Anda di halaman 1dari 140

LAPORAN PENELITIAN

EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP KEGIATAN PELABUHAN


PERIKANAN NUSANTARA (PPN) PENGAMBENGAN
DI DESA PENGAMBENGAN KECAMATAN NEGARA
KABUPATEN JEMBRANA PROVINSI BALI TAHUN 2017

Oleh:

Dr.Drs.Ketut Gede Dharma Putra,M.Sc

PUSAT STUDI PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN


LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS UDAYANA
2017
KATA PENGANTAR

Kegiatan Perikanan di Pengambengan telah dimulai sejak


dibangunnya Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) pada tahun 1976/1977.
Secara bertahap telah dibangun fasilitas beberapa fasilitas pada tahun 2000
sampai tahun 2003 antara lain : Break Water, Jetty, Jalan, dan Tempat
Pelelangan Ikan. Seiring dengan semakin berkembangnya kegiatan di PPI
Pengambengan, Gubernur Bali melalui surat Nomor 523.2/0211/Prod/DKP
tanggal 28 Pebruari 2005 mengusulkan peningkatan status PPI menjadi
Pelabuhan Perikanan.Selanjutnya berdasarkan surat Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara No. B/2712/M.PAN/12/2005 tanggal 30
Desember 2005 dilakukan peningkatan kelas, dari Pangkalan Pendaratan Ikan
(PPI) Pengambengan menjadi Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP)
Pengambengan. Berdasarkan surat Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara No. B.2672/M.PAN/9/2009 tanggal 11 September 2009, dilakukan
peningkatan status kelas dan diresmikan menjadi Pelabuhan Perikanan
Nusantara (PPN) Pengambengan.
Sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Perikanan
Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan, PPN Pengambengan
mempunyai tugas pokok melaksanakan fasilitasi produksi dan pemasaran
hasil perikanan tangkap di wilayahnya dan pengawasan pemanfaatan
sumberdaya penangkapan untuk pelestariannya. Tujuan dari pelayanan
tersebut adalah meningkatkan kesejahteraan nelayan pada khususnya dan
masyarakat sekitarnya pada umumnya.Oleh karena itu, semua kegiatan yang
dilaksanakan perlu dievaluasi sesuai dengan kaidah peraturan di bidang
lingkungan hidup agar dapat memenuhi peraturan lingkungan hidup yang ada.
Penelitian tentang evaluasi lingkungan hidup di PPN Pengambengan
dilaksanakan dengan harapan dapat dijadikan acuan dalam melaksanakan
pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup sesuai amanah peraturan
dibidang lingkungan hidup. Ucapan terimakasih disampaikan kepada semua
pihak yang telah membantu dalam pelaksanakan penelitian ini, semoga hasil
penelitian ini dapat meningkatkan kualitas lingkungan hidup di sekitar PPN
Pengambengan dan memberikan manfaat yang positif bagi masyarakat.

Pengambengan, 14 Nopember 2017


Peneliti,

Dr.Drs.Ketut Gede Dharma Putra,M.Sc


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang I-1
1.2.Batas Wilayah Penelitian I-4

BAB II METODE PENELITIAN


2.1. Metode Pengumpulan dan Analisis Data II-1
2.2. Metode Perkiraan Dampak Penting II-13
2.3. Metode Evaluasi Dampak Penting II-16

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


3.1. Hasil Penelitian III-1
3.2. Pembahasan Dampak Lingkungan III-67
3.3. Kajian Evaluasi Dampak III-78
3.4. Arahan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan III-79

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN


4.1. Kesimpulan IV-1
4.2. Saran IV-13

DAFTAR PUSTAKA

ii
Evaluasi Lingkungan Hidup Kegiatan Pelabuhan Perikanan Nusantara
(PPN) Pengambengan Di Desa Pengambengan Kecamatan Negara
Kabupaten Jembrana Provinsi Bali Tahun 2017

Oleh: Ketut Gede Dharma Putra


Pusat Studi Pembangunan Berkelanjutan LPPM Universitas Udayana Bali
Email. kgdharmap@gmail.com

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang evaluasi lingkungan hidup di


Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN ) Pengambengan Bali pada tahun
2017. Hasil penelitian menunjukan bahwa kegiatan PPN Pengambengan telah
berjalan sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang RI No 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Beberapa
dampak yang timbul dari kegiatan di PPN Pengambengan diantaranya
peningkatan kesempatan kerja, perubahan kualitas udara, penurunan kualitas
air, timbulnya limbah dan sampah, penurunan kualitas sanitasi lingkungan,
terganggunya biota perairan, dan timbulnya sedimentasi. Disarankan agar
manajemen pengelola PPN Pengambengan melaksanakan kegiatan
pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup secara rutin dan melaporkan
hasilnya secara berkala setiap 6(enam) bulan kepada instansi teknis terkait
sesuai jenis dan karakteristik dampak yang timbul dengan koordinasi Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Jembrana dan Dinas Lingkungan Hidup
Provinsi Bali. Arahan kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
sesuai dengan hasil evaluasi lingkungan hidup yang dilaksanakan pada tahun
2017 ini.

Kata Kunci: evaluasi lingkungan hidup, pelabuhan perikanan


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perairan Bali yang merupakan salah satu wilayah perairan Indonesia di
bagian tengah dengan luas perairan ± 9.500 km2 memiliki potensi perikanan
laut yang cukup besar. Berdasarkan data yang tersedia, dari tiga wilayah
Perairan Bali (Perairan Bali Utara, Timur dan Barat) potensi yang dimilikinya
adalah ± 67.355 ton/tahun dengan jenis ikan kakap, layang, tongkol,
cakalang, cucut, lemuru, ikan karang dan lain-lain. Adapun dari ketiga wilayah
tersebut yang memiliki potensi perikanan laut yang cukup besar adalah
wilayah Bali Barat dengan potensi ± 44.947 ton/tahun atau ± 67% dari seluruh
potensi yang ada. Potensi perikanan laut di wilayah Bali Barat, pada umumnya
dapat dilihat perkembangannya melalui aktivitas di Pelabuhan Perikanan
Nusantara (PPN) yang terletak di Desa Pengambengan Kecamatan Negara
Kabupaten Jembrana Provinsi Bali.
Kegiatan Perikanan di Pengambengan telah dimulai sejak dibangunnya
Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) pada tahun 1976/1977. Secara bertahap
fasilitas di PPI dikembangkan oleh Fisheries Infastructure Sector Project.
Program penambahan fasilitas diawali dengan kegiatan studi kelayakan
melalui Roger Consulting Marine Gmbh pada tahun 1988. Berdasarkan hasil
studi tersebut, dilakukan pembangunan beberapa fasilitas pada tahun 2000
sampai tahun 2003 antara lain : Break Water, Jetty, Jalan, dan Tempat
Pelelangan Ikan.
Seiring dengan semakin berkembangnya kegiatan di PPI
Pengambengan, Gubernur Bali melalui surat Nomor 523.2/0211/Prod/DKP
tanggal 28 Pebruari 2005 mengusulkan peningkatan status PPI menjadi
Pelabuhan Perikanan. Peningkatan tersebut dilakukan dengan pertimbangan
agar pengelolaannya menjadi lebih terarah dalam rangka menuju pelabuhan
perikanan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi masyarakat. Selain itu,
operasional pelabuhan perikanan akan memerlukan jumlah personil dan
biaya operasional yang cukup besar, padahal kemampuan keuangan daerah
terbatas untuk membiayai operasional dan pemeliharaan pelabuhan.
Selanjutnya berdasarkan surat Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara No. B/2712/M.PAN/12/2005 tanggal 30 Desember 2005
dilakukan peningkatan kelas, dari Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)
Pengambengan menjadi Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Pengambengan.
Berdasarkan surat Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No.
B.2672/M.PAN/9/2009 tanggal 11 September 2009, dilakukan peningkatan

I-1
status kelas dan diresmikan menjadi Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN)
Pengambengan.
PPN Pengambengan terletak pada posisi 080 23’ 46” Lintang Selatan
dan 1140 34’ 47” Bujur Timur. Berjarak + 9 Km dari Kota Negara dan + 105
Km dari Kota Denpasar, menghadap ke Wilayah Pemanfaatan Perairan
(WPP) 573 Samudera Hindia dan Selat Bali.
PPN Pengambengan didukung oleh industri pengolahan ikan yang ada
di komplek maupun yang ada di luar komplek pelabuhan; yaitu industri
pengalengan ikan dan penepungan ikan berjumlah 14 unit (diluar komplek
pelabuhan), serta 1 unit industri di dalam komplek pelabuhan yaitu PT.
Cilacap Samudra Fishing Industry yang kegiatannya berbentuk pengolahan
ikan, pabrik es, cold storage dan galangan kapal.
Sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Perikanan
Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan, PPN Pengambengan
mempunyai tugas pokok melaksanakan fasilitasi produksi dan pemasaran
hasil perikanan tangkap di wilayahnya dan pengawasan pemanfaatan
sumberdaya penangkapan untuk pelestariannya. Tujuan dari pelayanan
tersebut adalah meningkatkan kesejahteraan nelayan pada khususnya dan
masyarakat sekitarnya pada umumnya.
Komitmen pemerintah untuk meningkatkan perekonomian masyarakat
melalui pembangunan sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan
perikanan tangkap sangat besar. Hal ini ditunjukan dengan berbagai
dukungan terhadap kegiatan di PPN Pengambengan. Khusus untuk kegiatan
pengembangan PPN Pengambengan Tahun 2017 mencakup pengembangan
fasilitas/prasarana pendukung pelabuhan, penambahan breakwater, dan
pengerukan kolam pelabuhan serta kegiatan peningkatan mutu pelayanan
terhadap operasional kapal nelayan.
Berdasarkan peraturan di bidang lingkungan hidup yakni Undang-
Undang RI No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yang
selanjutnya diganti dengan Undang-Undang RI No 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 22 menyatakan
bahwa setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap
lingkungan hidup wajib memiliki Amdal. Maka pada tahun 2009, PPN
Pengambengan menyusun dokumen Amdal. Penyusunan Amdal pada tahun
2009 tersebut dilaksanakan untuk mengkaji dampak yang ditimbulkan akibat
adanya kegiatan pengembangan PPN Pengambengan. Namun penyusunan
Amdal belum mendapatkan pengesahan dari Komisi Amdal yang berwenang
sehingga belum diterbitkannya Izin Lingkungan.

I-2
Selanjutnya, melalui Surat Nomor B-/4134/MENLH/KP/12/2013
tanggal 27 Desember 2013 tentang Arahan Pelaksanaan Pasal 121 Undang-
undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, semua kegiatan yang berdampak penting bagi lingkungan
perlu dilengkapi dengan dokumen lingkungan hidup. Diuraikan pula dalam
peraturan tersebut, bahwa pengendalian lingkungan hidup merupakan urusan
wajib yang menjadi kewenangan pemerintah daerah propinsi dan
kabupaten/kota sebagaimana diamanatkan dalam pasal 31 ayat (1) huruf j dan
pasal 14 ayat (1) huruf j Undang – undang 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah dan Pasal 63 ayat (1) Undang – undang No. 32 Tahun 2009 tentang
perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup. Untuk melaksanakan
aturan tersebut, maka PPN Pengambengan melakukan beberapa pertemuan
dan konsultasi dengan instansi teknis terkait kewajiban melaksanakan kajian
lingkungan. Melalui Surat Perintah Tugas Nomor
3873/PPN.Pgb/KP.440/IX/2015 tanggal 16 September 2015 perihal
Koordinasi Dokumen Lingkungan Hidup di Badan Lingkungan Hidup (BLH)
Provinsi Bali, diarahkan agar PPN Pengambengan dapat menyiapkan
dokumen lingkungan sesuai deskripsi kegiatan yang akan dilaksanakan.
Sesuai dengan hasil Rapat Koordinasi Penyusunan Dokumen
Lingkungan PPN Pengambengan tertanggal 12 Mei 2017 telah disepakati
bahwa PPN Pengambengan Jembrana perlu menyusun Dokumen Evaluasi
Lingkungan Hidup (DELH). Penyusunan DELH tersebut mengacu pada
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Nomor P.102/
MENLHK/ SETJEN/KUM.1/ 12/2016 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen
Lingkungan Hidup Bagi Kegiatan Usaha dan/atau Kegiatan yang telah
memiliki Izin Usaha dan/atau Kegiatan tetapi Belum Memiliki Dokumen
Lingkungan Hidup. Untuk hal tersebut, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap
Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Satker Direktorat
Pelabuhan Perikanan Tahun 2017 Nomor 159/KPA.3/TU.110/V/2017 tentang
tim penyusun dokumen lingkungan hidup (DELH) di PPN Pengambengan Bali.
Surat Edaran Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
S.734/PTKL-PDLUK/2015 Tanggal 24 Juli 2015 menguraikan bahwa
kewenangan penilaian dokumen lingkungan untuk rencana usaha dan/atau
kegiatan yang berlokasi di wilayah laut dari garis pantai sampai dengan 12 mil
ke arah laut lepas dan/atau perairan kepulauan merupakan kewenangan
Komisi Amdal Provinsi. Dengan mengacu pada ketentuan tersebut, maka
proses pembahasan DELH PPN Pengambengan dilaksanakan oleh Komisi
Amdal Provinsi Bali.

I-3
1.2 Batas Wilayah Penelitian
a.Batas Wilayah Penelitian
Batas wilayah penelitian yaitu ruang dimana seluruh komponen kegiatan
akan dilakukan, termasuk komponen kegiatan tahap pra-konstruksi,
konstruksi, operasional, dan pasca-operasional. Batas tapak proyek adalah
kawasan PPN Pengambengan yang terletak di Desa Pengambengan
Kecamatan Negara Kabupaten Jembrana Provinsi Bali.

b. Batas Ekologis
Batas ekologis merupakan ruang terjadinya sebaran dampak-dampak
lingkungan dari kegiatan yang akan dikaji, mengikuti media lingkungan
masing-masing (seperti air dan udara), dimana proses alami yang
berlangsung dalam ruang tersebut diperkirakan akan mengalami perubahan
mendasar. Batas ekologis yang dipergunakan didalam studi ini meliputi areal
yang mencakup wilayah daratan dan pesisir pantai di PPN Pengambengan
Jembrana.

c. Batas sosial
Batas sosial, yaitu ruang disekitar rencana kegiatan yang merupakan
tempat berlangsungnya berbagai interaksi social yang mengandung norma
dan nilai tertentu yang sudah mapan, sesuai dengan proses dan dinamika
sosial suatu kelompok masyarakat, yang diperkirakan akan mengalami
perubahan mendasar akibat rencana kegiatan. Batas wilayah sosial meliputi
wilayah-wilayah pemukiman masyarakat di Desa Pengambengan dan Desa
Tegal Badeng Barat Kecamatan Negara Kabupaten Jembrana.

d.Batas administratif
Batas administratif, yaitu wilayah administratif terkecil yang relevan yang
wilayahnya tercakup dalam batas proyek, ekologis dan sosial. Wilayah
administratif yang dibahas dalam studi ini adalah wilayah administrasi Desa
Pengambengan dan Desa Tegal Badeng Barat Kecamatan Negara Kabupaten
Jembrana.

I-4
Gambar 1.1. Peta Wilayah Penelitian

I-5
Gambar 1.2. Peta Batas Administratif

I-6
Gambar 1.3. Peta Batas Sosial

I-7
Gambar 1.4. Peta Batas Ekologis

I-8
BAB II
METODE PENELITIAN

2.1 Metode Pengumpulan dan Analisis Data.


Prinsip yang akan digunakan dalam studi analisis mengenai dampak
lingkungan hidup pembangunan Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN )
Pengambengan adalah mengikuti Lampiran 1 Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No 16 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan
Dokumen Lingkungan Hidup.
2.1.1. Metode Pengumpulan Data
Data yang akan dikumpulkan untuk kebutuhan analisis adalah data
rencana kegiatan dan rona awal lingkungan hidup. Pengumpulan data
dilakukan dengan cara mengumpulkan data primer dan data sekunder di
lokasi PPN Pengambengan dan komponen lingkungan yang potensial terkena
dampak penting hipotetik.
1).Pengumpulan Data Rencana Kegiatan
Data rencana kegiatan yang dikumpulkan adalah dokumen studi
kelayakan, konsep desain dan desain rinci. Data rencana kegiatan yang
dikumpulkan mencakup tujuan dan manfaat kegiatan, lokasi kegiatan, data
teknis, jadual pembanguna, peta dan gambar teknis disain kegiatan,
dokumentasi kondisi lokasi dan data lainnya yang terkait.
2).Pengumpulan data komponen lingkungan hidup yang potensial terkena
dampak penting hipotetik
Komponen lingkungan hidup yang akan dikumpulkan datanya adalah yang
terkait dengan dampak penting hipotetik yaitu komponen lingkungan biotic
(geo fisik kimia,) komponen lingkungan biotic ( flora dan fauna) dan
komponen lingkungan sosial (sosial ekonomi budaya dan kesehatan
masyarakat).
Pengumpulan data komponen lingkungan hidup bersumber dari data
primer (survey, wawancara, pengukuran, observasi, kuesioner) dan data
sekunder (laporan dan literatur) dari instansi terkait yang relevan yang
berada di lokasi kegiatan serta instansi terkait lainnya.
Pengumpulan data primer dengan cara pengukuran atau pengambilan
cuplikan (sampel) dilakukan dengan cara :

II - 1
a) menentukan komponen dan parameter lingkungan hidup yang
merupakan dampak penting hipotetik,
b) menentukan metode pengumpulan data,
c) menentukan lokasi pengukuran atau pengambilan cuplikan
(sampel) yang dianggap dapat mewakili kondisi lingkungan yang
potensial terkena dampak yang disajikan pada peta.
d) melaksanakan pengukuran di lokasi yang dianggap dapat
mewakili daerah sebaran dampak.
Metoda pengumpulan dan analisis data komponen lingkungan hidup
berdasarkan dampak penting hipotetik serta keterkaitannya dengan
dampak penting hipotetik adalah sebagai berikut:

1) Komponen Lingkungan abiotik ( geo fisik kimia)


- Iklim ( iklim mikro,kualitas udara,kebisingan,getaran)
- Fisiografi (Tofografi,Stabilitas Tanah,bentuk Lahan,Geologi
Tata Lingkungan)
- Hidrologi ( Fisik Air Permukaan,Debit
Aliran,Sedimentasi,Erosi,Kuantitas dan Kualitas Air)
- Hidrooceanografi(Batimetri,Pasang Surut,Pola
Arus,Sedimen,Kualitas Air,Morfologi Pantai)
- Ruang, Lahan dan Tanah (Tata Guna Lahan,Pengembangan
Kawasan,Potensi Konflik Kepemilikan,Estetika Bentang Alam)

2) Komponen Lingkungan Biotik (biologi)


- Flora ( Vegetasi Alami,Ekosistem yang dilindungi,Kelimpahan)
- Fauna (Kelimpahan,Penyebaran,Ekosistem yang Dilindungi)

3) Komponen Lingkungan Sosial


- Demografi(Struktur Penduduk,kepadatan dan Mobilitas
penduduk)
- Sosial ekonomi( pendapatan,kesempatan Berusaha)
- Sosial budaya(Kebudayaan,Proses Sosial,Warisan
Budaya,Pelapisan Sosial,Kekuasaan dan Kewenangan,Sikap
dan Persepsi,Kawasan/tempat Suci)
- Pertahanan,Keamanan (Potensi Konflik, keamanan dan
Ketertiban)
- Kesehatan masyarakat (Kualitas Sanitasi
Lingkungan,Penyebaran Penyakit,Status Gizi)

II - 2
- Transportasi (Kepadatan dan Kemacetan, Kecelakaan lalu
Lintas,Sarana dan Prasarana Jalan)

2.1.2. Pengumpulan dan Analisis Data Komponen Lingkungan Abiotik


1). Iklim
Telaahan komponen iklim terutama pada kelayakan kenyamanan
lingkungan sebagai dampak dari proyek, yaitu peningkatan suhu dan
kelembaban. Untuk menggambarkan keadaan iklim wilayah areal proyek
digunakan data pengamatan iklim. Data iklim yang akan diteliti terdiri dari data
iklim makro dan data iklim mikro. Semua data iklim yang merupakan data
sekunder diperoleh dari Balai Meteorologi & Geofisika Wilayah III stasiun
Klimatologi Ngurah Rai Tuban. Pendekatan ini diambil, karena Pesanggaran
dengan jarak ± 10 km masih dalam cakupan wilayah dari stasiun ini.
Pengamatan terhadap iklim mikro yang meliputi suhu udara dan kelembaban
nisbi udara (RH) dan indeks kenyamanan (THI) dilakukan di areal proyek dan
sekitarnya.

Tabel 2.1 Metode Pengumpulan Data Iklim


No PARAMETER SATUAN METODE SUMBER DATA

Data Sekunder
1 Temperatur Udara oC Pembacaan Langsung
BMG
Data Sekunder
2 Kelembaban % Analisis Rata-Rata
BMG
Data Sekunder
3 Kecepatan Angin Knot Pembacaan Langsung
BMG
Data Sekunder
4 Arah Angin Derajat (o) Pembacaan Langsung
BMG

Untuk penilaian kualitas lingkungan komponen iklim mikro digunakan


kriteria kualitas lingkungan komponen iklim mikro menurut LW. Canter &
L.G.HiII. 1981 dalam Hand Book of Variables for Environmental Impact
Assessment, seperti disajikan pada tabel dibawah ini.

II - 3
Tabel 2.2. Kriteria Kualitas Lingkungan Komponen Iklim Mikro
a. Suhu Udara
No. Kriteria Lingkungan Kualitas Skala
1. Suhu lebih dari 35 oC atau kurang dari 10o C Buruk 1
2. Suhu udara antara 32 – 34 oC atau 10 – 14 o C Kurang 2
3. Suhu udara antara 29 – 31 o C atau 15 – 18 o C Sedang 3
4. Suhu udara antara 26 – 28 o C atau 19 – 21 o C Cukup 4
5. Suhu udara antara 22 – 25 o C Baik 5

b. Kecepatan angin rata-rata ( km/jam)


No. Kriteria Lingkungan Kualitas Skala
1. Angin keras, pohon condong sampai roboh (diatas 41) Buruk 1
2. Angin cukup keras, pucuk pohon bergoyang kuat (31-40) Kurang 2
3. Angin agak keras, pucuk pohon bergoyang (21-30) Sedang 3
4. Lemah, tidak terasa,tapi dilihat gerakan daun (11-20) Cukup 4
5. Angin sangat lemah,tidak terasa (dibawah 10) Baik 5

c. Curah hujan (Type Ferguson)


No. Kriteria Lingkungan Kualitas Skala
1. D–E Buruk 1
2. C-D Kurang 2
3. B-C Sedang 3
4. A-B Cukup 4
5. A Baik 5

d. Lama penyinaran (rata-rata setahun)


No. Kriteria Lingkungan Kualitas Skala
1. Terlihat 2 jam atau kurang Buruk 1
2. Terlihat 3 – 5 jam sehari Kurang 2
3. Terlihat 6 – 8 jam sehari Sedang 3
4. Terlihat 9 – 10 jam sehari Cukup 4
5. Terlihat lebih dari 10 jam sehari Baik 5

e. Kelembaban (%)
No. Kriteria Lingkungan Kualitas Skala
1. Dibawah 40 Buruk 1
2. 41 – 50 atau 90 - 100 Kurang 2
3. 51 – 60 atau 80 - 89 Sedang 3
4. 61 – 69 atau 71 - 79 Cukup 4
5. Lebih dari 79 Baik 5
Sumber : Hand Book of Variables for Environmental Impact Assessment, L.W
Canter & L.G. Hill, 1981.

II - 4
2). Kualitas Udara
Data kualitas udara didapatkan melalui pengukuran langsung,
pengambilan cuplikan (sampel) dan analisis laboratorium terhadap kualitas
udara ambien di lokasi sekitar tapak proyek. Lokasi pengamatan atau
pengukuran kualitas udara dilakukan pada daerah yang berpotensi terkena
dampak dan dianggap mewakili di wilayah sekitar rencana kegiatan. Data
kualitas udara dianalisis dengan metoda dari Environmental Protection
Agency (EPA) dan SNI serta ASTM. Hasilnya dibandingkan dengan baku mutu
Peraturan Gubernur Bali No 8 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Lingkungan
Hidup dan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup Provinsi Bali dan
peraturan lainnya.
Data tersebut dipergunakan sebagai data awal kondisi lingkungan saat studi
dan dapat diketahui perubahannya pada tahap konstruksi dan pasca
konstruksi kegiatan peningkatan.

3). Kebisingan
Data kebisingan dikumpulkan dengan cara mengukur tingkat kebisingan
dengan alat noise level meter di lokasi yang berpotensi terkena dampak
kegiatan di lokasi yang sama dengan lokasi pengukuran dan pengamatan
kualitas udara. Data kebisingan analisisnya mengacu pada dan Keputusan
Menteri Lingkungan Negara Lingkungan Hidup No.48 tahun 1996 tentang
Baku Tingkat Kebisingan dan Peraturan Gubernur Bali No 16 Tahun 2016.
Tingkat kebisingan akan dibandingkan sesuai dengan lokasi peruntukkannya
yaitu pelabuhan.Metode pengukuran parameter kualitas udara dan kebisingan
disajikan pada Tabel 2.3.

II - 5
Tabel 2.3. Metode Pengukuran Kualitas Udara dan Kebisingan
No Paramater Uji Satuan BM Metode Uji

1. Sulfur Dioksida (SO2) µg/Nm3 900 SNI 19-7119,7-2005


2. Carbon monoksida (CO) µg/Nm3 30.000 NDIR
3. Nitrogen Dioksida (NO2) µg/Nm3 400 SNI 19-7119.2-2005
4. Oksidan (O3) µg/Nm3 235 Chemiluminescent
5. Debu (TSP) µg/Nm3 230 Gravimetri
Ekstraktif Pengabuan
6. Timah Hitam (Pb) µg/Nm3 2 (AAS)
7. Kebisinqan 3) dB (A) 65 Sound Level Metri
Sumber : Baku Mutu *) PP 41Tahun 1999

4). Fisiografi
Data fisiografi yang dikumpulkan terutama topografi yang meliputi
ketinggian tempat dari permukaan laut (elevasi), kemiringan lereng (slope),
bentang alam dan daerah aliran sungai. Data tersebut diperoleh untuk tapak
kegiatan dilakukan penelaahan topografi/situasi pada sekala peta rinci (1 :
50.000), ditunjang dengan interpretasi peta rupa bumi sekala 1: 50.000 dari
Bakosurtanal dan data lainnya yang relevan seperti foto udara.
Data geologi tata lingkungan dapat dilakukan dengan mencari data
terkait. Penelitian geologi tata lingkungan yang dilakukan adalah dengan
metoda interpretasi peta geologi maupun dengan penelitian langsung di
lapangan dan analisis laboratorium terhadap contoh tanah dan air tanah, serta
ditunjang dengan studi pustaka. Lokasi proyek ini termasuk ke dalam lembar
peta dasar topografi skala 1:25.000, seri rupa bumi yang dibuat Bakosurtanal.
Analisis Kebencanaan Geologi ini adalah untuk mengetahui
kemungkinan akan terjadinya bahaya lingkungan karena adanya proses
geodinamika yang berasal dari dalam (energi endogenik) dan dari luar bumi
(energi eksogenik). Analisis geodinamika dan bencana alam geologi ini
berdasarkan data dan informasi serta hasil observasi lapangan meliputi
analisis gempa bumi, analisis gerakan tanah dan analisis erosi.

4).Hidrologi
Data mengenai aspek hidrologi yang dikumpulkan meliputi data primer
dan data sekunder. Data primer meliputi debit aliran, kualitas air, fisik air
permukaan. Data tersebut diperoleh di titik-titik lokasi pengukuran yang relatif

II - 6
berdekatan dengan rencana kegiatan . Data aspek hidrologi mencakup pola
drainase, kondisi, fungsi drainase, pola aliran berdasarkan data sekunder
yang ada yaitu dari studi hidrologi pada saat desain, sedangkan kualitas air
berdasarkan hasil pengukuran langsung dan analisis laboratorium. Data erosi
ditinjau dari pengamatan visual terhadap singkapan lahan terbuka dan
kandungan sedimen. Data curah hujan yang merupakan data sekunder
diperoleh dari Stasiun Klimatologi terdekat.
Dalam rangka mengetahui kualitas air yang ada di lokasi kegiatan dan
sekitarnya maka perlu dilakukan pengamatan /pengukuran kualitas perairan
tersebut. Hal ini perlu diketahui terkait dengan status mutu kualitas air sebelum
dilakukan kegiatan dan membandingkannya dengan peruntukannya sebagai
aktivitas pelabuhan. Metoda analisis yang digunakan adalah dari Standard
Methods for Water and Waste Water Analysis APHA edisi 1983 dan SNI –
1991 - 2004. Penentuan lokasi sampling didasarkan pada sumber kegiatan
yang menimbulkan dampak pada lingkungan di sekitarnya. Analisis data
kualitas air laut dilakukan mengacu kepada KepMen LH No. 51/2004 dan
KepMen LH No. 179/2004 , Per Gub Bali No 8 Tahun 2007. Analisis terhadap
kualitas air laut dilakukan secara tabulasi dan deskriptif dengan
membandingkan hasil pengukuran terhadap sampel dengan baku mutu air laut
yang berlaku.

Tabel 2.4 Parameter Kualitas Air

Metode
No. Parameter Satuan Baku Mutu
Analisis
1 Warna Pt.Co 30
2 Bau - Organoleptik Tidak berbau
3 Kekeruhana Ntu SNI 06.6989.27.05 5l
4 Padatan tersuspensi totalb Mg/l SNI 06.6989.27.05 20
5 Suhuc oC SNI 06.6989.23.05 Alami3(c)
6 Benda Terapung/Sampah - Manual Nihil1(4)
7 Lapisan minyak5 - SNI 06.2502.1991 Nihil1(5)
8 pHd - SNI 06.6989.11.04 7-8.5 (d)
9 Salinitase o/oo SNI M-39-1990-03 Alami3(c)
10 Surfaktan (detergen) mg/l SNI 19.2476.91 0.001
11 Cadmium (Cd) mg/l SNI 06.6989.37.05 0,002
12 Tembaga (Cu) mg/l SNI 06.2517.91 0,050
13 Timbal (Pb) mg/l SNI 06.6989.45.05 0,005
14 DO mg/l SNI 06.6989.14.O4 -
15 BOD mg/l SNI M-69-1990-03 -
16 COD mg/l SNI M-70-1990-03 -
Keterangan : Baku mutu berdasarkan LH No. 51/2004 Lampiran II dan KepMen LH No. 179/2004, Pergub Bali
8/2007

II - 7
5). Hidrooceanografi
Data mengenai pola hidrodinamika kelautan seperti pasang surut, arus
dan gelombang/ombak, morfologi pantai, abrasi, dan akresi serta pola
sedimentasi diambil dari pengamanatan di lapangan serta data-data survey
yang ada di instansi teknis terkait .

6).Tata Ruang
Pengkajian aspek tata ruang wilayah sekitar proyek akan dilakukan baik
pada lingkup tapak proyek maupun lingkungan di sekitar lokasi proyek. Selain
data sekunder, maka data primer diperoleh dengan cara melakukan
pengamatan di lapangan.

