Anda di halaman 1dari 49

INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 2017

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indeks Kualitas Lingkungan Hidup merupakan gambaran atau

indikasi awal yang memberikan kesimpulan cepat dari suatu kondisi

lingkungan hidup pada lingkup dan periode tertentu. Selama ini untuk

mengukur kualitas lingkungan umumnya dilakukan secara parsial

berdasarkan media, yaitu air, udara, dan lahan sehingga sulit untuk

menilai apakah kondisi lingkungan hidup di suatu wilayah bertambah baik

atau sebaliknya. Salah satu cara untuk mereduksi banyak data dan

informasi adalah dengan menggunakan indeks.

Bagi Indonesia, penyusunan indeks kualitas lingkungan hidup

terkait erat dengan kebutuhan sasaran pengarusutamaan pembangunan

berkelanjutan dalam Rencana Pembangunan Nasional sesuai dengan

Peraturan Presiden No. 43 Tahun 2014, Peraturan Presiden No. 2 tahun

2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

(RPJMN) 2015-2019 karena dalam RPJMN disebutkan bahwa target

kualitas lingkungan hidup berada pada posisi 66,5 – 68,5 pada tahun

2019, juga sesuai dengan Permendagri Nomor 86 Tahun 2017 karena

didalamnya disebutkan bahwa IKA, IKU dan IKTL merupakan sebagian

indikator kinerja bidang LH yang dievaluasi dalam pembangunan daerah,

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 1


INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 2017

Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2015 yang memuat sasaran dan

arah kebijakan yang terkait dengan Isu Strategis 25 berupa Peningkatan

Keekonomian Keanekaragaman Hayati dan Kualitas Lingkungan Hidup.

Pada Tahun 2015 ditargetkan angka sebesar 63-63,5 (dari nilai

maksimum 100) untuk target IKLH nasional.

B. TUJUAN

Tujuan disusunnya Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) adalah:

 Memberikan Informasi kepada para pengambil keputusan di tingkat

pusat dan daerah tentang kondisi lingkungan tingkat nasional dan

daerah sebagai bahan evaluasi kebijakan pembangunan yang

berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

 Sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada publik tentang

pencapaian target program-program pemerintah di bidang

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

Dalam fungsinya sebagai pendukung kebijakan, indeks dapat membantu

dalam penentuan skalaprioritas yang disesuaikan dengan derajat

permasalahan lingkungan sebagaimana diindikasikan oleh angka indeks

kualitas lingkungan hidup. Indeks kualitas lingkungan hidup juga dapat

digunakan untuk mengidentifikasi sumber permasalahan dalam

pengelolaan lingkungan hidup. meningkatkan kesadaran masyarakat

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 2


INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 2017

awam sehingga indeks dapat menjadi alat penggerak bagi keterlibatan

publik.

C. Ruang Lingkup

Kerangka Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) yang diadopsi

oleh KLH adalah pengembangan dari konsep yang dikembangkan oleh

Virginia Commonwealth University (VCU) dan BPS dengan menggunakan

kualitas air sungai, kualitas udara, dan tutupan hutan sebagai indikator.

Karena keterbatasan data, kualitas lingkungan di wilayah pesisir dan laut

serta kondisi keanekaragaman hayati tidak dimasukkan dalam

perhitungan IKLH.

Sebagai pembanding atau target untuk setiap indikator adalah

standar atau ketentuan yang berlaku berdasarkan peraturan perundangan

yang dikeluarkan oleh pemerintah, seperti ketentuan tentang baku mutu

air dan baku mutu udara ambien.

D. DASAR HUKUM

a. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup

b. Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1999 tentang Pengendalian

Pencemaran Udara

c. Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan

Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 3


INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 2017

d. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 115 tahun 2003

tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air

e. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 1 tahun 2010

tentang Tata Laksana Pengendalian Pencemaran Air

f. Peraturan Menteri Nomor 12 tahun 2010 tentang Pelaksanaan

Pengendalian Pencemaran Udara di Daerah

g. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor

P.74/MenLHK/Setjen/Kum.1/8/2016 tentang Pedoman Nomenklatur

Perangkat Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota yang

melaksanakan urusan Pemerintah Daerah Bidang Lingkungan dan

Kehutanan

h. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 86 tahun 2017 tentang Tata

Cara Perencanaan, Pengendalian dan evaluasi Pembangunan

Daerah, Tata Cara EvaluuasiRancangan Perda tentang RPJPD

dan RPJMD, serta Tata Cara Perubahan RPJPD, RPJMD dan

Rencana Kerja Pemerintah Daerah.

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 4


INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 2017

BAB II

PENYUSUNAN INDEKS KUALITAS


LINGKUNGAN HIDUP

A. LANDASAN TEORI

Studi-studi tentang indeks kualitas lingkungan sudah banyak

dilakukan oleh perguruan tinggi di luar negeri, seperti Yale University dan

Columbia University yang menghasilkan Environmental Sustainability

Index (ESI), Virginia Commonwealth University yang menghasilkan

Environmental Quality Index (EQI) dan oleh Yale University dan Columbia

University yang berkolaborasi dengan World Economic Forum dan Joint

Research Center of the European Commission yang menghasilkan

Environmental Performance Index (EPI). Kementerian Lingkungan Hidup

dan Kehutanan mengadopsi Environmental Quality Indeks (EQI) untuk

mengukur kondisi lingkungan di Indonesia. Selain karena lebih sederhana

dan mudah dipahami, juga karena data yang tersedia relatif lengkap dan

kontinu.

1. Environmental Quality Index (EQI)

EQI yang dikembangkan oleh Virginia Commonwealth University

(VCU) pada dasarnya mengukur kecenderungan kualitas atau kondisi

lingkungan dari media air, udara, dan lahan, beban pencemar toksik,

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 5


INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 2017

perkembangbiakan burung (keanekaragaman hayati), dan pertumbuhan

penduduk. EQI merupakan gabungan 7 indikator, dan beberapa indikator

terdiri dari parameter-parameter sebagaimana dapat dilihat pada tabel di

bawah ini:

Tabel 2.1. Indikator dan Parameter EQI

Indikator dan parameter ditetapkan oleh komite teknis yang dibentuk oleh tim

penyusun EQI. Komite ini terdiri dari para pakar, seta wakil-wakil dari pemerintah

negara bagian dan lembaga swadaya masyarakat (LSM). Penetapan bobot pada

awalnya dilakukan dengan tehnik Delphi, yaitu berdasarkan pendapat dari

akademisi, industriawan, LSM, dan pemerintah negara bagian. Selanjutnya hasil

survey tersebut diagregasikan menjadi bobot rata-rata untuk setiap indikator dan

parameter. EQI dihitung pada tingkat county (setingkat kabupaten/kota) dengan

menggunakan rumus:

