TINJAUAN PUSTAKA
Lahan adalah suatu lingkungan fisik terdiri atas tanah, iklim, relief,
hidrologi, vegetasi, dan benda-benda yang ada di atasnya yang selanjutnya semua
hasil kegiatan manusia, baik masa lampau maupun sekarang FAO, (1976) dalam
Arsyad, (1989).
batasan arti lahan yang diartikan sebagai gabungan dari unsur-unsur permukaan
dan dekat dengan bumi yang penting bagi manusia. Dari defenisi di atas lahan
merupakan sumber daya alam yang sangat penting, lahan sangat penting
kebutuhan keluarganya.
lahan (land cover). Penggunaan lahan biasanya meliputi segala jenis kenampakan
permukaan bumi yang ada pada lahan tertentu. Penggunaan lahan merupakan
16
aspek penting karena penggunaan lahan mencerminkan tingkat peradaban
sebagai setiap bentuk campur tangan manusia terhadap lahan dalam rangka
dapat dikelompokkan dalam dua golongan besar yaitu penggunaan lahan pertanian
faktor manusia dan faktor alam. Manusia merupakan faktor yang mempengaruhi
2006).
lahan ditunjukkan oleh tipe atau jenis penggunaan lahan. Macam-macam sistem
lima kelas dasar penggunaan lahan yang masing-masing masih dapat dirinci.
17
c) Perairan (waters).
d) Permukiman (Settlements).
c) Lahan holtikultura.
a) Tanah terbuka,
f) Hutan
18
1) Sistem aktifitas kota, berhubungan dengan manusia dan lembaganya seperti
manusia dan keterkaitan antara satu dengan yang lain dalam waktu dan ruang.
Sistem pengembangan lahan ini berhubungan dengan lahan kota baik dari segi
3) Sistem lingkungan berhubungan dengan unsur biotik dan abiotik. Sistem ini
karena biasanya penduduk yang padat dengan berbagai macam kegiatan, maka
sistem aktivitas masyarakat kotanya akan jauh lebih berperan. Ketiga sistem
tersebut saling berinteraksi dan membentuk suatu pola penggunaan lahan kota dan
lahan tertentu menjadi penggunaan lahan lainnya. Proses penggunaan lahan yang
dilakukan oleh manusia dari waktu ke waktu terus mengalami perubahan seiring
19
Sebagaimana dikemukakan oleh Soemarwoto, (1985) dalam
Ritohardoyo, (2013) bahwa perubahan yang terjadi pada lingkungan sosial budaya
Tekanan penduduk yang besar terhadap lahan ini diperbesar oleh bertambah
luasnya lahan pertanian yang digunakan untuk keperluan lain seperti permukiman,
perubahan penggunaan lahan adalah suatu proses untuk mengelola lahan secara lebih
intensif atau ekstensif atau bahkan merubah pemanfaatan tata guna lahan.
berbagai faktor yang saling berinteraksi. Faktor atau pemicu sering disebut
menurut ruang dan waktu sesuai dengan kondisi ligkungan dan manusianya
peranan yang sama penting dengan faktor manusia yang di dalamnya termasuk
(globalization).
20
Menurut Yunus, (2000) bahwa ada 2 (dua) elemen utama dalam
maka semakin tinggi perkembangan penggunaan lahan, dan (2) elemen kegiatan
penggunaan lahan.
bangunan maka semakin tinggi perkembangan penggunaan lahan, dan (4) derajat
lahan menurut (Yuniarto dkk, 1991 dalam Oktarian, 2010) yakni sebagai berikut :
a. Faktor Alamiah
21
b. Faktor Sosial
Untuk memenuhi kebutuhan hidup, manusia tidak bisa melepaskan diri dari
Menurut kamus Webster, DAS adalah suatu derah yang dibatasi oleh
suatu ekosistem dimana di dalamnya terjadi suatu proses interaksi antara faktor-
faktor biotik, abiotik, dan manusia. Sebagai suatu ekosistem, maka setiap ada
keluaran terdiri dari dari debit dan muatan sedimen. Komponen-komponen DAS
berupa vegetasi, tanah, dan saluran/sungai dalam hal ini bertindak sebagai
prosessor.
