Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PERHITUNGAN

INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP

ACEH
TAHUN 2017

DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN


(DLHK) ACEH
2017
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aceh

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pengukuran kualitas lingkungan yang dilakukan selama ini berbentuk parsial
yaitu berdasarkan media yang meliputi air, udara, dan lahan sehingga sulit untuk
menilai kondisi lingkungan hidup di suatu wilayah bertambah baik atau
sebaliknya. Salah satu cara untuk mereduksi banyak data dan informasi adalah
dengan menggunakan indeks. Studi-studi tentang indeks lingkungan telah
banyak dilakukan terutama oleh perguruan tinggi di luar negeri, seperti Yale
University dan Columbia University. Studi tersebut menghasilkan Environmental
Sustainability Index (ESI), dan Virginia Commonwealth University yang
menghasilkan Environmental Quality Index (EQI). Salah satu studi yang menarik
adalah yang dipublikasikan pada tahun 2008 oleh Yale University dan Columbia
University yang berkolaborasi dengan World Economic Forum dan Joint
Research Center of the European Commission. Studi tersebut menghasilkan
indeks yang disebut sebagai Environmental Performance Index (EPI), dan
berdasarkan indeks tersebut Indonesia menempati urutan ke 102 dari 149
negara dengan nilai 66,2.

Di Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) telah mengembangkan Indeks Kualitas


Lingkungan (IKL) untuk 30 ibukota provinsi sejak tahun 2007. Disamping itu,
Kementerian Lingkungan Hidup bekerjasama dengan Dannish International
Development Agency (DANIDA) juga telah mengembangkan Indeks kualitas
lingkungan hidup berbasis provinsi pada tahun 2009. Pada dasarnya Indeks ini
merupakan modifikasi dari EPI (Environmental Performance Index) yang
merupakan gambaran atau indikasi awal yang memberikan kesimpulan cepat
dari suatu kondisi lingkungan hidup pada lingkup dan periode tertentu. Indeks
dapat menjadi angka atau titik referensi kualitas lingkungan yang menyatakan
kualitas lingkungan tersebut baik atau buruk atau pada kisaran diantaranya.
Dalam konteks ini, indeks bermakna sebagai sarana pembanding atau
komparasi, dimana suatu subjek relatif terhadap subjek lainnya. Indeks kualitas

1
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Aceh Tahun 2017
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aceh

lingkungan hidup pada dasarnya memiliki 2 (dua) fungsi utama, yaitu : (1)
Mendukung pembuatan kebijakan atau pengambilan keputusan, (2)
Mempermudah komunikasi dengan publik.

IKLH sebagai suatu indikator awal mungkin sudah dapat dijadikan sebagai alat
ukuran perkembangan kualitas lingkungan di Indonesia, namun indeks ini
memerlukan penyempurnaan lebih jauh agar sejalan dengan prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan. Penyempurnaan bukan saja pada aspek
metodologi namun juga pada aspek kriteria dan ukuran yang lebih komprehensif
dan konsisten dengan prinsip pembangunan berkelanjutan atau prinsip-prinsip
ekonomi hijau.

Dalam fungsinya sebagai pendukung kebijakan, indeks ini dapat membantu


dalam menentukan skala prioritas baik dipandang dari aspek isu atau tema
maupun lokus untuk pelaksanaan aksi. Prioritas tersebut disesuaikan dengan
derajat permasalahannya yang diindikasikan dengan angka indeks. Indeks
kualitas lingkungan hidup juga dapat dimanfaatkan untuk mengukur keberhasilan
program-program pengelolaan lingkungan. Fungsi kedua dari indeks sebagai
"bahasa" komunikasi untuk publik yang sangat penting. Melalui indeks, semua
pihak memiliki ukuran yang sama sehingga dapat dilihat tingkat pencapaian, baik
untuk kecenderungannya berhasil atau sebaliknya.

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah antara lain


mengamanatkan bahwa urusan lingkungan hidup merupakan salah satu urusan
yang diserahkan kepada daerah. Adanya indeks kualitas lingkungan, terutama
yang berbasis daerah, diharapkan Penyusunan indeks kualitas lingkungan hidup
juga terkait erat dengan sasaran pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan
dalam perencanaan pembangunan dapat menjadi masukan bagi para pengambil
keputusan baik di tingkat pusat maupun daerah untuk menentukan arah
kebijakan pengelolaan lingkungan di masa depan.

Sehubungan dengan hal tersebut, diperlukan perhitungan Indeks Kualitas


Lingkungan yang berkelanjutan dan series setiap tahunnya. Melalui data yang
tersedia maka dilakukan perhitungan sederhana Indeks Kualitas Lingkungan
Hidup di Provinsi Aceh. Sebenarnya telah ada Indeks Kualitas Lingkungan Hidup
versi baru (IKLH baru) yang menggabungkan keseluruhan jenis indeks kualitas
lingkungan dari semua matra yang mencakup udara, air, hutan, flora, dan fauna,

2
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Aceh Tahun 2017
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aceh

kesehatan masyarakat, dan kesehatan lingkungan. Namun karena ketersediaan


data yang sangat terbatas maka kerangka IKLH yang diadopsi Indeks Kualitas
Lingkungan Hidup Aceh adalah yang dikembangkan oleh Virginia
Commonwealth University (VCU), BPS dan KLH dengan menggunakan kualitas
air sungai, kualitas udara, dan tutupan hutan sebagai indikator. Adapun
pembobotan untuk setiap indikator terdiri dari 30 % untuk pencemaran air, 30 %
untuk pencemaran udara, dan 40 % untuk tutupan hutan.

1.2. Tujuan
Tujuan penyusunan indeks kualitas lingkungan hidup (IKLH) adalah:

1. Memberikan informasi kepada para pengambil keputusan di tingkat pusat


dan Pemerintah Aceh tentang kondisi lingkungan di Aceh sebagai bahan
evaluasi kebijakan pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan.

2. Sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada publik tentang pencapaian


target program-program pemerintah Aceh di bidang pengelolaan lingkungan
hidup.

1.3. Ruang Lingkup


Kerangka Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) yang digunakan pada
perhitungan Indek Kualitas lingkungan Aceh tahun 2013 mengadopsi kerangka
yang digunakan KLH yang dikembangkan oleh Virginia Commonwealth
University (VCU) dan BPS dengan menggunakan kualitas air sungai, kualitas
udara, dan tutupan hutan sebagai indikator. Karena keterbatasan data, kualitas
lingkungan di wilayah pesisir dan laut serta kondisi keanekaragaman hayati tidak
dimasukkan dalam perhitungan IKLH.

Sebagai pembanding atau target untuk setiap indikator adalah standar atau
ketentuan yang berlaku berdasarkan peraturan perundangan yang dikeluarkan
oleh pemerintah, seperti ketentuan tentang baku mutu air dan baku mutu udara
ambien.

3
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Aceh Tahun 2017
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aceh

BAB II
INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP ACEH

Kualitas Lingkungan Hidup saat ini dapat diukur secara kuantitatif dengan
menggunakan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) yang diadopsi dari
beberapa sumber diantaranya Environmental Performance Index (EPI) yang
dikembangkan oleh sebuah pusat studi di Yale University. Tiga indikator yang
menjadi dasar penilaian IKLH di Indonesia saat ini mencakup aspek udara, air
sungai dan tutupan hutan. Sebenarnya Indeks Kualitas Lingkungan Hidup versi
baru (IKLH baru) merupakan istilah baru yang menggabungkan keseluruhan
jenis indeks kualitas lingkungan dari semua matra yang mencakup udara, air,
hutan, flora dan fauna, kesehatan masyarakat, dan kesehatan lingkungan. IKLH
versi baru ini dikembangkan dengan cara menggabungkan semua komponen
indeks yang mencakup Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU), Indeks Kualitas
Air (IKA), Indeks Tutupan Hutan (ITH), Indeks Keanekaragaman Hayati (IKH),
Indeks Kesehatan Masyarakat (IKM), dan Indeks Kesehatan Lingkungan(IKL).

Kedudukan IKLH baru akan sangat penting karena mempunyai potensi besar
sebagai dasar kuat dalam rangka implementasi Instrumen Analisis Risiko
Lingkungan. Bila IKLH baru dapat diterima secara luas dan diterapkan dengan
benar maka akan dapat memberi sumbangan penting dalam rangka pengkajian
risiko lingkungan dan pengelolaan risiko lingkungan karena IKLH baru
mengandung hasil penilaian aktual pada semua besaran penting aspek
lingkungan hidup. Akan tetapi penghitungan IKLH Aceh mengacu pada konsep
IKLH yang dikembangkan oleh BPS, hanya mengambil tiga indikator kualitas
lingkungan yaitu kualitas air sungai, kualitas udara, dan tutupan hutan.

2.1. Indeks Kualitas Air


Air merupakan salah satu sumber kehidupan, maka dari itu kualitas air tersebut
wajib dijaga demi keberlangsungan kehidupan makhluk hidup. Secara umum,
sumber air yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dapat dikatagorikan atas 2
kelompok, yakni:

4
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Aceh Tahun 2017
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aceh

a. Sumber air permukaan, yang dapat diperoleh dari sungai, danau,


embung, telaga dan tidak termasuk air laut. Air tersebut dimanfaatkan
untuk kebutuhan sehari-hari seperti air minum, MCK, perairan sawah dan
perikanan;
b. Sumber air tanah, dimanfaatkan melalui proses penggalian atau
pengeboran. Pemanfatan air ini biasanya hanya untuk keperluan rumah
tangga dan industri.

Sumber-sumber air tersebut tentunya wajib dijaga kualitasnya, termasuk juga


kualitas air sungai dan mempertimbangkan daya tampung dan daya dukung
sungai-sungai tersebut. Pembangunan yang semakin pesat di berbagai daerah
mendorong banyaknya penggunaan lahan disepanjang sungai. Hal ini bisa dilihat
lahan disepanjang sungai, terutama sungai-sungai yang melintasi daerah
perkotaan, yang berubah fungsi terutama menjadi pemukiman dan kegiatan
industri baik skala kecil maupun besar. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan
rusaknya kualitas air sungai yang mengalir sepanjang sungai tersebut.

Maka dari itu diperlukan sebuah konsep dan metode untuk mengetahui tingkat
kualitas air sungai tersebut. Salah satu caranya adalah dengan menghitung
kualitas air sungai dengan cara menghitung Indeks Pencemaran Air (IPA).
Kualitas air sungai merupakan salah satu parameter perhitungan Indeks Kualitas
Lingkungan Hidup (IKLH) (KLHRI, hal. 7, 2013). Perhitungan Indeks Pencemaran
Air (IPA) dilakukan berdasarkan keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air dimana
pedoman ini juga mengatur tatacara perhitungan IPA.