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 6


INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 2017

EQI dihitung pada tingkat country (setingkat kabupaten/kota) dengan menggunakan


rumus :
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟 × 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟
EQI = ∑𝑛
𝑖=1
𝑖 𝑖
…………………….. 2.1
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡

Selanjutnya indeks untuk tingkat Negara bagian dihitung dengan menggunakan rumus :
𝑃𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖_𝐶𝑜𝑢𝑛𝑡𝑟𝑦𝑖
EQI = ∑𝑛
𝑖=1 𝐸𝑄𝐼_𝐶𝑜𝑢𝑛𝑡𝑟𝑦𝑖 × ………….. 2.2
𝑃𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖_𝑆𝑡𝑎𝑡𝑒

2. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup

Konsep IKLH, seperti yang dikembangkan oleh BPS, hanya

mengambil tiga indikator kualitas lingkungan yaitu kualitas air sungai,

kualitas udara, dan tutupan hutan. Berbeda dengan BPS, IKLH dihitung

pada tingkat Kabupaten/Kota sehingga dapat menghasilkan indeks tingkat

Provinsi. Perbedaan lain dari konsep yang dikembangkan oleh BPS dan

VCU adalah setiap parameter pada setiap indicator digabungkan menjadi

satu nilai indeks. Ada keseimbangan antara indikator yang mewakii green

issues (isu hijau) dan brown issues (Isu coklat). Isu hijau merupakan

pembagian pendekatan pengelolaan lingkungan hidup yang menangani

aspek aspek konservasi atau pengendalian kerusakan lingkungan hidup.

Isu hijau hanya mewakili satu indikator dalam IKLH yaitu tutupan hutan,

hal ini membuat bobotnya lebih besar dibanding indikator lainnya.

Isu coklat mewakili isu pencemaran lingkungan hidup yang pada

umumnya berada pada sektor industri dan perkotaan. Indikator udara dan

air yang mewakili isu coklat memiliki bobot yang sama.

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 7


INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 2017

Parameter dari setiap indikator untuk perhitungan IKLH dapat

dilihat pada Tabel 2.2

Tabel 2.2. Indikator dan parameter IKLH

NO INDIKATOR PARAMETER BOBOT KETERANGAN

SO2
1 Kualitas udara 30%
No2

TSS

DO

BOD
Kualitas air Dihitung indeks
2 COD 30%
sungai kualitas air
Total Fosfat

Fecal Coli

Total Coliform

3 Tutupan Hutan Luas hutan 40%

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 8


INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 2017

Penggabungan parameter ini dimungkinkan karena ada ketentuan

yang mengaturnya, seperti:

1. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003

tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air. Pedoman ini juga mengatur

tatacara penghitungan indeks pencemaran air (IPA).

2. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep-

45/MENLH/10/1997 tentang Indeks Pencemar Udara.

Perhitungan kualitas udara tetap menggunakan indeks pencemaran

udara. Perhitungan untuk parameter kualitas air, akan dihitung dengan

menggunakan tujuh parameter, yaitu TSS, DO, COD, BOD, Phospat, Fecal Coli,

Total Coliform. Perhitungan IKLH dilakukan dengan menggunakan formula

sebagai berikut:

IKLH Kabupaten = (IPA x 30%) + (IPU x 30%) + (ITH x 40%)


Dimana:
IKLH = indeks kualitas lingkungan hidup Kabupaten
IPA = indeks Kualitas air
IPU = indeks Kualitas udara
ITH = indeks tutupan hutan

Perhitungan nilai indeks kualitas air mengacu pada baku mutu atau

standar yang ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang

Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Indeks Kualitas

Udara mengacu kepada referensi standar internasional, yaitu WHO dan

European Union. Sedangkan untuk indeks tutupan lahan/hutan menggunakan

standar ideal tutupan hutan.

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 9


INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 2017

B. Indikator dan Parameter

1. Kualitas Air Sungai

Air, terutama air sungai mempunyai peranan yang sangat strategis

dalam kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.. Selain itu air

sungai juga menjadi sumber air baku untuk berbagai kebutuhan lainnya,

seperti industri, pertanian dan pembangkit tenaga listrik di lain pihak

sungai juga dijadikan tempat pembuangan berbagai macam limbah

sehingga tercemar dan kualitasnya semakin menurun.

Karena peranannya tersebut, maka sangat layak jika kualitas air

sungai dijadikan indicator kualitas lingkungan hidup. Selain kualitasnya,

sebenarnya ketersediaan air sungai (debit air) juga perlu dijadikan

indikator. Namun karena data yang tidak tersedia, maka debit air untuk

sementara tidak dimasukkan sebagai indikator.

Perhitungan indeks untuk indikator kualitas air sungai dilakukan

berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115

Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air. Dalam

pedoman tersebut dijelaskan antara lain mengenai penentuan status mutu

air dengan metoda indekspencemaran (Pollution Index – PI).

Menurut definisinya PIj adalah indeks pencemaran bagi peruntukan

j yang merupakan fungsi dari Ci/Lij, dimana Ci menyatakan konsentrasi

parameter kualitas air i dan Lij menyatakan konsentrasi parameter kualitas

air i yang dicantumkan dalam baku peruntukan air j. Dalam hal ini

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 10


INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 2017

peruntukkan yang akan digunakan adalah klasifikasi mutu air kelas II

berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang

Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Formula

penghitungan indeks pencemaran adalah:

Pemantauan kualitas air dilakukan di sungai-sungai yang melintasi

kecamatan dalam satu kabupaten. Umumnya sungai yang dijadikan tolak

ukur memiliki tiga titik pantau dan dilakukan dua kali periode pemantauan.

