DISUSUN OLEH :
Pratita Budi Utami, S.Pi, M.Si
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan karunia-Nya
sehingga Pentunjuk Praktikum Konservasi Sumberdaya Hayati Perairan ini dapat terselesaikan.
Penuntun Praktikum Konservasi Sumberdaya Hayati Perairan disusun dengan tujuan
sebagai petunjuk teknis dalam melakukan kegiatan praktikum Konservasi Sumberdaya Hayati
Perairan. Topik dalam kegiatan praktikum Konservasi Sumberdaya Hayati Perairan Semester
Genap 2021/2022 merupakan identifikasi program kerja berbagai stakeholder yang memiliki
kepentingan pada kawasan konservasi yang telah tertuang dalam KKP3K Taman Pulau-Pulau
Kecil Pulau Randayan di Kabupaten Bengkayang.
Demikian modul petunjuk praktikum ini disusun. Sehingga para mahasiswa dapat
mengetahui dengan baik kegiatan paktikum yang akan dilakukan.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I. PENGANTAR PRAKTIKUM
1.1. Teori Kawasan Konservasi 4
1.2. Tujuan Praktikum 6
BAB II. KEGIATAN PRAKTIKUM LAPANG
2.1. Waktu dan Lokasi Kegiatan 7
2.2. Alat dan Bahan 7
2.3. Prosedur Kerja & Analisis Deskriptif 7
BAB III. FORMAT LAPORAN AKHIR 9
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I. PENGANTAR PRAKTIKUM
1.1 Teori Kawasan Konservasi
Kawasan Konservasi merupakan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil dengan ciri khas tertentu
yang dilindungi untuk mewujudkan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil secara
berkelanjutan. Wilayah Perairan Kalimantan Barat memiliki empat kawasan yang memiliki status
sebagai Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KKP3K) berdasarkan ciri khasnya.
Salah satu wilayah tersebut adalah KKP3K Taman Pulau-Pulau Kecil Pulau Randayan di
Kabupaten Bengkayang, yang ditetapkan melalui PERDA KALIMANTAN BARAT No.1 Tahun
20191.
Sebagai salah satu kawasan konservasi yang telah memiliki legalitas hukum, maka perlu
dilakukan pengelolaan pada kawasan yang dimaksud. KEPMEN KP No.90 Tahun 20202,
mengamanatkan pengelolaan KKP3K Pulau Randayan kepada Pemerintah Daerah Provinsi
Kalimantan Barat agar melakukan penunjukan organisasi yang memiliki kepentingan di KKP3K
Pulau Randayan.
Salah satu wujud pengelolaan kawasan konservasi adalah dengan menyusun Rencana
Pengelolaan (RPZ KKP3K Pulau Randayan), yang merupakan kumpulan berbagai kegiatan
jangka pendek sampai dengan jangka panjang dalam mengisi dan mencapai tujuan pengelolaan
KKP3K Pulau Randayan3. Rencana Pengelolaan tersebut dilakukan dengan dasar pertimbangan:
potensi ekologi, sosial, ekonomi, dan budaya pada TPK (Taman Pulau Kecil) Pulau Randayan;
serta zonasi pengelolaan pada TPK Pulau Randayan3.
Hasil pengamatan potensi ekologi Pulau Randayan, terdapat informasi pantai peneluran penyu di
perairan Pulau Lemukutan bagian Utara Pulau Semesak, dan Pulau Seluas. Kima atau kerang
raksasa merupakan biota penting di suatu perairan, karena selain sebagai salah satu biota yang
dijadikan indikator kesehatan perairan juga memiliki nilai estetis sebagai tujuan pariwisata.
