Anda di halaman 1dari 61

PELATIHAN

PEMETAAN
3 DIMENSI
Oleh Ir. Achmad Ruchlihadiana T., M.M.
NARASUMBER
PELATIHAN
NARASUMBER : JENJANG PENDIDIKAN
Ir. Achmad
Ruchlihadiana T., INSTITUT TEKNOLOGI UNIVERSITAS WINAYA
BANDUNG MUKTI
M.M.
S1 TEKNIK GEODESI S2 MAGISTER MANAJEMEN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG UNIVERSITAS WINAYA MUKTI
TAHUN 1987 TAHUN 2012

Profesi :
• SURVEYOR KADASTER BERLISENSI, NO LISENSI : 1 – 0054
– 16
• DOSEN PRODI TEKNIK GEODESI UNIVERSITAS
WINAYAMUKTI dh ATPU
• KONSULTAN SURVEY PEMETAAN
• KETUA IKATAN SURVEYOR INDONESIA KOMWIL JABAR
KETUA • KETUA DEWAN PENGAWAS KOJARSI ISI KOMWIL JABAR
IKATAN SURVEYOR INDONESIA • PEMIMPIN KJSB ACHMAD RUCHLIHADIANA DAN REKAN
KOMISARIAT WILAYAH • ASESOR LSP ISI MET 000.009537.2022Fx
JAWA BARAT
PENGALAMAN NARASUMBER :
Ir. Achmad
➢ 1992-1998 Sebagai surveyor dan operator SIG di kegiatan
Tata Ruang dan rekayasa jalan jembatan bendungan.
Ruchlihadiana T.,
➢ 1998-2002 ASN di Dinas Bina Marga Prov. Jawa Barat M.M.
➢ 2002-2015 Melaksanakan Pemetaan Fotogrametri skala 1 :
5000 Se-Kabupaten Bekasi
➢ 2005-2013 Membuat SIG Fasum Fasos Kab. Bekasi
➢ 2007 sd. sekarang Sebagai Tenaga Ahli Geodesi Di kegiatan
Tata Ruang, Pengairan, Jalan, dan Jembatan
➢ 2012-2016 Ketua Program Studi Teknik Geodesi Universitas
Winayamukti
➢ 2016-2020 Wakil Dekan Fakultas Teknik Universitas
Winayamukti
➢ 2017 s.d. sekarang Sebagai SKB dan KJSB PTSL Kota
Bandung, Mempawah, Bogor Timur, Ciamis, Garut,
Purwakarta, Majalengka, Indramayu, Subang, Jombang,
Blora, Probolinggo, Gunungkidul, Tasikmalaya, QC Kab
Bandung, SKB QC Kab Sumedang 2023, PTSL Bogor Timur,
Ciamis, dan Subang.
➢ 2017 melaksanakan pemutakhiran data PBB Kota Bandung
540.000 OP
DAFTAR ISI
01 02
Pemetaan dan Konsep Dasar Pemetaan
Drone Mapping Fotogrametri

03 04
Pemrosesan Data Pembuatan Model 3D
Drone Mapping Dari Peta Foto Drone
01
Pemetaan dan Drone
Mapping
Peta
Peta adalah penggambaran dua dimensi pada
bidang datar keseluruhan atau sebagian dari
permukaan bumi yang diproyeksikan
dengan perbandingan atau skala tertentu
(Nasution, 2016).

Gambar Peta Rupa Bumi Indonesia


Pemetaan

Sedangkan menurut Munir (2012), Pemetaan adalah


pengelompokkan suatu kumpulan wilayah yang berkaitan
dengan beberapa letak geografis wilayah yang meliputi
dataran tinggi, pegunungan, sumber daya dan potensi
penduduk yang berpengaruh terhadap sosial kultural yang
memilki ciri khas khusus dalam penggunaan skala yang tepat.
Drone Mapping
Pengumpulan data untuk keperluan
pemetaan dapat dilakukan dengan
berbagai cara, salah satu caranya yaitu
dengan UAV (Unmanned Aerial Vehicle)
atau PUNA (Pesawat Udara Nir Awak) atau
biasa disebut drone (Komang dkk., 2019).

