Dosen Pengampu:
Desi Kartikasari, M.Si
Puji syukur alhamdulillah kami ucapkan kepada Allah Yang Maha Esa atas
berkat, rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik walaupun masih banyak kekurangan di dalamnya. Makalah
ini membahas mengenai “ Analisis Mengenai Dampak Lingkungan”.
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
“ Analisis Dampak Lingkungan ”. Penulis juga berharap semoga pembuatan makalah
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan.
Kiranya dalam penulisan ini, kami menghadapi cukup banyak rintangan dan
selesainya makalah ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu tak lupa kami
ucapkan terimakasih pada pihak-pihak yang telah membantu yaitu:
Penulis
1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
C. Tujuan................................................................................................... ……4
BAB II PEMBAHASAN
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
3
(untuk memahami perilaku dampak yang timbul akibat usaha dan kegiatan),
sampai ke tingkat kawasan atau bahkan regional.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana prosedur kerja AMDAL ?
2. Apa yang dimaksud dengan penampisan ?
3. Apa yang dimaksud dengan pelingkupan ?
4. Bagaimana kerangka acuan (KA) ?
5. Bagaimana analisis dampak lingkungan (ANDAL) ?
6. Bagaimana rencana pengelolaan lingkungan (RKL) dan rencana
pemantauan lingkungan (RPL) ?
7. Bagaiamana sistem palaporannya ?
8. Bagaimana hubungan AMDAL, audit lingkungan dan ISO ?
C. Tujuam
1. Untuk memahami prosedur kerja AMDAL.
2. Untuk memahami pengertian penampisan.
3. Untuk memahami pengertian pelingkupan.
4. Untuk memahami kerangka acuan (KA).
5. Untuk memahami analisis dampak lingkungan (ANDAL).
6. Untuk memahami rencana pengelolaan lingkungan (RKL) dan rencana
pemantauan lingkungan (RPL).
7. Untuk memahami sistem palaporannya.
8. Untuk memahami hubungan AMDAL, audit lingkungan dan ISO.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
melainkan dapat mengalami perubahan berdasarkan pertimbangan hasil yang
diperoleh dalam langkah yang kemudian.
Akibat tidak adanya sistematika yang jelas yang juga digunakannya metode
tertentu untuk langkah yang tidak sesuai. Misalnya, metode tumpeng tindih McHarg
(McHarg, I969) bukanlah cara untuk mengidentifikasi dampak, melainkan metode
untuk prakiraan penyebaran geografis nilai penting dampak negatif. Dari peta
penyebaran dampak secara geografis itu dipilihlah daerah yang mempunyai dampak
negatif dengan nilai panting rendah sebagai lokasi proyek, misalnya jalan rayu.
Bentuk dari kajian AMDAL berupa dokumen AMDAL yang di bagi menjadi
5 bagian :
6
1. Dokumen Kerangka Acuan Analisi Dampak Lingkungan Hidup ( KAANDAL )
KA-ANDAL adalah suatu dokumen yang berisi tentang ruang lingkup serta
kedalaman kajian ANDAL. Ruang lingkup kajian ANDAL meliputi penentuan
dampak-dampak penting yang akan dikaji secara lebih mendalam dalam ANDAL
dan batas-batas studi ANDAL, sedangkan kedalaman studi berkaitan dengan
penentuan metodologi yang akan digunakan untuk mengkaji dampak. Penentuan
ruang lingkup dan kedalaman kajian ini merupakan kesepakatan antara
Pemrakarsa Kegiatan dan Komisi Penilai AMDAL melalui proses yang disebut
dengan proses pelingkupan.
2. Dokumen Analisi Dampak Lingkungan Hidup ( ANDAL )
ANDAL adalah dokumen yang berisi telaah an secara cermat terhadap
dampak penting dari suatu rencana kegiatan. Dampak-dampak penting yang telah
diidentifikasi di dalam dokumen KAANDAL kemudian ditelaah secara lebih
cermat dengan menggunakan metodologi yang telah disepakati. Telaah ini
bertujuan untuk menentukan besaran dampak. Setelah besaran dampak diketahui,
selanjutnya dilakukan penentuan sifat penting dampak dengan cara
membandingkan besaran dampak terhadap kriteria dampak penting yang telah
ditetapkan oleh pemerintah. Tahap kajian selanjutnya adalah evaluasi terhadap
keterkaitan antara dampak yang satu dengan yang lainnya. Evaluasi dampak ini
bertujuan untuk menentukan dasar-dasar pengelolaan dampak yang akan
dilakukan untuk meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak
positif.
3. Dokumen Rencana Pengolahan Lingkungan Hidup ( RKL )
Mengendalikan dan menanggulangi dampak penting lingkungan hidup yang
bersifat negatif serta memaksimalkan dampak positif yang terjadi akibat rencana
suatu kegiatan. Upaya-upaya tersebut dirumuskan berdasarkan hasil arahan
dasardasar pengelolaan dampak yang dihasilkan dari kajian ANDAL.
4. Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup ( RPL )
RPL adalah dokumen yang memuat program-program pemantauan untuk
melihat perubahan lingkungan yang disebabkan oleh dampak-dampak yang
7
berasal dari rencana kegiatan. Hasil pemantauan ini digunakan untuk
mengevaluasi efektifitas upaya-upaya pengelolaan lingkungan yang telah
dilakukan, ketaatan pemrakarsa terhadap peraturan lingkungan hidup dan dapat
digunakan untuk mengevaluasi akurasi prediksi dampak yang digunakan dalam
kajian ANDAL.
5. Dokumen Ringkasan Eksekutif
Ringkasan Eksekutif adalah dokumen yang meringkas secara singkat dan jelas
hasil kajian ANDAL. Hal-hal yang perlu disampaikan dalam ringkasan eksekutif
biasanya adalah uraian secara singkat tentang besaran dampak dan sifat penting
dampak yang dikaji di dalam ANDAL dan upaya-upaya pengelolaan dan
pemantuan lingkungan hidup yang akan dilakukan untuk mengelola dampak-
dampak tersebut.
Analisi mengenai dampak lingkungan hidup disatu sisi merupakan progam
studi kelayakan sebelum melakukan suatu rencana usaha atau kegiatan. Hal – hal
yang di kaji pada proses AMDAL mencangkum banyak aspek yaitu fisika-kimia,
ekologi, sosial-ekonomi, dan kesehatan. Dari hasil analisis ini dapat diketahui secara
lebih jelas dan lebih rinci tentang dampak besar dan penting terhadap lingkungan baik
itu dampak negative maupun damapak positive yang timbul dari ussaha atupun
kegiataan yang di lakukan, sehingga dapat menyiapkan langkah untuk menanggulangi
dampak negative yang timbul dari kegiataan dan usaha yang akan di lakukan.
Ada beberapa kriteria untuk mengukur dan juga menentukan dampak
besarnya yang di hasilkan oleh kegiatan ataupun usaha yang di lakukan dengan
menggunakan beberapa factor seperti :
a. Besarnya manusia yang akaan terkena dampak hasil dari kegiatan atupun usaha
yang di lakukan.
b. Besarnya wilayah yang terkena dampak dari kegiatan maupun usaha.
c. Insensitas dan lamanya dampak berlangsung.
d. Banyak nya komponen lingkungan hidup yang terkena dampak.
e. Sifat komulatif dari dampak.
