Anda di halaman 1dari 39

WAHYUDI

G41116303

I. PENDAHULUAN

1.2. Latar Belakang

Perkembangan teknologi digital yang pesat telah mempengaruhi semua segi


kehidupan dan telah mempermudah dan mempercepat pekerjaan manusia.
Teknologi digital pun telah memberikan andil yang cukup besar pada kegiatan
pengolahan dan pemrosesan data. Seperti halnya pemetaan yang memberi manfaat
dalam kehidupan sehari-hari. Saat ini berbagai jenis peta dengan karakteristiknya
masing-masing dapat ditemukan dengan mudah. Salah satu jenis peta tersebut
adalah peta topografi. Peta topografi memberi manfaat berupa informasi mengenai
tinggi suatu tempat atau lokasi terhadap rujukan tertentu.
Untuk menyajikan variasi ketinggian suatu lokasi pada peta topografi,
umumnya digunakan garis kontur. Garis kontur dapat dibentuk dengan membuat
garis-garis perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang
mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat dengan skala tertentu, maka bentuk
garis kontur ini juga akan mengalami pengecilan sesuai skala peta. Proyeksi tegak
garis-garis perpotongan pada bidang mendatar berupa grid.
Grid berkaitan dengan pola yang berbentuk persegi dalam sebuah peta yang
ditandai dengan huruf atau angka. Grid berupa suatu tahapan yang harus dilakukan
pada saat pembuatan perangkat lunak garis kontur.Penentuan titik koordinat grid
disebut dengan gridding. Adapun tahapan proses gridding meliputi pembentukan
pola grid, penelusuran dan pemilihan titik, serta proses pengolahan data. Hal-hal
yang perlu diperhatikan selama pembuatan dan penentuan koordinat titik grid
(gridding), yaitu penentuan posisi bidang datar dua dimensi (x,y) dan pemanfaatan
kaidah fungsi matematika dalam interpolasi untuk menentukan ketinggiannya (z).
Dengan mengetahui titik-titik ketinggian yang diperoleh dari data gridding dalam
suatu lokasi, volume galian dan timbunan (cut and fill) juga dapat ditentukan.
Berdasarkan hal tersebut, praktikum mengenai surfer dan gridding dilakukan
agar mampu melaksanakan pengukuran ketinggian tempat dengan cara grid serta
mampu menghitung volume galian dan timbunan (cut and fill) berdasarkan
ketinggian yang didapatkan dalam metode gridding.

LABORATORIUM TEKNIK TANAH DAN AIR


WAHYUDI
G41116303

1.2. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari pelaksanaan praktikum gridding dan surfer adalah agar mahasiswa
mampu melaksanakan pengukuran ketinggian tempat dengan cara grid serta
mampu menghitung volume galian dan timbunan (cut and fill).

Kegunaan yang terdapat dalam praktikum gridding dan surfer adalah agar
mahasiswa mampu mengaplikasikan metode pemetaan grid di lingkungan
pertanian, seperti pemetaan kondisi tanah yang subur dan kurang subur.

LABORATORIUM TEKNIK TANAH DAN AIR


WAHYUDI
G41116303

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Peta Kontur


Peta kontur adalah peta yang menggambarkan ketinggian permukaan bumi.
Peta kontur dibuat dengan mengambil citra permukaan bumi dari pesawat udara
atau satelit. Proses pencitraan akan menghasilkan sebuah gambar permukaan bumi
dengan warna-warna yang menunjukkan ketinggian tiap permukaan bumi yang
dicitrakan. Gambar berwarna tersebut kemudian diolah dengan memberi batas
berupa polyline untuk tiap permukaan bumi yang memiliki ketinggian yang sama
(memiliki warna yang sama). Tiap garis dalam polyline akan menggambarkan
ketinggian permukaan bumi yang sama. Tiap polyline yang menggambarkan
ketinggian permukaan bumi tertentu disebut sebagai kontur. Kumpulan dari kontur
disebut sebagai peta kontur (Jimmy, 2008).
Umumnya, setiap kontur dalam sebuah peta kontur akan menggambarkan
ketinggian permukaan bumi dengan kelipatan bilangan tertentu yang menunjukkan
tingkat ketelitian peta kontur tersebut. Saat ini peta kontur pada umumnya diperoleh
dan disimpan melalui pemrosesan digital menggunakan komputer (selanjutnya
disebut peta kontur digital). Peta kontur digital kemudian dapat disajikan
dalam bentuk tercetak di atas suatu media seperti kertas atau langsung
di layar monitor komputer (Jimmy, 2008).
Tiap peta kontur digital akan memiliki data mengenai kumpulan kontur (berupa
polyline) dan koordinat bumi (altitude, longitude, dan latitude) tiap vertex penyusun
kontur. Data peta kontur digital tersebut disimpan dalam berbagai format sesuai
dengan vendor yang mengeluarkan perangkat lunak pengolah peta kontur digital.
Selain memiliki format penyimpanan yang berbeda, tiap vendor sering kali
menambahkan beberapa data peta kontur yang spesifik untuk mendukung fasilitas
perangkat lunak pengolah peta kontur digital miliknya. Sejumlah perangkat lunak
pengolah peta kontur digital telah menyimpan data mesh polygon tiga dimensi
dari peta kontur. Proses visualisasi peta kontur dalam sudut pandang tiga
dimensi berdasarkan data mesh polygon peta kontur merupakan proses
yang mudah dilakukan (Jimmy, 2008).