Drone adalah sebuah mesin terbang yang


dikontrol melalui pengendali jarak jauh atau
pesawat yang terbang secara mandiri
berdasarkan program yang dimasukkan ke
dalam pesawat sebelum terbang. Pesawat
ini bisa digunakan kembali dan mampu
membawa muatan baik senjata maupun
muatan lainnya, seperti kamera (Komang
Gambar Ilustrasi Drone Mapping
dkk., 2019).
Drone Mapping
Pemanfaatan UAV dibidang pemetaan
sangat menjanjikan, antara lain: pemetaan
daerah irigasi, pemetaan di daerah
perkotaan, pemetaan untuk penyajian model
3 dimensi yang memungkinkan pengguna
untuk melakukan perhitungan volume
material atau pemetaaan berskala besar
lainnya. (Komang dkk., 2019).

Gambar Ilustrasi Drone Mapping


Kemampuan Akuisisi Data UAV/Drone
Dengan kemampuan akuisisi data yang akurat dan visualisasi multi-dimensi yang rinci,
teknologi pemetaan dengan drone atau UAV memberikan dampak besar di berbagai
industri. Berikut ini merupakan beberapa dampak dari drone/UAV :

1 Pemantauan Tata Ruang Daerah 5 Pemetaan Perikanan

2 Identifikasi Perubahan Lingkungan 6 Pemantauan Kawasan Hutan

3 Konstruksi Bangunan 7 Pemetaan Batas Wilayah Administrasi

4 Perhitungan Jumlah Tanaman Industri 8 Dan Produk Peta Lainya


Pemetaan 3 Dimensi
Pemodelan 3D adalah proses pembuatan
representasi digital tiga dimensi dari suatu
objek fisik atau area. Drone/UAV memiliki
kemampuan untuk terbang dalam berbagai
ketinggian dan sudut, memungkinkan
pengumpulan data yang akurat dan
lengkap untuk membuat model 3D yang
realistis. Proses ini melibatkan
pengambilan gambar dari berbagai sudut
dan posisi untuk kemudian digabungkan
menjadi satu model yang komprehensif. Gambar Ilustrasi Hasil 3D Mapping menggnakan UAV
02
Konsep Dasar Pemetaan
Fotogrametri
Pemetaan Fotogrametri
Fotogrametri merupakan ilmu, seni dan teknik
untuk memperoleh data dan informasi tentang
suatu objek atau fenomena melalui proses
pencatatan, pengukuran dan interpretasi foto
udara sedangkan pemetaan fotogrametri
merupakan proses pemetaan objek - objek di
permukaan dengan menggunakan foto udara
yang bertampalan (overlap) sebagai media,
dimana proses interpretasi dan pengolahan
geometri dilakukan untuk menghasilkan peta
orthofoto dan peta garis. Dalam pembuatan peta
orthofoto dan peta garis dengan geometri dan
skala yang benar maka dilakukan proses restitusi
foto udara secara tunggal (rektifikasi) maupun
secara stereo (orthofoto), dimana proses ini
Gambar Proses Pemotretan Dengan Drone
memerlukan titik-titik referensi yang diketahui
koordinatnya.
Pemetaan Fotogrametri
Dewasa ini, proses pemotretan foto udara
dilakukan dengan menggunakan drone
dengan kamera digital ber-GPS yang dapat
dikontrol melalui piranti lunak perencanaan
pemotretan. Proses pemotretan tersebut
menghasilkan foto udara format kecil atau
SAPF (Small Aerial Photo Format). Foto
udara tersebut saling bertampalan satu
sama lain dan juga memiliki koordinat untuk
selanjutnya disusun menjadi mozaik foto.
Kemudian SAPF yang dihasilkan diolah
dengan menggunakan piranti lunak Gambar Proses Pemotretan Dengan Drone
pengolahan fotogrametri seperti Summit
Evolution, Pix4D atau Agisoft Photoscan.
Flow Chart Konsep
Dasar Metode
Fotogrametri
Gambar Pre-marking. Berfungsi sebagi objek
yang diukur (menjadi GCP) dan juga sebagai
objek yang dapat diidentifikasi pada foto udara
agar nanti koordinatnya dapat ditentukan.