Setiap titik pemantauan diasumsikan sebagai satu data dan akan memiliki

status kualitas air. Konsentrasi parameter yang diukur dibandingkan

dengan baku mutu air, apabila nilai Ci/Lij lebih besar dari 1,0 maka

digunakan nilai Ci/Lij baru dengan rumus sebagai berikut:

(Ci/Lij) baru = 1,0 + P.log(Ci/Lij)

Pada prinsipnya nilai PIj > 1 mempunyai arti bahwa air sungai

tersebut tidak memenuhi baku peruntukan air j, dalam hal ini mutu air

kelas II. Penghitungan indeks pencemaran air dilakukan dengan

2 2
(𝐶𝑖 /𝐿𝑖𝑗 )𝑀 + (𝐶𝑖 /𝐿𝑖𝑗 )𝑅
𝑃𝐼𝑗 = √
2

Dimana:

(Ci/Lij)M adalah nilai maksimum dari Ci/Lij

(Ci/Lij)R adalah nilai rata-rata dari Ci/Lij

Evaluasi terhadap PIj adalah sebagai berikut:

1. Memenuhi baku mutu atau kondisi baik jika 0 PIj 1,0

2. Tercemar ringan jika 1,0 < PIj 5,0

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 11


INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 2017

3. Tercemar sedang jika 5,0 < PIj 10,0

4. Tercemar berat jika PIj > 10,0

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Setiap lokasi dan waktu pemantauan kualitas air sungai dianggap sebagai

satu sampel;

2. Hitung indeks pencemaran setiap sampel untuk parameter TSS, DO,

BOD, COD, Total Phosphat, E. Coli dan Total Coliform;

3. melakukan normalisasi dari rentang nilai 0% - 100% (terbaik – terburuk)

jumlah sampel dengan nilai PIj > 1, menjadi nilai indeks dalam skala 0 –

100 (terburuk – terbaik).

Kabupaten Bima diwakili oleh tiga sungai yang dipilih berdasarkan kriteria

sebagai berikut:

1. Sungai tersebut lintas Kecamatan, atau

2. Sungai prioritas untuk dikendalikan pencemarannya.

Pemantauan setiap sungai dilakukan dua kali setahun pada tiga lokasi di

tiga sungai sehingga setidaknya ada 18 sampel (data) kualitas air sungai setiap

tahunnya.

Transformasi nilai IPA ke dalam indeks kualitas air (IKA) dilakukan dengan

mengalikan bobot nilai indeks dengan persentase pemenuhan baku mutu.

Persentase pemenuhan baku mutu didapatkan dari hasil penjumlahan titik

sampel yang memenuhi baku mutu terhadap jumlah sampel dalam persen.

Sedangkan bobot indeks diberikan batasan sebagai berikut: 70 untuk memenuhi

baku mutu, 50 untuk tercemar ringan, 30 untuk tercemar sedang, dan 10 untuk

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 12


INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 2017

tercemar berat. Parameter yang dinilai dalam indikator kualitas air yaitu TSS,DO,

COD, BOD, Fosfat, Total Coliform dan E.Coli/Fecal Coli.

Tabel 2.3. data lokasi sampling air sungai

TITIK
NO NAMA SUNGAI KOORDINAT
SAMPLING

HULU S: -8,73833; E: 118,5694444

1 Sungai Parado TENGAH S: -8,71556; E: 118,6158333

HILIR S: -8,55972; E: 118,675

HULU S: -8,5725; E: 118,9091667

2 Sungai Sari TENGAH S: -8,56611; E: 118,9758333

HILIR S: -8,56417; E: 119,015

HULU S: -8,40972; E: 118,9097222

TENGAH S: -8,34; E: 118,9163889


3 Sungai Tawali

HILIR S: -8,29917; E: 118,9302778

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 13


INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 2017

Berdasarkan koordinat Sungai-sungai yang dipantau dapat di petakan pada

Gambar di bawah ini:

Gambar 2.2. Peta Sebaran Lokasi Sampling Air

2. Kualitas Udara

Indeks Kualitas Udara didefinisikan sebagai gambaran atau nilai

hasil transformasi parameter-parameter (indikator) individual polusi udara

yang saling berhubungan. Udara merupakan campuran berbagai macam

komponen gas nitrogen 78% dan oksigen 21% serta karbondioksida

0,035%. Udara yang mempunyai kandungan tersebut tergolong dalam

udara bersih. Sementara udara yang tercemar mempunyai kadar bahan

pencemar baik dalam bentuk gas maupun padat melebihi yang terdapat di

lingkungan alam.

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 14


INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 2017

Pemantauan kualitas udara dilakukan melalui metode Passive

Sampler dilakukan di 4 lokasi, yaitu area transportasi, industri dan 2 titik

area komersial, yaitu dalam hal ini permukiman dan perkantoran. Dalam

satu tahun umumnya dilakukan 2 (dua) kali periode pemantauan dengan

durasi pemantauan masing-masing 2 minggu.

Perhitungan nilai Indeks Pencemaran Udara (IPU) dilakukan

dengan formula sebagai berikut :

𝐼𝑃𝑁02 + 𝐼𝑃𝑆𝑂2
𝐼𝑃𝑈 =
2

Keterangan:

IPU : Indeks Pencemaran Udara

IP NO2 : Indeks Pencemar NO2

IP SO2 : Indeks Pencemar SO2

Selanjutnya, dilakukan perhitungan indeks kualitas udara model EU, yaitu

membandingkan nilai rata-rata tahunan terhadap standar EU Directives,

apabila angkanya melebihi 1 (satu) maka berarti melebihi standar EU,

begitu pula sebaliknya apabila sama dan dibawah 1 (satu) artinya

memenuhi standar dan lebih baik.

Rata-rata hasil pemantauan untuk parameter SO2 dan NO2

dibandingkan dengan Referensi EU mendapatkan Index Udara Model

(Ieu). Index Udara model EU dikonversikan menjadi indeks IKLH melalui

persamaan sebagai berikut: :

Indeks kualitas udara = 100-{50/0.9 x ieu – 0.1}

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 15


INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 2017

Pemantauan Udara di Kabupaten Bima dilakukan dua kali per

tahun di lokasi-lokasi yang mewakili daerah permukiman, industri, dan

padat lalu lintas kendaraan bermotor dan parameter yang diukur adalah

SO2 dan NO2. Pada tahun 2017 pengukuran kualitas udara hanya

dilakukan sebanyak dua kali per tahun dianggap mewakili kualitas udara

tahunan untuk masing-masing parameter. Nilai konsentrasi tahunan setiap

parameter adalah rata-rata dari nilai konsentrasi per triwulan. Selanjutnya

nilai konsentrasi rata- rata tersebut dikonversikan menjadi nilai indeks

dalam skala 0 – 100 untuk setiap ibukota provinsi.

Lokasi pemantauan kualitas udara di kabupaten Bima di lakukan

pada 4 titik selama dua kali dalam setahun. Data lokasi pemantauan yaitu

pada

NO LOKASI SAMPLING KATEGORI KOORDINAT

SOUTH EAST

1 Kantor Desa Talabiu, jln lintas Transportasi -8,55821 118,6957

sumbawa, Talabiu Kec, Woha

2 Kantor Desa Tente, Jalan Buya Industri -8,58818 118,6955

Hamka, Tente Kecamatan Woha

3 Jl Pendidikan Desa Rato Kec,Bolo Pemukiman -8,50192 118,6191

(depan Polsek Bolo)

4 Kantor Kearsipan Bolo ,Jln Lintas Perkantoran -8,50543 118,6162

Sumbawa Kec.Bolo

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 16


INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 2017

Gambar 2.3. Peta lokasi pemantauan udara

3. Tutupan Hutan

Hutan merupakan salah satu komponen yang penting dalam

ekosistem. Selain berfungsi sebagai penjaga tata air, hutan juga

mempunyai fungsi mencegah terjadinya erosi tanah, mengatur iklim, dan

tempat tumbuhnya berbagai plasma nutfah yang sangat berharga bagi

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Berdasarkan klasifikasi yang

telah ditetapkan hutan terbagi atas hutan primer dan hutan sekunder.

