PEKERJAAN PEMETAAN
TOPOGRAFI MENGGUNAKAN SISTEM LIDAR DAN
FOTO UDARA
JULI 2019
KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)
1 PEKERJAAN PEMETAAN TOPOGRAFI MENGGUNAKAN SISTEM LIDAR DAN FOTO
UDARA
A. LATAR BELAKANG
Undang-undang nomor 4 tahun 2011 tentang informasi Geospasial khususnya pada pasal 7
menyebutkan bahwa Peta Rupabumi Indonesia (RBI) merupakan salah satu komponen
Informasi Geospasial Dasar (IGD). IGD diselenggarakan secara bertahap dan sistematis untuk
seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan wilayah yurisdiksinya.
Undang-undang nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
menyebutkan bahwa seluruh kegiatan pembangunan harus direncanakan berdasarkan data,
baik spasial dan non spasial serta informasi lain yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
Kegiatan perencanaan irigasi mengacu pada Keputusan Direktur Jenderal Pengairan Nomor
185/KPTS/1986 dan perubahan terbarunya pada tahun 2013 Tentang Standar Perencanaan
Irigasi.
Improvement of Participatory Irrigation Management (IoPIM) dalam percepatan pada
Komponen A untuk program Strategic Irrigation Management Urgent Rehabilitation Project
(SIMURP) yakni untuk menunjang desain perencanaan rehabilitasi pada jaringan irigasi dan
rawa untuk desain perencanaan pengembangan tersier di 13 (tiga belas) daerah irigasi dan rawa
yang tersebar di 8 (delapan) provinsi. Untuk menunjang kegiatan perencanaan tersebut akan
dilakukan Pemetaan Topografi dan Foto Udara dengan menggunakan metode Light Detection
and Ranging (LiDAR) .
2. Tersedianya Peta Foto Dijital Berwarna dengan ukuran piksel 15 cm Peta Foto terbuat dari
mosaik foto dijital orthogonal. Koordinat Peta dalam Lintang‐Bujur dan Koordinat Proyeksi
UTM. Dan
3. Tersedianya Peta Dasar/Garis skala 1:5.000 meliputi peta topografi, peta landuse daerah
irigasi lengkap dengan saluran air, pintu air, penutupan lahan, bangunan (rumah, gedung
pemerintah, dan fasilitas umum), sungai, jalan raya, jalan lingkungan perumahan.
C. LOKASI KEGIATAN
Luas Daerah irigasi Mrican adalah 30.341 ha. Lokasi kegiatan pengambilan data Lidar dan foto
udara ini berada pada satu Daerah Irigasi Mrican di Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Kediri dan
Kabupaten Jombang, Provinsi Jawa Timur meliput seluas 53.902,8 ha dengan rincian luas dalam
AOI dalam tabel sebagai berikut:
1
Tabel 1 : Luas Liputan (coverage) Peta Daerah Irigasi Mrican
E. SUMBER PENDANAAN
Sumber pendanaan dalam kegiatan ini adalah bersumber dari dana pinjaman ADB
F. LINGKUP KEGIATAN
Lingkup kegiatan ini adalah:
1. Kegiatan Persiapan
Mobilisasi Personil dan Alat
Survey Pendahuluan dan Pengumpulan Data Sekunder
Pengurusan perijinan untuk pengukuran titik kontrol
Pengurusan perijinan pemotretan udara (Security Clearence dan Security
Officer)
2
Pembuatan peta rencana distribusi titik kontrol dan peta jalur terbang
Pemeriksaan kesiapan alat yang akan digunakan
2. Kegiatan Survei
Pengukuran Titik Kontrol (Perencanaan & Distribusi Titik Kontrol, Premarking,
dan Pengukuran GPS),
Pelaksanaan Pemotretan Udara dan LIDAR
3. Entry (akuisisi) Data Lapangan dan Pengolahan Data hasil Pemotretan Foto Udara dan
LIDAR.