LABORATORIUM TEKNIK TANAH DAN AIR


WAHYUDI
G41116303

2.2. Surfer

Surfer adalah salah satu perangkat lunak yang digunakan untuk pembuatan
peta kontur dan pemodelan tiga dimensi yang berdasarkan pada grid. Perangkat
lunak ini melakukan plotting data tabular xyz tak beraturan menjadi lembar
titik- titik segi empat (grid) yang beraturan. Surfer adalah suatu program pemetaan
yang dapat dengan mudah melakukan interpolasi data hasil survei untuk
membentuk kontur dan permukaan 3D. Terdapat dua belas metode interpolasi pada
perangkat lunak ini, masing-masing memiliki fungsi spesifik dan parameter
tersendiri. Kesalahan sehubungan perhitungan pengukuran dapat diindikasikan dari
presisi dan akurasinya. Presisi mengacu pada sebaran dari ulangan bacaan dari
suatu alat yang mengukur besaran fisik tertentu, Akurasi mengacu pada kedekatan
angka pengukuran terhadap angka sebenarnya (Siregar, 2009).
Kriging adalah interpolator geostatistik yang paling sering digunakan pada
berbagai bidang ilmu. Kriging dapat menghubungkan titik-titik bernilai ekstrim
tanpa mengisolasinya sehingga tidak terbentuk efek “mata sapi”. Kriging pada
perangkat lunak Surfer dapat difungsikan sebagai interpolator yang eksak atau
sebagai penghalus, bergantung pada parameter yang digunakan. Hasil prediksi
kriging lebih akurat dari pada metode regresi. Metode ini membolehkan error yang
berkorelasi, sehingga semakin dekat nilai masukan, semakin kuat korelasi keluaran.
Regresi menggunakan satu himpunan parameter estimasi untuk semua nilai
masukan, sementara kriging mengadaptasi parameternya (pembobotan) untuk
memprediksi perubahan nilai masukan (Siregar, 2009).
Metode kriging memiliki beberapa keunggulan, antara lain sebagai
interpolator, metode kriging memadukan korelasi spasial antar data, yang tidak di
lakukan oleh prosedur statistik klasik. Keunggulan kriging dibandingkan teknik
konturisasi lainnya adalah kemampuannya untuk mengkuantifikasi variansi dari
nilai yang diestimasi sehingga tingkat presisi dari hasil estimasi dapat diketahui.
Metode kriging tetap dapat digunakan meskipun tidak ditemukan korelasi spasial
antar data. Pada pengamatan yang saling bebas, proses estimasi kriging akan mirip
dengan estimasi menggunakan analisa regresi kuadrat terkecil (Siregar, 2009).

LABORATORIUM TEKNIK TANAH DAN AIR


WAHYUDI
G41116303

Menurut Siregar (2009), ada beberapa kelemahan kriging diantaranya adalah:


a. Banyaknya metode yang membangun teknik ini, sehingga menghendaki
banyak asumsi yang jarang sekali dapat dipenuhi.
b. Kriging mengasumsikan data menyebar normal sementara kebanyakan data
lapangan tidak memenuhi kondisi tersebut.
c. Semi variogram yang dihitung untuk suatu himpunan data tidak berlaku untuk
himpunan data lainnya.
d. Estimasi semi variogram akan sulit bila titik sampel yang digunakan tidak
mencukupi.
Dalam digitasi peta, didasarkan kepada cara pembuatan peta topografi, peta 3
dimensi, penampang serta perhitungan luas dan volume, yang berbasis pada
program terapan surfer (Widayati dkk, 2010).
Menurut Widayati dkk (2010), alasan penggunaan program terapan ini karena
adanya beberapa kelebihan, di antaranya:
1. Jika hasil pengukuran topografi lapangan yang menggunakan koordinat lokal
X,Y dan elevasi Z dapat dengan mudah ditransfer.
2. Jika data yang tersedia sudah berupa peta topografi hasil pengukuran,
pelaksanaan digitasi dapat dilakukan dengan cara yang cukup mudah.
3. Dapat dilakukan modifikasi, dengan manipulasi sebagian nilai kontur sebagai
bagian dari bentang alam yang terubah (misalnya setelah terbentuk bench
penambangan).
4. Perhitungan luas dan volume sebelum dan sesudah kondisi bentang alam
berubah dapat dilakukan dengan cara sederhana.
5. Dengan fasilitas yang tersedia (vector), dapat dilakukan membagi daerah
berdasarkan kawasan penyaluran, misalnya untuk kebutuhan perencanaan
drainage tambang.
6. Dalam surfer tersedia juga fasilitas untuk menghitung besarnya sumber daya
atau cadangan, misalnya dengan menggunakan kriging, inverse distance,
minimum curvature.

