Anda di halaman 1dari 4

Halaman 177 – 183

Fungsi Buffering dan Lingkungan


(Buffering and Neighbourhood Functions)
Buffering, digunakan untuk mengidentifikasi zona kepentingan di sekitar entitas, atau
kumpulan entitas. Jika suatu titik disangga, zona melingkar dibuat. Garis penyangga dan area
menciptakan area baru.
Buffering sangat sederhana secara konseptual tetapi merupakan operasi komputasi yang
kompleks. Membuat zona penyangga di sekitar fitur titik adalah operasi termudah;
lingkaran dengan jari-jari yang diperlukan hanya digambar di sekitar setiap titik. Membuat
zona penyangga di sekitar fitur garis dan area lebih rumit. Beberapa GIS melakukan ini
dengan menempatkan lingkaran dengan radius yang diperlukan di salah satu ujung garis
atau batas area yang akan disangga. Lingkaran ini kemudian dipindahkan sepanjang
segmen. Jalur yang dibuat oleh tepi lingkaran yang bersinggungan dengan garis digunakan
untuk menentukan batas zona penyangga.
Gambar 1. Zona penyangga di sekitar (a), titik (b), garis, dan (c) fitur area

R R1
R2
(A
)
D1D2
R
(B)

D
D1D2

(C)