Hutan primer adalah hutan yang belum mendapatkan gangguan atau

sedikit sekali mendapat gangguan manusia. Sedangkan hutan sekunder

adalah hutan yang tumbuh melalui suksesi sekunder alami pada lahan

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 17


INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 2017

hutan yang telah mengalami gangguan berat seperti lahan bekas

pertambangan, peternakan, dan pertanian menetap.

Untuk menghitung indeks tutupan hutan yang pertama kali

dilakukan adalah menjumlahkan luas hutan primer dan hutan sekunder,

kemudian dibagi dengan luas wilayah provinsi.

𝐿𝑇𝐻
𝑇𝐻 =
𝐿𝑊𝐾

Keterangan:

TH : Tutupan Hutan

LTH : Luas Tutupan ber-Hutan

LWP : Luas Wilayah Provinsi

Selanjutnya dilakukan konversi persentase perbandingan Luas Tutupan

ber-Hutan dengan Luas Wilayah Provinsi untuk menghitung Indeks

Tutupan Hutan, menggunakan persamaan berikut:

ITH = 100 – ( (84,3 – (TH x 100)) x 50/54,3)

Untuk data wilayah di kabupaten bima yang memiliki tutupan lahan

yang berhutan, dalam IKLH hanya di kategorikan lima kelas lahan yang

digolongkan sebagai lahan dengan vegetasi hutan yaitu

a. Hutan lahan kering primer

b. Hutan lahan kering sekunder

c. Hutan mangrove primer

d. Hutan mangrove sekunder

e. Hutan Tanaman

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 18


INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 2017

kelas lahan yang digolongkan sebagai lahan dengan vegetasi hutan tersebut

bisa di lihat pada peta di bawah ini:

Gambar 2.3. Peta tutupan hutan Kabupaten Bima

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 19


INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 2017

BAB III

INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP


KABUPATEN BIMA

A. INDEKS KABUPATEN

Manfaat Indeks kualitas lingkungan hidup adalah untuk mengukur

keberhasilanprogram - program pengelolaan lingkungan. Selain sebagai sarana

untuk mengevaluasi efektifitas program-program pengelolaan lingkungan, indeks

kualitas lingkungan hidup mempunyai peranan dalam hal membantu perumusan

kebijakan, membantu dalam mendisain program lingkungan, mempermudah

komunikasi dengan publik sehubungan dengan kondisi lingkungan. IKLH dapat

membantu untuk mempertajam prioritas program dan kegiatan dalam

peningkatan kualitas lingkungan hidup.

B. HASIL INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP

1. INDEKS KUALITAS AIR (IKA) KABUPATEN BIMA

Pemantauan kualitas air sungai di Kabupaten Bima, dilakukan di 3

sungai (S.Parado, S.Sari, S.Tawali) pada tahun 2017. Setiap sungai memiliki

minimal 3 titik pantau yang diambil sampelnya 2 kali dalam setahun.

Parameter yang dinilai dalam indeks kualitas air yaitu TSS,DO, COD, BOD,

Fosfat, Total Coliform dan E.Coli/Fecal Coli seperti yang diuraikan dalam

tabel di bawah ini:

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 20


INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 2017

Tabel 3.1 Data Air di Tiga Wilayah


TITIK
N NAMA
SAMPLI Tanggal KOORDINAT SUHU BOD COD DO TSS COLIFORM COLITINJA PHOSPAT
O SUNGAI
NG
16/05/2017
35,5 <1,81 <2,98 6,44 5,6 1200 780 0,21
(TAHAP 1) S: -8,73833;
HULU
06/11/2017 E: 118,5694444
34 6,06 12,7 6,09 5,65 240 49 0,11
(TAHAP 2)

16/05/2017
35,4 4,41 6,86 5,24 6 1400 260 0,19
SUNGAI (TAHAP 1) S: -8,71556;
1 TENGAH
PARADO 06/11/2017 E: 118,6158333
36 4,25 7,32 5,36 2,7 16000 1700 0,06
(TAHAP 2)

16/05/2017
35,5 <1,81 <2,98 3,64 26,5 790 230 0,55
(TAHAP 1) S: -8,55972;
HILIR
06/11/2017 E: 118,675
36,2 4,27 25,5 5,81 25,4 16000 2200 0,27
(TAHAP 2)

05/06/2017
35,7 <2 <4 9,11 15,5 >16000 >16000 0,17
(TAHAP 1) S: -8,5725; E:
HULU
27/11/2017 118,9091667
33,1 7,71 12,3 3,04 142 5400 3500 0,32
SUNGAI (TAHAP 2)
2
SARI 05/06/2017
35 <2 <4 5,41 31,2 >16000 >16000 0,23
(TAHAP 1) S: -8,56611;
TENGAH
27/11/2017 E: 118,9758333
34,2 4,43 6,61 2,67 16,2 1700 1700 0,3
(TAHAP 2)

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 21


INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 2017

TITIK
N NAMA
SAMPLI Tanggal KOORDINAT SUHU BOD COD DO TSS COLIFORM COLITINJA PHOSPAT
O SUNGAI
NG
05/06/2017
40 <2 <4 5,97 45,2 >16000 >16000 0,28
(TAHAP 1) S: -8,56417;
HILIR
27/11/2017 E: 119,015
35,9 3,58 5,18 2,22 45,5 240 240 0,13
(TAHAP 2)

05/06/2017
43,3 6,72 9,96 4,39 28,3 1600 1600 0,87
(TAHAP 1) S: -8,40972;
HULU
27/11/2017 E: 118,9097222
35,7 16,4 28,8 2,29 234 23000 13000 0,59
(TAHAP 2)

05/06/2017
40,3 <1,81 <2,98 5,3 20,3 1700 1700 1,14
SUNGAI (TAHAP 1) S: -8,34;
3 TENGAH
TAWALI 27/11/2017 E: 118,9163889
38,1 6,06 8,39 3,45 15 2200 1100 0,27
(TAHAP 2)

05/06/2017
40 20,3 34 4,19 345 16000 16000 0,78
(TAHAP 1) S: -8,29917;
HILIR
27/11/2017 E: 118,9302778
38,3 19 28,8 3,44 91,2 540 350 0,67
(TAHAP 2)
Sumber data: hasil lanalisa Lab. di BLKM Mataram dan pengukuran lapangan 2017

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 22


INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 2017

Tabel- tabel di bawah ini menunjukkan data status pencemaran pada

setiap titik pantau di sungai- sungai yang di amati pada tahun 2017.