4. Melakukan Validasi Topografi
5. Digitasi dan Pembuatan Peta
6. Laporan dan Presentasi
Laporan Pendahuluan (Tahap Persiapan)
Laporan Antara (Tahapan Persiapan Akuisisi Data LiDAR dan Foto Udara
Laporan Antara (Tahapan Pengukuran Titik Kontrol Foto Udara)
Laporan Antara (Tahapan Akuisisi Data LIDAR, dan Foto Udara
Laporan Antara (Tahapan Pengolahan Data LiDAR)
Laporan Antara (Tahapan Pengolahan Data Foto Udara)
Laporan Akhir
Presentasi dilakukan saat Draft Laporan Pendahuluan, Laporan Antara (Lap.
Tahapan) dan Laporan Akhir.
3
A.1.5. Tahapan Pengolahan Trianggulasi
& Foto Udara
Komputer Workstation 4 Digunakan oleh Operator Fotogrametri dan TA
Komputer Desktop 1 Digunakan oleh Ketua Tim
Software Pengolahan Trianggulasi 3 Digunakan oleh Operator Fotogrametri
Udara
Software Fotogrametri 3 Digunakan oleh Operator Fotogrametri
5
G. PELAKSANAAN PEKERJAAN
G.1 Persiapan
Pekerjaan yang dilakukan pada tahapan persiapan adalah:
1. Pengurusan tugas dari pemberi pekerjaan
2. Pengurusan perijinan untuk pengukuran titik kontrol
3. Pengurusan perijinan pemotretan udara (Security Clearence, tanda layak terbang
dan Security Officer) dari Kementerian Pertahanan, Direjen Perhubungan Udara
dan TNI AU
4. Pengurusan surat tanda asuransi Pesawat / Helikopter dan asuransi kru Pesawat
/ Helikopter (Hull Machinery dan Asuransi Kecelakaan Diri) dan ijin penggunaan
radio
5. Memperoleh batas wilayah administrasi indikatif dan pengesahannya dari aparat
pemerintahan setempat
6. Pembuatan peta rencana distribusi titik kontrol dan peta jalur terbang
7. Pengurusan surat ijin dari pemerintah setempat
8. Pemeriksaan kesiapan alat yang akan digunakan
9. Pembuatan laporan pendahuluan.
G.2.1 Penomoran
1. Titik kontrol utama menggunakan 6 digit alfanumerik. Tiga digit awal yaitu alfabet
yang merupakan singkatan dari nama lokasi pekerjaan. Tiga digit akhir yaitu
numerik yang merupakan urutan nomor titik pada lokasi tersebut.
Contoh: CBN001
2. Titik kontrol cek menggunakan 5 digit alfanumerik. Dua digit awal yaitu CP yang
merupakan singkatan dari Check Point. Tiga digit akhir yaitu numerik yang
merupakan urutan nomor titik pada lokasi tersebut.
Contoh: CP001
Titik kontrol harus direncanakan di atas peta rencana jalur terbang. Titik kontrol
ditempatkan pada lokasi yang mudah diakses namun aman dari gangguan lingkungan
sekitarnya sehingga tidak dirusak. Sebelum pelaksanaan pemasangan dan pengukuran
titik kontrol, rencana distribusi titik kontrol harus diserahkan kepada pemberi pekerjaan
dan mendapat persetujuan. Ketentuan distribusi titik kontrol adalah sebagai berikut:
6
1. Titik kontrol utama
- Terletak pada tengah, pojok dan perimeter blok
- Jumlah minimal titik kontrol utama yang diperlukan adalah 30 titik.
G.2.3 Premarking
Premarking adalah pemberian tanda (disebut sebagai premark) pada pilar titik kontrol
agar titik kontrol dapat diidentifikasi pada foto udara. Ketentuan premarking adalah
sebagai berikut:
a. Setiap titik kontrol utama dan titik kontrol cek harus dipasang Premark
b. Premark berupa tanda silang ( + ) yang memiliki 4 sayap dan memotong titik kontrol
c. Ukuran minimum premark di foto udara adalah panjang 10 piksel dan lebar 3 piksel
untuk masing – masing sayap premark. Ukuran premark sebenarnya di lapangan
menyesuaikan nilai resolusi tanah pemotretan udara.