Daerah Aceh juga dilingkupi oleh 119 pulau, 35 gunung dan 73 sungai penting
(BPS, hal. 4, 2010). Berdasarkan data dari Dinas Pengairan Aceh (2013), Aceh
memiliki paling sedikit 638 sungai yang tersebar di pelosok daerah dengan
panjang maksimum 235 km dan panjang minimum 2 km dengan debit maksimum
968,54 m3 / detik dan debit minimum 0,01 m3/detik. Sebanyak 45 sungai
merupakan sungai yang melintasi kabupaten dan kota di Aceh. Selain itu,
terindikasi di sepanjang aliran sungai telah banyak didirikan bangunan dan
berbagai jenis usaha industri. Hal ini tentunya bisa membuat kualitas air sungai
tersebut menjadi menurun. Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK)
Aceh dan Institusi Lingkungan Hidup di Kab/Kota di Provinsi Aceh, selaku salah
satu ujung tombak pengelola lingkungan di provinsi Aceh, telah melakukan

5
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Aceh Tahun 2017
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aceh

beberapa kali IPA di beberapa buah sungai di provinsi Aceh. Khusus DLHK
Aceh, tahun 2016, pelayanan informasi status mutu air dilakukan melalui
kegiatan pemantauan kualitas air sungai dengan sumber dana APBA. DLHK
Aceh tidak mengambil pada semua sungai di Aceh namun hanya pada sungai-
sungai yang terindikasi tercemar saja. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk
mendapatkan data sumber pencemaran air di daerah serta mengevaluasi
penaatan terhadap standar baku mutu sesuai dengan ketentuan dalam
peraturan. Perhitungan Indeks Pencemaran Air (IPA) di provinsi Aceh tidak
dilakukan oleh 23 kabupaten/kota di Aceh, namun hanya dilakukan di 10
(sepuluh) kabupaten/kota yakni Kabupaten Aceh Timur, Aceh Tengah,
Kabupaten Aceh Barat, Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Pidie, Kabupaten
Bireun, Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Aceh Tamiang, Kabupaten Aceh Jaya
dan Kota Sabang (lihat table 2.1).

Table 2.1. Indeks Kualitas Air Sungai Aceh


No Kab/Kota Indeks Air Status
1 Kab. Simeuleu - -
2 Kab. Aceh Singkil - -
3 Kab. Aceh Selatan - -
4 Kab. Aceh Tenggara - -
5 Kab. Aceh Timur 68.00 Cukup
6 Kab. Aceh Tengah 61.67 Kurang
7 Kab. Aceh Barat 65.00 Kurang
8 Kab. Aceh Besar 70.00 Cukup
9 Kab. Pidie 68.00 Cukup
10 Kab. Bireuen 70.00 Cukup
11 Kab. Aceh Utara 68.00 Cukup
12 Kab. Aceh Barat Daya - -
13 Kab. Gayo Lues - -
14 Kab. Aceh Tamiang 67.71 Cukup
15 Kab. Nagan Raya - -
16 Kab. Aceh Jaya 70.00 Cukup
17 Kab. Bener Meriah - -
18 Kab. Pidie Jaya - -
19 Kota Banda Aceh - -
20 Kota Sabang 70.00 Cukup
21 Kota Langsa - -
22 Kota Lhokseumawe - -
23 Kota Subulussalam - -
Indeks Kualitas Air
67.84 Cukup
Provinsi Aceh

6
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Aceh Tahun 2017
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aceh

Berdasarkan table di atas, dapat diketahui bahwa indeks kualitas air Aceh senilai
67,84 yang artinya berada dalam kondisi ‘cukup’.

2.2. Indeks Kualitas Udara Aceh

Udara merupakan campuran berbagai macam komponen gas nitrogen 78% dan
oksigen 21% serta karbondioksida 0,035%. Udara yang mempunyai kandungan
tersebut tergolong dalam udara bersih. Sementara udara yang tercemar
mempunyai kadar bahan pencemar baik dalam bentuk gas maupun padat
melebihi yang terdapat di lingkungan alam.

Kualitas udara ambient di Provinsi Aceh sangat dipengaruhi oleh kegiatan


transportasi. Sumber pencemaran udara perkotaan berasal dari sumber bergerak
yang sangat dipengaruhi oleh kandungan bahan bakar dan pembakaran mesin.
Polutan yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor berupa senyawa CO,
HC,SO2,NO2 dan partikulat. Hal ini dikarenakan peningkatan jumlah kendaraan
bermotor baik roda 2 maupun roda 4 di Aceh. Meningkatnya jumlah kendaraan
bermotor dalam wilayah provinsi Aceh menyebabkan meningkatnya pencemaran
udara yang bersumber dari kendaraan bermotor yang memicu gangguan
kesehatan manusia.

Dalam rangka pengendalian pencemaran udara, Pemerintah Aceh melakukan


Pemantauan kualitas udara yaitu pemantauan kualitas udara ambien yang
mengacu pada PP RI 41 tahun 1999. Tahun 2013, Pemantauan ini dilakukan di
15 kota dalam wilayah provinsi Aceh. Data kualitas udara didapatkan dari
pemantauan di 10 (sepuluh) kabupaten/kota dengan menggunakan metode
pengujian langsung di lapangan dengan frekwensi pemantauan 1 kali dalam
setahun dan passive sampler dengan frekwensi pemantauan 3 kali setahun.
Lokus pemantauan dengan menggunakan metode pengujian langsung
dilapangan adalah khusus untuk roadside sedangkan metode passive sampler
meliputi roadside, kawasan industri, pemukiman dan perkantoran. Lokasi
pemantauan yang dipilih adalah daerah perkotaan yang tingkat aktifitasnya
tinggi. Data hasil pemantauan tersebut adalah sebagai berikut:

7
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Aceh Tahun 2017
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aceh

Tabel 2.2. Data kualitas udara di 15 kota


REFERENC Index
NO2 SO2 INDEX EU
E EU Udara Index
N Rerata Rerata (Index Udara
Kab/Kota
o NO2 SO2 SO Annual 2017
A B C1 C2 A B C1 C2 NO2 NO2 SO2 model IKLH
2
EU-Ieu)

