Masyarakat
Tradisional
dan Transisi di
Indonesia
– Masyarakat Rimba/Nomaden
– Masyarakat Adat
– Masyarakat Desa
NOMADEN
Atau dapat juga disebut engembara merupakan sekelompok
manusia yang memilih hidup untuk berpindah-pindah untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sumber: https://www.kompasiana.com/leya21951/5cfdb4943ba7f724e6480496/gaya-hidup-nomaden-dari-masa-prasejarah-jaman-moderen-hingga-millenia?page=all
Masyarakat Rimba/Nomaden di
Indonesia
Alih fungsi hutan menjadi perkebunan sawit membuat Orang Rimba tak lagi leluasa untuk
hidup nomaden. Mereka pun kini tinggal di sebuah perumahan yang berada di tengah
perkebunan sawit. Perumahan senilai Rp 25 juta per unit tersebut telah ditempati oleh
puluhan kepala keluarga (KK) Orang Rimba setempat sejak awal 2018 dengan cara
membeli secara tunai dan cicil kepada seorang warga pemilik kebun yang sekaligus
menjadi penampung hewan buruan Orang Rimba.
“Pengandangan” Orang Rimba ini pun menarik perhatian sejumlah orang. Menurut
seorang Akademisi Universitas Padjajaran, Miranda Risang Ayu PhD kebijakan pemerintah
dengan merumahkan Orang Rimba atau Suku Anak Dalam di Provinsi Jambi adalah
kebijakan yang terlalu memaksa karena tidak memberikan solusi untuk kesejahteraan
mereka.
Sumber: https://news.detik.com/foto-news/d-4310415/potret-kehidupan-orang-rimba-yang-bertahan-di-tengah-modernisasi/3
Masyarakat Rimba/Nomaden di
Indonesia
Masih menurut Miranda, kebijakan merumahkan Orang Rimba justru akan menimbulkan
problem tersendiri, karena mereka merupakan komunitas yang memiliki kearifan lokal
dan tak bisa menerima menetap di luar kawasan hutan dengan cara dibuatkan rumah
permanen
Suku Anak Dalam atau dikenal pula dengan Orang Rimba merupakan salah satu suku
pedalaman yang menetap di Pulau Sumatera, khususnya di sejumlah hutan di kawasan
Jambi. Mereka terbiasa hidup nomaden atau berpindah-pindah dari satu lokasi ke lokasi
lainnya di pedalaman hutan Sumatera.
Sumber: https://news.detik.com/foto-news/d-4310415/potret-kehidupan-orang-rimba-yang-bertahan-di-tengah-modernisasi/3
Masyarakat Rimba/Nomaden di
Indonesia
Suku Sakai merupakan salah satu suku asli di Riau yang memilihi
pola nomaden. Suku sakai melakukan aktifitas seperti berkebun.
Suku ini termasuk dalam ras Veddoid dengan ciri kulit berwarna
coklat kehitaman dan rambut keriting hingga baerombak.
Suku Sakai melstarikan upacara adapt seperti pernikahan, kelahiran
dan kematian.
Suku Sakai memiliki ritual khusus seperti menanam padi, menyiang,
sorang sirih dan tolak bala. Adapaun komunikasi dengan
menggunakan Bahasa Melayu bercampur Minangkabau dan
Mandailing.
Sebagian orang dalam Suku Sakai ini masih memiliki kepercayaan
animisme
Sumber: https://gpriority.co.id/kehidupan-nomaden-suku-sakai/
Masyarakat Adat
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakat_adat
Masyarakat Adat
Masyarakat
Adat
gemeinschaft
Sumber: https://geotimes.co.id/opini/mengenal-masyarakat-adat/
Masyarakat Adat
Ciri Pokok Kekayaan komunal dan otoritas khusus yang otonom adalah ciri
pokok persekutuan masyarakat adat, yaitu semacam kedaulatan atas
wilayah adat, yang lazim disebut juga dengan beschikkingsrecht atau
hak ulayat. Hak ulayat adalah otoritas masyarakat adat atas sumber
kekayaan komunal.