Tabel 3.2. Status pencemaran Sungai Parado


IP STATUS
NO TITIK PANTAU
TAHAP 1 TAHAP 2 TAHAP 1 TAHAP 2

1 Sori Kanca (Hulu) 0,84 1,83 Memenuhi Cemar


BM Ringan
DAM Pela Parado
2 1,36 2,63 Cemar Cemar
(Tengah) Ringan Ringan
Jembatan Penapali
3 2,32 2,74 Cemar Cemar
(Hilir) Ringan Ringan

Jika dibuat dalam grafik maka dapat dilihat seperti pada gambar di bawah ini:

Gambar 3.1. Status pencemaran Sungai Parado

TAHAP 1 TAHAP 2

Cemar ringan

Cemar ringan 2.74

memenuhi BM 2.63
Cemar ringan

1.83 Cemar ringan


2.32
Cemar ringan

1.36
0.84

Sori Kanca (Hulu) DAM Pela Parado (Tengah) Jembatan Penapali (Hilir)

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan nilai IP dari

tahap pertama ke tahap kedua. Walaupun hanya daerah hulu yang mengalami

peningkatan status cemar namun peningkatan nilai IP pada setiap titip pantau

dapat menandakan bahwa pada musim hujan (tahap 2), intensitas pencemar

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 23


INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 2017

yang masuk ke dalam sungai parado semakin besar. Dari data status cemar

sebelumnya maka dapat diketahui nilai indeks untuk Sungai Parado yaitu:

Tabel 3.3. Indeks Kualitas air Sungai Parado


Mutu air Jumlah titik sampel Prosentase Bobot Nilai indeks
yang memenuhi pemenuhan nilai per mutu air
mutu air mutu air indeks
Memenuhi BM 1 17% 70 11,7

Cemar Ringan 5 83% 50 41,67

Cemar Sedang 0 0% 30 0,00

Cemar berat 0 0% 10 0,00

Total 6 100% 53,33

Indeks kualitas air Sungai Parado memiliki bobot 53,33 atau sangat

kurang, dengan status tercemar ringan pada 5 titik pantau dari 6 titik

pemantauan. Parameter pencemar penyumbang terbesar dari peningkatan

status cemar di Sungai Parado adalah TSS, BOD, Fosfat, Fecal coli dan

Coliform.

Peningkatan konsetrasi cemar pada beberapa parameter cemar di atas

dapat disebabkan oleh berbagai hal. DO (Dissolved Oksigen) atau kelarutan

oksigen melebihi nilai baku mutu untuk kelas 2 sesuai PP nomor 8 Thun 2001

rata rata parameter air untuk DO yaitu 4. Namun hal ini adalah baik karena makin

tinggi nilai DO maka itu menandakan kualitas air sungainya semakin baik. Jika

nilai DO rendah maka sungai akan menimbulkan bau yang tidak sedap karena

oksigen terlarut ini dibutuhkan makhluk hidup dalam air untuk bernapas. DO

adalah jumlah miligram gas oksigen yang terlarut dalam satu liter air. Terdapat

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 24


INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 2017

beberapa faktor yang mempengaruhi kelarutan oksigen diantaranya adalah suhu.

Kelarutan oksigen bertambah seiring dengan penurunan suhu air sungai.

Pada ekosistem perairan,keberadaan oksigen sangat dipengaruhi oleh

distribusi suhu, keberadaan produsen autotrof yang melakukan fotosintesis dan

juga dari proses difusi oksigen dari udara. BOD menunjukan jumlah oksigen

yang dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan zat organik dalam air. Tingginya

nilai BOD berarti makin banyak zat organik yang mencemari air, hal ini menjadi

salah satu penyebab sungai ini tergolong tercemar ringan. Fosfat merupakan

salah satu bahan kimia yang menyebabkan pertumbuhan tak terkendali

ganggang yang menutup permukaan air sehingga menghalangi sinar matahari

dan mengganggu kelangsungan hidup dalam air. Kandungan fosfat umumnya

terdapat dalam detergen baik pencuci piring maupun pakaian. Tingginya

kandungan fosfat di area hilir Sungai Parado menunjukan perilaku dan kebiasaan

hidup masyarakat di sekitar area tersebut. Masyarakat ada yang membuang

langsung limbah rumah tangganya ke sungai dan ada juga yang langsung

menggunakan air sungai untuk mencuci pakaian ataupun piring tanpa mereka

sadari bahwa perilaku ini mencemari sungai tersebut.

Peningkatan nilai IP di Sungai Parado memungkinkan jika terdapat aliran

dari sungai tersebut yang tertutup, dalam arti bahwa ada titik penyumbatan aliran

sungai baik karena sampah maupun yang lainnya sehingga walaupun terdapat

penambahan volume air pada saat musim hujan, parameter pencemarnya tidak

mengalir namun tertahan pada sungai tersebut.Untuk itu perlu di lakukan

penelusuran dan pemeriksaan lebih lanjut untuk aliran air Sungai Parado.

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 25


INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 2017

Selain Sungai Parado, sampling Juga di lakukan di Sungai Sari di

Kecamatan Sape Kabupaten Bima. Seperti di sungai parado, titik sampling di

sungai sari juga dilakukan pada tiga titik selama dua tahap pemantauan dalam

settahun yaitu saat musim kemarau dan musim hujan. Data status pencemaran

sungai Sari bisa dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.4. Status pencemaran Sungai Sari


IP STATUS
NO TITIK PANTAU
TAHAP 1 TAHAP 2 TAHAP 1 TAHAP 2

1 Sori Sari (Hulu) 5,12 2,99 Cemar Cemar


sedang Ringan
2 DAM Sape (Tengah) 5,15 1,69 Cemar Cemar
sedang Ringan
3 Sori Gusu (Hilir) 5,16 1,05 Cemar Cemar
sedang Ringan

Jika dibuat dalam grafik maka dapat dilihat seperti pada gambar di bawah ini:

Gambar 3.2. Status pencemaran Sungai Sari

TAHAP 1 TAHAP 2

cemar cemar cemar


sedang sedang sedang
5.12 5.15 5.16

2.99
cemar ringan
cemar ringan
1.69 cemar ringan
1.05

Sori Sari (Hulu) DAM Sape (Tengah) Sori Gusu (Hilir)

Berbeda dengan Sungai Parado, di Sungai Sari status cemar cenderung

menurun pada tahap 2 (musim hujan), yang tadinya adalah cemar sedang pada

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 26


INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 2017

masing-masing titik sampling baik hulu, tengah maupun hilir, kemudian menurun

menjadi cemar ringan. Banyak faktor yang membuat hal ini terjadi, salah satunya

adalah intensitas aliran air sungai yang dan volumenya yang bertambah pada

musim hujan sehingga, parameter pencemar yang tadinya mencemari sungai

akan terbawa oleh arus liran air sungai. Hal ini menunjukan bahwa aliran sungai

Sari cukup lancar dan tidak tersumbat sehingga di hilir sungainya akan

mengalirkan semua parameter ataupun zat pencemat lainnya ke arah laut.

