Oleh:
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
ABSTRAK
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang I-1
1.2.Batas Wilayah Penelitian I-4
DAFTAR PUSTAKA
ii
Evaluasi Lingkungan Hidup Kegiatan Pelabuhan Perikanan Nusantara
(PPN) Pengambengan Di Desa Pengambengan Kecamatan Negara
Kabupaten Jembrana Provinsi Bali Tahun 2017
ABSTRAK
I-1
status kelas dan diresmikan menjadi Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN)
Pengambengan.
PPN Pengambengan terletak pada posisi 080 23’ 46” Lintang Selatan
dan 1140 34’ 47” Bujur Timur. Berjarak + 9 Km dari Kota Negara dan + 105
Km dari Kota Denpasar, menghadap ke Wilayah Pemanfaatan Perairan
(WPP) 573 Samudera Hindia dan Selat Bali.
PPN Pengambengan didukung oleh industri pengolahan ikan yang ada
di komplek maupun yang ada di luar komplek pelabuhan; yaitu industri
pengalengan ikan dan penepungan ikan berjumlah 14 unit (diluar komplek
pelabuhan), serta 1 unit industri di dalam komplek pelabuhan yaitu PT.
Cilacap Samudra Fishing Industry yang kegiatannya berbentuk pengolahan
ikan, pabrik es, cold storage dan galangan kapal.
Sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Perikanan
Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan, PPN Pengambengan
mempunyai tugas pokok melaksanakan fasilitasi produksi dan pemasaran
hasil perikanan tangkap di wilayahnya dan pengawasan pemanfaatan
sumberdaya penangkapan untuk pelestariannya. Tujuan dari pelayanan
tersebut adalah meningkatkan kesejahteraan nelayan pada khususnya dan
masyarakat sekitarnya pada umumnya.
Komitmen pemerintah untuk meningkatkan perekonomian masyarakat
melalui pembangunan sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan
perikanan tangkap sangat besar. Hal ini ditunjukan dengan berbagai
dukungan terhadap kegiatan di PPN Pengambengan. Khusus untuk kegiatan
pengembangan PPN Pengambengan Tahun 2017 mencakup pengembangan
fasilitas/prasarana pendukung pelabuhan, penambahan breakwater, dan
pengerukan kolam pelabuhan serta kegiatan peningkatan mutu pelayanan
terhadap operasional kapal nelayan.
Berdasarkan peraturan di bidang lingkungan hidup yakni Undang-
Undang RI No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yang
selanjutnya diganti dengan Undang-Undang RI No 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 22 menyatakan
bahwa setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap
lingkungan hidup wajib memiliki Amdal. Maka pada tahun 2009, PPN
Pengambengan menyusun dokumen Amdal. Penyusunan Amdal pada tahun
2009 tersebut dilaksanakan untuk mengkaji dampak yang ditimbulkan akibat
adanya kegiatan pengembangan PPN Pengambengan. Namun penyusunan
Amdal belum mendapatkan pengesahan dari Komisi Amdal yang berwenang
sehingga belum diterbitkannya Izin Lingkungan.
I-2
Selanjutnya, melalui Surat Nomor B-/4134/MENLH/KP/12/2013
tanggal 27 Desember 2013 tentang Arahan Pelaksanaan Pasal 121 Undang-
undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, semua kegiatan yang berdampak penting bagi lingkungan
perlu dilengkapi dengan dokumen lingkungan hidup. Diuraikan pula dalam
peraturan tersebut, bahwa pengendalian lingkungan hidup merupakan urusan
wajib yang menjadi kewenangan pemerintah daerah propinsi dan
kabupaten/kota sebagaimana diamanatkan dalam pasal 31 ayat (1) huruf j dan
pasal 14 ayat (1) huruf j Undang – undang 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah dan Pasal 63 ayat (1) Undang – undang No. 32 Tahun 2009 tentang
perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup. Untuk melaksanakan
aturan tersebut, maka PPN Pengambengan melakukan beberapa pertemuan
dan konsultasi dengan instansi teknis terkait kewajiban melaksanakan kajian
lingkungan. Melalui Surat Perintah Tugas Nomor
3873/PPN.Pgb/KP.440/IX/2015 tanggal 16 September 2015 perihal
Koordinasi Dokumen Lingkungan Hidup di Badan Lingkungan Hidup (BLH)
Provinsi Bali, diarahkan agar PPN Pengambengan dapat menyiapkan
dokumen lingkungan sesuai deskripsi kegiatan yang akan dilaksanakan.
Sesuai dengan hasil Rapat Koordinasi Penyusunan Dokumen
Lingkungan PPN Pengambengan tertanggal 12 Mei 2017 telah disepakati
bahwa PPN Pengambengan Jembrana perlu menyusun Dokumen Evaluasi
Lingkungan Hidup (DELH). Penyusunan DELH tersebut mengacu pada
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Nomor P.102/
MENLHK/ SETJEN/KUM.1/ 12/2016 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen
Lingkungan Hidup Bagi Kegiatan Usaha dan/atau Kegiatan yang telah
memiliki Izin Usaha dan/atau Kegiatan tetapi Belum Memiliki Dokumen
Lingkungan Hidup. Untuk hal tersebut, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap
Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Satker Direktorat
Pelabuhan Perikanan Tahun 2017 Nomor 159/KPA.3/TU.110/V/2017 tentang
tim penyusun dokumen lingkungan hidup (DELH) di PPN Pengambengan Bali.
Surat Edaran Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
S.734/PTKL-PDLUK/2015 Tanggal 24 Juli 2015 menguraikan bahwa
kewenangan penilaian dokumen lingkungan untuk rencana usaha dan/atau
kegiatan yang berlokasi di wilayah laut dari garis pantai sampai dengan 12 mil
ke arah laut lepas dan/atau perairan kepulauan merupakan kewenangan
Komisi Amdal Provinsi. Dengan mengacu pada ketentuan tersebut, maka
proses pembahasan DELH PPN Pengambengan dilaksanakan oleh Komisi
Amdal Provinsi Bali.
I-3
1.2 Batas Wilayah Penelitian
a.Batas Wilayah Penelitian
Batas wilayah penelitian yaitu ruang dimana seluruh komponen kegiatan
akan dilakukan, termasuk komponen kegiatan tahap pra-konstruksi,
konstruksi, operasional, dan pasca-operasional. Batas tapak proyek adalah
kawasan PPN Pengambengan yang terletak di Desa Pengambengan
Kecamatan Negara Kabupaten Jembrana Provinsi Bali.
b. Batas Ekologis
Batas ekologis merupakan ruang terjadinya sebaran dampak-dampak
lingkungan dari kegiatan yang akan dikaji, mengikuti media lingkungan
masing-masing (seperti air dan udara), dimana proses alami yang
berlangsung dalam ruang tersebut diperkirakan akan mengalami perubahan
mendasar. Batas ekologis yang dipergunakan didalam studi ini meliputi areal
yang mencakup wilayah daratan dan pesisir pantai di PPN Pengambengan
Jembrana.
c. Batas sosial
Batas sosial, yaitu ruang disekitar rencana kegiatan yang merupakan
tempat berlangsungnya berbagai interaksi social yang mengandung norma
dan nilai tertentu yang sudah mapan, sesuai dengan proses dan dinamika
sosial suatu kelompok masyarakat, yang diperkirakan akan mengalami
perubahan mendasar akibat rencana kegiatan. Batas wilayah sosial meliputi
wilayah-wilayah pemukiman masyarakat di Desa Pengambengan dan Desa
Tegal Badeng Barat Kecamatan Negara Kabupaten Jembrana.
d.Batas administratif
Batas administratif, yaitu wilayah administratif terkecil yang relevan yang
wilayahnya tercakup dalam batas proyek, ekologis dan sosial. Wilayah
administratif yang dibahas dalam studi ini adalah wilayah administrasi Desa
Pengambengan dan Desa Tegal Badeng Barat Kecamatan Negara Kabupaten
Jembrana.
I-4
Gambar 1.1. Peta Wilayah Penelitian
I-5
Gambar 1.2. Peta Batas Administratif
I-6
Gambar 1.3. Peta Batas Sosial
I-7
Gambar 1.4. Peta Batas Ekologis
I-8
BAB II
METODE PENELITIAN
II - 1
a) menentukan komponen dan parameter lingkungan hidup yang
merupakan dampak penting hipotetik,
b) menentukan metode pengumpulan data,
c) menentukan lokasi pengukuran atau pengambilan cuplikan
(sampel) yang dianggap dapat mewakili kondisi lingkungan yang
potensial terkena dampak yang disajikan pada peta.
d) melaksanakan pengukuran di lokasi yang dianggap dapat
mewakili daerah sebaran dampak.
Metoda pengumpulan dan analisis data komponen lingkungan hidup
berdasarkan dampak penting hipotetik serta keterkaitannya dengan
dampak penting hipotetik adalah sebagai berikut:
II - 2
- Transportasi (Kepadatan dan Kemacetan, Kecelakaan lalu
Lintas,Sarana dan Prasarana Jalan)
Data Sekunder
1 Temperatur Udara oC Pembacaan Langsung
BMG
Data Sekunder
2 Kelembaban % Analisis Rata-Rata
BMG
Data Sekunder
3 Kecepatan Angin Knot Pembacaan Langsung
BMG
Data Sekunder
4 Arah Angin Derajat (o) Pembacaan Langsung
BMG
II - 3
Tabel 2.2. Kriteria Kualitas Lingkungan Komponen Iklim Mikro
a. Suhu Udara
No. Kriteria Lingkungan Kualitas Skala
1. Suhu lebih dari 35 oC atau kurang dari 10o C Buruk 1
2. Suhu udara antara 32 – 34 oC atau 10 – 14 o C Kurang 2
3. Suhu udara antara 29 – 31 o C atau 15 – 18 o C Sedang 3
4. Suhu udara antara 26 – 28 o C atau 19 – 21 o C Cukup 4
5. Suhu udara antara 22 – 25 o C Baik 5
e. Kelembaban (%)
No. Kriteria Lingkungan Kualitas Skala
1. Dibawah 40 Buruk 1
2. 41 – 50 atau 90 - 100 Kurang 2
3. 51 – 60 atau 80 - 89 Sedang 3
4. 61 – 69 atau 71 - 79 Cukup 4
5. Lebih dari 79 Baik 5
Sumber : Hand Book of Variables for Environmental Impact Assessment, L.W
Canter & L.G. Hill, 1981.
II - 4
2). Kualitas Udara
Data kualitas udara didapatkan melalui pengukuran langsung,
pengambilan cuplikan (sampel) dan analisis laboratorium terhadap kualitas
udara ambien di lokasi sekitar tapak proyek. Lokasi pengamatan atau
pengukuran kualitas udara dilakukan pada daerah yang berpotensi terkena
dampak dan dianggap mewakili di wilayah sekitar rencana kegiatan. Data
kualitas udara dianalisis dengan metoda dari Environmental Protection
Agency (EPA) dan SNI serta ASTM. Hasilnya dibandingkan dengan baku mutu
Peraturan Gubernur Bali No 8 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Lingkungan
Hidup dan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup Provinsi Bali dan
peraturan lainnya.
Data tersebut dipergunakan sebagai data awal kondisi lingkungan saat studi
dan dapat diketahui perubahannya pada tahap konstruksi dan pasca
konstruksi kegiatan peningkatan.
3). Kebisingan
Data kebisingan dikumpulkan dengan cara mengukur tingkat kebisingan
dengan alat noise level meter di lokasi yang berpotensi terkena dampak
kegiatan di lokasi yang sama dengan lokasi pengukuran dan pengamatan
kualitas udara. Data kebisingan analisisnya mengacu pada dan Keputusan
Menteri Lingkungan Negara Lingkungan Hidup No.48 tahun 1996 tentang
Baku Tingkat Kebisingan dan Peraturan Gubernur Bali No 16 Tahun 2016.
Tingkat kebisingan akan dibandingkan sesuai dengan lokasi peruntukkannya
yaitu pelabuhan.Metode pengukuran parameter kualitas udara dan kebisingan
disajikan pada Tabel 2.3.
II - 5
Tabel 2.3. Metode Pengukuran Kualitas Udara dan Kebisingan
No Paramater Uji Satuan BM Metode Uji
4). Fisiografi
Data fisiografi yang dikumpulkan terutama topografi yang meliputi
ketinggian tempat dari permukaan laut (elevasi), kemiringan lereng (slope),
bentang alam dan daerah aliran sungai. Data tersebut diperoleh untuk tapak
kegiatan dilakukan penelaahan topografi/situasi pada sekala peta rinci (1 :
50.000), ditunjang dengan interpretasi peta rupa bumi sekala 1: 50.000 dari
Bakosurtanal dan data lainnya yang relevan seperti foto udara.
Data geologi tata lingkungan dapat dilakukan dengan mencari data
terkait. Penelitian geologi tata lingkungan yang dilakukan adalah dengan
metoda interpretasi peta geologi maupun dengan penelitian langsung di
lapangan dan analisis laboratorium terhadap contoh tanah dan air tanah, serta
ditunjang dengan studi pustaka. Lokasi proyek ini termasuk ke dalam lembar
peta dasar topografi skala 1:25.000, seri rupa bumi yang dibuat Bakosurtanal.
Analisis Kebencanaan Geologi ini adalah untuk mengetahui
kemungkinan akan terjadinya bahaya lingkungan karena adanya proses
geodinamika yang berasal dari dalam (energi endogenik) dan dari luar bumi
(energi eksogenik). Analisis geodinamika dan bencana alam geologi ini
berdasarkan data dan informasi serta hasil observasi lapangan meliputi
analisis gempa bumi, analisis gerakan tanah dan analisis erosi.
4).Hidrologi
Data mengenai aspek hidrologi yang dikumpulkan meliputi data primer
dan data sekunder. Data primer meliputi debit aliran, kualitas air, fisik air
permukaan. Data tersebut diperoleh di titik-titik lokasi pengukuran yang relatif
II - 6
berdekatan dengan rencana kegiatan . Data aspek hidrologi mencakup pola
drainase, kondisi, fungsi drainase, pola aliran berdasarkan data sekunder
yang ada yaitu dari studi hidrologi pada saat desain, sedangkan kualitas air
berdasarkan hasil pengukuran langsung dan analisis laboratorium. Data erosi
ditinjau dari pengamatan visual terhadap singkapan lahan terbuka dan
kandungan sedimen. Data curah hujan yang merupakan data sekunder
diperoleh dari Stasiun Klimatologi terdekat.
Dalam rangka mengetahui kualitas air yang ada di lokasi kegiatan dan
sekitarnya maka perlu dilakukan pengamatan /pengukuran kualitas perairan
tersebut. Hal ini perlu diketahui terkait dengan status mutu kualitas air sebelum
dilakukan kegiatan dan membandingkannya dengan peruntukannya sebagai
aktivitas pelabuhan. Metoda analisis yang digunakan adalah dari Standard
Methods for Water and Waste Water Analysis APHA edisi 1983 dan SNI –
1991 - 2004. Penentuan lokasi sampling didasarkan pada sumber kegiatan
yang menimbulkan dampak pada lingkungan di sekitarnya. Analisis data
kualitas air laut dilakukan mengacu kepada KepMen LH No. 51/2004 dan
KepMen LH No. 179/2004 , Per Gub Bali No 8 Tahun 2007. Analisis terhadap
kualitas air laut dilakukan secara tabulasi dan deskriptif dengan
membandingkan hasil pengukuran terhadap sampel dengan baku mutu air laut
yang berlaku.
Metode
No. Parameter Satuan Baku Mutu
Analisis
1 Warna Pt.Co 30
2 Bau - Organoleptik Tidak berbau
3 Kekeruhana Ntu SNI 06.6989.27.05 5l
4 Padatan tersuspensi totalb Mg/l SNI 06.6989.27.05 20
5 Suhuc oC SNI 06.6989.23.05 Alami3(c)
6 Benda Terapung/Sampah - Manual Nihil1(4)
7 Lapisan minyak5 - SNI 06.2502.1991 Nihil1(5)
8 pHd - SNI 06.6989.11.04 7-8.5 (d)
9 Salinitase o/oo SNI M-39-1990-03 Alami3(c)
10 Surfaktan (detergen) mg/l SNI 19.2476.91 0.001
11 Cadmium (Cd) mg/l SNI 06.6989.37.05 0,002
12 Tembaga (Cu) mg/l SNI 06.2517.91 0,050
13 Timbal (Pb) mg/l SNI 06.6989.45.05 0,005
14 DO mg/l SNI 06.6989.14.O4 -
15 BOD mg/l SNI M-69-1990-03 -
16 COD mg/l SNI M-70-1990-03 -
Keterangan : Baku mutu berdasarkan LH No. 51/2004 Lampiran II dan KepMen LH No. 179/2004, Pergub Bali
8/2007
II - 7
5). Hidrooceanografi
Data mengenai pola hidrodinamika kelautan seperti pasang surut, arus
dan gelombang/ombak, morfologi pantai, abrasi, dan akresi serta pola
sedimentasi diambil dari pengamanatan di lapangan serta data-data survey
yang ada di instansi teknis terkait .
