ACEH
TAHUN 2017
BAB I
PENDAHULUAN
1
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Aceh Tahun 2017
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aceh
lingkungan hidup pada dasarnya memiliki 2 (dua) fungsi utama, yaitu : (1)
Mendukung pembuatan kebijakan atau pengambilan keputusan, (2)
Mempermudah komunikasi dengan publik.
IKLH sebagai suatu indikator awal mungkin sudah dapat dijadikan sebagai alat
ukuran perkembangan kualitas lingkungan di Indonesia, namun indeks ini
memerlukan penyempurnaan lebih jauh agar sejalan dengan prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan. Penyempurnaan bukan saja pada aspek
metodologi namun juga pada aspek kriteria dan ukuran yang lebih komprehensif
dan konsisten dengan prinsip pembangunan berkelanjutan atau prinsip-prinsip
ekonomi hijau.
2
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Aceh Tahun 2017
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aceh
1.2. Tujuan
Tujuan penyusunan indeks kualitas lingkungan hidup (IKLH) adalah:
Sebagai pembanding atau target untuk setiap indikator adalah standar atau
ketentuan yang berlaku berdasarkan peraturan perundangan yang dikeluarkan
oleh pemerintah, seperti ketentuan tentang baku mutu air dan baku mutu udara
ambien.
3
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Aceh Tahun 2017
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aceh
BAB II
INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP ACEH
Kualitas Lingkungan Hidup saat ini dapat diukur secara kuantitatif dengan
menggunakan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) yang diadopsi dari
beberapa sumber diantaranya Environmental Performance Index (EPI) yang
dikembangkan oleh sebuah pusat studi di Yale University. Tiga indikator yang
menjadi dasar penilaian IKLH di Indonesia saat ini mencakup aspek udara, air
sungai dan tutupan hutan. Sebenarnya Indeks Kualitas Lingkungan Hidup versi
baru (IKLH baru) merupakan istilah baru yang menggabungkan keseluruhan
jenis indeks kualitas lingkungan dari semua matra yang mencakup udara, air,
hutan, flora dan fauna, kesehatan masyarakat, dan kesehatan lingkungan. IKLH
versi baru ini dikembangkan dengan cara menggabungkan semua komponen
indeks yang mencakup Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU), Indeks Kualitas
Air (IKA), Indeks Tutupan Hutan (ITH), Indeks Keanekaragaman Hayati (IKH),
Indeks Kesehatan Masyarakat (IKM), dan Indeks Kesehatan Lingkungan(IKL).
Kedudukan IKLH baru akan sangat penting karena mempunyai potensi besar
sebagai dasar kuat dalam rangka implementasi Instrumen Analisis Risiko
Lingkungan. Bila IKLH baru dapat diterima secara luas dan diterapkan dengan
benar maka akan dapat memberi sumbangan penting dalam rangka pengkajian
risiko lingkungan dan pengelolaan risiko lingkungan karena IKLH baru
mengandung hasil penilaian aktual pada semua besaran penting aspek
lingkungan hidup. Akan tetapi penghitungan IKLH Aceh mengacu pada konsep
IKLH yang dikembangkan oleh BPS, hanya mengambil tiga indikator kualitas
lingkungan yaitu kualitas air sungai, kualitas udara, dan tutupan hutan.
4
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Aceh Tahun 2017
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aceh
Maka dari itu diperlukan sebuah konsep dan metode untuk mengetahui tingkat
kualitas air sungai tersebut. Salah satu caranya adalah dengan menghitung
kualitas air sungai dengan cara menghitung Indeks Pencemaran Air (IPA).
Kualitas air sungai merupakan salah satu parameter perhitungan Indeks Kualitas
Lingkungan Hidup (IKLH) (KLHRI, hal. 7, 2013). Perhitungan Indeks Pencemaran
Air (IPA) dilakukan berdasarkan keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air dimana
pedoman ini juga mengatur tatacara perhitungan IPA.