d. Warna premark harus kontras dengan permukaan tanah atau lingkungan sekitar titik
kontrol
e. Premark terbuat dari material yang tahan cuaca, tidak mudah robek, serta tidak pudar
f. Premark dipasang saat mendekati mulainya pemotretan udara
3 piksel di foto
udara
10 piksel di foto
udara
7
e. Untuk penentuan koordinat horizontal, titik kontrol diikat ke Jaring Kontrol Horizontal
Nasional (JKHN) dengan kode N0 (orde 0) atau N1 (orde 1) maupun stasiun CORS
(Continously Operating Reference System) BIG
f. Untuk penentuan koordinat vertikal, titik kontrol diikatkan terhadap Jaring Kontrol
Vertikal Nasional (JKVN) dan diukur dengan GPS metode leveling (GPS Heighting)
menggunakan koreksi geoid SRGI atau model geoid global EGM2008.
b. Pertampalan (Overlap)
1. Pertampalan ke muka dan ke samping
Pertampalan minimal ke muka antar foto yang berurutan adalah 60% dengan
toleransi 5%.
Pertampalan minimal ke samping (sidelap) pada jalur terbang yang
berdampingan adalah 30% dengan toleransi 5%.
8
Pada daerah bergunung, overlap ditingkatkan menjadi minimal 70% dan
sidelap minimal 40%, masing – masing dengan toleransi 5%.
Persyaratan pertampalan diatas bertujuan untuk menghindari terjadinya area
gap stereo.
Apabila ditemukan gap foto atau gap stereo maka pihak Pelaksana Pekerjaan
diharuskan untuk melakukan terbang ulang (re-flight) akuisisi data foto udara.
d. Tipe Pemotretan
Tipe pemotretan adalah pemotretan udara vertikal.
e. Tinggi Terbang
1. Tinggi Terbang di atas Permukaan Tanah Rata - rata
Tinggi terbang adalah diatas tinggi rata - rata permukaan tanah dan dihitung
berdasarkan rumus :
H = f*s
keterangan
H = Tinggi Terbang
f = Panjang Fokus Kamera
s = Faktor Skala Foto
Tinggi terbang berada diantara 500 – 800 m untuk meningkatkan akurasi vertikal.
Pada kamera digital, faktor skala foto dihitung dari perbandingan ukuran piksel
(pixel size) dan resolusi tanah (GSD).
Tinggi terbang juga dihitung dengan mempertimbangkan cakupan LIDAR
SW = 2 (h x tan(1/2. ))
i. Ketinggian Matahari
Waktu pelaksanaan pemotretan harus dilakukan dengan menyesuaikan ketinggian
matahari. Pemotretan tidak boleh dilakukan pada saat posisi matahari terlalu rendah
yang akan mengakibatkan bayangan obyek menjadi terlalu panjang atau posisi
matahari terlalu tinggi yang akan mengakibatkan pantulan sinar matahari (sunspot) di
foto udara dan bayangan Pesawat / Helikopter yang muncul di setiap foto udara.
b. Radiometrik
Kamera udara yang digunakan harus memiliki spektrum dan resolusi radiometrik
sebagai berikut:
1) Spektrum Radiometrik
Spektrum radiometrik yang digunakan harus mampu mencakup Red, Green,
Blue (RGB).
2) Resolusi Radiometrik
Resolusi radiometrik yang digunakan pada masing – masing spektrum minimal
12 bit.
11
c. Kecepatan Rana (shutter speed)
Kecepatan rana pada kamera yang digunakan memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
1) Pemilihan kecepatan rana
Kecepatan penutup kamera akan dipilih sesuai dengan kombinasi pergerakan
minimal dan celah lensa untuk mengatasi kondisi cahaya.
2) Pergerakan gambar (image motion)
Pergerakan gambar secara normal (normal motion) tidak boleh melampaui 30
mikrometer.
d. LIDAR
LIDAR yang digunakan harus memiliki Scan rate minimal 100 KHz dan scan angle
yang sesuai dengan cakupan lebar foto udara.
e. Mount
Kamera udara dan LIDAR dipasang pada mount yang mampu mengurangi efek
vibrasi di dalam Pesawat / Helikopter.
g. GPS/IMU
GPS/ IMU yang digunakan harus memenuhi hal-hal sebagai berikut:
a. GPS Kinematik
GPS kinematik digunakan untuk menentukan posisi kamera udara (X, Y, Z).