Otoritas yang dimiliki oleh masyarakat adat ini adalah unsur penting
tentang masyarakat adat sebagai pengampu hukum adat. Cornelis
Van Vallenhoven menyebutkan bahwa masyarakat adat memproduksi
dan menjalankan hukum adat ini dalam wilayah tertentu, yang oleh
Van Vallenhoven diklasifikasikan ke dalam sembilan belas wilayah
berlakunya hukum adat (rechtskringen).
Sumber: https://geotimes.co.id/opini/mengenal-masyarakat-adat/
Masyarakat Adat
Dalam Kongres KMAN tersebut lahirlah Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) sebagai
wadah resmi perjuangan Masyarakat Adat di Indonesia. Saat ini AMAN beranggotakan 2.366
komunitas adat dengan populasi mencapai sekitar 18 juta orang tersebar di seluruh pelosok
Nusantara.
Sumber: https://geotimes.co.id/opini/mengenal-masyarakat-adat/
Masyarakat Desa
Masyarakat Desa merupakan masyarakat yang memiliki hubungan yang erat antar
sesamama
Surjono Sukamto
Sumber: https://geotimes.co.id/opini/mengenal-masyarakat-adat/
Masyarakat Desa
Menuruut Khairudin dalam Tradisi, Agama, dan Akseptasi Modernisasi Pada Masyarakat
Pedesaan Jawa (2016), ciri desa adalah :
1. Pekerjaan bersifat homogen atau sama. Masyarakat desa lebih banyak bergantung pada
sektor pertanian, peternakan, dan perikanan.
2. Masyarakat berukuran kecil. Jumlah penduduknya tidak sebanyak di kota.
Pertumbuhannya juga tidak masif. Ini dikarenakan penduduk desa harus
mempertimbangkan keseimbangan potensi alam.
3. Kepadatan penduduk tergolong rendah. Rasio antara luas wilayah dengan
penduduknya kecil. Ini bisa terlihat dari rumah di desa yang masih punya pekarangan
dan tidak menempel dengan tetangganya.
4. Lingkungan fisik, biologis, dan sosial budaya masih terjaga dengan baik.
Sumber: https://geotimes.co.id/opini/mengenal-masyarakat-adat/
Masyarakat Desa
5. Diferensiasi sosial rendah. Tak banyak perbedaan antara warga satu dengan lainnya.
Penduduknya punya kesamaan dalam hal pekerjaan, adat istiadat, bahasa, bahkan
hubungan kekerabatan.
6. Stratifikasi sosial yang tidak terlalu mencolok. Kelas atau tingkatan sosial masyarakat
desa tidak terlalu banyak dan lebar.
7. Mobilitas sosial masyarakat relatif rendah. Pekerjaan dan ikatan masyarakat yang
terbatas membuat masyarakat desa tak butuh kerap bepergian.
8. Interaksi sosial masyarakat desa lebih intensif. Komunikasinya juga bersifat personal
sehingga antara satu dengan yang lainnya saling mengenal.
9. Solidaritas sosial pada masyarakat pedesaan sangat kuat. Ini karena mereka punya
kesamaan ciri, sosial, ekonomi, budaya, dan tujuan hidup.
10. Kontrol sosial masyarakat pedesaan dilakukan lewat norma dan nilai yang berlaku di
masyarakat. Ada sanksi sosial bagi masyarakat yang melanggar.
Sumber: https://geotimes.co.id/opini/mengenal-masyarakat-adat/
Masyarakat Desa
11. Tradisi lokal masyarakat desa masih kuat. Tradisi diturunkan dari generasi ke generasi.
Sumber: https://geotimes.co.id/opini/mengenal-masyarakat-adat/