LABORATORIUM TEKNIK TANAH DAN AIR


WAHYUDI
G41116303

2.3. Cut and Fill

Galian dan timbunan atau yang lebih dikenal oleh orang-orang lapangan
dengan Cut and Fill adalah bagian yang sangat penting baik pada pekerjaan
pembuatan jalan, bendungan, bangunan, dan reklamasi. Galian dan timbunan dapat
diperoleh dari peta situasi yang dilengkapi dengan garis-garis kontur atau diperoleh
langsung dari lapangan melalui pengukuran sipat datar profil melintang sepanjang
jalur proyek atau bangunan. Perhitungan galian dan timbunan dapat dilakukan
dengan menggunakan peta situasi dengan metode penggambaran profil melintang
sepanjang jalur proyek yang meninjau galian dan timbunan dari tampak atas dan
menghitung selisih tinggi garis kontur terhadap ketinggian proyek ditempat
perpotongan garis kontur dengan garis proyek. Penentuan volume tanah adalah
suatu hal yang sangat lazim. Seperti halnya pada perencanaan pondasi, galian dan
timbunan pada rencana irigasi, jalan raya, jalan kereta api, perhitungan volume
tubuh bendung, dan lain-lain, tanah harus digali dan dibuang ke tempat
lain atau sebaliknya (Rosida, 2013).
Galian dan timbunan (cut and fill) merupakan salah satu bagian terpenting
dalam berbagai jenis proyek sipil dan pengukuran. Banyak proyek pengukuran
yang pekerjaan intinya adalah perhitungan dan pembuatan galian dan timbunan di
lapangan dan dilakukan dalam skala besar. Pada umumnya pekerjaan galian
(cutting) dan timbunan (filling) memiliki konsep yang sama dalam proses
pengukuran dan perhitungannya. Pada kebanyakan proyek pekerjaan galian
dilakukan terlebih dahulu sebelum timbunan. Karena itulah dalam tugas akhir kali
ini hanya akan dibahas mengenai proses perhitungan volume galian, sedangkan
untuk perhitungan volume timbunan dapat disesuaikan dan dikembangkan apabila
dibutuhkan. Perhitungan volume galian dilakukan setelah pengukuran situasi di
lapangan dan pengukuran cross sectional open cut. Perhitungan ini sangat penting
peranannya dalam suatu proyek karena merupakan dasar dalam pencairan dana bagi
kontraktor yang nantinya akan diserahkan kepada owner proyek, secara umum
jumlah volume galian akan sangat berpengaruh terhadap jumlah dana yang akan
diperoleh, oleh karena itu perhitungan volume galian harus dilakukan seteliti
mungkin agar tidak ada pihak yang dirugikan (Rosida, 2013).

LABORATORIUM TEKNIK TANAH DAN AIR


WAHYUDI
G41116303

2.4. Peta Digital

Peta digital adalah representasi fenomena geografik yang disimpan untuk


ditampilkan dan dianalisis oleh komputer digital. Setiap objek pada peta digital
disimpan sebagai sebuah atau sekumpulan koordinat. Sebagai contoh, objek berupa
lokasi sebuah titik akan disimpan sebagai sebuah koordinat, sedangkan objek
berupa wilayah akan disimpan sebagai sekumpulan koordinat (Nugraha, 2012).
Menurut Nugraha (2012), beberapa kelebihan penggunaan peta digital
dibandingkan dengan peta analog antara lain dalam hal:
a. Peta digital kualitasnya tetap.
Tidak seperti kertas yang dapat terlipat atau sobek ketika disimpan, peta digital
dapat dikembalikan ke bentuk asalnya kapanpun tanpa ada penurunan kualitas.
b. Peta digital mudah disimpan dan dipindahkan.
Peta digital mudah disimpan dan dipindahkan dari satu media penyimpanan
yang satu ke media penyimpanan yang lain. Peta analog yang disimpan dalam
bentuk gulungan-gulungan kertas misalnya, memerlukan ruangan yang lebih besar
dibanding dengan jika peta tersebut disimpan sebagai peta digital dalam sebuah
hard disk, CD-ROM atau DVD-ROM.
c. Peta digital lebih mudah diperbarui.
Penyuntingan untuk keperluan pemutakhiran data atau perubahan sistem
koordinat misalnya, dapat lebih mudah menggunakan perangkat lunak tertentu.
Perancangan peta pencemaran menggunakan aplikasi pendukung berupa
ArcView yang mempunyai data base. Pada perancangan peta pencemaran ini
menggunakan layer atau theme (Triyono, 2008).
Menurut Triyono (2008), Layer atau theme dibuat delapan view yaitu :
1. View pemantauan udara.
2. View pemantauan sungai.
3. View pemantauan laut.
4. View industri.
5. View pengembangan industri.
6. View hasil pemantauan udara.
7. View hasil pemantauan sungai.
8. View hasil pemantauan laut.

LABORATORIUM TEKNIK TANAH DAN AIR


WAHYUDI
G41116303

III. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum pengambilan data gridding dan surfer dilakukan pada hari Sabtu,
07 Oktober 2017, pada pukul 13.00 WITA sampai selesai. Bertempat di Lapangan
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Praktikum pengolahan data gridding dan surfer dilakukan pada hari Jumat, 24
November 2017, pukul 10.00 WITA sampai selesai. Bertempat di Laboratorium
Teknik Tanah dan Air, Program Studi Keteknikan Pertanian, Departemen
Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah theodolite NIKON NE-100,
tripod, bak ukur, GPS, meteran, patok, payung, alat tulis dan laptop.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah baterai dan sebidang tanah.

3.3. Prosedur Praktikum

3.3.1. Gridding

1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.


2. Menentukan daerah atau lahan yang akan diukur.
3. Menancapkan patok pada titik BM, P0, P1, P2, P3, A0, A1, A2, A3, B0, B1, B2, B3,
C0, C1, C2 dan C3.
4. Mengukur jarak setiap titik yang telah ditentukan.
5. Memasang statip dan theodolite diatas titik BM, kemudian melakukan
penyetelan alat.
6. Mengukur tinggi alat dengan menggunakan meteran.
7. Menempatkan bak ukur di titik P0, kemudian mengarahkan theodolite ke arah
bak ukur lalu membaca batas tengahnya.
8. Memindahkan bak ukur di titik P1, kemudian membaca batas tengahnya.
9. Mengulangi langkah ke 6 untuk titik P2 dan P3.
10. Memindahkan tripod pada titik P0, sedangkan bak ukur dipindahkan pada titik
A0, kemudian membaca batas tengahnya.