GPS yang digunakan terdiri dari minimal dua unit receiver, 1 unit
ditempatkan di Pesawat / Helikopter udara sebagai rover dan yang lain
ditempatkan di titik kontrol sebagai base. GPS Receiver yang digunakan
adalah tipe geodetik dan harus mampu merekam data dengan interval 1
detik. Jarak baseline antara GPS base dan rover harus kurang dari 50 km.
Pemilihan lokasi GPS base harus mendapat persetujuan Pemberi
Pekerjaan.
Peralatan yang digunakan sebagai GPS Kinematik harus memenuhi
ketentuan teknis sebagai berikut:
o Receiver GPS jenis Geodetik, yang dapat menerima codes maupun
carrier beat phase.
o Dapat menerima / merekam C/A-code, P-code (bila tersedia) dan
L1/L2 full cycle carrier.
o Receiver GPS yang digunakan mampu mengamati minimal 5 (lima)
satelit sekaligus pada setiap epoknya.
o Receiver GPS yang digunakan mempunyai kemampuan merekam data
dengan interval pengamatan 1 detik.
o Jumlah receiver yang digunakan minimum 2 (dua) unit, 1 unit
ditempatkan di ground mengamati satelit GPS selama GPS kinematik
pemotretan berlangsung.
o Untuk sinkronisasi waktu dengan kamera udara, receiver GPS harus
mempunyai suatu input dimana waktu eksposur (impulse yang datang
dari kamera) yang dicatat dalam skala waktu GPS.
12
o Antena yang digunakan harus sesuai untuk GPS Kinematik di
Pesawat / Helikopter udara, dan diusahakan (bila memungkinkan)
dipasang tepat diatas kamera udara.
o Selisih koordinat (offset) antara kamera udara dan antena GPS harus
diukur untuk mengetahui hubungan geometri antara keduanya.
o Pengamatan satelit dilakukan > 15 derajat diatas horison antena
selama pemotretan berlangsung.
o Kamera udara yang digunakan harus mempunyai kemampuan yang
layak untuk pemotretan udara dengan GPS Kinematik.
o Perangkat lunak yang digunakan harus mampu menghitung data GPS
untuk mendapatkan posisi kamera udara pada saat eksposur.
o Perangkat lunak harus mampu mengoreksi cycle slips dan mengoreksi
offset antara antena GPS dan posisi kamera.
o Minimal 1 (satu) unit receiver harus mangamati di titik acuan yang
telah mempunyai koordinat dalam ellipsoid WGS84 (Jaring Kontrol
Horisontal Nasional)
d. Hitungan perataan
Ketentuan yang harus dipenuhi pada saat melaksanakan hitung perataan adalah:
Metode yang digunakan adalah bundle adjustment.
Hitungan bundle adjustment harus dilakukan untuk seluruh area
pemotretan dan dilakukan dalam satu Blok (block adjustment).
Parameter EO dari GPS/IMU harus diikutkan dalam perhitungan.
Hitungan perataan dilakukan secara simultan untuk seluruh foto udara.
14
Hitungan perataan dilakukan secara dua tahap dengan penggunaan titik
kontrol ditunjukkan pada tabel 4.
15
G.5.6 Penyimpanan dan penyajian Data
1. Penyimpanan Data
Data hasil survey direkam atau disimpan dalam bentuk analog maupun digital untuk
kebutuhan dokumentasi dan pelaporan. Setiap bentuk penyimpanan data harus
disertai dengan deskripsi.
1.1 Data analog
Meliputi seluruh data hasil survey seperti data pengukuran Titik Kontrol
Lapangan dan yang lainnya.