Gambar Persiapan Alat Survey


Gambar Perangkat Lunak (ArduPilot) Untuk
Pembuatan Jalur Terbang

Gambar Ilustrasi Pengambilan Foto Dengan Drone/UAV


03
Pemrosesan Data Drone
Mapping
Pemrosesan Data Drone Mapping
Pada bagian ini akan dijelaskan proses pengolahan data hasil pemetaan
menggunakan teknik fotogrametri dengan drone sebagai alat utamanya.
Hasil yang diharapkan adalah data-data yang dibutuhkan untuk membuat
model 3 dimensi. Sebagai contoh untuk panduan ini, perangkat lunak
yang akan digunakan adalah Agisoft Photoscan Pro.
1. Pemilihan Data
Foto yang diolah dipilah terlebih dahulu. Foto yang terlalu miring dan terlihat tidak fokus
sebaiknya tidak digunakan. Pemilahan foto dilakukan berdasarkan interpretasi mata secara
langsung

Gambar Raw Data Hasil Pemotretan Dengan Drone


2. Melakukan Input Data
Pertama, membuat lembar kerja dengan cara “Add chunk”. Lalu, memasukkan foto yang akan
diolah melalui menu “Workflow” → “Add Photos”.

Gambar Proses “Add Chunk”` Gambar Proses “Add Photos”`


2. Melakukan Input Data
Kemudian pilih foto udara yang akan diolah, lalu klik “Open”

Gambar Proses “Input Data”


3. Pemilihan Data Kedua
Pemilahan foto secara otomatis juga dapat dilakukan setelah foto dimasukkan ke Agisoft yaitu
dipilah berdasarkan kualitas foto yang dinyatakan dalam nilai. Ukuran kualitas foto ditentukan
dari nilai indeks antara 0 dan 1. Semakin rendah nilainya, semakin buruk kualitas dan
ketajaman gambarnya. Sebagai panduan umum, batas antara nilai kualitas foto yang baik dan
kurang baik adalah 0,7. Pengeluaran jumlah foto juga harus mempertimbangkan ketersediaan
foto. Secara umum pengurangan sejumlah foto akan menyebabkan overlap/sidelap foto
berkurang, sehingga model yang dihasilkan menjadi tidak berkualitas. Caranya adalah pilih foto
pada panel “Photos” → klik kanan, pilih “Estimate Image Quality → “Ok”, Pilih “All Cameras”
→ “Ok”.
3. Pemilihan Data Kedua

Gambar Proses Setting Untuk “Estimate


Image Quality”

Gambar Proses “Estimate


Image Quality”
3. Pemilihan Data Kedua
Untuk menampilkan hasil dari proses tadi, pada panel “Photos”, Klik “Change View” → “Details”
Untuk mengeluarkan foto yang kualitasnya kurang bagus, klik foto yang akan dihapus,
kemudian klik tombol “disable camera” (tombol merah) atau “remove camera” (tombol silang).

Gambar Proses “Change View” → “Details” Gambar Hasil “Estimate Image Quality”
3. Pemilihan Data Kedua
Apabila banyak foto yang indeks kualitasnya tidak bagus, maka survei dan perekaman UAV
harus diulang, karena apabila dilanjutkan, hasil model dan mozaik ortofoto yang diperoleh tidak
akan bagus dan akurat. Untuk memastikan agar terdapat jumlah foto dengan indeks kualitas
yang bagus, gunakan overlap dan sidelap yang tinggi (80 sampai 90 persen), sehingga apabila
terdapat foto yang harus dihapus, sisa foto lain masih memiliki overlap dan sidelap yang
mencukupi untuk melanjutkan proses pengolahan.
4. Align Photos
Align photos berfungsi untuk menentukan posisi dan orientasi kamera pada setiap foto dan
membentuknya dalam model sparse point cloud. Saat proses align photos berlangsung, Agisoft
akan membangun point cloud. Pembentukan point cloud menggunakan fitur deteksi titik yang
disebut sebagai tie point dan proses penggabungan foto otomatis sehingga terbentuklah sparse
point cloud yang merepresentasikan 3D.

Align photos dilakukan dengan memilih menu “Workflow” → “Align Photos”, maka muncul kotak
dialog “Align Photos”, pada pilihan “Accuracy” terdapat tiga pilihan: high, medium, dan low. High
accuracy dipilih karena pendefinisian foto menjadi sparse point cloud akan diproses dengan
ukuran sebenarnya. Sedangkan, dibawah pilihan “Accuracy” terdapat dua pilihan: “Generic” dan
“Reference”. “Generic” dipilih jika tidak diketahui posisi kameranya. Sedangkan, “Reference”
dipilih jika posisi kamera diketahui nilai koordinatnya
4. Align Photos