6).Tata Ruang
Pengkajian aspek tata ruang wilayah sekitar proyek akan dilakukan baik
pada lingkup tapak proyek maupun lingkungan di sekitar lokasi proyek. Selain
data sekunder, maka data primer diperoleh dengan cara melakukan
pengamatan di lapangan.
Makro
Studi pustaka dan
Identifikasi Di sekitar lokasi
1. Tata Guna Lahan pengamatan
penggunaan lahan proyek
lapangan
II - 8
2.1.3. Pengumpulan dan Analisis Data Komponen Lingkungan Biotik
Pengumpulan dan analisis data komponen lingkungan biotik meliputi data
flora dan fauna seperti uraian berikut:
1).Flora
Parameter yang diamati adalah tipe vegetasi, keberadaan jenis, status
keberadaan jenis dan manfaat. Data keberadaan jenis dikumpulkan dengan
cara inventarisasi jenis yang bertujuan untuk mengidentifikasi jenis-jenis flora
yang berada di sekitar lokasi kegiatan melalui pengamatan langsung.
Kemudian disajikan dalam deskripsi/uraian berisi keberadaan jenis dan status
keberadaannya.
Data flora dianalsis dengan cara interpretasi data yang terkumpul berupa
daftar keberadaan jenis dan status keberadaan flora baik yang tergolong
langka, endemik, dilindungi maupun mempunyai nilai ekonomi penting untuk
menentukan tingkat kepentingan dampaknya.
2).Fauna
3).Biota Perairan
Parameter yang diteliti untuk plankton dan benthos adalah spesies,
jumlah taxa, kelimpahan individu, keanekaragaman dan keseragaman
individu. Sementara untuk nekton hanya spesies saja. Biota perairan yang
diamati meliputi jenis plankton dan benthos, untuk plankton dilakukan dengan
penyaringan sampel air dengan plankton net dan benthos dengan cara
mengambil sampel lumpur pada lokasi yang sama dengan pengambilan
sampel kualitas air. Terhadap sampel biota perairan selanjutnya dianalisis di
laboratorium lingkungan, dalam analisis ini untuk mengidentifikasi spesies,
jumlah taxa, kelimpahan individu, keanekaragaman dan keseragaman
individu. Data untuk nekton (jenis ikan) melalui pengamatan langsung dan
wawancara dengan penduduk setempat untuk mengetahui jenis ikan yang ada
II - 9
di sekitar lokasi proyek. Pengumpulan data secara rinci untuk biota perairan
adalah sebagai berikut :
b.Nekton
Data nekton (jenis ikan) dikumpulkan melalui pengamatan langsung dan
wawancara dengan penduduk setempat, yaitu dengan menginventarisasi
untuk mengetahui jenis ikan yang ada di wilayah studi yang memiliki nilai
ekonomi ataupun jenis yang khas pada daerah tersebut.
Analisis data untuk biota perairan dari jenis plankton dan benthos
berdasarkan pada pengambilan sampel di lapangan yang akan dianalisis di
laboratorium untuk mengetahui spesies dan jumlah pada masing-masing
spisies yang terdapat pada sampel tersebut dan kemudian memperhitungkan
jumlah taxa, kelimpahan individu, indeks keanekaragaman, indeks
keseragaman jenis dengan perhitungan.
II - 10
(1).Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dipergunakan adalah data kualitatif maupun kuantitatif.
Data kualitatif adalah data yang dinyatakan berbentuk kalimat, pernyataan,
atau uraian. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka, maupun
konversi dari data kualitatif menjadi angka. Sumber data berasal dari data
primer maupun data sekunder. Data primer adalah data yang berasal dari
wawancara mendalam terhadap informan kunci dan informan lainnya yang
dianggap mengetahui pengembangan Pelabuhan Benoa di wilayah studi,
dokumen resmi pemerintah, dan hasil observasi langsung di lokasi penelitian.
Data sekunder adalah data yang berasal dari literatur, jurnal, data statistik,
dan referensi-referensi lainnya yang relevan dengan kajian ini.
(2). Penentuan Informan
Penentuan informan dilakukan secara stratified random sampling,
dengan memilih informan yang dianggap memiliki pengetahuan yang
memadai terhadap rencana pengembangan Pelabuhan Benoa. Informan
berasal dari tokoh masyarakat, aparat pemerintah, dan para pakar yang
dianggap relevan dengan tujuan studi ini. Jumlah informan diambil
berdasarkan kebutuhan penelitian, yang dapat berkembang jumlahnya sesuai
kebutuhan. Kriteria pemilihan informan didasarkan pada pengetahuannya
tentang kondisi fisik dan sosial wilayah studi yang dapat dilihat dari faktor
umur, lama tinggal, pendidikan, pekerjaan serta ketokohan yang
bersangkutan di lingkungan tempat tinggalnya. Dengan pengetahuan yang
dimilikinya, maka akan dapat digali informasi terhadap permasalahan yang
diteliti.
Kronologi penentuan informan diawali dengan pendalaman kondisi
wilayah studi. Selanjutnya, setelah dilakukan wawancara mendalam tentang
tujuan studi, beberapa orang informan ditetapkan lagi sesuai dengan aspek-
aspek yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.
II - 11
permasalahan yang ingin dipahami dapat didalami, dan diambil
kesimpulannya oleh peneliti sesuai tujuan studi Amdal ini.
(b).Pedoman observasi
Pedoman observasi adalah panduan yang dipersiapkan untuk
melakukan pengamatan di lapangan. Instrumen ini terdiri atas, peralatan
perekam, kamera, video kamera, denah, peta, dan peralatan lainnya yang
dapat membantu pengamatan di lapangan. Kegunaan pedoman observasi
adalah membantu peneliti dalam melaksanakan pengamatan lapangan
secara cepat, aman, efisien, dan memadai.
2). Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini mempergunakan teknik
triangulasi yakni suatu prosedur studi yang mempergunakan lebih dari satu
metode secara independen sehingga dapat diperoleh data yang diperlukan
oleh peneliti secara efisien sesuai tujuan studi. Beberapa teknik pengumpulan
data yang dilakukan diantaranya dengan wawancara mendalam, observasi,
serta penelusuran dokumen dan pustaka yang relevan. Teknik pengumpulan
data yang dipergunakan dalam studi Amdal ini meliputi:
(a).Wawancara
Pengumpulan data melalui wawancara bertujuan memperoleh informasi
yang sebanyak-banyaknya dari informan. Informasi atau data yang diperoleh
dari informan yang diposisikan sebagai informan kunci, akan sangat
menentukan siapa yang layak menjadi informan berikutnya, sehingga dalam
melakukan wawancara diupayakan dengan cara terbuka, sistematis, dan
dalam situasi yang menyenangkan..
Dalam studi ini, jenis wawancara yang dilakukan adalah wawancara tak
berencana berdasarkan pedoman wawancara yang dipersiapkan. Namun
dalam pelaksanaannya dapat dikembangkan lagi sesuai dengan alur
informasi yang disampaikan oleh informan dengan tidak menyimpang dari
tujuan studi Amdal.
(b). Observasi.
Observasi atau pengamatan merupakan cara untuk mengamati fakta-
fakta dan perilaku masyarakat di wilayah studi. Observasi dilakukan dengan
mendatangi lokasi rencana kegiatan, selanjutnya, peneliti melakukan
pengamatan dengan panca indera dan kemampuan yang ada pada dirinya
terhadap obyek studi. Hasil pengamatan lapangan direkam melalui peralatan
perekam gambar.
II - 12
(c). Studi dokumen
Pengumpulan data melalui studi dokumen dimaksudkan untuk
mendapatkan data yang disimpan oleh lembaga/institusi yang berkaitan
dengan tujuan studi Amdal ini. Dokumen yang yang dipergunakan meliputi
laporan kegiatan studi sejenis, keputusan pemerintah, peraturan
perundangan, dan dokumen lainnya yang relevan.
Laju Emisi = Faktor Emisi x Tingkat Emisi Pencemar dari Kegiatan Spesifik
II - 13
2). Kebisingan
Sebaran dari tingkat kebisingan dapat diprediksi dengan anggapan ada
sumber kebisingan pada sumber garis, formula (Raw & Wootten, 1980) yang
digunakan adalah:
r2
Lp 2 Lp1 10 log
r1
dimana :
Lp 1 = tingkat kebisingan pada jarak r1
Lp 2 = tingkat kebisingan pada jarak r2
r1 = jarak 1 dari sumber kebisingan
r2 = jarak 2 dari sumber kebisingan
2.2.2.Metode Analogi
Pendekatan analogi ini dilakukan dengan mempelajari dampak
lingkungan yang timbul akibat kegiatan sejenis yang telah berlangsung pada
areal tertentu di tempat yang sama atau di tempat lain yang kondisi
lingkungannya identik dengan kondisi lingkungan wilayah studi, dengan cara
ini dampak yang telah terjadi di daerah sejenis dikaji dan digunakan sebagai
II - 14
analogi untuk memprakirakan dampak pada studi Amdal ini. Pendekatan
analogi ini digunakan untuk memprakirakan dampak penurunan kualitas
udara, peningkatan kebisingan, getaran, kualitas air limbah, dan sosekbud
serta kesmas. Untuk memprediksi penurunan kualitas udara dan peningkatan
kebisingan, dan kualitas air limbah dari kegiatan base camp yang terjadi pada
tahap konstruksi digunakan hasil pemantauan lingkungan hidup (data
sekunder) yang dilakukan oleh kegiatan sejenis di tempat lain.
II - 15
terkena dampak primer, maka dampak dari usaha atau kegiatan tersebut
tergolong penting.
5. Sifat kumulatif dampak (Cummulative characteristic). Jika dampak
lingkungan berlangsung berulang kali dan terus-menerus sehingga pada
kurun waktu tertentu tidak dapat diasimilasi oleh lingkungan alam atau
lingkungan social yang menerimanya atau jika beragam dampak
lingkungan bertumpuk dalam suatu ruang tertentu sehingga tidak dapat
diasimilasi oleh lingkungan alam atau lingkungan sosial yang menerimanya
atau jika dampak lingkungan yang menerimannya atau jika dampak
lingkungan dari berbagai sumber kegiatan menimbulkan efek yang saling
memperkuat (sinergis), maka dampak dari usaha atau kegiatan tersebut
tergolong penting.
6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak (reversibility or irreversibility of the
impact). Jika perubahan yang akan dialami oleh suatu komponen
lingkungan tidak dapat dipulihkan kembali walaupun dengan intervensi
manusia, maka dampak dari usaha atau kegiatan tersebut tergolong
penting.
7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Prakiraan dampak penting ini dilakukan dengan mempertimbangkan:
1. Kemampuan lingkungan (dari rona lingkungan) dalam menetralisir/
meredam dampak
2. Kemungkinan adanya netralisasi atau akumulasi antara dampak
yang satu dengan dampak lainnya dengan cara diskusi di antara
anggota tim studi Amdal.
Untuk mempermudah pemberian nilai penting dampak, maka penilaian
pentingnya dampak di berikan dengan simbol (+) untuk dampak positif dan (-
) untuk dampak negatif dengan notasi (TP) untuk dampak tidak penting dan
(P) untuk dampak penting.
II - 16
2.3.1.Telaahan Terhadap Dampak Penting
Telaahan secara holistik (telaahan secara totalitas) atas berbagai komponen
lingkungan yang diperkirakan mengalami perubahan mendasar.
II - 17
BAB III
III - 1
Lokasi PPN Pengambengan
III - 2
Gambar 3.2. Peta Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Jembrana
III - 3
3.1.3. Akses dan Jalan Disekitarnya
Lokasi PPN Pengambengan Jembrana dapat dicapai melalui jalan yang
kondisinya sudah baik dan beraspal dari Kota Negara sekitar 9 km. Akses jalan
menuju kantor PPN Pengambengan harus melewati pos jaga yang memeriksa
pengunjung yang masuk melalui darat. Jalan di areal PPN Pengambengan sudah
disiapkan untuk akses pengguna pelabuhan. Total panjang jalan lingkungan
adalah 5.435 m2 yang kondisinya cukup baik.
III - 4
Gambar 3.4 Areal Kolam Pelabuhan
III - 5
Fasilitas Fungsional terdiri atas Gedung TPI, Kantor Pelabuhan, Kantor
Bina Mutu, Tower Pompa Air, Instalasi Listrik, Bangsal Perbaikan, Bengkel, Ice
Storage, SPBN. Fasilitas Pendukung terdiri atas Balai Pertemuan Nelayan,
Gedung TPI Lama, Gapura, WC umum, Pagar Keliling, Rumah Dinas, Tempat
Ibadah dan Areal Parkir. Detail penggunaan tapak dapat dilihat pada Tabel 3.1.
III - 6
Gambar 3.9 Balai Pertemuan Nelayan dan WC Umum
III - 7
Tabel 3.1. Sarana Prasarana di PPN Pengambengan
No Jenis Fasilitas Volume Kondisi
I. Fasilitas Pokok
1 Areal pelabuhan 48,1 ha 9,1 ha daratan
(Lahan) 4 ha Breakwater
35 ha kolam labuh
2 Dermaga 167 m Sisi luar baik
70 m Sisi dalam baik
3 Breakwater 743 m Sisi kanan
884 m Sisi kiri
4 Kolam pelabuhan 20 ha Kedalaman sisi dermaga (-0,8 m)
(alur pelayaran) LWL plus (+0,5 m) perlu
pengerukan
5 Jalan lingkungan 5.435 m2 Cukup Baik
6 Drainase 1.082 m2 Cukup Baik
7 Dermaga trap 2 X 70 m Cukup Baik
(masing-masing 2 sisi)
8 Dinding Penahan Tanah 374 m’ Rusak dan difungsikan oleh
nelayan sebagai tambat-labuh.
II. Fasilitas Fungsional
8 Gedung TPI 320 m2 Baik
9 Kantor Pelabuhan 240 m2 Baik
10 Kantor Mina Mutu 150 m2 Baik
11 Tower dan Pompa Air 6 DAN 18 m2 Baik
12 Instalasi Listrik dan 1 UNIT Baik
penerangan
13 Bangsal perbaikan dan Jaring 400 m2 Baik
14 Bengkel 110 m2 Tidak memungkinkan
15 Ice Storage 30 m2 Baik
16 SPBN 20 Ton/Hari Baik
III. Fasilitas Penunjang
17 Balai pertemuan nelayan 250 m2 Baik
18 Gedung TPI Lama 400 m2 Baik
19 Gapura 2 Buah Baik
20 WC Umum 27 m2 Baik
21 Pagar Keliling 265 m Baik
22 Rumah dinas 100 m2 Baik
60 m2
36 m2
23 Tempat ibadah 1 Unit Baik
24 Areal parkir 2.040 m2 Baik
Sumber: Laporan tahunan PPN Pengambengan,2017
III - 8
3.1.7 Rona Lingkungan Hidup
A. Komponen Lingkungan Geofisik-kimia
1). Iklim
Data iklim diperoleh dari Badan Meteorologi Dan Geofisika, Balai Besar
Wilayah III, Stasiun Klimatologi Negara (Kabupaten Jembrana, Bali) selama 10
tahun terakhir (Tahun 1999 – 2009). Data iklim tersebut terdiri atas: kelembaban
udara, curah hujan, hari hujan, dan data angin. Sedangkan data suhu udara rata-
rata yang tersedia hanya data harian pada periode Bulan Agustus – Desember
2008 dan Bulan Januari – April 2009.
Suhu udara rata – rata selama periode Bulan Agustus – Desember 2015 dan
Bulan Januari – April 2016, sebagaimana disajikan pada Gambar 2.12
menunjukkan bahwa suhu udara rata-rata tertinggi pada Bulan Januari (27.22 oC)
dan terendah terjadi pada Bulan Agustus (25.30 oC).
SUHU UDARA
27.50
27.00
26.50
26.00
25.50
25.00
24.50
24.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Gambar 3.12. Grafik Suhu Udara Rata-Rata (oC) Selama Periode Tahun 2015 – 2016
III - 9
b. Kelembaban Udara Rata-Rata
Kelembaban udara rata-rata selama periode tahun 2006 – 2016
menunjukkan bahwa kelembaban udara rata-rata tertinggi terjadi pada bulan
Maret dan April (masing-masing 85.1 %) dan terendah terjadi pada bulan
September dan Oktober (masing-masing 81.6 %).