dengan sungai dan anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan
mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami,
yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai
2013). Sub DAS merupakan bagian dari DAS dimana air hujan diterima dan
22
dialirkan melalui anak sungai ke sungai utama. Setiap DAS terbagi habis menjadi
wilayah yang lebih kecil yaitu Sub - Sub DAS, dan apabila diperlukan maka dapat
dipisahkan lagi menjadi sub-sub DAS, demikian untuk seterusnya (dalam Asdak,
2002).
hulu, bagian tengah, dan bagian hilir. Ciri-ciri pada setiap bagian DAS dapat
1) Bagian Hulu
DAS bagian hulu didasarkan pada fungsi konservasi yang dikelola untuk
c. Merupakan daerah dengan kemiringan lereng besar (lebih besar dari 20%).
2) Bagian Tengah
DAS bagian tengah didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang
ekonomi, yang antara lain dapat diindikasikan dari kuantitas air, kualitas air,
kemampuan menyalurkan air, dan ketinggian muka air tanah serta terkait pada
23
Aliran Sungai bagian tengah merupakan daerah transisi dari kedua karakteristik
3) Bagian Hilir
DAS bagian hilir didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola
ketinggian curah hujan, dan terkait untuk kebutuhan pertanian, air bersih, serta
Tabel 2.1
Perbandingan Faktor Biofisik dan Sosial Ekonomi Antara DAS
di Bagian Hulu dan Hilir
24
Berorientasi pasar Orientasi masih subsisten
Lahan banyak dimiliki pribadi Lahan banyak milik pemerintah
Adanya percampuran budaya Jarang terjadi percampuran budaya
Tenaga kerja upahan Tenaga kerja berasal dari keluarga
Tingkat kesejahteraan relative
Tingkat kesejahteraan rendah
tinggi
Teknologi sudah kompleks Teknologi masih sederhana
Keterlibatan LSM sedikit Keterlibatan LSM banyak
Sumber : Ramdan, 2003
hidrologis, dimana fungsi tersebut sangat dipengaruhi oleh jumlah curah hujan
yang diterima, geologi dan bentuk lahan. Fungsi hidrologis yang dimaksud
hujan, melepaskan air secara bertahap, memelihara kualitas air, serta mengurangi
fungsi gabungan yang dilakukan oleh seluruh faktor yang ada pada DAS tersebut,
yaitu vegetasi, bentuk wilayah (topografi), tanah, dan manusia. Apabila salah satu
faktor tersebut mengalami perubahan, maka hal tersebut akan mempengaruhi juga
fungsi DAS. Apabila fungsi suatu DAS telah terganggu, maka sistem
sangat boros. Kejadian itu akan menyebabkan melimpahnya air pada musim
penghujan dan sangat minimum pada musim kemarau, sehingga fluktuasi debit
bahwa sebuah DAS yang sehat dapat menyediakan unsur hara bagi tumbuhan,
25
sumber makanan bagi manusia dan hewan, air minum yang sehat bagi manusia
dan makhluk lainnya, serta empat berbagai aktivitas lainnya. Manusia hidup di
bumi akan selalu dipengaruhi baik secara positif dan negatif oleh adanya interaksi
dari sumber daya air dengan sumber daya alam lainnya. Dampak dari interaksi
2012, pengelolaan DAS adalah upaya manusia dalam mengatur hubungan timbal
balik antara sumberdaya alam dengan manusia di dalam DAS dan segala
hubungan timbal balik antara sumber daya alam dengan manusia dan keserasian
pengelolaan DAS sering kali dibatasi oleh batas-batas politis ataupun administrasi
saja. Padahal kekuatan alam seperti banjir di atas atau erosi dan tanah longsor
pada salah satu aspek saja tetapi juga harus memperhatikan aspek yang lain. Hal
26
DAS seperti penyedia pangan, papan, sandang, rekreasi, kesejukan udara, jasa
tercapai. Dengan demikian, konsep pengelolaan DAS yang baik perlu didukung
manipulasi sumber daya alam dan manusia yang terdapat di daerah aliran sungai
kerusakan sumberdaya air dan tanah. Termasuk dalam pengelolaan DAS adalah
identifikasi keterkaitan antara daerah hulu dan hilir suatu DAS. Pengelolaan DAS
yang beroperasi di dalam dan di luar daerah aliran sungai yang bersangkutan. Ada
dan terkait.
spesifik.