Tabel 2.5. Metode Pengumpulan dan Analisis Data Tata Ruang

Aspek Tata Ruang Metode Pengumpulan dan Analisis Data


No Yang Dikaji Pengumpulan Data Analisis Data Lokasi

Mikro Studi pustaka dan


Identifikasi Di dalam tapak
pengamatan
1. Rencana Tapak penggunaan lahan proyek
lapangan

Makro
Studi pustaka dan
Identifikasi Di sekitar lokasi
1. Tata Guna Lahan pengamatan
penggunaan lahan proyek
lapangan

2. Pemukiman dan Studi pustaka dan Identifikasi kondisi


Di sekitar lokasi
Fasilitas Umum pengamatan kawasan dan
proyek
lapangan fasilitas umum

Kegiatan di sekitar Pengamatan Identifikasi jenis Di sekitar lokasi


3.
tapak proyek lapangan kegiatan proyek

II - 8
2.1.3. Pengumpulan dan Analisis Data Komponen Lingkungan Biotik
Pengumpulan dan analisis data komponen lingkungan biotik meliputi data
flora dan fauna seperti uraian berikut:
1).Flora
Parameter yang diamati adalah tipe vegetasi, keberadaan jenis, status
keberadaan jenis dan manfaat. Data keberadaan jenis dikumpulkan dengan
cara inventarisasi jenis yang bertujuan untuk mengidentifikasi jenis-jenis flora
yang berada di sekitar lokasi kegiatan melalui pengamatan langsung.
Kemudian disajikan dalam deskripsi/uraian berisi keberadaan jenis dan status
keberadaannya.
Data flora dianalsis dengan cara interpretasi data yang terkumpul berupa
daftar keberadaan jenis dan status keberadaan flora baik yang tergolong
langka, endemik, dilindungi maupun mempunyai nilai ekonomi penting untuk
menentukan tingkat kepentingan dampaknya.
2).Fauna

Parameter yang diamati adalah keberadaan jenis ,status keberadaan


jenis dan manfaat. Keberadaan jenis dan staus keberadaanya dikumpulkan
dengan cara inventarisasi langsung di lokasi kegiatan dan data sekunder serta
wawancara. Data yang terkumpul disajikan dalam deskripsi/uraian berisi
mengenai keberadaan jenis dan status keberadaannya. Data fauna
diananlisis dengan cara interpretasi data yang berupa daftar keberadaan jenis
dan status keberadaan fauna baik yang tergolong langka, endemik, dilindungi
maupun mempunyai nilai ekonomi penting untuk menentukan tingkat
kepentingan dampaknya.

3).Biota Perairan
Parameter yang diteliti untuk plankton dan benthos adalah spesies,
jumlah taxa, kelimpahan individu, keanekaragaman dan keseragaman
individu. Sementara untuk nekton hanya spesies saja. Biota perairan yang
diamati meliputi jenis plankton dan benthos, untuk plankton dilakukan dengan
penyaringan sampel air dengan plankton net dan benthos dengan cara
mengambil sampel lumpur pada lokasi yang sama dengan pengambilan
sampel kualitas air. Terhadap sampel biota perairan selanjutnya dianalisis di
laboratorium lingkungan, dalam analisis ini untuk mengidentifikasi spesies,
jumlah taxa, kelimpahan individu, keanekaragaman dan keseragaman
individu. Data untuk nekton (jenis ikan) melalui pengamatan langsung dan
wawancara dengan penduduk setempat untuk mengetahui jenis ikan yang ada

II - 9
di sekitar lokasi proyek. Pengumpulan data secara rinci untuk biota perairan
adalah sebagai berikut :

a. Plankton dan Benthos


Sampel plankton diambil dengan cara menyaring air menggunakan
plankton net 25 dan volume air yang disaring sebanyak 100 liter. Sampel
plankton yang tersaring ditempatkan ke dalam botol sampel dan diawetkan
dengan larutan formalin 4% yang bertujuan untuk menghindari berbagai
kerusakan bentuk plankton, yang selanjutnya diawetkan di dalam cooling box,
kemudian dianalisis di laboratorium. Sampel benthos diambil dengan
mengeruk lumpur yang berada di dasar sungai dengan menggunakan sekop
atau Eickmen grab. Sampel lumpur yang didapat ditempatkan dalam kantong
plastik dan diawetkan dengan formalin 4% yang selanjutnya ditempatkan
dalam cooling box untuk kemudian dianalisis di laboratorium.

b.Nekton
Data nekton (jenis ikan) dikumpulkan melalui pengamatan langsung dan
wawancara dengan penduduk setempat, yaitu dengan menginventarisasi
untuk mengetahui jenis ikan yang ada di wilayah studi yang memiliki nilai
ekonomi ataupun jenis yang khas pada daerah tersebut.
Analisis data untuk biota perairan dari jenis plankton dan benthos
berdasarkan pada pengambilan sampel di lapangan yang akan dianalisis di
laboratorium untuk mengetahui spesies dan jumlah pada masing-masing
spisies yang terdapat pada sampel tersebut dan kemudian memperhitungkan
jumlah taxa, kelimpahan individu, indeks keanekaragaman, indeks
keseragaman jenis dengan perhitungan.

2.1.4 Pengumpulan dan Analisa Data Komponen Lingkungan Sosial


1). Komponen Sosekbud
a).Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data sosekbud dilakukan dengan berbagai metode, antara
lain studi kepustakaan, studi lapangan, pengamatan (observasi), wawancara
bebas dan wawancara mendalam dengan tokoh masyarakat, dan penyebaran
daftar pertanyaan. Data kuesioner didapat dari sampel yang besarnya
ditetapkan sebesar N= 100 responden, secara stratified random sampling (±
20 % dari kepala keluarga di wilayah studi). Sedangkan data sekunder akan
dikumpulkan dari data yang telah dihimpun dalam monografi desa/kelurahan.

II - 10
(1).Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dipergunakan adalah data kualitatif maupun kuantitatif.
Data kualitatif adalah data yang dinyatakan berbentuk kalimat, pernyataan,
atau uraian. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka, maupun
konversi dari data kualitatif menjadi angka. Sumber data berasal dari data
primer maupun data sekunder. Data primer adalah data yang berasal dari
wawancara mendalam terhadap informan kunci dan informan lainnya yang
dianggap mengetahui pengembangan Pelabuhan Benoa di wilayah studi,
dokumen resmi pemerintah, dan hasil observasi langsung di lokasi penelitian.
Data sekunder adalah data yang berasal dari literatur, jurnal, data statistik,
dan referensi-referensi lainnya yang relevan dengan kajian ini.
(2). Penentuan Informan
Penentuan informan dilakukan secara stratified random sampling,
dengan memilih informan yang dianggap memiliki pengetahuan yang
memadai terhadap rencana pengembangan Pelabuhan Benoa. Informan
berasal dari tokoh masyarakat, aparat pemerintah, dan para pakar yang
dianggap relevan dengan tujuan studi ini. Jumlah informan diambil
berdasarkan kebutuhan penelitian, yang dapat berkembang jumlahnya sesuai
kebutuhan. Kriteria pemilihan informan didasarkan pada pengetahuannya
tentang kondisi fisik dan sosial wilayah studi yang dapat dilihat dari faktor
umur, lama tinggal, pendidikan, pekerjaan serta ketokohan yang
bersangkutan di lingkungan tempat tinggalnya. Dengan pengetahuan yang
dimilikinya, maka akan dapat digali informasi terhadap permasalahan yang
diteliti.
Kronologi penentuan informan diawali dengan pendalaman kondisi
wilayah studi. Selanjutnya, setelah dilakukan wawancara mendalam tentang
tujuan studi, beberapa orang informan ditetapkan lagi sesuai dengan aspek-
aspek yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.

(3). Instrumen Penelitian


(a). Pedoman wawancara.
Pedoman wawancara, adalah daftar pertanyaan yang dipersiapkan
untuk mendapatkan data penelitian. Instrumen ini, terdiri atas sejumlah
pertanyaan yang dipersiapkan sebagai dasar untuk melakukan wawancara,
sehingga proses wawancara dapat berjalan efektif. Wawancara merupakan
suatu proses tanya jawab antara peneliti dengan subyek penelitian yang
bertujuan untuk mendapatkan secara lisan data, keterangan, pandangan, dan
pendirian subyek yang diwawancarai. Melalui pedoman wawancara

II - 11
permasalahan yang ingin dipahami dapat didalami, dan diambil
kesimpulannya oleh peneliti sesuai tujuan studi Amdal ini.
(b).Pedoman observasi
Pedoman observasi adalah panduan yang dipersiapkan untuk
melakukan pengamatan di lapangan. Instrumen ini terdiri atas, peralatan
perekam, kamera, video kamera, denah, peta, dan peralatan lainnya yang
dapat membantu pengamatan di lapangan. Kegunaan pedoman observasi
adalah membantu peneliti dalam melaksanakan pengamatan lapangan
secara cepat, aman, efisien, dan memadai.
2). Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini mempergunakan teknik
triangulasi yakni suatu prosedur studi yang mempergunakan lebih dari satu
metode secara independen sehingga dapat diperoleh data yang diperlukan
oleh peneliti secara efisien sesuai tujuan studi. Beberapa teknik pengumpulan
data yang dilakukan diantaranya dengan wawancara mendalam, observasi,
serta penelusuran dokumen dan pustaka yang relevan. Teknik pengumpulan
data yang dipergunakan dalam studi Amdal ini meliputi:
(a).Wawancara
Pengumpulan data melalui wawancara bertujuan memperoleh informasi
yang sebanyak-banyaknya dari informan. Informasi atau data yang diperoleh
dari informan yang diposisikan sebagai informan kunci, akan sangat
menentukan siapa yang layak menjadi informan berikutnya, sehingga dalam
melakukan wawancara diupayakan dengan cara terbuka, sistematis, dan
dalam situasi yang menyenangkan..
Dalam studi ini, jenis wawancara yang dilakukan adalah wawancara tak
berencana berdasarkan pedoman wawancara yang dipersiapkan. Namun
dalam pelaksanaannya dapat dikembangkan lagi sesuai dengan alur
informasi yang disampaikan oleh informan dengan tidak menyimpang dari
tujuan studi Amdal.
(b). Observasi.
Observasi atau pengamatan merupakan cara untuk mengamati fakta-
fakta dan perilaku masyarakat di wilayah studi. Observasi dilakukan dengan
mendatangi lokasi rencana kegiatan, selanjutnya, peneliti melakukan
pengamatan dengan panca indera dan kemampuan yang ada pada dirinya
terhadap obyek studi. Hasil pengamatan lapangan direkam melalui peralatan
perekam gambar.

II - 12
(c). Studi dokumen
Pengumpulan data melalui studi dokumen dimaksudkan untuk
mendapatkan data yang disimpan oleh lembaga/institusi yang berkaitan
dengan tujuan studi Amdal ini. Dokumen yang yang dipergunakan meliputi
laporan kegiatan studi sejenis, keputusan pemerintah, peraturan
perundangan, dan dokumen lainnya yang relevan.

b).Metode Analisis Data


Untuk menganalisis data primer dan sekunder dilakukan metode deskriptif
analitik, dengan memanfaatkan data kuantitatif dan kualitatif yang ada. Data
sosek- sosbud tersebut meliputi :
 Demografi/kependudukan, meliputi struktur penduduk, jumlah dan
pertumbuhan penduduk
 Sosial ekonomi, meliputi pola mata pencaharian, peluang bekerja dan
berusaha, tingkat dan kegiatan perekonomian
 Sosial Budaya, meliputi pranata dan proses sosial, sistem nilai,
persepsi masyarakat dan kamtibmas.

2.2. Metode Prakiraan Dampak Penting


Metode prakirakan dampak penting dilakukan untuk mengetahui besaran
dampak dan tingkat penting dampak akibat komponen kegiatan terhadap
komponen lingkungan digunakan metode sebagai berikut:
2.2.1.Metode Matematis
Metode matematis digunakan untuk memprakirakan dampak dari
parameter-parameter yang sifatnya dapat diukur dengan menggunakan model
matematika atau statistik. Metode ini digunakan untuk memprakirakan
penurunan kualitas udara, peningkatan kebisingan, dan penurunan kualitas
air.
1).Penurunan Kualitas Udara
Untuk memperkirakan besaran dampak rencana kegiatan terhadap
kualitas udara digunakan model matematis untuk mengetahui besarnya
kontribusi polutan yang diemisikan dari sumber-sumber pencemar terhadap
kualitas udara serta pola sebaran dari polutan tersebut. Untuk menghitung
besarnya laju emisi dari suatu kegiatan digunakan rumus sebagai berikut :

Laju Emisi = Faktor Emisi x Tingkat Emisi Pencemar dari Kegiatan Spesifik

II - 13
2). Kebisingan
Sebaran dari tingkat kebisingan dapat diprediksi dengan anggapan ada
sumber kebisingan pada sumber garis, formula (Raw & Wootten, 1980) yang
digunakan adalah:

r2
Lp 2  Lp1  10 log
r1

dimana :
Lp 1 = tingkat kebisingan pada jarak r1
Lp 2 = tingkat kebisingan pada jarak r2
r1 = jarak 1 dari sumber kebisingan
r2 = jarak 2 dari sumber kebisingan

Rumus diatas digunakan untuk mengetahui prakiraan dampak


penyebaran kebisingan baik pada kegiatan tahap konstruksi dengan
beroperasinya alat berat, genset dan kegiatan konstruksi lainnya maupun
pada tahap operasi. Penyebaran kebisingan ini selanjutnya di analisis besar
dampaknya dengan menggunakan baku mutu kebisingan mengacu pada
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup (MenLH) Nomor
48/MenLH/11/1996, Per Gub Bali No 16 Tahun 2016.

3).Penurunan Kualitas Air


Untuk mengetahui besar dampak buangan air limbah dari kegiatan pada
badan air permukaan di sekitar tapak proyek di gunakan rumus beban
cemaran diatas. Konsentrasi air saluran terhitung selanjutnya di bandingkan
dengan Baku Mutu sesuai Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

2.2.2.Metode Analogi
Pendekatan analogi ini dilakukan dengan mempelajari dampak
lingkungan yang timbul akibat kegiatan sejenis yang telah berlangsung pada
areal tertentu di tempat yang sama atau di tempat lain yang kondisi
lingkungannya identik dengan kondisi lingkungan wilayah studi, dengan cara
ini dampak yang telah terjadi di daerah sejenis dikaji dan digunakan sebagai

II - 14
analogi untuk memprakirakan dampak pada studi Amdal ini. Pendekatan
analogi ini digunakan untuk memprakirakan dampak penurunan kualitas
udara, peningkatan kebisingan, getaran, kualitas air limbah, dan sosekbud
serta kesmas. Untuk memprediksi penurunan kualitas udara dan peningkatan
kebisingan, dan kualitas air limbah dari kegiatan base camp yang terjadi pada
tahap konstruksi digunakan hasil pemantauan lingkungan hidup (data
sekunder) yang dilakukan oleh kegiatan sejenis di tempat lain.

2.2.3.Metode Professionnal Judgement


Melalui penilaian para ahli, dilakukan prakiraan dampak akan ditetapkan
berdasarkan penilaian para pakar (ahli). Metode ini diterapkan bila data dan
informasi yang diperoleh di lapangan sangat terbatas serta kurang
dipahaminya gejala yang diperkirakan akan terjadi, terutama dampak-dampak
yang terkait sosial ekonomi dan budaya serta kesehatan masyarakat.
Prakiraan dampak penting dilakukan dengan mengacu pada Kriteria Dampak
Penting yang ditentukan melalui kriteria :
1. Jumlah manusia yang akan terkena dampak (population number of
impact). Jika manusia di wilayah studi ANDAL yang terkena dampak
lingkungan tetapi tidak menikmati manfaat dari usaha kegiatan, jumlahnya
sama atau lebih besar dari jumlah manusia yang menikmati usaha atau
kegiatan di wilayah studi maka dampak dari usaha atau kegiatan tersebut
tergolong penting.
2. Luas wilayah persebaran dampak (Area of impact distribution). Jika
rencana usaha atau kegiatan mengakibatkan adanya wilayah yang
mengalami perubahan mendasar dari segi intensitas dampak, atau tidak
berbaliknya dampak atau segi kumulatif dampak, maka dampak dari usaha
atau kegiatan tersebut tergolong penting.
3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung (Impact duration and impact
intensity). Jika rencana usaha atau kegiatan mengakibatkan timbulnya
perubahan mendasar dari segi intensitas dampak, atau tidak berbaliknya
dampak atau segi kumulatif dampak, yang berlangsung hanya pada satu
atau lebih tahapan kegiatan, maka dampak dari usaha atau kegiatan
tersebut tergolong penting.
4. Banyaknya komponen lingkungan yang akan terkena dampak (number of
impact environment component). Jika rencana usaha atau kegiatan
menimbulkan dampak sekunder dan dampak lanjutan lainnya yang jumlah
komponennya lebih atau sama dengan komponen lingkungan yang

II - 15
terkena dampak primer, maka dampak dari usaha atau kegiatan tersebut
tergolong penting.
5. Sifat kumulatif dampak (Cummulative characteristic). Jika dampak
lingkungan berlangsung berulang kali dan terus-menerus sehingga pada
kurun waktu tertentu tidak dapat diasimilasi oleh lingkungan alam atau
lingkungan social yang menerimanya atau jika beragam dampak
lingkungan bertumpuk dalam suatu ruang tertentu sehingga tidak dapat
diasimilasi oleh lingkungan alam atau lingkungan sosial yang menerimanya
atau jika dampak lingkungan yang menerimannya atau jika dampak
lingkungan dari berbagai sumber kegiatan menimbulkan efek yang saling
memperkuat (sinergis), maka dampak dari usaha atau kegiatan tersebut
tergolong penting.
6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak (reversibility or irreversibility of the
impact). Jika perubahan yang akan dialami oleh suatu komponen
lingkungan tidak dapat dipulihkan kembali walaupun dengan intervensi
manusia, maka dampak dari usaha atau kegiatan tersebut tergolong
penting.
7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Prakiraan dampak penting ini dilakukan dengan mempertimbangkan:
1. Kemampuan lingkungan (dari rona lingkungan) dalam menetralisir/
meredam dampak
2. Kemungkinan adanya netralisasi atau akumulasi antara dampak
yang satu dengan dampak lainnya dengan cara diskusi di antara
anggota tim studi Amdal.
Untuk mempermudah pemberian nilai penting dampak, maka penilaian
pentingnya dampak di berikan dengan simbol (+) untuk dampak positif dan (-
) untuk dampak negatif dengan notasi (TP) untuk dampak tidak penting dan
(P) untuk dampak penting.

2.3.Metode Evaluasi Dampak Penting


Metode evaluasi dampak penting dilakukan dengan mengevaluasi
terhadap dampak penting yang diperkirakan terjadi, yaitu dievaluasi masing-
masing keterkaitannya secara utuh dan menyeluruh (holistik) dengan
mempertimbangkan sifat-sifat dari setiap dampak penting tersebut, seperti
sebab akibat (kausatif), sinergis dan antagonis, lamanya dampak berlangsung
dan intensitasnya. Metode evaluasi dampak penting yang digunakan adalah
metode matrik modifikasi Leopold dan metode bagan alir dampak.

II - 16
2.3.1.Telaahan Terhadap Dampak Penting
Telaahan secara holistik (telaahan secara totalitas) atas berbagai komponen
lingkungan yang diperkirakan mengalami perubahan mendasar.

2.3.2.Telaahan sebagai Dasar Pengelolaan


Telaahan sebagai dasar pengelolaan dalam studi Amdal ini meliputi hal-hal
sebagai berikut:
a. Hubungan sebab akibat (kausatif) antara rencana kegiatan dan rona
lingkungan hidup dengan dampak positif atau negatif yang mungkin timbul.
b. Ciri dampak penting, apakah berlangsung lama atau sementara, terdapat
hubungan timbal balik antara dampak satu dengan lainnya.
c. Kelompok masyarakat yang terkena dampak negatif dan yang dapat
memanfaatkan dampak positif.
d. Persebaran dampak apakah secara lokal, regional atau internasional
bahkan melewati batas negara Republik Indonesia.

II - 17
BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil Penelitian


3.1.1. Lokasi, Koordinat Geografi Tapak
Lokasi Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pengambengan secara
geografis terletak pada posisi (08o23’46” Lintang Selatan dan 140o34’47” Bujur
Timur) terletak di Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, Kabupaten
Jembrana, Provinsi Bali. Batas kawasan PPN Pengambengan yang luasnya
± 48,1 ha ini adalah sebagai berikut
a. Sebelah Utara : Kab Buleleng;
b. Sebelah Timur : Kec Melaya Kab Jembrana;
c. Sebelah Barat : Kec. Mendoyo Kab Jembrana;
d. Sebelah Selatan : Selat Bali.
Lokasi PPN Pengambengan berjarak 9 km dari Kota Negara dan 105 km dari
Kota Denpasar, menghadap ke Samudera Hindia dan Selat Bali.

3.1.2. Peruntukan Lahan Berdasarkan RTRW


Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana Nomor 11
Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jembrana
Tahun 2012-2032, lokasi Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN)
Pengambengan sudah ditetapkan sebagai kawasan peruntukan perikanan.
Hal tersebut dikuatkan lagi dari Surat Keterangan Tata Ruang Dinas
Pekerjaan Umum, Penataan Ruang,Perumahan dan Kawasan Pemukiman
Kabupaten Jembrana Nomor 650/480/TR-PUPRPKP/2017 tertanggal 9 Mei
2017.
Lokasi PPN Pengambengan telah sesuai peruntukannya sebagai
Kawasan Pelabuhan Perikanan. Hal tersebut tercantum dalam Peraturan
Daerah Provinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Bali Tahun 2009-2029 pada Pasal 74 tentang Kawasan
Perikanan.

III - 1
Lokasi PPN Pengambengan

Gambar 3.1. Peta Administrasi Kabupaten Jembrana

III - 2
Gambar 3.2. Peta Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Jembrana

III - 3
3.1.3. Akses dan Jalan Disekitarnya
Lokasi PPN Pengambengan Jembrana dapat dicapai melalui jalan yang
kondisinya sudah baik dan beraspal dari Kota Negara sekitar 9 km. Akses jalan
menuju kantor PPN Pengambengan harus melewati pos jaga yang memeriksa
pengunjung yang masuk melalui darat. Jalan di areal PPN Pengambengan sudah
disiapkan untuk akses pengguna pelabuhan. Total panjang jalan lingkungan
adalah 5.435 m2 yang kondisinya cukup baik.

3.1.4 Luas Tapak


Luas tapak di PPN Pengambengan secara keseluruhan adalah 48,1 ha
yang terbagi atas fasilitas pokok, fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang.
Tapak terdiri dari areal di daratan dan areal di perairan.

3.1.5. Penggunaan Tapak Saat Ini.


Tapak lokasi PPN Pengambengan saat ini digunakan untuk berbagai
aktivitas dan bangunan. Di areal fasilitas pokok terdiri dari areal pelabuhan yang
terbagi pada kondisi daratan, breakwater, dan kolam labuh. Penggunaan tapak
sebagai dermaga, kolam pelabuhan (alur pelayaran), jalan lingkungan, drainase
serta dermaga.

Gambar 3.3 Areal Daratan PPN Pengambengan

III - 4
Gambar 3.4 Areal Kolam Pelabuhan

Gambar 3.5 Breakwater (kanan dan Kiri)

Gambar 3.6 Dermaga Utama dan Dermaga Lainnya

III - 5
Fasilitas Fungsional terdiri atas Gedung TPI, Kantor Pelabuhan, Kantor
Bina Mutu, Tower Pompa Air, Instalasi Listrik, Bangsal Perbaikan, Bengkel, Ice
Storage, SPBN. Fasilitas Pendukung terdiri atas Balai Pertemuan Nelayan,
Gedung TPI Lama, Gapura, WC umum, Pagar Keliling, Rumah Dinas, Tempat
Ibadah dan Areal Parkir. Detail penggunaan tapak dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Gambar 3.7 Kantor Pelabuhan dan Kantor Bina Mutu

Gambar 3.8 Tower Air dan Slipway Kapal

III - 6
Gambar 3.9 Balai Pertemuan Nelayan dan WC Umum

Gambar 3.10 Mess Operator

Gambar 3.11 Tempat Ibadah (Pura dan Mushola)

III - 7
Tabel 3.1. Sarana Prasarana di PPN Pengambengan
No Jenis Fasilitas Volume Kondisi
I. Fasilitas Pokok
1 Areal pelabuhan 48,1 ha 9,1 ha daratan
(Lahan) 4 ha Breakwater
35 ha kolam labuh
2 Dermaga 167 m Sisi luar baik
70 m Sisi dalam baik
3 Breakwater 743 m Sisi kanan
884 m Sisi kiri
4 Kolam pelabuhan 20 ha Kedalaman sisi dermaga (-0,8 m)
(alur pelayaran) LWL plus (+0,5 m) perlu
pengerukan
5 Jalan lingkungan 5.435 m2 Cukup Baik
6 Drainase 1.082 m2 Cukup Baik
7 Dermaga trap 2 X 70 m Cukup Baik
(masing-masing 2 sisi)
8 Dinding Penahan Tanah 374 m’ Rusak dan difungsikan oleh
nelayan sebagai tambat-labuh.
II. Fasilitas Fungsional
8 Gedung TPI 320 m2 Baik
9 Kantor Pelabuhan 240 m2 Baik
10 Kantor Mina Mutu 150 m2 Baik
11 Tower dan Pompa Air 6 DAN 18 m2 Baik
12 Instalasi Listrik dan 1 UNIT Baik
penerangan
13 Bangsal perbaikan dan Jaring 400 m2 Baik
14 Bengkel 110 m2 Tidak memungkinkan
15 Ice Storage 30 m2 Baik
16 SPBN 20 Ton/Hari Baik
III. Fasilitas Penunjang
17 Balai pertemuan nelayan 250 m2 Baik
18 Gedung TPI Lama 400 m2 Baik
19 Gapura 2 Buah Baik
20 WC Umum 27 m2 Baik
21 Pagar Keliling 265 m Baik
22 Rumah dinas 100 m2 Baik
60 m2
36 m2
23 Tempat ibadah 1 Unit Baik
24 Areal parkir 2.040 m2 Baik
Sumber: Laporan tahunan PPN Pengambengan,2017

3.1.6. Penggunaan Tapak Sebelumnya.


Penggunaan tapak sebelum dibangunnya PPN Pengambengan adalah
kawasan tegalan yang terletak di pinggir pantai. Pantainya merupakan lokasi
pendaratan perahu nelayan.

III - 8
3.1.7 Rona Lingkungan Hidup
A. Komponen Lingkungan Geofisik-kimia
1). Iklim
Data iklim diperoleh dari Badan Meteorologi Dan Geofisika, Balai Besar
Wilayah III, Stasiun Klimatologi Negara (Kabupaten Jembrana, Bali) selama 10
tahun terakhir (Tahun 1999 – 2009). Data iklim tersebut terdiri atas: kelembaban
udara, curah hujan, hari hujan, dan data angin. Sedangkan data suhu udara rata-
rata yang tersedia hanya data harian pada periode Bulan Agustus – Desember
2008 dan Bulan Januari – April 2009.

a. Suhu Udara Rata-Rata

Suhu udara rata – rata selama periode Bulan Agustus – Desember 2015 dan
Bulan Januari – April 2016, sebagaimana disajikan pada Gambar 2.12
menunjukkan bahwa suhu udara rata-rata tertinggi pada Bulan Januari (27.22 oC)
dan terendah terjadi pada Bulan Agustus (25.30 oC).

SUHU UDARA
27.50

27.00

26.50

26.00

25.50

25.00

24.50

24.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9

Gambar 3.12. Grafik Suhu Udara Rata-Rata (oC) Selama Periode Tahun 2015 – 2016

III - 9
b. Kelembaban Udara Rata-Rata
Kelembaban udara rata-rata selama periode tahun 2006 – 2016
menunjukkan bahwa kelembaban udara rata-rata tertinggi terjadi pada bulan
Maret dan April (masing-masing 85.1 %) dan terendah terjadi pada bulan
September dan Oktober (masing-masing 81.6 %).

c.Curah Hujan dan Hari Hujan


Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh di permukaan tanah datar selama
periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi (mm) di atas permukaan
horizontal bila tidak terjadi evaporasi, runoff dan infiltrasi. Sedangkan hari hujan
adalah periode sehari semalam dengan CH  0.5 mm.
Berdasarkan data curah hujan dan lama hari hujan selama periode tahun
2006-2016 yang diperoleh dari Stasiun Klimatologi Negara (Kabupaten Jembrana,
Bali) pada posisi 08o 20’ 24” LS – 114o 36’ 59” BT menunjukkan bahwa curah
hujan rata-rata tertinggi terjadi pada bulan Januari (306.1 mm) dan terendah terjadi
pada bulan Agustus dan (30.7 mm). Sedangkan hari hujan maksimum terjadi pada
Bulan Desember (22.1 hari) dan terendah terjadi pada Bulan Agustus (5.9 hari).
Berdasarkan gambar tersebut juga menunjukkan bahwa tren curah hujan
pada musim barat (Desember – Februari) yang tinggi, kemudian pada musim
peralihan I (Maret – Mei) menurun dan pada musim timur (Juni – Agustus) sangat
rendah, kemudian pada musim peralihan I (September – Nopember) kembali naik
lagi.

d.Arah dan Kecepatan Angin


Data arah dan kecepatan angin maksimum bulanan diperoleh dari Stasiun
Klimatologi Negara (Kabupaten Jembrana, Bali) selama 10 tahun terakhir yakni
Bulan Januari Tahun 2006 – Bulan April 2016 pada ketinggian alat 23.65 m di
atas permukaan laut untuk daerah cakupan Kabupaten Jembrana. Data angin
diperlukan untuk memprediksi gelombang laut dalam. Data tersebut cukup
representatif untuk memprediksi gelombang dan pengaruhnya terhadap
pembangkitan arus dan transpor sedimen menyusur pantai di perairan
Pengambengan.
Berdasarkan data angin tersebut kemudian dianalisis untuk menentukan
frekuensi dan persentase kecepatan angin sebagaimana disajikan pada Tabel
3.2, sedangkan Gambar 3.15 adalah windrose berdasarkan data dalam Tabel 3.3.
Berdasarkan gambar dan tabel tersebut, diperoleh arah angin maksimum
sebagian besar dari arah selatan (34.68%), kemudian dari arah tenggara
(24.19%), dengan kecepatan angin maksimum sebagian besar berkisar pada
interval 7.9 – 10.7 m/s (49.19%) dan 5.4 – 7.9 m/s (34.68%).

III - 10
Untuk perubahan arah dan kecepatan angin maksimum pada tiap musimnya
selama Tahun 1999 – 2009, sebagaimana disajikan pada Tabel (3.4 – 3.6) dan
Gambar (3.16 – 3.19) didapatkan bahwa untuk daerah Jembrana dan sekitarnya,
pada musim barat (Desember – Februari) arah angin sebagian besar berasal dari
selatan dan barat (masing-masing 34.38%), untuk kecepatannya sebagian besar
berkisar pada interval 5.4 – 7.9 m/s dan 7.9 – 10.7 m/s (masing-masing 34.38%).
Pada musim peralihan I (Maret – Mei), arah angin sudah berubah arah
dengan arah dominan dari selatan (50%), dengan kecepatan dominan naik pada
interval 7.9 – 10.7 m/s (43.75%). Sedangkan musim timur (Juni – Agustus)
kecepatan angin sudah berubah yakni dari arah tenggara (43.33%), dengan
kecepatan masih dominan pada interval 7.9 – 10.7 (73.33%). Pada musim
peralihan II (September – Nopember) arah angin kembali berubah (lebih
bervariasi) dari arah selatan (40%) dan tenggara (36.67%), dengan kecepatan
dominan kembali menurun pada interval 5.4 – 7.9 m/s dan 7.9 – 10.7 m/s (masing-
masing 46.67%).