Gambar diatas hanya mengilustrasikan rangkaian operasi buffer paling dasar karena ada
banyak variasi pada tema ini. Misalnya, zona penyangga mungkin memiliki lebar tetap atau
bervariasi sesuai dengan atribut fitur. Misalnya Saat menganalisis jaringan jalan, zona
penyangga yang lebar dapat dilampirkan ke jalan raya dan zona penyangga yang lebih
sempit ke jalan kecil untuk mencerminkan kepadatan lalu lintas. Zona penyangga dengan
lebar bervariasi digambar di sekitar jalan dan jalur kereta api. Jalan raya disangga pada 3
km (ini menjadi pembawa utama volume lalu lintas) dan rute utama pada 1,5 km. Rel kereta
api juga disangga pada 3 km. Situs yang terletak di dalam salah satu zona penyangga ini
adalah tempat pembuangan sampah yang layak karena mudah diakses.
Gambar 2. Studi kasus limbah radioaktif: 3 km zona penyangga (biru) di
sekitar jaringan rel (merah)
Buffering memiliki serangkaian kegunaan saat bergabung dengan lapisan data lainnya.
Pada limbah radioaktif le zona penyangga digunakan sebagai bagian dari untuk
mengidentifikasi penggunaan lahan, jumlah populasi.
Zona penyangga sering dibuat dengan menggunakan satu perintah atau opsi dalam GIS
vektor, pendekatan yang banyak digunakan adalah GIS raster. Metode ini akan menghasilkan
lapisan data raster baru di mana atribut setiap sel adalah ukuran jarak.
Pengoperasian lain dalam GIS Raster dimana nilai masing-masing sel diubah
berdasarkan kedekatan adalah : Filtering. Filtering merupakan salah satu contoh yang
digunakan untuk pengolahan citra penginderaan jauh. Pemfilteran akan mengubah nilai sel
berdasarkan atribut sel tetangga. Filter didefinisikan sebagai sekelompok sel di sekitar sel
target. Ukuran dan bentuk filter ditentukan oleh operator. Bentuk filter yang umum adalah
kotak dan lingkaran, dan dimensi filter menentukan jumlah sel tetangga yang digunakan
dalam proses penyaringan. Filter dilewatkan melintasi kumpulan data raster dan digunakan
untuk menghitung ulang nilai sel target yang terletak di pusatnya. Nilai baru yang ditetapkan
ke sel target dihitung menggunakan salah satu dari sejumlah algoritma. Dalam studi kasus
Zdarske Vrchy algoritma penyaringan digunakan untuk membuat indeks tepi hutan untuk
wilayah tersebut. Filter 6 sel x 6 sel dilewatkan di atas peta tepi hutan yang berasal dari citra
satelit.
Kombinasi operasi jarak dan lingkungan dapat digunakan untuk melakukan beberapa
perhitungan jarak atau kedekatan yang cukup kompleks yang memperhitungkan tidak hanya
jarak linier horizontal tetapi juga efek jarak vertikal atau kemiringan (misalnya mendaki atau
menuruni bukit). Faktor biaya lain yang dapat diperhitungkan termasuk pengaruh kecepatan
atau hambatan angin, kemampuan lalu lintas, beban yang dibawa atau faktor dorong/tarik
lainnya. Faktor biaya seperti kemiringan dan kecepatan angin tidak sama di semua arah,
sehingga model kedekatan perlu mempertimbangkan hal ini. Ketika faktor-faktor yang
mengendalikan jarak relatif sama di semua arah, model kedekatan dikatakan 'isotropik'
(misalnya buffering sederhana atau permukaan jarak linier). Ketika faktor- faktor yang
mengendalikan jarak relatif tidak sama ke segala arah, model kedekatan dikatakan
'anisotropik'. Banyak sistem GIS sekarang membuat ketentuan untuk pemodelan kedekatan
anisotropik.
Permodelan Remoteness di Daerah Pegunungan
(Modelling Remoteness In Mountain Areas)
1. Steve Carver dan Steffan Fritz
Keterpencilan (remoteness) dapat didefinisikan secara geografis sebagai jarak
linier dari satu titik dalam ruang ke titik lain dalam ruang. Hal ini membuat asumsi
kecepatan dan biaya perjalanan yang sama ke segala arah, yang tentu saja tidak mungkin
terjadi di dunia nyata di mana terdapat perbedaan jaringan transportasi, medan dan
variabel lainnya. Definisi keterpencilan lainnya yang lebih berguna adalah waktu yang
dibutuhkan untuk melakukan perjalanan antara tempat asal dan tujuan. Menggunakan
waktu perjalanan sebagai ukuran keterpencilan mengharuskan sejumlah faktor geografis
selain jarak linier sederhana dipertimbangkan termasuk biaya atau dorongan (manfaat)
faktor-faktor yang mempengaruhi kemudahan perjalanan ke arah tertentu dan rute yang
dipilih. Faktor-faktor tersebut bisa berupa medan, penutup tanah, kemiringan lereng,
ketinggian, hidrologis dan lainnya. Semua variabel ini dapat dimasukkan dalam model
spasial untuk memperkirakan keterpencilan.
Pemetaan keterpencilan fisik penting mengingat peningkatan rekreasi luar ruangan
terlihat selama 40 tahun terakhir dan peningkatan substansial diprediksi untuk beberapa
dekade mendatang (Ewert dan Hollenhorst, 1997). Teknik baru diperlukan untuk
membantu mengelola sumber daya lanskap dan, khususnya, area di luar akses mekanis
untuk mencegah penggunaan berlebihan dan degradasi. Peta keterpencilan merupakan
elemen penting dalam evaluasi kawasan liar dan dalam pengembangan kebijakan yang
ditujukan untuk perlindungan mereka.
2. Peran Remoteness dalam Karakter Landscape
Keterpencilan memainkan peran penting dalam menentukan persepsi masyarakat
tentang karakter lanskap khususnya di daerah pegunungan. Banyak orang
mengasosiasikan keterpencilan dengan hutan belantara, terkadang dengan sedikit
memperhatikan penggunaan lahan dan sejarah lanskap. Keterpencilan, dari perspektif ini,
paling baik disebut sebagai variabel yang dirasakan di mana meskipun mungkin
memiliki sedikit atau tidak ada efek biofisik di luar pengaruh geografisnya pada sejarah
penggunaan lanskap oleh manusia, itu memiliki efek yang nyata pada bagaimana
perasaan orang tentang pengaturan lanskap. Mampu secara akurat memetakan
keterpencilan dengan mempertimbangkan variabel geografis yang terkait dapat terbukti
menjadi nilai yang besar untuk studi tentang lahan liar dan karakter lanskap (Carverdkk.,
2002).
3. Pemetaan Aksesibilitas dan Remoteness Menggunakan GIS
Model akses sederhana berbasis GIS sering dimulai dengan mengasumsikan
kemudahan perjalanan yang sama ke segala arah. Ketika mempertimbangkan
aksesibilitas dari fitur titik, garis atau daerah asal, solusi paling sederhana adalah
menggambar zona penyangga atau menggunakan jarak linier sederhana (permukaan
isotropik). Beberapa model GIS menggunakan faktor biaya dan faktor pendorong untuk
menghitung permukaan aksesibilitas yang tidak dibatasi oleh jaringan transportasi.
Dalam konteks perjalanan pejalan kaki off-road, variabel medan seperti gradien dapat
diterapkan untuk memberikan perkiraan waktu akses yang lebih baik. Dengan
memasukkan faktor biaya/dorongan yang relevan ke dalam model akses khusus pejalan
kaki dalam GIS, perkiraan keterpencilan yang lebih baik untuk area tanpa jalan tertentu
dapat diperoleh. Aturan Naismith (1892) telah lama digunakan sebagai panduan praktis
untuk memperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk berjalan dari A ke B melalui medan
pegunungan. Aturan dasarnya menyatakan bahwa pejalan kaki dapat mempertahankan
kecepatan 5 km/jam di tanah datar, tetapi setengah jam perlu ditambahkan untuk setiap
300 m pendakian. Di tingkat lokal dimungkinkan untuk mengembangkan model yang
memperhitungkan berbagai variabel topografi yang mempengaruhi waktu tempuh
berjalan kaki. Ini dapat dicapai dengan memasukkan Aturan Naismith dan koreksi yang
lebih baru ke dalam model GIS. Menggunakan Aturan Naismith adalah mungkin untuk
menghitung waktu yang dibutuhkan untuk melintasi satu set sel dalam model elevasi
digital (DEM) dengan memperhitungkan arah gradien dan kemiringan relatif terhadap
arah perjalanan.
Peta keterpencilan dapat dibandingkan dengan permukaan jarak linier sederhana
untuk menunjukkan bagaimana medan dan fitur geografis lainnya membuat perbedaan
yang signifikan terhadap waktu akses off-road yang dipetakan. Semakin besar relief dan
semakin banyak fitur penghalang yang ada, maka semakin besar perbedaan antara peta
jarak linier dan teknik pemetaan keterpencilan.
4. Aplikasi Potensi Pemetaan Jarak Jauh
Pemetaan keterpencilan mungkin memiliki beberapa aplikasi dalam bidang
perencanaan. Secara khusus peta keterpencilan mungkin berguna dalam perencanaan rute
untuk jalan setapak, trek atau jalan baru atau yang ditingkatkan, mengevaluasi skema
pembangkit listrik tenaga air/angin baru dan pengaruh jalan akses terkait dan menilai
dampak dari pengembangan rekreasi baru. Dalam konteks ini, informasi tentang
keterpencilan mungkin berguna dalam membantu mempertimbangkan aplikasi
perencanaan untuk pengembangan baru.

Anda mungkin juga menyukai