8
B. Penapisan
1. Pengertian Penapisan
(AMDAL)
Jika diamati pada seluruh skema, tampak bahwa penapisan (screening) adalah
merupakan tahap awal yang sangat penting dari seluruh sistem AMDAL baik
secara nasional ataupun secara internasional. Praktek pelaksanaan AMDAL
secara internasional bahkan menunjukkan bahwa penapisan merupakan suatu
kriteria yang mendukung kinerja pelaksanaan AMDAL pada suatu sistem di
negara-negara maju.
Penapisan pada dasarnya adalah suatu tahap untuk menentukan apakah suatu
rencana usaha atau kegiatan tersebut wajib dilengkapi dengan kajian AMDAL.
Dengan kata lain, tidak semua rencana usaha atau kegiatan itu harus memiliki
9
kajian lingkungan. Kajian AMDAL hanya ditujukan kepada kegiatan-kegiatan
yang bersifat kompleks dan mengandung ketidakpastian. Rencana kegiatan yang
berskala kecil dan sudah diketahui cara penanganan dampak lingkungannya,
diarahkan untuk menyusun suatu Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL)
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) yang memiliki derajat analisis
yang lebih sederhana. Selain itu, kajian AMDAL bersifat spesifik untuk suatu
kegiatan dan untuk lokasi tertentu, sehingga hasil kajian AMDAL umumnya
akan berbeda satu dengan lainnya. Hal ini akan berbeda dengan pendekatan UKL
UPL dimana kecenderungannya adalah bahwa untuk kegiatan-kegiatan sejenis,
pendekatan pengelolaannya hampir serupa.
10
Sistem AMDAL di Indonesia memiliki pengalaman pelaksanaan penapisan yang
berbeda dari satu masa dengan periode lainnya. Penerapan AMDAL pada periode
awal mulai tahun 1987 hingga 1993 memiliki pendekatan penapisan dua langkah.
Dua langkah dimaksudkan bahwa pada penapisan langkah pertama, suatu
rencana kegiatan dilihat terlebih dahulu pada kegiatan wajib AMDAL yang
ditetapkan melalui Keputusan Menteri Lingkungan Hidup. Jika rencana kegiatan
tersebut masuk kategori wajib AMDAL maka rencana kegiatan itu langsung
menyiapkan studi ANDAL melalui penyiapan Kerangka Acuan ANDAL yang
diikuti tahap selanjutnya.
Pada penapisan satu langkah sebagaimana yang diberlakukan pada tahun 1993
dan 1999 melalui PP 51/1993 dan PP 27/1999, suatu rencana usaha atau kegiatan
hanya menempuh satu kali penapisan yaitu melalui pemadanan terhadap daftar
kegiatan wajib AMDAL. Jika positif, maka kegiatan itu langsung menempuh
jalur studi ANDAL hingga RKL dan RPL. Rencana usaha atau kegiatan yang
tidak terkena wajib AMDAL langsung melakukan penyusunan UKL dan UPL
yang pada intinya tidak melakukan analisis prediksi dampak namun langsung
menyusun langkah pengelolaan dan pemantauan.
11
Berdasarkan penjelasan di atas dan mengacu pada praktik AMDAL secara
internasional, kedua pilihan pendekatan penapisan tersebut dapat saja diadopsi
sesuai dengan kemudahan atau spesifikasi penyusunan sistem AMDAL tersebut.
Keduanya memiliki kelebihan ataupun kelemahan. Penapisan dua langkah jika
tidak dilakukan secara konsisten cenderung akan memerlukan waktu yang lebih
lama dan pada akhirnya tetap harus menyusun ANDAL.
Di sisi lain, penapisan dua langkah juga memberikan beban kerja yang lebih
besar terhadap Komisi Penilai AMDAL. Namun demikian penapisan dua
langkah dapat memberikan kehati-hatian.
Secara umum, prosedur penapisan dapat dibagi menjadi dua pendekatan, yaitu
sebagai berikut.
12
c. Daftar kegiatan tidak wajib AMDAL (exclusion list of activities) karena
dampaknya yang tidak penting atau dikecualikan berdasarkan peraturan
(contoh: kondisi darurat atau alasan keamanan negara).
d. Kriteria yang digunakan untuk menapis kasus per kasus, apakah suatu
kegiatan memiliki dampak penting atau tidak.
13
pentingnya tidak dipengaruhi oleh ukuran, rancang bangun maupun lokasi.
Kelompok 2 adalah proyek-proyek yang menurut pengalaman dan literatur
tidak pernah menimbulkan dampak penting. Kelompok 3 adalah
proyekproyek yang meragukan apakah akan menimbulkan dampak penting
atau tidak. Proyek yang masuk dalam kelompok 3 inilah yang harus dilakukan
penapisan lebih lanjut apakah diperlukan ANDAL atau tidak.
14
Penapisan 1 langkah ini sesuai dengan ketentuan Pasal 3 ayat (2)
Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1999 bahwa Menteri Negara
Lingkungan Hidup setelah Proposal mendengar dan memperhatikan saran dan
pendapat instansi yang bertanggung jawab menetapkan daftar usulan atau
kegiatan wajib AMDAL. Hal ini tercermin dalam Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha atau
Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan AMDAL. Dengan demikian, setiap
jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang tercantum dalam daftar pada
lampiran Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup tersebut secara
otomatis wajib dilengkapi dengan AMDAL. Penapisan tersebut ditinjau secara
berkala sekurang-kurangnya sekali dalam 5 tahun.
15
studi AMDAL atas dasar pertimbangan ilmiah, maka pengusulannya dapat
dilakukan kepada MENLH untuk kemudian ditetapkan sebagai kegiatan wajib
AMDAL.
C. Perlingkupan
1. Pengertian Pelingkupan
Berdasarkan berbagai pedoman di Indonesia (seperti dalam Keputusan
Menteri LH No. 30 tahun 1992), pelingkupan adalah suatu proses awal untuk
menentukan lingkup permasalahan dan mengidentifikasi dampak penting
(hipotetis) yang terkait dengan rencana kegiatan. Lebih jauh dapat dijelaskan
bahwa pelingkupan dimaksudkan untuk memfokuskan studi ANDAL kepada
suatu kajian yang benar-benar efektif tanpa menggunakan sumber daya secara
berlebihan namun tepat terhadap sasaran.
Pelingkupan dilakukan untuk menentukan lingkup permasalahan dan
mengidentifikasi dampak penting (hipotesis) yang terkait dengan rencana
kegiatan.
1
Danang Purnama,Modul Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Banten : Universitas Terbuka,
2010), Hal. 88-96
16
dari kegiatan tersebut serta membahasnya dengan berbagai peraturan yang terkait
untuk mendukung alasan rencana usaha atau kegiatan tersebut.
17
c. Menyediakan informasi (make available) kepada pihak-pihak dimana
pandangan mereka harus diperoleh.
d. Mencari isu-isu apa yang menjadi perhatian masyarakat (suatu daftar panjang).
e. Meninjau isu-isu tersebut dari pandangan teknis atau ilmiah yang dipersiapkan
untuk kajian lebih lanjut.
f. Mengoraganisasikan/menyusun informasi sesuai dengan kategori isu,
termasuk pengelompokan, penggabungan, dan penetapan prioritas (suatu
daftar pendek).
g. Mengembangkan suatu strategi untuk membahas dan memecahkan setiap isu
kunci, termasuk informasi yang diperlukan dan kerangka acuan untuk kajian
selanjutnya.
