuator dan ke arah kutub diatas 30o disebabkan


evaporasi berkurang dan presipitasi meningkat.

 Dalam beberapa tempat air permukaan dan air dalam terpisah oleh
haloklin, suatu zona dimana salinitas berubah cepat terhadap
kedalaman.

 Stratifikasi air dalam laut lebih terlihat pada lintang antara 40oN dan
40oS.

Dicuplik dr Kostka, 2002


Rerata zonal dari salinitas muka laur
Salinitas muka laut bulan untuk semua lautan dari Levitus (1982)
dan perbedaan antara evaporasi dan
Agustus
p r e s i p i t a s i ( E - P )

Dicuplik dr Kostka, 2002


Salinitas muka laut rerata tahunan
Suhu (Temperature)

Temperatur muka laut berkorelasi kuat dengan


lintang sebab pemanasan sinar matahari yang
tidak merata.
 Isotermal laut, garis dengan temperatur yang sama, secara
umum terletak dari timur ke barat kecuali di pengaruhi oleh
arus laut.
Arus laut membawa air hangat ke arah kutub di bagian barat kolam interior laut
dan air dingin ke arah ekuator di bagian timur laut.
 Insolasi dan temperatur muka laut bervariasi terhadap musim.
 Temperatur muka laut tertinggi di lintang tropis dan menurun
ke arah kutub.
 Suhu air laut bervariasi dari –20 C s/d 290 C
Dicuplik dr Kostka, 2002
Temperatur muka laut

Dicuplik dr : Stewart, 2005


Temperatur muka laut
Suhu Insitu dan Suhu Potensial
Suhu insitu adalah suhu air laut pada kedalaman tertentu dan dinyatakan
dengan simbol T.

Suhu potensial () didefinisikan sebagai suhu parcel air di permukaan laut
setelah ia diangkat ke permukaan dari suatu kedalaman tertentu secara
adiabatis.

Proses adiabatis berarti tidak ada pertukaran panas dengan air di


sekelilingnya. Suhu potensial selalu lebih rendah daripada suhu insitu.

Pada saat parcel air dibawa ke permukaan secara adiabatis, tekanannya


berkurang sehingga parcel mengalami ekspansi yang mengakibatkan
suhunya berkurang. Misalnya suatu parcel air pada kedalaman 1000 m
mempunyai suhu 1o C setelah dibawa ke permukaan secara adiabatis
suhunya berkurang menjadi 0,57o C.
Konsep suhu potensial dengan mudah dapat diturunkan dari Hukum I
Termodinamika yang menyatakan kekekalan energi :

Perubahan energi internal = panas yang ditambahkan atau dikurangkan +


kerja yang dilakukan.

Karena proses adalah adiabatis maka suku pertama di ruas kanan menjadi nol.

Perubahan energi internal = kerja yang dilakukan

Bila parcel air dibawa ke permukaan tekanan berkurang dan parcel air
melakukan kerja pada air di sekelilingnya sehingga ia mengalami ekspansi.
Akibat ekspansi yang dialaminya energi internalnya berubah yang
direfleksikan oleh turunnya suhu. Sebaliknya bila parcel air turun ke lapisan
dalam (sinks) ia mengalami tekanan yang besar dari air disekelilingnya. Air
disekelilingnya melakukan kerja pada parcel air dan parcel mengalami
kontraksi yang merubah energi internalnya yang direfleksikan dengan
naiknya suhu.
Kenapa kita perlu menggunakan suhu potensial ?