Keberadaan kima di perairan Pulau Lemukutan telah dijadikan fokus rehabilitasi dan konservasi
oleh BPSPL Pontianak, dengan diresmikannya Taman Kima pada tahun 2016. Taman Kima di
Pulau Lemukutan merupakan salah satu destinasi pariwisata di TPK Pulau Randayan yang
bersifat konservasi dan edukasi kepada masyarakat. Kima merupakan biota yang masuk dalam 20
jenis biota prioritas perlindungan KKP3;4. Dalam kurun waktu 2017-2019 terjadi kejadian hiu
paus terdampar di sepanjang perairan Kalimantan Barat. Berdasarkan informasi masyarakat yang
diperoleh pada saat melakukan survei dan wawancara di wilayah Kepulauan Randayan juga
ditemukan adanya kemunculan hiu paus. Keberadaan hiu paus di perairan Randayan yang cukup
intensif, diduga dikarenakan wilayah perairan Randayan merupakan alur migrasi hiu paus, untuk
memastikan hal itu perlu dilakukan kajian dan survei yang lebih intensif dan terukur di wilayah
terduga alur migrasi tersebut3.
Hasil pengamatan potensi ekonomi, sektor perikanan Kabupaten Bengkayang memiliki nilai LQ
(Location Quotient) sebesar 1,5. Nilai tersebut >1 yang artinya laju pertumbuhan sektor perikanan
di Kabupaten Bengkayang adalah lebih besar dibandingkan dengan laju pertumbuhan sektor yang
sama dalam perekonomian Provinsi Kalimantan Barat. Sehingga, sektor perikanan merupakan
sektor unggulan sekaligus merupakan basis ekonomi. Sektor ini memiliki peluang besar untuk
dikembangkan untuk meningkatkan perekonomian di Kabupaten Bengkayang. Secara statistik
perikanan laut memberikan kontribusi terbesar terhadap produksi perikanan di Kabupaten
Bengkayang pada tahun 2019. produksi perikanan laut di Kabupaten Bengkayang sebesar
5.153,97ton atau 61% dari total produksi perikanan Kabupaten Bengkayang. Selain potensi
4
perikanan tangkap, TPK Pulau Randayan juga memiliki potensi pariwisata. Sebagai daerah
pesisir, Kabupaten Bengkayang memiliki beberapa destinasi wisata pantai, snorkeling, dan
diving3.
Hasil pengamatan potensi budaya, dukungan masyarakat dalam fungsi kawasan konservasi
diperoleh sebesar 74%. Yang artinya sebanyak 74% dari total keseluruhan responden setuju,
kawasan tersebut didorong menjadi kawasan konservasi. Menurut mereka kawasan konservasi
mampu memberikan pengaruh positif terhadap penghasilan penduduk sekitar yang bekerja
sebagai nelayan karena kelestarian lingkungan akan terjaga dan dapat mendukung habitat ikan
untuk berkembang biak. Sedangkan sisanya 26% tidak setuju dengan adanya kawasan konservasi.
Karena mereka menganggap bahwa kawasan konservasi akan mengurangi hasil tangkapan ikan
karena semakin berkurangnya area tangkapan. Persepsi ini muncul karena tidak adanya
pemahaman mengenai kawasan konservasi3.
TPK Pulau Randayan terbagi dalam 3 zona, yakni zona inti, zona pemanfaatan terbatas, dan zona
lainnya. Penentuan dan pembagian zona juga memperhatikan karakteristik wilayah kajian dan
sumber daya yang ditemukan, serta faktor sosial ekonomi kemasyarakatan, khususnya masyarakat
pesisir dan pulau sekitar wilayah kajian. Salah satu faktor penentu penyusunan zonasi ialah
pendapat dari masyarakat dan pemangku kepentingan terkait kawasan yang akan dikelola.
Penentuan zona inti di TPK Pulau Randayan dilakukan berdasarkan kajian ekosistem dalam
kawasan, yaitu (1) keberadaan ekosistem terumbu karang, (2) ekosistem padang lamun, (3)
ekosistem mangrove, (4) keanekaragaman ikan karang, (5) daerah peneluran penyu, (6) biota
kima, (7) mamalia laut, serta (8) daerah tangkapan nelayan tradisional 3.
Zona pemanfaatan terbatas merupakan zona yang hadir sebagai penunjang di dalam kawasan
khususnya zona inti. Kegiatan pemanfaatan yang dapat dilakukan ialah melakukan pengambilan
data, pemanfaatan sumber daya alam/ikan dengan memperhatikan prinsip-prinsip berkelanjutan
dan tidak bersifat destruktif terhadap lingkungan perairan dan biota yang hidup di dalamnya.