Pelingkupan merupakan suatu panduan yang digunakan secara khusus untuk
suatu kajian AMDAL yang tentunya berbeda dengan panduan umum untuk
kegiatan serupa (panduan sektoral seperti AMDAL untuk pariwisata atau
AMDAL untuk kegiatan kehutanan). Hal ini lebih membantu pelaksanaan studi
karena memberikan arahan studi yang lebih terfokus dibanding dengan panduan
sektoral yang biasanya hanya menghasilkan suatu daftar panjang dari dampak-
dampak yang perlu dipertimbangkan.
18
Pelingkupan pada sistem Amerika banyak dikritik karena tidak terlalu
diperhatikan. Wood menyebutkan bahwa “NEPA 1969 is as silent about scoping
as it is about almost all the EIA procedural stages”. Pelingkupan mulai
diperkenalkan pada tahun 1978 sebagai hasil dari pengalaman sebelumnya.
Tahap formal yang digunakan adalah publikasi suatu “notice of intent” yang
berisi suatu deskripsi dari proses pelingkupan yang diusulkan instansi lingkungan,
termasuk hasil dari pertemuan pelingkupan (pertemuan direkomendasikan tapi
tidak disyaratkan oleh peraturan).
19
diskusi dengan otoritas dan masyarakat tentang lingkup studi namun penyiapan
dokumen lebih banyak dilakukan oleh pemrakarsa.
20
Akibat pencantuman isu-isu yang tidak relevan, otoritas akan memiliki komitmen
untuk melakukan banyak hal dalam AMDAL.
Akan tetapi, pada laporan AMDAL, didalam maupun diluar negeri, batas
penelitiaanya sering tidak jelas. Fokusnya kabur. Sebab terjadinya kekaburan
batas dan fokus itu adalah keharusan dilakukanya ANDAL secara komprehensif.
Di Amerika Serikat tempat lahirnya AMDAL , laporan AMDAL dapa ditelaah
oleh umum , baik pakar maupun orang awam. Pada tahun 1960-an dan
permulaan 1970-an ekologi menjadi buah bibir orang, baik pakar, orang awam,
maupun orang politisi. Berita tentang pencemaran DDT yang residunya ikan,
rumput, air susu sapi, air susu ibu dan bayi menjadi berita hangat dan berdar
dengan luas. Demikian pula penyakit Minimata di Jepang, yang disebabkan oleh
limbah industri yang di buang ke Teluk Minimata, terakumulasi plankton dan
ikan melalui rantai makanan dan akhirnya terkumpul dalam tubuh manusia dan
menyebabkan penyakit neurologis yang mengerikan. Buku Carson the Silent
Spring (1962) laku dengan keras. Maka terbentuklah citra dalam masyarakat
bahwa karena proses ekologi yang di definisikan sebagai ilmu yang mempelajari
hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya, “semua
terkait dengan semua”. Karena “semua terkait dengan semua” laporan AMDAL
harus mengikuti “semua” hal yang secara komprehensif. Masyarakat dapat
menanyakan segala sesuatu mulai dari mikroba, semut, cacing, kupu-kupu,
domba, dan sapi; lumut, paku-pakuan, semak pohon sampai pada hutan; bayi,
anak, orang dewasa sampai pada populasi manusia tertentu. Untuk menghadapi
21
pertanyaan yang amat luas itu, AMDAL pun di buat sangat luas. Batas
permasalahan dan fokus penelitian kabur atau tidak ada.
Oleh karena itu tidak “semua terkait dengan semua”, kita tidak perlu
meneliti semua komponen lingkungan biologi, fisik, kimia, maupun sosial dan
proses yang terkait. Yang perlu kita identifikasi ialah komponen dan proses yang
penting. Karena AMDAL merupakan alat perencanaan, yaitu untuk memberikan
masukan dalam pengambilan keputusan yang dibuat dalam titik dalam daur
proyek, istilah penting haruslah dilakukan dalam kaitannya dalam pengambilan
keputusan tersebut. Hal ini jelas tertera dalam ketentuan umum tentang analisis
mengenai dampak lingkungan dalam Undang-undang No. 4 tahun 1982, yang
berbunyi “Analisis menganai dampak lingkungan adalah hasil studi mengenai
dampak sesuatu kegaiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup, yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan”. Batasan penting inilah yang
menjadi fokus penelitian AMDAL. Jadi penting bagi ilmu pengetahuan saja
22
misalnya, tetapi tidak penting bagi pengambilan keputusuan tentang proyek
pembangunan yang sedang direncanakan, haruslah tidak dicakup dalam
penelitian AMDAL. Karena AMDAL adalah penelitian tentang dampak,
pelingkupan berarti usaha untuk mebatasi penelitian pada dampak yang penting
saja.
2
Otto Soemarwoto, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, (Yoyakarta : Universitas Gadjah Mada
Press, 2014), hlm.76-78.
23
Pelingkupan di Indonesia saat ini dilakukan dan dimulai oleh pemrakarsa
dengan bantuan dari konsultan penyusun AMDAL. Setelah konsep pelingkupan
yang tertuang dalam draft Kerangka Acuan (KA) ANDAL selesai disusun,
pemerintah melalui Komisi Penilai AMDAL memberikan masukan dan
mengarahkan bagaimana sebaiknya pelingkupan dilakukan yang pada akhirnya
hasil pelingkupan atau KA ANDAL tersebut bersifat mengikat bagi seluruh
pelaksana AMDAL.
Berbagai informasi awal untuk pelingkupan saat ini sudah lebih berkembang
dibanding apa yang dipahami di masa yang lalu. Pelingkupan dimulai dengan
pengumpulan empat jenis informasi utama yaitu: uraian tentang rencana kegiatan
berikut alternatif-alternatif yang sudah diperhitungkan oleh pemrakarsa,
informasi mengenai rona awal lingkungan hidup, informasi tentang kegiatan-
kegiatan lainnya yang berada di sekitar rencana kegiatan, dan berbagai input dari
masyarakat yang dikumpulkan melalui proses pelibatan dan konsultasi
masyarakat.
24
Gambar 5. Bagan Alir Proses Perlingkupan
25
Pemusatan (focussing): tahap ini bertujuan untuk mengelompokkan dampak-
dampak penting yang telah dirumuskan pada tahap sebelumnya agar diperoleh
gambaran yang utuh dan lengkap. Pengelompokan dilakukan menurut tingkat
keterkaitannya satu sama lain yang selanjutnya diurut berdasarkan tingkat
kepentingannya baik dari segi ekonomi ataupun ekologis. Klasifikasi serupa
dengan pengelompokan dan prioritas akan menunjukkan dampak mana yang
perlu ditangani terlebih dahulu. Dampak penting hipotetis yang terkelompok
inilah yang merupakan fokus bahasan dalam penyusunan ANDAL, dan
digunakan sebagai dasar untuk menjabarkan ruang lingkup, ke dalam dan strategi
pelaksanaan studi ANDAL (batas wilayah studi jenis data dan informasi yang
dikumpulkan, jumlah sampel, lokasi pengamatan/pengukuran).
4. Metode Pelingkupan
Dalam proses pelingkupan digunakan metode-metode untuk identifikasi,
evaluasi, dan pemusatan dampak penting hipotetis.
Secara garis besar metode pelingkupan yang dapat digunakan adalah sebagai
berikut.