Tabel 3.2. Frekuensi dan Persentase Angin Maksimum Selama Tahun 2006 –
2016
0 – 5.4 5.4 – 7.9 10.7 – 13.8 ≥ 13.8
Wind 7.9 – 10.7 m/s Total
m/s m/s m/s m/s
Direction
Frek % Frek % Frek % Frek % Frek % Frek %
N - - 2 1.61 4 3.23 1 0.81 - - 7 5.65
NE - - 1 0.81 - - - - - - 1 0.81
E 1 0.81 2 1.61 6 4.84 2 1.61 1 0.81 12 9.68
SE 1 0.81 12 9.68 16 12.90 - - 1 0.81 30 24.19
S 2 1.61 16 12.90 21 16.94 3 2.42 1 0.81 43 34.68
SW - - 3 2.42 2 1.61 - - - - 5 4.03
W 3 2.42 6 4.84 12 9.68 1 0.81 2 1.61 24 19.35
NW - - 1 0.81 - - 1 0.806 - - 2 1.61
Total 7 5.65 43 34.68 61 49.19 8 6.45 5 4.03 124 100
Sumber: PPN Pengambengan,2016

III - 11
NORTH

40%

32%

24%

16%

8%
WEST EAST

WIND SPEED
(m/s)
>= 13,8
10,7 - 13,8
SOUTH 7,9 - 10,7
Wind Rose 5,4 - 7,9

Location : Jembrana 0,0 - 5,4


Year : 2016 Calms: 0,00%

Gambar 3.15 Windrose Selama Tahun 2006-2016 Di Daerah Jembrana Dan


Sekitarnya.

Tabel 3.3. Frekuensi Dan Persentase Angin Maksimum Pada Musim Barat
Selama Tahun 2006-2016
0 - 5.4 5.4 - 7.9 7.9 - 10.7 10.7 - 13.8 ≥ 13.8
Wind Total
m/s m/s m/s m/s m/s
Direction
Frek % Frek % Frek % Frek % Frek % Frek %
N - - - - 1 3.13 1 3.13 - - 2 6.25
NE - - 1 3.13 - - - - - - 1 3.13
E 1 3.13 - - - - 1 3.13 - - 2 6.25
SE - - 1 3.13 - - - - - - 1 3.13
S - - 3 9.38 5 15.63 2 6.25 1 3.13 11 34.38
SW - - 3 9.38 1 3.13 - - - - 4 12.50
W 1 3.13 3 9.38 4 12.50 1 3.13 2 6.25 11 34.38
NW - - - - - - - - - - - -
Total 2 6.25 11 34.38 11 34.38 5 15.63 3 9.38 32 100
Sumber: PPN Pengambengan,2016

III - 12
NORTH

35%

28%

21%

14%

7%
WEST EAST

WIND SPEED
(m/s)
>= 13,8
10,7 - 13,8
SOUTH 7,9 - 10,7

Wind Rose 5,4 - 7,9


0,0 - 5,4
Location : Jembrana
Year : 2006-2016 Calms: 0,00%

Gambar 3.16 Windrose Musim Barat di Daerah Jembrana Dan


Sekitarnya.

Tabel 3.4. Frekuensi Dan Persentase Angin Maksimum Pada Musim Peralihan I
Selama Tahun 2006-2016
0 - 5.4 5.4 - 7.9 7.9 - 10.7 10.7 - 13.8 ≥ 13.8
Wind Total
m/s m/s m/s m/s m/s
Direction
Frek % Frek % Frek % Frek % Frek % Frek %
N - - - - 1 3.13 - - - - 1 3.13
NE - - - - - - - - - - - -
E - - 1 3.13 - - - - 1 3.13 2 6.25
SE - - 1 3.13 3 9.38 - - 1 3.125 5 15.63
S 1 3.13 7 21.88 7 21.88 1 3.13 - - 16 50.00
SW - - - - - - - - - - - -
W 1 3.13 2 6.25 3 9.38 - - - - 6 18.75
NW - - 1 3.13 - - 1 3.125 - - 2 6.25
Total 2 6.25 12 37.50 14 43.75 2 6.25 2 6.25 32 100
Sumber: PPN Pengambengan,2016

III - 13
NORTH

55%

44%

33%

22%

11%
WEST EAST

WIND SPEED
(m/s)
>= 13,8
10,7 - 13,8
SOUTH 7,9 - 10,7
Wind Rose 5,4 - 7,9
Location : Jembrana 0,0 - 5,4
Year : 2006-2016 Calms: 0,00%

Gambar 3.17 Windrose Musim Peralihan I di Daerah Jembrana dan


Sekitarnya

Tabel 3.5. Frekuensi Dan Persentase Angin Maksimum Pada Musim Timur
Selama Tahun 2006-2016
0 - 5.4 5.4 - 7.9 7.9 - 10.7 10.7 - 13.8 ≥ 13.8
Wind Total
m/s m/s m/s m/s m/s
Direction
Frek % Frek % Frek % Frek % Frek % Frek %
N - - - - - - - - - - - -
NE - - - - - - - - - - - -
E - - 1 3.33 5 16.67 1 3.33 - - 7 23.33
SE 1 3.33 4 13.33 8 26.67 - - - - 13 43.33
S - - - - 4 13.33 - - - - 4 13.33
SW - - - - - - - - - - - -
W - - 1 3.33 5 16.67 - - - - 6 20.00
NW - - - - - - - - - - - -
Total 1 3.33 6 20.00 22 73.33 1 3.33 - - 30 100
Sumber: PPN Pengambengan,2016

III - 14
NORTH

45%

36%

27%

18%

9%
WEST EAST

WIND SPEED
(m/s)
>= 13,8
10,7 - 13,8
SOUTH 7,9 - 10,7
Wind Rose 5,4 - 7,9
Location : Jembrana 0,0 - 5,4
Year : 2006-2016 Calms: 0,00%

Gambar 3.18. Windrose Musim Timur di Daerah Jembrana dan Sekitarnya

Tabel 3.6. Frekuensi dan Persentase Angin Maksimum pada Musim Peralihan II
Selama Tahun 2006-2016
10.7 - 13.8
Wind 0 – 5.4 m/s 5.4 - 7.9 m/s 7.9 - 10.7 m/s ≥ 13.8 m/s Total
m/s
Direction
Frek % Frek % Frek % Frek % Frek % Frek %
N - - 2 6.67 2 6.67 - - - - 4 13.33
NE - - - - - - - - - - - -
E - - - - 1 3.33 - - - - 1 3.33
SE - - 6 20.00 5 16.67 - - - - 11 36.67
S 1 3.33 6 20.00 5 16.67 - - - - 12 40.00
SW - - - - 1 3.33 - - - - 1 3.33
W 1 3.33 - - - - - - - - 1 3.33
NW - - - - - - - - - - - -
Total 2 6.67 14 46.67 14 46.67 - - - - 30 100
Sumber: PPN Pengambengan,2016

III - 15
NORTH

45%

36%

27%

18%

9%
WEST EAST

WIND SPEED
(m/s)
>= 13,8
10,7 - 13,8
SOUTH 7,9 - 10,7
Wind Rose 5,4 - 7,9
Location : Jembrana 0,0 - 5,4
Year : 2006-2016 Calms: 0,00%

Gambar 3.19. Windrose Musim Peralihan II di Daerah Jembrana dan Sekitarnya

2).Fisiografi
a. Kondisi Topografi

Kondisi topografi areal PPN Pengambengan merupakan daerah dataran


landai yang memanjang dari utara ke selatan yang terletak di sebelah barat Desa
Pengambengan berbatasan dengan Desa Tegal Badeng Barat. Area darat
berbatasan langsung dengan beberapa industri perikanan yang ada di sekitar PPN
Pengambengan. Areanya memanjang dan relatif sempit dengan elevasi sekitar 0
- 5 meter di atas permukaan laut dengan kemiringan 0 – 2 %. Kondisi topografi
PPN Pengambengan yang relatif landai ini memungkinkan areal lahan kosong
bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan/ fasilitas secara maksimal.
b. Kondisi Geologi
Berdasarkan data peta geologi Kabupaten Jembrana dapat diketahui bahwa
wilayah Kabupaten Jembrana terdiri dari lima jenis batuan yaitu: formasi gamping
agung, batuan gunung api Jembrana, formasi palasari, formasi alluvium, dan
formasi sorga. Pada daerah sekitar PPN Pengambengan, struktur geologinya
merupakan endapan alluvium dimana struktur geologi ini memanjang dari utara ke
selatan hingga dibatasi Sungai Sowan. Sedangkan ke arah utara sisi dalam dari
pantai ke darat, struktur geologinya berupa formasi Palasari, Konglomerat, Batu
Gamping, dan Terumbu.

III - 16
c. Kondisi Tanah

Wilayah Kabupaten Jembrana terdiri dari beberapa jenis tanah yaitu :


1) Tanah Latosol Coklat dan Litosol (Inceptisol);
2) Jenis tanah ini tersebar di empat wilayah Kabupaten Jembrana, yang paling
luas terdapat di Kecamatan Mendoyo (25.985 ha), di Kecamatan Melaya
(16.319 ha), Kecamatan Negara (14.130 ha), dan Kecamatan Pekutatan
(12.169 ha). Jenis tanah ini dibentuk oleh bahan induk abu vulkanik
intermediet dengan kandungan bahan organik yang rendah sampai sedang
dan pH berkisar antara 4,5 - 5,5;
3) Tanah Alluvial Coklat Kelabu;
4) Tanah ini merupakan tanah endapan sungai dengan luas kurang lebih
10.750 Ha sebagian besar terdapat di Kecamatan Negara (5.725 ha);
5) Tanah Mediretan Coklat;
6) Jenis tanah ini dibentuk oleh bahan induk batuan gamping dengan bentuk
morfologi bergelombang sampai berbukit bukit. Jenis tanah ini
mendominasi wilayah Kecamatan Melaya (1.878 ha);
7) Tanah Regosol Coklat Kelabu;
8) Jenis tanah ini sebagian besar terdapat di Kecamatan Negara seluas 772
ha dan di wilayah Kecamatan Mendoyo seluas 648 ha. Tanah ini terbentuk
oleh induk vulkanik intermedier dengan bentuk wilayah landai sampai
berombak;
9) Tanah Alluvial Hidromorf;
10) Jenis tanah ini terdapat di wilayah Kecamatan Negara khususnya di
sepanjang wilayah pantai selatan dan di sekitar Desa Pengambengan dan
Cupel. Luas jenis tanah ini kurang lebih 1420 Ha. Tanah ini merupakan
sedimen darat dan laut yang dibentuk oleh lempeng pasir dan pecahan
karang.
Masing-masing jenis tanah tersebut di atas mempunyai tekstur yang berbeda-
beda. Umumnya tekstur wilayah di Kabupaten Jembrana tergolong tekstur halus
(kandungan liat sangat tinggi). Sedangkan tekstur kasar (pasir dan lempung
berpasir) merupakan tekstur tanah yang terdapat di sepanjang pantai dari wilayah
Kabupaten Jembrana.

d. Sedimentasi
1). Arus Pantai dan Transpor Sedimen
Transpor sedimen menyusur pantai banyak menyebabkan permasalahan
pada daerah pantai terutama untuk alur pelayaran dan pelabuhan, sehingga
pemahaman akan hal tersebut sangat penting diketahui dan kemungkinan

III - 17
permasalahan dalam dampak pemanfaatan pantai dapat diketahui untuk
kemudian dapat dikurangi dampaknya. Analisis jumlah transpor dan sumber
sedimen diperlukan untuk pertimbangan pencegahan yang dapat dilakukan
maupun untuk penentuan waktu pengerukan.
Suatu pantai mengalami erosi, sedimentasi atau tetap stabil tergantung pada
sedimen yang masuk (suplai) dan yang keluar pantai tersebut. Erosi pantai terjadi
apabila di suatu pantai yang ditinjau mengalami kehilangan/pengurangan
sedimen, artinya sedimen yang terangkut lebih besar dari yang diendapkan.
Sebaliknya apabila sedimen yang masuk (suplai) lebih besar maka akan terjadi
sedimentasi.
Proses transformasi gelombang sampai terjadinya gelombang pecah di
pantai akan menimbulkan arus dan turbulensi yang sangat besar yang dapat
menggerakkan sedimen. Besar dan arah arus yang ditimbulkan tergantung pada
ketinggian dan sudut yang terbentuk yang dapat berupa arus menyusur pantai
(longshore current) dan tegak lurus pantai (rip current). Demikian juga halnya
dengan transpor sedimen berupa transpor menyusur pantai (longshore transport)
dan transpor tegak lurus pantai (onshore-offshore transport). Dalam studi ini hanya
menfokuskan pada arah arus dan transpor sedimen menyusur pantai sebagai
pengaruh gelombang.Perbedaan kecepatan arus berpengaruh terhadap transpor
sedimen, dimana semakin besar arus yang terbentuk maka transpor sedimennya
juga besar, baik berupa bed load (sedimen dasar) maupun suspended load
(sedimen tersuspensi) selain faktor lain seperti karakteristik butir sedimen dan
kemiringan pantai.
Berdasarkan bentuk pantai dan arah gelombang yang terbentuk pada
lokasi pantai di sekitar PPN Pengambengan menunjukkan bahwa arah arus dan
transpor sedimen bergerak sesuai arah dan sudut gelombang pecah yang
terbentuk sebagai pembangkit. Untuk arah pembangkitan gelombang dari timur
dan tenggara (dari pengamat yang berdiri di pantai menghadap ke arah laut)
menyebabkan arus dan transpor sedimen bergerak ke arah barat (kanan pantai),
sedangkan arah selatan, barat daya dan barat menyebabkan arus dan transpor
sedimen bergerak ke arah timur (kiri pantai).
Pada musim peralihan I, arus dan transpor sedimen sudah dominan dari
arah selatan (51.61%) dengan kecepatan dan transpor sedimen berkisar pada
0.12 – 0.16 m/s dan 2310 – 8583 m3/bln bergerak ke barat laut. Pada musim ini
kejadian arus dan transpor sedimen terbesar terjadi dari arah tenggara yakni 0.22
m/s dan 31052 m3/bln yang juga bergerak ke arah barat laut. Pada musim timur,
arah arus dan transpor sedimen sudah berubah arah dan lebih bervariasi dengan
arah tenggara terbanyak (43.33%) masing-masing 0.13 – 0.17 m/s dan 2409 –
9316 m3/bln bergerak ke barat laut.

III - 18
Pada musim peralihan II, arah arus dan transpor sedimen masih bervariasi
di mana dari arah selatan lebih banyak (46.15%) masing-masing 0.14 – 0.15 m/s
dan 1562 – 6040 m3/bln bergerak ke arah barat laut. Pada musim ini kejadian
arus dan transpor sedimen terbesar terjadi dari arah tenggara yakni 0.17 m/s dan
9015 m3/bln yang juga bergerak ke arah barat laut.
Perbedaan besar kecepatan arus dan transpor sedimen ini disebabkan
oleh perbedaan parameter gelombang pecah yakni tinggi dan sudut gelombang
pecah selain faktor kemiringan pantai dan karakteristik sedimennya pada setiap
musimnya, sehingga mempengaruhi arah arus dan transpor sedimen. Hal ini
terutama terjadi dari gelombang arah selatan dan tenggara, dimana gelombang
pecah dan arus yang terbentuk lebih besar dibandingkan dengan arah lainnya.

Tabel 3.7. Hasil Analisis Arus Dan Transpor Sedimen Setiap Musim Selama
Tahun 2006-2016
Musim Arah v (m/s) Q (m3/bln) Jumlah(%)
E 0.10-0.14 473-2601 6.90
SE 0.2 4661.0 3.45
Barat S 0.12-0.18 1947-16174 37.93
SW 0.08-0.09 315-627 13.79
W 0.08-0.13 208-3520 37.93
E 0.11-0.15 916-4250 6.45
SE 0.15-0.22 5332-31052 16.13
Peralihan I S 0.12-0.16 2310-8583 51.61
W 0.07-0.10 180-858 19.35
NW 0.09-0.11 319-998 6.45
E 0.11-0.13 1014-2011 23.33
SE 0.13-0.17 2409-9316 43.33
Timur
S 0.14-0.15 4409-6241 13.33
W 0.09-0.10 415-858 20.00
E 0.12 1336 3.85
SE 0.14-0.17 3903-9015 42.31
Peralihan II S 0.11-0.15 1562-6040 46.15
SW 0.09 552 3.85
W 0.08 215 3.85
Sumber : PPN Pengambengan,2016

2). Jumlah Sedimen


Analisis jumlah (budget) sedimen pantai digunakan untuk mengevaluasi sedimen
yang masuk dan keluar dari suatu pantai yang ditinjau. Analisis keseimbangan
budget sedimen pantai didasarkan pada hukum kontinuitas atau kekekalan massa
sedimen. Hasil analisis ini dapat dipergunakan untuk memperkirakan daerah
pantai yang mengalami erosi (abrasi) atau akresi (sedimentasi). Konsep
keseimbangan profil pantai menjadi perhatian jika gaya-gaya di alam yang
mempengaruhi keseimbangan pantai berubah berdasarkan variasi pasut,
gelombang, arus dan angin. Keseimbangan profil tersebut merupakan salah satu

III - 19
konsep yang sangat bermanfaat dalam menyajikan suatu kerangka kerja dalam
studi mengenai ketidakseimbangan dan selanjutnya angkutan sedimen tegak-
lurus maupun sejajar pantai pantai. Selain itu, dapat dimanfaatkan dalam suatu
desain studi yang didasarkan pada profil keseimbangan.
Besarnya laju transpor sedimen akan berpengaruh terhadap budget
sedimen di mana laju transpor sedimen sendiri tergantung pada sudut datang
gelombang, durasi dan energi gelombang. Dengan demikian gelombang besar
akan mengangkut material lebih banyak tiap satuan waktu daripada yang
digerakkan oleh gelombang kecil. Tetapi, jika gelombang kecil terjadi dalam waktu
yang lebih lama dari gelombang besar, maka gelombang kecil tersebut dapat
mengangkut sedimen lebih banyak daripada gelombang besar. Oleh karena itu,
karena arah gelombang selalu berubah maka arah transpor juga berubah dari
musim ke musim, hari ke hari atau dari jam ke jam.
Berdasarkan data studi Detail Engineering Desain (DED) PPN
pengambengan, 2016 didapatkan bahwa selama kurang lebih 10 tahun terakhir
(Januari 2006 – April 2016) untuk musim barat arah transpor sedimen meskipun
frekuensinya lebih banyak ke arah tenggara yakni 51.72% dibandingan dengan ke
arah barat laut hanya 48.28, akan tetapi volume transpor sedimennya lebih banyak
yakni 12.814 m3/10.3 thn berbanding 71650 m3/10.3 thn, sehingga budget
sedimen pada musim ini sebesar 58.835 (m3/10.3 thn) pada pantai bagian barat
laut. Pada musim peralihan I transpor sedimen sudah berubah arah yakni dominan
ke barat laut (74.19% atau 127441 m3/10.3thn) dibandingkan ke barat hanya
25.81% (4640 m3/10.3thn). Budget pada musim ini sebesar 122801 (m3/10.3thn)
pada pantai bagian barat laut. Pada musim timur transpor sedimen masih
dominan bergerak ke arah barat laut (80% atau 113883 m3/10.3thn dibandingkan
yang ke arah tenggara hanya 20% (3899 m3/10.3thn), sehingga budget sedimen
pada musim ini sebesar 8378 (m3/10.3thn) pada pantai bagian barat laut.
Demikian halnya pada musim peralihan II, transpor sedimen masih
dominan bergerak ke arah barat laut yakni 92.31% (112718 m3/10.3thn)
dibandingkan yang ke arah barat yakni hanya 7.69% (767 m3/10.3thn), sehingga
budget pada musim ini sebesar 111951 (m3/10.3thn) pada pantai bagian barat
laut.

III - 20
Tabel 3.8. Hasil Analisis Budget Sedimen Pantai Pada Perairan Pengambengan
(Kab. Jembrana)
Budget Tot Q
Q Budget Q
3 Jumlah Transpor (Tahun 2006-
Musim (m /10.3 (m3/10.3
(%) Sedimen 2016)
year) year)
(m3/10.3 year)
Ke Barat
-71650 48.28
Laut
Barat -58835
Ke
12814 51.72
Tenggara
Ke Barat
-127441 74.19
Laut
PI -122801
Ke
4640 25.81
Tenggara
-403571
Ke Barat
-113883 80.00
Laut
Timur -109984
Ke
3899 20.00
Tenggara
Ke Barat
-112718 92.31
Laut
PII -111951
Ke
767 7.69
Tenggara
Keterangan : nilai (-) menunjukkan transpor sedimen (Q) bergerak ke arah barat laut dan nilai (+)
bergerak ke arah tenggara.

Berdasarkan hasil analisis budget sedimen selama 10 tahun terakhir


(Januari 2006 sampai dengan April 2016 sebagaimana ditunjukkan pada Tabel
3.8, menunjukkan bahwa semua budget sedimen berada pada pantai barat laut
(403571 m3/10.3thn). Akan tetapi, dengan adanya bangunan breakwater
(pemecah gelombang yang menyambung pantai) menyebabkan sedimen
terperangkap pada sebelah tenggara atau sisi kiri (pengamat menghadap ke laut)
PPN Pengambengan.
3). Perubahan Garis Pantai
Perubahan garis pantai merupakan hasil analisis dari budget sedimen.
Pada bagian ini dijelaskan tentang bagaimana model perubahan garis pantai yang
terjadi di lokasi studi yang terletak di Kecamatan Negara. Model garis pantai ini
dibuat dengan model matematik yang didasarkan pada budget sedimen pantai
pada daerah yang ditinjau. Akibat pengaruh transpor sedimen sepanjang pantai,
sedimen dapat terangkut sampai jauh dan menyebabkan perubahan garis pantai.
Untuk mengembalikan perubahan garis pantai pada kondisi semula diperlukan
waktu yang cukup lama.
Model perubahan garis pantai didasarkan persamaan kontinuitas sedimen,
dimana pantai dibagi menjadi sejumlah sel (ruas). Kemudian diselesaikan secara
numerik dengan menggunakan metode beda hingga. Input dalam model ini adalah
garis pantai awal, arah gelombang laut tinggi, gelombang pecah dan kedalaman

III - 21
saat gelombang pecah. Setiap sel pantai dengan panjang yang sama yakni 32 m,
dengan input data gelombang selama 10 tahun untuk setiap bulannya.
Berdasarkan hasil perbandingan analisis citra satelit yakni Landsat 7 ETM
(tahun 2007) dan citra SPOT (tahun 2013), menunjukkan adanya perubahan profil
garis pantai yang cukup signifikan, sebagaimana disajikan pada Gambar 3.20.
Pada gambar tersebut menunjukkan bahwa proses sedimentasi yang cukup besar
(± 150 m selama 6 tahun terakhir) adalah pada sisi kiri breakwater dan kolam
pelabuhan. Proses sedimentasi ini akibat adanya breakwater yang dibangun
menyambung pantai, sehingga dapat menahan laju sedimen yang harusnya
bergerak ke pantai barat laut (sisi kanan pelabuhan). Sedimen tersebut umumnya
berasal dari sisi kanan dan sisi kiri pelabuhan. Di mana pada daerah ini cukup
besar mengalami abrasi (± 20 m selama 6 tahun terakhir).
Proses sedimentasi dan abrasi ini sangat tergantung dengan pola
perubahan angin yang membangkitkan gelombang. Berdasarkan hasil analisis 10
tahun terakhir menunjukkan bahwa arah angin yang membangkitkan gelombang
dari arah selatan, dan tenggara yang menyebabkan arus dan transpor sedimen
bergerak ke sisi kanan pantai (pantai barat laut) lebih dominan dibandingan
dengan arah angin yang membangkitkan gelombang dari arah barat daya, barat
dan barat laut yang menyebabkan arus dan transpor sedimen bergerak ke sisi kiri
pantai (pantai tenggara).
Berdasarkan hal tersebut di atas, menunjukkan bahwa Pantai
Pengambengan merupakan daerah yang mengalami potensi abrasi yang sangat
besar, sehingga perlu ada penanganan khusus misalnya dengan membangun
seawall, pelindung pantai lainnya. Hal ini untuk menjaga agar stabilitas pantai
tetap terjaga. Sedangkan di lokasi PPN Pengambengan, yang mengalami
sedimentasi, perlu penataan ulang bentuk breakwater, karena adanya
sedimentasi ini akan menyebabkan tertutupnya kolam pelabuhan dan menganggu
aktifitas pelabuhan itu sendiri.

III - 22
STUDI DED, REVIEW
114°33'20" 114°34'00" 114°34'40" 114°35'20"
DELH
MASTER PLAN DAN AMDAL
8°22'00" S 8°22'00" S PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA
PPN Pengambengan

114°36'00" T
114°32'40" T
PENGAMBENGAN

9074000 mU
KAB. JEMBRANA
PROV. BALI
N

W E

S
KABUPATEN JEMBRANA Skala 1:20.000
300 0 300 600 Meter
KECAMATAN NEGARA

PETA INDEKS
114°40' 115°00' 115°20' 115°40'
8°22'40"

8°22'40"
Tangi
Puana Anyar

8°00'

8°00'
LA U T B AL I

9073000

Se la
8°20'

8°20'
P. B A L I

tB
a li
8°40'

8°40'
Tengah

Tangr Kelod

9°00'

9°00'
SA MU DE R A H IND IA

114°40' 115°00' 115°20' 115°40'


 Proyeksi
G rid
: ...............
: ...............
Transverse Mercator
G rid G eografi dan G rid UT M

9072000
KETERANGAN
8°23'20"

8°23'20"
Kelapabalian #
Y Ibu K ota K abupaten Batas Kabupaten
Y
# Ibu K ota K ecam atan Batas Kecamatan
PPN Sungai
Munduk

Jalan Negara G aris P antai
S

Jalan P rovinsi Pem ukiman


E

Jalan K abupaten
5 G aris K ontur
L

Jalan Lain
A
T

Ketapang Garis Pantai


Pantai Tahun 2002
B

Pantai Tahun 2008

9071000
A

Abrasi
L

Sedim entasi
I

Tg. Lampu
Ketapang Muara
8°24'00"

8°24'00"
Tg. Sowan
Gambar :
Peta Perubahan Garis Pantai

9070000 mU
Sum ber :
- P eta Digital RBI, B AKO S URT ANA L, 2004
- Citra Landsat ET M 7, 2002
- Citra SP O T 5, 2008
- S urvei Lapangan, 2009

114°36'00" T
114°32'40" T

Departemen Kelautan dan Perikanan


115°45' T

Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap


Satker PPN Pengambengan
8°24'40" S 8°24'40" S
114°33'20" 114°34'00" 114°34'40" 114°35'20" PT. Paksigurdha Paramarta
230000 m T 231000 232000 233000 234000 235000 m T Jakarta

Gambar 3.20. Peta Sedimentasi di Sepanjang Pantai Pengambengan Kabupaten Jembrana

III - 23
3).Kualitas Air Laut
Pengukuran kualitas air laut dan sedimen di sekitar PPN Pengambengan
dilakukan pada bulan Mei 2017. Pengambilan sampel air laut diambil pada tiga
titik. Hasil pengukuran analisis berdasarkan Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut Untuk
Perairan Pelabuhan serta dengan baku mutu sesuai dengan peruntukannya
yang mengacu kepada Peraturan Gubernur Bali Nomor 16 Tahun 2016 tentang
Baku Mutu Lingkungan dan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup. Hasil
pengukuran kualitas air laut di wilayah PPN Pengambengan meliputi parameter
sifat fisik, kimia, dan biologi air laut disajikan pada Tabel 3.9 di bawah ini.

Tabel 3.9. Hasil Analisis Kualitas Air Laut di Sekitar PPN Pengambengan
No Parameter Satuan Hasil Pengukuran Baku Mutu
I II III

1 TSS mg/l 3,4 2,8 3,7 Karang 20


Mangorve 80
lamun 20
2 Kecerahan 4 3 5 >3
0
3 Suhu C 26,9 27,1 27,1 Alami
-
4 Lapisan Minyak Nihil Nihil Nihil Nihil
-
5 Sampah Ada Nihil Nihil Nihil
6 pH - 7,8 7,8 7,8 7,5-8
0
7 Salinitas /00 29,8 30,1 29,8 33-34
8 Amoniak (NH3) mg/l 0,044 0,036 0,045 0,3
9 Sulfida (H2S) mg/l <0,01 <0,01 <0,01 0,01
10 Fenol mg/l <0,011 <0,013 <0,024 0,002
11 Minyak dan lemak mg/l <0,5 <0,5 <0,5 1
12 Timbal (Pb) mg/l <0,0006 <0,0006 <0,0008 0,008

Sumber: Hasil Pengukuran,2017


Lokasi I : LS 08o 23.098 BT 114 o 34.467
Lokasi II : LS 08 o 24.055 BT 114 o 33.326
Lokasi III : LS 08 o 24.066 BT 114 o 33 654
Keterangan: Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 tentang Baku
Mutu Air Laut Untuk Perairan Pelabuhan Lampiran I, Peraturan Gubernur Bali No
16 Tahun 2016.

Berdasarkan hasil pengukuran parameter sifat fisika air laut, diketahui


bahwa Padatan Tersuspensi Total (TSS), Kecerahan, dan Suhu (temperatur)
masih berada dalam ambang batas yang persyaratkan. Hasil pengukuran dan
analisa parameter sifat kimia air laut diketahui bahwa: pH, Salinitas, Sulfida,
Amoniak, Minyak dan Lemak, dan Timbal (Pb) masih berada di bawah ambang
batas yang diperbolehkan menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut Untuk Perairan Pelabuhan
Lampiran III dan Pergub Bali No. 16 Tahun 2016. Pada semua lokasi
pengukuran ditemukan kadar amoniak dan kadar fenol telah melampaui standar
nilai baku mutu. Keberadaan ammoniak dan fenol yang melebihi nilai baku mutu

III - 24
tersebut di duga akibat aktivitas di sekitar pantai utamanya industri pengolahan
ikan yang memebuang langsung limbah ke laut.

