Anda di halaman 1dari 27

KERANGKA ACUAN KERJA

PEKERJAAN PEMETAAN
TOPOGRAFI MENGGUNAKAN SISTEM LIDAR DAN
FOTO UDARA

JULI 2019
KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)
1 PEKERJAAN PEMETAAN TOPOGRAFI MENGGUNAKAN SISTEM LIDAR DAN FOTO
UDARA

A. LATAR BELAKANG
Undang-undang nomor 4 tahun 2011 tentang informasi Geospasial khususnya pada pasal 7
menyebutkan bahwa Peta Rupabumi Indonesia (RBI) merupakan salah satu komponen
Informasi Geospasial Dasar (IGD). IGD diselenggarakan secara bertahap dan sistematis untuk
seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan wilayah yurisdiksinya.
Undang-undang nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
menyebutkan bahwa seluruh kegiatan pembangunan harus direncanakan berdasarkan data,
baik spasial dan non spasial serta informasi lain yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
Kegiatan perencanaan irigasi mengacu pada Keputusan Direktur Jenderal Pengairan Nomor
185/KPTS/1986 dan perubahan terbarunya pada tahun 2013 Tentang Standar Perencanaan
Irigasi.
Improvement of Participatory Irrigation Management (IoPIM) dalam percepatan pada
Komponen A untuk program Strategic Irrigation Management Urgent Rehabilitation Project
(SIMURP) yakni untuk menunjang desain perencanaan rehabilitasi pada jaringan irigasi dan
rawa untuk desain perencanaan pengembangan tersier di 13 (tiga belas) daerah irigasi dan rawa
yang tersebar di 8 (delapan) provinsi. Untuk menunjang kegiatan perencanaan tersebut akan
dilakukan Pemetaan Topografi dan Foto Udara dengan menggunakan metode Light Detection
and Ranging (LiDAR) .

B. MAKSUD DAN TUJUAN


Tujuan dari pekerjaan ini adalah melakukan pekerjaan pemotretan udara, LIDAR, dan
pembuatan peta garis skala 1: 5.000 dengan interval kontur 1 meter, di lahan irigasi dan rawa
tersebar pada provinsi Jawa Timur seluas 30.341 ha.

beberapa data yang akan dihasilkan sebagai berikut:


1. Tersedianya Data DEM – Digital Elevation Model baik DSM maupun DTM dengan akurasi
tinggi mencapai 1 meter. Jarak antar piksel (pixel spacing) seluruh area irigasi dan rawa
sebesar 5 meter, sedang jarak antar piksel pada saluran sebesar 1 meter. Format data
dalam BIL atau ASCII. Koordinat Peta dalam Lintang‐Bujur dan Koordinat Proyeksi UTM.

2. Tersedianya Peta Foto Dijital Berwarna dengan ukuran piksel 15 cm Peta Foto terbuat dari
mosaik foto dijital orthogonal. Koordinat Peta dalam Lintang‐Bujur dan Koordinat Proyeksi
UTM. Dan

3. Tersedianya Peta Dasar/Garis skala 1:5.000 meliputi peta topografi, peta landuse daerah
irigasi lengkap dengan saluran air, pintu air, penutupan lahan, bangunan (rumah, gedung
pemerintah, dan fasilitas umum), sungai, jalan raya, jalan lingkungan perumahan.

C. LOKASI KEGIATAN
Luas Daerah irigasi Mrican adalah 30.341 ha. Lokasi kegiatan pengambilan data Lidar dan foto
udara ini berada pada satu Daerah Irigasi Mrican di Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Kediri dan
Kabupaten Jombang, Provinsi Jawa Timur meliput seluas 53.902,8 ha dengan rincian luas dalam
AOI dalam tabel sebagai berikut:
1
Tabel 1 : Luas Liputan (coverage) Peta Daerah Irigasi Mrican

No Liputan Daerah Irigasi Luas_ha


1 Warujayeng 26751.4
2 Turitunggorono 14828.6
3 Papar 12322.8
Total Area 53.902,8

Gambar Peta Lokasi Daerah Irigasi Mrican

D. PELAKSANA DAN PENANGGUNGJAWAB KEGIATAN


 Pelaksana Kegiatan : Konsultan PT Virama Karya
 Penanggung Jawab Kegiatan : Team Leader Konsultan PT. Virama karya

E. SUMBER PENDANAAN

Sumber pendanaan dalam kegiatan ini adalah bersumber dari dana pinjaman ADB

F. LINGKUP KEGIATAN
Lingkup kegiatan ini adalah:
1. Kegiatan Persiapan
 Mobilisasi Personil dan Alat
 Survey Pendahuluan dan Pengumpulan Data Sekunder
 Pengurusan perijinan untuk pengukuran titik kontrol
 Pengurusan perijinan pemotretan udara (Security Clearence dan Security
Officer)

2
 Pembuatan peta rencana distribusi titik kontrol dan peta jalur terbang
 Pemeriksaan kesiapan alat yang akan digunakan
2. Kegiatan Survei
 Pengukuran Titik Kontrol (Perencanaan & Distribusi Titik Kontrol, Premarking,
dan Pengukuran GPS),
 Pelaksanaan Pemotretan Udara dan LIDAR

3. Entry (akuisisi) Data Lapangan dan Pengolahan Data hasil Pemotretan Foto Udara dan
LIDAR.
4. Melakukan Validasi Topografi
5. Digitasi dan Pembuatan Peta
6. Laporan dan Presentasi
 Laporan Pendahuluan (Tahap Persiapan)
 Laporan Antara (Tahapan Persiapan Akuisisi Data LiDAR dan Foto Udara
 Laporan Antara (Tahapan Pengukuran Titik Kontrol Foto Udara)
 Laporan Antara (Tahapan Akuisisi Data LIDAR, dan Foto Udara
 Laporan Antara (Tahapan Pengolahan Data LiDAR)
 Laporan Antara (Tahapan Pengolahan Data Foto Udara)
 Laporan Akhir
 Presentasi dilakukan saat Draft Laporan Pendahuluan, Laporan Antara (Lap.
Tahapan) dan Laporan Akhir.

Table 2 : Jenis dan Jumlah Peralatan pada setiap Tahapan


Kode
Kode Peralatan Jumlah Keterangan

A.1.1. Tahapan Persiapan

Komputer Workstation 4 Digunakan oleh 4 Tenaga Ahli (Koordinator)


Komputer Desktop 1 Digunakan oleh Ketua Tim
Printer Scanner A4 2 Digunakan oleh 4 Tenaga Ahli

A.1.2. Tahapan Pengukuran GPS

GPS Handheld dan kelengkapannya 4 Digunakan oleh Asisten Surveyor GPS


GPS Geodetik Dual Frequency 8 Digunakan oleh Surveyor Pengukuran GPS
Kamera Digital 2 Digunakan oleh Tenga Ahli (Koordinator P)

A.1.3. Tahapan Pengukuran Akuisisi Data


Lidar dan Foto Udara
Lidar System 1 Digunakan oleh Surveyor Lidar
Kamera Udara Digital Metrik 1 Digunakan oleh Surveyor Lidar
GPS Navigasi 1 Digunakan oleh Tenaga Ahli (Koordinator)
Kamera Digital 2 Digunakan oleh Ketua Tim

A.1.4. Tahapan Pengolahan Data

Komputer Workstation 5 Digunakan oleh Operator Lidar, dan TA


Komputer Desktop 1 Digunakan oleh Ketua Tim
Software Pengolahan Lidar 3 Digunakan oleh Operator Lidar
Software Global Mapper 3 Digunakan oleh Tenaga Ahli

3
A.1.5. Tahapan Pengolahan Trianggulasi
& Foto Udara
Komputer Workstation 4 Digunakan oleh Operator Fotogrametri dan TA
Komputer Desktop 1 Digunakan oleh Ketua Tim
Software Pengolahan Trianggulasi 3 Digunakan oleh Operator Fotogrametri
Udara
Software Fotogrametri 3 Digunakan oleh Operator Fotogrametri

A.1.6. Tahapan Pengolahan Line Map dan


Cross Long
Komputer Workstation 1 Digunakan oleh Tenaga Ahli (Koordinator)
Komputer Desktop 1 Digunakan oleh Ketua Tim
Komputer Pengolahan Cad 4 Digunakan oleh Operator Cad
Komputer Pengolahan Acad LD 4 Digunakan oleh Operator Acad Land Desktop
Software Pengolahan Cad 4 Digunakan oleh Operator Cad
Software Pengolahan Acad LD 4 Digunakan oleh Operator Acad Land Desktop

A.1.7. Tahapan Editing, Kartografi


Computer Cad 4 Digunakan oleh Operator Cad
Computer Pengolahan Acad LD 4 Digunakan oleh Operator Acd Land Desktop
Computer Workstation 1 Digunakan oleh tenaga Ahli
Computer Desktop 1 Digunakan oleh Ketua Tim
Plotter A0 1 Digunakan oleh Operator Cad dan Acad LD
Computer Server 2 Digunakan oleh Operator Acad LD & Tenaga Ahli
Software Cad 3 Digunakan oleh Operator Cad
Software GIS 3 Digunakan oleh Operator Cad
Software Global Mapper 3 Digunakan oleh Tenaga Ahli

