Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

GEOSPASIAL KEHUTANAN DAN LINGKUNGAN


ACARA VI
PERENCANAAN JALUR TERBANG DAN PENGOLAHAN FOTO UDARA

Disusun oleh:
Nama : Alyza Firdaus Nabila
NIM : 19/440028/KT/08913
Shift : Jum’at, 15.30 WIB - Selesai

LABORATORIUM SISPH
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2022
ACARA VI
PERENCANAAN JALUR TERBANG DAN PENGOLAHAN FOTO UDARA

I. TUJUAN
Tujuan dari praktikum kali ini yaitu:
1. Mengetahui jenis-jenis drone fixed wing dan multicopter beserta
spesifikasinya.

II. DASAR TEORI


Fotogrametri atau aerial surveying adalah teknik pemetaan melalui foto
udara. Fotogrametri merupakan teknologi penginderaan jauh terkini yang sangat
bagus untuk mendapatkan data geoinformasi yang terukur dan cepat. Hasil foto
tersebut kemudian diolah sehingga didapatkan Digital Elevation Model
(Kristiawan, dkk., 2017). DEM merupakan salah satu data geospasial dasar yang
bisa digunakan untuk berbagai kebutuhan, seperti kepentingan analisis spasial
kebencanaan, hidrologi, pertanian, kehutanan, infrastruktur dan bidang lainnya.
Semakin tinggi detail dan tinggi akurasi dari data DEM yang diperoleh maka
akan semakin presisi dan akurat dalam melakukan pemodelan (Sulistiana, dkk.,
2019). UAV (Unmanned Aerial Vehicle) merupakan sebuah wahana udara jenis
fixed-wing, rotary-wing, ataupun pesawat yang mampu mengudara pada jalur
yang ditentukan tanpa kendali langsung oleh pilot (Prasetyo dan Yamin, 2018)
Perencanaan terbang yang mendasar dan sangat penting dilakukan
sebelum pemotretan udara perencanaan jalur terbang. Jalur ini direncanakan
berdasarkan bentuk dan luasan lokasi pemotretan. Setelah jalur terbang
direncanakan, jumlah dan lokasi eksposur dapat diperkirakan berdasarkan
persentase endlap dan sidelap yang dikehendaki (Purwanto, 2017). Terkait Jalur
terbang, aplikasi yang digunakan yaitu Pix4D Capture yang dikontrol
menggunakan smartphone android maupun iOS. Jalur terbang / flight mission
ditentukan berdasarkan AOI (Area of Interest) yang akan dipetakan (Prayogo,
dkk., 2020).
III. ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini meliputi:
1. Laptop/ Komputer
2. Koneksi Internet
3. Arcmap 10.4
4. Agisoft Metashape
5. DJI Go 4
6. Pix4Dcapture
7. Multicopter drone

IV. CARA KERJA


Langkah-langkah yang dilakukan dalam praktikum kali ini yaitu:

Pembuatan jalur
terbang dan Rendering foto Pembuatan peta
penerbangan udara orthomosaic
drone

Pembuatan peta pembuatan peta


layouting
kontur DEM DEM

Deskripsi:
Disiapkan drone, lalu dilakukan kalibrasi terlebih dahulu. Digunakan
Pix4DCapture untuk mengatur jalur terbang, ketinggian, serta tingkat overlap, diambil
foto udara pada lokasi yang diinginkan.kemudian hasil foto udara di render
menggunakan software Agisoft Metashape. Hasil render adalah peta orthomosaic yang
merupakan hasil penggabungan foto udara serta peta DEM. Export peta DEM lalu buat
peta kontur DEM dengan software ArcGIS. Kemudian lakukan layouting pada peta
orthomosaic dan peta DEM.
V. TAHAPAN DAN HASIL OLAH DATA
Tahapan pengolahan data:
1. Buka software agisoft dan buat project baru. Kemudian input data foto udara

2. Pilih batch process pada menu bar workflow


3. Klik tombol add untuk menambahkan proses dalam workflow.

4. Masukkan proses align photos, build dense cloud, build mesh, build texture,
build tiled model, build DEM, build orthomosaic. Perngaturan untuk tiap proses
disesuiakan untuk mode kualitas paling rendah untuk mempercepat proses.
5. Proses berjalan seperti gambar di bawah. Klik close ketika selesai
6. Export Data DEM untuk diolah menjadi peta Kontur DEM pada software
ArcMap. Serta export Peta Orthomosaic untuk dilakukan layouting pada
software arcMap.

7. Input data DEM ke ArcMap untuk dilakukan pembuatan peta kontur DEM
8. Buat peta kontur DEM

9. Lakukan layouting Peta kontur DEM dan Peta orthomosaic


Hasil:

Gambar 1. Peta Orthomosaic Lapangan GSP

Gambar 2. Peta DEM Lapangan GSP


Gambar 3. Peta Kontur DEM Lapangan GSP

VI. PEMBAHASAN
Fotogrametri atau aerial surveying adalah teknik pemetaan melalui foto
udara. Fotogrametri merupakan teknologi penginderaan jauh terkini yang sangat
bagus untuk mendapatkan data geoinformasi yang terukur dan cepat. Hasil foto
tersebut kemudian diolah sehingga didapatkan Digital Elevation Model
(Kristiawan, dkk., 2017). DEM merupakan salah satu data geospasial dasar yang
bisa digunakan untuk berbagai kebutuhan, seperti kepentingan analisis spasial
kebencanaan, hidrologi, pertanian, kehutanan, infrastruktur dan bidang lainnya.
Semakin tinggi detail dan tinggi akurasi dari data DEM yang diperoleh maka
akan semakin presisi dan akurat dalam melakukan pemodelan (Sulistiana, dkk.,
2019). UAV (Unmanned Aerial Vehicle) merupakan sebuah wahana udara jenis
fixed-wing, rotary-wing, ataupun pesawat yang mampu mengudara pada jalur
yang ditentukan tanpa kendali langsung oleh pilot (Prasetyo dan Yamin, 2018)
Perencanaan terbang yang mendasar dan sangat penting dilakukan
sebelum pemotretan udara perencanaan jalur terbang. Jalur ini direncanakan
berdasarkan bentuk dan luasan lokasi pemotretan. Setelah jalur terbang
direncanakan, jumlah dan lokasi eksposur dapat diperkirakan berdasarkan
persentase endlap dan sidelap yang dikehendaki (Purwanto, 2017). Terkait Jalur
terbang, aplikasi yang digunakan yaitu Pix4D Capture yang dikontrol
menggunakan smartphone android maupun iOS. Jalur terbang / flight mission
ditentukan berdasarkan AOI (Area of Interest) yang akan dipetakan (Prayogo,
dkk., 2020).
Drone adalah pesawat terbang dengan sistem robotik. Drone berfungsi
sebagai alat pemetaan, sebagai alat pendeteksi banjir dengan foto udara.
Menurut Suroso (2018) Berdasarkan jenisnya, terdapat dua jenis drone, yaitu
multicopter dan fixed wing. Multicopter adalah jenis drone yang memanfaatkan
putaran baling-baling untuk terbang, sedangkan fixed wing memiliki bentuk
seperti pesawat terbang biasa yang dilengkapi sistem sayap. Adapun drone jenis
sayap (fixed wing) memiliki kestabilan kurang. Drone semakin banyak propeller
maka baterei semakin cepat habis masa penggunaannya (Pradana, 2016).
Keuntungan menggunakan drone menurut Suroso (2018): (1) bentuknya
yang kecil dan mudah dibuat; (2) harga lebih ekonomis atau biayanya lebih
murah; (3) sebagai pesawat penyerang, pengintai atau mata-mata, dapat
digunakan sebagai patroli perbatasan; (4) melihat luas lahan dan kontur, ini
memudahkan perencanaan pembangunan lahan; (5) memantau luas lahan dan
kebakaran hutan, membuat peta tambang bidang pertambangan; (6) pemantauan
dan pengawasan lalu lintas; (7) sistem navigasi dengan kamera yang canggih;
(8) bersifat portable sehingga bisa digunakan dimanapun berada; dan (9) tidak
memerlukan pilot untuk menerbangkan pesawat tersebut.Kerugian
menggunakan drone menurut Suroso (2018): (1) bila dilakukan di tempat
umum dapat mengganggu penerbangan pesawat komersial dan militer;
(2) ada oknum yang menyalahgunakan sehingga terjadi hal yang kurang baik;
(3) harganya mahal dan waktu untuk pengamatan tidak lama; (4) bahan bakar
sedikit (5) rawan rusak apabila digunakan di atas lautan karena bentuknya
yang kecil.
VII.KESIMPULAN
Berdasarkan praktiikum yang telah dilakukan dapat disumpulkan bahwa
berdasarkan jenisnya, terdapat dua jenis drone, yaitu multicopter dan fixed wing.
Multicopter adalah jenis drone yang memanfaatkan putaran baling-baling untuk
terbang, sedangkan fixed wing memiliki bentuk seperti pesawat terbang biasa yang
dilengkapi sistem sayap. Adapun drone jenis sayap (fixed wing) memiliki
kestabilan kurang.

VIII. DAFTAR PUSTAKA


Kristiawan, Y., Sumaryono, M. N., Firmansyah, A. S., & Dwiyono, M. F.
(2017). Aplikasi UAV Drone Untuk Penanggulangan Cepat Potensi
Aliran Bahan Rombakan (Banjir Bandang) Studi Kasus di Desa
Lebakwangi, Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung. In Seminar
Nasional Kebumian ke-10 (Vol. 9).
Pradana, dkk. (2016). Single Propeller Drone (Singrone): Inovasi Rancang
Bangun Drone Single Propeller sebagai Wahana Pemetaan Lahan
Berbasis UAV, Jurnal Electronics, Inf ormatics, and Vocational
Education (ELINVO). 1(3)
Prasetyo, M. D., & Yamin, M. (2020). PENGUJIAN WAHANA UNMANNED
AERIAL VEHICLE (UAV) AMPHI-FLY EVO 1.0 UNTUK MISI
PENCARIAN DAN PENYELAMATAN. Jurnal Ilmiah Teknologi dan
Rekayasa, 23(3), 220-232.
Prayogo, I. P. H., Manoppo, F. J., & Lefrandt, L. I. (2020). Pemanfaatan
teknologi unmanned aerial vehicle (uav) quadcopter dalam pemetaan
digital (fotogrametri) menggunakan kerangka ground control point
(GCP). Jurnal Ilmiah Media Engineering, 10(1).
Purwanto, T. H. (2017). Pemanfaatan foto udara format kecil untuk ekstraksi
digital elevation model dengan metode stereoplotting. Majalah
Geografi Indonesia, 31(1), 73-89.
Sulistiana, T., Parapat, A. D., & Aristomo, D. (2019). Analisis Akurasi Vertikal
Digital Elevation Model Nasional (DEMNAS) Studi Kasus Kota
Medan. In Conference: FIT-ISI.
Suroso, I. (2018). Peran Drone Dalam Aspek Kehidupan. Deepublish.

Anda mungkin juga menyukai