Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

FOTOGRAMETRI I
AKUISISI DATA

DISUSUN OLEH :

Sari Julita
23117046
Kelompok 7 (RB)

Program Studi Teknik Geomatika Jurusan


Teknologi Infrastruktur Dan Kewilayahan
Institut Teknologi Sumatera
2019
BAB l
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Akuisisi data merupakan sistem yang digunakan untuk mengambil, mengumpulkan
dan menyiapkan data yang sedang berjalan, kemudian data tersebut diolah lebih lanjut dalam
komputer untuk keperluan tertentu (Husein,2010). Menurut Subrata (2008), penyaluran data
dalam sistem akuisisi data dapat dilakukan secara seri maupun paralel dari instrumen ke
komputer.
Pada penyaluran data seri, umumnya interface yang digunakan adalah jenis RS232
atau jalur COM. Sedangkan pada penyaluran data paralel, interface yang digunakan adalah
jenis ADC atau GPIB. Penyaluran data secara seri dilakukan bit per bit data sehingga waktu
penyaluran lebih lama dibandingkan dengan penyaluran secara paralel yang dilakukan hanya
dengan sekali penyaluran. Namun penyaluran paralel kurang efesien untuk penyaluran jarak
jauh karena memerlukan jalur komunikasi yang cukup banyak. Oleh karena itu, penyaluran
jarak jauh lebih efesien menggunakan penyaluran secara seri.Akuisisi data adalah proses
perubahan data dari sensor menjadi sinyal-sinyal listrik yang kemudian dikonversi lebih
lanjut menjadi bentuk digital untuk pemrosesan dan analisis oleh komputer. Sebuah sistem
akuisisi data terdiri dari sensor, unit pemrosesan sinyal, peranti keras akuisisi data, dan unit
computer (Bolton, 2006).Lingkungan analog terdiri dari tranduser dan signal conditioner
serta kelengkapannya. Sedangkan lingkungan digital terdiri dari analog to digital converter
(ADC) dan selanjutnya digital processing yang dilakukan oleh mikroprosesor atau sistem
yang berbasis mikroprosesor. Konversi dari data analog menjadi data digital dilakukan oleh
ADC (Setiawan, 2008).

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun Tujuan dari Praktikum Fotogrametri yaitu :
 Mahasiswa dapat mengenal dasar atau materi produk pemotretan dan kualitas foto
udara.
 Mahasiswa dapat membaca informasi pada foto udara dan mengenal objek pada posisi
tegak.
 Mahasiswa dapat melakukan proses pembutan GCP/ICP (Premark).
 Mahasiswa dapat menganalisis dan menginterpretasi hasil foto udara.
1.3 Waktu Praktikum
Pertemuan Pertama
Hari/Tanggal : Selasa, 26 Febuari 2019
Kelas : Fotogrametri 1, Kelompok 7 B
Waktu : 13.00-15.00 WIB

Pertemuan Kedua
Hari/Tanggal : Selasa, 5 Febuari 2019
Kelas : Fotogrametri 1, Kelompok 7 B
Waktu :13.00-15.00 WIB