LABORATORIUM TEKNIK TANAH DAN AIR


WAHYUDI
G41116303

11. Memindahkan bak ukur di titik B0, kemudian membaca batas tengahnya, sama
hannya pada titik C0.
12. Memindahkan tripod pada titik P1, sedangkan bak ukur dipindahkan pada titik
A1, kemudian membaca batas tengahnya.
13. Memindahkan bak ukur di titik B1, kemudian membaca batas tengahnya, sama
hannya pada titik C1.
14. Memindahkan tripod pada titik P2, sedangkan bak ukur dipindahkan pada titik
A2, kemudian membaca batas tengahnya.
15. Memindahkan bak ukur di titik B2, kemudian membaca batas tengahnya, sama
hannya pada titik C2.
16. Memindahkan tripod pada titik P3, sedangkan bak ukur dipindahkan pada titik
A3, kemudian membaca batas tengahnya.
17. Memindahkan bak ukur di titik B3, kemudian membaca batas tengahnya, sama
hannya pada titik C3.

3.3.2. Surfer
1. Membuka software surfer yang ada pada komputer.

Gambar 58. Halaman kerja software surfer.


2. Mengklik file lalau memilih new kemudian mengklik worksheet.

LABORATORIUM TEKNIK TANAH DAN AIR


WAHYUDI
G41116303

Gambar 59. File-new-worksheet.


3. Memasukkan nilai x, y dan z dari data gridding yang ada di excel ke surfer.

Gambar 60. Data gridding di surfer.


4. Mengklik file lalu mengklik save as untuk menyimpan data.

Gambar 61. File-save as.

LABORATORIUM TEKNIK TANAH DAN AIR


WAHYUDI
G41116303

5. Memasukkan data ke dalam folder yang akan disimpan kemuidan mengketik


nama file pada kolom file name lalu mengklik save.

Gamabar 62. Save file.


6. Mengklik grid kemudian mengklik data.

Gamabar 63. Grid-data.


7. Mengklik file data awal yang berisi nilai x, y dan z kemudian mengklik Open.

Gamabar 64. File-open.

LABORATORIUM TEKNIK TANAH DAN AIR


WAHYUDI
G41116303

8. Pada kotak menu yang muncul klik OK.

Gambar 65. Mengklik OK.


9. Mengklik file lalu mengklik save as pada menu surfer-Grid Data Report,
menyimpan file kedalam folder file data awal disimpan lalu mengklik save.
Mengklik close pada menu surfer-Grid Data Report.

Gambar 66. File-save as.


10. Mengklik map kemudian memilih new lalu mengklik contour map.

Gambar 67. Map-new-contour map.

LABORATORIUM TEKNIK TANAH DAN AIR


WAHYUDI
G41116303

11. Mengklik data awal lalu mengklik open pada menu open grid.

Gambar 68. Menuopen grid.


12. Mengklik file lalu mengklik export.

Gambar 69. File-export.


13. Pada kolom save as type menganti menjadi JPG dan pada kolom file name
mengetik nama file lalu mengklik save.

Gambar 70. Menu export.

LABORATORIUM TEKNIK TANAH DAN AIR


WAHYUDI
G41116303

14. Mengklik OK pada menu export options.

Gambar 71. Menuexport options.


15. Mengklik map kemudian mengklik survace.

Gambar 72. Map-survace.


16. Mengklik data awal lau open pada menu open grid.

Gambar 73. Menu open grid.

LABORATORIUM TEKNIK TANAH DAN AIR


WAHYUDI
G41116303

17. Sehingga akan muncul tampilan seperti dibawah ini.

Gambar 74. Tampilan 3D survace.


18. Mengklik kedua objek kemudian klik map lalu mengklik overlay maps.

Gambar 75. Map-overlay maps.


19. Untuk mengubah warna objek mengklik objek lalu pada menu property
manajer pada bagian general mencentang show colour scale, pada bagian base
mencentang show base dan untuk menganti warna yang diinginkan berada
pada bagian material color kolom upper.

Gambar 76. Menganti warna objek.

LABORATORIUM TEKNIK TANAH DAN AIR


WAHYUDI
G41116303

20. Mengklik file lalu export.

Gambar 77. File-export.


21. Menyimpan file dalam bentuk JPG pada menu export, mengklik OK pada menu
export options.

Gambar 78. Menu export options.

3.4. Rumus yang Digunakan

a. Menghitung Tinggi garis bidik


TGB = TTA + TA……………………………….(27)
b. Mengitung tinggi titik
TT = TGB – BT…………………….………….(28)
keterangan:
TTA := tinggi titik awal (m),
TA = tinggi awal (m),
TGB = tinggi garis bidik (m),
TT = tinggi titik (m) dan
BT = batas tengah (m).

LABORATORIUM TEKNIK TANAH DAN AIR


WAHYUDI
G41116303

4.1.2. Hasil Penggambaran Surfer

a. Tanpa NIM

Gambar 79. Hasil penggambaran surfer 2D tanpa NIM.

Gambar 80. Hasil penggambaran surfer 3D tanpa NIM.

LABORATORIUM TEKNIK TANAH DAN AIR


WAHYUDI
G41116303

b. Dengan NIM

Gambar 81. Hasil penggambaran surfer 2D dengan NIM.

Gambar 82. Hasil penggambaran surfer 3D dengan NIM.

LABORATORIUM TEKNIK TANAH DAN AIR


WAHYUDI
G41116303

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1. Tabel hasil perhitungan

Tabel 13. Hasil pengukuran gridding tanpa NIM.