Parameter pencemar yang paling berpengaruh pada lokasi sampling di

tahap 1 adalah Fecal Coli dan Total Coliform. Nilai 2 parameter tersebut sangat

tinggi dan ini menunjukan bahwa masyarakat di sempadan sungai sari masih

menjadikan sungai sebagai sarana utama MCK. Perilaku Hidup Bersih dan sehat

Masyarakat sekitar sungai tersebut harus diperbaiki dan pemerintah wajib

melakukan pendekatan kepada masyarakat untuk merubah kebiasaan tersebut.

Pada tahap kedua, sampling dilakukan di musim hujan. Salah satu

parameter yang mengalami peningkatan kosentrasi adalah TSS. TSS adalah

padatan yang mempengaruhi kekeruhan air. Tss merupakan bahan pembentuk

endapan awal dan menghalangi kemampuan produksi zat organik. Penyebab

terbesar dari tingginya nilai TSS ini kemungkinan disebabkan oleh erosi sungai

ataupun banyaknya logam dalam air sungai

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 27


INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 2017

Dari data status cemar sebelumnya maka dapat diketahui nilai indeks

untuk Sungai Sari yaitu:

Tabel 3.5. Indeks Kualitas air Sungai Sari


Mutu air Jumlah titik sampel Prosentase Bobot Nilai indeks
yang memenuhi pemenuhan nilai per mutu air
mutu air mutu air indeks
Memenuhi BM 0 0% 70 0,00

Cemar Ringan 3 50% 50 25,00

Cemar Sedang 3 50% 30 15,00

Cemar berat 0 0% 10 0,00

Total 6 100% 40,00

Indeks kualitas air Sungai Sari memiliki bobot 40,00 dengan status

waspada, dengan status 3 tercemar ringan dari 6 titik pemantauan dan 3

tercemar sedang dari 6 titik pemantauan. Parameter pencemar penyumbang

terbesar dari peningkatan status cemar di Sungai Sari adalah TSS, Fecal coli

dan Coliform.

Terdapat satu sungai lagi yang menjadi lokasi sampling yaitu sungai

Tawali di Kecamatan Wera. Seperti dua sungai sebelumnya, di sungai ini juga

dilakukan sampling di tiga titik selama dua kali pemantauan dalam setahun. Data

hasil pemantauan dan status cemar sungai bisa dilihat pada tabel di bawah ini:

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 28


INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 2017

Tabel 3.6. Status pencemaran Sungai Tawali


IP STATUS
NO TITIK PANTAU
TAHAP 1 TAHAP 2 TAHAP 1 TAHAP 2

1 Sori Ntoke (Hulu) 3,15 5,29 Cemar Cemar


Ringan sedang
2 Sori Kopa (Tengah) 3,49 1,91 Cemar Cemar
Ringan Ringan
3 Sori Sangiang (Hilir) 5,65 3,78 Cemar Cemar
sedang Ringan

Jika dibuat dalam grafik maka dapat dilihat seperti pada gambar di bawah ini:

Gambar 3.3. Status pencemaran Sungai Tawali

TAHAP 1 TAHAP 2

3.78
5.29 cemar ringan
cemar sedang

cemar ringan
1.91 5.65
cemar sedang

3.49
3.15
cemar ringan cemar ringan

Sori Ntoke (Hulu) Sori Kopa (Tengah) Sori Sangiang (Hilir)

Pada tahap sampling pertama, status cemar mengalami peningkatan di daerah

hilir. nilai TSS sangat tinggi pada saat kemarau. Walau tidak ada limpasan air

hujan yang menjadi biasanya menjadi penyebab tingginya tingkat keruh air

sungai. Hal ini bisa disebabkan karena erosi sungai dan terjadinya pendangkalan

terhadap sungai tersebut. Posisi hilir yang berdekatan dengan laut juga menjadi

salah satu penyebabnya.

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 29


INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 2017

Selain TSS, nilai fecal koli dan total coliform juga sangat besar. Sungai masih di

manfaatkan masyarakat sekitar untuk pembuangan kotoran, baik ternak maupun

manusia itu sendiri. Pada sampling kedua, daerah hulu justru mengalami

peningkatan kosentrasi parameter pencemar. Tingkat cemar naik dari ringan

menjadi sedang dan berbanding terbalik dengan daerah hilir yang mengalami

penurunan tingkat cemar dari sedang menjadi ringan.

Jika pada tahap pertama di musim kemarau tergolong cemar sedang,

maka di musim hujan di tahap kedua menurun manjadi cemar ringan. Penurunan

pada nilai TSS menunjukan bahwa limpasan ari hujan menghanyutkan sebagian

besar endapan yang mengeruhkan air sungai dan juga menghanyutkan kotoran

yang tadinya menyebabkan nilai parameter coli dari tinggi menjadi rendah.

Dari data status cemar yang telah diuraikan maka dapat diketahui nilai

indeks untuk Sungai Tawali yaitu:

Tabel 3.7. Indeks Kualitas air Sungai Tawali


Mutu air Jumlah titik sampel Prosentase Bobot Nilai indeks
yang memenuhi pemenuhan nilai per mutu air
mutu air mutu air indeks
Memenuhi BM 0 0% 70 0,00

Cemar Ringan 4 67% 50 33,33

Cemar Sedang 2 33% 30 10,00

Cemar berat 0 0% 10 0,00

Total 6 100% 43,33

Indeks kualitas air Sungai Tawali memiliki bobot 43,33 dengan status

waspada, dengan status 4 tercemar ringan dari 6 titik pemantauan dan 2

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 30


INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 2017

tercemar sedang dari 6 titik pemantauan. Parameter pencemar penyumbang

terbesar dari peningkatan status cemar di Sungai Sari adalah TSS, Fosfat, Fecal

coli dan Coliform.