1.4 Lokasi Praktikum

Lokasi Praktikum Fotogrametri I Berada di wilayah kampus ITERA, tepatnya


di ITR 0 sampai dengan ITR 2
BAB ll
DASAR TEORI

2.1 Pengertian Fotogrametri

Salah satu teknik pengumpulan data objek 3D dapat dilakukan dengan menggunakan
teknik fotogrametri. Teknik ini menggunakan foto udara sebagai sumber data utamanya.
Foto udara hasil pemotretan menyediakan suatu alternatif dalam penyediaan informasi 3D
yang akan digunakan dalam penentuan nilai tinggi suatu objek topografi misalnya bangunan.
Kualitas informasi yang dihasilkan sangat tergantung dari kualitas citra sumber data
tersebut.
“Fotogrametri adalah ilmu, teknologi, dan rekayasa yang bersumber dari cara
pengolahan data hasil rekaman dan informasi, baik dari citra fotografik maupun dari non
fotografik; untuk tujuan pemetaan rupa bumi serta pembentukan basis data bagi keperluan
rekayasa tertentu” Sebagai input data dalam lingkup tugas fotogrametri dapat berupa
rekaman, misalnya segala bentuk hasil pemotretan udara (dengan berbagai macam kamera
dan wahana yang sesuai), serta data penunjang terkait peningkatan kualitas hasil seperti
pengukuran data ikatan (termasuk pengukuran Titik Dasar Teknik (TDT). Dengan
tersedianya input data non fotografik (tidak melalui pemotretan udara) misalnya
mempergunakan berbagai citra satelit ( satellite imagery ) dapat mempercepat proses
pemetaan dewasa ini ( citra satelit dengan resolusi yang memenuhi kebutuhan pemetaan).

2.2 GCP (GROUND CONTROL POINT)

Ground Control Point (GCP) atau titik kontrol tanah merupakan objek di permukaan
bumi yang dapat diidentifikasi dan memiliki informasi spasial sesuai dengan sistem referensi
pemetaan. Informasi spasial dalam bentuk koordinat X, Y, Z atau Lintang Bujur dan
ketinggian dari setiap GCP diukur dengan menggunakan GPS geodetik berketelitian sub-
meter. Keperluan GCP yang paling utama adalah proses georeferensi hasil pengolahan foto
sehingga memiliki sistem referensi sesuai dengan yang dibutuhkan pada hasil pemetaan. GCP
ini juga digunakan pada saat data processing untuk membantu proses koreksi geometri pada
mosaic orthophoto, sehingga akurasi dari peta yang dihasilkan akan tinggi. Secara khusus
GCP berfungsi pula sebagai:
1. Faktor penentu ketelitian geometris hasil olah foto (ortofoto, DSM, DTM), semakin teliti
GCP maka semakin baik pula ketelitian geometris output (dengan kaidah-kaidah
peletakan GCP yang dipenuhi).
2. Faktor yang mempermudah proses orientasi relatif antar foto sehingga keberadaan
GCP bisa meningkatkan akurasi geometrik dari peta foto.
3. Faktor koreksi hasil olah foto yang berupa ball effect atau kesalahan yang
mengakibatkan model 3D akan berbentuk cembung ditengah area yang diukur.
4. Faktor yang mempermudah dalam proses penyatuan hasil olah data yang terpisah, misal
olah data area A dan area B dengan lebih cepat dan efektif, daripada proses penyatuan
berdasar seluruh pointcloud (jumlahnya jutaan) yang akan memakan banyak waktu.

Gambar 1. GCP

2.3 DRONE
Drone merupakan salah satu teknologi canggih yang berupa kendaraan udara. Bentuknya
tersebut menyerupai pesawat terbang atau juga helikopter yang dapat di operasikan tanpa
dikendarai oleh awak atau pilot. Jika pesawat terbang di kendarai oleh pilot yang berada di
dalam kabin maka drone ini memiliki pilot yang tetap tinggal di daratan dan hanya
memanfaatkan fasilitas seperti remote control untuk dapat mengontrol terbang drone di
udara. Oleh sebab itu banyak anggota militer yang memanfaatkan alat canggih ini untuk
dapat menyelesaikan berbagai macam misi yang mempunyai resikot tinggi untuk pesawat
yang dikendarai oleh pilot.
Meski drone ini pada awalnya hanya di pergunakan oleh anggota militer saja, namun
rupanya di masa yang serba canggih ini, drone telah banyak digunakan oleh seluruh pihak
secara meluas. Badan pemerintahan juga memanfaatkan drone untuk dapat menghubungkan
intelejen dengan pertanahan. Namun saat ini untuk masyarakat awam sekalipun juga dapat
menggunakan alat canggih tersebut. Jika anda sudah tidak asing lagi dengan apa itu drone
maka anda juga harus tahu bahwa drone terbagi dalam beberapa jenis dan yang paling utama
adalah drone khusus untuk militer dan khusus untuk komersial.
Drone khusus untuk militer tersebut merupakan jenis drone yang hanya dapat digunakan
oleh pihak militer saja atau dapat juga digunakan oleh badan pemerintahan sedangkan drone
komersial biasanya dipasarkan di beberapa toko secara meluas dan dapat digunakan oleh
seluruh masyarakat umum. Tidak hanya dibedakan berdasarkan tata penggunaannya saja,
drone juga dapat dibedakan berdasarkan fungsinya. Jadi fungsi drone itu sendiri memang
sangat banyak dan perlu untuk anda ketahui seluruhnya agar tidak salah dalam mengartikan
drone tersebut. Tidak hanya itu saja rupanya hal yang perlu untuk anda ketahui juga adalah
spesifikasi drone, sebab alat canggih ini hadir dalam berbagai macam bentuk dan ukuran.
BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1 Alat dan Bahan