Daerah Aceh juga dilingkupi oleh 119 pulau, 35 gunung dan 73 sungai penting
(BPS, hal. 4, 2010). Berdasarkan data dari Dinas Pengairan Aceh (2013), Aceh
memiliki paling sedikit 638 sungai yang tersebar di pelosok daerah dengan
panjang maksimum 235 km dan panjang minimum 2 km dengan debit maksimum
968,54 m3 / detik dan debit minimum 0,01 m3/detik. Sebanyak 45 sungai
merupakan sungai yang melintasi kabupaten dan kota di Aceh. Selain itu,
terindikasi di sepanjang aliran sungai telah banyak didirikan bangunan dan
berbagai jenis usaha industri. Hal ini tentunya bisa membuat kualitas air sungai
tersebut menjadi menurun. Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK)
Aceh dan Institusi Lingkungan Hidup di Kab/Kota di Provinsi Aceh, selaku salah
satu ujung tombak pengelola lingkungan di provinsi Aceh, telah melakukan
5
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Aceh Tahun 2017
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aceh
beberapa kali IPA di beberapa buah sungai di provinsi Aceh. Khusus DLHK
Aceh, tahun 2016, pelayanan informasi status mutu air dilakukan melalui
kegiatan pemantauan kualitas air sungai dengan sumber dana APBA. DLHK
Aceh tidak mengambil pada semua sungai di Aceh namun hanya pada sungai-
sungai yang terindikasi tercemar saja. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk
mendapatkan data sumber pencemaran air di daerah serta mengevaluasi
penaatan terhadap standar baku mutu sesuai dengan ketentuan dalam
peraturan. Perhitungan Indeks Pencemaran Air (IPA) di provinsi Aceh tidak
dilakukan oleh 23 kabupaten/kota di Aceh, namun hanya dilakukan di 10
(sepuluh) kabupaten/kota yakni Kabupaten Aceh Timur, Aceh Tengah,
Kabupaten Aceh Barat, Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Pidie, Kabupaten
Bireun, Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Aceh Tamiang, Kabupaten Aceh Jaya
dan Kota Sabang (lihat table 2.1).
6
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Aceh Tahun 2017
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aceh
Berdasarkan table di atas, dapat diketahui bahwa indeks kualitas air Aceh senilai
67,84 yang artinya berada dalam kondisi ‘cukup’.
Udara merupakan campuran berbagai macam komponen gas nitrogen 78% dan
oksigen 21% serta karbondioksida 0,035%. Udara yang mempunyai kandungan
tersebut tergolong dalam udara bersih. Sementara udara yang tercemar
mempunyai kadar bahan pencemar baik dalam bentuk gas maupun padat
melebihi yang terdapat di lingkungan alam.
7
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Aceh Tahun 2017
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aceh
1 Banda Aceh 12.95 8.45 6.70 7.70 11.75 9.48 5.07 8.23 8.95 8.63 40 20 0.22 0.43 0.33 87.35
2 Kab. Pidie 19.50 15.40 4.10 5.65 3.78 5.30 4.82 2.56 11.16 4.11 40 20 0.28 0.21 0.24 92.09
3 Kab. Pidie Jaya 9.00 25.60 8.95 2.40 8.82 8.07 3.03 3.61 11.49 5.88 40 20 0.29 0.29 0.29 89.41
4 Kab. Bireuen 29.30 4.70 8.80 11.50 25.28 10.69 7.44 2.56 13.58 11.49 40 20 0.34 0.57 0.46 80.17
5 Kota Lhokseumawe 11.55 7.00 8.15 0.00 4.35 8.91 19.05 0.00 6.68 8.08 40 20 0.17 0.40 0.29 89.70
6 Kab. Aceh Timur 11.05 9.65 7.65 4.85 5.47 7.28 3.40 4.79 8.30 5.23 40 20 0.21 0.26 0.23 92.52
7 Kota Langsa 4.80 2.75 11.15 10.00 5.13 2.75 2.57 10.51 7.18 5.24 40 20 0.18 0.26 0.22 93.30
8 Kab. Aceh Tamiang 1.56 9.35 3.40 8.75 6.82 15.48 2.56 2.56 5.77 6.85 40 20 0.14 0.34 0.24 92.03
9 Kab. Bener Meriah 9.05 14.70 7.50 6.40 2.76 9.29 8.12 2.80 9.41 5.74 40 20 0.24 0.29 0.26 91.04
10 Kab. Aceh Tengah 8.25 9.90 14.90 11.02 17.93 5.46 12.75 5.20 11.02 10.33 40 20 0.28 0.52 0.40 83.55
11 Kab. Aceh Besar 11.68 0.69 3.88 2.50 2.96 4.42 3.09 3.79 4.68 3.56 40 20 0.12 0.18 0.15 97.35
12 Kab. Aceh Selatan 6.70 3.64 2.95 9.35 18.61 2.68 15.58 5.38 5.66 10.56 40 20 0.14 0.53 0.33 86.96