A.1.8. Tahapan Pelaporan

Computer Workstation 5 Digunakan oleh Tenaga Ahli (coordinator)


Computer Desktop 1 Digunakan oleh Ketua Tim
Printer A4 1 Digunakan oleh Ketua Tim, Tenaga Ahli
Hardisk External 1 Digunakan oleh Ketua Tim

Table 3 : Spesifikasi Peralatan

No. Jenis Peralatan S p e si fi k a s i


1. Laptop Setara Core i5, Ram ≥ 4 GB

2. PC Workstation Setara Core i7, RAM ≥ 8 GB

3. Software Fotogrametri Memiliki kemampuan untuk:


 Trianggulasi udara metode otomatis dan manual meliputi
penambahan, pengurangan, dan pemindahan titik ikat
 Menerima data GPS dan IMU
 Mengolah sub-blok
 Menghitung bundle block adjustment
 Menghitung boresight dan leverarm
 Menghitung digital surface model (DSM) dan digital terrain model
(DTM) secara otomatis
 Mengolah orthofoto
 Membuat cutline mosaic secara otomatis atau manua;
 Membentuk tiling mosaic
 Menghasilkan report statistic meliputi stigma naught, rms XYZ,
rms xy, residual xy per titik ikat
4. Software Lidar Memiliki kemampuan untuk:
 Mendukung klasifikasi point clouds secara otomatis
4
 Mendukung proses filtering point clouds dari
 DSM ke DTM secara otomatis
 Mendukung pengelolaan dan pemrosesan point clouds dalam jumlah
besar
 Mendukung pembuatan editing dan penghitungan surface model
dari point clouds
5. Software GPS Dapat melakukan pengolahan data GPS hingga menghasilkan koordinat
dengan akurasi sesuai persyaratan
6. Software GIS Dapat melakukan pengolahan data GIS dan dapat menghasilkan data
sesuai schema data yang dipersyaratkan
7. Software Flight Dapat melakukan perencanaan jalur terbang sesuai dengan kamera udara
Management System yang digunakan
8. Pesawat / Helikopter Memiliki kemampuan untuk:
Udara  Memiliki lubang yang khusus dibuat untuk survey udara
 Single atau twin engine
 Memiliki Surat Kelaikan Udara Standard an Surat Kelaikan Udara
Khusus dari Direktorat Jenderal Perhubungan Udara yang masih
berlaku
 Memiliki Security Clearence (SC) Pesawat / Helikopter
9. GPS Geodetik dan GPS Geodetik dual frequency
kelengkapannya
10. Sistem Kamera Udara Memiliki kemampuan untuk:
Digital Metrik  Kamera metrik
 Digital sensor CCD (Charge Coupled Device) atau CMOS
(Complementary Metal Oxide Semiconductor)
 Medium format (≥ 60 MP) atau Large format (≥ 100 MP)
 Radiometric RGB (Red, Green, Blue)
 Dilengkapi FMC mekanik atau digital
 Dilengkapi GPS dan IMU
 Dilengkapi perangkat lunak untuk mengolah data
 GPS dan IMU
 Dilengkapi perangkat lunak untuk mengkonversi raw foto udara ke
format TIFF

11. Sistem Lidar Memiliki kemampuan untuk:


 Memiliki Pulse Repetition Rate minimal 100 Khz
 Mempunyai kemampuan mendapatkan minimal 4 titik setiap meter
persegi
 Dilengkapi perangkat lunak pre-processing Lidar
12 Echosounding & Memiliki kemampuan untuk:
Transduser  Memancarkan sinyal akustik ke dasar saluran untuk data kedalaman
 Menampilkan angka kedalaman
13. GPS Handheld dan
Kelengkapannya
14. Kamera Digital

15. Scanner A4 A4 Hitam putih

16. Printer A4 Berwarna

17. Plotter A0 Berwarna

18. Harddisk Eksternal

5
G. PELAKSANAAN PEKERJAAN

G.1 Persiapan
Pekerjaan yang dilakukan pada tahapan persiapan adalah:
1. Pengurusan tugas dari pemberi pekerjaan
2. Pengurusan perijinan untuk pengukuran titik kontrol
3. Pengurusan perijinan pemotretan udara (Security Clearence, tanda layak terbang
dan Security Officer) dari Kementerian Pertahanan, Direjen Perhubungan Udara
dan TNI AU
4. Pengurusan surat tanda asuransi Pesawat / Helikopter dan asuransi kru Pesawat
/ Helikopter (Hull Machinery dan Asuransi Kecelakaan Diri) dan ijin penggunaan
radio
5. Memperoleh batas wilayah administrasi indikatif dan pengesahannya dari aparat
pemerintahan setempat
6. Pembuatan peta rencana distribusi titik kontrol dan peta jalur terbang
7. Pengurusan surat ijin dari pemerintah setempat
8. Pemeriksaan kesiapan alat yang akan digunakan
9. Pembuatan laporan pendahuluan.

G.2 Pengukuran Titik Kontrol


Titik kontrol yang digunakan pada pekerjaan ini terdiri dari titik kontrol utama dan titik
kontrol cek. Keduanya memiliki distribusi dan fungsi yang berbeda.
1. Titik kontrol utama memiliki konfigurasi sebaran dan jumlah yang minimal bagi
keperluan titik kontrol pada triangulasi udara. Selain itu jarak antar baseline tidak
lebih dari 50 km.
2. Titik kontrol cek memiliki konfigurasi sebaran yang merata di seluruh area
pekerjaan dan berfungsi untuk menentukan nilai akurasi secara independen pada
triangulasi udara tahap awal dan kemudian dijadikan sebagai titik kontrol pada
triangulasi udara tahap akhir.

G.2.1 Penomoran

Titik kontrol diberi nomor dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Titik kontrol utama menggunakan 6 digit alfanumerik. Tiga digit awal yaitu alfabet
yang merupakan singkatan dari nama lokasi pekerjaan. Tiga digit akhir yaitu
numerik yang merupakan urutan nomor titik pada lokasi tersebut.
Contoh: CBN001
2. Titik kontrol cek menggunakan 5 digit alfanumerik. Dua digit awal yaitu CP yang
merupakan singkatan dari Check Point. Tiga digit akhir yaitu numerik yang
merupakan urutan nomor titik pada lokasi tersebut.
Contoh: CP001

G.2.2 Perencanaan dan Distribusi

Titik kontrol harus direncanakan di atas peta rencana jalur terbang. Titik kontrol
ditempatkan pada lokasi yang mudah diakses namun aman dari gangguan lingkungan
sekitarnya sehingga tidak dirusak. Sebelum pelaksanaan pemasangan dan pengukuran
titik kontrol, rencana distribusi titik kontrol harus diserahkan kepada pemberi pekerjaan
dan mendapat persetujuan. Ketentuan distribusi titik kontrol adalah sebagai berikut:
6
1. Titik kontrol utama
- Terletak pada tengah, pojok dan perimeter blok
- Jumlah minimal titik kontrol utama yang diperlukan adalah 30 titik.

2. Titik kontrol cek


- Tersebar merata pada seluruh area pekerjaan dengan jarak antar titik
sekitar 5 - 10 Km
- Tersebar tiap akhir jalur terbang
- Jumlah minimal titik kontrol cek yang diperlukan adalah 30 titik

G.2.3 Premarking
Premarking adalah pemberian tanda (disebut sebagai premark) pada pilar titik kontrol
agar titik kontrol dapat diidentifikasi pada foto udara. Ketentuan premarking adalah
sebagai berikut:
a. Setiap titik kontrol utama dan titik kontrol cek harus dipasang Premark
b. Premark berupa tanda silang ( + ) yang memiliki 4 sayap dan memotong titik kontrol
c. Ukuran minimum premark di foto udara adalah panjang 10 piksel dan lebar 3 piksel
untuk masing – masing sayap premark. Ukuran premark sebenarnya di lapangan
menyesuaikan nilai resolusi tanah pemotretan udara.
d. Warna premark harus kontras dengan permukaan tanah atau lingkungan sekitar titik
kontrol
e. Premark terbuat dari material yang tahan cuaca, tidak mudah robek, serta tidak pudar
f. Premark dipasang saat mendekati mulainya pemotretan udara

3 piksel di foto
udara
10 piksel di foto
udara

Bentuk dan ukuran premark

G.2.4 Pengukuran GPS


Pengukuran titik kontrol dilakukan dengan memenuhi persyaratan dibawah:
a. Pengamatan GPS dilaksanakan secara diferensial dengan berbentuk radial atau jaring
menggunakan receiver GPS Geodetik dual frequency
b. Pengamatan GPS dilakukan selama minimal 60 menit untuk setiap sesi
c. Receiver GPS yang digunakan mampu mengamati minimal 5 (lima) satelit sekaligus
pada setiap epoch nya
d. Jarak Baseline pengamatan maksimal 50 km

7
e. Untuk penentuan koordinat horizontal, titik kontrol diikat ke Jaring Kontrol Horizontal
Nasional (JKHN) dengan kode N0 (orde 0) atau N1 (orde 1) maupun stasiun CORS
(Continously Operating Reference System) BIG
f. Untuk penentuan koordinat vertikal, titik kontrol diikatkan terhadap Jaring Kontrol
Vertikal Nasional (JKVN) dan diukur dengan GPS metode leveling (GPS Heighting)
menggunakan koreksi geoid SRGI atau model geoid global EGM2008.