26
titik-titik sampel untuk studi ANDAL, dan keahlian yang diperlukan untuk studi
ANDAL.
27
sebelum melakukan pelingkupan atau bahkan langsung menetapkan isu-isu
utama yang harus dikaji dalam studi ANDAL.
d. Tanggapan dari masyarakat yang terkena dampak dalam proses pelingkupan
walaupun secara formal terwadahi karena mereka termasuk sebagai anggota
Komisi Penilai, sering kehilangan substansinya karena berbagai keterbatasan
seperti kemampuan berkomunikasi secara formal atau terimbas oleh isu teknis
lainnya.
e. Proses pelingkupan yang pada akhirnya disebut “Kesepakatan” atas Kerangka
Acuan ANDAL seharusnya mengikat seluruh pihak yang terlibat dalam proses
AMDAL. Pada kenyataannya dokumen KA ANDAL lebih mengikat kepada
konsultan penyusun ANDAL atau bahkan sering pula tidak diperhatikan pada
tahap selanjutnya.
5. Arah Pengembangan Pelingkupan
Berbeda dengan proses pelingkupan yang ada saat ini, dimana pelingkupan
terutama dilakukan oleh pemrakarsa dan konsultan penyusun AMDAL,
pelingkupan oleh pemerintah diharapkan lebih fokus kepada isuisu utama yang
harus dikaji dalam suatu studi ANDAL dan bersifat mengikat bagi pemrakarsa
dan konsultan penyusun ANDAL.
Metode studi tidak lagi direkomendasikan untuk muncul sebagai isi dari KA
ANDAL namun pemrakarsa dan konsultan harus dapat meyakinkan anggota
Komisi Penilai AMDAL pada saat mereka melakukan analisis di dalam laporan
studi ANDAL-nya, jika tidak maka penilai bisa meminta penyusun untuk
melakukan perubahan analisis hingga memuaskan anggota penilai. Dengan
demikian penyusunan ANDAL tidak lagi kaku dengan metode yang dibakukan
namun seringkali tidak tepat, tetapi melakukan analisis sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan.
Berdasarkan situasi yang ada saat ini, proses pelingkupan dan penyusunan
dokumen KA ANDAL berikut proses penilaiannya dipandang sebagai tidak
efektif. Untuk itu perlu dicari suatu alternatif baru proses pelingkupan untuk
28
memperbaiki situasi tersebut. Satu konsep dapat diadopsi melalui proses
pelingkupan yang dilakukan oleh pemerintah. Jika pada saat ini sebagian besar
proses pelingkupan dimulai dan dilakukan oleh pemrakarsa melalui bantuan
konsultan, maka di dalam konsep baru, pelingkupan dilakukan oleh pemerintah
melalui bantuan suatu tim khusus yang ditunjuk seperti Review Panel atau suatu
Tim Teknis.
29
pelingkupan dan memberikannya kepada pemerintah (melalui tim khusus) untuk
melakukan pelingkupan. Tim khusus yang dimaksud pada perkembangannya
mungkin akan dinamakan tim pakar, panel pakar, Review Panel, atau Panel
Pengkaji yang bersifat lebih independen dan lebih profesional. Untuk sementara,
tim yang dimaksud akan dilekatkan pada fungsi Tim Teknis AMDAL yang
keberadaannya telah diakui dalam peraturan pelaksanaan AMDAL saat ini.
Berikut adalah beberapa tahapan tugas yang akan menjadi pekerjaan
30
mengikat sebagai lingkup minimal yang harus dikaji oleh pemrakarsa dalam
dokumen ANDAL.
h. Menyediakan dokumen KA ANDAL final sebagai dokumen terbuka dan
dapat diakses oleh berbagai pihak yang berkepentingan. Mengumumkan
dokumen KA ANDAL final jika memungkinkan.
i. Dari uraian tahap pelingkupan di atas, jelas terlihat bahwa peran pemrakarsa
dan konsultan berubah secara ekstrim jika dibandingkan dengan proses
pelingkupan yang ada pada saat ini.
Memerlukan waktu yang cukup panjang untuk melihat hasil pelingkupan yang
lebih efektif dari cara pelingkupan baru yang diusulkan. Namun demikian,
sebelum mekanisme baru ini diperkenalkan, pemerintah harus yakin bahwa
mekanisme baru ini akan berjalan lebih baik dan efektif. Untuk itu perlu
dilakukan uji coba. Dalam jangka pendek, uji coba yang diusulkan adalah
simulasi yang dilakukan dalam koridor peraturan yang berlaku.
Hasil dari uji coba ini seharusnya dibandingkan kinerjanya terhadap draft KA
ANDAL yang belum dinilai dan KA ANDAL yang telah dinilai dengan masukan
dari anggota komisi dan masukan dari hasil pelingkupan baru yang dilakukan
oleh staf. Perbandingan ini akan memperlihatkan seberapa lengkap dan teliti
pelingkupan yang dilakukan oleh konsultan dan oleh staf teknis. Lebih jauh, akan
dapat diketahui pula waktu yang diperlukan untuk menyusun KA ANDAL jika
dilakukan oleh pemerintah dibanding keseluruhan waktu penyusunan KA oleh
konsultan yang melibatkan proses koreksi dan perbaikan yang sangat lama. Pada
uji coba jangka yang lebih panjang, pelingkupan dan perbandingan dapat
dilakukan terhadap hasil identifikasi dampak yang dilakukan oleh tenaga ahli
yang dibiayai oleh KLH.
Walaupun kegiatan ini masih berupa uji coba, dari segi manfaat kegiatan ini
dapat memberikan informasi yang lebih banyak kepada proses pelingkupan
daripada yang dilakukan menggunakan cara pelingkupan yang ada saat ini.