Pembacaan TTA TA Jarak TGB TT
Titik
BA BT (m) BB (m) (m) (m) (m) (m)

54 1,31 55,31
BM 0
P0 11,15 4 44,16

P1 9,65 8 45,66

P2 8,02 12 47,29

P3 6,05 16 49,26

P0 34 1,36 35,36

A0 12,32 4 23,04

B0 11,8 8 23,56

C0 11 12 24,36

P1 12,32 33 1,37 34,37

A1 12,38 4 21,99

B1 11,16 8 23,21

C1 11,25 12 23,12

P2 33 1,3 34,3

A2 11,51 4 22,79

B2 10,91 8 23,39

C2 10,25 12 24,05

P3 34 1,37 35,37

A3 12,14 4 23,23

B3 11,9 8 23,47

C3 11,4 12 23,97

LABORATORIUM TEKNIK TANAH DAN AIR


WAHYUDI
G41116303

Tabel 14. Hasil pengukuran gridding dengan NIM


Pembacaan TTA TA Jarak TGB TT
Titik
BA BT (m) BB (m) (m) (m) (m) (m)
BM 54 1,31 0 55,31

P0 14,15 4 41,16

P1 12,65 8 42,66

P2 11,02 12 44,29

P3 6,05 16 49,26

P0 34 1,36 35,36

A0 15,32 4 20,04

B0 14,8 8 20,56

C0 14 12 21,36

P1 33 1.37 34.37

A1 15.38 4 18.99

B1 14.16 8 20.21

C1 14.25 12 20.12

P2 33 1.3 34.3

A2 14.51 4 19.79

B2 13.91 8 20.39

C2 13.25 12 21,05

P3 34 1,37 35,37

A3 15,14 4 20,23

B3 14,9 8 20,47

C3 14,4 12 20,97

LABORATORIUM TEKNIK TANAH DAN AIR


WAHYUDI
G41116303

Lampiran 13. Perhitungan

A. Tanpa NIM
Menghitung tinggi titik awal (TTA)
TTA = Tinggi alat dari permukaan bumi
BM = 54 m
P0 = 34 m
P1 = 33 m
P2 = 33 m
P3 = 34 m
Menghitung tinggi garis bidik (TGB)
TGB = TTA + Tinggi Alat
1. TGB BM = TTA +TT
= 54 + 1,31
= 55,31 m
2. TGB P0 = TTA +TT
= 34 + 1,36
= 35,36 m
3. TGB P1 = TTA +TTA
= 33 + 1,37
= 34,37 m
4. TGB P2 = TTA +TTA
= 33 + 1,3
= 34,3 m
5. TGB P3 = TTA +TTA
= 34 + 1,37
= 35,37 m
Menghitung tinggi titik
TT = TGB – BT
1. TT P0 = TGB – BT
= 55,31 – 11,15
= 44,16 m

LABORATORIUM TEKNIK TANAH DAN AIR


WAHYUDI
G41116303

2. TT P1 = TGB – BT
= 55,31 – 9,65
= 45,66 m
3. TT P2 = TGB – BT
= 55,31 – 8,02
= 47,29 m
4. TT P3 = TGB – BT
= 55,31 – 6,05
= 49,26 m
5. TT A0 = TGB – BT
= 35,36 – 12,32
= 23,04 m
6. TT B0 = TGB – BT
= 35,36 – 11,8
= 23,56 m
7. TT C0 = TGB – BT
= 35,36 - 11
= 24,36 m
8. TT A1 = TGB – BT
= 34,37 – 12,38
= 21,99 m
9. TT B1 = TGB – BT
= 34,37 – 11,16
= 23,21 m
10. TT C1 = TGB – BT
= 34,37 – 11,25
= 23,12 m
11. TT A2 = TGB – BT
= 34,3 – 11,51
= 22,79 m

LABORATORIUM TEKNIK TANAH DAN AIR


WAHYUDI
G41116303

12. TT B2 = TGB – BT
= 34,3 – 10,91
= 23,39 m
13. TT C2 = TGB – BT
= 34,3 – 10,25
= 24,05 m
14. TT A3 = TGB – BT
= 35,37 – 12,14
= 23,23 m
15. TT B3 = TGB – BT
= 35,37 – 11,9
= 23,47 m
16. TT C3 = TGB – BT
= 35,37 – 11,4
= 23,97 m
B. Dengan NIM
Menghitung tinggi titik awal (TTA)
TTA = Tinggi alat dari permukaan bumi
BM = 54 m
P0 = 34 m
P1 = 33 m
P2 = 33 m
P3 = 34 m
Menghitung tinggi garis bidik (TGB)
TGB = TTA + Tinggi Alat
1. TGB BM = TTA +TT
= 54 + 1,31
= 55,31 m
2. TGB P0 = TTA +TT
= 34 + 1,36
= 35,36 m
3. TGB P1 = TTA +TTA

LABORATORIUM TEKNIK TANAH DAN AIR


WAHYUDI
G41116303

= 33 + 1,37
= 34,37 m
4. TGB P2 = TTA +TTA
= 33 + 1,3
= 34,3 m
5. TGB P3 = TTA +TTA
= 34 + 1,37
= 35,37 m
Menghitung tinggi titik
TT = TGB – BT
1. TT P0 = TGB – BT
= 55,31 – 14,15
= 41,16 m
2. TT P1 = TGB – BT
= 55,31 – 12,65
= 42,66 m
3. TT P2 = TGB – BT
= 55,31 – 11,02
= 44,29 m
4. TT P3 = TGB – BT
= 55,31 – 9,05
= 46,26 m
5. TT A0 = TGB – BT
= 35,36 – 15,32
= 20,04 m
6. TT B0 = TGB – BT
= 35,36 – 14,8
= 20,56 m
7. TT C0 = TGB – BT
= 35,36 - 14
= 21,36 m
8. TT A1 = TGB – BT