G.2.5 Ketelitian Akhir


Hasil akhir pengukuran dan penghitungan data GPS berupa daftar koordinat Titik Kontrol
yang harus memenuhi persyaratan ketelitian berikut:
a. Akurasi Horizontal ≤ 15 cm, dalam datum SRGI 2013
b. Akurasi Vertikal ≤ 75 cm, dalam datum SRGI 2013
Titik kontrol harus terlihat pada foto udara. Apabila terdapat titik kontrol yang tidak
terlihat karena rusak atau hilang maka harus dilaksanakan postmarking yaitu
penambahan titik kontrol setelah pemotretan udara dengan identifikasi obyek dari foto
udara. Titik kontrol hasil postmarking harus memiliki ketelitian yang sama.

G.3 Pemotretan Udara dan LIDAR


Pelaksanaan pekerjaan pada tahap pemotretan udara dan LIDAR diuraikan sebagai
berikut:

G.3.1 Ketentuan Umum


Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat pelaksanaan pemotretan udara dan
LiDAR adalah:
a. Jalur Terbang (Flight Lines)
1. Arah jalur penerbangan sebagai berikut :
Arah jalur terbang yang akan dilakukan yaitu Timur-Barat atau Utara-Selatan.
Arah jalur terbang diagonal boleh digunakan dengan pertimbangan efisiensi.
Recana jalur terbang yang disertai arah jalur penerbangan harus dimasukkan dan
digambar dalam usulan teknis pada peta skala 1 : 50.000 atau lebih besar.
Sebelum pelaksanaan, rencana jalur terbang beserta arah jalur terbangnya harus
diserahkan kepada pemberi pekerjaan untuk mendapat persetujuan.
2. Pemotretan Pada Satu Jalur
Masing-masing jalur terbang harus dipotret secara berurutan dan setiap jalur
terbang harus tercakup dalam 1 kali penerbangan / pemotretan. Terputusnya
pemotretan dalam satu jalur diperbolehkan apabila kondisi cuaca memang tidak
memungkinkan untuk melanjutkan pemotretan atau dikarenakan mengubah
tinggi terbang untuk penyesuaian skala. Syarat untuk menyambung jalur yang
terputus adalah harus ada minimal satu model yang saling bertampalan.
3. Pemotretan Pada Satu Jalur
Setiap awal dan akhir pemotretan untuk masing - masing jalur terbang harus
mencakup minimum 2 eksposur diluar batas area yang dipetakan.

b. Pertampalan (Overlap)
1. Pertampalan ke muka dan ke samping
 Pertampalan minimal ke muka antar foto yang berurutan adalah 60% dengan
toleransi 5%.
 Pertampalan minimal ke samping (sidelap) pada jalur terbang yang
berdampingan adalah 30% dengan toleransi 5%.

8
 Pada daerah bergunung, overlap ditingkatkan menjadi minimal 70% dan
sidelap minimal 40%, masing – masing dengan toleransi 5%.
 Persyaratan pertampalan diatas bertujuan untuk menghindari terjadinya area
gap stereo.
 Apabila ditemukan gap foto atau gap stereo maka pihak Pelaksana Pekerjaan
diharuskan untuk melakukan terbang ulang (re-flight) akuisisi data foto udara.

2. Perbedaan Tinggi Permukaan Tanah


Bilamana terdapat variasi perbedaaan tinggi permukaan tanah yang cukup besar
pada wilayah yang dipotret, pihak pemberi pekerjaan akan mengijinkan untuk
melakukan perubahan terhadap tinggi terbang dan nilai pertampalannya, apabila
Pihak Pelaksana dapat memberikan bukti-bukti jelas terhadap perbedaan
tersebut.

c. Resolusi Tanah (Ground Sampling Distance / GSD)


Resolusi tanah (GSD) sebesar 15 cm atau lebih baik.

d. Tipe Pemotretan
Tipe pemotretan adalah pemotretan udara vertikal.

e. Tinggi Terbang
1. Tinggi Terbang di atas Permukaan Tanah Rata - rata
Tinggi terbang adalah diatas tinggi rata - rata permukaan tanah dan dihitung
berdasarkan rumus :
H = f*s
keterangan
H = Tinggi Terbang
f = Panjang Fokus Kamera
s = Faktor Skala Foto
Tinggi terbang berada diantara 500 – 800 m untuk meningkatkan akurasi vertikal.
Pada kamera digital, faktor skala foto dihitung dari perbandingan ukuran piksel
(pixel size) dan resolusi tanah (GSD).
Tinggi terbang juga dihitung dengan mempertimbangkan cakupan LIDAR

2. Toleransi Perbedaan Tinggi Terbang


Tidak diperbolehkan lebih rendah dari 2% dan lebih tinggi dari 5% terhadap tinggi
terbang yang telah ditentukan.

f. Laser Swath Width


Besar cakupan laser scanning tergantung pada sudut penyiaman (scan angle) yang
digunakan. Nilai swath width tidak disyaratkan karena tergantung jenis sensor LIDAR
yang digunakan namun harus sesuai dengan nilai lebar cakupan foto udara agar lebar
cakupan kedua data tersebut mendekati.
Nilai swath width ini didapat dari persamaan:

SW = 2 (h x tan(1/2. ))

dimana: SW = Swath Width


h = tinggi terbang Pesawat / Helikopter
= scan angle
9
g. Laser Point Spacing
Nilai Laser Point Spacing yang disyaratkan adalah 4 point spacing setiap meter persegi
atau lebih baik. Nilai ini harus diperoleh dengan mempertimbangkan frekuensi yang
dipakai oleh alat LIDAR, tinggi terbang, scan angle, dan swath width.
Setiap informasi return ditangkap kembali oleh sensor lidar, dan akan memberikan
informasi posisi obyek (XYZ) di atas permukaan tanah. Sehingga informasi yang
didapat akan semakin banyak.

h. Klasifikasi Tutupan Awan


Hasil pemotretan udara yang dapat diterima adalah apabila tutupan awan kurang dari
10% pada setiap foto udara dan obyek yang tertutup awan bukan merupakan
bangunan atau transportasi serta foto udara harus bisa digunakan untuk pemetaan.
Hal ini harus mendapat persetujuan dari Pemberi Pekerjaan.

i. Ketinggian Matahari
Waktu pelaksanaan pemotretan harus dilakukan dengan menyesuaikan ketinggian
matahari. Pemotretan tidak boleh dilakukan pada saat posisi matahari terlalu rendah
yang akan mengakibatkan bayangan obyek menjadi terlalu panjang atau posisi
matahari terlalu tinggi yang akan mengakibatkan pantulan sinar matahari (sunspot) di
foto udara dan bayangan Pesawat / Helikopter yang muncul di setiap foto udara.

j. Heading, Crab, Tilt


Heading, Crab dan Tilt mengacu pada orientasi Pesawat / Helikopter pada saat
terbang yang disebabkan oleh pengaruh angin. Pada foto udara, pengaruh ini akan
muncul pada parameter orientasi yaitu Omega, Phi, Kappa yang direkam langsung
oleh IMU. Nilai omega dan Phi harus mendekati 0° atau tidak melebihi 10° untuk
menjamin kualitas geometri foto udara. Nilai Kappa harus mendekati arah jalur
terbang yang direncanakan.

k. Penomoran foto udara


Foto udara diberi nomor sebanyak 8 digit numerik dengan ketentuan sebagai berikut:
AAAABBBB
4 digit awal menunjukkan nomor jalur terbang
4 digit akhir menunjukkan nomor foto pada jalur terbang
Nomor jalur terbang dan foto udara harus urut dan tidak terdapat duplikasi.

l. Laporan Hasil Pemotretan


Pihak Pelaksana Pekerjaan harus menyerahkan laporan hasil pemotretan yang berisi
hasil pemotretan. Apabila terdapat hari dimana tidak dilakukan pemotretan, Pihak
Pelaksana harus menyerahkan keterangan yang menjadi penyebab tidak
dilaksanakannya pemotretan dan disertai oleh bukti yang mendukung.
Laporan Hasil Pemotretan dibuat dalam bentuk digital dan cetak dan harus memuat
informasi sebagai berikut:
1. Tanggal pemotretan.
2. Nama Pelaksana Pekerjaan.
3. Waktu pelaksanaan pemotretan.
4. Nama dan nomer registrasi Pesawat / Helikopter udara.
5. Nama pilot Pesawat / Helikopter udara dan operator alat.
6. Nama dan jenis kamera udara serta perangkat lain yang digunakan.
7. Nomer jalur dan foto udara serta arah terbang.
10
8. Tinggi terbang.
9. Nilai pertampalan.
10. Hasil uji visual hasil foto udara (thumbnail image).
11. Kondisi cuaca.

m. Konversi data mentah ke image TIFF


Kamera udara merekam data dalam bentuk data mentah (raw data) yang diubah ke
format image TIFF menggunakan perangkat lunak bawaan kamera udara. Image TIFF
yang dihasilkan harus dikoreksi secara radiometri menggunakan perangkat lunak
pengolah image untuk mendapatkan warna yang seimbang (balance) dan seragam
untuk seluruh foto udara dalam satu Blok pemotretan udara.

