Anda di halaman 1dari 14

PENGELOLAAN PESISIR DI

NEGARA LAIN
(MODEL DI SRILANGKA)
Pengelolaaan wilayah pesisir dan laut yang
terpadu (PWPLT) dari negara lain.
 Negara-negara yang sebagian besar
wilayahnya pesisir, seperti Jepang,
Amerika Serikat, Australia, Thailand,
Oman, Republik Maldives dan Srilangka.
 Negara-negara tersebut dapat dikatakan
telah sukses mempelopori perencanaan
dan pembangunan wilayah pesisir yang
terpadu dan berkelanjutan yang sedang
berkembang kurang lebih 3 dekade
selama ini.
Salah satu isu dalam pengelolaan sumber
daya wilayah pesisir dan lautan :
 Konflik pengelolaan wilayah pesisir yang
tumpang tindih perencanaannya.
 PWPLT dituntut implementasi yang
berkesinambungan dan dinamis dengan
mempertimbangkan segala aspek sosio-
ekonomi-budaya dan aspirasi masyarakat
pengguna kawasan pesisir (stakeholders)
serta konflik kepentingan dan konflik
pemanfaatan kawasan pesisir.
critical riview terkait PWPLT
menyoroti 2 hal yaitu :
1. Percontohan dalam penggunaan pendekatan
pengelolaan wilayah pesisir dan laut terpadu
(PWPLT) untuk mengoptimalkan sumberdaya
wilayah pesisir dengan mengambil pembelajaran
dan pengalaman Negara Srilangka yang telah sukses
menerapkan sebelumnya.
2. Peran kelembagaan dalam pengelolaan wilayah
pesisir di Negara Srilangka yang bersifat praktis dan
menghasilkan keluaran (output) yang nyata
(tangible) secara berkelanjutan bagi stakeholders di
 wilayah tersebut.
Pengelolaaan wilayah pesisir dan laut di
Negara Srilangka
 Salah satu negara Asia Selatan tersebut, sukses
menerapkan strategi pengelolaan wilayah pesisir dan
laut yang terpadu sejak pertengahan 1970-an.
 Kajian terhadap kunci suksesnya pengelolaan wilayah
pesisir di negara tersebut menjadi suatu hal yang
penting mengingat Negara Srilangka memiliki
karakteristik kawasan pesisir yang sama dengan
pesisir di negara Indonesia.
 Pada pra abad 20, pengelolaan wilayah pesisir
Negara Srilangka diwujudkan dalam 3 dokumen,
yakni Master Plan for Coastal Erosion
Management (MCEM), Coastal Zone
Management Plan (CZMP) dan Draft Coast 2000.
 Pada awal persiapan perumusan CZMP
diwujudkan dengan berbagai startegis
pengelolaaan sumberdaya pesisir diantaranya
adalah (1) membantu agar kegiatan ganda
esturia, laguna dan mangrove di wilayah pesisir
Srilangka memberikan hasil yang berkelanjutan,
 (2) memberikan 764 perijinan bagi kegiatan
pembangunan, (3) mensosialisasikan kebutuhan
pengelolaan wilayah pesisir melalui seminar-seminar
yang terorganisir, dan (4) mengembangkan hubungan
dengan badan-badan yang bertanggung jawab
terhadap kegiatan pengelolaan wilayah pesisir.
Strategi CZMP yang dilakukan
adalah sebagai berikut :
1. Mengusulkan standar kelayakan bagi berbagai lokasi di
sekitar pesisir
2. Mengharuskan dilakukannya Analisis Dampak Lingkungan 
(AMDAL) bagi kegiatan-kegiatan pembangunan yang
berpotensi dampak
3. Memberikan pedoman bagi kegiatan pengambilan pasir
dan melarang kegiatan tambang pasir di daerah pantai,
tanjung, serta wilayah lain yang berdekatan dengan
terumbu
4. Melarang kegiatan tertentu seperti pengambilan karang,
kecuali untuk penelitian
5. Melarang kegiatan pembangunan tertentu
yang merusak kualitas daerah alami tertentu
6. Mencegah kerusakan habitat pesisir alami
7. Mengendalikan pembangunan pesisir yang
terdapat tempat perlindungan laut, burung,
dan satwa liar
8. Merancang daerah-daerah konservasi di
kawasan pesisir lainnya
 Dokumen Coast 2000 terbagi menjadi dua,
yakni dokumen pertama membahas mengenai
kondisi eksisting pengelolaan wilayah pesisir
saat ini. Sedangkan dokumen kedua mengkaji
kebijakan, startegi, dan perencanaan
pengelolaan wilayah pesisir secara
komprehensif.
Strategi pengelolaan wilayah pesisir yang
dikembangkan dalam generasi kedua ini
adalah sebagai berikut :
1. Melakukan pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir
dilakukan secara terpadu dan serentak pada tingkat
nasional, propinsi dan daerah
2. Melibatkan partisipasi pemerintah dan nonpemerintah akan
dipusatkan pada program baru
3. Merencanakan dan mengimplementasikan daerah
pengelolaan wilayah pesisir bagi daerah khusus dan strategis
baik secara lokasi geografis maupun ekonomi
4. Memonitoring penelitian yang berkaitan dengan
permasalahan khusus dengan habitat lokal, perikanan,
kualitas perairan, pemanfaatan sumberdaya nonhayati,
budidaya perikanan, dan pariwisata
5. Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan
kesadaran masyarakat dalam pengelolaan
wilayah pesisir melalui segala aspek,
terutama dalam aspek pendidikan
Kelebihan :
Pengalaman Negara Srilangka dalam pengelolaan
wilayah pesisir ditinjau dari aspek kelembagaan adalah
inisiatif dari kelembagaan pemerintah yang
mendukung secara penuh bagi pengembangan potensi
sumberdaya wilayah pesisir.  Partisipasi kelembagaan
pemerintah telah berhasil bekerjasama dan
berkoordinasi baik di tingkat nasional maupun lokal.
Koordinasi interlembaga di kedua tingkat tersebut
dapat dikatakan memiliki hubungan yang erat.
Kelemahan :
Kelembagaan pengelolaan wilayah pesisir adalah
belum teinformasikannya partisipasi masyarakat
pesisir di Srilangka sendiri. Selain itu, belum
terbangunnya suatu kelompok masyarakat  yang
memiliki kapasitas untuk pengelolaan tingkat lokal.
Tentu hal ini menjadi penting, karena dapat menjadi
pendukung secara aktif menyokong dan
menggunakan, memberikan masukan dalam
pengelolaan wilayah pesisir yang efektif.

Anda mungkin juga menyukai