27
2.2.5 Daerah Aliran Sungai (DAS) Sebagai Ekosistem
diklasifikasikan menjadi daerah hulu, tengah, hilir. DAS bagian hulu dicirikan
DAS bagian hulu mempunyai arti penting terutama dari segi perlindungan fungsi
tata air. Oleh karena itu, setiap terjadinya kegiatan di daerah hulu akan
menimbulkan dampak di daerah hilir dalam bentuk perubahan fluktuasi debit dan
perpindahan sedimen serta material terlarut dalam sistem aliran airnya. Dengan
kata lain ekosistem DAS, bagian hulu mempunyai fungsi perlindungan terhadap
keseluruhan DAS. Perlindungan ini antara lain dari segi fungsi tata air, dan oleh
karenanya pengelolaan DAS bagian hulu sering kali menjadi fokus perhatian
mengingat dalam suatu DAS bagian hulu dan hilir mempunyai keterkaitan biofisik
mempunyai fungsi perlindungan terhadap DAS bagian hilir atau daerah yang
terancan oleh bahaya erosi. Keberadaan sektor kehutanan di daerah hulu yang
prasarana dan sarana di bagian tengah akan mempengaruhi fungsi dan manfaat
DAS tersebut di bagian hilir, baik untuk pertanian, kehutanan, maupun tata ruang,
dalam pengelolaan DAS diperlukan adanya koordinasi berbagai pihak terkait baik
Sub DAS adalah bagian DAS yang menerima air hujan dan
menjadi beberapa sub DAS. Tata air DAS adalah hubungan kesatuan sifat
28
individual unsur-unsur hidrologis yang meliputi hujan, aliran sungai,
DAS. Penetapan batas-batas DAS di daerah hulu relatif mudah dilakukan. Namun
penetapan batas-batas untuk daerah hilir lebih sulit dilakukan karena umumnya
terdiri atas empat komponen utama, yaitu desa, sawah/ladang, sungai, dan hutan.
daerah setempat.
Gambar 2.1
Komponen-Komponen Ekosistem DAS Hulu
(Sumber : Asdak, 2007)
29
2.3 Karakteristik Daerah Aliran Sungai (DAS)
2.3.1 Luas dan Bentuk DAS
bertambahnya luas DAS. Akan tetapi apabila aliran permukaan tidak dinyatakan
sebagai jumlah total dari DAS melainkan sebagai laju dan volume per satuan luas,
besarnya akan berkurang dengan bertambahnya luas DAS. Ini berkaitan dengan
waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir dari titik terjauh sampai dengan
waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir dari titik terjauh sampai ke titik
kontrol (waktu konsentrasi), dan juga penyebaran atau intensitas hujan (Asdak,
2007).
yang sama akan tetapi masing-masing menunjukkan pola yang berbeda satu
dengan yang lain, tergantung pada medan dan kondisi geologinya. Beberapa pola
Dendritik
Pola ini terjadi pada daerah berbatuan sejenis dengan penyebrangan yang luas.
Misalnya suatu daerah ditutupi oleh endapan sedimen yang meliputi daerah
yang luas dan yang umumnya endapan itu terletak pada suatu bidang
horizontal.
Radial
Biasanya pola radial dijumpai pada lereng gunung api daerah topografi
berbentuk kubah.