13 Kab. Nagan Raya 11.30 2.30 2.35 1.70 10.92 8.22 3.10 11.05 4.41 8.32 40 20 0.11 0.42 0.26 90.93
14 Kab. Aceh Jaya 3.95 3.45 2.40 10.36 2.64 2.57 29.60 13.37 5.04 12.04 40 20 0.13 0.60 0.36 85.33
15 Kab. Aceh Barat 2.60 13.00 8.60 11.80 2.56 2.79 8.33 4.22 9.00 4.48 40 20 0.23 0.22 0.22 93.09
16 Kab. Aceh Barat Daya 5.73 0.71 3.50 0.50 19.97 2.46 3.06 5.37 2.61 7.71 40 20 0.07 0.39 0.23 93.03
17 Kota Subulussalam 9.70 1.40 2.50 1.75 2.58 10.53 15.60 8.86 3.84 9.39 40 20 0.10 0.47 0.28 89.85
20.0
rerata 7.57 7.51 40.00 0 0.19 0.38 0.28 89.87
8
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Aceh Tahun 2017
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aceh
Merujuk pada table 2.2. diatas, maka hasil dari pemantauan kualitas udara di
Aceh menunjukkan bahwa kualitas udara di Aceh sebesar 89.87 atau dengan
kata lain berada dalam kondisi ‘sangat baik’.
Provinsi Aceh memiliki kawasan hutan alam terbesar yang tersisa di pulau
Sumatra. Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.865/Menhut-
II/2014 tentang Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan Provinsi Aceh bahwa
kawasan hutan dan konservasi perairan Aceh seluas ± 3.557.916 Ha meliputi
Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA); Kawasan
Hutan Lindung (HL); Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT); Kawasan Hutan
Produksi Tetap (HP) dan Kawasan Hutan produksi yang dapat dikonversi (HPK).
Adapun indeks kualitas tutupan hutan di Aceh dapat di lihat pada table 2.3.
Tabel tersebut menunjukkan bahwa nilai indeks Tutupan Hutan di Aceh adalah
65,18 atau berada dalam kondisi ‘kurang’.
9
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Aceh Tahun 2017
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aceh
10
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Aceh Tahun 2017
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aceh
Adapun hasil dari penghitungan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Aceh
ditunjukkan pada table 2.4. sebagai berikut:
Berdasarkan tabl diatas, Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Aceh adalah
sebesar 73.38 atau berada dalam kondisi ‘cukup’.
11
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Aceh Tahun 2017
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aceh
Perbandingan IKLH Aceh tahun 2016 dan 2017 dapat dilihat pada table 2.5.
untuk indeks kualitas air terdapat kenaikan yang cukup siginifikan baik dari segi
nilai maupun status. Untuk indeks kualitas udara juga mengalami kenaikan
walaupun status indeksnya tidak berubah. Untuk Indeks Kualitas Tutupan Lahan
mengalami kenaikan yang paling tinggi sehingga statusnya juga mengalami
peningkatan dari ‘sangat kurang’ menjadi ‘kurang’. Sementara secara
keseluruhan, IKLH Aceh mengalami kenaikan yang cukup signifikan dari 65.08
menjadi 73.38 dan menaikkan status IKLH Aceh dari ‘kurang’ menjadi ‘cukup’.
Indeks air
55,02 Sangat Kurang 67,84 Cukup
Indeks udara Sangat
86,26 Sangat Baik 89,87
Baik
Indeks kualitas tutupan lahan (Indeks
Tutupan Hutan/ITH) 56,75 Sangat Kurang 65,18 Kurang
12
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Aceh Tahun 2017
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aceh
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
Indeks Kualitas Lingkungan hidup (IKLH) Aceh tahun 2017 memiliki angka
sebesar 73,38. Hal ini menyimpulkan bahwa status lingkungan hidup Aceh pada
Tahun 2017 berada dalam posisi cukup. Kondisi ini memiliki makna bahwa
lingkungan hidup di provinsi Aceh masih belum memenuhi kriteria lingkungan
yang baik dan sehat sebagaimana diharapkan dalam UUD 1945 pasal 28 H
ayat(1). Akan tetapi kemungkinan nilai IKLH ini belum mewakili IKLH aceh secara
keseluruhan, karena pemantauan dilakukan pada kabupaten/kota yang memiliki
aktivitas tinggi dan pemantauan air sungai dilakukan terhadap sungai-sungai
yang memiliki potensi pencemaran.