III - 10
Untuk perubahan arah dan kecepatan angin maksimum pada tiap musimnya
selama Tahun 1999 – 2009, sebagaimana disajikan pada Tabel (3.4 – 3.6) dan
Gambar (3.16 – 3.19) didapatkan bahwa untuk daerah Jembrana dan sekitarnya,
pada musim barat (Desember – Februari) arah angin sebagian besar berasal dari
selatan dan barat (masing-masing 34.38%), untuk kecepatannya sebagian besar
berkisar pada interval 5.4 – 7.9 m/s dan 7.9 – 10.7 m/s (masing-masing 34.38%).
Pada musim peralihan I (Maret – Mei), arah angin sudah berubah arah
dengan arah dominan dari selatan (50%), dengan kecepatan dominan naik pada
interval 7.9 – 10.7 m/s (43.75%). Sedangkan musim timur (Juni – Agustus)
kecepatan angin sudah berubah yakni dari arah tenggara (43.33%), dengan
kecepatan masih dominan pada interval 7.9 – 10.7 (73.33%). Pada musim
peralihan II (September – Nopember) arah angin kembali berubah (lebih
bervariasi) dari arah selatan (40%) dan tenggara (36.67%), dengan kecepatan
dominan kembali menurun pada interval 5.4 – 7.9 m/s dan 7.9 – 10.7 m/s (masing-
masing 46.67%).
Tabel 3.2. Frekuensi dan Persentase Angin Maksimum Selama Tahun 2006 –
2016
0 – 5.4 5.4 – 7.9 10.7 – 13.8 ≥ 13.8
Wind 7.9 – 10.7 m/s Total
m/s m/s m/s m/s
Direction
Frek % Frek % Frek % Frek % Frek % Frek %
N - - 2 1.61 4 3.23 1 0.81 - - 7 5.65
NE - - 1 0.81 - - - - - - 1 0.81
E 1 0.81 2 1.61 6 4.84 2 1.61 1 0.81 12 9.68
SE 1 0.81 12 9.68 16 12.90 - - 1 0.81 30 24.19
S 2 1.61 16 12.90 21 16.94 3 2.42 1 0.81 43 34.68
SW - - 3 2.42 2 1.61 - - - - 5 4.03
W 3 2.42 6 4.84 12 9.68 1 0.81 2 1.61 24 19.35
NW - - 1 0.81 - - 1 0.806 - - 2 1.61
Total 7 5.65 43 34.68 61 49.19 8 6.45 5 4.03 124 100
Sumber: PPN Pengambengan,2016
III - 11
NORTH
40%
32%
24%
16%
8%
WEST EAST
WIND SPEED
(m/s)
>= 13,8
10,7 - 13,8
SOUTH 7,9 - 10,7
Wind Rose 5,4 - 7,9
Tabel 3.3. Frekuensi Dan Persentase Angin Maksimum Pada Musim Barat
Selama Tahun 2006-2016
0 - 5.4 5.4 - 7.9 7.9 - 10.7 10.7 - 13.8 ≥ 13.8
Wind Total
m/s m/s m/s m/s m/s
Direction
Frek % Frek % Frek % Frek % Frek % Frek %
N - - - - 1 3.13 1 3.13 - - 2 6.25
NE - - 1 3.13 - - - - - - 1 3.13
E 1 3.13 - - - - 1 3.13 - - 2 6.25
SE - - 1 3.13 - - - - - - 1 3.13
S - - 3 9.38 5 15.63 2 6.25 1 3.13 11 34.38
SW - - 3 9.38 1 3.13 - - - - 4 12.50
W 1 3.13 3 9.38 4 12.50 1 3.13 2 6.25 11 34.38
NW - - - - - - - - - - - -
Total 2 6.25 11 34.38 11 34.38 5 15.63 3 9.38 32 100
Sumber: PPN Pengambengan,2016
III - 12
NORTH
35%
28%
21%
14%
7%
WEST EAST
WIND SPEED
(m/s)
>= 13,8
10,7 - 13,8
SOUTH 7,9 - 10,7
Tabel 3.4. Frekuensi Dan Persentase Angin Maksimum Pada Musim Peralihan I
Selama Tahun 2006-2016
0 - 5.4 5.4 - 7.9 7.9 - 10.7 10.7 - 13.8 ≥ 13.8
Wind Total
m/s m/s m/s m/s m/s
Direction
Frek % Frek % Frek % Frek % Frek % Frek %
N - - - - 1 3.13 - - - - 1 3.13
NE - - - - - - - - - - - -
E - - 1 3.13 - - - - 1 3.13 2 6.25
SE - - 1 3.13 3 9.38 - - 1 3.125 5 15.63
S 1 3.13 7 21.88 7 21.88 1 3.13 - - 16 50.00
SW - - - - - - - - - - - -
W 1 3.13 2 6.25 3 9.38 - - - - 6 18.75
NW - - 1 3.13 - - 1 3.125 - - 2 6.25
Total 2 6.25 12 37.50 14 43.75 2 6.25 2 6.25 32 100
Sumber: PPN Pengambengan,2016
III - 13
NORTH
55%
44%
33%
22%
11%
WEST EAST
WIND SPEED
(m/s)
>= 13,8
10,7 - 13,8
SOUTH 7,9 - 10,7
Wind Rose 5,4 - 7,9
Location : Jembrana 0,0 - 5,4
Year : 2006-2016 Calms: 0,00%
Tabel 3.5. Frekuensi Dan Persentase Angin Maksimum Pada Musim Timur
Selama Tahun 2006-2016
0 - 5.4 5.4 - 7.9 7.9 - 10.7 10.7 - 13.8 ≥ 13.8
Wind Total
m/s m/s m/s m/s m/s
Direction
Frek % Frek % Frek % Frek % Frek % Frek %
N - - - - - - - - - - - -
NE - - - - - - - - - - - -
E - - 1 3.33 5 16.67 1 3.33 - - 7 23.33
SE 1 3.33 4 13.33 8 26.67 - - - - 13 43.33
S - - - - 4 13.33 - - - - 4 13.33
SW - - - - - - - - - - - -
W - - 1 3.33 5 16.67 - - - - 6 20.00
NW - - - - - - - - - - - -
Total 1 3.33 6 20.00 22 73.33 1 3.33 - - 30 100
Sumber: PPN Pengambengan,2016
III - 14
NORTH
45%
36%
27%
18%
9%
WEST EAST
WIND SPEED
(m/s)
>= 13,8
10,7 - 13,8
SOUTH 7,9 - 10,7
Wind Rose 5,4 - 7,9
Location : Jembrana 0,0 - 5,4
Year : 2006-2016 Calms: 0,00%
Tabel 3.6. Frekuensi dan Persentase Angin Maksimum pada Musim Peralihan II
Selama Tahun 2006-2016
10.7 - 13.8
Wind 0 – 5.4 m/s 5.4 - 7.9 m/s 7.9 - 10.7 m/s ≥ 13.8 m/s Total
m/s
Direction
Frek % Frek % Frek % Frek % Frek % Frek %
N - - 2 6.67 2 6.67 - - - - 4 13.33
NE - - - - - - - - - - - -
E - - - - 1 3.33 - - - - 1 3.33
SE - - 6 20.00 5 16.67 - - - - 11 36.67
S 1 3.33 6 20.00 5 16.67 - - - - 12 40.00
SW - - - - 1 3.33 - - - - 1 3.33
W 1 3.33 - - - - - - - - 1 3.33
NW - - - - - - - - - - - -
Total 2 6.67 14 46.67 14 46.67 - - - - 30 100
Sumber: PPN Pengambengan,2016
III - 15
NORTH
45%
36%
27%
18%
9%
WEST EAST
WIND SPEED
(m/s)
>= 13,8
10,7 - 13,8
SOUTH 7,9 - 10,7
Wind Rose 5,4 - 7,9
Location : Jembrana 0,0 - 5,4
Year : 2006-2016 Calms: 0,00%
2).Fisiografi
a. Kondisi Topografi
III - 16
c. Kondisi Tanah
d. Sedimentasi
1). Arus Pantai dan Transpor Sedimen
Transpor sedimen menyusur pantai banyak menyebabkan permasalahan
pada daerah pantai terutama untuk alur pelayaran dan pelabuhan, sehingga
pemahaman akan hal tersebut sangat penting diketahui dan kemungkinan
III - 17
permasalahan dalam dampak pemanfaatan pantai dapat diketahui untuk
kemudian dapat dikurangi dampaknya. Analisis jumlah transpor dan sumber
sedimen diperlukan untuk pertimbangan pencegahan yang dapat dilakukan
maupun untuk penentuan waktu pengerukan.
Suatu pantai mengalami erosi, sedimentasi atau tetap stabil tergantung pada
sedimen yang masuk (suplai) dan yang keluar pantai tersebut. Erosi pantai terjadi
apabila di suatu pantai yang ditinjau mengalami kehilangan/pengurangan
sedimen, artinya sedimen yang terangkut lebih besar dari yang diendapkan.
Sebaliknya apabila sedimen yang masuk (suplai) lebih besar maka akan terjadi
sedimentasi.
Proses transformasi gelombang sampai terjadinya gelombang pecah di
pantai akan menimbulkan arus dan turbulensi yang sangat besar yang dapat
menggerakkan sedimen. Besar dan arah arus yang ditimbulkan tergantung pada
ketinggian dan sudut yang terbentuk yang dapat berupa arus menyusur pantai
(longshore current) dan tegak lurus pantai (rip current). Demikian juga halnya
dengan transpor sedimen berupa transpor menyusur pantai (longshore transport)
dan transpor tegak lurus pantai (onshore-offshore transport). Dalam studi ini hanya
menfokuskan pada arah arus dan transpor sedimen menyusur pantai sebagai
pengaruh gelombang.Perbedaan kecepatan arus berpengaruh terhadap transpor
sedimen, dimana semakin besar arus yang terbentuk maka transpor sedimennya
juga besar, baik berupa bed load (sedimen dasar) maupun suspended load
(sedimen tersuspensi) selain faktor lain seperti karakteristik butir sedimen dan
kemiringan pantai.
Berdasarkan bentuk pantai dan arah gelombang yang terbentuk pada
lokasi pantai di sekitar PPN Pengambengan menunjukkan bahwa arah arus dan
transpor sedimen bergerak sesuai arah dan sudut gelombang pecah yang
terbentuk sebagai pembangkit. Untuk arah pembangkitan gelombang dari timur
dan tenggara (dari pengamat yang berdiri di pantai menghadap ke arah laut)
menyebabkan arus dan transpor sedimen bergerak ke arah barat (kanan pantai),
sedangkan arah selatan, barat daya dan barat menyebabkan arus dan transpor
sedimen bergerak ke arah timur (kiri pantai).
Pada musim peralihan I, arus dan transpor sedimen sudah dominan dari
arah selatan (51.61%) dengan kecepatan dan transpor sedimen berkisar pada
0.12 – 0.16 m/s dan 2310 – 8583 m3/bln bergerak ke barat laut. Pada musim ini
kejadian arus dan transpor sedimen terbesar terjadi dari arah tenggara yakni 0.22
m/s dan 31052 m3/bln yang juga bergerak ke arah barat laut. Pada musim timur,
arah arus dan transpor sedimen sudah berubah arah dan lebih bervariasi dengan
arah tenggara terbanyak (43.33%) masing-masing 0.13 – 0.17 m/s dan 2409 –
9316 m3/bln bergerak ke barat laut.
III - 18
Pada musim peralihan II, arah arus dan transpor sedimen masih bervariasi
di mana dari arah selatan lebih banyak (46.15%) masing-masing 0.14 – 0.15 m/s
dan 1562 – 6040 m3/bln bergerak ke arah barat laut. Pada musim ini kejadian
arus dan transpor sedimen terbesar terjadi dari arah tenggara yakni 0.17 m/s dan
9015 m3/bln yang juga bergerak ke arah barat laut.
Perbedaan besar kecepatan arus dan transpor sedimen ini disebabkan
oleh perbedaan parameter gelombang pecah yakni tinggi dan sudut gelombang
pecah selain faktor kemiringan pantai dan karakteristik sedimennya pada setiap
musimnya, sehingga mempengaruhi arah arus dan transpor sedimen. Hal ini
terutama terjadi dari gelombang arah selatan dan tenggara, dimana gelombang
pecah dan arus yang terbentuk lebih besar dibandingkan dengan arah lainnya.
Tabel 3.7. Hasil Analisis Arus Dan Transpor Sedimen Setiap Musim Selama
Tahun 2006-2016
Musim Arah v (m/s) Q (m3/bln) Jumlah(%)
E 0.10-0.14 473-2601 6.90
SE 0.2 4661.0 3.45
Barat S 0.12-0.18 1947-16174 37.93
SW 0.08-0.09 315-627 13.79
W 0.08-0.13 208-3520 37.93
E 0.11-0.15 916-4250 6.45
SE 0.15-0.22 5332-31052 16.13
Peralihan I S 0.12-0.16 2310-8583 51.61
W 0.07-0.10 180-858 19.35
NW 0.09-0.11 319-998 6.45
E 0.11-0.13 1014-2011 23.33
SE 0.13-0.17 2409-9316 43.33
Timur
S 0.14-0.15 4409-6241 13.33
W 0.09-0.10 415-858 20.00
E 0.12 1336 3.85
SE 0.14-0.17 3903-9015 42.31
Peralihan II S 0.11-0.15 1562-6040 46.15
SW 0.09 552 3.85
W 0.08 215 3.85
Sumber : PPN Pengambengan,2016
III - 19
konsep yang sangat bermanfaat dalam menyajikan suatu kerangka kerja dalam
studi mengenai ketidakseimbangan dan selanjutnya angkutan sedimen tegak-
lurus maupun sejajar pantai pantai. Selain itu, dapat dimanfaatkan dalam suatu
desain studi yang didasarkan pada profil keseimbangan.
Besarnya laju transpor sedimen akan berpengaruh terhadap budget
sedimen di mana laju transpor sedimen sendiri tergantung pada sudut datang
gelombang, durasi dan energi gelombang. Dengan demikian gelombang besar
akan mengangkut material lebih banyak tiap satuan waktu daripada yang
digerakkan oleh gelombang kecil. Tetapi, jika gelombang kecil terjadi dalam waktu
yang lebih lama dari gelombang besar, maka gelombang kecil tersebut dapat
mengangkut sedimen lebih banyak daripada gelombang besar. Oleh karena itu,
karena arah gelombang selalu berubah maka arah transpor juga berubah dari
musim ke musim, hari ke hari atau dari jam ke jam.
Berdasarkan data studi Detail Engineering Desain (DED) PPN
pengambengan, 2016 didapatkan bahwa selama kurang lebih 10 tahun terakhir
(Januari 2006 – April 2016) untuk musim barat arah transpor sedimen meskipun
frekuensinya lebih banyak ke arah tenggara yakni 51.72% dibandingan dengan ke
arah barat laut hanya 48.28, akan tetapi volume transpor sedimennya lebih banyak
yakni 12.814 m3/10.3 thn berbanding 71650 m3/10.3 thn, sehingga budget
sedimen pada musim ini sebesar 58.835 (m3/10.3 thn) pada pantai bagian barat
laut. Pada musim peralihan I transpor sedimen sudah berubah arah yakni dominan
ke barat laut (74.19% atau 127441 m3/10.3thn) dibandingkan ke barat hanya
25.81% (4640 m3/10.3thn). Budget pada musim ini sebesar 122801 (m3/10.3thn)
pada pantai bagian barat laut. Pada musim timur transpor sedimen masih
dominan bergerak ke arah barat laut (80% atau 113883 m3/10.3thn dibandingkan
yang ke arah tenggara hanya 20% (3899 m3/10.3thn), sehingga budget sedimen
pada musim ini sebesar 8378 (m3/10.3thn) pada pantai bagian barat laut.
Demikian halnya pada musim peralihan II, transpor sedimen masih
dominan bergerak ke arah barat laut yakni 92.31% (112718 m3/10.3thn)
dibandingkan yang ke arah barat yakni hanya 7.69% (767 m3/10.3thn), sehingga
budget pada musim ini sebesar 111951 (m3/10.3thn) pada pantai bagian barat
laut.
III - 20
Tabel 3.8. Hasil Analisis Budget Sedimen Pantai Pada Perairan Pengambengan
(Kab. Jembrana)
Budget Tot Q
Q Budget Q
3 Jumlah Transpor (Tahun 2006-
Musim (m /10.3 (m3/10.3
(%) Sedimen 2016)
year) year)
(m3/10.3 year)
Ke Barat
-71650 48.28
Laut
Barat -58835
Ke
12814 51.72
Tenggara
Ke Barat
-127441 74.19
Laut
PI -122801
Ke
4640 25.81
Tenggara
-403571
Ke Barat
-113883 80.00
Laut
Timur -109984
Ke
3899 20.00
Tenggara
Ke Barat
-112718 92.31
Laut
PII -111951
Ke
767 7.69
Tenggara
Keterangan : nilai (-) menunjukkan transpor sedimen (Q) bergerak ke arah barat laut dan nilai (+)
bergerak ke arah tenggara.