Dengan demikian, seluruh anggota Komisi Penilai AMDAL akan lebih paham
31
terhadap situasi lapangan yang ada dan dapat mengkonfirmasi atau
memverifikasi data yang diajukan oleh konsultan penyusun AMDAL. Paling
tidak, kegiatan uji coba ini bisa memberikan informasi yang seimbang bagi
Komisi Penilai AMDAL karena mendapat informasi tambahan sebagai hasil dari
kunjungan lapangan yang dilakukan oleh anggota staf teknis.3
D. Kerangka Acuan
Kerangka acuan (KA) ialah uraian tugas yang harus dilaksanakan dalam studi
ANDAL atau merupakan ruang lingkup kajian analisis dampak lingkungan hidup
yang merupakan hasil pelingkupan sehingga KA memuat tugas-tugas yang
relevan dengan dampak penting yang termuat dalam PP Nomor 27 Tahun 2012
yang mengatakan bahwa Kerangka Acuan termasuk dokumen ANDAL.4
3
Danang Purnama,Modul Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Banten : Universitas Terbuka,
2010, Hal.,99-111
4
Cholifah Damayanti, “Identifikasi Kriteria Amdal Dalam Pembangunan Bandar Antariksa
di Indonesia: Perspektif Yuridis”, (Seminar Nasional Kebijakan Penerbangan dan Antariksa
III, 2018) Hal 156
32
dampak penting yang tidak termuat dalam KA. Dalam hal ini konsultan AMDAL
seyogyanya merundingkan dengan pihak pemrakarsa agar dilakukan pekerjaan
limbah. Sebaliknya juga dapat terjadi adanya dampak yang semula dianggap
sebagai penting dan karena itu dimuat dalam KA, tetapi kemudian ternyata tidak
penting. Dalam hal ini seyogyanya diusulkan untuk dilakukan pekerjaan kurang
karena menurut Kepmen KA harus disetujui oleh instansi yang berwenang, maka
baik dalam hal pekerjaan kurang maupun pekerjaan tambah persetujuan haruslah
bersifat resmi yang disetujui tidak saja oleh pemrakarsa melainkan juga oleh
instansi yang berwenang.5
33
arahan pengelolaan dan pemantauan. Berdasarkan kegunaan ANDAL tersebut,
pada dasarnya semua rencana usaha atau kegiatan tercantum dalam dokumen
ANDAL memuat beberapa tahapan yaitu:
6
Nizlawati ms. Kono, ” Pengendalian Kerusakan Lingkungan Atas Perizinan Migas Di Kabupaten
Banggai Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup”, 2015, jurnal ilmu hukum legal opinion edisi 3, volume 3
hal 3
34
P = Po (1 + r)t
dengan Pt = jumlah penduduk pada waktu t
Po = jumlah penduduk pada waktu acuan (to)
r = Periode perhitungan
Berkurangnya jumlah jenis dalam hutan karena berkurangnya luas hutan oleh
suatu proyek dapat diperkirakan dari rumus S = CAz
dengan S = jumlah jenis
A = luas hutan
C dan z konstanta
Besar dan penting dampak mempunyai konsep yang berbeda. Nilai besar
dampak menunjukkan besarnya perubahan yang terjadi karena kegiatan yang
dipelajari, misalnya suhu dalam oC hasil dalam ton/ha, luas dalam ha. Populasi
hewan dalam ekor/ha dan oksigen terlarut dalam mg/1. Nilai penting dampak
menunjukkan nilai yang kita berikan pada dampak tersebut untuk pengambilan
keputusan. Umumnya nilai penting dampak bersifat kualitatif. Misalnya tinggi,
sedang atau rendah. Banyak usaha dilakukan untuk membuat nilai kualitatif ini
menjadi kuantitatif, misalnya dengan pemberian skala atau angka ekor angka
skor. salah satu contoh ini ialah evaluasi lingkungan Battelle. Namun usaha
kuantitatif sifat kualitatif itu masih mengalami banyak kesulitan dan tidak jarang
merupakan jebakan. Misalnya, ada nilai yang tidak boleh dioperasikan secara
matematik (dijumlah, dikurangi, dikalikan, dan seterusnya) ada yang boleh
dengan terbatas (dijumlah, dikurangi, dikalikan dengan konstanta, diferensiasi)
dan ada yang sepenuhnya dapat mengalami operasi matematik. Karena itu harus
hati-hati.
Antara besar dan penting dampak dapat Terdapat hubungan. Misalnya
makin besar dampak maka makin penting pula dampak tersebut. Sebuah contoh
iyalah pencemaran. Tetapi dapat juga tidak ada hubungan antara keduanya.
Misalnya dampak yang berupa kematian 1000 ekor burung gereja mempunyai
nilai besar yang tinggi, tetapi nilai penting yang rendah. Sebaliknya, dampak
35
yang berupa kematian seekor badak jawa mempunyai nilai besar yang rendah
tetapi nilai penting yang tinggi.
Uraian diatas menunjukkan dengan jelas perlunya pakar yang menguasai
bidang yang diliput dalam AMDAL tertentu. Pakar itu tidaklah perlu untuk
bekerja sepanjang pelaksanaan AMDAL, melainkan cukup untuk periode tertentu
saja pada waktu tenaga dan keahlian yang diperlukan. Pakar tersebut tidak pula
perlu untuk mempunyai keahlian dalam AMDAL, jadi tidak perlu mempunyai
sertifikat A dan B kursus AMDAL. Hasil pekerjaan pakar tersebut merupakan
masukan untuk digunakan oleh ketua gugus kerja dalam penyusunan AMDAL.
Ketua ini dan seyogyanya juga wakil ketualah yang harus mempunyai
pengalaman dalam pelaksanaan dan penyusunan AMDAL. Pengalaman ini harus
dibuktikan dengan riwayat hidup mereka (Curiculum vitae). Sebaiknya
pengalaman lebih penting daripada sertifikat kursus AMDAL karena seseorang
yang mempunyai sertifikat tapi tidak berpengalaman kementakannya adalah kecil
dapat membuat AMDAL yang baik.7
F. Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan
Lingkungan (RPL)
1. Rencana Pengelolaan Lingkungan (RPL)
Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) merupakan rencana tindak
lanjut untuk mengelola dampak penting yang ditimbulkan oleh aktivitas
proyek, sedangkan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) merupakan
piranti untuk memantau hasil pengelolaan lingkungan tersebut. Dengan
demikian penyusunan RKL dan RPL ini dimaksudkan untuk:
a. Menyusun rencana pengelolaan dampak penting agar dampak yang
ditimbulkan proyek dapat memenuhi ketentuan baku mutu lingkungan
dan meminimalisasi kerusakan lingkungan sehingga dapat menghindari
kemungkinan timbulnya dampak penting yang akan dapat berkembang
7
Otto Soemarwoto, “Analisis Mengenai Dampak Lingkungan”, (Yogyakarta: Gajah Mada University
Press, 2014) hal 81
36
menjadi isu lingkungan atau isu sosial yang merugikan berbagai pihak
yang berkepentingan.
b. Menyusun rencana pemantauan dampak penting guna mengetahui
efektivitas hasil pengelolaan lingkungan sehingga dapat menjadi dasar
evaluasi dan penyusunan rencana tindak lanjut untuk menyempurnakan
pengelolaan lingkungan secara terus menerus.
Dengan adanya RKL dan RPL ini maka setiap dampak penting yang
ditimbulkan oleh kegiatan dapat terkendali dan teredam hingga tidak
berkembang menjadi isu lingkungan regional, nasional atau bahkan menjadi
isu lingkungan internasional.8
2. Kegunaan Dilaksanakannya RKL-RPL
Pelaksanaan RKL-RPL secara baik, konsisten dan berkesinambungan
dapat memberikan manfaat bagi pemrakarsa, pemerintah maupun masyarakat.
Jadi pelaksanaan RKL yang konsisten perlu dikuti dengan pelaksanaan RPL
secara terus menerus dan berkelanjutan sehingga dapat menjadi bahan acuan
untuk evaluasi dan penyempurnaan RKL. Adapun kegunaan dilaksanakannya
RKL-RPL bagi para pemangku kepentingan (stakeholders) adalah sebagai
berikut9:
a. Bagi Kepentingan Pemrakarsa
Pelaksanaan RKL-RPL yang baik dan konsisten pada proyek akan dapat
meminimalkan kerugian terhadap manusia, peralatan, material, proses
produksi dan lingkungan hidup. Adapun manfaat dilaksanakannya RKL-
RPL bagi kepentingan Pemrakarsa adalah sebagai berikut:
1) Melakukan upaya penyelamatan, pencegahan dan pengendalian
dampak lingkungan dalam upaya meminimalkan kerugian terhadap
manusia, peralatan, material proses produksi dan lingkungan hidup
8
Effendi, Prijandaru, RKL-RPL Kegiatan Pengusahaan Panas Bumi untuk PLTP Muara Laboh 250
MW, (Muara Labuh: PT Supreme Energy Muara Laboh, 2013), hal. I-1.