Gambar Proses Setting “Align Photos”

Gambar Proses “Align


Photos”
4. Align Photos

Gambar Sparse Point Clouds Hasil “Align


Photos”
5. Mengeliminasi Noise
Noise merupakan titik-titik berwarna pada foto yang biasanya mengganggu hasil foto. Sehingga,
akan membuat foto menjadi nampak tidak jernih, dan akan mempengaruhi kualitas gambar.
Mengeleminasi noise dapat dilakukan secara otomatis dengan cara pilih “Model” → “Gradual
Selection” pada menu. Pada pilihan “Criteria” pilih “Reconstruction Uncertainty”. Agisoft akan
secara otomatis melakukan pemilihan titik-titik yang dianggap noise. Selanjutnya hapus point
clouds (titik berwarna merah) yang terpilih dengan menekan tombol delete di keyboard.
5. Mengeliminasi Noise

Gambar Proses Elminasi Noise


6. Georeferensi
Melakukan georeferensi atau georeferencing merupakan sebuah proses pendefinisian posisi foto
digital, foto udara, citra satelit ataupun gambar peta topografis di dunia nyata. Posisi ini
dinyatakan dalam bentuk koordinat yang didapatkan dari Ground Control Point atau GCP.

Input GCP dilakukan melalui tools “import”. Format GCP yang bisa digunakan adalah format
*.txt dan *.csv. Maka akan muncul kotak dialog Import CSV. Definisikan sistem koordinat yang
digunakan dan atur posisi kolom berdasarkan nomor GCP, X, Y, dan Z.
6. Georeferensi

Gambar Proses Input GCP


6. Georeferensi
Selanjutnya, filtering photos by marker (klik kanan Marker → Filter Photos by Marker) dimana
posisi marker diatur sedemikian (digeser secara manual) sehingga posisi marker tepat di tengah
patok/mark GCP. Setelah selesai, lakukan uncheck pada koordinat kamera.

Gambar Proses “Filter


Photos by Markers” Gambar Proses Georeferensi
7. Optimisasi Kamera
Setelah itu, lakukan proses Optimisasi Kamera. Caranya dari menu “Tools” → “Optimize
Camera”.

Gambar Proses Optimisasi Kamera


7. Optimisasi Kamera
Setelah selesai melakukan georeferensi dan optimisasi kamera, dapat dilihat RMS error-nya.

Gambar Nilai RMS Error


8. Membuat Dense Point Cloud
Dense point cloud dibentuk dari interpolasi sparse point cloud sehingga menjadi lebih padat
bentuknya menyerupai kondisi nyata/asli lapangan. Terdapat dua pilihan yaitu Aggressive dan
Mild. Aggressive dipilih untuk objek yang tidak memerlukan kedetilan atau topografi yang relatif
datar. Sedangkan, Mild dipilih karena geometri yang akan dibentuk adalah kompleks dengan
kedetilan pada objek yang kecil. Proses ini dilakukan dengan cara memilih “Workflow” → “Build
Dense Cloud”.

Gambar Hasil Dense Point


Gambar Proses Pembuatan Dense Point Cloud Cloud
9. Klasifikasi Hasil Dense Cloud
Selanjutnya, melakukan klasifikasi dense cloud, caranya dari menu “Tools” → “Dense Cloud” →
“Clasify Ground Points”. Lalu, pilih “Any class” pada pilihan “Classes”. Proses ini dilakukan untuk
menghasilkan DTM (Digital Terrain Model) yang dibutuhkan untuk pemodelan tiga dimensi. Jika
proses ini tidak dilakukan, nanti hanya akan menghasilkan DSM (Digital Surface Model).

Gambar Proses Klasifikasi Dense Point Cloud


Gambar Hasil Klasifikasi Dense
Point Cloud
Penjelasan Mengenai DEM
DEM atau Digital Elevation Model meupakan bentuk
penyajian ketinggian bumi secara digital. DEM
terbentuk dari titik-titik sampel yang memiliki nilai
koordinat 3D (X, Y, Z). Titik sampel merupakan titik-
titik yang didapat dari hasil sampling permukaan
bumi. DEM dapat dibagi menjadi 2, yaitu DSM
(Digital Surface Model) dan DTM (Digital Terrain
Model).