III - 21
saat gelombang pecah. Setiap sel pantai dengan panjang yang sama yakni 32 m,
dengan input data gelombang selama 10 tahun untuk setiap bulannya.
Berdasarkan hasil perbandingan analisis citra satelit yakni Landsat 7 ETM
(tahun 2007) dan citra SPOT (tahun 2013), menunjukkan adanya perubahan profil
garis pantai yang cukup signifikan, sebagaimana disajikan pada Gambar 3.20.
Pada gambar tersebut menunjukkan bahwa proses sedimentasi yang cukup besar
(± 150 m selama 6 tahun terakhir) adalah pada sisi kiri breakwater dan kolam
pelabuhan. Proses sedimentasi ini akibat adanya breakwater yang dibangun
menyambung pantai, sehingga dapat menahan laju sedimen yang harusnya
bergerak ke pantai barat laut (sisi kanan pelabuhan). Sedimen tersebut umumnya
berasal dari sisi kanan dan sisi kiri pelabuhan. Di mana pada daerah ini cukup
besar mengalami abrasi (± 20 m selama 6 tahun terakhir).
Proses sedimentasi dan abrasi ini sangat tergantung dengan pola
perubahan angin yang membangkitkan gelombang. Berdasarkan hasil analisis 10
tahun terakhir menunjukkan bahwa arah angin yang membangkitkan gelombang
dari arah selatan, dan tenggara yang menyebabkan arus dan transpor sedimen
bergerak ke sisi kanan pantai (pantai barat laut) lebih dominan dibandingan
dengan arah angin yang membangkitkan gelombang dari arah barat daya, barat
dan barat laut yang menyebabkan arus dan transpor sedimen bergerak ke sisi kiri
pantai (pantai tenggara).
Berdasarkan hal tersebut di atas, menunjukkan bahwa Pantai
Pengambengan merupakan daerah yang mengalami potensi abrasi yang sangat
besar, sehingga perlu ada penanganan khusus misalnya dengan membangun
seawall, pelindung pantai lainnya. Hal ini untuk menjaga agar stabilitas pantai
tetap terjaga. Sedangkan di lokasi PPN Pengambengan, yang mengalami
sedimentasi, perlu penataan ulang bentuk breakwater, karena adanya
sedimentasi ini akan menyebabkan tertutupnya kolam pelabuhan dan menganggu
aktifitas pelabuhan itu sendiri.
III - 22
STUDI DED, REVIEW
114°33'20" 114°34'00" 114°34'40" 114°35'20"
DELH
MASTER PLAN DAN AMDAL
8°22'00" S 8°22'00" S PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA
PPN Pengambengan
114°36'00" T
114°32'40" T
PENGAMBENGAN
9074000 mU
KAB. JEMBRANA
PROV. BALI
N
W E
S
KABUPATEN JEMBRANA Skala 1:20.000
300 0 300 600 Meter
KECAMATAN NEGARA
PETA INDEKS
114°40' 115°00' 115°20' 115°40'
8°22'40"
8°22'40"
Tangi
Puana Anyar
8°00'
8°00'
LA U T B AL I
9073000
Se la
8°20'
8°20'
P. B A L I
tB
a li
8°40'
8°40'
Tengah
Tangr Kelod
9°00'
9°00'
SA MU DE R A H IND IA
Proyeksi
G rid
: ...............
: ...............
Transverse Mercator
G rid G eografi dan G rid UT M
9072000
KETERANGAN
8°23'20"
8°23'20"
Kelapabalian #
Y Ibu K ota K abupaten Batas Kabupaten
Y
# Ibu K ota K ecam atan Batas Kecamatan
PPN Sungai
Munduk
Jalan Negara G aris P antai
S
Jalan K abupaten
5 G aris K ontur
L
Jalan Lain
A
T
9071000
A
Abrasi
L
Sedim entasi
I
Tg. Lampu
Ketapang Muara
8°24'00"
8°24'00"
Tg. Sowan
Gambar :
Peta Perubahan Garis Pantai
9070000 mU
Sum ber :
- P eta Digital RBI, B AKO S URT ANA L, 2004
- Citra Landsat ET M 7, 2002
- Citra SP O T 5, 2008
- S urvei Lapangan, 2009
114°36'00" T
114°32'40" T
III - 23
3).Kualitas Air Laut
Pengukuran kualitas air laut dan sedimen di sekitar PPN Pengambengan
dilakukan pada bulan Mei 2017. Pengambilan sampel air laut diambil pada tiga
titik. Hasil pengukuran analisis berdasarkan Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut Untuk
Perairan Pelabuhan serta dengan baku mutu sesuai dengan peruntukannya
yang mengacu kepada Peraturan Gubernur Bali Nomor 16 Tahun 2016 tentang
Baku Mutu Lingkungan dan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup. Hasil
pengukuran kualitas air laut di wilayah PPN Pengambengan meliputi parameter
sifat fisik, kimia, dan biologi air laut disajikan pada Tabel 3.9 di bawah ini.
Tabel 3.9. Hasil Analisis Kualitas Air Laut di Sekitar PPN Pengambengan
No Parameter Satuan Hasil Pengukuran Baku Mutu
I II III
III - 24
tersebut di duga akibat aktivitas di sekitar pantai utamanya industri pengolahan
ikan yang memebuang langsung limbah ke laut.
4).Hidro-oseanografi
a).Batimetri
Peta batimetri sebagaimana disajikan pada Gambar 3.21 dan Gambar
3.22 (3-dimensi) merupakan hasil pengukuran. Berdasarkan peta tersebut dapat
dijelaskan bahwa profil batimetri di perairan Jembrana umumnya sangat landai
(kemiringan <2o) dengan bentuk kontur yang sejajar garis pantai dan teratur.
Kedalaman terebut disurutkan terhadap LWS (Low Water Spring).
Umumnya pada interval kedalaman 0 – 2 m rata-rata pada jarak 250 m
dari garis pantai. Profil kedalaman di perairan Jembrana sangat dipengaruhi oleh
proses sedimentasai dan erosi. Proses tersebut sangat tergantung oleh
dinamika hidrooseanografi baik dari laut maupun dari sungai. Akibat proses ini,
sehingga profil kedalaman di perairan ini tidak beraturan, di mana banyak
terdapat sand dune (gumuk pasir) yang tidak beraturan sebagai akibat pengaruh
gelombang. Selain itu profil batimetri juga sangat dipengaruhi oleh pola sebaran
sedimen dari laut maupun daratan yang menyebabkan adanya sedimentasi yang
mengendap pada daerah-daerah tenang (pada daerah dengan kecepatan arus
sangat lemah).
Akibat adanya bangunan pantai yakni breakwater/bangunan pantai yang
menyambung ke pantai (PPN Pengambengan), sangat berpengaruh besar
terhadap, perubahan profil kedalaman dan garis pantai. Hal ini sangat jelas
terlihat adanya sedimentasi yang cukup besar disisi kiri breakwater, selain itu
kolam pelabuhan juga terjadi sedimentasi. Hal ini dibuktikan dengan substrat
sedimen di kolam pelabuhan merupakan substrat berlumpur. Sedimen yang
mengendap tersebut berasal dari sisi kanan pelabuhan dan sisi kiri pelabuhan.
Bentuk kontur kedalaman dan garis pantai pada daerah lokasi studi sering
berubah-ubah, akibat proses sedimentasi maupun abrasi pada setiap perubahan
musim. Perubahan profil kedalaman tidak berubah secara signifikan, akan tetapi
perubahan garis pantai cukup signifikan. Hal ini karena pantai Pengambengan
sangat terbuka terhadap gelombang dari Samudera Hindia.
III - 25
114°34'00" 114°34'30"
8°22'00" S 8°22'00" S STUDI DED, REVIEW
114°35'00" T
114°33'30" T
MASTER PLAN DAN AMDALDokumen Evaluasi
PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA
PENGAMBENGAN
Lingkungan Hidup
KAB. JEMBRANA PPN Pengambengan
PROV. BALI
W E
S
Skala 1:15.000
DESA TEGAL BADENG BARAT
300 0 300 600 Meter
8°22'30"
8°22'30"
PETA INDEKS
114°40' 115°00' 115°20' 115°40'
Mandar
8°00'
8°00'
LA U T B AL I
#
Puana
#
S el a t
8°20'
8°20'
P. B A L I
#
Ba
li
8°40'
8°40'
9°00'
9°00'
Tengah SA MU DE R A H IN DIA
8°23'00"
8°23'00"
KETERANGAN
#
Y Ibu K ota K abupaten Batas Kabupaten
#
Y
# Ibu K ota K ecam atan Batas Kecamatan
PPN Pengam bengan Sungai
Jal an G aris P antai
Pem uki man
Kelapabalian
#
5 G aris K ontur
8°23'30"
(K edalam an disurutkan terhadap LW S)
BM
S
E HAT
L
A 2.84
3.13
T MHH W S
B 2.75
A #
L 1.98
I MS L
1.70
10
8°24'00"
8°24'00"
MLL W S
1.42
MLL W N
0.49
HAT
0.26
8°24'30"
8°24'30"
5
Gambar :
Peta Kontur Batimetri
Sum ber :
15 - P eta Di gi tal RBI, B AKO S URT ANA L, 2004
- Citra Landsat ET M 7, 2002
- Citra SP O T 5, 2008
- S urvei Lapangan, 2009
114°35'00" T
114°33'30" T
III - 26
Gambar 3.22. Peta 3-Dimensi Kontur Batimetri Wilayah Studi
III - 27
b). Pasang-Surut
1). Kondisi Pasang Surut
Data pasang surut berdasarkan hasil pengukuran oleh Searcom
(dengan alat semidigital), dengan interval setiap 1 menit selama 15 hari (28
April – 12 Mei 2016) di PPN Pengambengan yang terletak pada posisi 114o
34’ 12” BT dan 08o 23’ 24” LS dengan waktu tolok GMT +08.00. Data tersebut
kemudian difilter untuk interval setiap 1 jam.
Leas Squares 168 66.45 32.98 11.79 25.80 14.08 0.26 0.56 8.91 8.52
g(°)
Admiralty – 307.10 348.41 281.79 290.66 298.55 97.03 156.27 348.41 290.66
Leas Squares – 279.32 353.19 244.59 296.64 266.55 82.46 176.93 353.19 296.64
III - 28
3). Tipe Pasang Surut
Berdasarkan nilai konstanta harmonik pasang surut yang didapatkan,
maka diperoleh bilangan Formzahl (F) sebesar 0.36 (dengan metode
admiralty) dan 0.40 (dengan metode Leas Squares), maka berdasarkan
kriteria courtier range nilai tersebut termasuk dalam tipe pasut campuran
condong keharian ganda (mixed tide prevailing semi diurnal) yang
menunjukkan dalam satu hari pengamatan terjadi dua kali air pasang dan dua
kali air surut, tetapi tinggi dan periodenya berbeda. Pola yang sama ditunjukan
dari hasil pengukuran dengan hasil peramalan menggunakan software pasang
surut yang dikembangkan BPPT (1998) baik dari konstanta admiralty maupun
leas squares. Hasil yang diperoleh ini sesuai dengan yang digambarkan oleh
Pariwono (1989) dalam Ongkosongo dan Suyarso (1989) tentang tipe pasut
pada perairan Indonesia bagian timur.
Tabel 3.11. Tunggang Air Pasang Surut Untuk Tipe Pasang Surut Mixed
Tide Prevailing Semi Diurnal Pada Referensi MSL Dan Palem
Pasut.
Formula Referensi
Karakteristik
Pasang Surut (Iwagaki dan Sawaragi 1979; Beer 1997 Palem Pasut
MSL (cm)
dalam Baharuddin 2006) (cm)
III - 29
Nilai tunggang air pasang surut pasang purnama (spring tide), pada air
tinggi rata-rata pasang (MHHWS) sebesar 275.33 cm atau sebesar 105.44 cm
di atas MSL dan air rendah pada rata-rata surut (MLLWS) adalah 48.71 cm
atau –105.44 cm di bawah MSL. Untuk nilai tunggang air pasang surut pada
saat pasang perbani (neap tide), air tinggi rata-rata pasang (MHHWN)
sebesar 197.75 cm atau sebesar 27.86 cm di atas MSL sedang untuk air
rendah pada rata-rata surut (MLLWN) sebesar 142.03 cm atau –27.86 cm di
bawah MSL. Untuk nilai Air tinggi tertinggi pada pasang besar (HAT) adalah
313.40 cm atau 143.51 di atas MSL dan nilai air rendah terendah pada surut
besar (LAT) adalah 26.38 cm atau –143.51 di bawah MSL. Untuk nilai
tunggang pasut antara MHHWS dan MLLWS (tidal range) adalah 226.62 cm.
III - 30
0.23 m/s
Maksimum : 0.023
Minimum : 0.000
Rata-rata : 0.009
Posisi Pasut
Gambar 3.23. Peta Pola Arus Pasang Surut Saat Pasang Tertinggi
III - 31
0.23 m/s
Maksimum : 0.221
Minimum : 0.000
Rata-rata : 0.058
Posisi Pasut
Gambar 3.24 Peta Pola Arus Pasang Surut Saat Menuju Pasang
III - 32
0.23 m/s
Maksimum : 0.029
Minimum : 0.000
Rata-rata : 0.015
Posisi Pasut
Gambar 3.25. Peta Pola Arus Pasang Surut Saat Surut Maksimum
III - 33
0.23 m/s
Maksimum : 0.230
Minimum : 0.000
Rata-rata : 0.064
Posisi Pasut
Gambar 3.26. Peta Pola Arus Pasang Surut Saat Menuju Surut
III - 34
d).Kondisi Gelombang
Prediksi parameter gelombang dengan menggunakan metode SMB
(Sverdrup Munk Bretschneider), metode ini berdasarkan pertumbuhan energi
gelombang dengan mentransformasikan data angin dari pengukuran di darat
menjadi angin laut. Berdasarkan hasil analisis data angin maksimum bulanan
yang dapat membangkitkan gelombang pada wilayah studi adalah dari timur,
tenggara, selatan, barat daya dan barat sedangkan dari arah lain tidak
digunakan, oleh karena angin tersebut dianggap dari darat yang tidak dapat
membangkitkan gelombang.
Pada musim peralihan I arah gelombang yang terbentuk sudah dominan
dari arah selatan (51.61%) dengan tinggi dan periode gelombang berkisar
pada interval 1.3 m – 2.4 m dan 5.8 s – 7.1 s. Tinggi dan periode gelombang
maksimum terjadi dari arah tenggara yakni 3.9 m dan 8.7 s yang merupakan
gelombang badai. Pada musim timur gelombang sudah berubah arah dan
lebih bervariasi dengan arah tenggara terbanyak (43.33%), tinggi dan periode
gelombang berkisar pada interval 1.3 m – 2.3 m dan 6.0 s – 7.3 s.
Pada musim peralihan II gelombang kembali berubah arah dari arah
selatan (46.15) dengan tinggi dan periode gelombang berkisar pada interval
1.1 – 2.0 m dan 5.5 s – 6.7 s. Tinggi dan periode gelombang tertinggi terjadi
dari arah tenggara yakni 2.3 m dan 7.3.
Dari hasil prediksi gelombang menunjukkan bahwa setiap musim
parameter gelombang yang terbentuk terjadi perbedaan. Hal ini disebabkan
karena adanya perbedaan faktor yang mempengaruhi dan membangkitkan
gelombang seperti kecepatan angin, durasi, arah angin, dan fetch (CHL
2016). Angin yang berhembus di atas permukaan laut menimbulkan tegangan
pada permukaan laut, dimana semakin lama angin bertiup, semakin besar
pula energi yang dapat membangkitkan gelombang.
Perbedaan faktor tegangan angin (UA) dan panjang fetch (Feff)
mempengaruhi tinggi dan periode gelombang signifikan (Hmo dan Ts). Dari
Tabel 3.12 menunjukkan bahwa faktor tegangan angin yang diperoleh dari
koreksi kecepatan angin darat menjadi angin laut dari kelima arah angin
maupun panjang fetch perbedaanya cukup besar, terutama dari arah tenggara
dan selatan yang cukup terbuka (berhadapan langsung dengan Samudera
Hindia, sedangkan ketiga arah lainnya dihalangi oleh Pulau Jawa dan
sebagian Pulau Bali. Hal ini disebabakan karena faktor tegangan angin dan
panjang fetch membatasi waktu yang diperlukan gelombang untuk terbentuk
akibat energi yang ditransfer angin juga terpengaruh, sehingga faktor
tegangan angin berpengaruh terhadap tinggi, periode dan durasi pertumbuhan
gelombang (CERC 1984). Hal ini terlihat pada semua arah disetiap musim.