Dari uraian perhitungan maka diketahui bahwa terdapat 3 tingkatan cemar

pada sungai yang menjadi obyek sampling yaitu memenuhi baku mutu, cemar

sedang dan cemar ringan.

Tabel 3.8 Tingkat Cemar Air


NO NAMA TITIK
Tanggal KOORDINAT SUHU TINGKAT CEMAR IP
Sungai SAMPLING
16/05/2017 memenuhi Baku
35,5 0,84
(TAHAP 1) mutu
S: -8,73833;
HULU
E: 118,5694444
06/11/2017
34 cemar ringan 1,83
(TAHAP 2)

16/05/2017
35,4 cemar ringan 1,36
(TAHAP 1)
Sungai S: -8,71556;
1 TENGAH
PARADO E: 118,6158333
06/11/2017
36 cemar ringan 2,63
(TAHAP 2)

16/05/2017
35,5 cemar ringan 2,32
(TAHAP 1)
S: -8,55972;
HILIR
E: 118,675
06/11/2017
36,2 cemar ringan 2,74
(TAHAP 2)

35,7 cemar sedang 5,12


S: -8,5725;
HULU
E: 118,9091667
27/11/2017
33,1 cemar ringan 2,99
(TAHAP 2)

35 cemar sedang 5,15


Sungai S: -8,56611;
2 TENGAH
SARI E: 118,9758333
27/11/2017
34,2 cemar ringan 1,69
(TAHAP 2)

40 cemar sedang 5,16


S: -8,56417;
HILIR
E: 119,015
27/11/2017
35,9 cemar ringan 1,05
(TAHAP 2)

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 31


INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 2017

NO NAMA TITIK
Tanggal KOORDINAT SUHU TINGKAT CEMAR IP
Sungai SAMPLING
05/06/2017
43,3 cemar ringan 3,15
(TAHAP 1)
S: -8,40972;
HULU
E: 118,9097222
27/11/2017
35,7 cemar sedang 5,29
(TAHAP 2)

05/06/2017
40,3 cemar ringan 3,49
(TAHAP 1)
DAS S: -8,34;
3 TENGAH
WERA E: 118,9163889
27/11/2017
38,1 cemar ringan 1,91
(TAHAP 2)

05/06/2017
40 cemar sedang 5,65
(TAHAP 1)
S: -8,29917;
HILIR
E: 118,9302778
27/11/2017
38,3 cemar ringan 3,78
(TAHAP 2)
Hasil di atas dapat di sajikan dalam bentuk peta sebaran tingkat cemar air yang

dipisahkan dalam 2 tahap seperti dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 3.4. Peta Tingkat cemar sungai Tahap 1

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 32


INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 2017

Gambar 3.5. Peta Tingkar cemar sungai Tahap 2

Berdasarkan ketentuan tingkat cemar yang telah diuraikan sebelumnya,

maka dapat dihitung nilai Indeks Kualitas Air total untuk Kabupaten Bima adalah:

Gambar 3.6. Perhitungan Indeks Kuallitas Air (IKA)

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 33


INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 2017

Dari Tabel di atas diketahui bahwa nilai Indeks Kualitas Air (IKA)

Kabupaten Bima adalah 45,56.

2. INDEKS KUALITAS UDARA (IKU) KABUPATEN BIMA

Nilai Indeks kualitas udara didapatkan dari hasil pengambilan data

dengan metode passive sampler. Passive sampler ini di lakukan 2 x dalam

setahun selama 2 musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Kabupaten

Bima belum memiliki alat untuk pengambilan sample udara, sehingga baik

alat maupun analisa passive sampler masih dilakukan oleh Kementerian

LingkunganHidup dan Kehutanan yang hasil akhirnya seperti terlihat pada

tabel di bawah ini:

Tabel 3.9. Hasil Passive Sampler Udara

N HASIL NO2 HASIL SO2


KATEGORI KOORDINAT (µg/Nm3) (µg/Nm3)
O TAHAP TAHAP TAHAP TAHAP
1 2 1 2
1 Transportasi E : 118,69571; 20,30 16,80 15,47 12,85

S : -8,558209

2 Industri E : 118,69554; 11,80 10,90 7,53 7,71

S : -8,58818

3 Pemukiman E : 118,61906; 9,70 7,50 6,23 5,14

S : -8,50192

4 perkantoran E : 118,61617; 14,50 15,40 3,55 2,57

S : -8,50543

Penentuan lokasi sampling dilakukan berdasarkan pembagian kategori yaitu

transportasi, industri, pemukiman dan perkantoran.

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 34


INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 2017

Tabel 3.10. Lokasi sampling

NO KATEGORI LOKASI SAMPLING

1 Transportasi Kantor Desa Talabiu, Jln Lintas Sumbawa, Talabiu Kec. Woha

2 Industri Kantor Desa Tente, jln Buya Hamka, Tente Kec.Woha

3 Pemukiman Jln. Pendidikan, Rato Kec.Bolo (Depan Polsek Bolo)

4 Perkantoran Kantor Kearsipan Bolo, Jln Lintas Sumbawa Kec.Bolo

Dari data hasil sampling udara dapat dihitung nilai Indeks Kualitas Udara seperli

terlihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 3.7 Perhitungan Indeks Kualitas Udara

Dari hasil perhitungan di atas di ketahui bahwa nilai indeks

kualitas udara kabupaten Bima adalah 85,6771. Angka ini menunjukan

bahwa kualitas udara di Kabupaten Bima sangat baik berdasarkan

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 35


INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 2017

skala IKLH nasional.. Walaupun titik pantau belum mewakili seluruh

kecamatan namun, lokasi pemantauan yang berada pada pusat

aktivitas masyarakat dianggap cukup mewakili kualitas udara

kabupaten.

3. INDEKS KUALITAS HUTAN (IKH) KABUPATEN BIMA

Hutan merupakan salah satu komponen yang penting dalam

ekosistem, Hutan berfungsi sebagai penjaga air, mencegah terjadinya

erosi tanah, mengatur iklim, dan tempat tumbuhnya berbagai plasma

nutfah, Berdasarkan klasifikasinya, hutan terbagi menjadi hutanprimer

dan hutan sekunder, Hutan primer adalah hutan yang belum

mengalami gangguan,sedangkan hutan sekunder adalah hutan yang

tumbuh melalui suksesi sekunder alami setalah mengalami gangguan

seperti pertambangan, perkebunan, dan pertanian,

Untuk menghitung porsentase tutupan hutan yang pertama kali

dilakukan adalah menjumlahkan luas lahan yang bervegetasi hutan,

kemudian dibagi dengan luas wilayah kabupaten

Nilai porsentase tutupan hutan di Kabupaten Bima dilakukan

dengan menghitung luas hutan dibagi luas wilayah kabupaten Bima.