DSM menghitung tinggi/elevasi sampai ke


permukaan tanah beserta obyek di atas tanah
tersebut. Misalnya, di suatu bidang tanah terdapat
sebuah rumah, maka nilai ketinggian dalam data
DSM dihitung dari ketinggian permukaan tanah
ditambah ketinggian rumah tersebut.

Sedangkan untuk DTM, ketinggian hanya dihitung Gambar Ilustrasi DTM dan DSM
sampai ke permukaan tanah, terlepas dari apa ada
obyek di atas tanah tersebut atau tidak. Gambaran
ilustrasi perbedaan DSM dan DTM dapat dilihat pada
gambar disamping.
10. Membuat Mesh
Agisoft membentuk 3D poligon mesh yang merepresentasikan permukaan objek berdasarkan
data dense point cloud. Caranya: “Workflow” → “Build Mesh”. Terdapat dua pilihan pada “Surface
Type”, yaitu “Arbitrary” dan “Height Field”. “Arbitrary” digunakan untuk objek jarak dekat, seperti
bangunan gedung, tugu, dll. Sedangkan, “height field” digunakan jika area dalam foto adalah
permukaan bumi datar. Lalu, pada “interpolation” dipilih “enabled (default)” dimana software
menginterpolasi data dense point cloud dalam radius tertentu. Model 3D ini digunakan sebagai
dasar pembuatan DTM dan orthofoto.

Gambar Hasil Pembuatan


Gambar Proses Pembuatan Mesh Mesh
11. Membuat Texture
Proses ini dilakukan dengan cara memilih “Workflow” → “Build Texture”. Pada bagian “mapping
mode” dipilih “orthophoto” yang menjadikan seluruh permukaan diproyeksikan secara
ortogonal, sehingga diperoleh foto tegak.

Gambar Proses Pembuatan Texture

Gambar Hasil Pembuatan Texture


12. Membuat DEM
Digital Elevation Model (DEM) merupakan data digital dalam format raster/grid yang
menunjukkan ketinggian. DEM terbagi dalam dua jenis yaitu Digital Surface Model (DSM) dan
Digital Terrain Model (DTM). DSM menunjukkan ketinggian seluruh permukaan objek termasuk
vegetasi, bangunan, dll. Sedangkan, DTM menunjukkan ketinggian permukaan tanah.
Pembuatan DTM disini merupakan hasil filter dari dense cloud yang diklasifikasikan dalam
beberapa kelas (ground, vegetasi, building, dll). Caranya: “Workflow” → “Build DEM”. Pada
bagian “point classes” pilih “Ground”.

Gambar Proses Pembuatan Texture


13. Membuat Orthomosaic
Membuat Orthomosaic menggunakan fungsi “Build Orthomosaic” menghasilkan orthophoto
yang seluruh permukaannya telah diproyeksikan secara orthogonal, sehingga diperoleh foto
tegak yang merepresentasikan kondisi lapangan. Orthophoto dibentuk dari DEM dan tekstur
yang seragam dengan mempertahankan akurasi foto asli. Proses ini dilakukan dengan cara
“Workflow” → “Build Orthomosaic”.

Gambar Proses Pembuatan Orthomosaic


14. Hasil
Ada beberapa hasil dari pengolahan data menggunakan perangkat lunak pengolahan foto
udara (Agisoft), yaitu :
➢ Report keseluruhan proses dirangkum dalam format *.pdf. Caranya: “File” → “Export” →
“Generate Report”

Gambar Halaman Depan


Gambar Proses Pembuatan Report Report (Hasil Generate Report)
14. Hasil
➢ Orthophoto dalam format *.tif / *.jpeg / *.png. Caranya: “File” → “Export” → “Export
Orthomosaic” → “Export JPEG/TIFF/PNG”

Gambar Proses Export Orthophoto Gambar Hasil Orthophoto


14. Hasil
➢ DEM dalam format *.tif. Caranya: “File” → “Export” → “Export DEM” → “Export
TIFF/BIL/XYZ”

Gambar Proses Export DEM Gambar Hasil DEM


14. Hasil
➢ Kontur dalam format *.dxf / *.shp. Caranya: “Tools” → “Generate Contours”. Kemudian,
export kontur dengan cara klik kanan pada “Layer Contours” → “Export Layers”

Gambar Proses Pembuatan dan Export Kontur Gambar Hasil Kontur


15. Pembuatan Peta
Peta dibuat dengan menggunakan hasil orthophoto (*.tif) yang kemudian di-digitasi on screen.
Digitasi on screen merupakan salah satu teknik input data yang umum digunakan dalam Sistem
Informasi Geografis. Disini citra satelit atau orthofoto yang menjadi sumber data/referensi
ditampilkan di layar monitor, kemudian operator melakukan proses interpretasi dan deliniasi
menggunakan alat yang disediakan perangkat lunak. Salah satu perangkat lunak yang dapat
digunakan adalah ArcGIS.