9
Ibid., hal. I-3-I-6.
37
sehingga lebih menjamin kelangsungan hidup proyek secara
berkelanjutan.
2) Terpeliharanya hubungan yang selaras dan serasi antara proyek dengan
lingkungan hidupnya secara khusus dan juga antara proyek dengan
lingkungan sosial di sekitarnya melalui hubungan timbal balik yang
saling menguntungkan.
3) Mendapatkan informasi lingkungan yang lengkap dari hasil
pelaksanaan program K3LL, dalam upaya meminimalkan kerusakan/
kerugian terhadap kerusakan/ hilangnya peralatan maupun material
serta penurunan kualitas lingkungan hidup sehingga dapat lebih
menjamin kelangsungan hidup proyek secara berkelanjutan.
4) Mendapatkan informasi lingkungan yang lengkap dari hasil pembinaan
hubungan yang selaras dan serasi antara kegiatan proyek dengan
lingkungan hidup sekitarnya dan secara khusus antara proyek dengan
lingkungan sosial di sekitarnya melalui hubungan timbal balik yang
saling menguntungkan.
Pelaksanaan RKL-RPL juga dimaksudkan untuk menekankan
pentingnya menjalin keselarasan hubungan antara proyek dengan
lingkungan sosial masyarakat di sekitarnya.
b. Bagi Kepentingan Pemerintah
Pemerintah berkewajiban menyediakan kualitas lingkungan hidup yang
dapat memberikan keamanan dan kenyamanan bagi kehidupan
masyarakatnya, namun pemerintah juga harus menyelenggarakan
pembangunan yang dibutuhkan dan bermanfaat bagi kehidupan
masyarakat. Oleh karena itu dengan pelaksanaan RKL-RPL yang baik
dan konsisten secara terus menerus dapat memberikan manfaat bagi
pemerintah sebagai berikut:
1) Sebagai alat kendali pemerintah dalam upaya pengelolaan
lingkungan proyek terutama sebagai bagian dari upaya
38
melaksanakan pengelolaan lingkungan sehingga tercipta suasana
lingkungan yang nyaman bagi masyarakat di sekitar proyek.
2) Kehadiran proyek yang terkelola dengan baik dapat meningkatkan
PAD (Pendapatan Asli Daerah) melalui pajak dan retribusi serta
terbukanya peluang kerja dan peluang berusaha bagi masyarakat
sehingga memberikan manfaat ekonomi, tetapi tetap aman bagi
lingkungan dan kesehatan masyarakat.
3) Mendapatkan informasi lingkungan yang lengkap yang dapat
menjadi alat kendali pemerintah dalam upaya pengelolaan
lingkungan proyek terutama sebagai bagian dari upaya
melaksanakan pengelolaan lingkungan kawasan sehingga tercipta
suasana lingkungan yang nyaman bagi masyarakat di sekitar proyek.
4) Mendapatkan informasi lingkungan yang lengkap yang dapat
menjadi acuan penyusunan perencanaan pembangunan daerah dan
penataan tata ruang kawasan dengan memperhatikan daya dukung
lingkungan kawasan, sehingga selain mendapatkan manfaat
ekonomi, tetapi juga mendapatkan tata kehidupan masyarakat yang
serasi dengan lingkungan hidupnya.
Pemerintah daerah tetap dapat menyelenggarakan fungsi
pemerintahan dan pembangunan secara optimal, yang menjamin
keamanan, keselamatan dan kenyamanan masyarakat. Dengan
demikian pemerintah daerah dapat mengelola lingkungan hidup
proyek dan sekitarnya dengan cara mengelola lingkungan hidup di
masing-masing proyek kegiatan dengan sebaik-baiknya.
c. Bagi Kepentingan Masyarakat
Pelaksanaan RKL secara baik, konsisten dan berkesinambungan akan
memberikan manfaat bagi masyarakat sebagai berikut:
1) Dengan adanya pengelolaan lingkungan yang baik dan konsisten,
maka masyarakat senantiasa merasa tetap terjamin keselamatan,
kenyamanan dan kualitas lingkungan hidupnya agar dapat
39
melaksanakan kehidupannya sehari-hari dalam suasana aman dan
nyaman.
2) Dengan adanya Program CSR (Corporate Social Responsibility),
masyarakat merasa mendapatkan perhatian dari proyek dan
sekaligus memperoleh harapan kehidupan yang lebih baik guna
melepaskan diri dari belenggu kehidupan masyarakat marginal.
3) Mendapatkan informasi lingkungan yang lengkap dari hasil
pengelolaan lingkungan yang baik dan konsisten, sehingga
masyarakat senantiasa merasa tetap terjamin keselamatan,
kenyaman dan kualitas lingkungan hidupnya untuk dapat
melaksanakan kehidupannya sehari-hari dalam suasana nyaman.
4) Mendapatkan informasi yang lengkap tentang sistem pengelolaan
CSR yang melibatkan perusahaan, masyarakat dan pemerintah,
sehingga masyarakat merasa mendapatkan perhatian dari proyek
dan sekaligus memperoleh harapan kehidupan yang lebih baik guna
melepaskan diri dari belenggu kehidupan masyarakat marginal.
Dengan pelaksanaan RKL-RPL secara baik, maka masyarakat
senantiasa akan merasa aman dan nyaman karena tetap terjaminnya
keselarasan hubungan antara masyarakat dengan lingkungan hidupnya.
Selain itu kehadiran CSR dari proyek akan dapat memberikan harapan
baru bagi masyarakat di sekitar lokasi proyek untuk dapat
memperbaiki kehidupannya.
3. Pendekatan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pengelolaan lingkungan disusun untuk menangani dampak besar dan
penting yang tela diprediksi dari kajian ANDAL dengan menggunakan
pendekatan-pendekatan yang rasional, meliputi pendekatan teknologi, sosial
ekonomi dan institusi/kelembagaan.
a. Pendekatan Teknologi
Pendekatan teknologi adalah cara-cara pengelolaan lingkungan yang
berorientasi kepada teknologi pengelolaan dampak besar dan penting
40
lingkungan dan pengendalian pencemaran. Pendekatan teknologi ini
dilakukan dengan dua cara, yaitu dalam rangka menanggulangi dampak
pencemaran dilakukan dengan cara membatasi atau mengisolasi
dampak yang akan terjadi, sedangkan dalam rangka mencegah,
mengurangi dan/atau memperbaiki sumberdaya alam dapat ditempuh
dengan cara penataan kembali (revitalisasi) daratan, restorasi ekosistem
mangrove dan pengaturan pelaksanaan kegiatan.
b. Pendekatan Sosial Ekonomi
Pendekatan ini dilakukan dalam rangka menanggulangi dampak besar
dan penting melalui tindakan-tindakan yang berlandaskan pada
interaksi sosial ekonomi dan bantuan peran Pemerintah, misalnya
melakukan penyuluhan kepada masyarakat, pembebasan bagan budi
daya kerang hijau dengan cara musyawarah, penggantian biaya ganti
rugi yang memadai, penyerapan tenaga kerja dengan memprioritaskan
masyarakat setempat sesuai dengan keahlian dan ketrampilan yang
dimiliki, bantuan fasilitas umum dan fasilitas sosial kepada masyarakat
serta bantuan sosial kemasyarakatan lainnya sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki Pemrakarsa.
c. Pendekatan Institusi/Kelembagaan
Pendekatan institusi adalah mekanisme kelembagaan yang akan
ditempuh pemrakarsa dalam rangka menanggulangi dampak besar dan
penting lingkungan hidup. Pendekatan ini mencakup pengelolaan
lingkungan melalui koordinasi dengan instansi yang berwenang dalam
pengawasan dampak lingkungan dan kerjasama dengan instansi terkait
dalam pengendalian dampak lingkungan. Koordinasi tersebut adalah
dalam hal:
1) Peraturan Pengelolaan Lingkungan.