Luas lahan dengan vegetasi hutan yang dimaksud adalah:

a. Hutan lahan kering primer

b. Hutan lahan kering sekunder

c. Hutan mangrove primer

d. Hutan mangrove sekunder

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 36


INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 2017

e. Hutan Tanaman

Berdasarkan surat Nomor 5.440/BPKH.VIII-1/2017 pada tanggal 28

september 2017 dari BPKH wilayah 8 Ekoregion Bali Nusra didapatkan

data luas tutupan ahan bervegetasi hutan yang ada di atas yaitu

a. Hutan lahan kering primer : 34.464,31 Ha

b. Hutan lahan kering sekunder : 132.671,32 Ha

c. Hutan mangrove primer : 222,66 Ha

d. Hutan mangrove sekunder : 342,08 Ha

e. Hutan Tanaman : 389,66 Ha

Total luas 5 jenis hutan di atas yaitu 168.090,02 Ha atau sama dengan

1680,9002 Km2 , jika di bagi luas wilayah kabupaten Bima sebesar

4389,40 Km2, maka didapatkan nilai porsentase luas tutupan hutan )

sebesar 38,29453228. Kemudian dari nilai tersebut dlata dihitung nilai ITH

dengan menggunakan Rumus:

ITH = 100 – ( (84,3 – (38,29453228x 100)) x 50/54,3)

Maka didapatkan nilai indeks kualitas tutupan hutan sebersar

57,63769087. Nilai ini menunjukan bahwa kualitas tutupan hutan di

Kabupaten Bima masih sangat kurang.

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 37


INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 2017

Dari ketiga data indeks tersebut, bisa dihitung nilai IKLH Kabupaten

Bima yaitu

Tabel 3.11. Nilai IKLH Kabupaten Bima


No Indikator Nilai Bobot Hasil
1 Indeks Kualitas Air 45,56 30% 13,667
2 Indeks Kualitas Udara 85,677 30% 25,703
3 Indeks Kualitas Tutupan Hutan 57,638 40% 23,055
IKLH KABUPATEN 62,425

Dari hasil di atas di ketahui bahwa nilai IKLH Kabupaten Bima adalah

62,425.
Nilai ini selanjutnya di cari cakupan kategorinya dalam tabel berikut ini:

Tabel 3.12. Rentang Nilai IKLH

Kategori IKLH Nilai


Unggul x > 90
Sangat Baik 82 < x ≤ 90
Baik 74 < x ≤ 82
Cukup 66 ≤ x ≤ 74
Kurang 58 ≤ x < 66
Sangat Kurang 50 ≤ x< 58
Waspada x < 50
Sumber: KemenLHK Indonesia

Dari Tabel di atas dapat dilihat bahwa IKLH Kabupaten Bima masih masuk

dalam kategori KURANG.

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 38


INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 2017

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Kualitas lingkungan hidup saat ini dimulai dengan mengetahui nilai Indeks

Kualitas Lingkungan Hidupnya. Dari hasil nilai IKLH Kabupaten Bima yang

dihitung sebersar 62, 425 maka dapat disimpulkan bahwa Nilai Indeks Kualitas

Lingkungan hidup Kabupaten Bima masih dalam kategori kurang, sehingga

perlu di susun alternatif pengelolaan lingkungan agar terjadi peningkatan dan

perbaikan pada kinerja pemerintah daerah khususnya Dinas Lingkungan Hidup.

Selain nilai IKLH total juga didapatkan nilai Indeks kualitas air yaitu 45,56

yang berarti bahwa kualitas air sungai di Kabupaten Bima berada pada status

waspada. Kemudian untuk indeks kualitas udara yaitu sebersar 85,667 yang

berarti bahwa kualitas udara di Kabupaten Bima masih sangat baik, sedangkan

untuk indeks kualitas tutupan hutan memiliki nilai sebesar 57,638 yang berarti

bahwa kualitas tutupan hutan di Kabupaten Bima masih sangat kurang.

Pemberiang status kualitas air, udara maupun hutan tersebut dilakukan

berdasarkan Rentang nilai IKLH Nasional yang ditetapkan oleh Kementerian

Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia.

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 39


INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 2017

B. SARAN

Beberapa Alternatif kebijakan yang harus dilakukan untuk meningkatkan

nilai IKLH diantaranya adalah:

a. Memperbaiki kebijakan dan regulasi terkait kualitas air di Kabupaten

Bima.

b. Melakukan identifikasi sumber pencemar Sungai-sungai di Kabupaten

Bima

c. Melakukan Analisa Sumber Pencemar di sungai-sungai di Kabupaten

Bima

d. Melakukan aksi/program kegiatan pengendalian pencemaran Air

Limbah

e. Melakukan sosialisasi lebih lanjut dan intens kepada masyarakat di

sekitar sempadan sungai tentang Perilaku Hidup bersih dan sehat.

f. Pembangunan IPAL Komunal pada lokasi yang nilai fecal coli dan

coliform melebihi baku mutu.

g. Memperbaharui program dan kegiatan untuk menangani erosi sungai

secara khusus di lokasi yang memiliki tingkat TSS yang tinggi.

h. Melakukan Rencana Aksi Udara Bersih setiap Tahun.

i. Menambah lokasi sampling udara agar dapat mewakili semua

kecamatan di Kabupaten Bima

j. Mengingat indeks kualitas tutupan lahan di Kabupaten Bima sangat

kurang,maka peningkatan program kegiatan penanaman pohon untuk

meningkatkan jumlah pohon serta rehabilitasi DAS sangat diperlukan

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 40


INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 2017

LAMPIRAN

a. Data pemantauan Kualitas air Sungai Parado

HULU TAHAP 1

TENGAH TAHAP 1

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 41


INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 2017

HILIR TAHAP 1

HULU TAHAP 2

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 42


INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 2017

TENGAH TAHAP 2

HILIR TAHAP 2

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 43


INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 2017

b. Data pemantauan kualitas air sungai Sari

HULU TAHAP 1

TENGAH TAHAP 1

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 44


INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 2017

HILIR TAHAP 1

HULU TAHAP 2

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 45


INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 2017

TENGAH TAHAP 2

HILIR TAHAP 2

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 46


INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 2017

c. Data hasil pemantauan sungai Tawali

HULU TAHAP 1

TENGAH TAHAP 1

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 47


INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 2017

HILIR TAHAP 1

HULU TAHAP 2

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 48


INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 2017

TENGAH TAHAP 2

HILIR TAHAP 2

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BIMA 49

Anda mungkin juga menyukai