4).Hidro-oseanografi
a).Batimetri
Peta batimetri sebagaimana disajikan pada Gambar 3.21 dan Gambar
3.22 (3-dimensi) merupakan hasil pengukuran. Berdasarkan peta tersebut dapat
dijelaskan bahwa profil batimetri di perairan Jembrana umumnya sangat landai
(kemiringan <2o) dengan bentuk kontur yang sejajar garis pantai dan teratur.
Kedalaman terebut disurutkan terhadap LWS (Low Water Spring).
Umumnya pada interval kedalaman 0 – 2 m rata-rata pada jarak 250 m
dari garis pantai. Profil kedalaman di perairan Jembrana sangat dipengaruhi oleh
proses sedimentasai dan erosi. Proses tersebut sangat tergantung oleh
dinamika hidrooseanografi baik dari laut maupun dari sungai. Akibat proses ini,
sehingga profil kedalaman di perairan ini tidak beraturan, di mana banyak
terdapat sand dune (gumuk pasir) yang tidak beraturan sebagai akibat pengaruh
gelombang. Selain itu profil batimetri juga sangat dipengaruhi oleh pola sebaran
sedimen dari laut maupun daratan yang menyebabkan adanya sedimentasi yang
mengendap pada daerah-daerah tenang (pada daerah dengan kecepatan arus
sangat lemah).
Akibat adanya bangunan pantai yakni breakwater/bangunan pantai yang
menyambung ke pantai (PPN Pengambengan), sangat berpengaruh besar
terhadap, perubahan profil kedalaman dan garis pantai. Hal ini sangat jelas
terlihat adanya sedimentasi yang cukup besar disisi kiri breakwater, selain itu
kolam pelabuhan juga terjadi sedimentasi. Hal ini dibuktikan dengan substrat
sedimen di kolam pelabuhan merupakan substrat berlumpur. Sedimen yang
mengendap tersebut berasal dari sisi kanan pelabuhan dan sisi kiri pelabuhan.
Bentuk kontur kedalaman dan garis pantai pada daerah lokasi studi sering
berubah-ubah, akibat proses sedimentasi maupun abrasi pada setiap perubahan
musim. Perubahan profil kedalaman tidak berubah secara signifikan, akan tetapi
perubahan garis pantai cukup signifikan. Hal ini karena pantai Pengambengan
sangat terbuka terhadap gelombang dari Samudera Hindia.

III - 25
114°34'00" 114°34'30"
8°22'00" S 8°22'00" S STUDI DED, REVIEW

114°35'00" T
114°33'30" T
MASTER PLAN DAN AMDALDokumen Evaluasi
PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA
PENGAMBENGAN
Lingkungan Hidup
KAB. JEMBRANA PPN Pengambengan
PROV. BALI

W E

S
Skala 1:15.000
DESA TEGAL BADENG BARAT
300 0 300 600 Meter

8°22'30"
8°22'30"

PETA INDEKS
114°40' 115°00' 115°20' 115°40'

Mandar

8°00'

8°00'
LA U T B AL I
#

Puana
#

S el a t
8°20'

8°20'
P. B A L I
#

Ba
li
8°40'

8°40'
9°00'

9°00'
Tengah SA MU DE R A H IN DIA

8°23'00"
8°23'00"

114°40' 115°00' 115°20' 115°40'


Proyeksi : ............... Transverse Mercator
G rid : ............... G rid G eografi dan G rid UT M

KETERANGAN
#
Y Ibu K ota K abupaten Batas Kabupaten
#
Y
# Ibu K ota K ecam atan Batas Kecamatan
 PPN Pengam bengan Sungai

Jal an G aris P antai
Pem uki man
Kelapabalian
#
5 G aris K ontur

Garis Pan tai


G aris K ontur Batim etri (Interval 1 m )
8°23'30"

8°23'30"
(K edalam an disurutkan terhadap LW S)

BM

S
E HAT
L
A 2.84
3.13
T MHH W S

B 2.75
A #

Tg. Lampu MHH W N

L 1.98

I MS L
1.70
10
8°24'00"

8°24'00"

MLL W S
1.42
MLL W N

0.49

HAT

0.26
8°24'30"

8°24'30"
5

Gambar :
Peta Kontur Batimetri

Sum ber :
15 - P eta Di gi tal RBI, B AKO S URT ANA L, 2004
- Citra Landsat ET M 7, 2002
- Citra SP O T 5, 2008
- S urvei Lapangan, 2009
114°35'00" T
114°33'30" T

Departemen Kelautan dan Perikanan


20 Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap
Satker PPN Pengambengan
8°25'00" S 8°25'00" S
114°34'00" 114°34'30" PT. Paksigurdha Paramarta
Jakarta

Gambar 3.21. Peta Batimetri di Perairan Pengambengan

III - 26
Gambar 3.22. Peta 3-Dimensi Kontur Batimetri Wilayah Studi

III - 27
b). Pasang-Surut
1). Kondisi Pasang Surut
Data pasang surut berdasarkan hasil pengukuran oleh Searcom
(dengan alat semidigital), dengan interval setiap 1 menit selama 15 hari (28
April – 12 Mei 2016) di PPN Pengambengan yang terletak pada posisi 114o
34’ 12” BT dan 08o 23’ 24” LS dengan waktu tolok GMT +08.00. Data tersebut
kemudian difilter untuk interval setiap 1 jam.

2). Konstanta Harmonik Pasang Surut


Hasil analisis harmonik pasut dengan Metode Admiralty, diperoleh 9
(sembilan) konstanta harmonik utama untuk amplitudo (A) dan beda fase (g°)
pada perairan Pantai Pengambengan sebagaimana disajikan pada Tabel
3.10. Pada tabel tersebut juga disajikan hasil analisis dari Bakosurtanal
(dengan metode analisis Leas Squares). Kedua hasil analisis menunjukkan
konstanta amplitudo yang hampir sama.

Tabel 3.10. Hasil Analisis Harmonik Pasang Surut Perairan Pantai


Pengambengan
Komponen
So M2 S2 N2 K1 O1 M4 MS4 K2 P1
Pasut
A (cm)
169.8
Admiralty 9
66.65 38.79 12.47 23.50 14.57 0.48 0.71 10.47 7.75

Leas Squares 168 66.45 32.98 11.79 25.80 14.08 0.26 0.56 8.91 8.52

g(°)
Admiralty – 307.10 348.41 281.79 290.66 298.55 97.03 156.27 348.41 290.66

Leas Squares – 279.32 353.19 244.59 296.64 266.55 82.46 176.93 353.19 296.64

Berdasarkan Tabel 3.10 di atas, menunjukkan bahwa amplitudo


komponen pasang surut ganda utama atau komponen semi diurnal tides
akibat pengaruh bulan (M2 dan S2) tersebut lebih besar dibandingkan dengan
komponen pasang surut harian utama atau komponen diurnal tides akibat
pengaruh matahari (K1 dan O1) yakni 66.65 cm dan 38.79 cm berbanding
dengn 23.50 cm dan 14.57 cm (dengan metode admiralty), 66.45 cm dan
32.98 cm berbanding dengn 25.80 cm dan 14.08 cm (dengan metode Leas
Squares). Komponen inilah yang mempengaruhi tipe pasang surut di perairan
ini. Pasang surut di perairan ini merupakan rambatan pasang surut dari
pengaruh Laut Jawa melalui Selat Bali dan sebagian dari Samudera Hindia.

III - 28
3). Tipe Pasang Surut
Berdasarkan nilai konstanta harmonik pasang surut yang didapatkan,
maka diperoleh bilangan Formzahl (F) sebesar 0.36 (dengan metode
admiralty) dan 0.40 (dengan metode Leas Squares), maka berdasarkan
kriteria courtier range nilai tersebut termasuk dalam tipe pasut campuran
condong keharian ganda (mixed tide prevailing semi diurnal) yang
menunjukkan dalam satu hari pengamatan terjadi dua kali air pasang dan dua
kali air surut, tetapi tinggi dan periodenya berbeda. Pola yang sama ditunjukan
dari hasil pengukuran dengan hasil peramalan menggunakan software pasang
surut yang dikembangkan BPPT (1998) baik dari konstanta admiralty maupun
leas squares. Hasil yang diperoleh ini sesuai dengan yang digambarkan oleh
Pariwono (1989) dalam Ongkosongo dan Suyarso (1989) tentang tipe pasut
pada perairan Indonesia bagian timur.

4). Tunggang Air Pasang Surut


Tunggang air pasang surut pada penelitian ini menggunakan datum referensi
terhadap MSL (Mean Sea Level) artinya kedalaman MSL adalah 0 (nol). Pada
Tabel 3.11 disajikan tunggang air pasang surut untuk tipe pasang surut semi
diurnal.

Tabel 3.11. Tunggang Air Pasang Surut Untuk Tipe Pasang Surut Mixed
Tide Prevailing Semi Diurnal Pada Referensi MSL Dan Palem
Pasut.
Formula Referensi
Karakteristik
Pasang Surut (Iwagaki dan Sawaragi 1979; Beer 1997 Palem Pasut
MSL (cm)
dalam Baharuddin 2006) (cm)

HAT = LAT + 2(K1+O1+S2+M2) 143.51 313.40


MHHWS = LAT + 2*(S2+M2) + (K1+O1) 105.44 275.33
MHHWN = LAT + O1 + K1+ 2*M2 27.86 197.75
MSL 169.89
MLLWN = LAT + K1 + O1+ 2*S2 -27.86 142.03
MLLWS = LAT + K1 + O1 -105.44 48.71
LAT = MSL – AK1 – AO1 – AS2 – AM2 -143.51 26.38
Tidal Range = MHHWS – MLLWS 226.62

III - 29
Nilai tunggang air pasang surut pasang purnama (spring tide), pada air
tinggi rata-rata pasang (MHHWS) sebesar 275.33 cm atau sebesar 105.44 cm
di atas MSL dan air rendah pada rata-rata surut (MLLWS) adalah 48.71 cm
atau –105.44 cm di bawah MSL. Untuk nilai tunggang air pasang surut pada
saat pasang perbani (neap tide), air tinggi rata-rata pasang (MHHWN)
sebesar 197.75 cm atau sebesar 27.86 cm di atas MSL sedang untuk air
rendah pada rata-rata surut (MLLWN) sebesar 142.03 cm atau –27.86 cm di
bawah MSL. Untuk nilai Air tinggi tertinggi pada pasang besar (HAT) adalah
313.40 cm atau 143.51 di atas MSL dan nilai air rendah terendah pada surut
besar (LAT) adalah 26.38 cm atau –143.51 di bawah MSL. Untuk nilai
tunggang pasut antara MHHWS dan MLLWS (tidal range) adalah 226.62 cm.

c).Pola dan Kecepatan Arus Pasang Surut Berdasarkan Model


Pola dan kecepatan arus pasang surut ini di analisis berdasarkan model
SMS (Surface Modeling System). Model SMS menggunakan persamaan
kontinuitas dan persamaan momentum dengan perata-rataan kedalaman
dalam memodelkan pola dan kecepatan arus pasut. Penyelesaian persamaan
tersebut menggunakan pendekatan metode beda hingga (finite difference).
Input data yang digunakan adalah data dari hasil pengukuran pasang surut
selama 15 hari (28 April – 12 Mei 2016) dan input data batimetri. Dari hasil
model tersebut diperoleh empat bentuk pola arus pasang surut yakni peta pola
arus pasang surut saat pasang tertinggi, pola arus pasang surut saat menuju
pasang, pola arus pasang surut saat surut terendah, dan pola arus pasang
surut saat menuju surut.(Gambar 3.23-2.26)
Saat menuju pasang, kecepatan arus pasut tidak jauh berbeda dengan
saat menuju surut yakni 0.221 m/s dan 0.230 m/s. Demikian halnya dengan
saat pasang maksimum 0.023 m/s dan 0.029 m/s pada saat surut minimum.
Perbedaan terjadi pada pola arus, yang menunjukkan bahwa saat pasang,
arus memasuki daerah pantai, sedangkan surut, arus meninggalkan pantai,
selain itu pengaruh adanya pertemuan massa air dari Selat Bali dan massa air
dari Samudera Pasifik sangat mempengaruhi pola arus di lokasi studi.

III - 30
0.23 m/s

Kecepatan Arus (m/s)

Maksimum : 0.023
Minimum : 0.000
Rata-rata : 0.009

Posisi Pasut

Gambar 3.23. Peta Pola Arus Pasang Surut Saat Pasang Tertinggi

III - 31
0.23 m/s

Kecepatan Arus (m/s)

Maksimum : 0.221
Minimum : 0.000
Rata-rata : 0.058

Posisi Pasut

Gambar 3.24 Peta Pola Arus Pasang Surut Saat Menuju Pasang

III - 32
0.23 m/s

Kecepatan Arus (m/s)

Maksimum : 0.029
Minimum : 0.000
Rata-rata : 0.015

Posisi Pasut

Gambar 3.25. Peta Pola Arus Pasang Surut Saat Surut Maksimum

III - 33
0.23 m/s

Kecepatan Arus (m/s)

Maksimum : 0.230
Minimum : 0.000
Rata-rata : 0.064
Posisi Pasut

Gambar 3.26. Peta Pola Arus Pasang Surut Saat Menuju Surut

III - 34
d).Kondisi Gelombang
Prediksi parameter gelombang dengan menggunakan metode SMB
(Sverdrup Munk Bretschneider), metode ini berdasarkan pertumbuhan energi
gelombang dengan mentransformasikan data angin dari pengukuran di darat
menjadi angin laut. Berdasarkan hasil analisis data angin maksimum bulanan
yang dapat membangkitkan gelombang pada wilayah studi adalah dari timur,
tenggara, selatan, barat daya dan barat sedangkan dari arah lain tidak
digunakan, oleh karena angin tersebut dianggap dari darat yang tidak dapat
membangkitkan gelombang.
Pada musim peralihan I arah gelombang yang terbentuk sudah dominan
dari arah selatan (51.61%) dengan tinggi dan periode gelombang berkisar
pada interval 1.3 m – 2.4 m dan 5.8 s – 7.1 s. Tinggi dan periode gelombang
maksimum terjadi dari arah tenggara yakni 3.9 m dan 8.7 s yang merupakan
gelombang badai. Pada musim timur gelombang sudah berubah arah dan
lebih bervariasi dengan arah tenggara terbanyak (43.33%), tinggi dan periode
gelombang berkisar pada interval 1.3 m – 2.3 m dan 6.0 s – 7.3 s.
Pada musim peralihan II gelombang kembali berubah arah dari arah
selatan (46.15) dengan tinggi dan periode gelombang berkisar pada interval
1.1 – 2.0 m dan 5.5 s – 6.7 s. Tinggi dan periode gelombang tertinggi terjadi
dari arah tenggara yakni 2.3 m dan 7.3.
Dari hasil prediksi gelombang menunjukkan bahwa setiap musim
parameter gelombang yang terbentuk terjadi perbedaan. Hal ini disebabkan
karena adanya perbedaan faktor yang mempengaruhi dan membangkitkan
gelombang seperti kecepatan angin, durasi, arah angin, dan fetch (CHL
2016). Angin yang berhembus di atas permukaan laut menimbulkan tegangan
pada permukaan laut, dimana semakin lama angin bertiup, semakin besar
pula energi yang dapat membangkitkan gelombang.
Perbedaan faktor tegangan angin (UA) dan panjang fetch (Feff)
mempengaruhi tinggi dan periode gelombang signifikan (Hmo dan Ts). Dari
Tabel 3.12 menunjukkan bahwa faktor tegangan angin yang diperoleh dari
koreksi kecepatan angin darat menjadi angin laut dari kelima arah angin
maupun panjang fetch perbedaanya cukup besar, terutama dari arah tenggara
dan selatan yang cukup terbuka (berhadapan langsung dengan Samudera
Hindia, sedangkan ketiga arah lainnya dihalangi oleh Pulau Jawa dan
sebagian Pulau Bali. Hal ini disebabakan karena faktor tegangan angin dan
panjang fetch membatasi waktu yang diperlukan gelombang untuk terbentuk
akibat energi yang ditransfer angin juga terpengaruh, sehingga faktor
tegangan angin berpengaruh terhadap tinggi, periode dan durasi pertumbuhan
gelombang (CERC 1984). Hal ini terlihat pada semua arah disetiap musim.

III - 35
Panjang gelombang (Lo) di laut dalam hanya dipengaruhi oleh periode
gelombang, dimana semakin besar periodenya maka kecepatan dan panjang
gelombangnya juga besar, sebagaimana terlihat pada Tabel 3.12. Gelombang
yang merambat dari laut dalam (deep water) menuju pantai mengalami
perubahan bentuk yang disebabkan oleh proses transformasi seperti refraksi
dan shoaling karena pengaruh perubahan kedalaman laut, difraksi, dan
refleksi. Berkurangnya kedalaman laut menyebabkan semakin berkurangnya
panjang dan kecepatan gelombang serta bertambahnya tinggi gelombang.
Pada saat kelancipan gelombang (steepnes) mencapai batas maksimum,
gelombang akan pecah dengan membentuk sudut tertentu terhadap garis
pantai.

Tabel 3.12. Hasil Analisis Parameter Gelombang Setiap Musim Selama Tahun 2006-2016

F UA Hmo T Lo Hb db Jumlah
Musim Arah
(m) (m/s) (m) (s) (m) (m) (m) (%)
E 42711 7.2-14.8 0.8-1.6 4.2-5.4 27.5-44.8 0.78-1.54 0.98-1.94 6.90
SE 126227 9.5 1.7 6.6 68.5 1.97 2.5 3.45
Barat S 97441 7.7-19.8 1.2-3.2 5.7-7.8 50.3-94.0 1.42-3.40 1.79-4.31 37.93
SW 22842 8.3-11.7 0.6-0.9 3.6-4.0 20.1-25.2 0.70-0.96 0.89-1.22 13.79
W 22313 7.2-24.4 0.5-1.9 3.4-5.1 17.9-40.5 0.60-1.89 0.76-2.40 37.93
E 42711 9.5-18.3 1.0-1.9 4.6-5.7 33.2-51.5 1.01-1.87 1.28-2.37 6.45
SE 126227 10.1-21.4 1.8-3.9 6.8-8.7 71.2-117.7 2.08-4.20 2.62-5.32 16.13
Peralihan
S 97441 8.3-14.8 1.3-2.4 5.8-7.1 52.9-77.6 1.52-2.60 1.92-3.29 51.61
I
W 22313 6.5-12.8 0.5-1.0 3.3-4.1 16.8-26.3 0.55-1.03 0.70-1.31 19.35
NW 17503 10.1-16.6 0.7-1.1 3.5-4.1 19.1-26.7 0.66-1.06 0.84-1.35 6.45
E 42711 10.1-13.3 1.1-1.4 4.7-5.2 34.6-41.6 1.07-1.39 1.35-1.75 23.33
SE 126227 7.2-12.8 1.3-2.3 6.0-7.3 56.7-83.5 1.51-2.59 1.91-3.28 43.33
Timur
S 97441 11.2-12.8 1.8-2.0 6.4-6.7 64.2-70.2 1.99-2.26 2.52-2.86 13.33
W 22313 9.5-12.8 0.7-1.0 3.7-4.1 21.6-26.3 0.78-1.03 0.99-1.31 20.00
E 42711 11.2 1.2 4.9 37.0 1.18 1.5 3.85
SE 126227 8.9-12.8 1.6-2.3 6.5-7.3 65.7-83.5 1.86-2.59 2.34-3.28 42.31
Peralihan S 97441 46.15
7.2-12.8 1.1-2.0 5.5-6.7 47.7-70.2 1.32-2.26 1.66-2.86
II
SW 22842 10.6 0.8 3.9 23.6 0.88 1.1 3.85
W 22313 7.2 0.5 3.4 17.9 0.60 0.8 3.85
Sumber : Hasil Analisis (2016)

Berdasarkan bentuk pantai dan arah angin yang dapat membangkitkan


gelombang pada lokasi studi, maka pola transformasi disesuaikan dengan
kondisi tersebut. Pola transformasi ini dihasilkan dari model RCPWave. Hasil
setiap transformasi dan kontur puncak gelombang dari arah timur, tenggara,
selatan, barat daya, barat dan barat laut, sebagaimana disajikan pada
Gambar 3.27-2.32 Dari gambar tersebut menunjukkan bahwa pantai dengan
bentuk kontur kedalaman gabungan antara submarine ridge (kontur yang
menjorok ke luar) dan submarine canyon (kontur yang menjorok ke dalam)

III - 36
terlihat adanya perubahan garis ortogonal gelombang yakni garis yang tegak
lurus dengan garis puncak gelombang dan menunjukkan arah perambatan
gelombang yang membelok dan berusaha untuk tegak lurus dengan garis
kontur, sedangkan garis puncak gelombang berusaha sejajar dengan garis
kontur saat menuju perairan yang lebih dangkal (proses refraksi).

Hal ini disebabkan karena adanya perubahan kecepatan rambat


gelombang, dimana perubahan cepat rambat gelombang terjadi di sepanjang
garis puncak gelombang yang bergerak dengan membentuk sudut terhadap
kontur, karena bagian dari gelombang di laut dalam bergerak lebih cepat dari
pada bagian laut yang lebih dangkal. Perubahan tersebut menyebabkan
puncak gelombang membelok dan berusaha untuk sejajar dengan garis kontur
kedalaman. Perubahan tersebut juga berpengaruh terhadap tinggi
gelombang, dengan menganggap periode konstan, tinggi gelombang mula-
mula menurun di perairan transisi dan dangkal namun di perairan yang sangat
dangkal tinggi gelombang membesar sampai terjadi pecah (Latief 1994).
Proses ini dikenal sebagai shoaling yakni proses pembesaran tinggi
gelombang karena pendangkalan kedalaman.

Akibat pola refraksi dan shoaling, gelombang akan lebih kecil dari
gelombang laut dalam, hal ini terutama gelombang yang berasal dari timur. Di
mana, karena bentuk garis pantai di lokasi studi merupakan pantai yang
menghadap barat daya, menyebabkan arah gelombang dari timur akan
membelok menuju pantai. Dari pembelokkan arah gelombang tersebut, maka
ketinggian gelombangnya akan menurun akibat kecepatan dan panjang
gelombang berkurang.

Bentuk batimetri yang tidak teratur, di mana banyak terdapat gundukan


pasir (sand dune) yang menonjol ke permukaan menyebabkan gelombang
pecah sudah terjadi sebelum sampai ke pantai. Kekuatan energi gelombang
pada saat gelombang pecah tersebut sangat besar dan hal tersebut yang
dapat menyebabkan terbentuknya pola longshore current maupun rip current
yang dapat menggerakan sedimen sesuai dengan sudut gelombang yang
terbentuk. Sehingga menyebabkan adanya proses sedimentasi dan abrasi.
Konvergensi (penguncupan gelombang) umumnya terjadi pada garis
kontur/pantai yang menjorok ke luar maupun daerah sund dune dan
breakwater sedangkan divergensi (penyebaran gelombang) terjadi pada garis
kontur/pantai yang menjorok ke dalam (daerah teluk). Daerah yang mengalami
konvergensi umumnya menyebabkan tinggi gelombang pecah yang lebih
besar (vektor gelombang dalam gambar lebih besar) jika dibandingkan dengan
daerah divergensi (vektor gelombangnya terlihat lebih kecil).
Perairan Pengambengan merupakan daerah yang relatif cukup terbuka
dari serangan gelombang laut dalam. Berdasarkan hasil analisis di atas,

III - 37
menunjukkan bahwa bentuk dan tata letak konstruksi maupun pelindung
(breakwater) PPN Pengambengan yang akan dikembangkan harus
memperhatikan faktor serangan gelombang tersebut. Hal ini akan sangat
berpengaruh baik pada saat konstruksi maupun saat berlangsungnya
kegiatan. Karena berdasarkan studi lapangan menunjukkan bahwa kondisi
breakwater sebelumnya telah mengalami kerusakan terutama pada
daerah/sisi bagian tenggara, telah mengalami abrasi yakni dimana tata letak
batuannya sudah terbongkar karena hantaman gelombang.

III - 38
-8.36

KAB. JEMBRANA
-8.37
Desa Tegal Badeng Barat 0 0.01 0.02

Mandar Anyar

-8.38
Tengah

Kelapabalian Tinggi Gelombang (m)


-8.39 Munduk

Ketapang 1.5
Desa Pengambengan
Tg. Lampu
1.25
-8.4

0.75
-8.41
0.5

0.25

-8.42
0

-8.43
Arah Transformasi

Gelombang Timur

-8.44 0
0.5
1.5
114.56 114.57 114.58 114.59 114.6

Gambar 3.27. Peta Pola Refraksi Gelombang Dari Arah Timur Di Perairan Pengambengan
Kab. Jembrana

III - 39
-8.36

KAB. JEMBRANA
-8.37
Desa Tegal Badeng Barat 0 0.01 0.02

Mandar Anyar

-8.38
Tengah

Kelapabalian Tinggi Gelombang (m)


-8.39 Munduk

2.25
Ketapang

Desa Pengambengan 2
Tg. Lampu
-8.4 1.75

1.5

1.25

1
-8.41
0.75

0.5

0.25
-8.42
0

-8.43
Arah Transformasi

Gelombang Tenggara

-8.44 0
0.5
2
114.56 114.57 114.58 114.59 114.6

Gambar 3.28 Peta Pola Refraksi Gelombang Dari Arah Tenggara Di Perairan Pengambengan
Kabupaten Jembrana

III - 40
-8.36

KAB. JEMBRANA
-8.37
Desa Tegal Badeng Barat 0 0.01 0.02

Mandar Anyar

-8.38
Tengah

Kelapabalian Tinggi Gelombang (m)


-8.39 Munduk

2.25
Ketapang

Desa Pengambengan 2

Tg. Lampu
-8.4 1.75

1.5

1.25

1
-8.41
0.75

0.5

0.25
-8.42
0

-8.43
Arah Transformasi

Gelombang Selatan
0
-8.44 0.5
2
114.56 114.57 114.58 114.59 114.6

Gambar 3.29 Peta pola refraksi gelombang dari arah selatan di perairan Pengambengan
Kabupaten Jembrana

III - 41
-8.36

KAB. JEMBRANA
-8.37
Desa Tegal Badeng Barat 0 0.01 0.02

Mandar Anyar

-8.38
Tengah

Kelapabalian Tinggi Gelombang (m)


-8.39 Munduk

Ketapang
2

Desa Pengambengan
1.75
Tg. Lampu
-8.4
1.5

1.25

1
-8.41
0.75

0.5

0.25
-8.42
0

-8.43
Arah Transformasi

Gelombang Barat Daya

-8.44 0
0.5
2
114.56 114.57 114.58 114.59 114.6

Gambar 3.30. Peta Pola Refraksi Gelombang Dari Arah Barat Daya Di Perairan
Pengambengan Kab. Jembrana

III - 42
-8.36

KAB. JEMBRANA
-8.37
Desa Tegal Badeng Barat 0 0.01 0.02

Mandar Anyar

-8.38
Tengah

Kelapabalian Tinggi Gelombang (m)


-8.39 Munduk

2.25
Ketapang

Desa Pengambengan 2
Tg. Lampu
-8.4 1.75

1.5

1.25

1
-8.41
0.75

0.5

0.25
-8.42
0

-8.43
Arah Transformasi

Gelombang Barat

-8.44 0
0.5
2
114.56 114.57 114.58 114.59 114.6

Gambar 3.31. Peta Pola Refraksi Gelombang Dari Arah Barat Di Perairan Pengambengan
Kab.Jembrana

III - 43
-8.36

KAB. JEMBRANA
-8.37
Desa Tegal Badeng Barat 0 0.01 0.02

Mandar Anyar

-8.38
Tengah

Kelapabalian Tinggi Gelombang (m)


-8.39 Munduk

Ketapang 1.75
Desa Pengambengan
Tg. Lampu 1.5
-8.4
1.25

-8.41 0.75

0.5

0.25
-8.42
0

-8.43
Arah Transformasi

Gelombang Barat Laut

-8.44 0
0.5
1.5
114.56 114.57 114.58 114.59 114.6

Gambar 3.32. Peta Pola Refraksi Gelombang Dari Arah Barat Laut Di Perairan
Pengambengan Kab. Jembrana

III - 44
B. Komponen Lingkungan Biologi
1).Flora

Vegetasi darat kebanyakan merupakan tanaman pelindung dan budidaya.


Tanaman budidaya terdapat disebelah Utara Kali Yasa, yaitu berupa padi,
sedangkan tanaman yang paling banyak diusahakan adalah pisang. Jenis-jenis
tanaman yang ditemukan di daerah studi disajikan pada Tabel 3.13.

Tabel 3.13. Tanaman yang Terdapat di Sekitar PPN Pengambengan


NO JENIS TANAMAN KELIMPAHAN
1 Mangifera indica L. (mangga) +
2 Andropogon citratus L. (sereh) ++
3 Anona muricata L. (sirsak) ++
4 Anona squamosa L. (srikaya) +
5 Artocarpus communis G. (sukun) +
6 Artocarpus integra Meri (nangka) ++
7 Bambusa spendrocalamus L (bambu) +
8 Cocos nucifera (kelapa) +++
9 Ficus benjamina L. (beringin) +
10 Ipomoea crassicaulis (kangkung) ++
11 Leuaena glauca Auct. (petai cina) ++
12 Morinda citrifolia L. (pace) +
13 Musa paradisiaca L. (pisang) +++
14 Psidium aquim L. (jambu air) ++
15 Psidium guajava L. (jambu batu) +
16 Plumeria acuminata WT (semboja) +
17 Saccharum officinarum L. (gelagah) +
18 Tamarindus indicus L. (asem) +
19 Oryza sativa (padi) +
20 Sesbania grandiflora Pers. (turi) ++
21 Terminalia katapa L. (ketapang) +++
Sumber : Hasil Pengamatan,2017
Keterangan : + = < 5 individu; ++ = > 5 s.d. 10 individu; +++ = > 10 individu

b. Fauna
1).Burung
Dari berbagai informasi yang diperoleh terdapat beberapa jenis burung di
daerah studi, yaitu : burung Trocokan (Pycnonotus goiavier), burung Gereja
(Passer montanus), Prenjak (Pirinia sp.), Pipit (Lonchura sp.), Sriti (Hirundo

III - 45
sp.), Kutilang (Pycnonotus aurigaster), Tekukur (Streptopelia chinensis) dan
puyuh (Amaauorornis phoenicurus).

2).Hewan Ternak
Hewan lain yang dimaksud adalah hewan ternak yang dipelihara oleh
masyarakat di sekitar PPN Pengambengan. Hewan ternak yang banyak
dimiliki oleh masyarakat adalah ayam,kambing, bebek, dan sapi.

c.Biota Perairan
1).Benthos
Benthos merupakan organisme yang bersifat menempel atau hidup di
dasar perairan dan cenderung menetap. Benthos memiliki peranan sebagai
konsumen dalam rantai makanan, baik secara langsung (plankton feeder)
maupun tidak langsung.
Berdasarkan hasil analisa terhdap biota bentik di lima stasiun pada
periaran pantai PPN Pengambengan maka diperoleh biota bentik dari kelas
Polychaeta (Heteromastus Sp, Scoloplos Sp, Cirratulus Sp) dan dari Kelas
Pelecypoda (Donax Sp). Keberadaan dari biota bentik tersebut tidak tersebar
secara merata pada setiap stasiun tetapi di temukan terkonsentrasi pada
stasiun tertentu serta hanya didominasi oleh spesies tertentu pula, lihat (Tabel
3.14). Kondisi ini diduga berkaitan dengan tekstur dan kandungan sedimen
yang cocok dan masih mampu ditoleransi oleh untuk masing-masing biota.

Tabel 3.14. Biota Bentik di Perairan PPN Pengambengan

No Organisme Jumlah (Individu/liter)


St 1 St 2 St 3
I. Polycaeta
1 Heteromastus Sp - - 55
2 Scoloplos Sp - 45 -
3 Cirratulus Sp - - 68
II. Pelecypoda
1 Donax Sp 62 - -
Jumlah Taksa 1 1 2
Kepadatan 62 45 123
Indeks Keragaman 0 0 0,92
Indeks Keseragaman - - 0,92
Indeks Dominansi 1,00 1,00 0,69
Sumber: Hasil Analisa, 2017

Nilai indeks diversitas (keragaman) rata-rata di tiap-tiap stasiun


pengamatan berkisar antara 0-0,92, terlihat kecenderungan mengalami
tekanan ekologis dan penurunan kualitas perairan, serta ketidak stabilan

III - 46
komunitas bentos yang tercermin dari nilai indek keseragaman yang rendah
yaitu pada stasiun 3 (0,92) sementara pada stasiun 1, dan 2 tidak ditemukan.
Hal ini diduga karena adanya pengaruh dari buangan limbah. Sementara nilai
indeks dominansi di setiap stasiun pengamatan berkisar antara 0,69-1. Dari
hasil ini, secara umum terlihat adanya spesies tertentu yang mendominansi,
(Lee et al., 1978). Pengamatan terhadap bentos diperairan sangat diperlukan
karena digunakan sebagai salah satu indikator pencemraan di suatu perairan.