30
Rektangular
Terllis
Akan dapat dijumpai pada daerah dengan lapisan sedimen keras yang diselingi
Gambar 2.2
Pola Aliran Sungai
(Sumber : Asdak, 2007)
Pola sungai akan menentukan bentuk dari suatu DAS. Bentuk suatu
DAS mempunyai arti penting dalam hubungannya dengan aliran sungai, yaitu
DAS ditentukan garis batanya, maka bentuk DASnya dapat diketahui. Pada
Bentuk ini biasanya akan menyebabkan besar aliran banjir relatif lebih kecil
31
karena perjalanan banjir dari anak sungai itu berbeda-beda. Tapi biasanya
Bentuk ini karena arah sungai seolah-olah memusat pada suatu titik sehingga
memberi bentuk kipas atau lingkaran. Sebagai akibat dari bentuk tersebut maka
waktu yang diperlukan aliran yang datang dari segala penjuru anak sungai
DAS ini dibentuk oleh dua jalur DAS yang bersatu di bagian hilir. Apabila
terjadi banjir di daerah hilir biasanya terjadi setelah di bawah titik pertemuan.
dijelaskan di atas.
ekosistem perairan (sungai) dan daratan. Zona ini umumnya didominasi oleh
terbentuk sendiri, sebagai zona transisi antara ekosistem daratan dan ekosistem
perairan (sungai). Sempadan sungai yang cukup lebar dengan banyak kehidupan
32
tetumbuhan (flora) dan binatang (fauna) di dalamnya merupakan cerminan tata
Banyak manfaat yang dapat dipetik dari membaiknya kembali fungsi sempadan
Sepanjang hak milik atas lahan tersebut sah kepemilikannya tetap diakui, namun
sebagai status quo, artinya tidak boleh diubah, ditambah, dan diperbaiki. Izin
pengendalian atas sumber daya yang ada pada sungai dan danau dapat
Rakyat Nomor 28 tahun 2015 tentang Penetapan Garis Sempadan Sungai dan
a. fungsi sungai dan danau tidak terganggu oleh aktifitas yang berkembang di
sekitarnya;
33
b. kegiatan pemanfaatan dan upaya peningkatan nilai manfaat sumber daya yang
ada di sungai dan danau dapat memberikan hasil secara optimal sekaligus
c. daya rusak air sungai dan danau terhadap lingkungannya dapat dibatasi.
Garis Sempadan Sungai dan Sempadan Danau, Sempadan sungai hanya dapat
e. kegiatan lain sepanjang tidak mengganggu fungsi sungai, antara lain kegiatan
f. bangunan ketenagalistrikan.
larangan:
34
63 tahun 1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah
a) Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 (tiga) meter, garis
b) Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 (tiga) meter sampai
kurangnya 15 (lima belas) meter dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.
jalan adalah tepi bahu jalan yang bersangkutan, dengan ketentuan kontruksi dan
penggunaan jalan harus menjamin bagi kelestarian dan keamanan sungai serta
bangunan sungai. Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
tidak terpenuhi, maka segala perbaikan atas kerusakan yang timbul pada sungai
bertanggul, sungai tidak bertanggul dan sungai yang terpengaruh oleh pasang
surut dan tsunami. Kriteria dan batas sempadan menurut PP No. 38 tahun 2011
35
Tabel 2.2 Kriteria dan Batas Sempadan Sungai
menurut PP No. 38 tahun 2011
Lebar Kawasan Perkotaan Kawasan Perkotaan
Sempadan
Kriteria LS Kriteria LS
Sungai (LS)
Sungai Dari kaki Dari Kaki Tanggul
5M 3M
Bertangul tanggul luar Luar
Tinggi
Sungai Besar, Lebar
100 Tebing
DAS Sungai 50 M 30 M
M (H) > 20
> 300 KM2 (L) > 15 M
M
Sungai Tidak Sungai Sedang, 3m<L≤
3m<H≤
Bertanggul 50<DAS<300 75 M 15 25 M 15 M
20 M
KM2 M
Sungai Kecil,
DAS 50 M L≤3M 10 M H≤3M 10 M
< 50 KM2
Sungai
terpengaruh
50 – 100 Meter, Diukur dari garis muka air pada pasang tertinggi.
pasang surut
dan tsunami
Sumber : PP No. 38 tahun 2011
geografis sebagai karakteristik yang penting atau kritis untuk dianalisis. Dengan
yang terorganisir dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi dan
36
personil yang dirancang secara efisien untuk memperoleh, menyimpan, meng-
bereferensi geografis.
manual (analog) dan sistem otomatis (yang berbasis digital komputer). Perbedaan
yang mendasar terletak pada cara pengelolaannya. Sistem Informasi manual biasanya
tumpang susun (overlay), foto udara, laporan statistik dan laporan survey lapangan.