LABORATORIUM TEKNIK TANAH DAN AIR


WAHYUDI
G41116303

= 34,37 – 15,38
=18,99 m
9. TT B1 = TGB – BT
= 34,37 – 14,16
= 20,21 m
10. TT C1 = TGB – BT
= 34,37 – 14,25
= 20,12 m
11. TT A2 = TGB – BT
= 34,3 – 14,51
= 19,79 m
12. TT B2 = TGB – BT
= 34,3 – 13,91
= 20,39 m
13. TT C2 = TGB – BT
= 34,3 – 13,25
= 21,05 m
14. TT A3 = TGB – BT
= 35,37 – 15,14
= 20,23 m
15. TT B3 = TGB – BT
= 35,37 – 14,9
= 20,47 m
16. TT C3 = TGB – BT
= 35,37 – 14,4
= 20,97 m

LABORATORIUM TEKNIK TANAH DAN AIR


WAHYUDI
G41116303

Lampiran 14. Denah Lokasi Pengukuran Gridding


U

1 2
3

8
5

Gambar 83. Denah Lokasi Pengukuran Gridding.

keterangan:

1. Politeknik Ujung Pandang.


2. Mesjid Politeknik Ujung Pandang.
3. Kandang rusa.
4. Jalanan pintu 1.
5. Fakultas Peternakan.
6. Jalan ke Fakultas Peternakan.
7. Lapangan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan.
8. Gedung Pasca Sarjana.
9. Lokasi pengukuran polygon.

LABORATORIUM TEKNIK TANAH DAN AIR


WAHYUDI
G41116303

LAMPIRAN

Lampiran 12. Tabel hasil pengukuran

a. Tabel tanpa NIM


Pembacaan TTA Jarak
Titik TA (m)
BA BT (m) BB (m) (m)

54 1,31
BM 0
P0 11,15 4

P1 9,65 8

P2 8,02 12

P3 6,05 16

P0 34 1,36

A0 12,32 4

B0 11,8 8

C0 11 12

P1 12,32 33 1,37

A1 12,38 4

B1 11,16 8

C1 11,25 12

P2 33 1,3

A2 11,51 4

B2 10,91 8

C2 10,25 12

P3 34 1,37

A3 12,14 4

B3 11,9 8

C3 11,4 12

LABORATORIUM TEKNIK TANAH DAN AIR


WAHYUDI
G41116303

b. Tabel dengan NIM


Pembacaan TTA Jarak
Titik TA (m)
BA BT (m) BB (m) (m)
BM 54 1,31 0
P0 14,15 4

P1 12,65 8

P2 11,02 12

P3 6,05 16

P0 34 1,36

A0 15,32 4

B0 14,8 8

C0 14 12

P1 33 1,37

A1 15,38 4

B1 14,16 8

C1 14,25 12

P2 33 1,3

A2 14,51 4

B2 13,91 8

C2 13,25 12

P3 34 1,37

A3 15,14 4

B3 14,9 8

C3 14,4 12

LABORATORIUM TEKNIK TANAH DAN AIR


WAHYUDI
G41116303

4.2. Pembahasan

Gridding digunakan untuk membuat suatu garis kontur. Kontur yang


dihasilkan dengan cara mengukur secara horizontal dan vertikal sehingga
membentuk segi empat yang nantinya menjadi dasar dari suatu pengukuran. Hal ini
sesuai dengan pendapat Tansya (2012), bahwa grid adalah jaringan titik segi empat
yang tersebuar ke seluruh area pemetaan.
Pengukuran gridding bertujuan untuk menentukan beda tinggi atau tinggi titik
pada suatu lahan. Pada praktikum ini lahan yang digunakan untuk menentukan
tinggi titik adalah lapangan Fakultas Peternakan. Tinggi titik pada lahan ditandai
dengan menggunakan 17 patok sekaligus digunakan sebagai acuan pada titik yang
akan diukur. Gridding digunakan untuk membuat suatu garis kontur. Kontur yang
dihasilkan dengan cara mengukur secara horisontal dan vertikal sehingga
membentuk segi empat yang nantinya menjadi dasar dari suatu pengukuran. Hal ini
sesuai dengan pendapat Pertiwi (2011) yang menyatakan bahwa garis kontur pada
suatu peta merupakan proyeksi pada serangkaian titik pada ketinggian yang sama
secara tegak lurus (ortogonal) pada bidang datar.
Alat ukur yang digunakanagar tinggi dari setiap patok dapat ditentukan pada
praktikum gridding adalah theodolite.Penentuan titik dalam metode gridding
dilakukan dengan menggunakan sumbu x dan y sebagai acuan dalam menghitung
tinggi titik yang berada pada sumbu x dan y. Hal ini sesuai dengan pendapat Pertiwi
(2011), yang menyatakan bahwa proses pembuatan dan penentuan koordinat titik
grid (gridding) ini disertai dengan penentuan posisi bidang datar dua dimensi (x,y)
dan pemanfaatan kaidah fungsi matematika dalam interpolasi untuk menentukan
ketinggiannya (z).

LABORATORIUM TEKNIK TANAH DAN AIR


WAHYUDI
G41116303

V. PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan praktikum gridding, maka dapat disimpulkan bahwa gridding


bertujuan untuk menentukan tinggi titik dan membuat kontur pada suatu luasan
lahan. Proses pembuatan dan penentuan koordinat titik grid (gridding) ini disertai
dengan penentuan posisi bidang datar dua dimensi (x,y). Dari kontur yang diperoleh
kita dapat menentukan galian dan timbunan dari lahan yang akan dikerja.