Peralatan dan bahan yang diperlukan untuk praktikum Fotogrametri 1
ini adalah :

1. Drone Phantom 4 manual


2. BM ITR 0 dan ITR 2
3. GCP dan ICP
4. Patok
5. Paku Payung
6. Penggaris
7. Alat-alat tulis yang lain yang dianggap perlu
8. Papan Mika
9. Handphone

3.2 Metode Pelaksanaan Praktikum


Sebelum melakukan praktikum, mencatat data-data sebagai berikut:
a. Merk dan tipe Drone
b. Tanda-tanda tepi foto udara, antara lain:
1. Nomor foto udara
2. Lokasi
3. Tanggal pemotretan
4. Jam pemotretan
5. Tipe kamera udara
7. Fokus kamera udara ( f )
8. Tinggi terbang ( H )
9. Overlap

Adapun prosedur pengambilan data Foto udara yaitu :


1. Persiapkan Drone Phantom 4 manual
2. Persiapkan aplikasi-aplikasi pembantu untuk menerbangkan drone dan
pengambilan data foto udaran menggunakan drone. Aplikasi nya tersebut
yaitu:
a. Mobile Topographer
b. CTRL+DJI
c. PIX4D
d. Arcgis
e. GlobarMapper
f. E-Foto
g. Google Earth
3. Gunakan Aplikasi CTRL+DJI.
4. Sambungkan kabel USB dari HP ke remote kontrol
5. Connect drone dengan penganturan pada apikasi CTRL+DJI
6. Pilih drone sesuai dengan drone yang kita pakai pada saat pengambilan data
praktikum
7. Tekan project, pilih GRID MISSION
8. Lalu atur mission sesuai dengan area yang kita ingin lakukan pemetaan
9. Atur grid lajur terbang, ketinggian terbang, dan overlap.
10. Terbangkan drone menggunakan Auto-pilot sehingga dia akan memetakan lajur
terbang yang kita buat tadi dengan sendirinya dan kembali ketika selesai
menyelesaikan pemetaan tersebut
BAB lV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.2 PEMBAHASAN