Kesemua data tersebut dikompilasi dan dianalisis secara manual dengan alat tanpa
1. Data Input
Subsistem ini bertugas untuk mengumpulkan dan mempersiapkan data spasial dan
atribut dari berbagai sumber. Subsistem ini pula yang bertanggung jawab dalam
2. Data Output
basisdata baik dalam bentuk softcopy maupun bentuk hardcopy seperti : tabel,
3. Data Management
37
Subsistem ini mengorganisasikan baik data spasial maupun data atribut ke dalam
sebuah basis data sedemikian rupa sehingga mudah di-update, dan di-edit.
Selain itu, subsistem ini juga melakukan manipulasi dan pemodelan data untuk
Adapun sumber data Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sebagai berikut :
1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan. Data spasial
dilapangan dengan cara mengambil data berupa ukuran sudut dan/atau jarak),
pengukuran fotogrametris (blow-up atau peta foto yang merupakan hasil pemetaan
fotogrametrik), data citra satelit (merupakan hasil rekaman satelit dengan teknik
Remote Sensing) dan pengukuran dengan GPS, sedangkan untuk data non-spasial
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan tidak secara langsung
melakukan survey dilapangan. Data spasial sekunder dapat diperoleh dari peta
38
Rupabumi (Peta Topograpi) dari Bakosurtanal, peta pendaftaran tanah dari BPN,
peta pajak bumi dan bangunan dari PBB dan lain-lain. Sedangkan data non-spasial
sekunder dapat diperoleh dari instansi seperti Biro Pusat Statistik (BPS).
Data adalah bahan dasar berupa fakta, keadaan, kondisi, fenomena, dan
sebagainya mengenai objek, orang dan lain-lain yang dinyatakan oleh nilai (angka,
karakteristik atau symbol-simbol lainnya). Prahasta, (2005) Ada dua jenis data
Data spasial adalah data yang memiliki keruangan dimana berbagai data atribut
terletak dalam berbagai unit spasial. Data spasial dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
data spasial titik, garis dan luasan serta diterjemahkan oleh komputer dalam bentuk
Data atribut adalah data yang memberi keterangan atau mendeskripsikan data
berkaitan dengan setiap objek yang terproyeksi, dalam pelaksanaannya file atribut
akan dibuat dalam bentuk tabel-tabel dan hubungan antar tabel ini mengacu pada
konsep relasi antar tabel satu dengan yang lainnya dan akan dapat membuat query
Basis data geografis (Geographic Digital Database) terdiri dari tiga jenis
a) Data Raster, data ini bersumber dari hasil rekaman satelit atau pemotretan udara.
39
dengan menggunakan struktur matrik atau piksel-piksel yang membentuk grid.
Setiap piksel memiliki nilai tertentu dan memiliki atribut tersendiri, termasuk nilai
koordinat yang unik. Tingkat keakurasian model ini sangat tergantung pada ukuran
b) Data Vektor, data bersumber dari hasil pemetaan topografi atau pata tematik, atau
bisa juga dengan melakukan vektorisasi dari data raster menjadi data vektor.
Model data vektor merupakan model data yang paling banyak digunakan, model
ini berbasiskan pada titik (points) dengan nilai koordinat (x,y) untuk membangun
obyek spasialnya. Obyek yang dibangun terbagi menjadi tiga bagian lagi yaitu :
Kesehatan, dll.
2.6 Overlay
Geografis). Overlay yaitu kemampuan untuk menempatkan grafis satu peta diatas
grafis peta yang lain dan menampilkan hasilnya di layar komputer atau pada plot.
Secara singkatnya, overlay menampalkan suatu peta digital pada peta digital yang lain
40
beserta atribut-atributnya dan menghasilkan peta gabungan keduanya yang memiliki
a) Overlay Raster
kebanyakan kasus dimana dua masukan citra digital untuk menghasilkan citra
digital lainnya.
b) Overlay Vektor
Dissolve themes
mempunyai data atribut yang identik atau sama dalam poligon yang berbeda.