LABORATORIUM TEKNIK TANAH DAN AIR


WAHYUDI
G41116303

DAFTAR PUSTAKA

Jimmy. 2008. Visualisasi Kontur dalam Sudut Pandang Tiga Dimensi. Universitas
Surabaya: Surabaya.

Nugraha, DW. 2012. Perancangan Sistem Informasi Geografis menggunakan


Peta Digital. Universitas Tadulako: Palu.

Rosida, A. Sutomo, K. Dan Muhammad, A. 2013. Perbandingan Ketelitian


Perhitungan Volume Galian menggunakan Metode Cross Section dan
Aplikasi Lain (Studi Kasus: Bendungan Pandanduri Lotim). Unversitas
Diponegoro: Semarang.

Siregar, VP. dan Muhammad, BS. Interpolator dalam Pembuatan Kontur Peta
Batimetri (Interpolator in Bathymetric Map Contouring). Universitas
Hasanuddin: Makassar

Widyanti, S., Dudi NU., Sriyanti., Yunus A. dan Suherman. 2010. Penerapan
Program Aplikasi di Bidang Pertambangan. Universitas Bandung:
Bandung.

LABORATORIUM TEKNIK TANAH DAN AIR


WAHYUDI
G41116303

Lampiran 15. Dokumentasi

Gambar 84. Dokumentasi mengkalibrasi alat ukur.

LABORATORIUM TEKNIK TANAH DAN AIR


WAHYUDI
G41116303

Lampiran 16. Hasil dari Gridding Report


——————————
Gridding Report
——————————
Fri Nov 24 10:37:08 2017
Elapsed time for gridding: 0.03 seconds

Data Source
Source Data File Name:
C:\Users\fifi\Documents\WAHYUDI2222222222222222222
22222222222.bln
X Column: A
Y Column: B
Z Column: C

Data Counts
Active Data: 13

Original Data: 13
Excluded Data: 0
Deleted Duplicates: 0
Retained Duplicates: 0
Artificial Data: 0
Superseded Data: 0

Exclusion Filtering
Exclusion Filter String: Not In Use

Duplicate Filtering
Duplicate Points to Keep: First
X Duplicate Tolerance: 1.4E-006
Y Duplicate Tolerance: 1.4E-006

No duplicate data were found.

Breakline Filtering
Breakline Filtering: Not In Use

Data Counts

LABORATORIUM TEKNIK TANAH DAN AIR


WAHYUDI
G41116303

Active Data: 13

Univariate Statistics
———————————————————————————————————————
—————
X Y Z
———————————————————————————————————————
—————
Count: 13 13 13

1%%-tile: 4 0 18.99
5%%-tile: 4 0 18.99
10%%-tile: 4 0 19.79
25%%-tile: 4 0 20.04
50%%-tile: 8 4 20.23
75%%-tile: 12 8 20.56
90%%-tile: 12 12 20.97
95%%-tile: 12 12 21.05
99%%-tile: 12 12 21.05

Minimum: 4 0 18.99
Maximum: 16 12 21.36

Mean: 8.61538461538 5.53846153846


20.3246153846
Median: 8 4 20.23
Geometric Mean: 7.72330973888 N/A
20.3162507017
Harmonic Mean: 6.85714285714 N/A
20.3078229875
Root Mean Square: 9.41357448663 7.18973627418
20.3329183648
Trim Mean (10%%): N/A N/A N/A
Interquartile Mean: 8.57142857143 5.14285714286
20.2885714286
Midrange: 10 6 20.175
Winsorized Mean: 8.30769230769 5.53846153846 20.35
TriMean: 8 4 20.265

Variance: 15.5897435897 22.7692307692


0.36571025641
Standard Deviation: 3.94838493434 4.77171151362
0.604739825388
Interquartile Range: 8 8 0.52
Range: 12 12 2.37
Mean Difference: 4.51282051282 5.53846153846
0.684102564103
Median Abs. Deviation: 4 4 0.24
Average Abs. Deviation: 3.07692307692 4
0.431538461538
Quartile Dispersion: 0.5 N/A
0.0128078817734
Relative Mean Diff.: 0.52380952381 1
0.0336588196705

LABORATORIUM TEKNIK TANAH DAN AIR


WAHYUDI
G41116303

Standard Error: 1.09508494893 1.32343465647


0.167724649904
Coef. of Variation: 0.458294679879 0.861559023293
0.0297540599881
Skewness: 0.204444393575 0.115827351457 -
0.281799834482
Kurtosis: 1.68201412906 1.3532099187
2.80248905653

Sum: 112 72 264.22


Sum Absolute:112 72 264.22
Sum Squares: 1152 672 5374.5584
Mean Square: 88.6153846154 51.6923076923
413.427569231
———————————————————————————————————————
—————

Inter-Variable Covariance
————————————————————————————————
X Y Z
————————————————————————————————
X: 15.589744 -3.6923077 1.9069231
Y: -3.6923077 22.769231 0.31564103
Z: 1.9069231 0.31564103 0.36571026
————————————————————————————————

Inter-Variable Correlation
————————————————————————————————
X Y Z
————————————————————————————————
X: 1.000 -0.196 0.799
Y: -0.196 1.000 0.109
Z: 0.799 0.109 1.000
————————————————————————————————

Inter-Variable Rank Correlation


————————————————————————————————
X Y Z
————————————————————————————————
X: 1.000 -0.173 0.787
Y: -0.173 1.000 0.182
Z: 0.787 0.182 1.000
————————————————————————————————

Principal Component Analysis


———————————————————————————————————————

PC1 PC2 PC3

LABORATORIUM TEKNIK TANAH DAN AIR


WAHYUDI
G41116303

———————————————————————————————————————

X: 0.910546492714 0.910546492714 -0.130364149069
Y: 0.391212936261 0.391212936261 -0.0350353611417
Z: 0.133632043716 0.133632043716 -0.0350353611417