1 Banda Aceh 12.95 8.45 6.70 7.70 11.75 9.48 5.07 8.23 8.95 8.63 40 20 0.22 0.43 0.33 87.35
2 Kab. Pidie 19.50 15.40 4.10 5.65 3.78 5.30 4.82 2.56 11.16 4.11 40 20 0.28 0.21 0.24 92.09
3 Kab. Pidie Jaya 9.00 25.60 8.95 2.40 8.82 8.07 3.03 3.61 11.49 5.88 40 20 0.29 0.29 0.29 89.41
4 Kab. Bireuen 29.30 4.70 8.80 11.50 25.28 10.69 7.44 2.56 13.58 11.49 40 20 0.34 0.57 0.46 80.17
5 Kota Lhokseumawe 11.55 7.00 8.15 0.00 4.35 8.91 19.05 0.00 6.68 8.08 40 20 0.17 0.40 0.29 89.70
6 Kab. Aceh Timur 11.05 9.65 7.65 4.85 5.47 7.28 3.40 4.79 8.30 5.23 40 20 0.21 0.26 0.23 92.52
7 Kota Langsa 4.80 2.75 11.15 10.00 5.13 2.75 2.57 10.51 7.18 5.24 40 20 0.18 0.26 0.22 93.30
8 Kab. Aceh Tamiang 1.56 9.35 3.40 8.75 6.82 15.48 2.56 2.56 5.77 6.85 40 20 0.14 0.34 0.24 92.03
9 Kab. Bener Meriah 9.05 14.70 7.50 6.40 2.76 9.29 8.12 2.80 9.41 5.74 40 20 0.24 0.29 0.26 91.04

10 Kab. Aceh Tengah 8.25 9.90 14.90 11.02 17.93 5.46 12.75 5.20 11.02 10.33 40 20 0.28 0.52 0.40 83.55
11 Kab. Aceh Besar 11.68 0.69 3.88 2.50 2.96 4.42 3.09 3.79 4.68 3.56 40 20 0.12 0.18 0.15 97.35

12 Kab. Aceh Selatan 6.70 3.64 2.95 9.35 18.61 2.68 15.58 5.38 5.66 10.56 40 20 0.14 0.53 0.33 86.96
13 Kab. Nagan Raya 11.30 2.30 2.35 1.70 10.92 8.22 3.10 11.05 4.41 8.32 40 20 0.11 0.42 0.26 90.93
14 Kab. Aceh Jaya 3.95 3.45 2.40 10.36 2.64 2.57 29.60 13.37 5.04 12.04 40 20 0.13 0.60 0.36 85.33
15 Kab. Aceh Barat 2.60 13.00 8.60 11.80 2.56 2.79 8.33 4.22 9.00 4.48 40 20 0.23 0.22 0.22 93.09
16 Kab. Aceh Barat Daya 5.73 0.71 3.50 0.50 19.97 2.46 3.06 5.37 2.61 7.71 40 20 0.07 0.39 0.23 93.03
17 Kota Subulussalam 9.70 1.40 2.50 1.75 2.58 10.53 15.60 8.86 3.84 9.39 40 20 0.10 0.47 0.28 89.85
20.0
rerata 7.57 7.51 40.00 0 0.19 0.38 0.28 89.87

8
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Aceh Tahun 2017
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aceh

Merujuk pada table 2.2. diatas, maka hasil dari pemantauan kualitas udara di
Aceh menunjukkan bahwa kualitas udara di Aceh sebesar 89.87 atau dengan
kata lain berada dalam kondisi ‘sangat baik’.

2.3. Indeks Kualitas Tutupan Hutan Aceh

Provinsi Aceh memiliki kawasan hutan alam terbesar yang tersisa di pulau
Sumatra. Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.865/Menhut-
II/2014 tentang Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan Provinsi Aceh bahwa
kawasan hutan dan konservasi perairan Aceh seluas ± 3.557.916 Ha meliputi
Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA); Kawasan
Hutan Lindung (HL); Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT); Kawasan Hutan
Produksi Tetap (HP) dan Kawasan Hutan produksi yang dapat dikonversi (HPK).
Adapun indeks kualitas tutupan hutan di Aceh dapat di lihat pada table 2.3.
Tabel tersebut menunjukkan bahwa nilai indeks Tutupan Hutan di Aceh adalah
65,18 atau berada dalam kondisi ‘kurang’.

Tabel 2.3. Data Kualitas Tutupan Hutan di Aceh


No Kab/Kota Indeks
1 Kab. Simeuleu 52.72
2 Kab. Aceh Singkil 131.36
3 Kab. Aceh Selatan 89.86
4 Kab. Aceh Tenggara 95.20
5 Kab. Aceh Timur 55.07
6 Kab. Aceh Tengah 88.78
7 Kab. Aceh Barat 50.18
8 Kab. Aceh Besar 68.67
9 Kab. Pidie 80.18
10 Kab. Bireuen 48.46
11 Kab. Aceh Utara 25.87
12 Kab. Aceh Barat Daya 94.97
13 Kab. Gayo Lues 93.03
14 Kab. Aceh Tamiang 54.76
15 Kab. Nagan Raya 57.34
16 Kab. Aceh Jaya 76.60
17 Kab. Bener Meriah 89.85
18 Kab. Pidie Jaya 60.92
19 Kota Banda Aceh 15.70
20 Kota Sabang 74.34
21 Kota Langsa 39.41
22 Kota Lhokseumawe 15.70
23 Kota Subulussalam 40.15
Indeks Tutupan Hutan Aceh 65.18

9
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Aceh Tahun 2017
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aceh

Sejalan dengan proses pembangunan, perubahan tutupan hutan menunjukkan


suatu proses transisi yang menggambarkan dinamika perubahan tutupan hutan
dalam jangka panjang. Berbagai literatur terkait dengan teori transisi hutan
menggunakan pendekatan spasial pada satu titik waktu tertentu (cross section
approach). Sementara itu proses transisi hutan juga sangat tergantung pada
waktu (Rudel et al., 2010).

2.4. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Aceh

Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) merupakan indikator awal yang


dijadikan sebagai alat ukur perkembangan kualitas lingkungan hidup. Indeks ini
merupakan modifikasi dari EPI (Environmental Performance Index) yang
merupakan gambaran atau indikasi awal yang memberikan kesimpulan cepat
dari suatu kondisi lingkungan hidup pada lingkup dan periode tertentu.