Apabila dilihat per medianya, Nilai Indeks per Mutu Air di provinsi Aceh
mencapai 67.84 atau dengan kata lain berada pada posisi yang ‘cukup’,
sedangkan dari hasil perhitungan Indeks Udara Aceh menunjukkan angka 89.87
yang berarti bahwa kualitas udara di Aceh berada diatas indek udara nasional
dan termasuk dalam kategori sangat baik. Untuk Index tutupan Hutan Aceh yang
berada di dalam kawasan hutan pada Tahun 2017 mengalami peningkatan dari
tahun sebelumnya.
Angka IKLH Aceh tersebut merupakan angka indikatif yang mungkin masih
menjadi perdebatan dikarenakan keterbatasan data yang kita miliki, namun IKLH
ini dapat menjadi acuan yang memberikan gambaran umum dan membantu
dalam proses pengambilan kebijakan. Tentu saja diperlukan pengkajian yang
lebih mendalam guna memperoleh pendekatan hasil kondisi sebenarnya yang
mendekati kondisi lapangan.
13
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Aceh Tahun 2017
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aceh
3.2. Rekomendasi
14
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Aceh Tahun 2017
Penjelasan Indikator Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Aceh
1
2. Meningkatnya Lihat Point B - RPJMA;
indeks kualitas - Renstra;
Udara - Hasil Bidang Tata
Pemantauan Lingkungan;
Passive Sampler Bidang PKL
yang berada di
Kab/Kota di Aceh
2
dimana:
(Ci/Lij)M adalah nilai maksimum dari Ci/Lij
(Ci/Lij)R adalah nilai rata-rata dari Ci/Lij
Evaluasi terhadap PIj adalah sebagai berikut :
1. Memenuhi baku mutu atau kondisi baik, jika 0 < PIj ≤ 1
2. Tercemar Ringan, jika 1 < PIj ≤ 5,0
3. Tercemar Sedang, jika 5 < PIj ≤ 10
4. Tercemar Berat, jika PIj > 10
Pada prinsipnya nilai PIj > 1 mempunyai arti bahwa air sungai tersebut tidak memenuhi baku peruntukan air j, dalam hal ini mutu air kelas II.
Penghitungan indeks kualitas air dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Setiap lokasi dan waktu pemantauan kualitas air sungai dianggap sebagai satu sampel;
2. Hitung indeks pencemaran setiap sampel untuk parameter TSS, DO, BOD, COD, Total Phosphat, E. Coli dan Total Coliform;
3. Melakukan normalisasi dari rentang nilai 0% - 100% (terbaik -terburuk) jumlah sampel dengan nilai PIj > 1, menjadi nilai indeks dalam skala 0 – 100
(terburuk –terbaik)
Setiap provinsi/Kab/Kota diwakili oleh satu sungai yang dipilih berdasarkan kriteria sebagai berikut:
1. Sungai tersebut lintas provinsi/Kab/Kota, atau
2. Sungai prioritas untuk dikendalikan pencemarannya.
3
Pemantauan setiap sungai paling sedikit dilakukan empat kali setahun pada tiga lokasi sehingga setidaknya ada 12 sampel (data) kualitas air sungai
setiap tahunnya.
dimana :
IPU = Indeks pencemaran udara
IPNO2 = Indeks pencemar NO2
IPSO2 = Indeks pencemar SO2
Perhitungan indeks kualitas udara model EU adalah membandingkan nilai rata-rata tahunan terhadap standar EU Directives, apabila angkanya melebihi
1 (satu) maka berarti melebihi standar EU, begitu pula sebaliknya apabila sama dan dibawah 1 (satu) artinya memenuhi standar dan lebih baik.
Selanjutnya rata-rata hasil pemantauan untuk parameter SO2 dan NO2 dibandingkan dengan Referensi EU mendapatkan Index Udara Model (Ieu).
Index Udara model EU dikonversikan menjadi indeks IKLH melalui persamaan sebagai berikut :
4
3. Penjelasan Luar Area Yang Dikonservasi
Berdasarkan klasifikasi yang telah ditetapkan hutan terbagi atas hutan primer dan hutan sekunder. Hutan primer adalah hutan yang belum
mendapatkan gangguan atau sedikit sekali mendapat gangguan manusia. Sedangkan hutan sekunder adalah hutan yang tumbuh melalui suksesi
sekunder alami pada lahan hutan yang telah mengalami gangguan berat seperti lahan bekas pertambangan, peternakan, dan pertanian menetap.