1.2 Data digital
Meliputi seluruh data hasil survey seperti pengukuran, dan lain lain dalam
format digital
1.3 Data mentah (raw data)
Data ini merupakan:
a. Seluruh data hasil survei yang diperoleh dengan memakai format sesuai
peralatan yang dipakai.
b. Untuk data, dilengkapi metadata, terdiri atas informasi minimal:
Survei secara umum seperti tanggal, area, peralatan yang
digunakan, platform survei;
Sistem referensi geodetic yang digunakan seperti datum
vertical/horizontal, termasuk ikatannya ke WGS84 jika datum
vertical digunakan
Ketelitian yang dihasilkan dan tingkat kepercayaannya (confidence
level).
1.4 Data hasil proses
Data ini merupakan data hasil :
a. Data mentah yang sudah dikoreksi
2. Penyajian Data
Data survey disajikan dalam bentuk lembar lukis teliti analog dan digital dengan
ketentuan sebagai berikut :
a. Kerapatan angka adalah satu meter pada skala peta, dimana koordinat
penggambaran menggunakan proyeksi UTM pada datum WGS’84;
b. Kerapatan Kontur dicantumkan sesuai dengan kebutuhan. Kerapatan Kontur
setidaknya mencantumkan kontur ketinggian sebagai berikut 1, 2, 3, 4, 5 dalam
satuan meter;
G.6 Orthorektifikasi
Orthorektifikasi adalah proses pembuatan orthofoto dari data foto udara yang sudah
diproses triangulasi udara. Orthofoto adalah foto udara yang memiliki proyeksi
orhtogonal sehingga memiliki keseragaman skala dan tidak memiliki kesalahan
pergeseran relief sehingga bisa digunakan dalam pemetaan. Orthofoto dibuat dengan
menggunakan data DSM yang dihasilkan dari LIDAR dengan software image processing.
Tahapan pembuatan orthofoto adalah sebagai berikut:
a. Persiapan data meliputi foto udara, hasil AT dan DSM
b. Proses orthorektifikasi foto udara menggunakan hasil AT dan DSM.
c. Mosaik foto per blok, meliputi pembuatan seamline dan tone/color balancing.
d. Cropping mosaik foto per NLP.
e. Export ke format GeoTIFF resolusi 15 cm.
16
Orthofoto yang telah dibuat harus diperiksa ketelitiannya dengan mengukur koordinat
premark pada orthofoto. Ketelitian yang disyaratkan adalah ketelitian horizontal 1 m.
Kualitas Citra ortophoto dari kamera digital yang dikehendaki dalam pekerjaan ini:
1. Resolusi spasial di permukaan tanah (Ground Sampling Distance - GSD) tidak
kurang dari 15 cm atau lebih baik.
2. Proses mosaik dari ortophoto menghasilkan satu citra foto yang bersifat
seamless, dengan rona dan tone yang seragam.
18
d. Layer Hipsografi: data ketinggian seperti titik tinggi dan kontur interval 1 m, Layer
Bangunan: gedung, rumah, sekolah, sumur, dan bangunan perkantoran dan
budaya lainnya.
e. Layer saluran air dan bangunan air
f. Layer Transportasi dan Utilitas: jaringan jalan, dan jembatan.
g. Layer Batas administrasi: batas negara provinsi, kota/kabupaten, kecamatan dan
desa.
h. Layer Toponimi: nama-nama geografi seperti nama pulau, nama selat, nama
gunung dan sebagainya.
i. Beberapa tambahan yang dipandang penting untuk disajikan.
Pedoman Teknis:
Standar Perencanaan Irigasi Direktorat Jenderal Pengairan tahun 1986 : PT – 02
Persyaratan Teknis – Bagian Pengukuran
Kepututusan Deputi Bidang Informasi Geospasial Dasar Badan Informasi
Geospasial No. B.81/BIG/DIGD/HK/08/2012 tanggal 13 Agustus 2012
Permen PU No. 25 tahun 2014 tentang informasi geospasial
H. WAKTU PELAKSANAAN
Waktu pelaksanaan untuk kegiatan ini adalah 120 (seratus dua puluh hari) hari kalender.