Penyusunan indeks kualitas lingkungan hidup terkait erat dengan kebutuhan


sasaran pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan dalam Rencana
Pembangunan Nasional sesuai dengan Peraturan Presiden No. 43 Tahun 2014,
Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2015 yang memuat sasaran dan arah
kebijakan yang terkait dengan Isu Strategis 25 berupa Peningkatan
Keekonomian Keanekaragaman Hayati dan Kualitas Lingkungan Hidup. Pada
Tahun 2017 ditargetkan angka sebesar 66,5 (dari nilai maksimum 100). Selain itu
dalam Rancangan Teknokratik Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2015-2019, IKLH juga menjadi ukuran utama untuk Sasaran
Pokok Pembangunan Nasional RPJMN 2015-2019.

Peraturan Presiden (Perpres ) No. 43 Tahun 2014 tentang Rencana Kerja


Pemerintah 2015 mensyaratkan bahwa IKLH harus meningkat ke angka 64,50.
Sementara Peraturan Presiden No. 2 Tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM) 2015-2019 tentang
perbaikan kualitas lingkungan hidup menetapkan target kualitas lingkungan hidup
berada pada posisi 66,5-68,5 pada tahun 2019. Untuk mencapai target ini, tentu
diperlukan aksi nyata dari semua pemangku kepentingan dalam upaya
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Tujuan penyusunan IKLH:
- Memberikan informasi kepada para pengambil keputusan di tingkat pusat
dan Pemerintah Aceh tentang kondisi lingkungan di Aceh sebagai bahan

10
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Aceh Tahun 2017
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aceh

evaluasi kebijakan pembangunan bekelanjutan dan berwawasan


lingkungan, dan
- Sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada publik tentang pencapaian
target program-program Pemerintah Aceh di bidang pengelolaan
lingkungan hidup.

Adapun hasil dari penghitungan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Aceh
ditunjukkan pada table 2.4. sebagai berikut:

Tabel 2.4. Data Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Aceh


Indeks
No Kab/Kota Indeks Udara Indeks Air Tutupan IKLH
Hutan
1 Kab. Simeuleu - - 52.72 52.72
2 Kab. Aceh Singkil - - 131.36 131.36
3 Kab. Aceh Selatan 86.96 - 89.86 88.41
4 Kab. Aceh Tenggara - - 95.20 95.20
5 Kab. Aceh Timur 92.52 68.00 55.07 71.86
6 Kab. Aceh Tengah 83.55 61.67 88.78 78.00
7 Kab. Aceh Barat 93.09 65.00 50.18 69.42
8 Kab. Aceh Besar 97.35 70.00 68.67 78.67
9 Kab. Pidie 92.09 68.00 80.18 80.09
10 Kab. Bireuen 80.17 70.00 48.46 66.21
11 Kab. Aceh Utara - 68.00 25.87 46.94
12 Kab. Aceh Barat Daya 93.03 - 94.97 94.00
13 Kab. Gayo Lues - - 93.03 93.03
14 Kab. Aceh Tamiang 92.03 67.71 54.76 71.50
15 Kab. Nagan Raya 90.93 - 57.34 74.13
16 Kab. Aceh Jaya 85.33 70.00 76.60 77.31
17 Kab. Bener Meriah 91.04 - 89.85 90.45
18 Kab. Pidie Jaya 89.41 - 60.92 75.17
19 Kota Banda Aceh 87.35 - 15.70 51.53
20 Kota Sabang - 70.00 74.34 72.17
21 Kota Langsa 93.30 - 39.41 66.35
22 Kota Lhokseumawe 89.70 - 15.70 52.70
23 Kota Subulussalam 89.85 - 40.15 65.00
Indeks Provinsi Aceh 89.87 67.84 65.18 73.38

Berdasarkan tabl diatas, Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Aceh adalah
sebesar 73.38 atau berada dalam kondisi ‘cukup’.

11
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Aceh Tahun 2017
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aceh

2.5. Perbandingan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup


(IKLH) Aceh Tahun 2016 dan Tahun 2017

Perbandingan IKLH Aceh tahun 2016 dan 2017 dapat dilihat pada table 2.5.
untuk indeks kualitas air terdapat kenaikan yang cukup siginifikan baik dari segi
nilai maupun status. Untuk indeks kualitas udara juga mengalami kenaikan
walaupun status indeksnya tidak berubah. Untuk Indeks Kualitas Tutupan Lahan
mengalami kenaikan yang paling tinggi sehingga statusnya juga mengalami
peningkatan dari ‘sangat kurang’ menjadi ‘kurang’. Sementara secara
keseluruhan, IKLH Aceh mengalami kenaikan yang cukup signifikan dari 65.08
menjadi 73.38 dan menaikkan status IKLH Aceh dari ‘kurang’ menjadi ‘cukup’.

Tabel 2.5. Data Perbandingan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH)


Aceh Tahun 2016 dan 2017
2016 Status 2017 Status

Indeks Kualitas Lingkungan Hidup


(IKLH) 65,08 Kurang 73,38 Cukup

Indeks air
55,02 Sangat Kurang 67,84 Cukup
Indeks udara Sangat
86,26 Sangat Baik 89,87
Baik
Indeks kualitas tutupan lahan (Indeks
Tutupan Hutan/ITH) 56,75 Sangat Kurang 65,18 Kurang

12
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Aceh Tahun 2017
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aceh

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan

Indeks Kualitas Lingkungan hidup (IKLH) Aceh tahun 2017 memiliki angka
sebesar 73,38. Hal ini menyimpulkan bahwa status lingkungan hidup Aceh pada
Tahun 2017 berada dalam posisi cukup. Kondisi ini memiliki makna bahwa
lingkungan hidup di provinsi Aceh masih belum memenuhi kriteria lingkungan
yang baik dan sehat sebagaimana diharapkan dalam UUD 1945 pasal 28 H
ayat(1). Akan tetapi kemungkinan nilai IKLH ini belum mewakili IKLH aceh secara
keseluruhan, karena pemantauan dilakukan pada kabupaten/kota yang memiliki
aktivitas tinggi dan pemantauan air sungai dilakukan terhadap sungai-sungai
yang memiliki potensi pencemaran.