Peta input yang telah di digitasi masih dalam keadaan kasar, yaitu poligon-
poligon yang berdekatan dan memiliki warna yang sama masih terpisah oleh
41
tersebut dan menggabungkan poligon-poligon yang terpisah tersebut menjadi
Merge Themes
Merge themes yaitu suatu proses penggabungan 2 atau lebih layer menjadi 1
buah layer dengan atribut yang berbeda dan atribut-atribut tersebut saling
mengisi atau bertampalan, dan layer-layernya saling menempel satu sama lain.
Clip One themes yaitu proses menggabungkan data namun dalam wilayah yang
administrasi yang kecil, sehingga layer yang akan dihasilkan yaitu layer dengan
Intersect Themes
Intersect yaitu suatu operasi yang memotong sebuah tema atau layer input atau
masukan dengan atribut dari tema atau overlay untuk menghasilkan output
Union Themes
Union yaitu menggabungkan fitur dari sebuah tema input dengan poligon dari
kelas atribut.
Assign data adalah operasi yang menggabungkan data untuk fitur theme kedua
ke fitur theme pertama yang berbagi lokasi yang sama Secara mudahnya yaitu
42
Teknik yang digunaan untuk overlay peta dalam SIG ada 2 yakni union
dan intersect. Jika dianalogikan dengan bahasa Matematika, maka union adalah
overlay antara peta penduduk dan ketinggian. Secara teknik bisa dilakukan, tetapi
tidak menemukan penelitian dengan judul yang sama seperti judul penelitian
penulis.
Penelitian Oktarian (2016) yang berjudul “Analisis Spasial Perubahan
Penggunaan Lahan di DAS Babon Hulu Terhadap Debit Puncak Sungai Babon
43
Jawa Tengah”, yang bertujuan mengkaji perubahan penggunaan lahan pada tahun
1995, 2005 dan 2014, Mengetahui besaran debit puncak sungai Babon tahun
DAS Babon Hulu terhadap besaran debit puncak Sungai Babon. Metode yang di
gunakan adalah Analisis spasial, Analisis SIG, Analisis rasio debit dan Analisis
di DAS Babon Hulu telah bertambah sebesar 2325 ha (34,89%) dalam kurun
waktu 1995 hingga 2014, dimana bertambahnya permukiman sebagai dampak dari
alih fungsi hutan dan tegalan. Kelurahan dengan pertambahan permukiman paling
berbagai faktor baik fisik maupun social, faktor fisik yang mempengaruhi
perubahan penggunaan lahan berupa topografi, jenis tanah, jenis batuan dan dan
Bogor” yang bertujuan Mengetahui perencanaan tata ruang tahun 2005-2025 dan
pemanfaatan ruang tahun 2010 di wilayah DAS Cisadane Kabupaten Bogor, dan
apakah pemanfaatan ruang tahun 2010 telah sesuai rencana pola ruang RTRW
44
Kualitatif dan Kuantitatif, Analisis Spasial. Hasil dari penelitian tersebut adalah
Alokasi rencana pola ruang tahun 2005-2025 di wilayah studi adalah kawasan
penggunaan lahan tahun 2010 di wilayah studi didominasi oleh pertanian dan
tegalan 53,6%; semak dan hutan 28,8%, dan permukiman dan perumahan 15,55%,
Prosentase kesesuaian antara peta rencana pola ruang tahun 2005-2025 dan peta
penggunaan lahan tahun 2010 yaitu sesuai 63,39%, kurang sesuai 26,38%, dan
penggunaan lahan yaitu perubahan tutupan lahan 47,65%; perubahan lahan tak
8,02%. Dari total perubahan lahan tak terbangun menjadi lahan terbangun;
memang benar terjadi dalam kurun waktu sebelum maupun sesudah penetapan
yaitu:
a. faktor sosial ekonomi (internal), antara lain: kebutuhan rumah
45
b. faktor kelembagaan (eksternal), antara lain: kurang intensifnya
Analisis spasial dan analisis kuantitatif deskriptif. Hasil penelitian adalah Hasil
berkembang sebesar 458.82 ha, dan pada tahun 2013 berkembang menjadi 707.70
dengan luasan lahan sebesar 88.23 pada tahun 2013. Kelurahan Lemahabang
terletak di pusat kota, Arah ditribusi permukiman keluar kawasan perkotaan dan
Telukagung. Evaluasi dilakukan pada SBWP 5 dan SBWP 11, pada SBWP 5
46
dilakukan dengan penelitian sebelumnya salah satunya adalah lokasi penelitan
yang berbeda, dan metode analisis yang berbeda- beda. Ringkasan mengenai
47
Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu
Lokasi Metode
No Peneliti Judul Penelitian Tujuan Penelitian Hasil Penelitian
Penelitian Penelitian
1 Deni Analisis Spasial DAS Babon 1. Mengkaji perubahan Analisis 1. Secara keseluruhan permukiman di DAS
Oktarian Perubahan Penggunaan Hulu penggunaan lahan pada Spasial, Babon Hulu telah bertambah
(2016) Lahan Di Das Babon Jawa tahun 1995, 2005 dan analisis sebesar 2325 ha (34,89%) dalam kurun
Hulu Terhadap Debit Tengah 2014. SIG, analisis waktu 1995 hingga 2014, dimana
Puncak Sungai Babon 2. Mengetahui besaran rasio debit, dan bertambahnya permukiman sebagai dampak
Jawa Tengah debit puncak sungai analisis dari alih fungsi hutan dan
Babon tahun 1995, deskriptif tegalan. Kelurahan dengan pertambahan
2005 dan 2014 permukiman paling banyak berada
3. Menganalisis di kelurahan Tembalang, Pedalangan,
keterkaitan perubahan Bulusan, Srondol Wetan dan
penggunaan lahan di Sendangmulyo.
DAS Babon Hulu 2. Besaran debit puncak pada tahun 1995
terhadap besaran debit adalah sebesar 272,04 m3/detik, sedangkan
puncak Sungai Babon. pada tahun 2014 mengalami kenaikan
menjadi 365,89 m3/detik.
3. Perubahan penggunaan lahan di DAS
Babon Hulu terjadi karena berbagai
faktor baik fisik maupun sosial, faktor fisik
yang mempengaruhi perubahan
penggunaan lahan berupa topografi, jenis
tanah, jenis batuan dan bentuk
lahan sedangkan faktor sosialnya berupa
status kepemilikan lahan, aktivitas
keseharian masyrakat, kebijakan pemerintah,
48
Lokasi Metode
No Peneliti Judul Penelitian Tujuan Penelitian Hasil Penelitian
Penelitian Penelitian
dan aksesibilitas.
2 Tessie Evaluasi Perubahan Daerah 1. Mengetahui Metode 1. Alokasi rencana pola ruang tahun 2005-
Krisnaningt Penggunaan Lahan Aliran perencanaan tata ruang kualitatif dan 2025 di wilayah studi adalah kawasan
yas Endang Kecamatan Sungai tahun 2005-2025 dan kuantitatig, lindung 25,43% merupakan kawasan
Trimarmant di Daerah Aliran Sungai Cisadane pemanfaatan ruang analisis hutan konservasi dan kawasan budidaya
i Cisadane Kabupaten Kabupaten tahun 2010 di wilayah spasial, 74,57%; didominasi oleh kawasan
(2013) Bogor Bogor DAS Cisadane pertanian lahan basah 22,78%. Eksisting
Kabupaten Bogor, dan penggunaan lahan tahun 2010 di wilayah
apakah pemanfaatan studi didominasi oleh pertanian dan
ruang tahun 2010 telah tegalan 53,6%; semak dan hutan 28,8%,
sesuai rencana pola dan permukiman dan perumahan 15,55%.