G.3.2 Pesawat / Helikopter Udara


Dalam penyediaan Pesawat / Helikopter udara yang akan digunakan untuk kegiatan ini,
harus memperhatikan hal berikut:
a. Penggunaan Pesawat / Helikopter Udara
Pesawat / Helikopter udara yang digunakan adalah Pesawat / Helikopter yang
dirancang untuk pemotretan udara dan mampu untuk melaksanakan pekerjaan sesuai
dengan spesifikasi pekerjaan.
b. Surat Kelayakan Terbang
Pihak Pelaksana dalam melaksanakan pekerjaan harus memiliki Surat Tanda Layak
Terbang dari Dirjen Perhubungan Udara.

G.3.3 Kamera Udara dan LIDAR


Kamera udara yang digunakan adalah kamera udara digital metrik yang memang didesain
untuk tujuan pemotretan udara (aerial survey) dengan jenis lensa Normal Angle.
Sistem kamera udara dan LIDAR harus dilengkapi dengan GPS Kinematik dan IMU serta
mount yang sesuai.

a. Format Kamera Udara Digital


Format kamera udara yang boleh digunakan sebagai berikut:
1) Kamera Udara Digital Format Besar
Kamera udara digital format besar adalah kamera yang mampu menghasilkan
image digital sebesar 100 megapiksel atau lebih.
2) Kamera Udara Digital Format Medium
Kamera udara digital format medium adalah kamera yang mampu
menghasilkan image digital sebesar 60 megapiksel atau lebih.

b. Radiometrik
Kamera udara yang digunakan harus memiliki spektrum dan resolusi radiometrik
sebagai berikut:
1) Spektrum Radiometrik
Spektrum radiometrik yang digunakan harus mampu mencakup Red, Green,
Blue (RGB).
2) Resolusi Radiometrik
Resolusi radiometrik yang digunakan pada masing – masing spektrum minimal
12 bit.

11
c. Kecepatan Rana (shutter speed)
Kecepatan rana pada kamera yang digunakan memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
1) Pemilihan kecepatan rana
Kecepatan penutup kamera akan dipilih sesuai dengan kombinasi pergerakan
minimal dan celah lensa untuk mengatasi kondisi cahaya.
2) Pergerakan gambar (image motion)
Pergerakan gambar secara normal (normal motion) tidak boleh melampaui 30
mikrometer.

d. LIDAR
LIDAR yang digunakan harus memiliki Scan rate minimal 100 KHz dan scan angle
yang sesuai dengan cakupan lebar foto udara.

e. Mount
Kamera udara dan LIDAR dipasang pada mount yang mampu mengurangi efek
vibrasi di dalam Pesawat / Helikopter.

f. Forward Motion Compensation (FMC)


Kamera udara harus dilengkapi dengan teknologi Forward Motion Compensation
(FMC) untuk menjamin foto yang dihasilkan bebas dari blur.

g. GPS/IMU
GPS/ IMU yang digunakan harus memenuhi hal-hal sebagai berikut:
a. GPS Kinematik
GPS kinematik digunakan untuk menentukan posisi kamera udara (X, Y, Z).
GPS yang digunakan terdiri dari minimal dua unit receiver, 1 unit
ditempatkan di Pesawat / Helikopter udara sebagai rover dan yang lain
ditempatkan di titik kontrol sebagai base. GPS Receiver yang digunakan
adalah tipe geodetik dan harus mampu merekam data dengan interval 1
detik. Jarak baseline antara GPS base dan rover harus kurang dari 50 km.
Pemilihan lokasi GPS base harus mendapat persetujuan Pemberi
Pekerjaan.
Peralatan yang digunakan sebagai GPS Kinematik harus memenuhi
ketentuan teknis sebagai berikut:
o Receiver GPS jenis Geodetik, yang dapat menerima codes maupun
carrier beat phase.
o Dapat menerima / merekam C/A-code, P-code (bila tersedia) dan
L1/L2 full cycle carrier.
o Receiver GPS yang digunakan mampu mengamati minimal 5 (lima)
satelit sekaligus pada setiap epoknya.
o Receiver GPS yang digunakan mempunyai kemampuan merekam data
dengan interval pengamatan 1 detik.
o Jumlah receiver yang digunakan minimum 2 (dua) unit, 1 unit
ditempatkan di ground mengamati satelit GPS selama GPS kinematik
pemotretan berlangsung.
o Untuk sinkronisasi waktu dengan kamera udara, receiver GPS harus
mempunyai suatu input dimana waktu eksposur (impulse yang datang
dari kamera) yang dicatat dalam skala waktu GPS.

12
o Antena yang digunakan harus sesuai untuk GPS Kinematik di
Pesawat / Helikopter udara, dan diusahakan (bila memungkinkan)
dipasang tepat diatas kamera udara.
o Selisih koordinat (offset) antara kamera udara dan antena GPS harus
diukur untuk mengetahui hubungan geometri antara keduanya.
o Pengamatan satelit dilakukan > 15 derajat diatas horison antena
selama pemotretan berlangsung.
o Kamera udara yang digunakan harus mempunyai kemampuan yang
layak untuk pemotretan udara dengan GPS Kinematik.
o Perangkat lunak yang digunakan harus mampu menghitung data GPS
untuk mendapatkan posisi kamera udara pada saat eksposur.
o Perangkat lunak harus mampu mengoreksi cycle slips dan mengoreksi
offset antara antena GPS dan posisi kamera.
o Minimal 1 (satu) unit receiver harus mangamati di titik acuan yang
telah mempunyai koordinat dalam ellipsoid WGS84 (Jaring Kontrol
Horisontal Nasional)

b. IMU (Inertial Measurement Unit)


Inertial Measurement Unit (IMU) harus digunakan untuk menentukan
orientasi kamera udara (omega, phi, kappa) dan dijalankan dalam satu
sistem dengan GPS Kinematik, sehingga didapat 6 parameter exterior
orientation (EO). IMU juga digunakan untuk mengoreksi data GPS dan
diproses secara simultan.

c. Boresight Misalignment Calibration


Pada sistem peralatan pemotretan udara terdapat hubungan geometri
sudut (boresight misalignment) dan jarak (leverarm) yang perlu
ditentukan secara teliti. Perbedaan sudut dan jarak yang perlu diketahui
adalah antara kamera udara, LIDAR, GPS Kinematik, IMU, mount kamera.
Perbedaan sudut dan jarak tersebut ditentukan dengan menggunakan
kalibrasi yang dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan pemotretan
udara. Metode kalibrasi yang digunakan dapat berbeda sesuai dengan
sistem peralatan yang digunakan namun harus tetap menghasilkan nilai
perbedaan sudut dan jarak tersebut secara teliti.

G.4 Triangulasi Udara


Triangulasi Udara adalah suatu rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan
data parameter Exterior Orientation (x, y, z, omega, phi, kappa) pada setiap foto dan
koordinat perataan setiap titik pengamatan.

G.4.1 Data dan Peralatan


Data dan peralatan yang digunakan untuk melakukan triangulasi udara yaitu:
- Foto Udara digital.
- Peta realisasi jalur terbang
- Daftar koordinat titik-titik kontrol utama dan titik kontrol cek beserta deskripsi dan
sketsa lokasinya.
- Data GPS kinematik dan IMU (parameter EO).
- Perangkat lunak fotogrametri untuk pengamatan/pengukuran titik (point
measurement) pada koordinat foto.
- Pengolah data perataan (block adjustment) dengan metoda Bundle Adjustment
13
- Perangkat lunak yang digunakan untuk perataan blok harus dapat mengolah data
koordinat foto dan data GPS/IMU serta boresight misalignment.

G.4.2 Pelaksanaan Triangulasi Udara


Pelaksanaan triangulasi udara, melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Persiapan
Pekerjaan yang dilakukan pada tahapan persiapan adalah:
 Pengumpulan data
 Pembuatan peta indeks model dan titik kontrol.

b. Pemilihan dan pengamatan titik minor


Dalam melaksanakan pemilihan dan pengamatan titik minor dilakukan hal-hal
berikut:
 Parameter EO harus dimasukkan untuk mengorientasikan foto udara
sebelum dilaksanakannya pemilihan dan pengamatan titik minor.
 Titik minor harus terdistribusi secara merata di setiap model dan minimal
harus terdapat 6 titik minor.
 Pemilihan dan pengamatan titik minor dapat dilaksanakan secara
manual atau otomatis. Apabila menggunakan metode otomatis, titik
minor harus tetap terdistribusi secara merata dan jumlahnya harus
efisien.
 Setiap titik minor harus terdapat pada minimal dua buah foto. Antara dua
jalur terbang yang bersebelahan harus diikat oleh titik minor. Titik
minor diusahakan untuk mengikat foto sebanyak mungkin.
 Pengukuran koordinat titik minor dilakukan pada sistem koordinat foto.
 Apabila jumlah model terlalu banyak, pengamatan titik dapat dibagi
menjadi beberapa sub-blok namun pada tahap perataan akhir harus
digabung menjadi satu Blok utuh.

c. Penomoran titik minor


Pada metode manual, untuk memudahkan identifikasi titik minor maka sistem
penomoran yang digunakan adalah sebagai berikut:
AAABBBC
AAA : Nomer jalur terbang
BBB : Nomer foto udara
C : Posisi titik minor pada model
Sementara pada metode otomatis, penomoran sebisa mungkin mengikuti aturan
diatas (sistematis). Apabila tidak bisa maka dapat menggunakan penomeran
secara urut, dengan syarat titik minor harus tetap mudah diidentifikasi posisinya
pada saat analisis hasil perataan.

d. Hitungan perataan
Ketentuan yang harus dipenuhi pada saat melaksanakan hitung perataan adalah:
 Metode yang digunakan adalah bundle adjustment.
 Hitungan bundle adjustment harus dilakukan untuk seluruh area
pemotretan dan dilakukan dalam satu Blok (block adjustment).
 Parameter EO dari GPS/IMU harus diikutkan dalam perhitungan.
 Hitungan perataan dilakukan secara simultan untuk seluruh foto udara.