Di lapisan dalam di bawah termoklin suhu umumnya


berkurang dengan kedalaman hingga 4000 m. Tetapi di
daerah palung (trench) yang kedalamannya lebih besar
daripada 4000 m suhu insitu bertambah secara perlahan
dengan kedalaman karena efek tekanan yang besar. Suhu
potensial digunakan untuk menghilangkan efek tekanan.
Kurfa suhu insitu dan suhu potensial di sebuah stasiun
di pasifik utara dan di daerah Trench
Bila analisis kita hanya didasarkan pada profil suhu insitu, kita bisa
saja mengira bahwa di kedalaman di bawah 4000 m kolom air tidak
stabil karena adanya kenaikan suhu terhadap kedalaman yang
akan mengakibatkan densitas berkurang dan mengakibatkan
terjadinya gerakan vertikal ke atas. Tetapi pada kenyataannya
dugaan ini tidak terjadi. Kondisinya adalah stabil netral yang
ditunjukkan oleh suhu potensial yang konstan di bawah kedalaman
4000 m.
Jadi untuk menghilangkan efek tekanan yang muncul pada suhu
insitu di perairan yang cukup dalam maka digunakan suhu
potensial.
Suatu contoh yang menggambarkan keadaan ini diperlihatkan oleh
data lapangan ekspedisi Snellius yang diambil di trench Mindanao,
Filipina
Perbedaan antara suhu insitu dan suhu
potensial di trench Mindanao.
Suhu Densitas

Kedalaman Salinitas
Insitu Potensial t Potensial
(m) (‰)
()

1455 34,58 3,20 3,09 27,55 27,56

2470 34,64 1,82 1,65 27,72 27,73

3470 34,67 1,59 1,31 27,76 27,78

4450 34,67 1,65 1,25 27,76 27,78

6450 34,67 1,93 1,25 27,74 27,79

8450 34,69 2,23 1,22 27,72 27,79

10035 34,67 2,48 1,16 27,69 27,79


Dari Tabel dapat dilihat bahwa suhu insitu berkurang hingga
kedalaman 3470 m. Di bawah keadalaman ini suhu insitu
bertambah secara perlahan dengan kedalaman (efek tekanan).
Efek tekanan ini tidak terlihat pada suhu potensial. Suhu potensial
berkurang terhadap kedalaman. Harga salinitas tidak banyak
berubah di daerah palung ini.

Densitas, yang dinyatakan dengan t, menunjukkan harga


yang berkurang di bawah kedalaman 4450 m, seolah-olah
menunjukkan ketidakstabilan kolom air. Tetapi kenyataannya
tidaklah demikian. Kolom air berada dalam keadaan stabil
netral yang ditunjukkan oleh nilai  (densitas potensial) yang
konstan mulai kedalaman 6450 m.

Suhu potensial dapat digunakan untuk melihat gerakan


massa air. Massa air yang sama mempunyai suhu
potensial yang sama. Hal ini diperlihatkan oleh gambar
berikut:
Distribusi Suhu Insitu dan Potensial
Gambar ini memperlihatkan distribusi
suhu insitu di trench Mindanao yang
datanya diperlihatkan pada Tabel. Plot
dari suhu insitu memberi gambaran
kepada kita suatu aliran air dingin
mengalir melewati sill (Mariana ridge)
memasuki trench dan turun hingga di
pertengahan trench dan berhenti di atas
massa air yang hangat di lapisan lebih
dalam dari trench. Gambar ini tidak
memperlihatkan adanya aliran massa
air yang bergerak melewati sill dan turun
ke dasar trench.
Distribusi Suhu Insitu dan Potensial

Pada gambar ini terlihat massa air


dengan suhu potensial 1,2oC mengalir
melewati siil dan turun ke dasar trench
yang menggambarkan keadaan
sebenarnya di alam.

Contoh ini memperlihatkan bagaimana


suhu potensial memperlihatkan gerakan
massa air melewati Sill turun ke dasar
palung (trench).
Variasi Suhu Secara Vertikal
 SECARA UMUM LAUT DAPAT DIBAGI DALAM TIGA LAPISAN: LAPISAN
HOMOGEN(LAPISAN MIXED LAYER), LAPISAN THERMOKLIN DAN LAPISAN
DALAM (DEEP LAYER)
 DILAPISAN MIXED LAYER SUHU KONSTAN TERHADAP KEDALAMAN; DILAPISAN
THERMOKLIN SUHU BERKURANG SECARA CEPAT TERHADAP KEDALAMAN;
DILAPISAN DALAM SUHU BERKURANG SECARA PERLAHAN TERHADAP
KEDALAMAN.