2).Ikan
Lokasi di sekitar PPN Pengambengan berada di kawasan perairan laut
yang menjadi tempat hidup biota air seperti ikan. Mata pencaharian
masyarakat di Desa Pengambengan dan Desa Tegal Badeng Barat sebagian
besar sebagai nelayan. Aktivitas perikanan yang dilakukan adalah perikanan
pantai yang berkembang seperti jenis perikanan tangkap dan jenis perikanan
budidaya air tawar. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan para
nelayan, jenis ikan yang biasa didapatkan di perairan Pengambengan adalah
:

Tabel 3.15. Jenis Ikan Air Tawar Yang Terdapat di Sekitar PPN
Pengambengan
NO JENIS IKAN NAMA LATIN KELIMPAHAN
1 Betik Anabas testudines ++
2 Gabus Ophiocephalus striatus ++
3 Bloso Stigmatogobius sp +
4 Nila Oreochromis niloticus ++
5 Belanak Mugil dussumieri ++
6 Sidat Anguila sp. +
7 Lele Clarias batrachus ++
8 Sepat Trichogaster trichoterus +++
9 Kating Cyprinidae +
10 Wader Rasbora sp. +
11 Ikan Seribu Lebistes sp. +++
Sumber: Hasil Observasi,2017
Keterangan : + = < 5 individu; ++ = > 5 s.d. 10 individu; +++ = > 10 individu

III - 47
Tabel 3.16. Jenis Komoditas Utama Ikan Laut di Wilayah Studi
NO JENIS IKAN NAMA LATIN KELIMPAHAN
1 Lemuru Sardinella longiceps), +++
2 Tongkol Euthynus Sp) ++
3 Layang Deapterus spp.), ++
4 Kerapu Epinephelus spp) +
5 Kuwe Caranx spp.) +
6 Kakap merah Lutjanus spp.) ++
Sumber : Hasil Observasi,2017
Keterangan : + = < 5 individu; ++ = > 5 s.d. 10 individu; +++ = > 10 individu

C.Komponen Lingkungan Sosial, Ekonomi,Budaya dan Kesmas.


Kabupaten Jembrana adalah satu dari 9 Kabupaten dan Kota yang ada
di Propinsi Bali, terletak di belahan barat Pulau Bali, membentang dari arah
barat ke timur pada 8009'30" - 8028'02" LS dan 114025'53" – 114056'38" BT.
Luas wilayah Kabupaten Jembrana 841.800 km², atau 14,96 % dari luas
wilayah Pulau Bali dengan panjang garis pantai 76 km. Keadaan topografinya
adalah dataran rendah sampai perbukitan dengan ketinggian wilayah 7 – 25
m dari permukaan laut dan 100 – 200 m dari permukaan laut. Di sebelah utara
berbatasan dengan Kabupaten Buleleng, di sebelah timur berbatasan dengan
Kabupaten Tabanan, sebelah selatan Samudera Hindia, dan di sebelah barat
berbatasan dengan Propinsi Jawa Timur.
Secara administrasi Kabupaten Jembrana terdiri dari 5 Kecamatan yaitu
Kecamatan Melaya dengan luas 197,19 km², Kecamatan Negara dengan luas
wilayah 126,6 Km², Kecamatan Mendoyo dengan luas wilayah 294,49 km²,
Kecamatan Pekutatan dengan luas wilayah 129,65 km² dan Kecamatan
Jembrana dengan luas wilayah 93,87 km².
Berdasarkan pelingkupan batas sosial dan batas administrasi kegiatan
pengembangan Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pengambengan,
maka lokasi yang perlu di telaah dalam kaitan dengan aspek sosial ekonomi,
sosial budaya dan kesehatan masyarakat adalah wilayah Kecamatan Negara,
khususnya Desa Tegal Badeng Barat dan Desa Pengambengan. Kecamatan
Negara terdiri atas 12 wilayah desa yaitu Cupel, Tegal Badeng Barat, Tegal
Badeng Timur, Pengambengan, Loloan Barat, Lelateng, Banjar Tengah,
Baluk, Banyubiru, Kaliakah, Berangbang dan Baler Bale Agung. Luas wilayah
Kecamatan Negara 126,50 km2, yang peruntukannya sebagian besar lahan
pertanian dan hutan. Selain di Desa pengambengan, peruntukan lahan untuk
tambak ada juga di Desa Lelateng.
Desa Tegal Badeng Barat mempunyai tiga banjar yaitu Banjar Anyar,
Puana dan Tengah. Sementara Desa Pengambengan terdiri atas lima banjar

III - 48
yaitu Banjar Kelapa Balian, Munduk, Ketapang Muara, Ketapang dan
Kombading. Lokasi dari Pelabuhan Perikanan Nusantara Pengambengan
adalah di Banjar Dinas Kelapa Balian Desa Pengambengan Kecamatan
Negara Kabupaten Jembrana Propinsi Bali.

Tabel 3.17. Luas Wilayah Desa di Kecamatan Negara

Penggunaan Lahan (ha)


N Luas Perkeb
Desa Tegala Pekar Tamba Lainny
o (Km2) Sawah u Hutan
n a ngan k a
nan
1 Cupel 6,40 1,5 160,0 290,0 140,0 48,5
Tegal Badeng
4,02 71,0 103,0 121,0 73,0 34,0
2 Barat
Tegal Badeng
6,01 110,0 151,0 151,0 127,0 62,0
3 Timur
4 Pengambengn 10,30 51,5 281,0 368,0 153,0 51,5 125,0
5 Loloan Barat 1,47 68,0 79,0
6 Lelateng 6,29 197,5 106,0 72,0 160,0 53,5 40,0
7 Banjar Tengah 4,98 205,0 293,0
8 Baluk 10,55 160,0 254,0 373,0 240,0 28,0
9 Banyubiru 9,39 230,0 139,0 184,0 220,0 166,0
1
17,99 363,0 175,0 613,0 308,0 67,0
0 Kaliakah
1 2.60
39,13 177,0 313,0 536,0 172,0 115,0
1 Berangbang 0
1 200,
9,97 193,0 197,0 192,0 202,0 13,0
2 Baler Bale Agung 0
126,5 1.827, 2.80
1.879 2.900 2.068 105,5 1.070
Kecamatan Negara 0 5 0
Sumber: Kecamatan Negara Dalam Angka, 2016

1) Sosial Ekonomi
a).Aktivitas Ekonomi

Aktivitas perekonomian di wilayah studi sudah berjalan dengan baik.


Hal ini ditandai dengan adanya sarana dan prasarana, serta komunikasi yang
cukup baik. Di wilayah studi terdapat banyak pedagang, warung, took dan kios
yang menyediakan kebutuhan primer penduduk. Pasar yang ada di
Kecamatan Negara terdiri dari jenis pasar umum yang berlokasi di Desa
Lelateng (1 buah), Banjar Tengah (2 buah) dan Baler Bale Agung (1 buah).
TPI terdapat 1 buah yang berlokasi di Desa Pengambengan, dan kelompok
toko yang tersebar di beberapa desa seperti di Desa Loloan Barat (1 buah),
Banjar Tengah (2 buah), Desa Lelateng (2 buah) dan Baler Bale Agung (1
buah). Sarana perekonomian di Desa Tegal Badeng Barat hanya berupa LPD
dan koperasi, warung dan pedagang.

III - 49
Tabel 3.18. Fasilitas Perekonomian di Wilayah Studi Tahun 2015
Tegal Kecamatan
No Sarana Pengambengan Badeng Negara
Barat
1 Pasar 1 11
2 Toko/Kios/ 293
3 Pedagang 289 62 2424
4 Warung 223 61 1102
5 Hotel/penginapan 21
6 Bank 1 7
7 KUD 1 2
8 Non KUD 1 14
9 Restotan 6
10 LPD 1 9
Sumber: Kecamatan Negara Dalam Angka,2016

Mata pencaharian penduduk di Kecamatan Negara sebagian besar


bersumber (49%) dari pertanian dalam arti luas seperti tanaman pangan,
peternakan, perikanan dan perkebunan, sedangkan sisanya terdistribusi
bersumber dari pemerintahan dan jasa, perdagangan, industry dan lainnya.
Tidak jauh berbeda dengan masyarakat di Desa Tegal Badeng Barat,
sebagian besar menekuni perkebunan (47%), selanjutnya penduduk yang
kerja di industry (pengalengan ikan), petani tanaman pangan dan lainnya.
Sementara penduduk di Desa Pengambengan sebagian besar bersumber dari
sektor perikanan (65%), peternakan, perdagangan dan lainnya.

Tabel 3.19. Sumber Mata Pencaharian Utama Penduduk Menurut Sektornya


di Wilayah Studi Tahun 2015

Pengambengan Tegal Kecamatan


Sumber Mata
No Badeng Negara
Pencaharian Penduduk
Barat
1 Tanaman pangan 95 208 10518
2 Peternakan 997 115 2834
3 Perikanan 4325 122 7557
4 Perkebunan 143 1219 6889
5 Perdagangan 281 206 8665
6 Industri 491 450 3493
Pertambangan dan
152
7 penggalian
8 Listrik dan air minum 3 80
Perbankan/lembaga 7
8 476
9 keuangan
10 Pemerintahan dan jasa 298 265 14767
11 Angkutan dan komunikasi 42 9 863
Jumlah 6683 2601 56294
Sumber: Kecamatan Negara Dalam Angka, 2016

III - 50
b). Pendapatan Rumah Tangga

Berdasarkan hasil survei sosial ekonomi tahun 2017, dengan


menggunakan harga yang berlaku diketahui bahwa rata-rata pendapatan
rumah tangga penduduk di wilayah studi dalam sebulan terakhir (Bulan Mei
2017) sebesar Rp 1.560.900,-dengan kisaran Rp 650.000,- - Rp 5.000.000,-.
Pendapatan rumah tangga terbesar berasal dari PNS, diikuti Polri/TNI,
nelayan, dan pedagang. Kondisi ini menggambarkan bahwa bagi masyarakat
yang mempunyai anggota keluarga sebagai pegawai negeri sipil ( PNS),
memiliki kondisi ekonomi yang lebih baik dari masyarakat lainnya. Hal ini
tampak dari kondisi rumahnya, pemilik dari aset-aset produktif dan aset rumah
tangga yang lainnya. Karena sangat wajar bila masyarakat, khususnya
kalangan muda yang terpelajar memiliki keinginan yang besar untuk menjadi
PNS. Selain itu mereka menganggap bahwa dengan menjadi PNS dapat
meningkatkan status sosial di masyarakat. Sumber pendapatan rumah tangga
terbesar kedua setelah PNS adalah pegawai Swasta, diikuti tukang kayu,
tukang batu, jasa lainnya, dan pedagang .
Masih kecilnya pendapatan yang bersumber dari sektor pertanian
(petani) dan perikanan (nelayan) disebabkan karena masih rendahnya
penguasaan aset dan iptek, serta keterbatasan modal yang dimilikinya. Rata-
rata pemilik lahan pertanian relatif kecil yaitu 0,25 ha/kepala keluarga
responden. Sementara itu rata-rata luas pemilikan rumah 32 m2.
Ditinjau dari aspek pendapatan rumahtangga, daerah studi tersebut
tidak termasuk dalam kategori desa tertinggal, sedangkan ditinjau dari segi
aksesibilitas desa tersebut tidak termasuk desa terpencil. Hal ini disebabkan
karena kondisi jalannya yang cukup baik dan jarak antara satu desa dengan
desa lainnya relatif dekat. Alat tranportsi yang banyak digunakan masyarakat
adalah sepeda motor dan mobil pribadi. Fasilitas listrik, sarana air bersih cukup
baik, namun tempat pembuangan sampah yang memadai belum ada.

Hasil analisis terhadap semua responden dengan menggunakan


harga yang berlaku, diketahui bahwa selama sebulan terakhir (Mei 2017) rata-
rata pengeluaran rumahtangga di wilayah studi untuk tujuan konsumtif setiap
bulannya sebesar Rp 1.024.392,-. Pengeluaran rumahtangga tersebut masih
didominasi oleh kelompok bahan makanan dan minuman, sedangkan sisanya
terdistribusi untuk bahan non makanan dan minuman. Berdasarkan hasil
wawancara responden menunjukan bahwa jenis pengeluaran pada kelompok
bahan makanan dan minuman yang besar pengeluaran untuk sebulan terakhir

III - 51
(Mei 2017) adalah pembelian daging/ikan/telur, pembelian beras, sayuran dan
bumbu-bumbuan, dan lain sebagainya. Secara agregatif pengeluaran untuk
kelompok makanan dan minuman cukup besar hal ini disebabkan karengan
pengeluaran untuk kebutuhan ini merupakan kebutuhan cukup besar. Hal ini
disebabkan karena pengeluaran untuk kebutuhan ini merupakan kebutuhan
utama yang harus di penuhi oleh anggota rumah tangga .

c).Pendapatan Domestik Bruto


Hakekat pembangunan nasional secara keseluruhan adalah
pembangunan manusia seutuhnya berdasarkan kepada pembangunan di
bidang sosial, ekonomi dan budaya, serta Hankamnas. Sasaran
pembangunan jangka panjang diarahkan kepada kegiatan ekonomi secara
menyeluruh dengan sasaran kepada sektor pertanian dan industri secara
seimbang mengarah kepada kebutuhan pokok masyarakat. Dengan adanya
Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Pemerintah Daerah, pemerintah
telah memberikan kewenangan secara menyeluruh kepada daerah untuk
mengelola sumberdaya alam yang dimiliki. Kewenangan tersebut dalam
rangka menggali atau mengelola sumberdaya alam yang ada di daerah.
Kendala yang dihadapi pada umumnya adalah masalah skill dan sumberdaya
manusia yang tersedia. Dilihat dari pertumbuhan lapangan usaha, nampak
bahwa wilayah Kabupetan Jembrana masih bersifat agraris. Jumlah PDRB
dan persentase setiap sektor di Kabupetan Jembrana dapat dilihat pada Tabel
3.20 berikut.

III - 52
Tabel 3.20. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga
Berlaku di Kabupaten Jembrana
PDRB
No Lapangan Usaha
2013 2014 2015
1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 21,22 20,51 20,76
2. Pertambangan dan Penggalian 1,07 1,02 0,91
3. Industri Pengolahan 4,90 4,91 4,93
4. Pengadaan Listrik dan Gas 0,08 0,10 0,11
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan
5. 0,10 0,09 0,09
Daur Ulang
6. Konstruksi 10,35 9,56 9,49
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan
7. 9,90 9,87 9,92
Speda
8. Transportasi dan Pergudangan 15,98 17,06 16,89
9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 13,83 14,71 14,75
10. Informasi dan Komunikasi 5,59 5,33 5,26
11. Jasa Keuangan dan Asuransi 3,21 3,20 3,22
12. Real Estate 5,27 5,21 5,14
13. Jasa Perusahaan 0,71 0,71 0,73
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan
14. 2,61 2,58 2,54
Jaminan
15. Jasa Pendidikan 1,94 1,94 1,95
16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,89 1,88 1,97
17. Jasa Lainnya 1,34 1,33 1,33
PDRB 100 100 100
Sumber: BPS Kabupaten Jembrana, 2016

2) Sosial Budaya

a) Dinamika Sosial dan Budaya


Proses adaptasi manusia terhadap lingkungan sekitarnya akan
melahirkan suatu kebudayaan yang secara terus menerus akan tumbuh dan
berkembang. Adat-istiadat yang berlaku pada desa-desa di Bali umumnya erat
kaitannya dengan tradisi yang diwarisi dari leluhurnya serta agama yang
dianut oleh masyarakat, yaitu Agama Hindu. Demikian halnya yang terjadi di
tengah masyarakat Desa Tegal Badeng Barat dimana sebagian besar
penduduknya memeluk agama Hindhu (59%).
Masyarakat masih memegang teguh kepercayaan yang berdasarkan
ajaran Agama Hindhu. Tradisi yang masih terlihat adalah upacara yang
berkaitan dengan kelahiran, perkawinan, dan kematian. Namun warga Desa
Pengambengan dimana 98,36% penduduknya beragama Islam, system

III - 53
kepercayaan tradisional masih di pertahankan oleh sebagian besar
masyarakat di lokasi studi dan sampai saat ini masih kuat berbaur dengan
unsur Agama Islam.
Masyarakat masih kuat memegang adat istiadat dan budaya terutama
yang berkaitan dengan adat perkawinan, sunatan, pengajian, weridan (arisan
sambil mengaji), dan lain sebagainya. Sesuai dengan pekerjannya sebagai
nelayan, masyarakat pesisir seperti masyarakat yang ada di Desa
Pengambengan masih tetap melakukan acara puji syukur atas tangkapan ikan
yang berlimpah. Acara Petik Laut di lakukan tiap tahun. Saat acara Petik Laut
nelayan akan membawa hasil bumi seperti buah, sayur, dan sesajian untuk di
rarung ke laut sambil menucapkan terima kasih kepada Tuhan atas rezeki
yang di terimanya. Saat acara ini akan di adakan beberapa loma seperti lomba
balapan skoci, tarik tambang, makan kerupuk dan lain sebagainya.
Salah satu nilai budaya yang masih tetap dipertahankan selain uraian
di atas baik di Desa Tegal Badeng Barat maupun di Desa Pengambengan
adalah nilai budaya gotong royong dan konsep yang menganggap penting
tenggang rasa terhadap sesama. Kegiatan gotong royong yang sering
dilakukan oleh masyarakat di wilayah studi adalah pembangunan rumah
ibadah, termasuk pembuatan pura (bagi umat Hindhu), kebersihan
lingkungan, perbaikan rumah. Pada hari raya keagamaan, masyarakat saling
mengunjungi keluarga dan berziarah ke makam keluarga atau leluhur. Bagi
masyarakat setempat gotong-royong dalam hidup bermasyarakat dan sikap
tenggang rasa penting untuk menanggulangi tekanan masalah dalam
kehidupan sehar-hari.
Pelestarian adat di wilayah studi masih tetap dilakukan (Tabel 3.21).
Walaupun beberapa adat mulai jarang di lakukan, itu di disebabkan karena
tingkat ekonomi yang tidak mendukung. Tabel berikut disajikan pendapat
responden tentang pelestarian aktivitas sosial budaya di wilayah studi.

Tabel 3.21 Pendapat Responden tentang Pelestarian Aktivitas Sosial Budaya


Jumlah
Pelestarian Aktivitas Sosial Budaya %
Responden
Masih tetap dilakukan/dilestarikan 39 78
Mulai jarang dilakukan 11 22
Jumlah 50 100
Sumber : Data primer diolah, 2017

Salah satu nilai budaya yang masih tetap dipertahankan selain uraian
di atas baik di Desa Tegal Badeng Barat maupun di Desa Pengambengan
adalah nilai budaya gotong royong dan konsep yang menganggap penting
tenggang rasa terhadap sesama. Kegiatan gotong royong yang sering
dilakukan oleh masyarakat di wilayah studi adalah pembangunan rumah

III - 54
ibadah, termasuk pembuatan pura (bagi umat Hindhu), kebersihan
lingkungan, perbaikan rumah. Pada hari raya keagamaan, masyarakat saling
mengunjungi keluarga dan berziarah ke makam keluarga atau leluhur. Bagi
masyarakat setempat gotong-royong dalam hidup bermasyarakat dan sikap
tenggang rasa penting untuk menaggulangi tekanan masalah dalam
kehidupan sehar-hari.

Tabel 3.22 berikut disajikan jenis kegiatan gotong yang sering


dilakukan di wilayah studi dalam setahun terakhir.

Tabel 3.22. Pendapat Responden tentang Jenis Kegiatan Gotong Royong yang Sering
Dilakukan di Wilayah Studi
No Aktivitas Gotong Royong Jumlah responden %
1. Kerjabakti kebersihan lingkungan 39 59
2. Memperbaiki rumah 3 5
3 Hajatan 13 20
4 Arisan 6 9
5 Kegiatan siskambling 5 8
Jumlah 66 100
Sumber: Data Primer diolah , 2017

Terhadap orang luar, penduduk setempat menyatakan dapat


berintegrasi dengan baik. Hasil kajian menunjukan bahwa mereka
menyatakan tidak keberatan menerima suku lain untuk berinteraksi dengan
mereka. Tingginya intensitas interaksi mempercepat terjadinya pembaruan
sosial.
Jenis tempat ibadah yang ada di wilayah studi sudah cukup memadai
untuk mengakomodasi kebutuhan masyarakat untuk melakukan
persembahyangan. Jumlah dan jenis tempat ibadah yang ada di wilayah studi
disajikan dalam table berikut.

Tabel 2.23. Jumlah tempat Ibadah yang Ada di Wilayah Studi


No Jenis Jumlah
Desa Desa Tegal Jumlah
Pengambengan Badeng Barat
Masjid/Mushola 33 12 45
Pura 2 2 4
Sumber: Kecamatan Nrgara Dalam Angka, 2016

Pura yang berlokasi di Desa Pengambengan terdapat dua jenis yaitu


Pura Segara dan Pura Jati. Pengempon kedua pura tersebut, tidak saja umat
Hindhu yang berdomisi di Desa pengambengan, juga umat yang berasal dari
luar desa Pengambengan diantaranya Desa Tegal Badeng Barat, Desa Tegal

III - 55
Badeng Timur, Desa Baluk. Jenis pura yang ada di wilayah studi baik yang
ada di Desa Pengambengan maupun di Desa Tegal Badeng Barat serta hari
“Odalannya” di sajikan pada Tabel 3.24 berikut.

Tabel 3.24.Jenis Pura di Wilayah Studi


No Desa Nama Pura Hari Odalan Pengempon
Pura Segara Saniscara Pon, Desa Tegal Badeng Barat,
wuku Dungulan Desa Tegal Badeng Timur,
Desa Baluk, Desa
Pengambengan
1 Pengambengan Pura Jati Soma pon, Desa Tegal Badeng Barat,
wuku Sinta Desa Tegal Badeng Timur,
(Soma Ribek) Desa Banjar Tengah, Desa
Lateng, Desa
Pengambengan
2 Tegal Badeng Pura Dalem Purnama Karo Desa Tegal Badeng Barat
Barat Pura Puseh Purnama Desa Tegal Badeng Barat
Kedasa

b).Jumlah dan Persebaran Penduduk


Jumlah penduduk Kecamatan Negara cendrung mengalami
peningkatan dari tahun 2011 sebanyak 76.852 jiwa menjadi 81.550 jiwa pada
tahun 2015 atau sebanyak 6%. Demikian juga kepadatan penduduk di
Kecamatan Negara pada tahun 2011 sekitar 608/km2 meningkat menjadi
645/km2 pada tahun 2015. Pertambahan jumlah tersebut disebabkan oleh
adanya kelahiran, migrasi dan sebagainya. Selain itu juga disebabkan
perkembangan pembangunan yang pesat di wilayah ini. Keadaan ini yang
mendorong penduduk dari luar mencari kerja, di samping mengembangkan
usaha di wilayah ini.

III - 56
JUMLAH PENDUDUK KECAMATAN NEGARA KABUPATEN
JEMBRANA TAHUN 2011-2015
81550
82000
80850
81000 80200

80000
79000
77300
Jumlah Penduduk

78000
76852
77000

76000
75000

74000
Tahun 2011-2015

Sumber: Kecamatan Negara Dalam Angka,2016

Gambar 3.33 Jumlah Penduduk Kecamatan Negara Tahun 2011-2015

Jumlah penduduk Kecamatan Negara tahun 2015 sebanyak 81.550


jiwa menyebar pada tiap-tiap desa, dimana di Desa Baler Bale Agung
mempunyai jumlah penduduk paling banyak (11.268 jiwa) dan Desa Loloan
Barat mempunyai jumlah penduduk paling sedikit (3.818 jiwa). Desa
Pengambengan dengan jumlah penduduk 11.142 jiwa terletak di urutan
kedua kalau dilihat dari jumlah penduduknya. Walaupun Desa Loloan Barat
mempunyai jumlah penduduk paling sedikit di Kecamatan Negara, namun
desa ini merupakan daerah terpadat, dengan kepadatan penduduk 2.597
jiwa/km2. Kepadatan penduduk terrendah adalah Desa Berambang,
karena sebagian besar lahan merupakan hutan (66%).

III - 57
Tabel 3.25. Luas Tanah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk
Dirinci Per Desa

Kepadatan
Luas Jumlah Penduduk
No Desa Penduduk
(Km2) (jiwa)
(jiwa/km2)

6,40 4.183 654


1 Cupel
Tegal Badeng 4.908 1.221
4,02
2 Barat
Tegal Badeng 3.972 661
6,01
3 Timur
10,30 11.142 1.082
4 Pengambengn
1,47 3.818 2.597
5 Loloan Barat
6,29 8.873 1.411
6 Lelateng
4,98 4.254 854
7 Banjar Tengah
10,55 6.786 643
8 Baluk
9,39 7.386 787
9 Banyubiru
17,99 8.108 451
10 Kaliakah
39,13 6.852 175
11 Berangbang
9,97 11.268 1130
12 Baler Bale Agung
Kecamatan
126,50 81.550 645
Negara
Sumber: Kecamatan Negara Dalam Angka, 2016

Pada Tabel 3.26 menunjukkan bahwa kepadatan penduduk di Desa


Pengambengan tergolong sangat padat dan Kecamatan Negara secara
keseluruhan lebih kecil kepadatan penduduknya. Hal ini di sebabkan karena
sebagian dari wilayahnya terdiri dari hutan Negara.
Padatnya penduduk di Desa Pengambengan disebabkan oleh
tingginya amgka kelahiran, banyak usia kawin muda, tingkat kesadaran
penduduk akan keluarga berencana (KB) masih kurang, dan adanya
anggapan sebagian masyarakat bahwa banyak anak banyak membawa
rezeki. Selain itu masyarakatnya sangat terbuka yang menyebabkan banyak
penduduk dari daerah lain yang mencari nafkah di wilayah ini.
Pada tahun 2015 penduduk yang lahir (203 jiwa) lebih tinggi dari pada
jumlah penduduk yang meninggal (85 jiwa). Demikian juga penduduk
kecendrungannya hamper mirip dengan penambahan penduduk kibat kelahirn
diman penduduk yang datang (125 jiwa) lebih banyak dari jumlah penduduk
yang pergi (120 jiwa). Salah satu alasan masyarakat luar datang ke Desa
Pengambengan adalah adanya indutri perikanan dan pelabuhan yang
semakin lama semakin dikembangkan dan di tingkatkan kualitasnya.

III - 58
Tabel 3.26. Keadaan Demografi/Kependudukan di Desa Pengambengan dan
Desa Tegal Badeng Barat Kecamatan Negara.
Pengambengan Tegal Kecamatan
Parameter
No Badeng Negara
Kependudukan
Barat
1 Luas Wilayah (Km2) 10,30 4,02 126,50
2 Jumlah Penduduk 11142 4908 81550
 Laki-Laki 5563 2470 40940
 Wanita 5579 2438 40590
Kepadatan Penduduk
1082 1221 645
3 (Jiwa/Km2)
4 Jumlah Rumahtangga (RT) 3574 1598 25547
5 Besar Keluarga (Jiwa/RT) 3 3 3
Rasio jenis kelamin (Sex
100 101 101
6 Ratio/SR)
7 Rasio beban tanggungan 50 51 46
Sumber: Kecamatan Negara Dalam Angka, 2016

Jumlah anggota keluarga dalam rumah tangga di daerah studi masih


tergolong ukuran kecil, yaitu rata-rata 3 jiwa/RT. Hal ini dapat dilihat dari
besarnya angka keluarga yang dihitung dari rata-rata jumlah anggota keluarga
pada setiap rumah tangga. Sementara rasio jenis kelamin menunjukkan
bahwa sex ratio untuk desa dan kecamatan studi masing-masing 100, 101 dan
101. Ini berarti bahwa setiap 100 penduduk wanita terdapat 100 penduduk pria
di Desa Pengambengan dan setiap 100 penduduk wanita di Desa Tegal
Badeng Barat dan wanita di Kecamatan Negara terdapat 101 penduduk pria.
Rasio beban tanggungan di hitung dari jumlah anak-anak dan manusia usia
lanjut yang harus di tanggung oleh setiap 100 orang dewasa. Beban
tanggungan penduduk produktif di Kecamatan Negara (46) paling kecil jika di
bandingkan dengan beban tanggungan di Desa Pengambengan dan Desa
Tegal Badeng Barat.

c).Komposisi Penduduk Menurut Umur


Komposisi penduduk di Kecamatan Negara, menunjukkan bahwa
jumlah penduduk perempuan lebih sedikit (49,77%) jika di bandingkan dengan
jumlah penduduk laki-laki (50,23%) pada tahun 2015. Komposisi penduduk
menurut umur disebut pula struktur umur penduduk. Bila dalam suatu daerah
jumlah penduduknya yang berumur di bawah umur 15 tahun lebih dari 35
persen, dan jumlah penduduk yang berumur di atas 65 tahun kurang dari tiga
persen, maka wilayah tersebut dikatakan mempunyai struktur penduduk
muda. Sebaliknya suatu daerah dikatakan berstruktur umur tua, apabila
kelompok penduduk berumur kurang dari 15 tahun berjumlah kurang dari 35
persen dan penduduk yang berumur lebih dari 64 tahun sekitar 15 persen.

III - 59
Berdasarkan indikator tersebut, maka struktur umur penduduk di Kecamatan
Negara pada tahun 2015 termasuk berstruktur penduduk dewasa. Dari
komposisi umur penduduk juga dapat dibedakan antara kelompok umur
penduduk yang produktif dan kelompok umur penduduk yang tidak produktif
secara ekonomis. Bila kelompok umur 0-14 tahun dianggap sebagai kelompok
penduduk yang belum produktif, dan penduduk umur 64 tahun ke atas
dianggap penduduk yang sudah tidak produktif lagi, maka rasio
ketergantungan (dependency ratio) dapat dihitung. Rasio ketergatungan
adalah perbandingan antara besarnya penduduk yang tidak produktif dengan
penduduk yang produktif. Dari tabel berikut diperoleh rasio ketergantungan di
Kecamatan Negara sebesar 46%. Ini artinya bahwa setiap 100 orang
penduduk produktif di daerah ini akan menanggung sekitar 46 orang
penduduk dalam usia tidak produktif. Sementara beban tanggungan
penduduk produktif di Desa Pengambengan lebih kecil yaitu hanya 50%, yang
berarti bahwa setiapp 100 penduduk produktif di pengambengan hanya
mennggung 50 penduduk yang tidak produktif. Sementara angka
ketergantungan di Desa Tegal Badeng paling tinggi dibandingkan dengan
desa pengambengan dan Kecamatan Negara yaitu 51%.