14
 Hitungan perataan dilakukan secara dua tahap dengan penggunaan titik
kontrol ditunjukkan pada tabel 4.

Tabel 4 : Penggunaan titik kontrol untuk triangulasi udara

Tahap Titik Ikat Titik Uji


Tahap awal Titik Kontrol Utama Titik Kontrol Cek (ICP)

Tahap akhir - Titik Kontrol Utama


- Titik Kontrol Cek (ICP) -

G.4.3 Persyaratan Ketelitian Hasil Triangulasi Udara


Triangulasi Udara harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Hasil statistik perataan harus memenuhi ketentuan berikut:
- Sigma naught < 1 x ukuran piksel (mikron)
- RMSE titik minor < 1 x ukuran piksel (mikron)
- Nilai residual maksimal titik minor < 2,5 x ukuran piksel (mikron)
- RMSE titik kontrol < 0,15 meter
- Nilai residual maksimal titik kontrol < 0.15 meter
Apabila ditemukan hasil yang tidak memenuhi persyaratan diatas, maka pelaksanaan
Triangulasi Udara harus diulang dengan mengeliminasi kesalahan yang muncul dan
dihitung ulang sampai hasil yang diperoleh sudah sesuai dengan persyaratan yang
ditentukan.

G.5.1 Survei Pendahuluan


Survey pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang lebih nyata tentang
kondisi daerah survei, dengan tujuan untuk menyempurnakan perencanaan yang telah
dibuat. Kegiatan yang dilakukan dalam survey pendahuluan ini adalah sebagai berikut:
a. Melakukan sosialisasi tentang rencana pelaksanaan survei ke instansi terkait;
b. Survei lokasi basecamp;
c. Mencari boat/kapal survei yang memadai untuk kegiatan survei;
d. Memilah area yang bisa dilewati kapal atau tidak;
e. Orientasi lokasi titik kontrol yang sudah ada dan lokasi tempat untuk pembuatan
titik kontrol yang direncanakan;
f. Orientasi lokasi rencana pembuatan stasiun pasut untuk daerah rawa;
g. Mencari informasi tentang ketersediaan sarana transportasi, lokasi-lokasi yang
dapat disinggahi dan mendukung ketersediaan logistic, material bahan bangunan
serta bahan survei.

G.5.2 Survei Utama


Survei utama merupakan rangkaian kegiatan survei untuk keperluan data, terdiri atas:
a. Pengukuran posisi titik kontrol horizontal;
b. Pengukuran posisi sarana bantu navigasi dan objek-objek penting lainnya;

G.5.3 Pengukuran titik kontrol horizontal


Metode pelaksanaan pengukuran kontrol horizontal mengikuti SNI No. 19-6724-2002
tentang jaring kontrol horizontal.

15
G.5.6 Penyimpanan dan penyajian Data
1. Penyimpanan Data
Data hasil survey direkam atau disimpan dalam bentuk analog maupun digital untuk
kebutuhan dokumentasi dan pelaporan. Setiap bentuk penyimpanan data harus
disertai dengan deskripsi.
1.1 Data analog
Meliputi seluruh data hasil survey seperti data pengukuran Titik Kontrol
Lapangan dan yang lainnya.
1.2 Data digital
Meliputi seluruh data hasil survey seperti pengukuran, dan lain lain dalam
format digital
1.3 Data mentah (raw data)
Data ini merupakan:
a. Seluruh data hasil survei yang diperoleh dengan memakai format sesuai
peralatan yang dipakai.
b. Untuk data, dilengkapi metadata, terdiri atas informasi minimal:
 Survei secara umum seperti tanggal, area, peralatan yang
digunakan, platform survei;
 Sistem referensi geodetic yang digunakan seperti datum
vertical/horizontal, termasuk ikatannya ke WGS84 jika datum
vertical digunakan
 Ketelitian yang dihasilkan dan tingkat kepercayaannya (confidence
level).
1.4 Data hasil proses
Data ini merupakan data hasil :
a. Data mentah yang sudah dikoreksi

2. Penyajian Data
Data survey disajikan dalam bentuk lembar lukis teliti analog dan digital dengan
ketentuan sebagai berikut :
a. Kerapatan angka adalah satu meter pada skala peta, dimana koordinat
penggambaran menggunakan proyeksi UTM pada datum WGS’84;
b. Kerapatan Kontur dicantumkan sesuai dengan kebutuhan. Kerapatan Kontur
setidaknya mencantumkan kontur ketinggian sebagai berikut 1, 2, 3, 4, 5 dalam
satuan meter;

G.6 Orthorektifikasi
Orthorektifikasi adalah proses pembuatan orthofoto dari data foto udara yang sudah
diproses triangulasi udara. Orthofoto adalah foto udara yang memiliki proyeksi
orhtogonal sehingga memiliki keseragaman skala dan tidak memiliki kesalahan
pergeseran relief sehingga bisa digunakan dalam pemetaan. Orthofoto dibuat dengan
menggunakan data DSM yang dihasilkan dari LIDAR dengan software image processing.
Tahapan pembuatan orthofoto adalah sebagai berikut:
a. Persiapan data meliputi foto udara, hasil AT dan DSM
b. Proses orthorektifikasi foto udara menggunakan hasil AT dan DSM.
c. Mosaik foto per blok, meliputi pembuatan seamline dan tone/color balancing.
d. Cropping mosaik foto per NLP.
e. Export ke format GeoTIFF resolusi 15 cm.

16
Orthofoto yang telah dibuat harus diperiksa ketelitiannya dengan mengukur koordinat
premark pada orthofoto. Ketelitian yang disyaratkan adalah ketelitian horizontal 1 m.
Kualitas Citra ortophoto dari kamera digital yang dikehendaki dalam pekerjaan ini:
1. Resolusi spasial di permukaan tanah (Ground Sampling Distance - GSD) tidak
kurang dari 15 cm atau lebih baik.
2. Proses mosaik dari ortophoto menghasilkan satu citra foto yang bersifat
seamless, dengan rona dan tone yang seragam.

G.7 Pembentukan DSM, DTM dan Kontur


G.7.1 Pembentukan DSM dan DTM
Data LIDAR hasil scanning yang berupa point cloud diklasifikasikan untuk mendapatkan
data ground atau non-ground. Selanjutnya point cloud yang dihasilkan digunakan untuk
membentuk DSM (Digital Surface Model) dan DTM (Digital Terrain Model). Point cloud
non-ground digunakan untuk membentuk DSM. Point cloud ground digunakan untuk
membentuk DTM.
DTM berupa raster dengan ukuran cell 1 m dan DSM berupa raster dengan ukuran cell
2m.

G.7.2 Garis kontur


Garis kontur dibentuk dari DTM dengan menambahkan breakline dan smoothing untuk
menghasilkan garis kontur yang sesuai dengan bentuk dan kondisi terrain yang
sebenarnya.
Garis kontur yang dihasilkan harus memenuhi ketentuan ketentuan sebagai berikut:
1. Interval kontur indeks untuk skala 1:5.000 adalah 1 meter.
2. Interval kontur selang untuk skala 1:5.000 adalah 0.5 meter.
3. Untuk daerah relatif datar diberi garis kontur bantu dengan interval setengah dari
interval kontur selang.
4. Garis kontur tidak saling berpotongan.
5. Garis kontur tidak terputus, kecuali untuk kontur bantu.
6. Garis kontur dengan elevasi yang sama tidak memotong sungai yang sama lebih dari
satu kali.
7. Garis kontur tidak memotong garis tepi perairan (danau, empang, air rawa, dan
pantai).
8. Pada lokasi perpotongan garis kontur dengan sungai maupun anak sungai maka pola
kontur cenderung menjorok ke arah hulu.
9. Pada lokasi perpotongan garis kontur dengan garis punggung bukit, maka pola kontur
cenderung menjorok ke arah hilir.

G.9 Edgematching dan Penyelarasan Data


Proses edgematching dilakukan antar lembar peta yang bersebelahan agar
mendapatkan data yang berkesinambungan antar satu dengan yang lain. Apabila
lembar peta yang bersebelahan berada pada pekerjaan paket yang lain, maka
edgematching juga harus dilakukan antar paket pekerjaan dengan melakukan
koordinasi dengan pelaksana paket yang bersangkutan.
Penyelerasan data merupakan proses menyatukan dan menggabungkan (merge)
segmen-segmen garis maupun poligon yang masih merupakan satu unsur yang sama
menjadi satu segmen/bagian. Contoh unsur sungai dengan nama yang sama harus
merupakan satu bagian dari hulu dan berakhir di muara, tidak boleh terputus.
Penggabungan data dilakukan dengan menggabungkan semua nomor lembar peta
17
(NLP) dalam satu paket pekerjaan dengan tema yang sama sehingga menjadi satu file
gabungan per tema. Data gabungan ini menggunakan sistem koordinat geografis.