Didaerah-daerah yang mengalami 4 musim terdapat thermoklin yang


bervariasi dengan musim (thermoklin musiman) dan dibawahnya terdapat
thermoklin yang tidak berubah dengan musim(thermoklin permanen)
Didaerah kutub karena pendinginan yang kuat, tidak terdapat lapisan
thermoklin
Dicuplik dr Kostka, 2002
Variasi Suhu Secara Vertikal

ToC
0 10 20

Mixed layer

50-200 m
Z (m) Thermocline layer

1000-1500 m

Deep layer

Profil vertikal suhu air laut Profil vertikal suhu air laut dengan memperhatikan musim
A : Kondisi musim dingin yang ekstrim
B : Setelah ada pemanasan; angin lemah (musim semi)
C : Kondisi B setelah pengadukan angin yang kuat
D : Kondisi musim panas yang ekstrim
Suhu (Temperature), cont…

Dicuplik dr Kostka, 2002


OTEC
Di daerah tropis dan ekuator perbedaan suhu antara lapisan
permukaan dan di lapisan termoklin dapat mencapai 15o –
20oC.

Perbedaan suhu yang cukup besar ini dapat digunakan untuk


membangkitkan energi listrik.

Proyek pembangkit listrik melalui konversi panas laut disebut


OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion). Secara sederhana
prinsip kerja dari OTEC diilustrasikan pada gambar berikut:
Mekanisme Kerja OTEC
Amonia cair dapat menguap pada suhu yang tidak terlalu tinggi dan
berkondensasi pada suhu yang rendah.

Amonia cair diuapkan dengan air lapisan permukaan yang hangat (20o –
28oC). Uap amonia digunakan untuk menggerakkan turbin untuk
menghasilkan listrik.

Kemudian didinginkan oleh air di lapisan termoklin (5o – 8oC) agar


berkondensasi menjadi amonia cair kembali. Selanjutnya amonia cair ini
diuapkan kembali oleh air hangat dari lapisan permukaan, demikian
seterusnya.
OTEC
Penguap Amonia

Air hangat dari


permukaan

Turbin
Pompa

Tenaga Listrik
Air dingin dari
lapisan dalam
Pengkondensasi Amonia
Tekanan Air Laut
Tekanan air laut ditentukan dari rumus hidrostatis

p = -gz

Tanda minus diberikan karena di dalam oseanografi z diambil


negatif ke arah bawah. Satuan dari tekanan yang dipakai dalam
oseanografi adalah decibar. 1 dbar = 1/10 bar= 105 dyne/cm2.

1 bar = 1 tekanan atmosfer.


p = -gz
p = gr/cm3.cm/det2.cm = gr cm/det2.1/cm2 = dyne/cm2 = dbar.
Tekanan Air Laut
Misalkan kita ingin menentukan tekanan air pada kedalaman 1 meter.
p = -gz
 = 1,035 gr/cm3
g = 980 cm/det2
z = -100 cm
p = - (1,035 gr/cm3 ) x 980 cm/det2 x (-100 cm)
= 101430 gr cm/cm2 det2 = 101430 dyne/cm2.
= 1,01430 dbar  1 dbar

Jadi tekanan air pada kedalaman 1 m  1 dbar. Di dalam


oseanografi diambil pendekatan tekanan air laut naik sebesar 1
dbar untuk pertambahan kedalaman 1 meter. Jadi pada kedalaman
1000 meter tekanan air  1000 dbar.
Satuan Internasional (SI)

untuk menyatakan satuan dari tekanan. Di dalam satuan Internasional,


Panjang [L] dinyatakan dalam m.
Massa [M] dinyatakan dalam kg.
Waktu [T] dinyatakan dalam detik.
p = -gz
p = [kg/m3] [m/det2] [m] = [kg m/det2m2] = [N/m2] = [Pa]
Jadi dalam satuan internasional tekanan air laut dinyatakan dengan
Pascal (Pa). Bila kita menggunakan satuan internasional tekanan air
laut dapat didekati sebagai p = - 104 z Pa. Hal ini dapat kita lihat dari
penjelasan berikut
g = 9,8 m/det2
 = 1035 kg/m3
g = 1035 kg/m3 x 9,8 m/det2 = 10143 kg/m2 det2.
p = -gz = -10143 kg/m2det2 m z N/m2 = -10143 z Pa.
atau
p = -1,0143 x 104 Z  -104 z
Densitas
Densitas air laut merupakan fungsi dari
temperatur, salinitas dan tekanan.
• Densitas meningkat saat temperatur turun dan
salinitas naik. Densitas naik saat tekanan naik.
• Tekanan naik seiring bertambahnya kedalaman.
• Air dengan salinitas tinggi dapat berada di atas air
bersalinitas rendah jika air bersalitas tinggi itu
hangat dan air salinitas rendahnya dingin.
• Piknoklin adalah lapisan kolom air dimana densitas berubah secara cepat
terhadap kedalaman.

