» Konservasi tanah diartikan sebagai penempatan setiap bidang tanah pada cara
penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan
memperlakukannya sesuai dengan persyaratan yang diperlukan agar tidak terjadi
kerusakan tanah. Contoh kasusnya yaitu tanah dibagian bawah lereng mengalami
erosi yang sangat berat dibandingkan di atas lereng karena semakin ke bawah, air
yang terkumpul semakin banyak dan kecepatan aliran juga meningkat, sehingga
daya erosinya besar. Beberapa pakar mendapatkan bahwa erosi meningkat 1,5
kali bila panjang lereng menjadi dua kali lebih panjang. Pada dasarnya erosi
merupakan proses perataan kulit bumi. Jadi selama kulit bumi tidak rata, erosi
akan tetap terjadi dan tidak mungkin untuk menghentikannya. Oleh karena itu
usaha konservasi tanah tidak berusaha untuk menghentikan erosi, tetapi hanya
mengendalikan erosi ke suatu nilai tertentu yang tidak merugikan. (Arsyad, 1989)
» Penghematan air atau konservasi air menurut Arsyad (2006) adalah perilaku yang
disengaja dengan tujuan mengurangi penggunaan air segar, melalui metode
teknologi atau perilaku sosial. Konservasi sumber daya air ditujukan untuk menjaga
kelangsungan keberadaan daya dukung, daya tampung, dan fungsi sumber daya air
Contoh kasusnya yaitu danau tempe yang secara rutin mendapat pasokan air dan
juga mengering sebagian lagi, namun kondisinya justru semakin menurun karena
sedimentasi tidak bisa terbawa arus air. Akibatnya, sedimentasi mengendap dan
menumpuk terus menerus sampai memicu terjadinya pendangkalan danau.
4. Buatlah konsep pendidikan konservasi bagi anak usia dini (7-12 tahun) dan bagi
remaja (12-18 tahun).
Jawaban
1. Konservasi di Kabupaten Wajo yang saya ambil yaitu danau tempe. Danau
Tempe saat ini telah mengalami pendangkalan intensif dan banyak dari area
efektif danau telah terkonversi menjadi daratan permanen. Penyusutan luas
efektif Danau Tempe berdasarkan hasil analisis spasial, survei lapangan dan
wawancara kepada satuan kerja pengelola danau, disebabkan oleh erosi tinggi di
daerah hulu yang menyebabkan aliran sedimen menuju danau yang masif di
setiap musim penghujan. Erosi yang tinggi di daerah hulu sungai ini disebabkan
oleh konversi lahan yang luas dari hutan lindung dan kawasan lindung lain
menjadi kawasan budidaya perkebunan lahan kering (seperti palawija, kemiri
dan sebagainya). Selain itu, Danau Tempe sejak lama telah dipenuhi oleh Eceng
Gondok dalam jumlah dan sebaran yang luas. Keberadaan Eceng Gondok di
Danau Tempe ini berdasarkan pengamatan citra satelit multiwaktu diketahui
telah ada sejak Tahun 1989. Sedimentasi intensif dan keberadaan eceng gondok
ini berperan dalam menyusutkan volume air di Danau Tempe dan berperan
merusak ekosistem dan biota air tawar di Danau Tempe. Dampak negatif lebih
lanjut dari penyusutan luasan Danau Tempe adalah lahan baru yang tercipta dari
penyusutan danau disalahgunakan untuk pertanian lahan kering atau pertanian
lahan basah musiman. Kegiatan pertanian yang dilakukan dengan menggunakan
pestisida turut mempercepat penyebaran tanaman eceng gondok. Selain itu, alih
fungsi lahan menjadi lahan pertanian secara perlahan memicu alih fungsi lebih
lanjut menjadi lahan permukiman dan terlegalisasi dengan adanya sertifikat-
sertifikat tanah yang dikeluarkan oleh pihak desa maupun BPN. Dengan
diakuinya hak atas tanah secara resmi, menjadi semakin sulit untuk menata dan
mengkonservasi kawasan Danau Tempe karena isu sosial menjadi semakin
kompleks. Upaya lebih komprehensif telah dimunculkan antara lain melalui
komitmen Gerakan Penyelamatan Danau Tempe (GERMADAN TEMPE) yang
diinisiasi oleh berbagai stakeholders yang bekerja di Danau Tempe (Pance et al,
2014). GERMADAN sendiri telah memunculkan rencana program dan kegiatan
lintas sektor guna mewujudkan konservasi Danau Tempe yang lebih
komprehensif. Namun sejauh dari pengamatan yang dilakukan oleh penulis pada
akhir tahun 2015, hasil kerjanya masih belum nampak. Setiap sektor masih
bekerja secara terpisah dan keterpaduan koordinasi belum muncul. Apabila
permasalahan ini masih terus berlangsung di masa depan, maka permasalahan
Danau Tempe tidak akan benar- benar terselesaikan. Permasalahan Danau
Tempe (dan juga di tempat lain yang memiliki karakteristik serupa)
mengindikasikan bahwa pengelolaan ruang dan wilayah di Indonesia yang tidak
berbasis pada kewenangan administratif kedaerahan semakin penting dan
strategis.