G.10 Validasi Topologi


Analisis spasial akan dapat dilakukan jika hubungan (relasi) antar unsur rupabumi dapat
didefinisikan dengan membangun topologi. Hasil akhir dari pekerjaan ini harus betul-
betul menjamin bahwa data yang dihasilkan benar-benar bersih (clean) baik dari aspek
geometri maupun atribut serta bebas dari kesalahan-kesalahan topologi (free
topological errors).
Cluster toleransi yang digunakan menggunakan standar (default) dari perangkat lunak
GIS. Adapun aturan topologi yang digunakan adalah:
Tabel 6. Aturan Topologi

Aturan Topologi Point Line Polygon

Tidak ada garis yang menumpuk jadi satu pada


posisi yang sama (must not overlap) √ √ √
Ujung suatu garis harus snap dengan garis lain
sehingga tidak ada garis yang undershoot maupun √
overshoot (must not have dangles)
Tidak ada perpotongan pada garis itu sendiri (must
not self-intersect) √
Tidak ada duplikasi garis berbeda pada posisi yang
sama dengan garis itu sendiri (Must not self-overlap) √

Tidak ada area kosong pada suatu poligon (must not


have gaps) √
Tidak ada beberapa objek yang direpresentasikan
dalam satu record (must be single part) √ √ √
Tidak ada objek yang lebih kecil dari batas toleransi
yang ditetapkan berdasarkan skala (must be larger √ √ √
than cluster tolerance)
Tidak ada garis berbeda yang berpotongan (must
not intersect) √
Tidak ada titik yang bertampalan pada posisi yang
sama ataupun dengan titik itu sendiri (Must be √
disjoint)

G.11 Digitasi Peta Topografi


Digitasi yang berupa proses membentuk layer vector dari obyek-obyek di permukaan
bumi harus didasarkan pada data raster, dalam hal ini adalah peta orthofoto. Layer
tersebut antara lain:
a. Layer teks dan frame peta.
b. Layer tutupan lahan: area tutupan lahan seperti hutan, sawah, pemukiman dan
sebagainya.
c. Layer Hidrografi: meliputi unsur perairan seperti sungai, danau, garis pantai dan
sebagainya.

18
d. Layer Hipsografi: data ketinggian seperti titik tinggi dan kontur interval 1 m, Layer
Bangunan: gedung, rumah, sekolah, sumur, dan bangunan perkantoran dan
budaya lainnya.
e. Layer saluran air dan bangunan air
f. Layer Transportasi dan Utilitas: jaringan jalan, dan jembatan.
g. Layer Batas administrasi: batas negara provinsi, kota/kabupaten, kecamatan dan
desa.
h. Layer Toponimi: nama-nama geografi seperti nama pulau, nama selat, nama
gunung dan sebagainya.
i. Beberapa tambahan yang dipandang penting untuk disajikan.

Pedoman Teknis:
 Standar Perencanaan Irigasi Direktorat Jenderal Pengairan tahun 1986 : PT – 02
Persyaratan Teknis – Bagian Pengukuran
 Kepututusan Deputi Bidang Informasi Geospasial Dasar Badan Informasi
Geospasial No. B.81/BIG/DIGD/HK/08/2012 tanggal 13 Agustus 2012
 Permen PU No. 25 tahun 2014 tentang informasi geospasial

H. WAKTU PELAKSANAAN
Waktu pelaksanaan untuk kegiatan ini adalah 120 (seratus dua puluh hari) hari kalender.

I. TENAGA AHLI:
1. Profesional Staff
a. Ketua Tim
Ketua Tim disyaratkan seorang Sarjana Geodesi (S.1/S2), lulusan
universitas/perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah
diakreditasi atau yang telah lulus ujian negara atau perguruan tinggi luar negeri
yang telah diakreditasi dan berpengalaman minimal diatas 5 tahun dalam bidang
pemetaan diutamakan berpengalaman di bidang foto udara dan LIDAR, dan
dilengkapi referensi kerja dari pengguna jasa/Pejabat Pembuat Komitmen.
Diutamakan yang telah mempunyai pengalaman sebagai Ketua Tim minimal 3 kali
serta memiliki sertifikat keahlian dari organisasi profesi yang masih berlaku.
Sebagai Ketua Tim, tugas utamanya adalah memimpin dan mengkoordinir
seluruh kegiatan anggota Tim kerja pada masing-masing base station dalam
pelaksanaan pekerjaan sampai dengan selesai, Menyiapkan rencana detil
persiapan kegiatan, integrasi hasil pekerjaan dan penyusunan laporan.

b. Ahli Geodesi/GPS ( 1 orang)


Lulusan Sarjana Geodesi (S.1), universitas/perguruan tinggi negeri atau
perguruan tinggi swasta yang terakreditasi atau yang telah lulus ujian negara atau
perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi dan berpengalaman bidang
Survei dan Pemetaan lebih diutamakan yang pengalamannya minimal 4 tahun,
dilengkapi referensi kerja dari pengguna jasa/Pejabat Pembuat Komitmen,
memiliki SKA Geodesi dari organisasi profesi yang masih berlaku.
Tugas:
 Bertanggungjawab dalam melakukan koordinasi terhadap Tim kerja dan
hasil pekerjaan pengukuran titik kontrol pemetaan/GPS
 Bertanggung jawab dalam melakukan kontrol kualitas data hasil
pengukuran titik kontrol pemetaan/GPS.
19
c. Ahli Foto Udara dan LIDAR (1 orang)
Lulusan Sarjana Teknik Geodesi / Fotogrametri (S.1), universitas/perguruan tinggi
negeri atau perguruan tinggi swasta yang terakreditasi atau yang telah lulus ujian
negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi dan
berpengalaman minimal 4 tahun dibidang pengukuran dengan sistem Light
Detection and Ranging (LiDAR), dilengkapi referensi kerja dari pengguna
jasa/Pejabat Pembuat Komitmen, memiliki SKA dari organisasi profesi yang masih
berlaku.
Tugas:
 Bertanggungjawab dalam melakukan koordinasi terhadap Tim kerja dan
hasil pekerjaan Light Detection and Ranging (LIDAR) dan Foto Udara.
 Bertanggung jawab dalam melakukan kontrol kualitas data hasil
Pemotretan LIDAR serta pengolahan data Lidar.

d. Ahli Fotogrametri/Trianggulasi (1 orang)


Lulusan Sarjana Teknik Geodesi / Fotogrametri (S.1), universitas/perguruan tinggi
negeri atau perguruan tinggi swasta yang terakreditasi atau yang telah lulus ujian
negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi dan
berpengalaman minimal 4 tahun dibidang Fotogrametri hasil pemotretan udara
dan pengolahan Trianggulasi udara, dilengkapi referensi kerja dari pengguna
jasa/Pejabat Pembuat Komitmen, memiliki SKA dari organisasi profesi yang masih
berlaku.
Tugas:
 Bertanggungjawab dalam melakukan koordinasi terhadap Tim kerja dan
dari hasil pekerjaan Pemotretan Udara.
 Bertanggung jawab dalam melakukan kontrol kualitas data pengolahan
Fotogrametri dan Trianggulasi Udara hasil Pemotretan Udara.

e. Ahli GIS/Linemap/Countouring/Kartografi (1 Orang)


Lulusan Sarjana Teknik Geodesi / Geografi (S.1), universitas/perguruan tinggi
negeri atau perguruan tinggi swasta yang terakreditasi atau yang telah Lulus ujian
negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi dan
berpengalaman minimal 4 tahun dibidang GIS dan Linemap, Countouring, Cross
long section, Topografi data saluran, Editing 3D & Kartografi, pembentukan DTM
dan Kontur dilengkapi referensi kerja dari pengguna jasa/Pejabat Pembuat
Komitmen, memiliki SKA dari organisasi profesi yang masih berlaku.
Tugas:
 Bertanggungjawab dalam melakukan koordinasi terhadap Tim kerja dan
hasil pekerjaan Linemap, Countouring, Editing, dan Kartografi.
 Bertanggung jawab dalam melakukan kontrol kualitas data hasil
Pekerjaan Linemap, Countouring, Editing, dan Kartografi.