ruang RTRW 2.Prosentase kesesuaian antara peta
Kabupaten Bogor tahun rencana pola ruang tahun 2005-2025 dan
2005-2025. peta penggunaan lahan tahun 2010 yaitu
2. Mengetahui faktor- sesuai 63,39%, kurang sesuai 26,38%,
faktor pengaruh dan tidak sesuai 10,23%. Dari prosentase
perubahan penggunaan 10,23%; terdapat 3 jenis perubahan
lahan tahun 2010 penggunaan lahan yaitu perubahan
beberapa kecamatan di tutupan lahan 47,65%; perubahan lahan
wilayah DAS Cisadane tak terbangun menjadi lahan terbangun
Kabupaten Bogor. 44,33%; dan perubahan peruntukan lahan
3. Mengetahui 8,02%. Dari total perubahan lahan tak
pengendalian terbangun menjadi lahan terbangun;
pemanfataan ruang 65,75% penggunaan lahan
beberapa kecamatan perumahan/permukiman, perindustrian
49
Lokasi Metode
No Peneliti Judul Penelitian Tujuan Penelitian Hasil Penelitian
Penelitian Penelitian
yang mengalami dan fasilitas umum lainnya berada di atas
perubahan penggunaan ketetapan kawasan pertanian lahan basah.
lahan di wilayah DAS 3. Perubahan penggunaan lahan pertanian
Cisadane Kabupaten menjadi lahan perumahan/permukiman
Bogor. memang benar terjadi dalam kurun waktu
sebelum maupun sesudah penetapan
kawasan pertanian lahan basah.
Perubahan penggunaan lahan ini
menunjukkan bahwa RTRW belum
menjadi acuan dalam pelaksanaan
pembangunan, bahwa perencanaan ruang
belum diimplementasikan secara penuh
oleh para pelaku pembangunan ke dalam
sebuah pemanfaatan ruang.
4. Faktor-faktor pengaruh perubahan
penggunaan lahan tersebut, yaitu:
a. faktor sosial ekonomi (internal), antara
lain: kebutuhan rumah tinggal dan
kepemilikan lahan, lokasi strategis dan
kemudahan aksesibilitas, dan
ketidaktahuan/ ketidakpahaman terhadap
Peraturan Daerah RTRW/IMB;
b. faktor kelembagaan (eksternal), antara
lain: kurang intensifnya sosialisasi Perda
RTRW/IMB, dan kurangnya dukungan
pemerintah terhadap keberadaan saluran
50
Lokasi Metode
No Peneliti Judul Penelitian Tujuan Penelitian Hasil Penelitian
Penelitian Penelitian
irigasi yang berfungsi mengaliri lahan
pertanian sehingga menyebabkan
penurunan produktivitas dan alih fungsi
menjadi pertanian lahan kering ataupun
permukiman.
3 Hilmi Kajian perkembangan Kecamatan Mengetahui Analisis . • Hasil interpretasi citra tahun 2001
Hilmansyah dan kesesuian lahan Indramayu perkembangan dan spasial dan menunjukan bahwa kawasan permukiman
, Iwan permukiman ekssisting di kesesuian lahan di analisis berkembang sebesar 458.82 ha, dan pada
Rudiarto kecamatan Indramayyu kecamatan Indramayu kuantitatif tahun 2013 berkembang menjadi 707.70
(2015) deskriptif. ha Perubahan sebesar 248.48 ha.
• Sebaran lahan permukiman terbesar
berada di Kelurahan Lemahabang dengan
luasan lahan sebesar 88.23 ha pada tahun
2013. Kelurahan Lemahabang terletak di
pusat kota, distribusi permukiman berada
di pusat kota.
• Arah ditribusi permukiman keluar
kawasan perkotaan dan mengarah ke
Kecamatan Jatibarang, seperti pada
Pekandangan Jaya, Plumbok, Telukagung.
Evaluasi dilakukan pada SBWP 5 dan
SBWP 11, pada SBWP 5 terjadi
ketidaksesuaian yaitu kawasan
permukiman menempati lahan yang
seharusnya pertanian, sedankan pada
51
Lokasi Metode
No Peneliti Judul Penelitian Tujuan Penelitian Hasil Penelitian
Penelitian Penelitian
SBWP 11 ketidaksesuaian terjadi pada
kawasan permukiman yang dibangung di
atas sempadan sungai.
• Daya tampung penduduk di Kecamatan
Indramayu sebesar 427,900 jiwa dengan
luas lahan permukiman yang dapat
dikembangkan sebesar 1088.83 ha atau
50%
Sumber : Hasil Penelitian, 2018
52