III - 35
Panjang gelombang (Lo) di laut dalam hanya dipengaruhi oleh periode
gelombang, dimana semakin besar periodenya maka kecepatan dan panjang
gelombangnya juga besar, sebagaimana terlihat pada Tabel 3.12. Gelombang
yang merambat dari laut dalam (deep water) menuju pantai mengalami
perubahan bentuk yang disebabkan oleh proses transformasi seperti refraksi
dan shoaling karena pengaruh perubahan kedalaman laut, difraksi, dan
refleksi. Berkurangnya kedalaman laut menyebabkan semakin berkurangnya
panjang dan kecepatan gelombang serta bertambahnya tinggi gelombang.
Pada saat kelancipan gelombang (steepnes) mencapai batas maksimum,
gelombang akan pecah dengan membentuk sudut tertentu terhadap garis
pantai.
Tabel 3.12. Hasil Analisis Parameter Gelombang Setiap Musim Selama Tahun 2006-2016
F UA Hmo T Lo Hb db Jumlah
Musim Arah
(m) (m/s) (m) (s) (m) (m) (m) (%)
E 42711 7.2-14.8 0.8-1.6 4.2-5.4 27.5-44.8 0.78-1.54 0.98-1.94 6.90
SE 126227 9.5 1.7 6.6 68.5 1.97 2.5 3.45
Barat S 97441 7.7-19.8 1.2-3.2 5.7-7.8 50.3-94.0 1.42-3.40 1.79-4.31 37.93
SW 22842 8.3-11.7 0.6-0.9 3.6-4.0 20.1-25.2 0.70-0.96 0.89-1.22 13.79
W 22313 7.2-24.4 0.5-1.9 3.4-5.1 17.9-40.5 0.60-1.89 0.76-2.40 37.93
E 42711 9.5-18.3 1.0-1.9 4.6-5.7 33.2-51.5 1.01-1.87 1.28-2.37 6.45
SE 126227 10.1-21.4 1.8-3.9 6.8-8.7 71.2-117.7 2.08-4.20 2.62-5.32 16.13
Peralihan
S 97441 8.3-14.8 1.3-2.4 5.8-7.1 52.9-77.6 1.52-2.60 1.92-3.29 51.61
I
W 22313 6.5-12.8 0.5-1.0 3.3-4.1 16.8-26.3 0.55-1.03 0.70-1.31 19.35
NW 17503 10.1-16.6 0.7-1.1 3.5-4.1 19.1-26.7 0.66-1.06 0.84-1.35 6.45
E 42711 10.1-13.3 1.1-1.4 4.7-5.2 34.6-41.6 1.07-1.39 1.35-1.75 23.33
SE 126227 7.2-12.8 1.3-2.3 6.0-7.3 56.7-83.5 1.51-2.59 1.91-3.28 43.33
Timur
S 97441 11.2-12.8 1.8-2.0 6.4-6.7 64.2-70.2 1.99-2.26 2.52-2.86 13.33
W 22313 9.5-12.8 0.7-1.0 3.7-4.1 21.6-26.3 0.78-1.03 0.99-1.31 20.00
E 42711 11.2 1.2 4.9 37.0 1.18 1.5 3.85
SE 126227 8.9-12.8 1.6-2.3 6.5-7.3 65.7-83.5 1.86-2.59 2.34-3.28 42.31
Peralihan S 97441 46.15
7.2-12.8 1.1-2.0 5.5-6.7 47.7-70.2 1.32-2.26 1.66-2.86
II
SW 22842 10.6 0.8 3.9 23.6 0.88 1.1 3.85
W 22313 7.2 0.5 3.4 17.9 0.60 0.8 3.85
Sumber : Hasil Analisis (2016)
III - 36
terlihat adanya perubahan garis ortogonal gelombang yakni garis yang tegak
lurus dengan garis puncak gelombang dan menunjukkan arah perambatan
gelombang yang membelok dan berusaha untuk tegak lurus dengan garis
kontur, sedangkan garis puncak gelombang berusaha sejajar dengan garis
kontur saat menuju perairan yang lebih dangkal (proses refraksi).
Akibat pola refraksi dan shoaling, gelombang akan lebih kecil dari
gelombang laut dalam, hal ini terutama gelombang yang berasal dari timur. Di
mana, karena bentuk garis pantai di lokasi studi merupakan pantai yang
menghadap barat daya, menyebabkan arah gelombang dari timur akan
membelok menuju pantai. Dari pembelokkan arah gelombang tersebut, maka
ketinggian gelombangnya akan menurun akibat kecepatan dan panjang
gelombang berkurang.
III - 37
menunjukkan bahwa bentuk dan tata letak konstruksi maupun pelindung
(breakwater) PPN Pengambengan yang akan dikembangkan harus
memperhatikan faktor serangan gelombang tersebut. Hal ini akan sangat
berpengaruh baik pada saat konstruksi maupun saat berlangsungnya
kegiatan. Karena berdasarkan studi lapangan menunjukkan bahwa kondisi
breakwater sebelumnya telah mengalami kerusakan terutama pada
daerah/sisi bagian tenggara, telah mengalami abrasi yakni dimana tata letak
batuannya sudah terbongkar karena hantaman gelombang.
III - 38
-8.36
KAB. JEMBRANA
-8.37
Desa Tegal Badeng Barat 0 0.01 0.02
Mandar Anyar
-8.38
Tengah
Ketapang 1.5
Desa Pengambengan
Tg. Lampu
1.25
-8.4
0.75
-8.41
0.5
0.25
-8.42
0
-8.43
Arah Transformasi
Gelombang Timur
-8.44 0
0.5
1.5
114.56 114.57 114.58 114.59 114.6
Gambar 3.27. Peta Pola Refraksi Gelombang Dari Arah Timur Di Perairan Pengambengan
Kab. Jembrana
III - 39
-8.36
KAB. JEMBRANA
-8.37
Desa Tegal Badeng Barat 0 0.01 0.02
Mandar Anyar
-8.38
Tengah
2.25
Ketapang
Desa Pengambengan 2
Tg. Lampu
-8.4 1.75
1.5
1.25
1
-8.41
0.75
0.5
0.25
-8.42
0
-8.43
Arah Transformasi
Gelombang Tenggara
-8.44 0
0.5
2
114.56 114.57 114.58 114.59 114.6
Gambar 3.28 Peta Pola Refraksi Gelombang Dari Arah Tenggara Di Perairan Pengambengan
Kabupaten Jembrana
III - 40
-8.36
KAB. JEMBRANA
-8.37
Desa Tegal Badeng Barat 0 0.01 0.02
Mandar Anyar
-8.38
Tengah
2.25
Ketapang
Desa Pengambengan 2
Tg. Lampu
-8.4 1.75
1.5
1.25
1
-8.41
0.75
0.5
0.25
-8.42
0
-8.43
Arah Transformasi
Gelombang Selatan
0
-8.44 0.5
2
114.56 114.57 114.58 114.59 114.6
Gambar 3.29 Peta pola refraksi gelombang dari arah selatan di perairan Pengambengan
Kabupaten Jembrana
III - 41
-8.36
KAB. JEMBRANA
-8.37
Desa Tegal Badeng Barat 0 0.01 0.02
Mandar Anyar
-8.38
Tengah
Ketapang
2
Desa Pengambengan
1.75
Tg. Lampu
-8.4
1.5
1.25
1
-8.41
0.75
0.5
0.25
-8.42
0
-8.43
Arah Transformasi
-8.44 0
0.5
2
114.56 114.57 114.58 114.59 114.6
Gambar 3.30. Peta Pola Refraksi Gelombang Dari Arah Barat Daya Di Perairan
Pengambengan Kab. Jembrana
III - 42
-8.36
KAB. JEMBRANA
-8.37
Desa Tegal Badeng Barat 0 0.01 0.02
Mandar Anyar
-8.38
Tengah
2.25
Ketapang
Desa Pengambengan 2
Tg. Lampu
-8.4 1.75
1.5
1.25
1
-8.41
0.75
0.5
0.25
-8.42
0
-8.43
Arah Transformasi
Gelombang Barat
-8.44 0
0.5
2
114.56 114.57 114.58 114.59 114.6
Gambar 3.31. Peta Pola Refraksi Gelombang Dari Arah Barat Di Perairan Pengambengan
Kab.Jembrana
III - 43
-8.36
KAB. JEMBRANA
-8.37
Desa Tegal Badeng Barat 0 0.01 0.02
Mandar Anyar
-8.38
Tengah
Ketapang 1.75
Desa Pengambengan
Tg. Lampu 1.5
-8.4
1.25
-8.41 0.75
0.5
0.25
-8.42
0
-8.43
Arah Transformasi
-8.44 0
0.5
1.5
114.56 114.57 114.58 114.59 114.6
Gambar 3.32. Peta Pola Refraksi Gelombang Dari Arah Barat Laut Di Perairan
Pengambengan Kab. Jembrana
III - 44
B. Komponen Lingkungan Biologi
1).Flora
b. Fauna
1).Burung
Dari berbagai informasi yang diperoleh terdapat beberapa jenis burung di
daerah studi, yaitu : burung Trocokan (Pycnonotus goiavier), burung Gereja
(Passer montanus), Prenjak (Pirinia sp.), Pipit (Lonchura sp.), Sriti (Hirundo
III - 45
sp.), Kutilang (Pycnonotus aurigaster), Tekukur (Streptopelia chinensis) dan
puyuh (Amaauorornis phoenicurus).
2).Hewan Ternak
Hewan lain yang dimaksud adalah hewan ternak yang dipelihara oleh
masyarakat di sekitar PPN Pengambengan. Hewan ternak yang banyak
dimiliki oleh masyarakat adalah ayam,kambing, bebek, dan sapi.
c.Biota Perairan
1).Benthos
Benthos merupakan organisme yang bersifat menempel atau hidup di
dasar perairan dan cenderung menetap. Benthos memiliki peranan sebagai
konsumen dalam rantai makanan, baik secara langsung (plankton feeder)
maupun tidak langsung.
Berdasarkan hasil analisa terhdap biota bentik di lima stasiun pada
periaran pantai PPN Pengambengan maka diperoleh biota bentik dari kelas
Polychaeta (Heteromastus Sp, Scoloplos Sp, Cirratulus Sp) dan dari Kelas
Pelecypoda (Donax Sp). Keberadaan dari biota bentik tersebut tidak tersebar
secara merata pada setiap stasiun tetapi di temukan terkonsentrasi pada
stasiun tertentu serta hanya didominasi oleh spesies tertentu pula, lihat (Tabel
3.14). Kondisi ini diduga berkaitan dengan tekstur dan kandungan sedimen
yang cocok dan masih mampu ditoleransi oleh untuk masing-masing biota.
III - 46
komunitas bentos yang tercermin dari nilai indek keseragaman yang rendah
yaitu pada stasiun 3 (0,92) sementara pada stasiun 1, dan 2 tidak ditemukan.
Hal ini diduga karena adanya pengaruh dari buangan limbah. Sementara nilai
indeks dominansi di setiap stasiun pengamatan berkisar antara 0,69-1. Dari
hasil ini, secara umum terlihat adanya spesies tertentu yang mendominansi,
(Lee et al., 1978). Pengamatan terhadap bentos diperairan sangat diperlukan
karena digunakan sebagai salah satu indikator pencemraan di suatu perairan.
2).Ikan
Lokasi di sekitar PPN Pengambengan berada di kawasan perairan laut
yang menjadi tempat hidup biota air seperti ikan. Mata pencaharian
masyarakat di Desa Pengambengan dan Desa Tegal Badeng Barat sebagian
besar sebagai nelayan. Aktivitas perikanan yang dilakukan adalah perikanan
pantai yang berkembang seperti jenis perikanan tangkap dan jenis perikanan
budidaya air tawar. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan para
nelayan, jenis ikan yang biasa didapatkan di perairan Pengambengan adalah
:
Tabel 3.15. Jenis Ikan Air Tawar Yang Terdapat di Sekitar PPN
Pengambengan
NO JENIS IKAN NAMA LATIN KELIMPAHAN
1 Betik Anabas testudines ++
2 Gabus Ophiocephalus striatus ++
3 Bloso Stigmatogobius sp +
4 Nila Oreochromis niloticus ++
5 Belanak Mugil dussumieri ++
6 Sidat Anguila sp. +
7 Lele Clarias batrachus ++
8 Sepat Trichogaster trichoterus +++
9 Kating Cyprinidae +
10 Wader Rasbora sp. +
11 Ikan Seribu Lebistes sp. +++
Sumber: Hasil Observasi,2017
Keterangan : + = < 5 individu; ++ = > 5 s.d. 10 individu; +++ = > 10 individu
III - 47
Tabel 3.16. Jenis Komoditas Utama Ikan Laut di Wilayah Studi
NO JENIS IKAN NAMA LATIN KELIMPAHAN
1 Lemuru Sardinella longiceps), +++
2 Tongkol Euthynus Sp) ++
3 Layang Deapterus spp.), ++
4 Kerapu Epinephelus spp) +
5 Kuwe Caranx spp.) +
6 Kakap merah Lutjanus spp.) ++
Sumber : Hasil Observasi,2017
Keterangan : + = < 5 individu; ++ = > 5 s.d. 10 individu; +++ = > 10 individu
III - 48
yaitu Banjar Kelapa Balian, Munduk, Ketapang Muara, Ketapang dan
Kombading. Lokasi dari Pelabuhan Perikanan Nusantara Pengambengan
adalah di Banjar Dinas Kelapa Balian Desa Pengambengan Kecamatan
Negara Kabupaten Jembrana Propinsi Bali.
1) Sosial Ekonomi
a).Aktivitas Ekonomi
III - 49
Tabel 3.18. Fasilitas Perekonomian di Wilayah Studi Tahun 2015
Tegal Kecamatan
No Sarana Pengambengan Badeng Negara
Barat
1 Pasar 1 11
2 Toko/Kios/ 293
3 Pedagang 289 62 2424
4 Warung 223 61 1102
5 Hotel/penginapan 21
6 Bank 1 7
7 KUD 1 2
8 Non KUD 1 14
9 Restotan 6
10 LPD 1 9
Sumber: Kecamatan Negara Dalam Angka,2016
III - 50
b). Pendapatan Rumah Tangga
III - 51
(Mei 2017) adalah pembelian daging/ikan/telur, pembelian beras, sayuran dan
bumbu-bumbuan, dan lain sebagainya. Secara agregatif pengeluaran untuk
kelompok makanan dan minuman cukup besar hal ini disebabkan karengan
pengeluaran untuk kebutuhan ini merupakan kebutuhan cukup besar. Hal ini
disebabkan karena pengeluaran untuk kebutuhan ini merupakan kebutuhan
utama yang harus di penuhi oleh anggota rumah tangga .
III - 52
Tabel 3.20. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga
Berlaku di Kabupaten Jembrana
PDRB
No Lapangan Usaha
2013 2014 2015
1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 21,22 20,51 20,76
2. Pertambangan dan Penggalian 1,07 1,02 0,91
3. Industri Pengolahan 4,90 4,91 4,93
4. Pengadaan Listrik dan Gas 0,08 0,10 0,11
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan
5. 0,10 0,09 0,09
Daur Ulang
6. Konstruksi 10,35 9,56 9,49
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan
7. 9,90 9,87 9,92
Speda
8. Transportasi dan Pergudangan 15,98 17,06 16,89
9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 13,83 14,71 14,75
10. Informasi dan Komunikasi 5,59 5,33 5,26
11. Jasa Keuangan dan Asuransi 3,21 3,20 3,22
12. Real Estate 5,27 5,21 5,14
13. Jasa Perusahaan 0,71 0,71 0,73
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan
14. 2,61 2,58 2,54
Jaminan
15. Jasa Pendidikan 1,94 1,94 1,95
16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,89 1,88 1,97
17. Jasa Lainnya 1,34 1,33 1,33
PDRB 100 100 100
Sumber: BPS Kabupaten Jembrana, 2016
2) Sosial Budaya
III - 53
kepercayaan tradisional masih di pertahankan oleh sebagian besar
masyarakat di lokasi studi dan sampai saat ini masih kuat berbaur dengan
unsur Agama Islam.
Masyarakat masih kuat memegang adat istiadat dan budaya terutama
yang berkaitan dengan adat perkawinan, sunatan, pengajian, weridan (arisan
sambil mengaji), dan lain sebagainya. Sesuai dengan pekerjannya sebagai
nelayan, masyarakat pesisir seperti masyarakat yang ada di Desa
Pengambengan masih tetap melakukan acara puji syukur atas tangkapan ikan
yang berlimpah. Acara Petik Laut di lakukan tiap tahun. Saat acara Petik Laut
nelayan akan membawa hasil bumi seperti buah, sayur, dan sesajian untuk di
rarung ke laut sambil menucapkan terima kasih kepada Tuhan atas rezeki
yang di terimanya. Saat acara ini akan di adakan beberapa loma seperti lomba
balapan skoci, tarik tambang, makan kerupuk dan lain sebagainya.