Tabel 3.27. Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2015


Jumlah penduduk
Kelompok Umur Desa Tegal Badeng Kecamatan Negara
Pengambengan Barat
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
0-14 3.205 29 1390 28 22.340 27
15-64 7.448 67 3257 67 55.961 69
>64 489 4 261 5 3.249 4
Total 11.142 100 4908 100 81.550 100
Angka Ketergantungan 50% 51% 46%
Sumber: Kecamatan Negara Dalam Angka, 2016

d). Pendidikan Penduduk


Keadaan pendidikan di daerah studi di paparkan melalui sarana
pendidikan yang ada. Fasilitas pendidikan di wilayah Kecamaan Negara
tersedia cukup memadai mulai dari Taman Kanak-kanak (TK), SD/MI
(Madrasah Ibtidayah), SMP dan SMA/SMK. Keberadaan sarana pendidikan
tersebut dapat menampung semua usia sekolah yang ada di wilayh studi.
Tranportasi ked an dari fasilitas pendidikan, khususnya SMP dan SMA/SMK
cukup lncar. Umumnya siswa SMP dan SMA/SMK pulang-pergi tiap hari dari

III - 60
rumah mereka. Jenis kendaraan umu yang digunakan adalah angkutan
pedesaan/bemo, sepeda motor dan sepeda.
Beberapa desa yang mempunyi sarana pendidikan lengkap dari TK,
SMP sampai SMA diantaranya Desa Baluk, Banyubiru dan Kaliakah. Tidak
satupun desa di Kecamatan Negara menyediakan Akademi/Universitas.
Biasanya mereka melanjutkan studi ke perguruan tinggi di ibu kota
kabupaten/kota di Bali atau luar Bali.

Tabel 3.28. Banyaknya Sekolah Menurut Tingkatannya Dirinci Per Desa


Tahun 2015
No Desa TK/PAUD SD/MI SMP SMA/SMK
1 Cupel 1 3 1 1
Tegal Badeng
2 3
2 Barat
Tegal Badeng
1 2
3 Timur
4 Pengambengn 6 5
5 Loloan Barat 2 2 1
6 Lelateng 4 4 1
7 Banjar Tengah 1 3 3
8 Baluk 5 5 1 1
9 Banyubiru 8 8 2 2
10 Kaliakah 4 5 1 1
11 Berangbang 1 5 1
12 Baler Bale Agung 3 6 3
Kecamatan Negara 38 51 8 11

Sumber: Kecamatan Negara Dalam Angka, 2016

Minat penduduk penduduk untuk bersekolah di wilayah studi cukup


tinggi. Jumlah murid yang sedang duduk di bangku sekolah TK tahun 2015
berjumlah 1.552 orang, SD 8.682 orang SMP 3.458 orang dan SMA sebanyak
3.385 orang (Kecamatan Negara Dalam Angka, 2016).
Tingkat pendidikan penduduk di wilayah studi sebagian besar (33%)
tamat SD/sederajad, Belum sekolah 30%, belum tamat SD 13%, SMP dan
SMA masing-masing 115 dan yang tamat perguruan tinggi hanya berjumlah
2%. Dengan demikian secara keseluruhan tingkat pendidikan di wilayah studi
termasuk katagori masih rendah. Tinggi rendahnya kualitas penduduk suatu
wilayah banyak ditentukan oleh tingkat pendidikan, dengan pendidikan yang
tinggi akan mempertinggi juga keterbukaan anggota masyarakat terhadap ide-
ide pembangunan. Oleh karena itu pendidikan mempunyai peran yang sangat
strategis dalam proses pembangunan, untuk memberikan gambaran
mengenai tingkat pendidikan di wilayah studi disajikan pada table berikut.
Demikian juga tingkat pendidikan yang di tamatkan oleh penduduk di dua desa
yaitu Desa Tegal Badeng Barat dan Pengambengan tidak jauh berbeda
dengan keadaan yang terlihat di Kecamatan Negara. Sebagian besar

III - 61
penduduk (42%) Desa Pengambengan hanya tamat SD, dan 40% untuk Desa
Tegal Badeng Barat.

Tabel 3.29. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi


yang Ditamatkan di Wilayah Studi Tahun 2015
Jumlah penduduk
Desa Tegal Badeng Kecamatan
Pendidikan
Pengambengan Barat Negara
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Belum sekolah 2831 26 1651 34 24284 30
Belum tamat SD 1271 12 697 14 10886 13
Tamat SD 4609 42 1934 40 26634 33
Tamat SMP 1452 13 175 4 8953 11
Tamat SMA 856 8 354 7 8861 11
Tamat Akademi/ Universitas 33 0 13 0 1233 2
Total 11052 100 4824 100 80851 100
Sumber: Kecamatan Negara Dalam Angka, 2016

e).Agama
Komposisi penduduk Kecamatan Negara seperti yang terlihat pada
Tabel 3.25 di bawah menunjukkan bahwa sebagian besar penduduknya
memeluk agama Hindhu (52,56%), di susul oleh jumlah penduduk yang
beragama Islam (43,06%). Demikian juga keadaannya di Desa Tegal Badeng
Barat, dimana sebagian besar penduduknya (59%) memeluk Agama Hindhu.
Sangat berbeda keadaanya dengan komposisi masyarakat pesisir seperti
Desa Pengambengan dimana jumlah penduduk yang beragama Islam yang
paling banyak (98,36%). Kegiatan beribadah di Desa Pengambengan
terutama umat Muslim sangat di dukung oleh keberadaan jumlah masjid yang
memadai yaitu sebanyak 33 buah. Disini juga ada dua buah pura yaitu Pura
Segara dan Pura Jati. Sementara di Desa Tegal Badeng Barat terdapt Tri
Kahyangan yaitu Pura Dalem,Pura Desa dan Pura Segara.

Tabel 3.30. Jumlah Penduduk Menurut Agama di Wilayah Studi Tahun 2015
Pengambengan Tegal Kecamatan
No Agama Badeng Negara
Barat
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1 Islam 10.959 98,36 1898 39 35.118 43,06
2 Hindhu 156 1,40 2883 59 42.863 52,56
3 Budha 3 0,03 54 1 822 1,01
4 Kristen Protestan 10 0,09 34 1 1.107 1,36
5 Kristen Katolik 14 0,13 39 1 1.640 2,01
Jumlah 11.142 100 4908 100 81.550
Sumber: Kecamatan Negara Dalam Angka, 2016

III - 62
3).Persepsi Masyarakat
Hasil wawancara dengan responden (warga dan tokoh masyarakat)
diketahui bahwa masyarakat di lokasi studi relatif terbuka dan mudah
menerima serta siap beradaptasi dengan para pendatang dari daerah lain,
asalkan para pendatang tidak melakukan tindakan yang bertentangan dengan
norma agama, kesusilaan, adat, dan norma lain yang ada pada masyarakat
setempat.
Hasil survei menunjukkan bahwa sebagian besar responden (68%)
sudah mengetahui rencana pengembangan Pelabuhan Pengambengan, dan
sisanya 32% belum mengetahui rencana tersebut. Sebagian besar (86%)
responden menyetujui pengembangan tersebut, dan sisanya 14%
mengatakan terserah pemerintah/biasa saja. Umumnya mereka memperoleh
informasi tersebut dari pegawai di PPN Pengambengan, teman, nelayan dan
lain sebagainya. Menurut masyarakat keberadaan pengembangan PPN
Pengambengan tidak akan menimbulkan masalah dan gangguan yang berarti
asalkan pengelolaan dan peruntukan didialogkan dengan masyarakat di
daerah lebih intensif, terutama masyarakat yang belum pernah mendengar
mengenai keberadaan rencana pengembangan tersebut.

Tabel 3.31. Pendapat Responden


No Pengetahuan dan Sikap Responden
Jumlah Responden (Jiwa) %
Terhadap Rencana Proyek
1 Pengetahuan terhadap rencana
proyek:
a. Tahu rencana proyek 34 68
b. Tidak tahu rencana proyek 16 32
Jumlah 50 100
2 Sumber informasi tentang rencana
proyek:
a. Teman 10 29
b. Masyarakat 4 12
c. PPN Pengambengan 12 35
d. Nelayan 6 18
e. Sosialisasi 1 3
f. Tetangga 1 3
Jumlah 34 100
3 Sikap responden terhadap rencana
proyek:
a. Setuju 43 86
b. Tidak Setuju 0 0
c. Biasa saja/terserah
7 14
pemerintah
d. Tidak berpendapat 0 0
Jumlah 50 100
Sumber: Data Primer, 2017

III - 63
Data tentang harapan dan keinginan masyarakat dengan adanya
pengembangan PPN Pengambengan disajikan pada Tabel 3.32 berikut.

Tabel 3.32. Harapan dan Saran Masyarakat di Wilayah Studi


Jumlah
No. Harapan dan Saran Masyarakat %
pendapat
1 Membuka Lapangan Pekerjan 9 12
2 Membantu Meningkatkan Pendapatan Masyarakat 11 14
3 Memajukan Daerah 2 3
4 Mengurangi Pengangguran 2 3
5 Meningkatkan SDM 3 4
6 Pelabuhan Lebih Bagus Dan Bersih 3 4
7 Semakin Ramai Pelabuhannya 1 1
8 Menggunakan Tenaga Kerja Lokal 7 9
9 Agar Jangan Merugikan Nelayan Kecil 2 3
10 Memudahkan Nelayan Bekerja 9 12
11 Pembangunan Proyek Di Percepat 2 3
12 Menambah Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat 5 7
13 Bongkar Muat Ikan Lebih Mudah 11 14
14 Tambat Labuh Perahu Mudah 8 11
15 Pemerataan Ekonomi Di Bali 1 1
Jumlah 76 100
Sumber: Data Primer, 2017

Tabel 3.32 menunjukkan bahwa secara umum memperlihatkan


harapan masyarakat di wilayah studi agar pengembangan PPN
Pengambengan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat baik melalui
peningkatan pendapatan masyarakat, membuka lapangan pekerjaan,
mengurangi pengangguran, pemerataan ekonomi Bali, dan menambah
pertumbuhan ekonomi masyarakat. Disamping itu harapan masyarakat
lainnya adalah agar pengembangan PPN Pengambengan bisa
mempermudah kerja nelayan baik saat bongkar muat ikan maupun tambat
labuh perahu dan tidak merugikan nelayan kecil. Masyarakat menyarankan
agar tenaga kerja lokal di utamakan sepanjang kualifikasinya memenuhi
standar yang diinginkan, sehingga masyarakat setempat bisa mendapatkan
pekerjaan.
Hasil survey juga memperlihatkan bahwa persepsi masyarakat dengan
adanya keberadan PPN Pengambengan membawa dampak positif bagi
daerah sekitarnya berkaitan dengan kesempatan kerja, peningkatan kegiatan
ekonomi, dan membantu membangun daerah dan sekitarnya menjadi maju
dan ramai melalui kegiatan masuk keluarnya kapal ikan ke pelabuhan. Selain
memberi dampak positif kegiatan pelabuhan tersebut juga dapat mernberikan
dampak negatif terutama pencemaran air yang di akibatkan oleh tetesan

III - 64
minyak, bangkai perahu, sampah dan lain sebagainya, munculnya penyakit
sosial dan kriminalitas, serta timbulnya kecemburuan sosial. Persepsi
masyarakat terhadap pengembangan PPN Pengambengan disajikan pada
Tabel 3.33 berikut.

Tabel 3.33. Persepsi Masyarakat


No. Persepsi Masyarakat Jumlah
%
Responden
1. Dampak Positif
a. Memberi kesempatan kerja
b. Meningkatkan kegiatan perekonomian daerah dan
11 22
masyarakat sekitarnya
29 58
c. Membantu membangun daerah dan sekitarnya
10 20
menjadi maju dan ramai melalui masuk keluarnya
kapal ikan
Jumlah 50 100
2. Dampak Negatif
a. Pencemaran lingkungan terutama pencemaran air
laut di seputar pelabuhan. 10 56
b. Timbulnya kriminalitas dan penyakit sosial 1 6
c. Timbulnya kecemburuan sosial (hanya orang 7 38
tertentu yang dapat kerja di pelabuhan)
Jumlah 18 100
Sumber: Data primer diolah, 2017

4).Kesehatan Masyarakat
Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu hal yang
menentukan kualitas sumberdaya manusia. Untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat di sekitar wilayah studi disediakan berbagai macam
sumberdaya. Sarana kesehatan yang ada terlihat pada Tabel 3.29 di bawah,
dimana di daerah Tegal Badeng Barat belum tersedia klinik, dokter praktek
maupun rumah sakit. Biasanya penduduk yang tidak bisa di obati di
puskesmas pembantu, akan pergi ke klinik yang ada di daerah terdekat dari
desanya atau berobat ke ibu kota kabupaten.

a). Kesehatan Lingkungan dan Pelayanan Kesehatan Masyarakat


Kondisi kesehatan masyarakat dan sanitasi lingkungan di wilayah studi
ditunjukkan melalui tingkat fasilitas sanitasi lingkungan pemukiman, disamping
pola perilaku masyarakat setempat. Fasilitas sanitasi yang dimaksud adalah
sarana penunjang bagi keperluan MCK seperti sumur, kamar mandi dan WC

III - 65
umum. Melalui faktor lingkungan, seseorang yang keadaan fisik dan daya
tahan tubuhnya terhadap penyakit kurang, akan mudah terserang penyakit.
Tingkat kesehatan dapat tergantung dari beberapa faktor, antara lain: sumber
air untuk keperluan hidup sehari-hari, kebersihan lingkungan, serta
ketersediaan fasilitas. Tingkat kesehatan juga dipengaruhi oleh faktor
lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan.
Berbagai usaha dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kesehatan
masyarakat, diantaranya dengan menyediakan dan memperbaiki kualitas
sumberdaya kesehatan yang meliputi fasilitas kesehatan seperti rumah sakit,
puskesmas, puskesmas pembantu, polindes, poliklinik dan lainnya. Di wilayah
studi, belum tersedia rumah sakit, namun fasilitas ini ada di ibu kota kabupaten
atau propinsi. Adapun tenaga paramedis yang tersebar di wilayah studi
diantaranya dokter, bidan, perawat, dukun dan tukang pijat.

Tabel 3.34. Banyaknya Sarana Kesehatan dan Paramedis Tahun 2015


Pengambengan Tegal Kecamatan
Sarana
No Badeng Negara
kesehatan/paramedis
Barat
1 Poliklinik/polindes 1 6
Puskesmas dan Puskesmas
1 1 8
pembantu
2 Posyandu 8 72
3 Dokter 2 22
4 Bidan 2 3 40
5 Perawat 3 1 37
6 Tukang pijat/lainnya 5 2 33
7 Dukun 3 12
Sumber: Kecamatan Negara Dalam Angka, 2016

Jika ada anggota keluarga yang sakit, maka ada empat alternatif
tempat berobat, yaitu ke dokter praktek,poliklinik, puskesmas/puskesmas
pembantu, bidan/mantri kesehatan. Keputusan penentuan tempat berobat
sangat dipengaruhi oleh penghasilan keluarga, jarak tempat berobat, dan
derajat kegentingannya. Program kesehatan masyarakat di wilayah studi juga
mencakup kegiatan penyuluhan kesehatan, pemberian makanan tambahan
lewat posyandu, dan pembentukan kelompok pemerhati kesehatan ibu dan
anak. Secara berkala para bidan dan puskesmas dan puskesmas pembantu
melayani imunisasi TT dan polio bagi kesehatan ibu dan anak serta pemberian
vitamin A setiap tahunnya. Demikian juga dengan program keluarga
berencana (KB) para bidan melayaninya dengan berbagai alat kontrasepsi.

III - 66
b).Jenis Penyakit Utama
Hasil pengamatan awal dan wawancara dengan tokoh masyarakat
pada saat kegiatan sosialisasi didapatkan bahwa penyakit yang sering diderita
oleh anggota masyarakat di lokasi studi adalah: ISPA, batuk/flu,
panas/demam, sesak napas atas, diare, sakit mata, dan gatal-gatal.
Beberapa kasus penyakit yang berat seperti kanker juga diderita oleh
beberapa warga masyarakat dan menjadi momok yang ditakutkan oleh warga.

c).Tempat Pembuangan Sampah


Semakin membaiknya kondisi fisik bangunan rumah penduduk, juga
diiringi dengan perubahan perilaku masyarakat dalam penanganan sampah
rumahtangga. Masyarakat di wilayah studi membuang sampah pada lubang
yang ada di sekitar rumahnya dan dibakar bila sudah kering, sedangkan
sisanya membuang sampah di lokasi penampungan sampah sementara yang
secara berkala akan diambil dan dibuang di tempat pembuangan akhir (TPA).

3.2. Pembahasan Dampak Lingkungan


3.2.1. Keterkaitan Antara Komponen Kegiatan
3.2.1.1. Tahap Pra Konstruksi
Kegiatan PPN Pengambengan sudah berjalan sejak tahun 1976/1977,
sehingga tidak ada dampak yang diuraikan akibat keterkaitan antara
komponen kegiatan dengan komponen lingkungan.

3.2.1.2. Tahap Konstruksi


Kegiatan PPN Pengambengan sudah berjalan sejak tahun 1976/1977.
Beberapa kegiatan konstruksi sudah secara bertahap dilakukan seperti
pembangunan breakwater, jetty,jalan, dan fasilitas pendukung lainnya. Tidak
ada dampak yang diuraikan akibat keterkaitan antara komponen kegiatan
dengan komponen lingkungan. Dampak yang timbul sudah terjadi pada tahap
konstruksi yang sudah selesai.
Keterkaitan dampak pada tahap pra konstruksi,tahap konstruksi dan
tahap operasional dapat dilihat pada Gambar 3.1.

III - 67
Tahap Pra Konstruksi

Tahap Konstruksi

Tahap Operasional

Penerimaan Tenaga Kegiatan Kapal Ikan Pelelangan Ikan Pemeliharaan Pelabuhan

Kesempatan Kerja Kualitas Udara Limbah/Sampah


Sedimentasi

Pendapatan Masyarakat Kualitas Air

Biota Perairan Sanitasi Lingkungan

Persepsi Masyarakat

Gambar 3.34 .Bagan Alir Keterkaitan Dampak Kegiatan

III - 68
3.2.1.3. Tahap Operasional
Kegiatan Perikanan di Pengambengan telah dimulai sejak dibangunnya
Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) pada tahun 1976/1977. Secara bertahap
PPN Pengambengan semakin banyak memiliki sarana dan prasarana
pelabuhan perikanan. Tahap operasional PPN Pengambengan terdiri atas (1)
Kegiatan Penerimaan Tenaga Kerja, (2) Kegiatan Kapal Ikan, (3) Kegiatan
Pelelangan Ikan, (4) dan Pemeliharaan Pelabuhan.
1). Kegiatan Penerimaan Tenaga Kerja
a.Jenis Dampak: Kesempatan Kerja
Kegiatan operasional PPN Pengambengan memerlukan beberapa
tenaga kerja untuk pegawai di kantor PPN Pengambengan yang statusnya
adalah pegawai Kementerian Kelautan dan Perikanan RI. Selain itu, beberapa
aktivitas operasional lainnya yang termasuk kegiatan non pemerintahan, juga
membutuhkan tenaga kerja. Dampak yang terjadi adalah tersedianya
lowongan pekerjaan bagi masyarakat sehingga terjadi peningkatan
kesempatan kerja.
b.Jenis Dampak: Pendapatan Masyarakat
Selain terbukanya kesempatan kerja, pengembangan PPN
Pengambengan juga memperbesar peluang bagi masyarakat sekitar
membuka usaha warung makan, warung kelontong, logistik nelayan dan
sebagainya untuk memenuhi kebutuhan para nelayan, tenaga kerja bongkar
muat (TKBM) dan awak kendaraan pengangkut ikan yang semakin
meningkat. Diperkirakan kehadiran nelayan, TKBM, dan awak kendaraan
angkutan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya aktivitas kapal
ikan di PPN Pengambengan. Dampak terjadinya peningkatan pendapatan
masyarakat sekaligus akan menimbulkan persepsi masyarakat yang positif
terhadap kegiatan di PPN Pengambengan.
c.Jenis Dampak: Persepsi Masyarakat
Kegiatan penerimaan tenaga kerja untuk operasional PPN
Pengambengan akan menimbulkan potensi adanya persepsi masyarakat
yang negatif terkait siapa-siapa saja yang akan diterima. Adanya persepsi
masyarakat yang beranggapan bahwa masyarakat sekitar harus diberikan
perioritas penerimaan tenaga kerja di PPN Pengambengan sudah
disampaikan pada saat kegiatan konsultasi publik. Sehingga persepsi
masyarakat perlu dijadikan dampak yang harus dikelola dan dipantau.
Evaluasi perubahan yang telah dilakukan terkait penerimaan tenaga kerja
adalah adanya perubahan jenis dan jumlah lowongan pekerjaan yang
bertambah setiap tahun sesuai dengan berbagai penambahan fasilitas di PPN

III - 69
Pengambengan. Aspek ketaatan hukum atas dampak lingkungan yang telah
terjadi dilakukan dengan mengacu pada Undang-Undang No 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan. Upaya penanggulangan dampak dampak yang
sudah dilakukan adalah dengan keterbukaan informasi dalam penerimaan
tenaga kerja. Hasilnya adalah belum ada keluhan yang disampaikan secara
tertulis terkait aspek ketenagakerjaan di PPN Pengambengan.

2).Kegiatan Kapal Ikan

Kegiatan kapal ikan meliputi kegiatan kedatangan kapal, tambat kapal,


labuh kapal dan berangkat/ bertolak serta perbaikan bagi kapal-kapal yang
membutuhkan.
a. Jenis Dampak : Kualitas Udara
Dampak perubahan kualitas udara terutama adanya bau akibat limbah
ikan yang banyak terbuang dari aktivitas kedatangan kapal ikan di
pelabuhan.Penggunaan bahan bakar minyak untuk aktivitas kapal akan
meningkatkan polutan ke udara.
b. Jenis Dampak : Kualitas Air
Dampak perubahan kualitas air laut berasal dari aktivitas penggunaan
bahan bakar minyak untuk operasional kapal ikan yang kemungkinan tercecer
pada saat akan digunakan. Adanya material sisa potongan ikan yang
terbuang ke laut akan menjadikan kualitas air mengalami perubahan. Adanya
bangkai kapal yang dibiarkan begitu saja dibiarkan mengotori kawasan
pelabuhan. Selain itu, aktivitas pemeliharaan kapal seperti kegiatan
perbaikan,cat,dan penambahan asesori diperkirakan menghasilkan polutan
yang masuk ke dalam air.
c.Jenis Dampak: Timbulan Limbah/Sampah
Aktivitas kegiatan kapal ikan memberikan dampak langsung berupa
adanya timbulan limbah dan sampah yang berasal dari kegiatan di kapal. Pada
saat kapal masih berada di areal pelabuhan, seringkali awak kapal yang tidak
disiplin membuang limbah begitu saja sehingga mengotoiri areal pelabuhan.

d.Jenis Dampak: Gangguan Biota Perairan


Aktivitas kapal ikan diperkirakan juga dapat menimbulkan dampak kepada
gangguan biota perairan. Dampak tersebut tidak langsung berasal dari
kegiatan kapal, tetapi akibat penurunan kualitas air laut akibat
limbah/sampah yang semakin banyak. Kualitas air laut yang menurun
menyebabkan gangguan kehidupan biota perairan.

III - 70
Evaluasi perubahan dampak dan upaya penanggulangan dampak pada
kegiatan kapal semakin meningkat setiap tahun karena aktivitas di PPN
Pengambengan juga semakin besar. Dengan semakin lengkapnya fasilitas
yang ada, maka dampak yang terjadi skalanya juga akan semakin besar.
Aspek ketaatan hukum yang dilakukan adalah dengan mengacu pada
Undang-Undang No 45 Tahun 2009 tentang Perikanan dan Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan Nomor PER.08/MEN/2012 tentang Kepelabuhan
Perikanan.
3).Pendaratan Ikan

Pendaratan ikan adalah kegiatan pembongkaran ikan-ikan hasil


tangkapan nelayan/kapal ikan yang dilakukan di dermaga bongkar.
Pembongkaran ikan dilakukan dengan memindahkan ikan-ikan yang ada di
palka kapal ke keranjang-keranjang dan kemudian dibawa oleh TKBM (tenaga
kerja bongkar muat) ke TPI untuk dilelang. Lamanya pembongkaran ini sangat
tergantung pada jumlah muatan kapal. Jumlah TKBM yang diperlukan untuk
satu pembongkaran kapal berkisar antara 8 – 12 orang. Selama
pembongkaran, awak kapal dan petugas pelabuhan melakukan penghitungan
jumah ikan yang dibongkar.
a). Jenis Dampak : Kualitas Air
Dampak perubahan kualitas air laut diakibatkan adanya ceceran
limbah akibat aktivitas pendaratan ikan maupun pemindahan ikan dari kapal
ke keranjang untuk ditimbang.
b). Jenis Dampak : Timbulan Limbah/Sampah
Dampak timbulan sampah diakibatkan aktivitas pendaratan ikan
yang menghasilkan sampah berupa potongan ikan yang tidak terpakai
maupun pembungkus ikan yang tudak terpakai.
Evaluasi perubahan dampak dan upaya penanggulangan dampak pada
kegiatan pendaratan ikan mengalami berbagai penyempurnaan. Aspek
ketaatan hukum yang dilakukan adalah dengan mengacu pada Undang-
Undang No 45 Tahun 2009 tentang Perikanan dan Peraturan Menteri Kelautan
dan Perikanan Nomor PER.08/MEN/2012 tentang Kepelabuhan Perikanan.
4).Pelelangan Ikan

a). Jenis Dampak : Peningkatan Pendapatan Masyarakat


Dampak peningkatan pendapatan masyarakat diakibatkan adanya
aktivitas pelelang ikan yang melibatkan masyarakat. Ikan yang dilelang
kemudian dijual lagi oleh masyarakat kepada pebeli lainnya sehingga

III - 71
masyarakat dapat memperoleh keuntungan dari aktivitas perdagangan ikan
tersebut.
b).Jenis Dampak : Perubahan Kualitas Air
Dampak perubahan kualitas air diakibatkan ceceran potongan ikan
maupun limbah cair yang timbul pada saat aktivitas pelelngan ikan. Selama
pelelangan lantai TPI biasanya banyak terdapat ceceran-ceceran potongan
tubuh ikan atau darah ikan sehingga diperlukan pembilasan terhadap lantai
TPI secara berkala. Setiap kali pembilasan diperlukan lebih kurang 0,5 – 1
m3, air hasil pembilasan ini dialirkan ke drainase yang ada.

c.).Jenis Dampak: Timbulan Limbah/Sampah


Aktivitas pelelangan ikan akan menimbulkan limbah dan sampah yang
berasal dari ikan-ikan yang tidak terjual. Limbah berupa cairan maupun
padatan dan sampah plastik pembungkus sering dibiarkan berceceran di
sekitar kegiatan pelelangan ikan.

d).Jenis Dampak: Sanitasi Lingkungan


Aktivitas pelelangan ikan yang melibatkan banyak orang dengan
interaksinya yang melibatkankan keberadaan ikan-ikan mengakibatkan
terjadinya penurunan kualitas sanitasi lingkungan.
Evaluasi perubahan dampak dan upaya penanggulangan dampak pada
kegiatan pelelangan ikan sudah dilakukan perbaikan dala implementasinya.
Aspek ketaatan hukum yang dilakukan adalah dengan mengacu pada
Undang-Undang No 45 Tahun 2009 tentang Perikanan dan Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan Nomor PER.08/MEN/2012 tentang Kepelabuhan
Perikanan.

5). Kegiatan Pemeliharaan Pelabuhan


Kegiatan pemeliharaan fasilitas pelabuhan meliputi,antara lain:
pengontrolan laju sedimentasi, pengontrolan pencemaran laut, sungai/kali,
limbah darat dan limbah pelabuhan, domestik dari aktivitas pelabuhan.
Kegiatan pemeliharaan termasuk penyempurnaan fasilitas yang rusak karena
habis umur teknisnya, baik dalam bentuk rehabilitasi atau bangun baru.
a). Jenis Dampak : Sedimentasi
Sedimentasi yang terjadi sebagai akibat adanya bangunan untuk
aktivitas pelabuhan. Bangunan groin yang menjorok ke tengah laut

III - 72
menimbulkan halangan bagi sedimen yang datang dari aliran sungai sehingga
mengalami sedimentasi. Sedimentasi juga terjadi di kolam pelabuhan
sehingga kolam menjadi semakin dangkal.

b). Jenis Dampak: Kualitas Air


Perubahan kualitas air laut diakibatkan aktivitas pemeliharaan fasilitas
pelabuhan yang mengakibatkan adanya kekeruhan atau masukan material ke
dalam perairan.
Evaluasi perubahan dampak dan upaya penanggulangan dampak pada
kegiatan pemeliharaan pelabuhan terus dilakukan perbaikan. Aspek ketaatan
hukum yang dilakukan adalah dengan mengacu pada Undang-Undang No 45
Tahun 2009 tentang Perikanan dan Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor PER.08/MEN/2012 tentang Kepelabuhan Perikanan.

3.2.2. Hasil Kajian Evaluasi Dampak

Hasil kajian evaluasi dampak yang terjadi dari aktivitas di PPN


Pengambengan Jembrana dapat diuraikan dalam Tabel 3.35 berikut.

III - 73
Tabel 3.35 Kajian Evaluasi Dampak Yang Terjadi
No Sumber Jenis Sifat Efektivitas Pengelolaan dan Pemantauan Usulan
Dampak Dampak Dampak Lingkungan Pengelolaan Pemantauan
Lingkungan Lingkungan
1 Penerimaan Kesempatan + Pada saat konsultasi publik masih diharapkan Memberikan Observasi,
Tenaga Kerja penerimaan kerja dari masyarakat setempat. perioritas kepada Wawancara
Kerja Pengelolaan dan pemantauan lingkungan belum masyarakat
efektif. setempat
Pendapatan + Pendapatan masyarakat masih memungkinkan Meningkatkan Observasi,
masyarakat untuk ditingkatkan apabila fasilitas dan fasilitas dan Wawancara
pelayanan pelabuhan di tingkatkan mutunya. kualitas
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan belum pelayanan
efektif. pelabuhan
Persepsi +/- Masyarakat yang diterima sebagai karyawan Menyusun Observasi,
Masyarakat merasakan manfaat sehingga menimbulkan kesepakatan Wawancara
persepsi positif. Namun yang belum diterima dengan aparat
memberikan persepsi negatif. Efektivitas desa dan
pengelolaan dan pemnatauan lingkungan perlu kecamatan terkait
diefektifkan. penerimaan
Lama pembongkaran ikan, muatan termasuk tenaga kerja
juga sistem pengaturan sehingga tidak saling
serobot
Sarana parkir kendaraan pengangkut hasil ikan
perlu dibangun sistem transportasi terutama
limbah minyak ikan
2 Kegiatan Kualitas - Belum ada program pengelolaan dan Mengacu pada Pengukuran,
Kapal Ikan Udara pemantauan lingkungan yang dilakukan PP 41/1999 dan Analisis
sehingga perlu ditambahkan sebagai usulan PerGub Bali No Laboratorium
program pengelolaan dan pemantauan 16/2016
lingkungan.