Apabila dilihat per medianya, Nilai Indeks per Mutu Air di provinsi Aceh
mencapai 67.84 atau dengan kata lain berada pada posisi yang ‘cukup’,
sedangkan dari hasil perhitungan Indeks Udara Aceh menunjukkan angka 89.87
yang berarti bahwa kualitas udara di Aceh berada diatas indek udara nasional
dan termasuk dalam kategori sangat baik. Untuk Index tutupan Hutan Aceh yang
berada di dalam kawasan hutan pada Tahun 2017 mengalami peningkatan dari
tahun sebelumnya.

Angka IKLH Aceh tersebut merupakan angka indikatif yang mungkin masih
menjadi perdebatan dikarenakan keterbatasan data yang kita miliki, namun IKLH
ini dapat menjadi acuan yang memberikan gambaran umum dan membantu
dalam proses pengambilan kebijakan. Tentu saja diperlukan pengkajian yang
lebih mendalam guna memperoleh pendekatan hasil kondisi sebenarnya yang
mendekati kondisi lapangan.

13
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Aceh Tahun 2017
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aceh

3.2. Rekomendasi

Penyempurnaan IKLH merupakan upaya yang berkelanjutan dan diharapkan


tetap terus dilakukan. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan sebagai berikut :
a. IKLH perlu dikembangkan sebagai salah satu alat pendukung pembuatan
kebijakan, sesuai dengan konsep yang holistik dan menyeluruh dimana
kebutuhan dan ketersediaan data turut mengikuti konsep tersebut
sehingga diharapkan ditemukan suatu konsep yang sangat mendekati
kondisi lapangan.
b. Pembenahan dan penyempuranaan kesahihan dan keakuratan sumber
data, terutama memastikan kualitas data mulai dari kegiatan
pengumpulan data melalui kegiatan pemantauan, sehingga dapat
ditelusuri (Traceable) setiap angka indikatifnya dan dapat ditemukan
sumber permasalahannya.
c. Metode Perhitungan IKLH mesti terus dibenahi, termasuk memperkuat uji
statistik dan menentukan parameter kunci, didukung oleh data
komprehensif namun disajikan secara sederhanadan dapat dipahami oleh
pemangku kepentingan (Back-end Koprehensif – front end sederhana).
d. Ditinjau dari sisi anggaran yang merupakan rasio perbandingan fungsi
lingkungan hidup dan APBD total kabupaten/kota, institusi lingkungan
hidup kabupaten/kota di Aceh belum mendapatkan jumlah yang
proporsional bahkan sangat kecil apabila dibandingkan dengan
permasalahan lingkungan yang semakin meningkat, sehingga
diharapkan kedepan anggaran untuk lingkungan hidup kabupaten/kota di
Aceh dapat ditingkatkan guna menunjang ketersediaan dan keakuratan
data yang dibutuhkan dalam penyusunan IKLH Aceh.

14
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Aceh Tahun 2017
Penjelasan Indikator Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Aceh

A. RUMUS DAN KETERANGAN IKLH ACEH

Tabel 1. Indikator IKLH Aceh


Pogram Prioritas Indikator Kinerja Rumus Perhitungan Penanggung
No. Penjelasan Sumber Data
Pembangunan Utama (IKU) Jawab
1 2 3 4 5 6 7
1. Program Perlindungan dan 1. Meningkatnya Lihat Point B - RPJMA; Bidang Tata
Pengelolaan Lingkungan Hidup indeks kualitas - Renstra; Lingkungan;
Air; - Hasil Bidang PKL
Pemantauan
Lapangan yang
dilakukan oleh
Bapedal Aceh
yang bersumber
dari dana APBA
dan APBN;
- Status
Lingkungan
Hidup Daerah
(SLHD) Aceh yang
berisikan data
dari Kab/Kota se
Aceh

1
2. Meningkatnya Lihat Point B - RPJMA;
indeks kualitas - Renstra;
Udara - Hasil Bidang Tata
Pemantauan Lingkungan;
Passive Sampler Bidang PKL
yang berada di
Kab/Kota di Aceh

3. Meningkatnya Lihat Point B - Renstra


Luas Area yang . - Statistik
Dikonservasi Kehutanan Aceh

B. PENJELASAN MASING-MASING INDEKS

1. Penjelasan Indeks Kualitas Air


Perhitungan indeks untuk indikator kualitas air sungai dilakukan berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003
tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air. Dalam pedoman tersebut dijelaskan antara lain mengenai penentuan status mutu air dengan metoda
indeks pencemaran (Pollution Index – PI). PIj adalah indeks pencemaran bagi peruntukan j yang merupakan fungsi dari Ci/Lij, dimana Ci menyatakan
konsentrasi parameter kualitas air I dan Lij menyatakan konsentrasi parameter kualitas air i yang dicantumkan dalambaku peruntukan air j . Dalam hal
ini peruntukkan yang akan digunakan adalah klasifikasi mutu air kelas II berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

2
dimana:
(Ci/Lij)M adalah nilai maksimum dari Ci/Lij
(Ci/Lij)R adalah nilai rata-rata dari Ci/Lij
Evaluasi terhadap PIj adalah sebagai berikut :
1. Memenuhi baku mutu atau kondisi baik, jika 0 < PIj ≤ 1
2. Tercemar Ringan, jika 1 < PIj ≤ 5,0
3. Tercemar Sedang, jika 5 < PIj ≤ 10
4. Tercemar Berat, jika PIj > 10

Pada prinsipnya nilai PIj > 1 mempunyai arti bahwa air sungai tersebut tidak memenuhi baku peruntukan air j, dalam hal ini mutu air kelas II.
Penghitungan indeks kualitas air dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Setiap lokasi dan waktu pemantauan kualitas air sungai dianggap sebagai satu sampel;
2. Hitung indeks pencemaran setiap sampel untuk parameter TSS, DO, BOD, COD, Total Phosphat, E. Coli dan Total Coliform;
3. Melakukan normalisasi dari rentang nilai 0% - 100% (terbaik -terburuk) jumlah sampel dengan nilai PIj > 1, menjadi nilai indeks dalam skala 0 – 100
(terburuk –terbaik)
Setiap provinsi/Kab/Kota diwakili oleh satu sungai yang dipilih berdasarkan kriteria sebagai berikut:
1. Sungai tersebut lintas provinsi/Kab/Kota, atau
2. Sungai prioritas untuk dikendalikan pencemarannya.