I. TENAGA AHLI:
1. Profesional Staff
a. Ketua Tim
Ketua Tim disyaratkan seorang Sarjana Geodesi (S.1/S2), lulusan
universitas/perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah
diakreditasi atau yang telah lulus ujian negara atau perguruan tinggi luar negeri
yang telah diakreditasi dan berpengalaman minimal diatas 5 tahun dalam bidang
pemetaan diutamakan berpengalaman di bidang foto udara dan LIDAR, dan
dilengkapi referensi kerja dari pengguna jasa/Pejabat Pembuat Komitmen.
Diutamakan yang telah mempunyai pengalaman sebagai Ketua Tim minimal 3 kali
serta memiliki sertifikat keahlian dari organisasi profesi yang masih berlaku.
Sebagai Ketua Tim, tugas utamanya adalah memimpin dan mengkoordinir
seluruh kegiatan anggota Tim kerja pada masing-masing base station dalam
pelaksanaan pekerjaan sampai dengan selesai, Menyiapkan rencana detil
persiapan kegiatan, integrasi hasil pekerjaan dan penyusunan laporan.
2. Supporting Staff
a. Chief Surveyor/Kepala Surveyor Pengukuran/Ahli Pengolahan GPS (1 orang)
Tenaga ahli yang disyaratkan adalah Diploma D3 Teknik Geodesi yang
berpengalaman ± 3 tahun melaksanakan kegiatan survey topografi /pemetaan
/GPS untuk pembangunan dibidang pekerjaan kesipilan khususnya survey untuk
pelaksanaan pembangunan bendung, prasarana air Baku dan bangunan air
lainnya.
20
b. Surveyor Pengukuran GPS/Titik Kontrol (4 orang)
Lulusan D 1 Teknik Geodesi/ Pengukuran pengalaman kerja 2 tahun atau
STM/SMK Geodesi dan telah berpengalaman melaksanakan pekerjaan
pengukuran untuk sarana prasarana sumber daya air diutamakan berpengalaman
> 3 tahun.
c. Asisten Surveyor Pengukuran GPS (4 orang)
Asisten Surveyor lulusan STM/SMK jurusan Sipil/Geodesi yang bertugas
membantu Surveyor dalam berkoordinasi dalam Tim kerja pengukuran
dilapangan, mengontrol dan mengecek hasil pengukuran dan pemetaan titik
kontrol, berpengalaman minimal 3 tahun.
d. Tenaga Lokal (8 orang). Tenaga lokal untuk membantu survei pengukuran
lapangan.
e. Surveyor/Operator Pemotretan Foto Udara (1 orang)
Lulusan Diploma D3 Teknik Sipil/Geodesi dan telah berpengalaman
melaksanakan pekerjaan bidang pemotretan Foto Udara dan yang diutamakan
berpengalaman ± 3 tahun.
f. Surveyor/Operator Pemotretan Lidar (1 orang)
Lulusan Diploma D3 Teknik Sipil/Geodesi dan telah berpengalaman
melaksanakan pekerjaan bidang pemotretan Lidar dan yang diutamakan
berpengalaman ± 3 tahun.
g. Operator Pengolah Data LIDAR (3 orang)
Lulusan D1 Sipil/Geodesi pengalaman 2 tahun atau STM/SMK yang telah
berpengalaman dalam membuat pengolahan data LIDAR diutamakan ± 3 tahun.
h. Operator Pengolah Data Fotogrametri (3 orang)
Lulusan D1 Sipil/Geodesi pengalaman 2 tahun atau STM/SMK yang telah
berpengalaman dalam membuat pengolahan data Fotogrametri/Triangulasi
Udara dan Orthorektifikasi diutamakan berpengalaman ± 3 tahun.
i. Operator Komputer Acad Land Desktop (2 orang)
Lulusan D1 Sipil/Geodesi pengalaman kerja 2 tahun atau SMA/STM/SMK yang
telah berpengalaman dalam membuat pengolahan Data diutamakan ± 3 tahun.
j. Operator Komputer Cad/Draftman (6 orang)
Lulusan D1 Teknik Sipil/Geodesi pengalaman kerja 2 tahun atau SMA/SMK/STM
Sipil/Geodesi yang telah berpengalaman dalam pembuatan DEM & Kontur, Basis
Data rupabumi, membuat gambar hasil pengukuran diutamakan berpengalaman
± 4 tahun.