2) Mekanisme Pengelolaan Lingkungan.
3) Koordinasi antar instansi/Pihak Pengelola Lingkungan.
41
Di Indonesia PP 51 tahun 1993 memisahkan AMDAL dari perencanaan
pengelolaan lingkungan dan perencanaan pemantauan lingkungan.
Pemisahan RKL dan RPL sebenarnya tidaklah tepat. Sebab pemantauan
lingkungan adalah rencana pengelolaan lingkungan yang terdiri atas rencana
penanganan dampak dan rencana pemantauan lingkungan. Rencana
pengelolaan lingkungan bukanlah rancangbangun rekayasa (engineering
design) penanganan dampak, melainkan tindakan apa yang harus diambil
dalam penangan dampak. Misalnya, pada sebuah sungai yang akan
dibendung, ANDAL menemukan sejenis ikan yang bermigrasi ke hulu/hilir
sungai. Ikan tersebut mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dan terancam
kepunahan. RKL menyarankan dibangunnya tangga ikan (fish ladder) untuk
menangani dampak terhalangnya migrasi ikan oleh bendungan. Saran
tersebut haruslah merinci prinsip prinsip tangga itu dan persyaratan yang
harus dipenuhi oleh tangga itu, misalnya kemiringan tangga, volume dan
kecepatan air dalam tangga, jarak antar anak tangga dan tinggi anak tangga,
serta acuab kepustajaan yang memuat rancangbangun dan konstruksi tangga
iakan yang telah dibuat ditempat lain. Rincian dan acuan tersebut harus
mengandung cukup informasi untuk dapat dibuatnya rancangbangun tangga
ikan di bendungan yang sedang direncanakan. Jelaslah pelaksanaan telaah
ANDAL bukanlah konsultan rekayasa (engineering design), melainkan
memberikan masukanpada konsultan rekayasa tentang bangunan tersebut.
Hal ini menunjukkan lagi perlunya keterpaduan antara ANDAL dengan
telaah kelayakan rekayasa dan telaah kelayakan ekonomi10
10
Otto Soemarwoto, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, (Yogyakarta: UGM Press, 2014), hal.
82.
42
dalam arti positif maupun negatif, tentang perubahan lingkungan yang
medekati atau melampaui nilai ambang batas serta tindakan apa yang perlu
diambil. Juga untuk mengetahui apakah prakiraan yang dibuat dalam
ANDAL sesuai dengan dampak yang terjadi. Karna itu pemantauan sering
juga disebut post-audit dan berguna sebagai masukan untuk memperbaiki
ANDAL di kemudian hari dan untuk perbaikan kebijakan lingkungan.
Seperti halnya metode prakiraan dampak, metode untuk pengelolaan dan
pemantauan dampak juga harus kita pinjam dari bidang yang bersangkutan
atau harus kita kembangkan sesuai dengan kaidah bidang yang bersangkutan.
G. Sistem Laporan
43
yang harus dapat dimengerti dengan mudah oleh pakar dalam bidang yang
berbeda-beda. Hal ini mengingat AMDAL bersifat lintas sektoral dan harus
dipelajari oleh pakar dalam berbagai bidang.
11
Otto Soemarwoto, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, (Yogyakarta: Gajah Mada University
Press), 2014, hlm..83
44
1. Contoh Aplikasi Pelaporan Kinerja Pengelolaan Limbah B3 Online
(Siraja Limbah)
45
pemeritah yang dalam hal ini adalah Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan untuk melaksanakan fungsi pembinaan kepada penanggungjawab
usaha atau kegiatan.
Dalam rangka pengembangan kebijakan pengelolaan limbah B3
diperlukan data dan informasi yang akurat, sejalan dengan kebutuhan
data/informasi tersebut, penanggungjawab usaha/kegiatan wajib memberikan
data dan informasi tentang limbah B3 yang meliputi Jenis dan jumlah limbah
B3 dihasilkan, dimanfaatkan (untuk substitusi bahan bakar/bahan baku),
diolah, ditimbun, dan didumping. Sehingga diketaui kegiatan pengelolaan
limbah B3 di masing-masing Kabupaten atau Kota, Provinsi, dan nasional.
Untuk mendukung kebijakan pengelolaan limbah B3 yang tepat dan
akurat diperlukan data dan informasi yang akurat sehingga perlu
dikembangkan sebuah sistem aplikasi pelaporan pengelolaan limbah B3.
Sistem aplikasi ini diperlukan untuk memperoleh data mengenai jenis dan
jumlah LB3 yang dikelola oleh industri/perusahaan. Sistem yang sedang
dikembangkan tersebut yaitu Aplikasi Pelaporan Kinerja Pengelolaan
Limbah B3 Online (Siraja Limbah).
Dasar hukum pengembangan basis sata pengelolaan limbah b3
meliputi:
46
pasal 26 huruf a dan b serta pasal 28 ayat 2 huruf a mengenai kewajiban
melakukan identifikasi dan pencatatan.
47
Gambar 6. Gambaran tata cara registrasi dan akses aplikasi kinerja pengelolaan limbah B3
48
informasi tambahan, proses produksi dan neraca, kantor pusat/perwakilan
dan logo. Perizinan yang dimiliki meliputi jenis perizinan, nomor izin,
tanggal terbit izin, masa berlaku izin, dan lampiran dokumen. Kontrak
kerjasama meliputi perusahaan pengelolaan lanjut, tipe pengelolaan, jenis
limbah, dan lampiran dokumen.
49
Gambar 9. Halaman Utama
50
kerjasama yang dimiliki oleh perusahaan. Menu data limbah B3 untuk
menambahkan, menampilkan, mengubah, menghapus data limbah yang
dihasilkan secara internal/eksternal. Untuk setiap limbah B3 yang dihasilkan
harus dikelola sesuai dengan jenis pengolahan dan jenis pengelolaan limbah
B3. Menu Tanda Terima Elektronik untuk membuat atau menampilkan atau
menghapus data TTE, TTE ini sebagai tanda bahwa telah melakukan
pelaporan data limbah. Menu UPLOAD untuk melakukan upload LOG
BOOK dan BERITA ACARA sebagai kelengkapan pelaporan.
51
Data limbah B3 yang diinput berupa jenis, jumlah, sumber limbah,kode
limbah, tanggal dihasilkan, masa simpan limbah dan jumlah limbah B3 yang
dihasilkan dan pengelolaan limbah B3. Selain menginput data limbah B3 melalui
aplikasi, perusahaan juga harus mengupload log book harian untuk memeriksa
kesesuaian antara limbah yang dicatat dan di input. Perusahaan juga bisa
mengupload berita acara hasil pengawasan/pemantauan sebelumnya.