3
Pemantauan setiap sungai paling sedikit dilakukan empat kali setahun pada tiga lokasi sehingga setidaknya ada 12 sampel (data) kualitas air sungai
setiap tahunnya.

2. Penjelasan Indeks Kualitas Udara


Data kualitas udara didapatkan dari pemantauan di kabupaten/kota dengan menggunakanmetoda passive sampler. Pemantauan dilakukan empat kali
per tahun dilokasi-lokasi yang mewakili daerah permukiman, industri, dan padat lalu lintas kendaraan bermotor dan parameter yang diukur adalah SO2
dan NO2. Selanjutnya nilai konsentrasi rata Perhitungan nilai indeks pencemaran udara (IPU) dilakukan dengan formula sebagai berikut:

dimana :
IPU = Indeks pencemaran udara
IPNO2 = Indeks pencemar NO2
IPSO2 = Indeks pencemar SO2
Perhitungan indeks kualitas udara model EU adalah membandingkan nilai rata-rata tahunan terhadap standar EU Directives, apabila angkanya melebihi
1 (satu) maka berarti melebihi standar EU, begitu pula sebaliknya apabila sama dan dibawah 1 (satu) artinya memenuhi standar dan lebih baik.
Selanjutnya rata-rata hasil pemantauan untuk parameter SO2 dan NO2 dibandingkan dengan Referensi EU mendapatkan Index Udara Model (Ieu).
Index Udara model EU dikonversikan menjadi indeks IKLH melalui persamaan sebagai berikut :

4
3. Penjelasan Luar Area Yang Dikonservasi
Berdasarkan klasifikasi yang telah ditetapkan hutan terbagi atas hutan primer dan hutan sekunder. Hutan primer adalah hutan yang belum
mendapatkan gangguan atau sedikit sekali mendapat gangguan manusia. Sedangkan hutan sekunder adalah hutan yang tumbuh melalui suksesi
sekunder alami pada lahan hutan yang telah mengalami gangguan berat seperti lahan bekas pertambangan, peternakan, dan pertanian menetap.
Untuk menghitung indeks tutupan hutan yang pertama kali dilakukan adalah menjumlahkan luas hutan primer dan hutan sekunder untuk setiap
provinsi. Lebih penting lagi adalah setiap luas lahan harus memiliki proporsi luas hutan yang sama untuk menjaga kelestarian lingkungan hidupnya.
Dengan demikian, perhitungan indeks merupakan perbandingan luas hutan dibandingkan luas wilayah administrasinya. Angka persentase yang
diwajibkan adalah 30%berdasarkan UU 41/99 Kehutanan.Nilai indeks didapatkan dengan formula:

Dimana :
ITH = Indeks Tutupan Hutan
LTH = Luas Tutupan ber-Hutan
LKH = Luas Wilayah Provinsi

4. Penghitungan IKLH Provinsi


Untuk perhitungan IKLH Provinsi menggunakan formula sebagai berikut:

5
5. Rentang Nilai IKLH

Secara konsepsi, perhitungan indeks termasuk Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) memiliki sifat komparatif yang berarti nilai satu provinsi
relatif terhadap provinsi lainnya. Dalam perspektif IKLH,angka indeks ini bukan semata-mata peringkat, namun lebih kepada suatu dorongan upaya
perbaikan kualitas lingkungan hidup. Dalam konteks ini para pihak di tingkat provinsi terutama pemerintah provinsi dapat menjadikan IKLH sebagai
titik referensi untuk menuju angka ideal, yaitu 100. Semakin jauh dengan angka 100, mengindikasikan harus semakin besar upaya perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan (lihat tabel 2). Selain komparatif terhadap provinsi lainnya, angka indeks nasional dapat menjadi
acuan, apabila angka indeks provinsi berada dibawahnya (lebih kecil) artinya ada dalam kategori upaya yang harus terakselerasi sedangkan apabila
diatasnya (lebih besar) artinya ada dalam kategori pemeliharaan.

Pembagian kategori penjelasan kualitatif ini didasari pada sebaran angka dalam perhitungan Indeks (lihat gambar 1). Pembagian ini masih dapat
disempurnakan lagi seiring upaya pencapaian dalam membangun IKLH yang ideal. Kategorisasi penjelasan kualitatif ini dapat juga dijadikan dasar
pembuatan kebijakan dengan penggunaan bahasa yang digunakan lebih mudah dipahami sebagai bahasa komunikasi, terutama bagi publik. Sebagai
contoh, Provinsi DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat dan D.I. Yogyakarta berada dalam katagori waspada. Hal ini dapat dijadikan bahasa bersama dari
seluruh pemangku kepentingan untuk berbuat sesuai dengan proporsi dan kemampuan masing-masing untuk memperbaiki kualitas lingkungan
hidup. Sebaliknya pada posisi teratas, yaitu Provinsi Papua Barat dengan kategori sangat baik harus berada pada posisi mempertahankan dan juga
selalu berupaya untuk meningkatkan pada posisi unggul.