k. Operator Komputer Cad (1 orang)
Lulusan D1 Teknik Sipil/Geodesi pengalaman kerja 2 tahun atau SMA/SMK/STM
Sipil/Geodesi yang telah berpengalaman ± 4 tahun dalam pembuatan DEM &
Kontur, Basis Data Rupabumi, sebagai tenaga yang mengoperasikan komputer
dalam pembuatan gambar dan laporan-laporan hasil pelaksanaan pekerjaan.
l. Administrasi Kantor (1 orang)
Lulusan SMA/SMK berpengalaman ± 3 tahun, bertugas sebagai tenaga yang
mengoperasikan komputer dalam menginput data administrasi dan mengurus
tagihan-tagihan, buat laporan invoice.
21
d. Security Clearence.
J. KONTROL KUALITAS
Kontrol Kualitas (QC) dilaksanakan secara internal oleh Penyedia Jasa maupun Pemberi Kerja.
Kontrol kualitas dimaksudkan untuk menjamin kualitas hasil pekerjaan pada setiap tahapan
pekerjaan. Kontrol kualitas dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Penyedia Jasa wajib melakukan kontrol kualitas secara internal terhadap hasil
pelaksanaan pada setiap tahapan pekerjaan yang dilakukan oleh operator sesuai
dengan petunjuk teknis QC yang ditetapkan. QC internal dilakukan oleh Koordinator
terhadap hasil pekerjaan operator yang berada dibawahnya.
b. Setiap operator pelaksana wajib melakukan pencatatan dalam suatu personal logbook
terkait aktivitas sehari-hari dalam pelaksanaan pekerjaan. Personal logbook mencakup
beberapa hal, antara lain waktu mulai dan selesai kerja (harian), pekerjaan yang
dilaksanakan dan pencapaian hasil kerja perhari, permasalahan yang dijumpai dan
solusi yang dilakukan. Catatan dalam logbook dari setiap operator berfungsi sebagai
laporan harian. Sewaktu-waktu, tim pemberi kerja dapat meminta logbook dari masing-
masing operator pelaksana untuk keperluan pemeriksaan. Logbook dapat menjadi
bahan pembuatan dokumen QC.
c. Hasil QC dituangkan dalam suatu dokumen QC sesuai dengan petunjuk teknis QC yang
ditetapkan oleh Pemberi Kerja. Koordinator bertanggung jawab terhadap kualitas data
yang dikerjakan oleh operator dan berhak untuk memerintahkan operator untuk
mengulangi atau memperbaiki kesalahan apabila data yang dihasilkan belum memenuhi
kualitas yang ditetapkan.
d. Proses kontrol kualitas dapat dilaksanakan secara parsial tanpa menunggu seluruh hasil
pada suatu tahapan pekerjaan sesuai dengan petujuk teknis QC.
e. Pemberi kerja hanya akan melakukan kontrol kualitas terhadap hasil pekerjaan yang
sudah lolos QC internal dan dilengkapi dengan dokumen QC.
f. Penyedia Jasa harus menyimpan seluruh dokumen QC untuk diserahkan kepada
Pemberi Kerja setelah selesainya seluruh pelaksanaan pekerjaan.
22
hasil kemajuan kerja yang telah dicapai selama 1 (satu) bulan (diplotkan
juga dalam kurva-S).
Sebelum laporan pendahuluan dicetak maka terlebih dahulu didiskusikan
dengan direksi dan dipresentasikan. Tanggapan, masukan dan perbaikan-
perbaikan dari hasil pembahasan Laporan Pendahuluan dimasukkan dalam final
Laporan pendahuluan. Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya 1 (satu)
bulan sejak SPMK diterbitkan.
2. Laporan Tahap Persiapan Akuisisi Data (masing-masing rangkap 3 set dan data
digital)
Laporan berisi:
Penjelasan program berikutnya baik teknis maupun administratif dan
permasalahannya.