Salah satu nilai budaya yang masih tetap dipertahankan selain uraian
di atas baik di Desa Tegal Badeng Barat maupun di Desa Pengambengan
adalah nilai budaya gotong royong dan konsep yang menganggap penting
tenggang rasa terhadap sesama. Kegiatan gotong royong yang sering
dilakukan oleh masyarakat di wilayah studi adalah pembangunan rumah
ibadah, termasuk pembuatan pura (bagi umat Hindhu), kebersihan
lingkungan, perbaikan rumah. Pada hari raya keagamaan, masyarakat saling
mengunjungi keluarga dan berziarah ke makam keluarga atau leluhur. Bagi
masyarakat setempat gotong-royong dalam hidup bermasyarakat dan sikap
tenggang rasa penting untuk menanggulangi tekanan masalah dalam
kehidupan sehar-hari.
Pelestarian adat di wilayah studi masih tetap dilakukan (Tabel 3.21).
Walaupun beberapa adat mulai jarang di lakukan, itu di disebabkan karena
tingkat ekonomi yang tidak mendukung. Tabel berikut disajikan pendapat
responden tentang pelestarian aktivitas sosial budaya di wilayah studi.
Salah satu nilai budaya yang masih tetap dipertahankan selain uraian
di atas baik di Desa Tegal Badeng Barat maupun di Desa Pengambengan
adalah nilai budaya gotong royong dan konsep yang menganggap penting
tenggang rasa terhadap sesama. Kegiatan gotong royong yang sering
dilakukan oleh masyarakat di wilayah studi adalah pembangunan rumah
III - 54
ibadah, termasuk pembuatan pura (bagi umat Hindhu), kebersihan
lingkungan, perbaikan rumah. Pada hari raya keagamaan, masyarakat saling
mengunjungi keluarga dan berziarah ke makam keluarga atau leluhur. Bagi
masyarakat setempat gotong-royong dalam hidup bermasyarakat dan sikap
tenggang rasa penting untuk menaggulangi tekanan masalah dalam
kehidupan sehar-hari.
Tabel 3.22. Pendapat Responden tentang Jenis Kegiatan Gotong Royong yang Sering
Dilakukan di Wilayah Studi
No Aktivitas Gotong Royong Jumlah responden %
1. Kerjabakti kebersihan lingkungan 39 59
2. Memperbaiki rumah 3 5
3 Hajatan 13 20
4 Arisan 6 9
5 Kegiatan siskambling 5 8
Jumlah 66 100
Sumber: Data Primer diolah , 2017
III - 55
Badeng Timur, Desa Baluk. Jenis pura yang ada di wilayah studi baik yang
ada di Desa Pengambengan maupun di Desa Tegal Badeng Barat serta hari
“Odalannya” di sajikan pada Tabel 3.24 berikut.
III - 56
JUMLAH PENDUDUK KECAMATAN NEGARA KABUPATEN
JEMBRANA TAHUN 2011-2015
81550
82000
80850
81000 80200
80000
79000
77300
Jumlah Penduduk
78000
76852
77000
76000
75000
74000
Tahun 2011-2015
III - 57
Tabel 3.25. Luas Tanah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk
Dirinci Per Desa
Kepadatan
Luas Jumlah Penduduk
No Desa Penduduk
(Km2) (jiwa)
(jiwa/km2)
III - 58
Tabel 3.26. Keadaan Demografi/Kependudukan di Desa Pengambengan dan
Desa Tegal Badeng Barat Kecamatan Negara.
Pengambengan Tegal Kecamatan
Parameter
No Badeng Negara
Kependudukan
Barat
1 Luas Wilayah (Km2) 10,30 4,02 126,50
2 Jumlah Penduduk 11142 4908 81550
Laki-Laki 5563 2470 40940
Wanita 5579 2438 40590
Kepadatan Penduduk
1082 1221 645
3 (Jiwa/Km2)
4 Jumlah Rumahtangga (RT) 3574 1598 25547
5 Besar Keluarga (Jiwa/RT) 3 3 3
Rasio jenis kelamin (Sex
100 101 101
6 Ratio/SR)
7 Rasio beban tanggungan 50 51 46
Sumber: Kecamatan Negara Dalam Angka, 2016
III - 59
Berdasarkan indikator tersebut, maka struktur umur penduduk di Kecamatan
Negara pada tahun 2015 termasuk berstruktur penduduk dewasa. Dari
komposisi umur penduduk juga dapat dibedakan antara kelompok umur
penduduk yang produktif dan kelompok umur penduduk yang tidak produktif
secara ekonomis. Bila kelompok umur 0-14 tahun dianggap sebagai kelompok
penduduk yang belum produktif, dan penduduk umur 64 tahun ke atas
dianggap penduduk yang sudah tidak produktif lagi, maka rasio
ketergantungan (dependency ratio) dapat dihitung. Rasio ketergatungan
adalah perbandingan antara besarnya penduduk yang tidak produktif dengan
penduduk yang produktif. Dari tabel berikut diperoleh rasio ketergantungan di
Kecamatan Negara sebesar 46%. Ini artinya bahwa setiap 100 orang
penduduk produktif di daerah ini akan menanggung sekitar 46 orang
penduduk dalam usia tidak produktif. Sementara beban tanggungan
penduduk produktif di Desa Pengambengan lebih kecil yaitu hanya 50%, yang
berarti bahwa setiapp 100 penduduk produktif di pengambengan hanya
mennggung 50 penduduk yang tidak produktif. Sementara angka
ketergantungan di Desa Tegal Badeng paling tinggi dibandingkan dengan
desa pengambengan dan Kecamatan Negara yaitu 51%.
III - 60
rumah mereka. Jenis kendaraan umu yang digunakan adalah angkutan
pedesaan/bemo, sepeda motor dan sepeda.
Beberapa desa yang mempunyi sarana pendidikan lengkap dari TK,
SMP sampai SMA diantaranya Desa Baluk, Banyubiru dan Kaliakah. Tidak
satupun desa di Kecamatan Negara menyediakan Akademi/Universitas.
Biasanya mereka melanjutkan studi ke perguruan tinggi di ibu kota
kabupaten/kota di Bali atau luar Bali.
III - 61
penduduk (42%) Desa Pengambengan hanya tamat SD, dan 40% untuk Desa
Tegal Badeng Barat.
e).Agama
Komposisi penduduk Kecamatan Negara seperti yang terlihat pada
Tabel 3.25 di bawah menunjukkan bahwa sebagian besar penduduknya
memeluk agama Hindhu (52,56%), di susul oleh jumlah penduduk yang
beragama Islam (43,06%). Demikian juga keadaannya di Desa Tegal Badeng
Barat, dimana sebagian besar penduduknya (59%) memeluk Agama Hindhu.
Sangat berbeda keadaanya dengan komposisi masyarakat pesisir seperti
Desa Pengambengan dimana jumlah penduduk yang beragama Islam yang
paling banyak (98,36%). Kegiatan beribadah di Desa Pengambengan
terutama umat Muslim sangat di dukung oleh keberadaan jumlah masjid yang
memadai yaitu sebanyak 33 buah. Disini juga ada dua buah pura yaitu Pura
Segara dan Pura Jati. Sementara di Desa Tegal Badeng Barat terdapt Tri
Kahyangan yaitu Pura Dalem,Pura Desa dan Pura Segara.
Tabel 3.30. Jumlah Penduduk Menurut Agama di Wilayah Studi Tahun 2015
Pengambengan Tegal Kecamatan
No Agama Badeng Negara
Barat
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1 Islam 10.959 98,36 1898 39 35.118 43,06
2 Hindhu 156 1,40 2883 59 42.863 52,56
3 Budha 3 0,03 54 1 822 1,01
4 Kristen Protestan 10 0,09 34 1 1.107 1,36
5 Kristen Katolik 14 0,13 39 1 1.640 2,01
Jumlah 11.142 100 4908 100 81.550
Sumber: Kecamatan Negara Dalam Angka, 2016
III - 62
3).Persepsi Masyarakat
Hasil wawancara dengan responden (warga dan tokoh masyarakat)
diketahui bahwa masyarakat di lokasi studi relatif terbuka dan mudah
menerima serta siap beradaptasi dengan para pendatang dari daerah lain,
asalkan para pendatang tidak melakukan tindakan yang bertentangan dengan
norma agama, kesusilaan, adat, dan norma lain yang ada pada masyarakat
setempat.
Hasil survei menunjukkan bahwa sebagian besar responden (68%)
sudah mengetahui rencana pengembangan Pelabuhan Pengambengan, dan
sisanya 32% belum mengetahui rencana tersebut. Sebagian besar (86%)
responden menyetujui pengembangan tersebut, dan sisanya 14%
mengatakan terserah pemerintah/biasa saja. Umumnya mereka memperoleh
informasi tersebut dari pegawai di PPN Pengambengan, teman, nelayan dan
lain sebagainya. Menurut masyarakat keberadaan pengembangan PPN
Pengambengan tidak akan menimbulkan masalah dan gangguan yang berarti
asalkan pengelolaan dan peruntukan didialogkan dengan masyarakat di
daerah lebih intensif, terutama masyarakat yang belum pernah mendengar
mengenai keberadaan rencana pengembangan tersebut.
III - 63
Data tentang harapan dan keinginan masyarakat dengan adanya
pengembangan PPN Pengambengan disajikan pada Tabel 3.32 berikut.
III - 64
minyak, bangkai perahu, sampah dan lain sebagainya, munculnya penyakit
sosial dan kriminalitas, serta timbulnya kecemburuan sosial. Persepsi
masyarakat terhadap pengembangan PPN Pengambengan disajikan pada
Tabel 3.33 berikut.
4).Kesehatan Masyarakat
Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu hal yang
menentukan kualitas sumberdaya manusia. Untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat di sekitar wilayah studi disediakan berbagai macam
sumberdaya. Sarana kesehatan yang ada terlihat pada Tabel 3.29 di bawah,
dimana di daerah Tegal Badeng Barat belum tersedia klinik, dokter praktek
maupun rumah sakit. Biasanya penduduk yang tidak bisa di obati di
puskesmas pembantu, akan pergi ke klinik yang ada di daerah terdekat dari
desanya atau berobat ke ibu kota kabupaten.
III - 65
umum. Melalui faktor lingkungan, seseorang yang keadaan fisik dan daya
tahan tubuhnya terhadap penyakit kurang, akan mudah terserang penyakit.
Tingkat kesehatan dapat tergantung dari beberapa faktor, antara lain: sumber
air untuk keperluan hidup sehari-hari, kebersihan lingkungan, serta
ketersediaan fasilitas. Tingkat kesehatan juga dipengaruhi oleh faktor
lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan.
Berbagai usaha dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kesehatan
masyarakat, diantaranya dengan menyediakan dan memperbaiki kualitas
sumberdaya kesehatan yang meliputi fasilitas kesehatan seperti rumah sakit,
puskesmas, puskesmas pembantu, polindes, poliklinik dan lainnya. Di wilayah
studi, belum tersedia rumah sakit, namun fasilitas ini ada di ibu kota kabupaten
atau propinsi. Adapun tenaga paramedis yang tersebar di wilayah studi
diantaranya dokter, bidan, perawat, dukun dan tukang pijat.
Jika ada anggota keluarga yang sakit, maka ada empat alternatif
tempat berobat, yaitu ke dokter praktek,poliklinik, puskesmas/puskesmas
pembantu, bidan/mantri kesehatan. Keputusan penentuan tempat berobat
sangat dipengaruhi oleh penghasilan keluarga, jarak tempat berobat, dan
derajat kegentingannya. Program kesehatan masyarakat di wilayah studi juga
mencakup kegiatan penyuluhan kesehatan, pemberian makanan tambahan
lewat posyandu, dan pembentukan kelompok pemerhati kesehatan ibu dan
anak. Secara berkala para bidan dan puskesmas dan puskesmas pembantu
melayani imunisasi TT dan polio bagi kesehatan ibu dan anak serta pemberian
vitamin A setiap tahunnya. Demikian juga dengan program keluarga
berencana (KB) para bidan melayaninya dengan berbagai alat kontrasepsi.
III - 66
b).Jenis Penyakit Utama
Hasil pengamatan awal dan wawancara dengan tokoh masyarakat
pada saat kegiatan sosialisasi didapatkan bahwa penyakit yang sering diderita
oleh anggota masyarakat di lokasi studi adalah: ISPA, batuk/flu,
panas/demam, sesak napas atas, diare, sakit mata, dan gatal-gatal.
Beberapa kasus penyakit yang berat seperti kanker juga diderita oleh
beberapa warga masyarakat dan menjadi momok yang ditakutkan oleh warga.
III - 67
Tahap Pra Konstruksi
Tahap Konstruksi
Tahap Operasional
Persepsi Masyarakat
III - 68
3.2.1.3. Tahap Operasional
Kegiatan Perikanan di Pengambengan telah dimulai sejak dibangunnya
Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) pada tahun 1976/1977. Secara bertahap
PPN Pengambengan semakin banyak memiliki sarana dan prasarana
pelabuhan perikanan. Tahap operasional PPN Pengambengan terdiri atas (1)
Kegiatan Penerimaan Tenaga Kerja, (2) Kegiatan Kapal Ikan, (3) Kegiatan
Pelelangan Ikan, (4) dan Pemeliharaan Pelabuhan.
1). Kegiatan Penerimaan Tenaga Kerja
a.Jenis Dampak: Kesempatan Kerja
Kegiatan operasional PPN Pengambengan memerlukan beberapa
tenaga kerja untuk pegawai di kantor PPN Pengambengan yang statusnya
adalah pegawai Kementerian Kelautan dan Perikanan RI. Selain itu, beberapa
aktivitas operasional lainnya yang termasuk kegiatan non pemerintahan, juga
membutuhkan tenaga kerja. Dampak yang terjadi adalah tersedianya
lowongan pekerjaan bagi masyarakat sehingga terjadi peningkatan
kesempatan kerja.
b.Jenis Dampak: Pendapatan Masyarakat
Selain terbukanya kesempatan kerja, pengembangan PPN
Pengambengan juga memperbesar peluang bagi masyarakat sekitar
membuka usaha warung makan, warung kelontong, logistik nelayan dan
sebagainya untuk memenuhi kebutuhan para nelayan, tenaga kerja bongkar
muat (TKBM) dan awak kendaraan pengangkut ikan yang semakin
meningkat. Diperkirakan kehadiran nelayan, TKBM, dan awak kendaraan
angkutan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya aktivitas kapal
ikan di PPN Pengambengan. Dampak terjadinya peningkatan pendapatan
masyarakat sekaligus akan menimbulkan persepsi masyarakat yang positif
terhadap kegiatan di PPN Pengambengan.
c.Jenis Dampak: Persepsi Masyarakat
Kegiatan penerimaan tenaga kerja untuk operasional PPN
Pengambengan akan menimbulkan potensi adanya persepsi masyarakat
yang negatif terkait siapa-siapa saja yang akan diterima. Adanya persepsi
masyarakat yang beranggapan bahwa masyarakat sekitar harus diberikan
perioritas penerimaan tenaga kerja di PPN Pengambengan sudah
disampaikan pada saat kegiatan konsultasi publik. Sehingga persepsi
masyarakat perlu dijadikan dampak yang harus dikelola dan dipantau.
Evaluasi perubahan yang telah dilakukan terkait penerimaan tenaga kerja
adalah adanya perubahan jenis dan jumlah lowongan pekerjaan yang
bertambah setiap tahun sesuai dengan berbagai penambahan fasilitas di PPN
III - 69
Pengambengan. Aspek ketaatan hukum atas dampak lingkungan yang telah
terjadi dilakukan dengan mengacu pada Undang-Undang No 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan. Upaya penanggulangan dampak dampak yang
sudah dilakukan adalah dengan keterbukaan informasi dalam penerimaan
tenaga kerja. Hasilnya adalah belum ada keluhan yang disampaikan secara
tertulis terkait aspek ketenagakerjaan di PPN Pengambengan.
III - 70
Evaluasi perubahan dampak dan upaya penanggulangan dampak pada
kegiatan kapal semakin meningkat setiap tahun karena aktivitas di PPN
Pengambengan juga semakin besar. Dengan semakin lengkapnya fasilitas
yang ada, maka dampak yang terjadi skalanya juga akan semakin besar.