12
Ade Irma Rilyani Dkk, Aplikasi Pelaporan dan Monitoring Data Limbah Bahan Berbahaya Dan
Beracun Pada Tempat Penyimpanan Sementara Berbasis Web di PT. PLN (Persero) Sector
Pengendalian Pembangkitan Bandar Lampung, (Lampung : Politeknik Negeri Lampung,
2018), Vol. 3, No. 2, Hlm.194
52
Gambar 14. Halaman TTE
13
Martini,dkk.Analisis Korelasi Antara, AMDAL, Audit Lingkungan, ISO dengan Citra Perusahaan.
(Jakarta:Universitas Luhur),hal.2.
53
perusahaan cukup untuk menjamin kepatuhan pada peraturan dan kebijakan
internal. 14 Audit lingkungan mempunyai tujuan internal dan eksternal. Audit
Lingkungan internal bermanfaat untuk memberikan informasi kepada manajemen
mengenai apakah operasi perusahaan mematuhi peraturan, apakah suatu kontrak
pembuangan limbah telah dilakukan secara kompeten, serta apakah keputusan
manajemen lingkungan dibuat atas dasar fakta yang ada. Audit Lingkungan
eksternal memberikan jaminan kepada pihak-pihak luar seperti kreditur, investor
atau pemakai laporan eksternal atas usaha atau kegiatan yang telah dilakukan
perusahaan. Berbagai aktivitas yang diklasifikasikan sebagai Audit Lingkungan
ekternal mencakup jasa-jasa yang diberikan oleh konsultan, pengacara, serta
pengawasan sistem manajemen lingkungan. Audit Lingkungan dapat digunakan
untuk menilai bagaimana auditing membantu mengelola risiko dan mengurangi
adanya permasalah baru.
Langkah-langkah yang harus ditempuh oleh perusahaan kontraktor untuk
melakukan sistem manajemen lingkungan adalah identifikasi isu lingkungan dan
kedenderungannya dalam dugaan publik, evaluasi dampak isu, penelitian dan
analisa, pengembangan posisi, pengembangan strategi, implementasi, dan
evaluasi
ISO 14000 merupakan standar internasional tentang sistem manajemen
lingkungan secara umum. 15 Elemen ISO 14000 yang terkait dengan proyek
konstruksi adalah polusi udara, pembuangan ke sumber air, pasokan air dan
pengolahan limbah domestik, limbah dan bahan-bahan berbahaya, gangguan,
bunyi/kebisingan dan getaran, radiasi, perencanaan fisik, pengembangan
perkotaan, gangguan bahan/material, penggunaan energi, keselamatan dan
kesehatan kerja karyawan.
14
Manuhara P.,Wahyu,Audit Lingkungan:Pengungkapan Isu Lingkungan dalam Laporan Keuangan
Auditan, Jurnanl Akuntansi & Investasi Vol. 1 No. 2,hal.86.
15
Chandra, Herry P, Analisa Sistem Manajemen Lingkungan (ISO 14000) dan Kemungkinan
Implementasi Oleh para Kontraktor Kelas di Surabaya, Dimensi Teknik Sipil, Vol. 4, No.
2,(Universitas Kristen Petra,, hal.75.
54
Hubungan antara AMDAL, Audit lingkungan dan ISO 14000 dalam
lingkungan mempunyai ketekaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain
secara sinergis. AMDAL sebagai bagian dari studi kelayakan untuk bidang
lingkungan hidup, yang merupakan alat untuk memprakirakan dan mengelola
dampak yang terjadi. Audit Lingkungan melaksanakan kegiatan evaluasi
sistematik, obyektif atas dampak aktivitas operasi perusahaan terhadap
lingkungannya dan ISO 14000 yang merupakan standar internasional tentang
sistem manajemen lingkungan secara umum. Jadi, ISO 14000 sebagai ketetapan
standar lingkungan, AMDAL dokumen analisis terhadap dampak yang
ditimbulkan dan Audit lingkungan sebagai proses manajemen dan evaluasi
lingkungan.
55
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
AMDAL merupakan kajian mengenai dampak besar dan penting suatu
usaha dan kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan
bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha atau kegiatan.
Bentuk dari kajian AMDAL berupa dokumen AMDAL yang di bagi menjadi 5
bagian yaitu Dokumen Kerangka Acuan Analisi Dampak Lingkungan Hidup
( KAANDAL ), Dokumen Analisi Dampak Lingkungan Hidup ( ANDAL ),
Dokumen Rencana Pengolahan Lingkungan Hidup ( RKL ), Dokumen Rencana
Pemantauan Lingkungan Hidup ( RPL ), dan Dokumen Ringkasan Eksekutif.
Kerangka acuan (KA) ialah uraian tugas yang harus dilaksanakan dalam
studi ANDAL atau merupakan ruang lingkup kajian analisis dampak lingkungan.
Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) merupakan rencana tindak lanjut untuk
mengelola dampak penting yang ditimbulkan oleh aktivitas proyek, sedangkan
Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) merupakan piranti untuk memantau
hasil pengelolaan lingkungan tersebut.
Hubungan antara AMDAL, Audit lingkungan dan ISO 14000 dalam
lingkungan mempunyai ketekaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain
secara sinergis. AMDAL sebagai bagian dari studi kelayakan untuk bidang
lingkungan hidup, yang merupakan alat untuk memprakirakan dan mengelola
dampak yang terjadi. Audit Lingkungan melaksanakan kegiatan evaluasi
sistematik, obyektif atas dampak aktivitas operasi perusahaan terhadap
lingkungannya dan ISO 14000 yang merupakan standar internasional tentang
sistem manajemen lingkungan secara umum.
56
B. Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat
banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki
makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang
membangun dari para pembaca.
57
DAFTAR PUSTAKA
Damayanti , Cholifah. 2018. Identifikasi Kriteria Amdal Dalam Pembangunan Bandar Antariksa
di Indonesia : Perspektif Yuridis
Herry P, Chandra. Analisa Sistem Manajemen Lingkungan (ISO 14000) dan Kemungkinan
Implementasi Oleh para Kontraktor Kelas di Surabaya, Dimensi Teknik Sipil, Vol. 4,
No. 2
Martini,dkk.Analisis Korelasi Antara, AMDAL, Audit Lingkungan, ISO dengan Citra Perusahaan.
Jakarta:Universitas Luhur
Nizlawati ms. Kono,. 2015. Pengendalian Kerusakan Lingkungan Atas Perizinan Migas Di Kabupaten
Banggai Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup,. jurnal ilmu hukum legal opinion edisi 3, volume 3
Prijandaru, Effendi. 2013. RKL-RPL Kegiatan Pengusahaan Panas Bumi untuk PLTP Muara Laboh
250 MW, Muara Labuh : PT Supreme Energy Muara Laboh
Purnama, Danang 2010 ,Modul Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Banten : Universitas
Terbuka
P.,Wahyu, Manuhara,Audit Lingkungan:Pengungkapan Isu Lingkungan dalam Laporan Keuangan
Auditan, Jurnal Akuntansi & Investasi Vol. 1 No. 2
Rilyani, Ade Irma Dkk. 2018. Aplikasi Pelaporan dan Monitoring Data Limbah Bahan Berbahaya
Dan Beracun Pada Tempat Penyimpanan Sementara Berbasis Web di PT. PLN (Persero)
Sector Pengendalian Pembangkitan Bandar Lampung, Lampung : Politeknik Negeri
Lampung, Vol. 3, No. 2
Soemarwoto, Otto. 2014. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Yoyakarta : Universitas Gadjah
Mada Press
58