2. Supporting Staff
a. Chief Surveyor/Kepala Surveyor Pengukuran/Ahli Pengolahan GPS (1 orang)
Tenaga ahli yang disyaratkan adalah Diploma D3 Teknik Geodesi yang
berpengalaman ± 3 tahun melaksanakan kegiatan survey topografi /pemetaan
/GPS untuk pembangunan dibidang pekerjaan kesipilan khususnya survey untuk
pelaksanaan pembangunan bendung, prasarana air Baku dan bangunan air
lainnya.
20
b. Surveyor Pengukuran GPS/Titik Kontrol (4 orang)
Lulusan D 1 Teknik Geodesi/ Pengukuran pengalaman kerja 2 tahun atau
STM/SMK Geodesi dan telah berpengalaman melaksanakan pekerjaan
pengukuran untuk sarana prasarana sumber daya air diutamakan berpengalaman
> 3 tahun.
c. Asisten Surveyor Pengukuran GPS (4 orang)
Asisten Surveyor lulusan STM/SMK jurusan Sipil/Geodesi yang bertugas
membantu Surveyor dalam berkoordinasi dalam Tim kerja pengukuran
dilapangan, mengontrol dan mengecek hasil pengukuran dan pemetaan titik
kontrol, berpengalaman minimal 3 tahun.
d. Tenaga Lokal (8 orang). Tenaga lokal untuk membantu survei pengukuran
lapangan.
e. Surveyor/Operator Pemotretan Foto Udara (1 orang)
Lulusan Diploma D3 Teknik Sipil/Geodesi dan telah berpengalaman
melaksanakan pekerjaan bidang pemotretan Foto Udara dan yang diutamakan
berpengalaman ± 3 tahun.
f. Surveyor/Operator Pemotretan Lidar (1 orang)
Lulusan Diploma D3 Teknik Sipil/Geodesi dan telah berpengalaman
melaksanakan pekerjaan bidang pemotretan Lidar dan yang diutamakan
berpengalaman ± 3 tahun.
g. Operator Pengolah Data LIDAR (3 orang)
Lulusan D1 Sipil/Geodesi pengalaman 2 tahun atau STM/SMK yang telah
berpengalaman dalam membuat pengolahan data LIDAR diutamakan ± 3 tahun.
h. Operator Pengolah Data Fotogrametri (3 orang)
Lulusan D1 Sipil/Geodesi pengalaman 2 tahun atau STM/SMK yang telah
berpengalaman dalam membuat pengolahan data Fotogrametri/Triangulasi
Udara dan Orthorektifikasi diutamakan berpengalaman ± 3 tahun.
i. Operator Komputer Acad Land Desktop (2 orang)
Lulusan D1 Sipil/Geodesi pengalaman kerja 2 tahun atau SMA/STM/SMK yang
telah berpengalaman dalam membuat pengolahan Data diutamakan ± 3 tahun.
j. Operator Komputer Cad/Draftman (6 orang)
Lulusan D1 Teknik Sipil/Geodesi pengalaman kerja 2 tahun atau SMA/SMK/STM
Sipil/Geodesi yang telah berpengalaman dalam pembuatan DEM & Kontur, Basis
Data rupabumi, membuat gambar hasil pengukuran diutamakan berpengalaman
± 4 tahun.
k. Operator Komputer Cad (1 orang)
Lulusan D1 Teknik Sipil/Geodesi pengalaman kerja 2 tahun atau SMA/SMK/STM
Sipil/Geodesi yang telah berpengalaman ± 4 tahun dalam pembuatan DEM &
Kontur, Basis Data Rupabumi, sebagai tenaga yang mengoperasikan komputer
dalam pembuatan gambar dan laporan-laporan hasil pelaksanaan pekerjaan.
l. Administrasi Kantor (1 orang)
Lulusan SMA/SMK berpengalaman ± 3 tahun, bertugas sebagai tenaga yang
mengoperasikan komputer dalam menginput data administrasi dan mengurus
tagihan-tagihan, buat laporan invoice.

3. Supporting Staf untuk Foto Udara


a. Pilot Pesawat / Helikopter (Pilot Foto Flight).
b. Navigator.
c. Mekanik.

21
d. Security Clearence.

J. KONTROL KUALITAS
Kontrol Kualitas (QC) dilaksanakan secara internal oleh Penyedia Jasa maupun Pemberi Kerja.
Kontrol kualitas dimaksudkan untuk menjamin kualitas hasil pekerjaan pada setiap tahapan
pekerjaan. Kontrol kualitas dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Penyedia Jasa wajib melakukan kontrol kualitas secara internal terhadap hasil
pelaksanaan pada setiap tahapan pekerjaan yang dilakukan oleh operator sesuai
dengan petunjuk teknis QC yang ditetapkan. QC internal dilakukan oleh Koordinator
terhadap hasil pekerjaan operator yang berada dibawahnya.
b. Setiap operator pelaksana wajib melakukan pencatatan dalam suatu personal logbook
terkait aktivitas sehari-hari dalam pelaksanaan pekerjaan. Personal logbook mencakup
beberapa hal, antara lain waktu mulai dan selesai kerja (harian), pekerjaan yang
dilaksanakan dan pencapaian hasil kerja perhari, permasalahan yang dijumpai dan
solusi yang dilakukan. Catatan dalam logbook dari setiap operator berfungsi sebagai
laporan harian. Sewaktu-waktu, tim pemberi kerja dapat meminta logbook dari masing-
masing operator pelaksana untuk keperluan pemeriksaan. Logbook dapat menjadi
bahan pembuatan dokumen QC.
c. Hasil QC dituangkan dalam suatu dokumen QC sesuai dengan petunjuk teknis QC yang
ditetapkan oleh Pemberi Kerja. Koordinator bertanggung jawab terhadap kualitas data
yang dikerjakan oleh operator dan berhak untuk memerintahkan operator untuk
mengulangi atau memperbaiki kesalahan apabila data yang dihasilkan belum memenuhi
kualitas yang ditetapkan.
d. Proses kontrol kualitas dapat dilaksanakan secara parsial tanpa menunggu seluruh hasil
pada suatu tahapan pekerjaan sesuai dengan petujuk teknis QC.
e. Pemberi kerja hanya akan melakukan kontrol kualitas terhadap hasil pekerjaan yang
sudah lolos QC internal dan dilengkapi dengan dokumen QC.
f. Penyedia Jasa harus menyimpan seluruh dokumen QC untuk diserahkan kepada
Pemberi Kerja setelah selesainya seluruh pelaksanaan pekerjaan.

K. KELUARAN & PELAPORAN


Pelaporan disusun per tahapan pekerjaan dan diserahkan setiap akhir tahapan pekerjaan dalam
bentuk digital sesuai dengan kemajuan pekerjaan pada tahap tersebut. Sedangkan laporan
cetak dan digital diserahkan pada saat tahapan pekerjaan selesai. Ketentuan pelaporan
kemajuan pekerjaan adalah sebagai berikut:
a. Laporan Kemajuan berisi:
 Kemajuan pekerjaan yang telah dicapai sampai akhir tahapan berjalan.
 Kendala yang dihadapi dan solusi yang telah dilakukan
 Rencana pelaksanaan pekerjaan pada tahapan berikutnya

b. Jenis laporan yang harus diserahkan adalah:


1. Laporan Pendahuluan (masing-masing rangkap 3 set dan data digital)
Laporan berisi:
 rencana kerja penyedia jasa,
 mobilisasi tenaga ahli dan pendukung,
 jadwal kegiatan penyedia jasa,
 metodologi yang akan digunakan,
 gambaran umum lokasi dan hasil survey pendahuluan

22
 hasil kemajuan kerja yang telah dicapai selama 1 (satu) bulan (diplotkan
juga dalam kurva-S).
Sebelum laporan pendahuluan dicetak maka terlebih dahulu didiskusikan
dengan direksi dan dipresentasikan. Tanggapan, masukan dan perbaikan-
perbaikan dari hasil pembahasan Laporan Pendahuluan dimasukkan dalam final
Laporan pendahuluan. Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya 1 (satu)
bulan sejak SPMK diterbitkan.

2. Laporan Tahap Persiapan Akuisisi Data (masing-masing rangkap 3 set dan data
digital)
Laporan berisi:
 Penjelasan program berikutnya baik teknis maupun administratif dan
permasalahannya.
 Copy Surat – surat perijinan, dan asuransi (format *.pdf).
 Peta rencana jalur terbang dan jalur skala 1: 25.000 atau disesuaikan
(format *.pdf dan *.shp)
 Dokumentasi pelaksanaan pekerjaan yang sedang dilaksanakan.
 Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setiap
akan memulai akuisisi data.

3. Laporan Tahap Pengukuran Titik Kontrol


Laporan berisi:
 Sketsa, deskripsi beserta foto penampakan titik kontrol utama dan titik
kontrol cek di setiap foto dari empat arah mata angin
 Tahapan pengolahan data GPS untuk setiap titik kontrol termasuk titik
kontrol independen (ICP) (Data pengamatan satelit dalam digital format
Rinex dan format raw data)
 Hasil statistik hitungan perataan dalam bentuk digital dan cetak.
 Daftar koordinat titik kontrol (horizontal dan vertical) untuk titik kontrol
utama dan titik kontrol cek (GCP & ICP) dalam format (*.xls dan *.shp)
beserta ketelitiannya dan deskripsinya dalam bentuk digital dan cetak
 Foto-foto dokumentasi survei lapangan dari surveyor di depan papan
nama kantor pemerintah setempat, lengkap dengan informasi
pendukungnya (koordinat) berikut data digitalnya.