Aspek ketaatan hukum yang dilakukan adalah dengan mengacu pada
Undang-Undang No 45 Tahun 2009 tentang Perikanan dan Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan Nomor PER.08/MEN/2012 tentang Kepelabuhan
Perikanan.
3).Pendaratan Ikan
III - 71
masyarakat dapat memperoleh keuntungan dari aktivitas perdagangan ikan
tersebut.
b).Jenis Dampak : Perubahan Kualitas Air
Dampak perubahan kualitas air diakibatkan ceceran potongan ikan
maupun limbah cair yang timbul pada saat aktivitas pelelngan ikan. Selama
pelelangan lantai TPI biasanya banyak terdapat ceceran-ceceran potongan
tubuh ikan atau darah ikan sehingga diperlukan pembilasan terhadap lantai
TPI secara berkala. Setiap kali pembilasan diperlukan lebih kurang 0,5 – 1
m3, air hasil pembilasan ini dialirkan ke drainase yang ada.
III - 72
menimbulkan halangan bagi sedimen yang datang dari aliran sungai sehingga
mengalami sedimentasi. Sedimentasi juga terjadi di kolam pelabuhan
sehingga kolam menjadi semakin dangkal.
III - 73
Tabel 3.35 Kajian Evaluasi Dampak Yang Terjadi
No Sumber Jenis Sifat Efektivitas Pengelolaan dan Pemantauan Usulan
Dampak Dampak Dampak Lingkungan Pengelolaan Pemantauan
Lingkungan Lingkungan
1 Penerimaan Kesempatan + Pada saat konsultasi publik masih diharapkan Memberikan Observasi,
Tenaga Kerja penerimaan kerja dari masyarakat setempat. perioritas kepada Wawancara
Kerja Pengelolaan dan pemantauan lingkungan belum masyarakat
efektif. setempat
Pendapatan + Pendapatan masyarakat masih memungkinkan Meningkatkan Observasi,
masyarakat untuk ditingkatkan apabila fasilitas dan fasilitas dan Wawancara
pelayanan pelabuhan di tingkatkan mutunya. kualitas
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan belum pelayanan
efektif. pelabuhan
Persepsi +/- Masyarakat yang diterima sebagai karyawan Menyusun Observasi,
Masyarakat merasakan manfaat sehingga menimbulkan kesepakatan Wawancara
persepsi positif. Namun yang belum diterima dengan aparat
memberikan persepsi negatif. Efektivitas desa dan
pengelolaan dan pemnatauan lingkungan perlu kecamatan terkait
diefektifkan. penerimaan
Lama pembongkaran ikan, muatan termasuk tenaga kerja
juga sistem pengaturan sehingga tidak saling
serobot
Sarana parkir kendaraan pengangkut hasil ikan
perlu dibangun sistem transportasi terutama
limbah minyak ikan
2 Kegiatan Kualitas - Belum ada program pengelolaan dan Mengacu pada Pengukuran,
Kapal Ikan Udara pemantauan lingkungan yang dilakukan PP 41/1999 dan Analisis
sehingga perlu ditambahkan sebagai usulan PerGub Bali No Laboratorium
program pengelolaan dan pemantauan 16/2016
lingkungan.
III - 74
No Sumber Jenis Sifat Efektivitas Pengelolaan dan Pemantauan Usulan
Dampak Dampak Dampak Lingkungan Pengelolaan Pemantauan
Lingkungan Lingkungan
Kualitas Air - Belum ada program pengelolaan dan Mengacu Pengukuran,
pemantauan lingkungan yang dilakukan KepMenLH No Analisis
sehingga perlu ditambahkan sebagai usulan 51/2004, PP No Laboratorium
program pengelolaan dan pemantauan 82/2011,pergub
lingkungan. Bali No 16/2016
Limbah/ Belum ada program pengelolaan dan Mengacu UU No Observasi,
Sampah pemantauan lingkungan yang dilakukan 18/2008 Wawancara
sehingga perlu ditambahkan sebagai usulan PerGub bali No
program pengelolaan dan pemantauan 16/2016
lingkungan.
Biota - Belum ada program pengelolaan dan Melakukan Observasi,
Perairan pemantauan lingkungan yang dilakukan pengolahan Wawancara
sehingga perlu ditambahkan sebagai usulan limbah dan
program pengelolaan dan pemantauan sampah agar
lingkungan.Sedang tidak masuk ke
badan air
3 Pendaratan Kualitas Air - Harus ada perbaikan terhadap alur Mengacu Pengukuran,
Ikan kapal/perahu sehingga saat masuk dan KepMenLH No Analisis
tambatan (pembongkaran muatan ikan) dan 51/2004, PP No Laboratorium
bisa dipakai dan dimengerti oleh nelayan 82/2011,pergub
Belum ada program pengelolaan dan Bali No 16/2016
pemantauan lingkungan yang dilakukan
sehingga perlu ditambahkan sebagai usulan
program pengelolaan dan pemantauan
lingkungan.
Limbah/ - Belum ada program pengelolaan dan Mengacu UU No Observasi,
Sampah pemantauan lingkungan yang dilakukan 18/2008 Wawancara
sehingga perlu ditambahkan sebagai usulan PerGub bali No
16/2016
III - 75
No Sumber Jenis Sifat Efektivitas Pengelolaan dan Pemantauan Usulan
Dampak Dampak Dampak Lingkungan Pengelolaan Pemantauan
Lingkungan Lingkungan
program pengelolaan dan pemantauan
lingkungan.
4 Pelelangan Pendapatan + Belum ada program pengelolaan dan Meningkatkan Observasi,
Ikan Masyarakat pemantauan lingkungan yang dilakukan program Wawancara
sehingga perlu ditambahkan sebagai usulan pemberdayaan
program pengelolaan dan pemantauan masyarakat
lingkungan. (Community
Development)
Kualitas Air - Belum ada program pengelolaan dan Mengacu Pengukuran,
pemantauan lingkungan yang dilakukan KepMenLH No Analisis
sehingga perlu ditambahkan sebagai usulan 51/2004, PP No Laboratorium
program pengelolaan dan pemantauan 82/2011,pergub
lingkungan. Bali No 16/2016
Limbah/ - Belum ada program pengelolaan dan Mengacu UU No Observasi,
Sampah pemantauan lingkungan yang dilakukan 18/2008 Wawancara
sehingga perlu ditambahkan sebagai usulan PerGub bali No
program pengelolaan dan pemantauan 16/2016
lingkungan.
Sanitasi - Belum ada program pengelolaan dan Melakukan Pengukuran,
Lingkungan pemantauan lingkungan yang dilakukan prosedur sanitasi Analisis
sehingga perlu ditambahkan sebagai usulan lingkungan yang Laboratorium
program pengelolaan dan pemantauan terpadu
lingkungan.
5 Pemeliharaa Sedimentasi - Belum ada program pengelolaan dan Melakukan Observasi,
n Pelabuhan pemantauan lingkungan yang dilakukan pemeliharaan Wawancara
sehingga perlu ditambahkan sebagai usulan rutin dengan
program pengelolaan dan pemantauan pengerukan dan
lingkungan. penataan
kawasan
III - 76
No Sumber Jenis Sifat Efektivitas Pengelolaan dan Pemantauan Usulan
Dampak Dampak Dampak Lingkungan Pengelolaan Pemantauan
Lingkungan Lingkungan
Kualitas Air - Belum ada program pengelolaan dan Mengacu Pengukuran,
pemantauan lingkungan yang dilakukan KepMenLH No Analisis
sehingga perlu ditambahkan sebagai usulan 51/2004, PP No Laboratorium
program pengelolaan dan pemantauan 82/2011,pergub
lingkungan. Bali No 16/2016
Keterangan : + = positif; - = negatif
III - 77
3.3.Kajian Evaluasi Dampak
Kajian evaluasi dampak dilakukan dalam rangka menentukan
(kuantifikasi) seberapa jauh/besar langkah-langkah pengelolaan dan
pemantauan lingkungan yang harus dilakukan untuk setiap dampak yang
terjadi.
III - 78
No Jenis Dampak Sumber Hasil Evaluasi Dampak
Dampak
Limbah cair yang dihasilkan aktivitas
pelelangan ikan cepat mengalami
pembusukan. Dampak perlu dikeloa
dan dipantau
8 Biota Perairan Kegiatan Kapal Gangguan biota perairan diakibatkan
Ikan kualitas air yang semakin buruk
karena masuknya limbah/sampah ke
kolam pelabuhan. Berbagai polutan
tersebut terakumulasi sehingga
mengganggu kehidupan biota
perairan. Dampak perlu dikeloa dan
dipantau
9 Sedimentasi Pemeliharaan Keberadaan sedimen dari perairan
Pelabuhan sungai dan daerah laut sekitar
pelabuhan mengakibatkan proses
sedimentasi berlangsung terus
menerus. Pemeliharaan pelabuhan
harus rutin melakukan pengerukan
dan penataan kawasan perairan
Dampak perlu dikeloa dan dipantau
III - 79
b.Arahan Pemantauan Lingkungan Hidup
Melakukan observasi dan wawancara terhadap kegiatan pengelolaan
lingkungan hidup yang dilakukan.
III - 80
transportasi pengangkutan ikan hasil pelelangan, pemenuhan logistik
kapal dan pemenuhan kebutuhan tenaga kerja dan manusia yang
beraktifitas di PPN Pengambengan.
III - 81
5) Membuat dan memelihara instalasi pengolahan air limbah (IPAL) untuk
mengelola limbah cair terutama hasil pembilasan lantai TPI.
6) Mewajibkan kepada industri pengolahan ikan (fish processing) dan
industri penanganan ikan (fish handling) untuk membuat IPAL tersendiri
yang disesuaikan dengan kegiatan industri masing-masing.
7) Menyediakan sarana penampungan limbah (reception facilities) di areal
PPN Pengambengan mengacu pada Peraturan Menteri negara
Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2009 tentang Pengelolaan Limbah
Pelabuhan. Perlu juga diacu Marpol 73/78 terutama Annex I, dan Annex
II. Reception Facilities (RF) terdiri dari unit pengumpul limbah
cair/padat yang dapat berupa gerobak dorong, untuk limbah cair
berminyak gerobak dorong berbentuk tertutup atau dapat berupa drum-
drum bekas yang ditempatkan digerobak dorong, untuk sampah padat
dapat berupa tempat-tempat sampah plastik. Unit penampung
(storage) untuk limbah cair adalah tangki kapasitas 10 m3, sedangkan
untuk sampah dapat berupa TPS yang dibuat dari beton atau pasangan
batu bata.
III - 82
9) Membuat TPS Limbah B-3 dan bekerjasama dengan pihak ketiga yang
memiliki izin pengolahan limbah B-3.
b.Arahan Pemantauan Lingkungan Hidup
Melakukan observasi dan wawancara terhadap kegiatan pengelolaan
lingkungan hidup yang dilakukan.
3.4.9.Jenis Dampak:Sedimentasi
a.Arahan Pengelolaan Lingkungan Hidup:
III - 83
1) Sedimentasi yang terjadi di alur pelayaran yang mungkin dapat
membahayakan kapal-kapal yang keluar masuk PPN Pengambengan
dikelola dengan melakukan pengerukan (maintenance dredging)
secara berkala. Untuk menentukan perlu tidaknya pengerukan maka
dilakukan pengukuran kedalaman perairan secara berkala atau bila
terdapat laporan dari awak kapal tentang kedalaman alur telah
meyulitkan kapal untuk berolah gerak;
2) Pada garis pantai yang maju ke arah laut akibat sedimentasi akan
terjadi pertambahan luas lahan daratan di sekitar PPN Pengambengan.
Berdasarkan peraturan, pertambahan lahan ini tergolong dalam tanah
timbul maka harus dibuatkan Hak Pengelolaan Lahan (HPL).
Sedangkan pada areal yang mengalami abrasi dikelola dengan
penguatan pantai berupa groin-groin.
III - 84
III - 85
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
IV- 1
3) Memberikan informasi tentang kebutuhan kerja bagi operasional PPN
Pengambengan sehingga masyarakat bisa mengikuti proses
penerimaan pegawai yang tersedia.
e. Lokasi Pengelolaan
Lokasi pengelolaan pada masyarakat Desa Pengambengan,Tegal Badeng
Barat dan sekitarnya.
f. Periode Pengelolaan
Pengelolaan dilaksanakan selama periode operasional pelabuhan.
g. Biaya Pengelolaan
Biaya pengelolaan adalah tanggung jawab dari PPN Pengambengan.
h. Institusi Pengelolaan
1).Pelaksana Pengelolaan
Pengelolaan dilaksanakan oleh PPN Pengambengan.
2).Pengawas Pengelolaan
Pengawas pengelolaan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Jembrana,
Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali dan Instansi Teknis Terkait ( Khususnya
di bidang ketenagakerjaan dan usaha perdagangan).
3).Pelaporan
Laporan pelaksanaan pengelolaan ditujukan kepada Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Jembrana, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali, dan
Kementerian Lingkungan Hidup RI.
a. Sumber Dampak
Peluang kesempatan kerja terbentuk oleh kegiatan penerimaan tenaga
kerja operasional dan usaha-usaha lainnya di PPN Pengambengan
b. Indikator Keberhasilan Pengelolaan
Indikator keberhasilan pengelolaan terhadap dampak adalah adanya
persepsi masyarakat yang positif sebanyak >90 % dari jumlah responden.
c. Tujuan Pengelolaan
Tujuan rencana pengelolaan lingkungan adalah mengoptimalkan manfaat dari
operasional PPN Pengambengan yang dapat diperoleh masyarakat sekitar.
d. Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup
1) Dalam perekrutan tenaga kerja yang tidak memerlukan ketrampilan
khusus, seperti tenaga administrasi, petugas kebersihan, satpam,
pengawas kapal, dan tugas lapangan lainnya diwajibkan
IV- 2
memprioritaskan calon tenaga kerja dari masyarakat setempat. Tenaga
kerja lokal yang terserap diperkirakan dapat mencapai 75 %. Hal ini
dituangkan dalam surat kesepakatan PPN Pengambengan yang
diketahui oleh pemerintahan di Desa Pengambengan dan Desa Tegal
Badeng Barat.
2) Pada musim barat banyak nelayan yang tidak melaut sehingga menuntut
untuk dapat bekerja di PPN Pengambengan. Maka untuk itu pekerja
lokal dibentuk sub-sub kelompok untuk memudahkan pengkoordinasian,
pengawasan dan pembagian kerja.
3) Melakukan pelatihan singkat kepada tenaga kerja lokal maupun
pendatang tentang job description, garis kerja dan pertanggung jawaban.
4) Mewajibkan kepada pelaksana pekerjaan di PPN Pengambengan agar
melengkapi tenaga kerja dengan peralatan keselamatan kerja berupa
sepatu, weir pack, helm serta ear plug untuk yang bekerja di daerah
bising dan masker bagi yang bekerja di tempat yang berdebu.
5) Perlu dibangun Pelinggih Dewa Baruna sebagai Dewa Laut yang bisa
menjadi ikon di PPN Pengambengan agar persepsi masyarakat menjadi
lebih positif.
e. Lokasi Pengelolaan
Lokasi pengelolaan dampak kesempatan kerja pada penerimaan tenaga kerja
adalah di Desa Pengambengan ,dan Desa Tegal Badeng Barat Kecamatan
Negara, Kabupaten Jembrana.
f. Periode Pengelolaan Lingkungan
Pengelolaan dilaksanakan pada saat penerimaan tenaga kerja.
g. Biaya Pengelolaan Lingkungan
Biaya pengelolaan merupakan tanggung jawab dari PPN Pengambengan
yang dibebankan biaya operasional PPN Pengambengan.
h. Pelaksanaan Pengelolaan
1).Pelaksana Pengelolaan
2).Pengawas Pengelolaan
Pengawas pengelolaan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Jembrana
dan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali dan Instansi Teknis Terkait
(khususnya di bidang ketenagakerjaan).
3).Pelaporan
IV- 3
Laporan pelaksanaan pengelolaan ditujukan kepada Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Jembrana, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali.
IV- 4
h. Institusi Pengelolaan
1).Pelaksana Pengelolaan
Pelaksana pengelolaan pada tahap operasi adalah PPN Pengambengan.
2).Pengawas Pengelolaan
Pengawas pengelolaan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Jembrana
dan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali dan Instansi Teknis Terkait.
3).Pelaporan
Laporan pelaksanaan pengelolaan ditujukan kepada Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Jembrana, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali, dan
Kementerian Lingkungan Hidup RI.
IV- 5
e. Lokasi Pengelolaan
Lokasi pengelolaan berada pada areal PPN Pengambengan dan sekitarnya.
f. Periode Pengelolaan
Pengelolaan dilaksanakan pada periode operasional PPN Pengambengan.
g. Biaya Pengelolaan
Biaya pengelolaan merupakan beban operasional PPN Pengambengan.
h. Institusi Pengelolaan
1).Pelaksana Pengelolaan
Pengelolaan dilakukan oleh PPN Pengambengan.
2).Pengawas Pengelolaan
Pengawas pengelolaan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Jembrana
dan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali dan Instansi Teknis Terkait.
3).Pelaporan
Laporan pelaksanaan pengelolaan ditujukan kepada Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Jembrana, dan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali.
a. Sumber Dampak
Sumber dampak penurunan kualitas air adalah kegiatan kapal ikan,
pendaratan ikan, pelelangan ikan, dan pemeliharaan pelabuhan. Polutan air
di sekitar perairan PPN Pengambengan adalah berasal dari aktifitas kapal-
kapal ikan/nelayan yang menghasilkan limbah padat dan limbah cair, buangan
limbah dari industri pengolahan ikan serta limbah rumah tangga. Limbah padat
dapat berupa potongan/sisa-sisa tubuh ikan, sedangkan limbah cair dapat
berupa ceceran darah ikan, lendir ikan/ubur-ubur, limbah cair berminyak yang
terdapat di palka kapal dan oli bekas.
b. Indikator Kdeberhasilan Pengelolaan
Indikator keberhasilan pengelolaan terhadap dampak adalah Kepmen LH no
51/2004 tentang Baku Mutu Air Laut untuk Pelabuhan dan Per Gub Bali No
16/2016.
c. Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan
Tujuan rencana pengelolaan lingkungan adalah mencegah dan
meminimumkan dampak penurunan kualitas air.
d. Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pengelolaan lingkungan yang akan dilakukan adalah :
IV- 6
1) Menyediakan drum tempat penampungan oli/minyak sisa dari kapal
sehingga tidak mencemari lingkungan.
2) Menyediakan tempat pembuangan sampah sementara (TPS) untuk
menampung sampah padat yang dihasilkan oleh kegiatan kapal ikan.
3) Menyediakan fasilitas MCK yang dilengkapi septic tank dengan sistem
rembesan.
4) Membuat dan memelihara instalasi pengolahan air limbah (IPAL) untuk
mengelola limbah cair terutama hasil pembilasan lantai TPI.
5) Mewajibkan kepada industri pengolahan ikan (fish processing) dan
industri penanganan ikan (fish handling) untuk membuat IPAL tersendiri
yang disesuaikan dengan kegiatan industri masing-masing.
6) Menyediakan sarana penampungan limbah (reception facilities) di areal
PPN Pengambengan mengacu pada Marpol 73/78 terutama Annex I,
dan Annex II. Reception Facilities (RF) terdiri dari unit pengumpul
limbah cair/padat yang dapat berupa gerobak dorong, untuk limbah cair
berminyak gerobak dorong berbentuk tertutup atau dapat berupa drum-
drum bekas yang ditempatkan digerobak dorong, untuk sampah padat
dapat berupa tempat-tempat sampah plastik. Unit penampung
(storage) untuk limbah cair adalah tangki kapasitas 10 m3, sedangkan
untuk sampah dapat berupa TPS yang dibuat dari beton atau pasangan
batu bata.
e. Lokasi Pengelolaan
Lokasi rencana pengelolaan lingkungan pada perairan sekitar PPN
Pengambengan, seperti:
1) Kolam pelabuhan dan area labuh;
2) Alur pelayaran;
3) Dermaga;
4) Fasilitas pengolahan limbah;
5) Tempat Pelelangan Ikan (TPI).
f. Periode Pengelolaan
Pengelolaan dilaksanakan selama beroperasinya PPN Pengambengan.
g. Biaya Pengelolaan
Biaya pengelolaan merupakan bagian dari operasional PPN Pengambengan.
h. Institusi Pengelolaan
1).Pelaksana Pengelolaan
IV- 8
7) Mengikuti ketentuan peraturan perundangan terkait pengolahan
sampah.
8) Bekerjasama dengan lembaga/pihak ketiga yang memiliki izin
pengolahan sampah.
9) Membuat TPS Limbah B-3 dan kerjasama dengan lembaga pengolah
limbah B-3 yang memiliki perizinan lengkap.
e. Lokasi Pengelolaan
Lokasi rencana pengelolaan lingkungan di areal PPN Pengambengan,
seperti:
f. Periode Pengelolaan
Pengelolaan dilaksanakan selama beroperasinya PPN Pengambengan.
g. Biaya Pengelolaan
Biaya pengelolaan merupakan bagian dari operasional PPN Pengambengan.
h. Institusi Pengelolaan
1).Pelaksana Pengelolaan
IV- 9
Pengelolaan lingkungan yang akan dilakukan adalah :
1) Mengoperasikan klinik kesehatan lengkap dengan dokter dan
paramedis lainnya.
2) Melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin kepada pegawai dan
pelaku usaha di pelabuhan serta para nelayan dan masyarakat lainnya.
3) Menyiapkan program sanitasi lingkungan yang bisa diadopsi
masyarakat sekitar.
e.Lokasi Pengelolaan
Lokasi rencana pengelolaan lingkungan di areal PPN Pengambengan,
seperti:
f.Periode Pengelolaan
Pengelolaan dilaksanakan selama beroperasinya PPN Pengambengan.
g.Biaya Pengelolaan
Biaya pengelolaan merupakan bagian dari operasional PPN Pengambengan.
h.Institusi Pengelolaan
1).Pelaksana Pengelolaan
IV- 10
c. Tujuan Pengelolaan
Tujuan pengelolaan adalah :
1. Menjaga keragaman jenis biota perairan
2. Meminimumkan dampak yang mengganggu biota perairan.
d. Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pengelolaan lingkungan dilakukan:
1) Menjaga agar limbah cair yang dibuang ke laut sudah sesuai dengan baku
mutu lingkungan.
2) Melakukan pengawasan terhadap aktivitas kapal ikan secara ketat agar
tidak mengotori perairan laut dengan limbah/sampah yang mengganggu
kehidupan biota perairan.
e. Lokasi Pengelolaan
Pengelolaan lingkungan dilakukan di perairan depan PPN Pengambengan.
f. Periode Pengelolaan
Pengelolaan dilakukan selama kegiatan operasional PPN Pengambengan.
g. Biaya Pengelolaan
Biaya pengelolaan merupakan biaya pengembangan PPN Pengambengan
yang termasuk biaya Proyek Pengembangan PPN Pengambengan pada
tahap pengembangan, sedangkan pada tahap operasi (pasca
pengembangan) biaya pengelolaan dibebankan sebagai biaya operasional
PPN Pengambengan.
h. Institusi Pengelolaan
1).Pelaksana Pengelolaan
Pelaksana pengelolaan adalah otoritas PPN Pengambengan.
2).Pengawas Pengelolaan
Pengawas pengelolaan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Jembrana
dan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali dan Instansi Teknis Terkait.
3).Pelaporan
Laporan pelaksanaan pengelolaan ditujukan kepada Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Jembrana, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali,
IV- 12
f.Periode Pengelolaan
Pengelolaan sedimentasi dilakukan selama kegiatan pembangunan
breakwater dan dilanjutkan terus selama operasional PPN Pengambengan.
g.Biaya Pengelolaan
Biaya pengelolaan dibebankan sebagai biaya operasional PPN
Pengambengan.
h.Institusi Pengelolaan
1).Pelaksana Pengelolaan
Pelaksana pengelolaan adalah otoritas PPN Pengambengan.
2).Pengawas Pengelolaan
Pengawas pengelolaan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Jembrana
dan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali dan Instansi Teknis Terkait.
3).Pelaporan
Laporan pelaksanaan pengelolaan ditujukan kepada Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Jembrana, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali,
4.2.SARAN
4.2.1. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup
4.2.1.1 Jenis Dampak :Kesempatan Kerja
IV- 13
e. Metode Pemantauan Lingkungan Hidup
1) Metode pengumpulan dan analisis data
Metode pemantauan kesempatan kerja dilakukan dengan metode
survey/wawancara dan observasi. Data-data tentang tenaga kerja dapat
dikumpulkan dari bagian personalia PPN Pengambengan. Metode analisis
kesempatan kerja adalah dengan cara menghitung peningkatan jumlah
tenaga kerja lokal yang terserap dalam tahap operasional PPN
Pengambengan.
2) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup
Lokasi pemantauan tenaga kerja adalah kantor atau bagian personalia
kantor PPN Pengambengan.
f. Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan
Pemantauan dilaksanakan pada saat perekrutan tenaga kerja pada tahap
operasional PPN Pengambengan, dengan kekerapan tiga bulan sekali.
g. Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup
1) Pelaksana Pemantauan
Pemantauan dilaksanakan oleh kantor PPN Pengambengan.
2) Pengawas Pemantauan
Pengawas pemantauan adalah Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Jembrana,
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Jembrana, Dinas Lingkungan Hidup
Provinsi Bali dan Kantor Desa Pengambengan dan Tegal Badeng Barat.
3) Pelaporan Pemantauan
Pelaporan Pemantauan kepada Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Jembrana, Dinas Lingkungan Hidup Propinsi Bali dan Kementerian
Lingkungan Hidup RI.
IV- 14
d. Tujuan Rencana Pemantauan Lingkungan
Tujuan pemantauan lingkungan adalah untuk mengetahui sikap dan opini
masyarakat terkait penerimaan tenaga kerja dan aktivitas operasional PPN
Pengambengan.
e. Metode Pemantauan Lingkungan Hidup
1) Metode pengumpulan dan analisis data
Pemantauan lingkungan dilakukan dengan metode observasi dan
survei/wawancara.
2) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup
Lokasi pemantauan pada masyarakat Desa Pengambengan dan Desa
Tegal Bandeng Barat dan sekitarnya.
2) Pengawas Pemantauan
Pengawas pemantauan adalah Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Jembrana,Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali dan Kantor Desa
Pengambengan.
3) Pelaporan Pemantauan
Pelaporan Pemantauan kepada Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Jembrana, Dinas Lingkungan Hidup Propinsi Bali dan Kementerian
Lingkungan Hidup RI.
2) Pengawas Pemantauan
Pengawas pemantauan adalah Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Jembrana, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali dan Kantor Desa
Pengambengan.
3)Pelaporan Pemantauan
Pelaporan Pemantauan kepada Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Jembrana, Dinas Lingkungan Hidup Propinsi Bali dan Kementerian
Lingkungan Hidup RI.
4.2.4.Jenis Dampak:Kualitas Udara
IV- 16
c. Parameter Lingkungan Hidup Yang Dipantau
Parameter lingkungan hidup yang dipantau adalah penurunan kualitas
udara mengacu pada baku mutu lingkungan (PerGub Bali No 16/2016).
d. Tujuan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup
Tujuan pemantauan adalah memantau efektifitas pelaksanaan
pengelolaan lingkungan dalam mencegah/meminimumkan timbulnya
dampak kebauan.
e. Metode Pemantauan Lingkungan Hidup
1) Metode pengumpulan dan analisis data
Metode pemantauan kualitas udara dilakukan dengan metode sampling
mengggunakan peralatan sampling kualitas udara.
2) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup
Lokasi pemantauan adalah pada areal PPN Pengambengan.
3) Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan
Waktu pemantauan setiap 6 bulan selama tahap operasi.
f. Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup
1) Pelaksana Pemantauan
Pemantauan dilaksanakan oleh kantor PPN Pengambengan.
2).Pengawas pemantauan
Pengawas pemantauan adalah Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Jembrana, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali dan Kantor Desa
Pengambengan.
3).Pelaporan Pemantauan
Pelaporan Pemantauan kepada Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Jembrana, Dinas Lingkungan Hidup Propinsi Bali dan Kementerian
Lingkungan Hidup RI.
IV- 17
c. Parameter Lingkungan Hidup Yang Dipantau
Parameter yang dipantau adalah PP No.19/1999 tentang Pengendalian
Pencemaran dan/atau Perusakan Laut dan Kepmen LH no 51/2004, Per Gub
Bali No 16/2016. Baku mutu tersebut adalah kekeruhan < 30 mg/l, TSS < 80
mg/l, BOD < 45 mg/l, COD < 80 mg/l, minyak dan lemak < 5 mg/l.
d. Tujuan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup
Tujuan pemantauan dampak penurunan kualitas air laut adalah untuk
melihat tingkat keberhasilan pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan.
e. Metode Pemantauan
1) Metode pengumpulan dan analisis data
Pemantauan kualitas air laut dilakukan dengan metode sampling.
Sampling dilakukan dengan mengambil contoh air laut dengan tata cara
sesuai SNI. Contoh air yang telah diberi perlakuan dan pengawetan segera
dianalisis parameter yang telah ditentukan. Metode analisis contoh air
disesuaikan dengan KEPMEN. KLH No.51/2004.
Metode analisis contoh air disajikan pada Tabel 4.1 di bawah ini :
IV- 18
2.Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup
IV- 19
d. Tujuan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup
Tujuan pemantauan adalah untuk mengevaluasi program pengelolaan
limbah dan persampahan di PPN Pengambengan.
IV- 20
e. Metode Pemantauan Lingkungan Hidup
1).Metode pengumpulan dan analisis data
Pemantauan dilakukan dengan metode survei dan observasi kualitas
sanitasi lingkungan.
2).Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup;
Pemantauan dilakukan di PPN Pengambengan dan kawasan sekitarnya;
3).Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan;
Pemantauan dilakukan secara rutin setiap enam bulan.
f. Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup
1) Pelaksana Pemantauan
Pelaksana pemantauan adalah PPN Pengambengan, sedangkan biaya
pemantauan dibebankan sebagai biaya operasional PPN Pengambengan.
2) Pengawas Pemantauan
Pengawas pemantauan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Jembrana,Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali serta dan instansi teknis
terkait.
3) Pelaporan Pemantauan
Pelaporan Pemantauan kepada Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Jembrana, Dinas Lingkungan Hidup Propinsi Bali dan Kementerian
Lingkungan Hidup RI.
4.2.9.Jenis Dampak:Sedimentasi
a.Dampak yang Dipantau
Komponen lingkungan yang dipantau adalah tingkat sedimentasi di
kawasan pantai Pengambengan.
b.Sumber Dampak
Sumber dampak adalah fasilitas pelabuhan di PPN pengambengan.
c.Parameter Lingkungan Hidup Yang Dipantau
Parameter lingkungan hidup yang dipantau dari proses yang terjadi yaitu
dilihat pada tingkat sedimentasi dan perubahan garis pantai.
d.Tujuan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup
Tujuan pemantauan adalah untuk mengevaluasi perilaku sedimentasi di
kawasan perairan pantai Pengambengan.
e.Metode Pemantauan Lingkungan Hidup
1).Metode pengumpulan dan analisis data
Pemantauan dilakukan dengan metode survei yaitu dengan melakukan
pengukuran kedalaman perairan. Pemantauan terhadap perubahan garis
IV- 22
pantai dilakukan dengan membuat patok sebagai titik ikat yang kemudian
digunakan sebagai dasar atau acuan dari perubahan garis pantai;
2).Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup;
Pemantauan dilakukan di perairan depan operasional PPN
Pengambengan;
3).Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan;
Pemantauan dilakukan secara rutin setiap enam bulan.
f.Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup
1).Pelaksana Pemantauan
Pelaksana pemantauan adalah PPN Pengambengan, sedangkan biaya
pemantauan dibebankan sebagai biaya operasional PPN Pengambengan.
2).Pengawas Pemantauan
Pengawas pemantauan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Jembrana,Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali serta dan instansi teknis
terkait.
3).Pelaporan Pemantauan
Pelaporan Pemantauan kepada Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Jembrana, Dinas Lingkungan Hidup Propinsi Bali dan Kementerian
Lingkungan Hidup RI.
IV- 23
DAFTAR PUSTAKA
Canter L.W. 1996 Enviromental Impact Assessment. Mc. Graw Hill Inc. New
York.
Munir, Moch. 1996. Geologi dan Mineralogi Tanah. Pustaka Jaya. Jakarta.
Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Bali Tahun 2009 - 2029.
Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2005 tentang Pengendalian
Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup.
Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 5 Tahun 2005 tentang Persyaratan
Arsitektur Bangunan Gedung.
1
Peraturan Gubernur Bali No. 16 Tahun 2016, tentang Baku Mutu Lingkungan
dan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416 Tahun 1990 Tentang syrat-syarat
dan Pengawasan Kualitas Air
Peraturan Menteri Negara LH Nomor 16 tahun 2012 tentang Pedoman
Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup
Peraturan Pemerintah RI Nomor 27 Tahun 2012 Tentang Ijin Lingkungan
Peraturan Pemerintah RI Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Propinsi dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.
Peraturan Pemerintah RI Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara
Peraturan Pemerintah RI Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air
Stern. A.C., R.W. Bouble D.L. Fok. 1984. Fundamental of Air Pollution.
Second Edition. Academic Press Inc. New York.