Dicuplik dr Kostka, 2002


Densitas Air Laut
Densitas air laut adalah fungsi dari salinitas, suhu dan tekanan (kedalaman)

 = (s,t,p)

Di lapisan permukaan perubahan densitas sangat ditentukan oleh salinitas


dan suhu air laut, efek suhu lebih dominan daripada efek salinitas.

Di lapisan dalam perubahan densitas ditentukan oleh perubahan tekanan.

Efek dari salinitas dan suhu terhadap perubahan densitas, variasinya kecil
berkisar antara 1,020–1,030 gr/cm3.

Efek tekanan terhadap perubahan densitas jauh lebih besar daripada efek
suhu dan salinitas. Misalnya di permukaan  = 1,028 gr/cm3, di kedalaman
5000 m densitas  = 1,151 gr/cm3.
PARAMETER YANG DIGUNAKAN UNTUK MENYATAKAN
DENSITAS AIR LAUT
Karena densitas air laut lebih besar daripada 1 gr/cm3 tetapi tidak pernah
melampaui 1,1 gr/cm3 maka untuk memudahkan penulisan ahli oseanografi
menggunakan parameter sigma () untuk menyatakan densitas. Definisi dari
 (s,t,p) (sigma insitu).
S,t,p = (S,t,p –1) x 103

Misal :
S,t,p = 1,02754
S,t,p = (1,02754 – 1)x103
= 27,54
Beberapa parameter lain yang digunakan untuk menyatakan densitas
adalah sigma-t (t)
t = (s,t,0 – 1) x 103
t = densitas air laut pada tekanan atmosfer (di permukaan).
Ia fungsi dari salinitas dan suhu.
sigma-nol (o) :
o = (s,0,0 - 1) x 103
o = densitas air laut pada T = 0oC
p = tekanan atmosfer
o hanya fungsi dari salinitas saja. Hubungan empiris antara o dan
salinitas (chlorinitas) diberikan oleh :

o = 0,069 + 1,4708 Cl –0,001570 Cl2 + 0,0000348 Cl3.

Hubungan antara t dan o diberikan oleh:

t = o –D
di mana D: faktor koreksi (diberikan dalam tabel)

Densitas air laut dapat juga dinyatakan oleh volume spesifik ().

S,t,p = 1/S,t,p

 = S,t,p - 35,0,p
35,0,p = Volume spesifik air laut dengan S=35 ‰, T= 0oC dan p=dbar.
S,t,p = Volume spesifik insitu.
 = anomali volume spesifik.
Parameter Lain Untuk Menyatakan Densitas adalah
Anomali volume spesifik ()
Anomali volume spesifik ditentukan oleh 6 parameter.
= S + t + s,t + S,p + t,p + S,t,p

S,t,p << sehingga dapat diabaikan.


Tiga suku pertama di ruas kanan digabung dalam satu parameter
 S,t= S + t + S,t.
 S,t disebut anomali termosterik, ia hanya fungsi dari salinitas dan suhu.
= S,t + S,p + t,p

Volume spesifik pada tekanan atmosfer diberikan oleh :


1 1
  
 1  10 3
S , t ,0
S , t ,0 t
atau 103 t
 S ,t , 0  1
1  103 t
Anomali termosterik dinyatakan oleh

S,t = S,t,0 - 35,0,0

atau

103 t
 S ,t  1   35,0,0
1  10  t
3

Dengan mengambil 35,0,0 = 0,97264, diperoleh:

103 t
S ,t  0,02756 
1  103 t
Karena adanya hubungan anomali termosterik dengan t maka S,t
sering juga digunakan untuk menyatakan densitas air laut. Parameter
lain yang juga sering digunakan untuk menyatakan densitas air laut
adalah sigma .
 = (S, ,0 – 1) x 103
di mana
 = suhu potensial
 = densitas potensial air laut.