4. Laporan Tahap Akuisisi Data


Laporan berisi:
 Peta Realisasi Jalur Terbang pada skala 1: 25.000
 Data mentah foto udara digital (format sesuai kamera) dan Foto udara
digital dalam format TIF yang bergeoreferensi
 Single Frame Foto udara digital dalam format TIFF 32 bit
 Daftar parameter eksterior orientasi (EO) GPS dan IMU dalam format
(*.txt)
 Data raw LIDAR
 Data trajectory
 Foto-foto dokumentasi pelaksanaan lengkap dengan informasi
pendukungnya berikut data digitalnya
 Laporan harian akuisisi data yang berisi rencana, kendala dan solusi
selama akuisisi data
23
5. Laporan Tahap Pengolahan Data Lidar
Laporan berisi:
 Proses pengolahan data, flowchart analisis data, proses pembentukan
DSM, DTM, dan kontur
 Ketelitian hasil LIDAR (vertical dan horizontal)
 Point Clouds Lidar yang sudah diolah dan diklasifikasikan (las format)
 Foto-foto dokumentasi pelaksanaan lengkap dengan informasi
pendukungnya berikut data digitalnya
 Laporan harian yang berisi rencana, kendala dan solusi selama
pengolahan data

6. Laporan Tahapan Pengolahan Data Foto Udara (masing-masing rangkap 3 set


dan data digital)
Laporan berisi:
 Proses pengolahan data, flowchart analisis data, proses pembentukan
mosaic foto
 Mosaik orthophoto gabungan Digital format *.ecw dan *.TIF yang
bergeoreferensi
 Daftar koordinat titik pengamatan dalam sistem koordinat foto dalam
bentuk digital
 Hasil statistik hitungan perataan Bundle Block Adjustment dalam
bentuk digital dan cetak. Yang perlu ditampilkan hanya nilai – nilai
statistik hitungan seperti sigma naught dan RMSE serta hasil uji statistic
 Daftar nilai residu pengamatan setiap titik pengamatan dalam bentuk
digital
 Daftar parameter EO setiap foto hasil hitungan perataan Bundle Block
Adjustment. Satuan yang digunakan adalah Meter dan Degree 360°
 Daftar koordinat perataan setiap titik pengamatan dalam bentuk digital
 Peta indeks foto udara yang digunakan dalam Triangulasi Udara dalam
bentuk digital dan cetak
 Foto-foto dokumentasi pelaksanaan lengkap dengan informasi
pendukungnya berikut data digitalnya
 Laporan harian yang berisi rencana, kendala dan solusi selama
pengolahan data.

7. Laporan akhir
Laporan berisi:
 rangkuman dari seluruh kegiatan survey yang telah dilakukan,
 daftar koordinat dan deskripsi titik kontrol utama dan titik kontrol cek,
 hasil pengolahan data LIDAR dan pemotretan udara.
 Digital Surface Model (DSM) Digital dalam *.bil format
 Digital Terrain Model (DTM) Digital dalam *.bil format
 Lidar Intensity Images Digital dalam *.TIF format
 DTM sheetwise/per NLP (UTM) hasil pengolahan lidar dan breakline
hasil plotting Digital format BIL 32 bit dan USGS DEM
 Data rupabumi blockwise/gabungan (geografis) digital format *.dwg
dan *.shp

24
 Kontur dengan interval 1 meter atau lebih besar mengikuti kemiringan
medan, blockwise/gabungan (geografis) Digital format *.dwg dan *.shp
 File project Kartografi Format *.mxd
 Quicklook layout data Rupabumi berdasarkan sistem Nomor Lembar
Peta Format dgital *.jpg dan *.pdf resolusi 300 dpi

Sebelum laporan akhir sementara dicetak terlebih dahulu didiskusikan dengan


direksi dan kemudian dipresentasikan. Tanggapan, masukan dan perbaikan-
perbaikan dari hasil pembahasan Laporan Akhir Sementara dimasukkan dalam
Laporan Akhir (Final Report). Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya 15
(Lima belas) hari sebelum kontrak berakhir sebanyak 10 (Sepuluh) buku
laporan.

8. Peta dan Gambar (dalam bentuk digital).


a. Daftar koordinat dan deskripsi titik kontrol utama dan titik kontrol cek
dalam bentuk digital (*.xls dan *.shp) dan cetak.
b. Foto udara digital dalam format Data mentah (Raw Data)
c. Foto udara digital dalam format TIFF dengan resolusi minimal 12 bit.
d. Orthofoto digital dalam format *.ecw dan GeoTIFF dengan resolusi spasial
15 cm, dipotong sesuai NLP.
e. Point cloud LIDAR yang sudah diolah dan diklasifikasikan dalam format .las
f. Digital Surface Model (DSM) format BIL 32 bit float.
g. Digital Terrain Model (DTM) format BIL 32 bit float.
h. Data garis kontur dari DTM dalam format CAD dan Shapefile skala 1 : 5.000.
i. Data digital hasil Mosaic foto udara per NLP dalam sistem koordinat UTM
dalam format CAD.
j. Peta yang sudah dilengkapi dengan layout peta dalam satu paket format
.mxd, per NLP dilengkapi dengan data sumbernya.
k. Quicklook layout peta berdasarkan sistem nomor lembar peta dalam
format PDF (300 dpi CMYK) dan JPEG (300 dpi).
l. Layout data Rupabumi berdasarkan sistem Nomor Lembar Peta dalam
format JPEG dan GeoTIFF dengan resolusi minimum 300 dpi.
m. Album peta tercetak pada skala 1:1000, yang merupakan hasil proses
kartografi dari format *.shp, dengan ukuran A0 sebanyak 2 set dan dilipat
menjadi ukuran album A1 serta ukuran A3 sebanyak 5 set.
n. Data digital diserahkan dalam 2 hardisk eksternal yang berisi semua data
hasil pekerjaan.
o. Semua data digital diserahkan telah diberi label (sticker DVD) dengan
identitas data berupa Nama perusahaan, judul pekerjaan, nomor kontrak,
area dan tanggal.

9. Diskusi:
 Diskusi Laporan Pendahuluan (Persiapan) dilaksanakan pada tahap
persiapan setelah semua surat – surat izin didapatkan.
 Diskusi Konsep Antara (Tahapan Pekerjaan) dilakukan setelah proses
akuisisi data selesai dan pada saat proses pengolahan data.
 Diskusi Konsep Laporan akhir

25
Menyerahkan Laporan Hasil Diskusi berisi Materi Diskusi (Bahan Paparan),
Notulen/Berita Acara hasil diskusi, absensi dan foto-foto selama pelaksanaan
diskusi.

10. Data dan Fasilitas Penunjang


Penyediaan oleh penyedia jasa
 Penyedia Jasa memperhatikan fasilitas: peralatan, fasilitas
laboratorium dan bahan yang sesuai untuk mencapai ketelitian dan
standar yang telah ditentukan dalam standar Perencanaan Bangunan
Air yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Sumber Daya Air.
 Penyedia jasa dapat memberikan hasil yang berkualitas tinggi.
Pekerjaan akan diperiksa sewaktu-waktu untuk menjamin
terpenuhinya persyaratan teknis yang telah ditetapkan. Konsultan
menanggung biaya pekerjaan tambahan/pengulangan bila ternyata
hasil pekerjaannya tidak memenuhi persyaratan teknis menurut
penilaian pihak Pemberi Kerja. Fasilitas dan peralatan tersebut dapat
dipergunakan dengan cara dibeli atau disewa.

Seluruh Laporan dan gambar disajikan sesuai format (bentuk) laporan yang
berlaku dilingkungan Direktorat Irigasi dan Rawa, dan Standar/ Kriteria
Perencanaan (KP) yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
yang sebelumnya bernama Direktorat Jenderal Pengairan. Untuk istilah-istilah
dalam bahasa asing, agar ditulis dalam format huruf miring.

L. ASISTENSI PEKERJAAN
Untuk menjamin penyelesaian pekerjaan selesai tepat mutu dan tepat waktu diperlukan suatu
pengendalian tahapan kegiatan sebagai berikut:
 Konsultan diharuskan melakukan diskusi dan asistensi minimal 1 (satu) bulan sekali atau
setiap Tahapan selesai atau dilakukan setiap waktu sesuai keperluan, diskusi dan
asistensi dilakukan oleh tenaga ahli yang terlibat dalam pekerjaanya kepada Pemberi
Kerja guna untuk memperoleh masukan serta kesepahaman bersama baik secara lisan
maupun tulisan, diskusi dilakukan terhadap permasalahan yang akan dibahas mengenai
pekerjaan yang sedang berjalan dan yang telah diselesaikan, diskusi serta asistensi
termasuk menyampaikan alternatif pilihan, guna memperoleh persetujuan serta
pengajuan program kerja untuk selanjutnya.
 Untuk memudahkan monitoring pekerjaan agar pihak Konsultan membuat/
menyiapkan lembaran asistensi.

M. LAIN – LAIN
 Penyedia Jasa/Konsultan Pelaksana harus menunjuk wakilnya yang sewaktu waktu bisa
dihubungi dalam rangka pelaksanaan pekerjaan dan mempunyai kuasa untuk bertindak
atau mengambil keputusan atas nama Penyedia Jasa.
 Semua Peralatan dan software yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan pekerjaan
ini harus disediakan oleh penyedia jasa.
 Hal lain-lain yang dirasa perlu dan tidak merubah subtansi kontrak dapat digunakan
aturan yang berlaku di Direktorat Jenderal SDA, SNI, KP, PT dll.

26

Anda mungkin juga menyukai