III - 74
No Sumber Jenis Sifat Efektivitas Pengelolaan dan Pemantauan Usulan
Dampak Dampak Dampak Lingkungan Pengelolaan Pemantauan
Lingkungan Lingkungan
Kualitas Air - Belum ada program pengelolaan dan Mengacu Pengukuran,
pemantauan lingkungan yang dilakukan KepMenLH No Analisis
sehingga perlu ditambahkan sebagai usulan 51/2004, PP No Laboratorium
program pengelolaan dan pemantauan 82/2011,pergub
lingkungan. Bali No 16/2016
Limbah/ Belum ada program pengelolaan dan Mengacu UU No Observasi,
Sampah pemantauan lingkungan yang dilakukan 18/2008 Wawancara
sehingga perlu ditambahkan sebagai usulan PerGub bali No
program pengelolaan dan pemantauan 16/2016
lingkungan.
Biota - Belum ada program pengelolaan dan Melakukan Observasi,
Perairan pemantauan lingkungan yang dilakukan pengolahan Wawancara
sehingga perlu ditambahkan sebagai usulan limbah dan
program pengelolaan dan pemantauan sampah agar
lingkungan.Sedang tidak masuk ke
badan air
3 Pendaratan Kualitas Air - Harus ada perbaikan terhadap alur Mengacu Pengukuran,
Ikan kapal/perahu sehingga saat masuk dan KepMenLH No Analisis
tambatan (pembongkaran muatan ikan) dan 51/2004, PP No Laboratorium
bisa dipakai dan dimengerti oleh nelayan 82/2011,pergub
Belum ada program pengelolaan dan Bali No 16/2016
pemantauan lingkungan yang dilakukan
sehingga perlu ditambahkan sebagai usulan
program pengelolaan dan pemantauan
lingkungan.
Limbah/ - Belum ada program pengelolaan dan Mengacu UU No Observasi,
Sampah pemantauan lingkungan yang dilakukan 18/2008 Wawancara
sehingga perlu ditambahkan sebagai usulan PerGub bali No
16/2016

III - 75
No Sumber Jenis Sifat Efektivitas Pengelolaan dan Pemantauan Usulan
Dampak Dampak Dampak Lingkungan Pengelolaan Pemantauan
Lingkungan Lingkungan
program pengelolaan dan pemantauan
lingkungan.
4 Pelelangan Pendapatan + Belum ada program pengelolaan dan Meningkatkan Observasi,
Ikan Masyarakat pemantauan lingkungan yang dilakukan program Wawancara
sehingga perlu ditambahkan sebagai usulan pemberdayaan
program pengelolaan dan pemantauan masyarakat
lingkungan. (Community
Development)
Kualitas Air - Belum ada program pengelolaan dan Mengacu Pengukuran,
pemantauan lingkungan yang dilakukan KepMenLH No Analisis
sehingga perlu ditambahkan sebagai usulan 51/2004, PP No Laboratorium
program pengelolaan dan pemantauan 82/2011,pergub
lingkungan. Bali No 16/2016
Limbah/ - Belum ada program pengelolaan dan Mengacu UU No Observasi,
Sampah pemantauan lingkungan yang dilakukan 18/2008 Wawancara
sehingga perlu ditambahkan sebagai usulan PerGub bali No
program pengelolaan dan pemantauan 16/2016
lingkungan.
Sanitasi - Belum ada program pengelolaan dan Melakukan Pengukuran,
Lingkungan pemantauan lingkungan yang dilakukan prosedur sanitasi Analisis
sehingga perlu ditambahkan sebagai usulan lingkungan yang Laboratorium
program pengelolaan dan pemantauan terpadu
lingkungan.
5 Pemeliharaa Sedimentasi - Belum ada program pengelolaan dan Melakukan Observasi,
n Pelabuhan pemantauan lingkungan yang dilakukan pemeliharaan Wawancara
sehingga perlu ditambahkan sebagai usulan rutin dengan
program pengelolaan dan pemantauan pengerukan dan
lingkungan. penataan
kawasan

III - 76
No Sumber Jenis Sifat Efektivitas Pengelolaan dan Pemantauan Usulan
Dampak Dampak Dampak Lingkungan Pengelolaan Pemantauan
Lingkungan Lingkungan
Kualitas Air - Belum ada program pengelolaan dan Mengacu Pengukuran,
pemantauan lingkungan yang dilakukan KepMenLH No Analisis
sehingga perlu ditambahkan sebagai usulan 51/2004, PP No Laboratorium
program pengelolaan dan pemantauan 82/2011,pergub
lingkungan. Bali No 16/2016
Keterangan : + = positif; - = negatif

III - 77
3.3.Kajian Evaluasi Dampak
Kajian evaluasi dampak dilakukan dalam rangka menentukan
(kuantifikasi) seberapa jauh/besar langkah-langkah pengelolaan dan
pemantauan lingkungan yang harus dilakukan untuk setiap dampak yang
terjadi.

Tabel 3.36 Evaluasi Dampak


No Jenis Dampak Sumber Hasil Evaluasi Dampak
Dampak
1 Kesempatan Penerimaan Jumlah pegawai operasional saat ini
Kerja Tenaga Kerja 84 orang. Dengan adanya
pengembangan pelabuhan akan
diperlukan tambahan pegawai
operasional PPN pengambengan.
Dampak perlu dikeloa dan dipantau
2 Persepsi Penerimaan Dalam konsultasi publik ada
Masyarakat Tenaga Kerja masyarakat yang memberikan
pendapat negatif dan keras terhadap
beberapa permasalahan yang
dianggap bersumber dari pelabuhan.
Opini seperti itu perlu ditangani
dengan baik.
Dampak perlu dikeloa dan dipantau
3 Pendapatan Penerimaan Perkembangan pelabuhan di masa
Masyarakat Tenaga Kerja depan akan meningkatkan pelayanan
Pelelangan Ikan kepelabuhan. Akan ada tambahan
pendapatan yang dihasilkan.
Dampak perlu dikeloa dan dipantau
4 Kualitas Udara Kegiatan Kapal Akan terjadi peningkatan emisi gas
Ikan buang dari aktivitas kapal yang
semakin banyak di masa depan.
Dampak perlu dikeloa dan dipantau
5 Kualitas Air Kegiatan Kapal Polutan yang masuk ke perairan akan
Ikan semakin banyak akibat perkembangan
Pendaratan aktivitas dan jumlah kapal. Polutan
yang masuk akan semakin bervariasi
Ikan
dan penyebarannya akan semakin
Pelelangan Ikan luas. Dampak perlu dikelola dan
Pemeliharaan dipantau
Pelabuhan
6 Limbah/ Kegiatan Kapal Limbah yang ditimbulkan akibat
Sampah Ikan aktivitas kapal semakin banyak di
Pendaratan masa yang akan datang karena
fasilitas dan pelayanan pelabuhan
Ikan
semakin bervariasi.
Pelelangan Ikan Dampak perlu dikeloa dan dipantau
7 Sanitasi Pelelangan Ikan Adanya limbah dan sampah akan
Lingkungan mendatangkan vektor penyakit seperti
tikus,kecoa dan serangga lainnya.

III - 78
No Jenis Dampak Sumber Hasil Evaluasi Dampak
Dampak
Limbah cair yang dihasilkan aktivitas
pelelangan ikan cepat mengalami
pembusukan. Dampak perlu dikeloa
dan dipantau
8 Biota Perairan Kegiatan Kapal Gangguan biota perairan diakibatkan
Ikan kualitas air yang semakin buruk
karena masuknya limbah/sampah ke
kolam pelabuhan. Berbagai polutan
tersebut terakumulasi sehingga
mengganggu kehidupan biota
perairan. Dampak perlu dikeloa dan
dipantau
9 Sedimentasi Pemeliharaan Keberadaan sedimen dari perairan
Pelabuhan sungai dan daerah laut sekitar
pelabuhan mengakibatkan proses
sedimentasi berlangsung terus
menerus. Pemeliharaan pelabuhan
harus rutin melakukan pengerukan
dan penataan kawasan perairan
Dampak perlu dikeloa dan dipantau

3.4.Arahan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan


Berdasarkan hasil evaluasi dampak, maka perlu dilakukan pengelolaan
dan pemantauan lingkungan untuk menurunkan akibat dari dampak negatif
serta meningkatkan dampak positif. Arahan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup yang dilakukan untuk dampak yang terjadi pada kegiatan
operasional PPN Pengambengan Jembrana dapat diuraikan sebagai berikut:

3.4.1. Jenis Dampak : Kesempatan Kerja


a.Arahan Pengelolaan Lingkungan Hidup:
1) Memprioritaskan kepada masyarakat sekitar untuk menjadi rekanan
atau berusaha di PPN Pengambengan seperti rekanan dalam
pengadaan logistik kantor, logistik pelabuhan maupun logistik kapal
ikan.
2) Melakukan kerjasama dengan aparat Desa Pengambengan untuk
koordinasi dengan masyarakat setempat terhadap peluang usaha yang
dapat dimanfaatkan, seperti menata keberadaan warung-warung di
sekitar PPN Pengambengan.

III - 79
b.Arahan Pemantauan Lingkungan Hidup
Melakukan observasi dan wawancara terhadap kegiatan pengelolaan
lingkungan hidup yang dilakukan.

3.4.2.Jenis Dampak : Persepsi Masyarakat


a.Arahan Pengelolaan Lingkungan Hidup:
1) Dalam perekrutan tenaga kerja yang tidak memerlukan ketrampilan
khusus diwajibkan memprioritaskan calon tenaga kerja dari masyarakat
setempat. Tenaga kerja lokal yang terserap diperkirakan dapat
mencapai 75 %. Hal ini dituangkan dalam kesepakatan tertulis yang
disiapkan oleh PPN Pengambengan .
2) Pada musim barat banyak nelayan yang tidak melaut sehingga
menuntut untuk dapat bekerja di PPN Pengambengan. Maka untuk itu
pekerja lokal dibentuk sub-sub kelompok untuk memudahkan
pengkoordinasian, pengawasan dan pembagian kerja.
3) Melakukan pelatihan singkat kepada tenaga kerja lokal maupun
pendatang tentang job description, garis kerja dan pertanggung
jawaban.
4) Mewajibkan kepada pihak ketiga yang diperkerjakan oleh PPN
Pengambengan agar melengkapi tenaga kerja dengan peralatan
keselamatan kerja.

b.Arahan Pemantauan Lingkungan Hidup


1) Melakukan observasi dan wawancara terhadap kegiatan pengelolaan
lingkungan hidup yang dilakukan.
2) Memantau kesepakatan yang telah dibuat terkait penerimaan tenaga
kerja.

3.4.3.Jenis Dampak:Pendapatan Masyarakat


a.Arahan Pengelolaan Lingkungan Hidup:
1) Mewadahi terbentuknya organisasi TKBM yang dapat berupa koperasi
atau kelompok TKBM sehingga dapat ditentukan tingkah upah untuk
setiap kali pembongkaran muatan kapal (pendaratan ikan),
2) Pembayaran upah kepada tenaga kerja sesuai dengan jadwal dan
minimal sesuai dengan UMR Kabupaten Jembrana.
3) Mengutamakan masyarakat atau kelompok masyarakat sekitar untuk
berusaha di PPN Pengambengan seperti dalam penyediaan jasa

III - 80
transportasi pengangkutan ikan hasil pelelangan, pemenuhan logistik
kapal dan pemenuhan kebutuhan tenaga kerja dan manusia yang
beraktifitas di PPN Pengambengan.

b.Arahan Pemantauan Lingkungan Hidup


Melakukan observasi dan wawancara terhadap kegiatan pengelolaan
lingkungan hidup yang dilakukan.

3.4.4.Jenis Dampak :Kualitas Udara


a.Arahan Pengelolaan Lingkungan Hidup:
1) Menerapkan peraturan yang mewajibkan setiap usaha yang melakukan
kegiatan pengolahan ikan membuat instalasi pengolahan air limbah
(IPAL) masing-masing.
2) Melakukan penghijauan di sekeliling lahan PPN Pengambengan
dengan pohon-pohon dan tanaman. Kondisi lahan di PPN
Pengambengan yang sebagian besar berupa pasir dan berangin
kencang dapat menyulitkan tumbuhnya tanaman, untuk itu diperlukan
pembuatan atau penyiapan media tumbuh bagi pohon atau tanaman
yang akan di tanam. Media tumbuh dapat dibuat dengan membuat bak-
bak berisi tanah dengan ketebalan 1 – 1, 5 m.

b.Arahan Pemantauan Lingkungan Hidup


Melakukan pengukuran sampel lapangan, observasi dan wawancara
terhadap kegiatan pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan.

3.4.5.Jenis Dampak :Kualitas Air


a.Arahan Pengelolaan Lingkungan Hidup:
1) Menyediakan drum tempat penampungan oli/minyak sisa dari kapal
sehingga tidak mencemari lingkungan.
2) Menyediakan tempat pembuangan sampah sementara (TPS) untuk
menampung sampah padat yang dihasilkan oleh kegiatan kapal ikan.
3) Mengurus dan membuat TPS Limbah B-3 sesuai peraturan yang
berlaku untuk penampungan sementara limbah B-3.
4) Menyediakan fasilitas MCK yang dilengkapi septic tank dengan sistem
rembesan.

III - 81
5) Membuat dan memelihara instalasi pengolahan air limbah (IPAL) untuk
mengelola limbah cair terutama hasil pembilasan lantai TPI.
6) Mewajibkan kepada industri pengolahan ikan (fish processing) dan
industri penanganan ikan (fish handling) untuk membuat IPAL tersendiri
yang disesuaikan dengan kegiatan industri masing-masing.
7) Menyediakan sarana penampungan limbah (reception facilities) di areal
PPN Pengambengan mengacu pada Peraturan Menteri negara
Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2009 tentang Pengelolaan Limbah
Pelabuhan. Perlu juga diacu Marpol 73/78 terutama Annex I, dan Annex
II. Reception Facilities (RF) terdiri dari unit pengumpul limbah
cair/padat yang dapat berupa gerobak dorong, untuk limbah cair
berminyak gerobak dorong berbentuk tertutup atau dapat berupa drum-
drum bekas yang ditempatkan digerobak dorong, untuk sampah padat
dapat berupa tempat-tempat sampah plastik. Unit penampung
(storage) untuk limbah cair adalah tangki kapasitas 10 m3, sedangkan
untuk sampah dapat berupa TPS yang dibuat dari beton atau pasangan
batu bata.

b.Arahan Pemantauan Lingkungan Hidup


Melakukan pengukuran sampel lapangan, observasi dan wawancara
terhadap kegiatan pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan.

3.4.6.Jenis Dampak:Timbulan Limbah/ Sampah


a.Arahan Pengelolaan Lingkungan Hidup:
1) Mengoperasikan sistem 3 R dalam pengelolaan sampah
2) Menyiapkan tempat sampah yang memadai di setiap kawasan yang
banyak menghasilkan sampah.
3) Menyiapkan fasilitas untuk pembuatan kompos dari sampah organik
4) Menyiapkan instalasi pengolah sampah anorganik
5) Memberikan kesempatan masyarakat sekitar untuk terlibat dalam
pemanfaatan kompos yang dihasilkan
6) Berkoordinasi dengan lembaga/instansi terkait yang memiliki
kewenangan di pengelolaan sampah.
7) Mengikuti ketentuan peraturan perundangan terkait pengolahan
sampah.
8) Bekerjasama dengan lembaga/pihak ketiga yang memiliki izin
pengolahan sampah.

III - 82
9) Membuat TPS Limbah B-3 dan bekerjasama dengan pihak ketiga yang
memiliki izin pengolahan limbah B-3.
b.Arahan Pemantauan Lingkungan Hidup
Melakukan observasi dan wawancara terhadap kegiatan pengelolaan
lingkungan hidup yang dilakukan.

3.4.7. Jenis Dampak : Sanitasi Lingkungan


a.Arahan Pengelolaan Lingkungan Hidup
1) Menyiapkan klinik kesehatan dengan tenaga dokter dan pranata
kesehatan lainnya
2) Melakukan penyemprotan desinfektan, fogging, dan lainnya secara
rutin.
3) Menyebarkan bubuk abate pada daerah air yang tergenang
4) Melakukan pengolahan sampah secara baik dan benar
5) Membuat sarana MCK yang memadai bagi karyawan.
6) Pembuatan TPS Limbah B-3 sesuai peraturan yang berlaku dan
penanganan limbah B-3 sesuai PP 101 /2014
7) Melaksanakan program kebersihan secara rutin.

b.Arahan Pemantauan Lingkungan Hidup


Melakukan observasi dan wawancara terhadap kegiatan pengelolaan
lingkungan hidup yang dilakukan.

3.2.4.8. Jenis Dampak : Biota Perairan


a.Arahan pengelolaan Lingkungan
1) Melakukan pengolahan limbah yang masuk kedalam perairan
sehingga effluennya sesuai baku mutu lingkungan
2) Bekerjasama dengan balai konservasi sumberdaya alam (BKSDA)
untuk melindungi biota perairan yang dilindungi.

b.Arahan Pemantauan Lingkungan Hidup


Melakukan pengukuran sampel lapangan, observasi dan wawancara
terhadap kegiatan pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan.

3.4.9.Jenis Dampak:Sedimentasi
a.Arahan Pengelolaan Lingkungan Hidup:

III - 83
1) Sedimentasi yang terjadi di alur pelayaran yang mungkin dapat
membahayakan kapal-kapal yang keluar masuk PPN Pengambengan
dikelola dengan melakukan pengerukan (maintenance dredging)
secara berkala. Untuk menentukan perlu tidaknya pengerukan maka
dilakukan pengukuran kedalaman perairan secara berkala atau bila
terdapat laporan dari awak kapal tentang kedalaman alur telah
meyulitkan kapal untuk berolah gerak;
2) Pada garis pantai yang maju ke arah laut akibat sedimentasi akan
terjadi pertambahan luas lahan daratan di sekitar PPN Pengambengan.
Berdasarkan peraturan, pertambahan lahan ini tergolong dalam tanah
timbul maka harus dibuatkan Hak Pengelolaan Lahan (HPL).
Sedangkan pada areal yang mengalami abrasi dikelola dengan
penguatan pantai berupa groin-groin.

b.Arahan Pemantauan Lingkungan Hidup


Melakukan pengukuran sampel lapangan, observasi dan wawancara
terhadp.kegiatan peneolaan lingkungan hidup yang dilakukan.

III - 84
III - 85
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

4.1.1. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup


4.1.1.1 Jenis Dampak : Kesempatan Kerja
a. Sumber Dampak
Sumber dampak adalah kegiatan penerimaan tenaga kerja. Selain
terbukanya kesempatan kerja, operasional PPN Pengambengan juga
memperbesar peluang bagi masyarakat sekitar membuka usaha warung
makan, warung kelontong, logistik nelayan dan sebagainya untuk memenuhi
kebutuhan para nelayan, tenaga kerja bongkar muat (TKBM) dan awak
kendaraan pengangkut ikan yang semakin meningkat.
Diperkirakan kehadiran nelayan, TKBM, dan awak kendaraan angkutan
semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kapal ikan. Adanya peluang
berusaha/peningkatan perekonomian lokal akan sangat memberikan manfaat
bagi masyarakat. akan melibatkan cukup banyak masyarakat sekitar.
b. Indikator Keberhasilan Pengelolaan
Indikator keberhasilan pengelolaan lingkungan terhadap dampak adalah
jumlah masyarakat atau kelompok masyarakat yang menjadi rekanan atau
mendapat manfaat dari operasional PPN Pengambengan atau berusaha di
areal PPN Pengambengan dan sekitarnya sebesar > 75%.
c. Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan
Tujuan rencana pengelolaan lingkungan adalah mengoptimalkan manfaat
ekonomi yang dapat diperoleh oleh masyarakat sekitar akibat operasional
PPN Pengambengan.
d. Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup
1) Memprioritaskan kepada masyarakat sekitar untuk menjadi rekanan
atau berusaha dan mendapatkan manfaat ekonomi di PPN
Pengambengan.

2) Melakukan kerjasama dengan pemerintah Desa Pengambengan dan


Tegal Badeng Barat untuk memberikan informasi kepada masyarakat
setempat terhadap peluang usaha yang dapat dimanfaatkan, seperti
warung-warung, usaha jasa dan bisnis lainnya di sekitar PPN
Pengambengan.

IV- 1
3) Memberikan informasi tentang kebutuhan kerja bagi operasional PPN
Pengambengan sehingga masyarakat bisa mengikuti proses
penerimaan pegawai yang tersedia.
e. Lokasi Pengelolaan
Lokasi pengelolaan pada masyarakat Desa Pengambengan,Tegal Badeng
Barat dan sekitarnya.
f. Periode Pengelolaan
Pengelolaan dilaksanakan selama periode operasional pelabuhan.
g. Biaya Pengelolaan
Biaya pengelolaan adalah tanggung jawab dari PPN Pengambengan.
h. Institusi Pengelolaan
1).Pelaksana Pengelolaan
Pengelolaan dilaksanakan oleh PPN Pengambengan.
2).Pengawas Pengelolaan
Pengawas pengelolaan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Jembrana,
Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali dan Instansi Teknis Terkait ( Khususnya
di bidang ketenagakerjaan dan usaha perdagangan).
3).Pelaporan
Laporan pelaksanaan pengelolaan ditujukan kepada Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Jembrana, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali, dan
Kementerian Lingkungan Hidup RI.

4.1.1.2.Jenis Dampak:Persepsi Masyarakat

a. Sumber Dampak
Peluang kesempatan kerja terbentuk oleh kegiatan penerimaan tenaga
kerja operasional dan usaha-usaha lainnya di PPN Pengambengan
b. Indikator Keberhasilan Pengelolaan
Indikator keberhasilan pengelolaan terhadap dampak adalah adanya
persepsi masyarakat yang positif sebanyak >90 % dari jumlah responden.
c. Tujuan Pengelolaan
Tujuan rencana pengelolaan lingkungan adalah mengoptimalkan manfaat dari
operasional PPN Pengambengan yang dapat diperoleh masyarakat sekitar.
d. Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup
1) Dalam perekrutan tenaga kerja yang tidak memerlukan ketrampilan
khusus, seperti tenaga administrasi, petugas kebersihan, satpam,
pengawas kapal, dan tugas lapangan lainnya diwajibkan
IV- 2
memprioritaskan calon tenaga kerja dari masyarakat setempat. Tenaga
kerja lokal yang terserap diperkirakan dapat mencapai 75 %. Hal ini
dituangkan dalam surat kesepakatan PPN Pengambengan yang
diketahui oleh pemerintahan di Desa Pengambengan dan Desa Tegal
Badeng Barat.
2) Pada musim barat banyak nelayan yang tidak melaut sehingga menuntut
untuk dapat bekerja di PPN Pengambengan. Maka untuk itu pekerja
lokal dibentuk sub-sub kelompok untuk memudahkan pengkoordinasian,
pengawasan dan pembagian kerja.
3) Melakukan pelatihan singkat kepada tenaga kerja lokal maupun
pendatang tentang job description, garis kerja dan pertanggung jawaban.
4) Mewajibkan kepada pelaksana pekerjaan di PPN Pengambengan agar
melengkapi tenaga kerja dengan peralatan keselamatan kerja berupa
sepatu, weir pack, helm serta ear plug untuk yang bekerja di daerah
bising dan masker bagi yang bekerja di tempat yang berdebu.
5) Perlu dibangun Pelinggih Dewa Baruna sebagai Dewa Laut yang bisa
menjadi ikon di PPN Pengambengan agar persepsi masyarakat menjadi
lebih positif.
e. Lokasi Pengelolaan
Lokasi pengelolaan dampak kesempatan kerja pada penerimaan tenaga kerja
adalah di Desa Pengambengan ,dan Desa Tegal Badeng Barat Kecamatan
Negara, Kabupaten Jembrana.
f. Periode Pengelolaan Lingkungan
Pengelolaan dilaksanakan pada saat penerimaan tenaga kerja.
g. Biaya Pengelolaan Lingkungan
Biaya pengelolaan merupakan tanggung jawab dari PPN Pengambengan
yang dibebankan biaya operasional PPN Pengambengan.
h. Pelaksanaan Pengelolaan
1).Pelaksana Pengelolaan

Pengelolaan dilaksanakan oleh otoritas PPN Pengambengan.

2).Pengawas Pengelolaan
Pengawas pengelolaan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Jembrana
dan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali dan Instansi Teknis Terkait
(khususnya di bidang ketenagakerjaan).
3).Pelaporan

IV- 3
Laporan pelaksanaan pengelolaan ditujukan kepada Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Jembrana, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali.

4.1.1.3.Jenis Dampak: Pendapatan Masyarakat


a. Sumber Dampak
Sumber dampak kegiatan penerimaan tenaga kerja dan pelelangan ikan.
b. Indikator Keberhasilan Pengelolaan
Indikator keberhasilan pengelolaan terhadap dampak adalah tingkat upah
yang diterima oleh para perkerja terutama TKBM (tenaga kerja bongkar muat)
dan tingkat pendapatan yang didapat oleh masyarakat atau kelompok
masyarakat yang berperan dalam operasional PPN Pengambengan sama
atau lebih tinggi dari UMR regional.
c. Tujuan Pengelolaan
Tujuan pengelolaan adalah untuk memaksimalkan dampak positif yang dapat
diterima oleh masyarakat sekitar.
d. Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pengelolaan lingkungan dilakukan :
1) Mewadahi terbentuknya organisasi TKBM yang dapat berupa koperasi
atau kelompok TKBM sehingga dapat ditentukan tingkah upah untuk
setiap kali pembongkaran muatan kapal (pendaratan ikan),
2) Pembayaran upah kepada tenaga kerja sesuai dengan jadwal dan
minimal sesuai dengan UMR Kabupaten Jembrana.
3) Mengutamakan masyarakat atau kelompok masyarakat sekitar untuk
berusaha di PPN Pengambengan seperti dalam penyediaan jasa
transportasi pengangkutan ikan hasil pelelangan, pemenuhan logistik
kapal dan pemenuhan kebutuhan tenaga kerja dan manusia yang
beraktifitas di PPN Pengambengan.
e. Lokasi Pengelolaan
Pengelolaan lingkungan dilakukan di areal PPN Pengambengan dan Desa
Pengambengan.
f. Periode Pengelolaan
Pengelolaan pendapatan masyarakat dilakukan selama kegiatan operasi PPN
Pengambengan.
g. Biaya Pengelolaan
Biaya pengelolaan merupakan tanggung jawab PPN Pengambengan yang
dibebankan sebagai biaya rutin operasional PPN Pengambengan.

IV- 4
h. Institusi Pengelolaan
1).Pelaksana Pengelolaan
Pelaksana pengelolaan pada tahap operasi adalah PPN Pengambengan.
2).Pengawas Pengelolaan
Pengawas pengelolaan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Jembrana
dan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali dan Instansi Teknis Terkait.
3).Pelaporan
Laporan pelaksanaan pengelolaan ditujukan kepada Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Jembrana, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali, dan
Kementerian Lingkungan Hidup RI.

4.1.1.4.Jenis Dampak: Kualitas Udara


a. Sumber Dampak
Sumber dampak ditimbulkan oleh kegiatan kapal ikan. Polutan udara berasal
dari hasil oksidasi limbah ikan dan kegiatan perikanan di sekitar PPN
Pengambengan terutama oleh kegiatan industri pengolahan ikan yang berada
di kawasan PPN Pengambengan.
b. Indikator Keberhasil Pengelolaan
Indikator keberhasilan pengelolaan terhadap dampak adalah adalah tingkat
atau kadar parameter kualitas udara yang dibawah baku mutu lingkungan (Per
Gub Bali No 16/2016).
c. Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan
Tujuan rencana pengelolaan lingkungan adalah mencegah atau
meminimalisasi pencemaran udara.
d. Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pengelolaan lingkungan yang akan dilakukan adalah :
1) Menerapkan peraturan yang mewajibkan setiap usaha yang melakukan
kegiatan pengolahan ikan melakukan pengukuran emisi gas buang
agar sesuai dengan baku mutu lingkungan (Per Gub Bali No 16/2016).
2) Melakukan penghijauan di sekeliling lahan PPN Pengambengan
dengan pohon-pohon dan tanaman. Kondisi lahan di PPN
Pengambengan yang sebagian besar berupa pasir dan berangin
kencang dapat menyulitkan tumbuhnya tanaman, untuk itu diperlukan
pembuatan atau penyiapan media tumbuh bagi pohon atau tanaman
yang akan di tanam. Media tumbuh dapat dibuat dengan membuat bak-
bak berisi tanah dengan ketebalan 1 – 1, 5 m.

IV- 5
e. Lokasi Pengelolaan
Lokasi pengelolaan berada pada areal PPN Pengambengan dan sekitarnya.
f. Periode Pengelolaan
Pengelolaan dilaksanakan pada periode operasional PPN Pengambengan.
g. Biaya Pengelolaan
Biaya pengelolaan merupakan beban operasional PPN Pengambengan.
h. Institusi Pengelolaan
1).Pelaksana Pengelolaan
Pengelolaan dilakukan oleh PPN Pengambengan.
2).Pengawas Pengelolaan
Pengawas pengelolaan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Jembrana
dan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali dan Instansi Teknis Terkait.
3).Pelaporan
Laporan pelaksanaan pengelolaan ditujukan kepada Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Jembrana, dan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali.

4.1.1.5.Jenis Dampak: Kualitas Air

a. Sumber Dampak
Sumber dampak penurunan kualitas air adalah kegiatan kapal ikan,
pendaratan ikan, pelelangan ikan, dan pemeliharaan pelabuhan. Polutan air
di sekitar perairan PPN Pengambengan adalah berasal dari aktifitas kapal-
kapal ikan/nelayan yang menghasilkan limbah padat dan limbah cair, buangan
limbah dari industri pengolahan ikan serta limbah rumah tangga. Limbah padat
dapat berupa potongan/sisa-sisa tubuh ikan, sedangkan limbah cair dapat
berupa ceceran darah ikan, lendir ikan/ubur-ubur, limbah cair berminyak yang
terdapat di palka kapal dan oli bekas.
b. Indikator Kdeberhasilan Pengelolaan
Indikator keberhasilan pengelolaan terhadap dampak adalah Kepmen LH no
51/2004 tentang Baku Mutu Air Laut untuk Pelabuhan dan Per Gub Bali No
16/2016.
c. Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan
Tujuan rencana pengelolaan lingkungan adalah mencegah dan
meminimumkan dampak penurunan kualitas air.
d. Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pengelolaan lingkungan yang akan dilakukan adalah :

IV- 6
1) Menyediakan drum tempat penampungan oli/minyak sisa dari kapal
sehingga tidak mencemari lingkungan.
2) Menyediakan tempat pembuangan sampah sementara (TPS) untuk
menampung sampah padat yang dihasilkan oleh kegiatan kapal ikan.
3) Menyediakan fasilitas MCK yang dilengkapi septic tank dengan sistem
rembesan.
4) Membuat dan memelihara instalasi pengolahan air limbah (IPAL) untuk
mengelola limbah cair terutama hasil pembilasan lantai TPI.
5) Mewajibkan kepada industri pengolahan ikan (fish processing) dan
industri penanganan ikan (fish handling) untuk membuat IPAL tersendiri
yang disesuaikan dengan kegiatan industri masing-masing.
6) Menyediakan sarana penampungan limbah (reception facilities) di areal
PPN Pengambengan mengacu pada Marpol 73/78 terutama Annex I,
dan Annex II. Reception Facilities (RF) terdiri dari unit pengumpul
limbah cair/padat yang dapat berupa gerobak dorong, untuk limbah cair
berminyak gerobak dorong berbentuk tertutup atau dapat berupa drum-
drum bekas yang ditempatkan digerobak dorong, untuk sampah padat
dapat berupa tempat-tempat sampah plastik. Unit penampung
(storage) untuk limbah cair adalah tangki kapasitas 10 m3, sedangkan
untuk sampah dapat berupa TPS yang dibuat dari beton atau pasangan
batu bata.

e. Lokasi Pengelolaan
Lokasi rencana pengelolaan lingkungan pada perairan sekitar PPN
Pengambengan, seperti:
1) Kolam pelabuhan dan area labuh;
2) Alur pelayaran;
3) Dermaga;
4) Fasilitas pengolahan limbah;
5) Tempat Pelelangan Ikan (TPI).
f. Periode Pengelolaan
Pengelolaan dilaksanakan selama beroperasinya PPN Pengambengan.
g. Biaya Pengelolaan
Biaya pengelolaan merupakan bagian dari operasional PPN Pengambengan.
h. Institusi Pengelolaan
1).Pelaksana Pengelolaan

Pengelolaan dilaksanakan oleh PPN pengambengan.