Ini adalah densitas air laut bila sampel air laut di bawa ke permukaan
secara adiabatik.
Parameter-parameter yang sering digunakan untuk menyatakan
densitas air laut adalah t (paling sering), selain itu:
1. 
2. S,t
3. 
Distribusi Horisontal dan Vertikal dari Densitas
Distribusi Horisontal :
Bertambah dari ekuator menuju lintang tinggi. t bertambah dari 22 di dekat
ekuator menjadi 26 di 50º dan 27 di lintang 60º. Di luar 60º t sedikit
berkurang.
Distribusi Vertikal :
Bertambah terhadap kedalaman. Air yang ringan berada di atas
(permukaan) dan air yang berat berada di lapisan dalam.

Secara umum di daerah ekuator dan tropis terdapat 3 lapisan bila ditinjau dari
sudut pandang densitas:
1. Lapisan permukaan yang homogen
2. Lapisan Piknoklin yang merupakan lapisan dimana densitas bertambah dengan
cepat terhadap kedalaman
3. Lapisan dalam dimana densitas berubah secara perlahan

Di lintang tinggi densitas lapisan permukaan tidak jauh berbeda dengan


densitas di lapisan dalam, t di lapisan permukaan = 27,5 dan di kedalaman
lebih besar dari 2000 meter, t = 27,9.
Karena perbedaan yang kecil ini lapisan piknoklin di lintang tinggi tidak
senyata di ekuator dan tropis.
Distribusi vertikal densitas di Ekuator, Tropis dan Lintang Tinggi
Densitas

Kolom air di lautan dapat dibagi ke dalam


lapisan permukaan, piknoklin dan lapisan
dalam.
 Tebal lapisan permukaan kira-kira adalah 100m, menyumbang 2% dari
volume lautan dan merupakan bagian paling bervariasi karena kontaknya
dengan atmosfer.
 Lapisan permukaan kurang densitasnya karena salinitasnya rendah atau
temperaturnya tinggi.
 Piknoklin adalah lapisan transisi antara lapisan dalam dengan permukaan
dan menyumbang 18% dari volume interior laut.
 Di lintang rendah, piknoklin bertepatan dengan termoklin, namun di lintang
menengah bertepatan dengan haloklin.

Dicuplik dr Kostka, 2002


Struktur Vertikal
dari Densitas

Lintang Rendah

Lintang Menengah
Dicuplik dr Kostka, 2002
Densitas

Lapisan dalam merepresentasikan


80% dari volume lautan.

Air di lapisan dalam berasal dari permukaan di


lintang tinggi yang dingin, menjadi berat, tenggelam
ke dasar laut dan mengalir sepanjang interior dasar
laut.

Dicuplik dr Kostka, 2002


Stabilitas Kolom Air
Stabilitas kolom air ditentukan oleh laju perubahan densitas terhadap
kedalaman.

1 d (1)
E
 dz
E = Stabilitas
d/dz < 0 : Densitas bertambah terhadap kedalaman E > 0 : Stabil
d/dz > 0 : Densitas berkurang terhadap kedalaman E < 0 : Tidak Stabil

d/dz = 0 : Densitas konstan terhadap kedalaman E = 0 : Netral

Stabilitas dapat juga dinyatakan dengan laju perubahan t terhadap


kedalaman. Dari persamaan (1) dan menggunakan 1/1 serta
t = ( - 1) x 103;
maka diperoleh,
E = -10-3 dt/dz (2)
Contoh perhitungan stabilitas kolom air laut

Kedalaman( t E Tipe Stabilitas


m)
0 26,42 -400 x 10-8 Tidak stabil (stabil
-100 x 10-8 negatif)
-10 26,38
480 x 10-8 Tidak stabil (stabil
-50 26,34 0 negatif)
-100 26,58 Stabil (stabil positif)
Netral(stabil netral)
-200 26,58

Anda mungkin juga menyukai