Peruntukan Zona Pemanfaatan Terbatas perairan Bengkayang meliputi beberapa item kegiatan,
antara lain ialah, pembatasan pelaku perikanan yang melakukan aktivitas perikanan tangkap
maupun budidaya di dalam zona pemanfaatan terbatas, pembatasan jumlah tangkapan ikan guna
menjaga keberlanjutan sumber daya ikan dan penjagaan ekosistem penting penunjang perikanan,
kegiatan Pariwisata dan rekreasi atau wisata minat khusus3.
Zona lainnya merupakan zona di luar zona inti dan zona pemanfaatan yang dapat ditetapkan
sebagai zona perlindungan dan zona rehabilitasi, yang fungsinya mendukung upaya perlindungan,
pelestarian, dan pemanfaatan kawasan konservasi yang berkelanjutan. Peruntukan zona lainnya
ialah sebagai kawasan perlindungan dan kegiatan rehabilitasi, guna mendukung kegiatan
pemanfaatan dan penunjang zona inti, tujuan dari zona ini ialah sebagai berikut : 1.) Pusat
kegiatan rehabilitasi ekosistem yang peranannya sangat penting bagi kawasan konservasi 2.)
Sebagai lokasi edukasi bagi masyarakat umum dan juga pemangku kepentingan terkait 3.
Kemudian pada unit organisasi pengelola TPK Pulau Randayan, adalah lembaga yang ditunjuk
dan ditetapkan untuk bertanggung jawab dalam pengelolaan kawasan konservasi. Unit organisasi
pengelola dapat bermitra dengan stakeholder dalam rangka mencapai tujuan pengelolaan yang
efektif. Unit organisasi pengelola yang diusulkan untuk mengelola TPK Pulau Randayan adalah
Kepala Seksi Konservasi pada Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Barat.
Pengelolaan Kawasan Konservasi yang efektif tidaklah mungkin dikerjakan hanya oleh unit
5
pengelola saja, untuk itu dibutuhkan peran serta aktif dari para pemangku kepentingan lainnya
seperti pelaku usaha, perguruan tinggi, LSM/NGO, kelompok masyarakat, Pemerintah Desa, dls3.
6
BAB II. METODOLOGI PRAKTIKUM LAPANG
2.1 Waktu dan Loksi Kegiatan
Kegiatan akan dilakukan dalam tiga tahap:
1. Dikusi dengan pihak Kementerian Kelautan dan Perikanan (secara daring, pada tanggal 9
Maret 2022).
2. Diskusi dengan pihak BPSPL Pontianak (secara luring, pada tanggal 17 Maret 2022).
3. Diskusi dengan berbagai stakeholder yang ada di TPK Pulau Randayan (secara luring, pada
tanggal 19 – 20 Maret 2022).
7
3. Telaah, mengapa kegiatan tersebut dilakukan oleh BPSPL Pontianak.
4. Telaah, apa tujuan kegiatan tersebut.
5. Cacat temuan atau informasi yang anda peroleh.
6. Bandingkan informasi yang anda peroleh di lapangan dengan teori yang anda dapat dari
literatur.
7. Uraikan secara deskriptif, dengan menggunakan format laporan akhir.
8
BAB III. FORMAT LAPORAN AKHIR
1. Masing-masing kelompok wajib mengirimkan satu file laporan akhir, dalam bentuk Ms Word dan
file Mp4 yang dikirim melalui email pratitabu@untan.ac.id pada hari kamis tanggal 14 April 2022,
jam 13.00 dengan Subject email: Praktikum Konservasi Kelompok I/II/III/IV.
9
DAFTAR PUSTAKA
1
PERDA KALIMANTAN BARAT No.1 Tahun 2019 Tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018-2038
2
KEPMEN KP No.90 Tahun 2020 Tentang Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Pulau
Randayan dan Perairan Sekitarnya di Provinsi Kalimantan Barat
3
Rencana pengelolaan dan Zonasi (RPZ) Kawasan Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
(KKP3K) Taman Pulau Kecil Pulau Randayan
4
PERMEN LH No.P20 Tahun 2018 Tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Yang Dilindungi
10