6
Tabel 2. Rentang Nilai IKLH Gambar 1. Struktur IKLH Tabel 3. Indikator parameter IKLH

IKLH
Unggul X > 90
Sangat Baik 82 < X ≤ 90
Baik 74 < X ≤ 82
Cukup 66 ≤ X ≤ 74
Kurang 58 ≤ X < 66
Sangat Kurang 50 ≤ X < 58
Waspada X < 50

C. KENAPA IKLH?

1. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) merupakan indikator awal yang dijadikan sebagai alat ukur perkembangan kualitas lingkungan hidup.
Indeks ini merupakan modifikasi dari EPI (Environmental Performance Index) yang merupakan gambaran atau indikasi awal yang memberikan
kesimpulan cepat dari suatu kondisi lingkungan hidup pada lingkup dan periode tertentu.
2. penyusunan indeks kualitas lingkungan hidup terkait erat dengan kebutuhan sasaran pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan dalam
Rencana Pembangunan Nasional sesuai dengan Peraturan Presiden No. 43 Tahun 2014, Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2015 yang
memuat sasaran dan arah kebijakan yang terkait dengan Isu Strategis 25 berupa Peningkatan Keekonomian Keanekaragaman Hayati dan Kualitas
Lingkungan Hidup. Pada Tahun 2015 ditargetkan angka sebesar 64,5 (dari nilai maksimum 100). Selain itu dalam Rancangan Teknokratik Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, IKLH juga menjadi ukuran utama untuk Sasaran Pokok Pembangunan Nasional
RPJMN 2015-2019, sebagaimana ditampilkan dalam Tabel 4.

7
Table 4. Sasaran Pokok Pembangunan Nasional RPJMN 2015-2019
NO PEMBANGUNAN BASELINE 2014 SASARAN 2019
1 Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca 15,5% 26%
2 Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 63,0 – 64,0 66,5 – 68,5
3 Tambahan Rehabilitasi Hutan 2 juta Ha (dalam dan 750 ribu Ha (dalam
luar kawasan) kawasan)
Sumber: RPJMN 2015-2019, KLHK (2015).

3. IKLH merupakan salah satu sasaran strategis Kementerian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan yang tertuang dalam Lampiran Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P.39/Menlhk-Setjen/2015 Tentang Rencana Strategis Kementerian Lingkungan
Hidup Dan Kehutanan Tahun 2015-2019;

4. Peraturan Presiden (Perpres ) No. 43 Tahun 2014 tentang Rencana Kerja Pemerintah 2015 mensyaratkan bahwa IKLH harus meningkat ke angka
64,50. Sementara Peraturan Presiden No. 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM) 2015-2019 tentang
perbaikan kualitas lingkungan hidup menetapkan target kualitas lingkungan hidup berada pada posisi 66,5-68,5 pada tahun 2019. Untuk
mencapai target ini, tentu diperlukan aksi nyata dari semua pemangku kepentingan dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup, dan
5. Tujuan penyusunan IKLH:
- Memberikan informasi kepada para pengambil keputusan di tingkat pusat dan Pemerintah Aceh tentang kondisi lingkungan di Aceh sebagai
bahan evaluasi kebijakan pembangunan bekelanjutan dan berwawasan lingkungan, dan
- Sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada publik tentang pencapaian target program-program Pemerintah Aceh di bidang pengelolaan
lingkungan hidup.

8
D. TARGET IKLH ACEH

Target IKLH provinsi Aceh bisa di lihat pada tabel 5. Penentuan angka target di dasarkan pada trend masing-masing indeks dan total indeks semua dari
tahun 2013 – 2016 (lihat tabel 7), khususnya nilai indeks pada tahun 2017 yang dijadikan baseline untuk target sampai dengan tahun 2022. Target IKLH
Aceh (termasuk target masing-masing indeks-nya) hanya meningkat sebesar 0,5 digit per tahun, hal ini juga mengingat IKLH nasional yang hanya
menargetkan naik sebesar 1 (satu) digit per tahunnya (lihat tabel 6). Jika melihat rentang penilaian IKLH maka katagori IKLH Provinsi Aceh berada dalam
posisi sangat kurang – kurang, sementara untuk IKLH nasional berada dalam rentang kurang – cukup. Untuk bisa meningkatkan IKLH Aceh setidaknya perlu
memperhatikan beberapa hal diantaranya adalah kegiatan-kegiatan yang langsung berkenaan untuk meningkatkan Indeks tersebut. Disamping kegiatan
yang sudah berjalan seperti pengujian kualitas udara ambien, kualitas udara, pengendalian pencemaran dan daya dukung dan daya tampung sungai, perlu
juga di dukung dengan kegiatan-kegiatan yang baru untuk percepatan peningkatan IKLH diantaranya:
- Kegiatan Prokasih (program kali bersih) di kabupaten/kota;
- Pembangunan IPAL Komunal untuk kawasan perumahan dan pasar;
- Sosialisasi pencemaran air, udara dan tanah untuk masyarakat, industri dan kegiatan usaha lainnya;
- Pengadaan alat penangkap methane di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) kabupaten/kota;
- Pengadaan alat-alat daur ulang sampah untuk masyarakat;
- Melaksanakan uji emisi kendaraan bermotor di kabupaten/kota;
- Pemasangan online monitoring (onlimo) system disungai-sungai prioritas di Aceh, dan
- Rehabilitasi sempadan sungai.

9
Tabel 6. Target IKLH nasional

2015 2016 2017 2018 2019 2020

Indeks Kualitas
Lingkungan Hidup Indeks 64,5 65,5 66,5 67,5 68,5 69
(IKLH)

Tabel 7. Trend Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Aceh Tahun 2013 - 2017

IPU IPA ITH IKLH


TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN
2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017
77,70 97,51 60,07 56,80 89,87 56,50 58,02 57,79 57,12 67,84 63,71 65,64 65,64 55,63 65,18 63,71 70,11 71,02 42,67 73,38

10

Anda mungkin juga menyukai