Copy Surat – surat perijinan, dan asuransi (format *.pdf).
Peta rencana jalur terbang dan jalur skala 1: 25.000 atau disesuaikan
(format *.pdf dan *.shp)
Dokumentasi pelaksanaan pekerjaan yang sedang dilaksanakan.
Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setiap
akan memulai akuisisi data.
7. Laporan akhir
Laporan berisi:
rangkuman dari seluruh kegiatan survey yang telah dilakukan,
daftar koordinat dan deskripsi titik kontrol utama dan titik kontrol cek,
hasil pengolahan data LIDAR dan pemotretan udara.
Digital Surface Model (DSM) Digital dalam *.bil format
Digital Terrain Model (DTM) Digital dalam *.bil format
Lidar Intensity Images Digital dalam *.TIF format
DTM sheetwise/per NLP (UTM) hasil pengolahan lidar dan breakline
hasil plotting Digital format BIL 32 bit dan USGS DEM
Data rupabumi blockwise/gabungan (geografis) digital format *.dwg
dan *.shp
24
Kontur dengan interval 1 meter atau lebih besar mengikuti kemiringan
medan, blockwise/gabungan (geografis) Digital format *.dwg dan *.shp
File project Kartografi Format *.mxd
Quicklook layout data Rupabumi berdasarkan sistem Nomor Lembar
Peta Format dgital *.jpg dan *.pdf resolusi 300 dpi
9. Diskusi:
Diskusi Laporan Pendahuluan (Persiapan) dilaksanakan pada tahap
persiapan setelah semua surat – surat izin didapatkan.
Diskusi Konsep Antara (Tahapan Pekerjaan) dilakukan setelah proses
akuisisi data selesai dan pada saat proses pengolahan data.
Diskusi Konsep Laporan akhir
25
Menyerahkan Laporan Hasil Diskusi berisi Materi Diskusi (Bahan Paparan),
Notulen/Berita Acara hasil diskusi, absensi dan foto-foto selama pelaksanaan
diskusi.
Seluruh Laporan dan gambar disajikan sesuai format (bentuk) laporan yang
berlaku dilingkungan Direktorat Irigasi dan Rawa, dan Standar/ Kriteria
Perencanaan (KP) yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
yang sebelumnya bernama Direktorat Jenderal Pengairan. Untuk istilah-istilah
dalam bahasa asing, agar ditulis dalam format huruf miring.
L. ASISTENSI PEKERJAAN
Untuk menjamin penyelesaian pekerjaan selesai tepat mutu dan tepat waktu diperlukan suatu
pengendalian tahapan kegiatan sebagai berikut:
Konsultan diharuskan melakukan diskusi dan asistensi minimal 1 (satu) bulan sekali atau
setiap Tahapan selesai atau dilakukan setiap waktu sesuai keperluan, diskusi dan
asistensi dilakukan oleh tenaga ahli yang terlibat dalam pekerjaanya kepada Pemberi
Kerja guna untuk memperoleh masukan serta kesepahaman bersama baik secara lisan
maupun tulisan, diskusi dilakukan terhadap permasalahan yang akan dibahas mengenai
pekerjaan yang sedang berjalan dan yang telah diselesaikan, diskusi serta asistensi
termasuk menyampaikan alternatif pilihan, guna memperoleh persetujuan serta
pengajuan program kerja untuk selanjutnya.
Untuk memudahkan monitoring pekerjaan agar pihak Konsultan membuat/
menyiapkan lembaran asistensi.
M. LAIN – LAIN
Penyedia Jasa/Konsultan Pelaksana harus menunjuk wakilnya yang sewaktu waktu bisa
dihubungi dalam rangka pelaksanaan pekerjaan dan mempunyai kuasa untuk bertindak
atau mengambil keputusan atas nama Penyedia Jasa.
Semua Peralatan dan software yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan pekerjaan
ini harus disediakan oleh penyedia jasa.
Hal lain-lain yang dirasa perlu dan tidak merubah subtansi kontrak dapat digunakan
aturan yang berlaku di Direktorat Jenderal SDA, SNI, KP, PT dll.
26