Untuk menghitung indeks tutupan hutan yang pertama kali dilakukan adalah menjumlahkan luas hutan primer dan hutan sekunder untuk setiap
provinsi. Lebih penting lagi adalah setiap luas lahan harus memiliki proporsi luas hutan yang sama untuk menjaga kelestarian lingkungan hidupnya.
Dengan demikian, perhitungan indeks merupakan perbandingan luas hutan dibandingkan luas wilayah administrasinya. Angka persentase yang
diwajibkan adalah 30%berdasarkan UU 41/99 Kehutanan.Nilai indeks didapatkan dengan formula:
Dimana :
ITH = Indeks Tutupan Hutan
LTH = Luas Tutupan ber-Hutan
LKH = Luas Wilayah Provinsi
5
5. Rentang Nilai IKLH
Secara konsepsi, perhitungan indeks termasuk Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) memiliki sifat komparatif yang berarti nilai satu provinsi
relatif terhadap provinsi lainnya. Dalam perspektif IKLH,angka indeks ini bukan semata-mata peringkat, namun lebih kepada suatu dorongan upaya
perbaikan kualitas lingkungan hidup. Dalam konteks ini para pihak di tingkat provinsi terutama pemerintah provinsi dapat menjadikan IKLH sebagai
titik referensi untuk menuju angka ideal, yaitu 100. Semakin jauh dengan angka 100, mengindikasikan harus semakin besar upaya perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan (lihat tabel 2). Selain komparatif terhadap provinsi lainnya, angka indeks nasional dapat menjadi
acuan, apabila angka indeks provinsi berada dibawahnya (lebih kecil) artinya ada dalam kategori upaya yang harus terakselerasi sedangkan apabila
diatasnya (lebih besar) artinya ada dalam kategori pemeliharaan.
Pembagian kategori penjelasan kualitatif ini didasari pada sebaran angka dalam perhitungan Indeks (lihat gambar 1). Pembagian ini masih dapat
disempurnakan lagi seiring upaya pencapaian dalam membangun IKLH yang ideal. Kategorisasi penjelasan kualitatif ini dapat juga dijadikan dasar
pembuatan kebijakan dengan penggunaan bahasa yang digunakan lebih mudah dipahami sebagai bahasa komunikasi, terutama bagi publik. Sebagai
contoh, Provinsi DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat dan D.I. Yogyakarta berada dalam katagori waspada. Hal ini dapat dijadikan bahasa bersama dari
seluruh pemangku kepentingan untuk berbuat sesuai dengan proporsi dan kemampuan masing-masing untuk memperbaiki kualitas lingkungan
hidup. Sebaliknya pada posisi teratas, yaitu Provinsi Papua Barat dengan kategori sangat baik harus berada pada posisi mempertahankan dan juga
selalu berupaya untuk meningkatkan pada posisi unggul.
6
Tabel 2. Rentang Nilai IKLH Gambar 1. Struktur IKLH Tabel 3. Indikator parameter IKLH
IKLH
Unggul X > 90
Sangat Baik 82 < X ≤ 90
Baik 74 < X ≤ 82
Cukup 66 ≤ X ≤ 74
Kurang 58 ≤ X < 66
Sangat Kurang 50 ≤ X < 58
Waspada X < 50
C. KENAPA IKLH?
1. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) merupakan indikator awal yang dijadikan sebagai alat ukur perkembangan kualitas lingkungan hidup.
Indeks ini merupakan modifikasi dari EPI (Environmental Performance Index) yang merupakan gambaran atau indikasi awal yang memberikan
kesimpulan cepat dari suatu kondisi lingkungan hidup pada lingkup dan periode tertentu.
2. penyusunan indeks kualitas lingkungan hidup terkait erat dengan kebutuhan sasaran pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan dalam
Rencana Pembangunan Nasional sesuai dengan Peraturan Presiden No. 43 Tahun 2014, Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2015 yang
memuat sasaran dan arah kebijakan yang terkait dengan Isu Strategis 25 berupa Peningkatan Keekonomian Keanekaragaman Hayati dan Kualitas
Lingkungan Hidup. Pada Tahun 2015 ditargetkan angka sebesar 64,5 (dari nilai maksimum 100). Selain itu dalam Rancangan Teknokratik Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, IKLH juga menjadi ukuran utama untuk Sasaran Pokok Pembangunan Nasional
RPJMN 2015-2019, sebagaimana ditampilkan dalam Tabel 4.