Gambar Tampilan ArcGIS 10.8


04
Pembuatan Model 3D Dari
Peta Foto Drone
Pembuatan Model 3D Dari
Peta Foto Drone
Model 3 Dimensi merupakan salah satu cara untuk memvisualisasikan data-data yang memiliki
referensi tinggi.

Perangkat lunak yang digunakan untuk keperluan model 3 dimensi adalah ArcMap dan
ArcScene. Pada ArcMap, terdapat dua model yang dapat digunakan untuk membuat model 3
dimensi, yaitu Model Hillshade dan Model Triangulated Irrigular Network (TIN). Sedangkan
ArcScene digunakan untuk memvisualisasikan model 3 dimensinya.
1. Melakukan Input DEM
Pertama lakukan input data DEM yang sebelumnya dihasilkan dari pengolahan data dengan
Agisoft. Input dilakukan dengan cara menggunakan “Add Data” lalu pilih file DEM-nya.

Gambar Proses Input DEM


2. Transformasi Koordinat
Proses melakukan transformasi koordinat menjadi sistem koordinat proyeksi dengan cara
“ArcToolbox” → “Data Management Tools” → “Projections and Transformations” → “Raster” →
“Project Raster”. Kemudian pada “Input Raster” masukkan data DEM, pilih tempat
penyimpanan hasil pada “Output Raster Dataset”, pilih output sistem koordinat-nya pada
“Output Coordinate System”, dan klik “Ok”

Gambar Proses Transformasi Koordinat


2. Pembentukan Hillshade
Kemudian klik “ArcToolbox” → “3D Analyst Tools” → “Raster Surface” → “Hillshade”. Pada
window Hillshade masukkan data DEM (yang telah ditransformasi koordinatnya) pada “Input
Raster” dan pilih tempat penyimpanan hasil pada “Output Raster”, kemudian klik “Ok”

Gambar Proses Pembuatan Hillshade


2. Pembentukan Hillshade
Berikut ini hasil Hillshade. Biasanya Hillshade dipakai untuk menunjukkan relief atau “tekstur”
pada peta 2 dimensi.

Gambar Hasil Hillshade


3. Pembentukan TIN
Proses ini dilakukan dengan cara klik “ArcToolbox” → “3D Analyst Tools” → “Conversion” →
“From Raster” → “Raster To TIN”. Pada window Raster to TIN masukkan data DEM (yang telah
ditransformasi koordinatnya) pada “Input Raster”, pilih tempat penyimpanan hasil pada “Output
Raster”, dan masukkan “0,5” pada “Z Tolerance” , kemudian klik “Ok”.

Gambar Proses Pembuatan TIN


3. Pembentukan TIN
Berikut ini hasil TIN. TIN ini yang akan digunakan untuk visualisasi peta 3 dimensinya.

Gambar Hasil TIN


Visualisasi Model 3 Dimensi Menggunakan ArcScene
Visualisasi Model 3D Yang Di-Overlay Dengan Orthophoto
TERIMA KASIH
Daftar Pustaka
Nasution dalam Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :
Alfabeta.

Munir. 2012. Multimedia Konsep & Aplikasi dalam Pendidikan. Bandung : Alfabeta

Komang Sri Hartini ST., M.Sc., Bramantiyo Marjuki, S.Si. M.P.W.K., Sri Astutik S.Kom.,
Rr.Sekartaji Rarasati Prananingtyas, A.md., Sugeng Riyadi Wijanarko, S.Si.,
Muhammad Rasyid Ridha, ST., dan Rizki Ananda, S.Si. 2019. Pemetaan Menggunakan
UAV. Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Sekretariat Jenderal Pusat
data dan Teknologi Informasi, Balai Pemetaan dan Informasi Infrastruktur.

PT Waskita Karya (Persero) Tbk. Metode Fotogrametrik. 2019. Divisi 1 Infrastruktur PT Waskita
Karya (Persero) Tbk.

Anda mungkin juga menyukai