2).Pengawas Pengelolaan
IV- 7
Pengawas pengelolaan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Jembrana
dan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali dan Instansi Teknis Terkait.
3).Pelaporan
Laporan pelaksanaan pengelolaan ditujukan kepada Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Jembrana, dan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali.

4.1.1.6.Jenis Dampak:Timbulan Limbah/Sampah


a. Sumber Dampak
Sumber dampak peningkatan timbulan limbah/sampah kegiatan kapal
ikan, pendaratan ikan, dan pelelangan ikan. Produksi limbah/sampah di PPN
Pengambengan adalah berasal dari aktifitas kapal-kapal ikan/nelayan yang
menghasilkan limbah padat dari industri pengolahan ikan serta limbah rumah
tangga. Limbah padat dapat berupa potongan/sisa-sisa tubuh ikan,
sedangkan limbah cair dapat berupa ceceran darah ikan, lendir ikan/ubur-
ubur, limbah cair berminyak yang terdapat di palka kapal dan oli bekas.

b. Indikator Keberhasilan Pengelolaan


Indikator keberhasilan pengelolaan adalah dapat memenuhi ketentuan dalam
UU No 18 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Persampahan..
c. Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan
Tujuan rencana pengelolaan lingkungan adalah mencegah dan
meminimumkan dampak peningkatan timbulan sampah.
d. Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pengelolaan lingkungan yang akan dilakukan adalah :
1) Mengoperasikan sistem 3 R dalam pengelolaan sampah
2) Menyiapkan tempat sampah yang memadai di setiap kawasan yang
banyak menghasilkan sampah.
3) Menyiapkan fasilitas untuk pembuatan kompos dari sampah organik
4) Melakukan kerjasama dengan lembaga yang memiliki izin dalam
pengolahan sampah anorganik sehingga dapat mengurangi
pencemaran yang terjadi di kawasan pelabuhan.
5) Memberikan kesempatan masyarakat sekitar untuk terlibat dalam
pemanfaatan kompos yang dihasilkan
6) Berkoordinasi dengan lembaga/instansi terkait yang memiliki
kewenangan di pengelolaan sampah.

IV- 8
7) Mengikuti ketentuan peraturan perundangan terkait pengolahan
sampah.
8) Bekerjasama dengan lembaga/pihak ketiga yang memiliki izin
pengolahan sampah.
9) Membuat TPS Limbah B-3 dan kerjasama dengan lembaga pengolah
limbah B-3 yang memiliki perizinan lengkap.

e. Lokasi Pengelolaan
Lokasi rencana pengelolaan lingkungan di areal PPN Pengambengan,
seperti:
f. Periode Pengelolaan
Pengelolaan dilaksanakan selama beroperasinya PPN Pengambengan.
g. Biaya Pengelolaan
Biaya pengelolaan merupakan bagian dari operasional PPN Pengambengan.
h. Institusi Pengelolaan
1).Pelaksana Pengelolaan

Pengelolaan dilaksanakan oleh PPN Pengambengan.


2).Pengawas Pengelolaan
Pengawas pengelolaan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Jembrana
dan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali dan Instansi Teknis Terkait.
3).Pelaporan
Laporan pelaksanaan pengelolaan ditujukan kepada Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Jembrana, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali.

4.1.1.7.Jenis Dampak:Perubahan Kualitas Sanitasi Lingkungan


a.Sumber Dampak
Sumber dampak kegiatan pelelangan ikan di PPN Pengambengan.
b.Indikator Keberhasilan Pengelolaan
Indikator keberhasilan pengelolaan adalah tidak ada verktor penyakit yang
berkeliaran. Lingkungan yang bersih,nyaman dan aman.
c.Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan
Tujuan rencana pengelolaan lingkungan adalah menciptakan kualitas sanitasi
lingkungan yang baik dan prima.
d.Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup

IV- 9
Pengelolaan lingkungan yang akan dilakukan adalah :
1) Mengoperasikan klinik kesehatan lengkap dengan dokter dan
paramedis lainnya.
2) Melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin kepada pegawai dan
pelaku usaha di pelabuhan serta para nelayan dan masyarakat lainnya.
3) Menyiapkan program sanitasi lingkungan yang bisa diadopsi
masyarakat sekitar.

e.Lokasi Pengelolaan
Lokasi rencana pengelolaan lingkungan di areal PPN Pengambengan,
seperti:

f.Periode Pengelolaan
Pengelolaan dilaksanakan selama beroperasinya PPN Pengambengan.
g.Biaya Pengelolaan
Biaya pengelolaan merupakan bagian dari operasional PPN Pengambengan.
h.Institusi Pengelolaan
1).Pelaksana Pengelolaan

Pengelolaan dilaksanakan oleh PPN Pengambengan.


2).Pengawas Pengelolaan
Pengawas pengelolaan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Jembrana
dan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali dan Instansi Teknis Terkait.
3).Pelaporan
Laporan pelaksanaan pengelolaan ditujukan kepada Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Jembrana, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali.

4.1.1.8.Jenis Dampak: Gangguan Kehidupan Biota Perairan


a. Sumber Dampak
Sumber dampak adalah kegiatan kapal ikan yang banyak beraktivitas di
kolam pelabuhan dan perairan laut Pengambengan.
b. Indikator Keberhasilan Pengelolaan
Indikator keberhasilan pengelolaan terhadap dampak adalah terjaganya
keragaman jenis dan kelimpahan jenis biota perairan di perairan laut
Pengambengan.

IV- 10
c. Tujuan Pengelolaan
Tujuan pengelolaan adalah :
1. Menjaga keragaman jenis biota perairan
2. Meminimumkan dampak yang mengganggu biota perairan.
d. Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pengelolaan lingkungan dilakukan:
1) Menjaga agar limbah cair yang dibuang ke laut sudah sesuai dengan baku
mutu lingkungan.
2) Melakukan pengawasan terhadap aktivitas kapal ikan secara ketat agar
tidak mengotori perairan laut dengan limbah/sampah yang mengganggu
kehidupan biota perairan.
e. Lokasi Pengelolaan
Pengelolaan lingkungan dilakukan di perairan depan PPN Pengambengan.
f. Periode Pengelolaan
Pengelolaan dilakukan selama kegiatan operasional PPN Pengambengan.
g. Biaya Pengelolaan
Biaya pengelolaan merupakan biaya pengembangan PPN Pengambengan
yang termasuk biaya Proyek Pengembangan PPN Pengambengan pada
tahap pengembangan, sedangkan pada tahap operasi (pasca
pengembangan) biaya pengelolaan dibebankan sebagai biaya operasional
PPN Pengambengan.
h. Institusi Pengelolaan
1).Pelaksana Pengelolaan
Pelaksana pengelolaan adalah otoritas PPN Pengambengan.

2).Pengawas Pengelolaan
Pengawas pengelolaan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Jembrana
dan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali dan Instansi Teknis Terkait.
3).Pelaporan
Laporan pelaksanaan pengelolaan ditujukan kepada Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Jembrana, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali,

4.1.1.9.Jenis Dampak: Sedimentasi


a.Sumber Dampak
Sumber dampak adalah kegiatan pemeliharaan pelabuhan. Fasilitas PPN
Pengambengan seperti groin dan bangunan breakwater yang dapat
menahan dan menghalangi gelombang dan arus laut menimbulkan juga
IV- 11
dampak berupa sedimentasi. Selanjutnya perubahan pada gelombang
menyebabkan perubahan pola arus dan garis pantai. Untuk kegiatan
kepelabuhanan, perubahan terhadap pola arus dan gelombang di luar kolam
pelabuhan tidak mengganggu kegiatan kepelabuhanan, namun terhadap pola
sedimentasi dan perubahan garis pantai sangat berpengaruh terhadap
kegiatan kepelabuhanan terutama terhadap keselamatan dan keamanan
kapal-kapal yang keluar masuk PPN Pengambengan.
b.Indikator Keberhasilan Pengelolaan
Indikator keberhasilan pengelolaan terhadap dampak adalah terjaganya
kedalaman kolam dan alur masuk serta perubahan garis pantai di sekitar
pelabuhan.
c.Tujuan Pengelolaan
Tujuan pengelolaan adalah :
1) Menjaga kedalaman kolam dan alur masuk kapal ;
2) Meminimumkan adanya dampak abrasi pantai.

d.Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup


Pengelolaan lingkungan dilakukan:
1) Sedimentasi yang terjadi di alur pelayaran yang mungkin dapat
membahayakan kapal-kapal yang keluar masuk PPN Pengambengan
dikelola dengan melakukan pengerukan (maintenance dredging)
secara berkala. Untuk menentukan perlu tidaknya pengerukan maka
dilakukan pengukuran kedalaman perairan secara berkala atau bila
terdapat laporan dari awak kapal tentang kedalaman alur telah
meyulitkan kapal untuk berolah gerak;
2) Pada garis pantai yang maju ke arah laut akibat sedimentasi akan
terjadi pertambahan luas lahan daratan di sekitar PPN Pengambengan.
Berdasarkan peraturan, pertambahan lahan ini tergolong dalam tanah
timbul maka harus dibuatkan Hak Pengelolaan Lahan (HPL).
Sedangkan pada areal yang mengalami abrasi dikelola dengan
penguatan pantai berupa groin-groin.
3) Perlu kerjasama (diusulkan) program pengelolaan terhadap abrasi
yang terjadi dengan instansi teknis terkait seperti Balai Wilayah Sungai
Bali-Penida Kementerian PU RI agar dapat mengurangi abrasi pantai
di wilayah Pengambengan dan sekitarnya.Sedangkan sarana lainnya
seperti jalan masuk dapat diusulkan melalui program Dinas PU.
e.Lokasi Pengelolaan
Pengelolaan lingkungan dilakukan di perairan depan PPN Pengambengan.

IV- 12
f.Periode Pengelolaan
Pengelolaan sedimentasi dilakukan selama kegiatan pembangunan
breakwater dan dilanjutkan terus selama operasional PPN Pengambengan.
g.Biaya Pengelolaan
Biaya pengelolaan dibebankan sebagai biaya operasional PPN
Pengambengan.
h.Institusi Pengelolaan
1).Pelaksana Pengelolaan
Pelaksana pengelolaan adalah otoritas PPN Pengambengan.

2).Pengawas Pengelolaan
Pengawas pengelolaan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Jembrana
dan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali dan Instansi Teknis Terkait.
3).Pelaporan
Laporan pelaksanaan pengelolaan ditujukan kepada Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Jembrana, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali,

4.2.SARAN
4.2.1. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup
4.2.1.1 Jenis Dampak :Kesempatan Kerja

a. Dampak yang Dipantau


Komponen lingkungan yang dipantau adalah tingkat penyerapan tenaga kerja
di lingkungan operasional PPN Pengambengan.
b. Sumber Dampak
Sumber dampak adalah kegiatan penerimaan tenaga kerja di PPN
Pengambengan.
c. Parameter Lingkungan Hidup yang Dipantau
1) Persentase tenaga kerja yang berasal dari Desa Pengambengan,Desa
Tegal Badeng Barat dan sekitarnya;
2) Peluang berusaha yang tersedia terutama untuk masyarakat lokal.
d. Tujuan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup
Tujuan rencana pemantauan lingkungan adalah memantau pelaksanaan
perekrutan tenaga kerja yang memprioritaskan masyarakat setempat dan
mendeteksi kemungkinan-kemungkinan yang akan timbul akibat rekrutmen
tenaga kerja.

IV- 13
e. Metode Pemantauan Lingkungan Hidup
1) Metode pengumpulan dan analisis data
Metode pemantauan kesempatan kerja dilakukan dengan metode
survey/wawancara dan observasi. Data-data tentang tenaga kerja dapat
dikumpulkan dari bagian personalia PPN Pengambengan. Metode analisis
kesempatan kerja adalah dengan cara menghitung peningkatan jumlah
tenaga kerja lokal yang terserap dalam tahap operasional PPN
Pengambengan.
2) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup
Lokasi pemantauan tenaga kerja adalah kantor atau bagian personalia
kantor PPN Pengambengan.
f. Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan
Pemantauan dilaksanakan pada saat perekrutan tenaga kerja pada tahap
operasional PPN Pengambengan, dengan kekerapan tiga bulan sekali.
g. Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup
1) Pelaksana Pemantauan
Pemantauan dilaksanakan oleh kantor PPN Pengambengan.

2) Pengawas Pemantauan
Pengawas pemantauan adalah Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Jembrana,
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Jembrana, Dinas Lingkungan Hidup
Provinsi Bali dan Kantor Desa Pengambengan dan Tegal Badeng Barat.
3) Pelaporan Pemantauan
Pelaporan Pemantauan kepada Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Jembrana, Dinas Lingkungan Hidup Propinsi Bali dan Kementerian
Lingkungan Hidup RI.

4.2.2.Jenis Dampak:Persepsi Masyarakat


a. Dampak yang Dipantau
Komponen lingkungan yang dipantau adalah persepsi masyarakat di dan
sekitar PPN Pengambengan.
b. Sumber Dampak
Sumber dampak adalah kegiatan penerimaan tenaga kerja dari masyarakat di
sekitar PPN Pengambengan.
c. Parameter Lingkungan Hidup Yang Dipantau
Parameter lingkungan hidup yang dipantau adalah sikap dam opini
masyarakat terkait penerimaan tenaga kerja pada tahap operasional.

IV- 14
d. Tujuan Rencana Pemantauan Lingkungan
Tujuan pemantauan lingkungan adalah untuk mengetahui sikap dan opini
masyarakat terkait penerimaan tenaga kerja dan aktivitas operasional PPN
Pengambengan.
e. Metode Pemantauan Lingkungan Hidup
1) Metode pengumpulan dan analisis data
Pemantauan lingkungan dilakukan dengan metode observasi dan
survei/wawancara.
2) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup
Lokasi pemantauan pada masyarakat Desa Pengambengan dan Desa
Tegal Bandeng Barat dan sekitarnya.

3) Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan


Pemantauan dilaksanakan selama periode operasional pelabuhan dengan
kekerapan sekali dalam setahun.
f. Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup
1) Pelaksana Pemantauan
Pemantauan dilaksanakan oleh kantor PPN Pengambengan.

2) Pengawas Pemantauan
Pengawas pemantauan adalah Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Jembrana,Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali dan Kantor Desa
Pengambengan.
3) Pelaporan Pemantauan
Pelaporan Pemantauan kepada Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Jembrana, Dinas Lingkungan Hidup Propinsi Bali dan Kementerian
Lingkungan Hidup RI.

4.2.3.Jenis Dampak :Pendapatan Masyarakat


a.Dampak yang Dipantau
Komponen lingkungan yang dipantau adalah pendapatan masyarakat di dan
sekitar PPN Pengambengan.
b.Sumber Dampak
Sumber dampak adalah aktivitas operasional PPN Pengambengan.
c.Parameter Lingkungan Hidup Yang Dipantau
Parameter lingkungan hidup yang dipantau adalah tingkat pendapatan
masyarakat yang berusaha maupun yang bekerja sebagai tenaga kerja pada
tahap operasional.
IV- 15
d.Tujuan Rencana Pemantauan Lingkungan
Tujuan pemantauan lingkungan adalah untuk mengetahui besarnya manfaat
secara ekonomi yang dapat dinikmati oleh masyarakat sekitar PPN
Pengambengan.
e.Metode Pemantauan Lingkungan Hidup
1) Metode pengumpulan dan analisis data
Pemantauan lingkungan dilakukan dengan metode observasi dan survei.
Observasi dilakukan dengan pengamatan lapangan, sedangkan survei
dilakukan dengan mewawancarai (interview) masyarakat setempat
mengenai peningkatan pendapatannya akibat bekerja dan berusaha di
lingkungan operasional PPN Pengambengan.

2) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup


Lokasi pemantauan pada masyarakat Desa Pengambengan dan
sekitarnya.

3) Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan


Pemantauan dilaksanakan selama periode operasional pelabuhan dengan
kekerapan sekali dalam setahun.
f.Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup
1) Pelaksana Pemantauan
Pemantauan dilaksanakan oleh kantor PPN Pengambengan.

2) Pengawas Pemantauan
Pengawas pemantauan adalah Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Jembrana, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali dan Kantor Desa
Pengambengan.
3)Pelaporan Pemantauan
Pelaporan Pemantauan kepada Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Jembrana, Dinas Lingkungan Hidup Propinsi Bali dan Kementerian
Lingkungan Hidup RI.
4.2.4.Jenis Dampak:Kualitas Udara

a. Dampak yang Dipantau


Komponen lingkungan yang dipantau adalah kualitas udara di sekitar tapak
kegiatan PPN Pengambengan.
b. Sumber Dampak
Sumber dampak adalah hasil oksidasi dari limbah yang menghasilkan bau
khas ikan busuk dan aktivitas pelabuhan lainnya.

IV- 16
c. Parameter Lingkungan Hidup Yang Dipantau
Parameter lingkungan hidup yang dipantau adalah penurunan kualitas
udara mengacu pada baku mutu lingkungan (PerGub Bali No 16/2016).
d. Tujuan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup
Tujuan pemantauan adalah memantau efektifitas pelaksanaan
pengelolaan lingkungan dalam mencegah/meminimumkan timbulnya
dampak kebauan.
e. Metode Pemantauan Lingkungan Hidup
1) Metode pengumpulan dan analisis data
Metode pemantauan kualitas udara dilakukan dengan metode sampling
mengggunakan peralatan sampling kualitas udara.
2) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup
Lokasi pemantauan adalah pada areal PPN Pengambengan.
3) Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan
Waktu pemantauan setiap 6 bulan selama tahap operasi.
f. Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup
1) Pelaksana Pemantauan
Pemantauan dilaksanakan oleh kantor PPN Pengambengan.
2).Pengawas pemantauan
Pengawas pemantauan adalah Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Jembrana, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali dan Kantor Desa
Pengambengan.
3).Pelaporan Pemantauan
Pelaporan Pemantauan kepada Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Jembrana, Dinas Lingkungan Hidup Propinsi Bali dan Kementerian
Lingkungan Hidup RI.

4.2.5.Jenis Dampak:Kualitas Air


a. Dampak yang Dipantau
Komponen lingkungan yang dipantau adalah kualitas air laut di sekitar PPN
Pengambengan. Parameter yang menjadi indikator dampak adalah BOD,
COD, kekeruhan, TSS, minyak dan lemak.
b. Sumber Dampak
Sumber dampak terhadap kualitas air laut adalah kegiatan kapal, pendaratan
ikan dan masuknya limbah ke perairan.

IV- 17
c. Parameter Lingkungan Hidup Yang Dipantau
Parameter yang dipantau adalah PP No.19/1999 tentang Pengendalian
Pencemaran dan/atau Perusakan Laut dan Kepmen LH no 51/2004, Per Gub
Bali No 16/2016. Baku mutu tersebut adalah kekeruhan < 30 mg/l, TSS < 80
mg/l, BOD < 45 mg/l, COD < 80 mg/l, minyak dan lemak < 5 mg/l.
d. Tujuan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup
Tujuan pemantauan dampak penurunan kualitas air laut adalah untuk
melihat tingkat keberhasilan pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan.
e. Metode Pemantauan
1) Metode pengumpulan dan analisis data
Pemantauan kualitas air laut dilakukan dengan metode sampling.
Sampling dilakukan dengan mengambil contoh air laut dengan tata cara
sesuai SNI. Contoh air yang telah diberi perlakuan dan pengawetan segera
dianalisis parameter yang telah ditentukan. Metode analisis contoh air
disesuaikan dengan KEPMEN. KLH No.51/2004.

Metode analisis contoh air disajikan pada Tabel 4.1 di bawah ini :

Tabel 4.1. Metode Analisis Contoh Air

No Parameter Satuan Analisis Keterangan

1. pH - pH meter atau lakmus In situ


2. Minyak mg/l Analisis dengan Metode Laboratorium
Ekstraksi Freon
3. BOD5 mg/l Diinkubasi pada suhu 200C Laboratorium
selama 5 hari,diukur nilai DO5-
nya
4. COD mg/l Titrimetrik dengan indikator Laboratorium
K2Cr2O7
0
5. Suhu C Pemuaian In Situ
6. Lapisan Minyak - Visual In Situ
7. Kekeruhan mg/l Nefelometrik Laboratorium
8. TSS/TDS mg/l Gravimetrik Laboratorium
Sumber: Kep.Men. KLH No.51/2004

IV- 18
2.Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup

Lokasi rencana pemantauan lingkungan pada perairan sekitar PPN


Pengambengan, dengan jumlah titik sampling adalah 3 titik yang mewakili
kualitas air laut di kolam pelabuhan ( 08o 23.098 LS – 114o 34.467 BT);
perairan di dekat bangunan breakwater (08o 24,055 LS – 114o 33.326 BT),
dan di perairan laut Pengambengan (08o 24.066 LS – 114o 33.654 BT).

3.Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan


Pemantauan dilaksanakan sekali dalam tiga bulan sesuai dengan
perkembangan musim selama periode operasi PPN Pengambengan.
f. Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup
1). Pelaksana Pemantauan
Pemantauan dilaksanakan oleh kantor PPN Pengambengan.
2). Pengawas Pemantauan

Pengawas pemantauan adalah Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten


Jembrana, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali, dan Kementerian
Lingkungan Hidup.
3). Pelaporan Pemantauan
Pelaporan Pemantauan kepada Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Jembrana, Dinas Lingkungan Hidup Propinsi Bali dan Kementerian
Lingkungan Hidup RI.

4.2.6.Jenis Dampak:Timbulan Limbah/Sampah


a. Dampak yang Dipantau
Komponen lingkungan yang dipantau adalah jumlah dan jenis
limbah/sampah yang dihasilkan pada tahap operasional PPN
Pengambengan.
b. Sumber Dampak
Sumber dampak adalah operasional PPN Pengambengan
c. Parameter Lingkungan Hidup Yang Dipantau
Parameter lingkungan hidup yang dipantau meliputi lokasi timbulan
limbah/sampah,jumlah dan jenis limbah/sampah.

IV- 19
d. Tujuan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup
Tujuan pemantauan adalah untuk mengevaluasi program pengelolaan
limbah dan persampahan di PPN Pengambengan.

e. Metode Pemantauan Lingkungan Hidup


1) Metode pengumpulan dan analisis data
Pemantauan dilakukan dengan metode survei dan observasi.
2) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup;
Pemantauan dilakukan di areal PPN Pengambengan;
3) Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan;
Pemantauan dilakukan selama kegiatan operasional PPN
Pengambengan.
f. Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup
1) Pelaksana Pemantauan
Pelaksana pemantauan adalah staf PPN pengambengan. Anggaran biaya
pemantauan dibebankan sebagai biaya operasional PPN Pengambengan.
2) Pengawas Pemantauan
Pengawas pemantauan adalah Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Jembrana, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali.
3) Pelaporan Pemantauan
Pelaporan Pemantauan kepada Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Jembrana, Dinas Lingkungan Hidup Propinsi Bali.

4.2.7.Jenis Dampak:Sanitasi Lingkungan


a. Dampak yang Dipantau
Komponen lingkungan yang dipantau adalah kualitas sanitasi lingkungan
di PPN Pengambengan.
b. Sumber Dampak
Sumber dampak adalah operasional PPN pengambengan.
c. Parameter Lingkungan Hidup Yang Dipantau
Parameter lingkungan hidup yang dipantau adalah keberadaan vektor
penyakit, kebersihan dan kenyamanan lingkungan, keandalan fasilitas
kesehatan.
d. Tujuan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup
Tujuan pemantauan adalah untuk mengevaluasi kualitas sanitasi
lingkungan PPN Pengambengan.

IV- 20
e. Metode Pemantauan Lingkungan Hidup
1).Metode pengumpulan dan analisis data
Pemantauan dilakukan dengan metode survei dan observasi kualitas
sanitasi lingkungan.
2).Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup;
Pemantauan dilakukan di PPN Pengambengan dan kawasan sekitarnya;
3).Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan;
Pemantauan dilakukan secara rutin setiap enam bulan.
f. Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup
1) Pelaksana Pemantauan
Pelaksana pemantauan adalah PPN Pengambengan, sedangkan biaya
pemantauan dibebankan sebagai biaya operasional PPN Pengambengan.
2) Pengawas Pemantauan
Pengawas pemantauan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Jembrana,Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali serta dan instansi teknis
terkait.
3) Pelaporan Pemantauan
Pelaporan Pemantauan kepada Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Jembrana, Dinas Lingkungan Hidup Propinsi Bali dan Kementerian
Lingkungan Hidup RI.

4.2.8.Jenis Dampak:Gangguan Kehidupan Biota Perairan


a.Dampak yang Dipantau
Komponen lingkungan yang dipantau adalah biota perairan di perairan
Pengambengan.
b.Sumber Dampak
Sumber dampak adalah operasional PPN Pengambengan.
c.Parameter Lingkungan Hidup Yang Dipantau
Parameter lingkungan hidup yang dipantau keberadaan biota perairan
(benthos, ikan, dan plankton)
d.Tujuan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup
Tujuan pemantauan adalah untuk mengetahui kondisi kehidupan biota
perairan di perairan Pengambengan.
e.Metode Pemantauan Lingkungan Hidup
1).Metode pengumpulan dan analisis data
Pemantauan dilakukan dengan metode survei dan pengukuran
keragaman jenis biota perairan;
2).Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup;
IV- 21
Lokasi rencana pemantauan lingkungan pada perairan sekitar PPN
Pengambengan, dengan jumlah titik sampling adalah 3 titik yang mewakili
kondisi di kolam pelabuhan ( 08o 23.098 LS – 114o 34.467 BT); perairan
di dekat bangunan breakwater (08o 24,055 LS – 114o 33.326 BT), dan di
perairan laut Pengambengan (08o 24.066 LS – 114o 33.654 BT).
3).Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan;
Pemantauan dilakukan secara rutin setiap enam bulan.
f.Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup
1).Pelaksana Pemantauan
Pelaksana pemantauan adalah PPN Pengambengan, sedangkan biaya
pemantauan dibebankan sebagai biaya operasional PPN Pengambengan.
2).Pengawas Pemantauan
Pengawas pemantauan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Jembrana,Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali serta dan instansi teknis
terkait.
3).Pelaporan Pemantauan
Pelaporan Pemantauan kepada Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Jembrana, Dinas Lingkungan Hidup Propinsi Bali dan Kementerian
Lingkungan Hidup RI.

4.2.9.Jenis Dampak:Sedimentasi
a.Dampak yang Dipantau
Komponen lingkungan yang dipantau adalah tingkat sedimentasi di
kawasan pantai Pengambengan.
b.Sumber Dampak
Sumber dampak adalah fasilitas pelabuhan di PPN pengambengan.
c.Parameter Lingkungan Hidup Yang Dipantau
Parameter lingkungan hidup yang dipantau dari proses yang terjadi yaitu
dilihat pada tingkat sedimentasi dan perubahan garis pantai.
d.Tujuan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup
Tujuan pemantauan adalah untuk mengevaluasi perilaku sedimentasi di
kawasan perairan pantai Pengambengan.
e.Metode Pemantauan Lingkungan Hidup
1).Metode pengumpulan dan analisis data
Pemantauan dilakukan dengan metode survei yaitu dengan melakukan
pengukuran kedalaman perairan. Pemantauan terhadap perubahan garis

IV- 22
pantai dilakukan dengan membuat patok sebagai titik ikat yang kemudian
digunakan sebagai dasar atau acuan dari perubahan garis pantai;
2).Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup;
Pemantauan dilakukan di perairan depan operasional PPN
Pengambengan;
3).Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan;
Pemantauan dilakukan secara rutin setiap enam bulan.
f.Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup
1).Pelaksana Pemantauan
Pelaksana pemantauan adalah PPN Pengambengan, sedangkan biaya
pemantauan dibebankan sebagai biaya operasional PPN Pengambengan.
2).Pengawas Pemantauan
Pengawas pemantauan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Jembrana,Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali serta dan instansi teknis
terkait.
3).Pelaporan Pemantauan
Pelaporan Pemantauan kepada Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Jembrana, Dinas Lingkungan Hidup Propinsi Bali dan Kementerian
Lingkungan Hidup RI.

IV- 23
DAFTAR PUSTAKA

Biro Pusat Statistik, Kabupaten Jembrana Dalam Angka Tahun 2016.

Biro Pusat Statistik, Kecamatan Negara dalam Angka Tahun 2016

Canter L.W. 1996 Enviromental Impact Assessment. Mc. Graw Hill Inc. New
York.

Husin, Y.A. 1987. Dampak Terhadap Kualitas Air. BKLH-MISETA


IPB. Bogor.
Kementerian Pekerjaan Umum RI, Zona Gempa di Indonesia Tahun 2010.

Koentjaraningrat. 2002. Bunga Rampai Kebudayaan, Mentalitas dan


Pembangunan. Jakarta: Penerbit PT Gramedia.

Krebs, C.J. 1989. Ecological Methodology. Harper & Row


Publishing. New York.

Lee, J. 1985. The Environment, Public Health and Human Ecology;


Consideration for Economic Development. World Bank Publ, John
Hopkins University Press, Baltimore, Maryland.

McNeely, R.N. V.P. Neimanis and L. Dwyer. 1979 Water Quality


Sourcebook, A Guide toWater Quality. Directorate, Water Quality Branch,
Otawa, Canada.

Munir, Moch. 1996. Geologi dan Mineralogi Tanah. Pustaka Jaya. Jakarta.

Odum, E.P. 1971. Fundamentals of Ecology. Third Edition. WB Sounder


Company, Phladelphia, London, Toronto.

Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Bali Tahun 2009 - 2029.
Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2005 tentang Pengendalian
Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup.
Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 5 Tahun 2005 tentang Persyaratan
Arsitektur Bangunan Gedung.

1
Peraturan Gubernur Bali No. 16 Tahun 2016, tentang Baku Mutu Lingkungan
dan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416 Tahun 1990 Tentang syrat-syarat
dan Pengawasan Kualitas Air
Peraturan Menteri Negara LH Nomor 16 tahun 2012 tentang Pedoman
Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup
Peraturan Pemerintah RI Nomor 27 Tahun 2012 Tentang Ijin Lingkungan
Peraturan Pemerintah RI Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Propinsi dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.
Peraturan Pemerintah RI Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara
Peraturan Pemerintah RI Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air

Purbo-Hadiwidjojo, M.M., H. Samodra, dan T.C. Amin 1998. Peta Geologi


Lembar Bali, Nusatenggara. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi. Bandung

Shannon, C.E. & W. Weaner. 1963. The Mathematical Theory of


Communication. Urbana: University of Illionis Press.

Stern. A.C., R.W. Bouble D.L. Fok. 1984. Fundamental of Air Pollution.
Second Edition. Academic Press Inc. New York.

Sumarwoto, O. 1990. Analisis Dampak Lingkungan. Gajah Mada


University Press, Yogyakarta.
Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah
Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
Undang-Undang RI Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Undang-Undang RI Nomor 26 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup

Anda mungkin juga menyukai