7
Table 4. Sasaran Pokok Pembangunan Nasional RPJMN 2015-2019
NO PEMBANGUNAN BASELINE 2014 SASARAN 2019
1 Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca 15,5% 26%
2 Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 63,0 – 64,0 66,5 – 68,5
3 Tambahan Rehabilitasi Hutan 2 juta Ha (dalam dan 750 ribu Ha (dalam
luar kawasan) kawasan)
Sumber: RPJMN 2015-2019, KLHK (2015).
3. IKLH merupakan salah satu sasaran strategis Kementerian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan yang tertuang dalam Lampiran Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P.39/Menlhk-Setjen/2015 Tentang Rencana Strategis Kementerian Lingkungan
Hidup Dan Kehutanan Tahun 2015-2019;
4. Peraturan Presiden (Perpres ) No. 43 Tahun 2014 tentang Rencana Kerja Pemerintah 2015 mensyaratkan bahwa IKLH harus meningkat ke angka
64,50. Sementara Peraturan Presiden No. 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM) 2015-2019 tentang
perbaikan kualitas lingkungan hidup menetapkan target kualitas lingkungan hidup berada pada posisi 66,5-68,5 pada tahun 2019. Untuk
mencapai target ini, tentu diperlukan aksi nyata dari semua pemangku kepentingan dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup, dan
5. Tujuan penyusunan IKLH:
- Memberikan informasi kepada para pengambil keputusan di tingkat pusat dan Pemerintah Aceh tentang kondisi lingkungan di Aceh sebagai
bahan evaluasi kebijakan pembangunan bekelanjutan dan berwawasan lingkungan, dan
- Sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada publik tentang pencapaian target program-program Pemerintah Aceh di bidang pengelolaan
lingkungan hidup.
8
D. TARGET IKLH ACEH
Target IKLH provinsi Aceh bisa di lihat pada tabel 5. Penentuan angka target di dasarkan pada trend masing-masing indeks dan total indeks semua dari
tahun 2013 – 2016 (lihat tabel 7), khususnya nilai indeks pada tahun 2017 yang dijadikan baseline untuk target sampai dengan tahun 2022. Target IKLH
Aceh (termasuk target masing-masing indeks-nya) hanya meningkat sebesar 0,5 digit per tahun, hal ini juga mengingat IKLH nasional yang hanya
menargetkan naik sebesar 1 (satu) digit per tahunnya (lihat tabel 6). Jika melihat rentang penilaian IKLH maka katagori IKLH Provinsi Aceh berada dalam
posisi sangat kurang – kurang, sementara untuk IKLH nasional berada dalam rentang kurang – cukup. Untuk bisa meningkatkan IKLH Aceh setidaknya perlu
memperhatikan beberapa hal diantaranya adalah kegiatan-kegiatan yang langsung berkenaan untuk meningkatkan Indeks tersebut. Disamping kegiatan
yang sudah berjalan seperti pengujian kualitas udara ambien, kualitas udara, pengendalian pencemaran dan daya dukung dan daya tampung sungai, perlu
juga di dukung dengan kegiatan-kegiatan yang baru untuk percepatan peningkatan IKLH diantaranya:
- Kegiatan Prokasih (program kali bersih) di kabupaten/kota;
- Pembangunan IPAL Komunal untuk kawasan perumahan dan pasar;
- Sosialisasi pencemaran air, udara dan tanah untuk masyarakat, industri dan kegiatan usaha lainnya;
- Pengadaan alat penangkap methane di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) kabupaten/kota;
- Pengadaan alat-alat daur ulang sampah untuk masyarakat;
- Melaksanakan uji emisi kendaraan bermotor di kabupaten/kota;
- Pemasangan online monitoring (onlimo) system disungai-sungai prioritas di Aceh, dan
- Rehabilitasi sempadan sungai.
9
Tabel 6. Target IKLH nasional
Indeks Kualitas
Lingkungan Hidup Indeks 64,5 65,5 66,5 67,5 68,5 69
(IKLH)
Tabel 7. Trend Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Aceh Tahun 2013 - 2017
10