2. Danau Tempe saat ini telah mengalami pendangkalan intensif dan banyak dari
area efektif danau telah terkonversi menjadi daratan permanen. Hasil kajian
pemetaan dan interpretasi citra satelit multiwaktu (1981, 1989, 2000, dan 2015)
yang diambil pada musim penghujan di tahun yang bersangkutan serta hasil
survei lapangan tahun 2015 yang dilakukan penulis menunjukkan luas efektif
Danau Tempe terus menyusut dari waktu ke waktu (Gambar 1). Penurunan
luasannya dalam kurun waktu dua puluh tahun mencapai lebih dari 15 ribu
hektar (Tabel 1) dan diperkirakan akan terus menyusut di masa mendatang
apabila tidak dilakukan upaya – upaya konservasi danau. Berdasarkan kajian
yang dilakukan Pance et al (2014), laju penurunan luasan danau mencapai 1,48
km2 per tahun dan diperkirakan pada musim kemarau tahun 2093 Danau Tempe
akan hilang. Upaya lebih komprehensif telah dimunculkan antara lain melalui
komitmen Gerakan Penyelamatan Danau Tempe (GERMADAN TEMPE) yang
diinisiasi oleh berbagai stakeholders yang bekerja di Danau Tempe (Pance et al,
2014). GERMADAN sendiri telah memunculkan rencana program dan kegiatan
lintas sektor guna mewujudkan konservasi Danau Tempe yang lebih
komprehensif. Namun sejauh dari pengamatan yang dilakukan oleh penulis pada
akhir tahun 2015, hasil kerjanya masih belum nampak. Setiap sektor masih
bekerja secara terpisah dan keterpaduan koordinasi belum muncul. Apabila
permasalahan ini masih terus berlangsung di masa depan, maka permasalahan
Danau Tempe tidak akan benar- benar terselesaikan.
4. Konsep pendidikan konservasi usia dini yaitu pada usia dini rata-rata menempuh
pendidikan kecuali mereka yang kurang mampu dan tidak sadar akan
pentingnya pendidikan. Pada usia dini, anak-anak masih senang belajar dan
bersemangat karena masih dalam pantauan orang tua masing-masing dan masih
bisa belajar sambil bermain dengan teman-temannya. Sedangkan konsep
pendidikan konservasi di usia remaja rata-rata menempuh pendidikan namun
masih banyak yang pengangguran karena beberapa faktor. Dalam usia remaja
tidak sedikit sudah banyak yang kurang memperhatikan pelajarannya. Diantara
faktor-faktornya yaitu karena faktor bosan dimana sudah mulai jenuh dengan
pelajaran apalagi jika tidak dipantau oleh orang tuanya dan tidak sadar diri
tentang pendidikan. Selain tu, faktor puberitas dimana mereka telah mengenal
percintaan yang sangat berdampak buruk bagi pendidikannya jika tidak bisa
menempatkan posisi.