Lambda: 24.3378081606 14.2832177666 0.103658688183


———————————————————————————————————————

Planar Regression: Z = AX+BY+C


Fitted Parameters
———————————————————————————————————————

A B C
———————————————————————————————————————

Parameter Value: 0.130618990385 0.0350440705128 19.0051923077
Standard Error: 0.0265370163653 0.0219582335018 0.296147087211
———————————————————————————————————————

Inter-Parameter Correlations
————————————————————————————
A B C
————————————————————————————
A: 1.000 0.196 -0.852
B: 0.196 1.000 -0.562
C: -0.852 -0.562 1.000
————————————————————————————

ANOVA Table
———————————————————————————————————————
—————————————
Source df Sum of Squares Mean
Square F
———————————————————————————————————————
—————————————
Regression: 2 3.1217005609 1.56085028045
12.3209862526
Residual: 10 1.26682251603 0.126682251603
Total: 12 4.38852307692
———————————————————————————————————————
—————————————

Coefficient of Multiple Determination (R^2): 0.711332834801

Nearest Neighbor Statistics


—————————————————————————————————
Separation |Delta Z|
—————————————————————————————————
1%%-tile: 4 0
5%%-tile: 4 0

LABORATORIUM TEKNIK TANAH DAN AIR


WAHYUDI
G41116303

10%%-tile: 4 0
25%%-tile: 4 0.08
50%%-tile: 4 0.09
75%%-tile: 4 0.44
90%%-tile: 4 0.44
95%%-tile: 4 0.8
99%%-tile: 4 0.8

Minimum: 4 0
Maximum: 4 0.8

Mean: 4 0.247692307692
Median: 4 0.09
Geometric Mean: 4 N/A
Harmonic Mean: 4 N/A
Root Mean Square: 4 0.36863573849
Trim Mean (10%%): N/A N/A
Interquartile Mean: 4 0.157142857143
Midrange: 4 0.4
Winsorized Mean: 4 0.192307692308
TriMean: 4 0.175

Variance: 0 0.0807525641026
Standard Deviation: N/A 0.284169956369
Interquartile Range: 0 0.36
Range: 0 0.8
Mean Difference: 0 0.298717948718
Median Abs. Deviation: 0 0.09
Average Abs. Deviation: 0 0.191538461538
Quartile Dispersion: 0 N/A
Relative Mean Diff.: 0 1.20600414079

Standard Error: N/A 0.0788145652795


Coef. of Variation: N/A 1.14727001018
Skewness: N/A 0.985803519891
Kurtosis: N/A 2.36829353944

Sum: 52 3.22
Sum Absolute: 52 3.22
Sum Squares: 208 1.7666
Mean Square: 16 0.135892307692
—————————————————————————————————

Complete Spatial Randomness

Lambda: 0.0902777777778
Clark and Evans: 2.40370085031
Skellam: 117.984257435

Gridding Rules
Gridding Method: Kriging
Kriging Type: Point

Polynomial Drift Order: 0


Kriging std. deviation grid: no

LABORATORIUM TEKNIK TANAH DAN AIR


WAHYUDI
G41116303

Semi-Variogram Model
Component Type: Linear
Anisotropy Angle: 0
Anisotropy Ratio: 1
Variogram Slope: 1

Search Parameters
No Search (use all data): true

Output Grid
Grid File Name:
C:\Users\fifi\Documents\WAHYUDI2222222222222222222
22222222222.grd
Grid Size: 100 rows x 100 columns
Total Nodes: 10000
Filled Nodes: 10000
Blanked Nodes: 0
Blank Value: 1.70141E+038

Grid Geometry

X Minimum: 4
X Maximum: 16
X Spacing: 0.12121212121212

Y Minimum: 0
Y Maximum: 12
Y Spacing: 0.12121212121212

Univariate Grid Statistics

——————————————————————————————
Z
——————————————————————————————
Count: 10000

1%%-tile: 19.2728518827
5%%-tile: 19.605605927
10%%-tile: 19.8142401077
25%%-tile: 20.1224104403
50%%-tile: 20.4052119418
75%%-tile: 20.8673010127
90%%-tile: 21.0737420327
95%%-tile: 21.1268818968
99%%-tile: 21.179572502

Minimum: 18.9899999999
Maximum: 21.3600000012

Mean: 20.4351676832
Median: 20.4052250216
Geometric Mean: 20.429525389
Harmonic Mean: 20.4238566113

LABORATORIUM TEKNIK TANAH DAN AIR


WAHYUDI
G41116303

Root Mean Square: 20.4407826047


Trim Mean (10%%): 20.4516145303
Interquartile Mean: 20.4416489408
Midrange: 20.1750000005
Winsorized Mean: 20.4543769795
TriMean: 20.4500338341

Variance: 0.229538208049
Standard Deviation: 0.479101459035
Interquartile Range: 0.744890572395
Range: 2.37000000137
Mean Difference: 0.546096995074
Median Abs. Deviation: 0.372745115339
Average Abs. Deviation: 0.401092715553
Quartile Dispersion: 0.0181726229824
Relative Mean Diff.: 0.0267233919261

Standard Error: 0.00479101459035


Coef. of Variation: 0.0234449487502
Skewness: -0.269399872337
Kurtosis: 2.371147126

Sum: 204351.676832
Sum Absolute: 204351.676832
Sum Squares: 4178255.93495
Mean Square: 417.825593495
——————————————————————————————

LABORATORIUM TEKNIK TANAH DAN AIR

Anda mungkin juga menyukai