Praktikum fotogrametri modul 1 mengkaji tentang pengenalan alat yang digunakan


pada pemetaan foto udara. Dalam hal ini praktikan dituntut untuk dapat mengoperasikan serta
memahami pemetaan foto udara yang sesuai dengan SOP yang berlaku. Pada praktikum ini
dibagi menjadi 2 sesi pertemuan. Sesi pertama menitikberatkan pada pengambilan data foto
udara tanpa diikatkan dengan GCP dan ICP sehingga foto tersebut belum terdefinisi system
koordinatnya hanya sebagai simulasi pembelajaran pengenalan tahap awal yang dioperasikan
dengan cara menggunakan aplikasi CTRL + DJI dan PIX4D yang sebagaimana dijelaskan
didalamnya memiliki fungsi dan kegunaan yang saling berkaitan. Kemudian sesi selanjutnya
kami melakukan pengambilan foto udara yang sebelumnya terlebih dahulu dilakukan
pengikatan GCP dan ICP sebagai upaya untuk mendefinisikan system koordinat foto yang
akan digunakan, pengambilan dilakukan untuk memetakan wilayah daerah ITR 0 sama ITR 2
dengan wilayah cakupan yang relative kecil. System pengoperasiannya sama dengan sesi
sebelumnya yang membedakan adalah titik ikat GCP dan ICP.
Sebelum melakukan perecordan foto udara ada baiknya dilakukan kalibrasi untuk
menghindari kesalahan pada hasil foto yang akan diambil. Pada survey pendahuluan perlu
ditentukan perencanaan jalur terbang serta panjang jalur terbang untuk mengestimasi waktu
serta ketinggian pada posisi terbang Drone. Penentuan jalur terbang dapat dioperasikan
menggunakan aplikasi yang telah dijabarkan diatas sehingga dapat ditentukan ketinggian
maksimum terbang yaitu 100 meter, namun perlu disiasati dengan mengatur pada ketinggian
60 meter untuk menghindari drone mengalami hilang kendali. Kemudian terapkan metode
ketampalan antar foto dengan overlay baiknya 60 % dengan sidelap 40%, namun pada
praktikum kali ini overlay yang digunakan adalah 70 % dikarenakan keterbatasan
pengoperasian.
Dalam pengambilan foto udara pasti akan selalu mengandung nilai anomaly dari
setiap kesalahan yang dihasilkan seperti posisi arah camera yang mengalami kemiringan
sehingga akan membentuk sudut elevasi kemiringan dalam suatu nilai tertentu yang akan
mempengaruhi posisi hasil foto yang tidak mendatar dengan begitu akan mengalami distorsi
pada beberapa titik bagiannya, keterbatasan alat karena baterai yang habis dan aplikasi yang
eror maka perlu untuk disiapkan secara matang supaya tidak mengganggu jalannya
praktikum, sedangkan kesalahan terakhir yaitu kesalahan individu yang belum memahami
sepenuhnya dalam mengoperasikan DJI Phantom sehingga akan berdampak pada perubahan
perencanaan dari semula seperti panjang jalur, lebar jalur, overlay, dan lain sebagainya. Maka
dari itu sebagai bahan evaluasi bersama perlu diberikan arahan khusus dalam pengoperasian
dan landasan teori yang kuat.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
 Pada pengoperasian system penerbangan drone merupakan teknik foto udara
yang berkembang dalam dunia perpetaan.
 Penggunaan drone mengefisienkan dan meningkatkan kefektifan waktu dalam
proses pemetaan sehingga memerlukan waktu yang relative lebih cepat
dibandingkan dengan survey terrestris.
 Perencanaan perlu dilakukan untuk mengestimasi panjang jalur, lebar jalur,
overlap dan sidelap yang diperlukan dengan begitu pemetaan foto udara akan
berjalan dengan baik.
 GCP dan ICP digunakan untuk mengikatkan koordinat yang ada difoto dengan
koordinat tanah untuk meningkatkan keakurasian dari sebauh foto udara
tersebut.

5.2 Saran
Sejauh ini praktikum berjalan sudah sangat baik, hanya saja perlu pembenahan
baik dalam manajemen waktu maupun materi yang disampaikan. Mungkin kesediaan
bahan praktikum sudah sangat baik namun akan lebih baik jikalau penyampaian materi
dilakukan dengan tempo lambat agar materi yang tersampaikan jelas dan lebih efektif
dalam proses penyampainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Gonzales, R.C. & Woods, R.E. 1993. Digital Image Processing. Massachusetts:
AddisonWesley

Wolf, Paul R.. 1993. Elemen Fotogrametri. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Terjemahan.tahun19

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai