Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL PEKERJAAN PENGUKURAN BATHIMETRI

TELUK TANJUNG BENOA – BALI

1. LATAR BELAKANG
Survei batimetri merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh data kedalaman dan
kondisi topografi dasar laut, juga lokasi objek-objek yang berpotensi menimbulkan bahaya.
Pemetaan batimetri merupakan kebutuhan dasar dalam penyediaan informasi spasial dalam
perencanaan, kegiatan dan pengambilan keputusan terkait informasi di bidang kelautan. Peta
kelerengan atau kemiringan lahan merupakan peta yang menampilkan perbandingan antara
beda tinggi (jarak vertikal) suatu lahan dengan jarak mendatarnya. Besar kemiringan lereng
dapat dinyatakan dengan beberapa satuan, diantaranya dalam persen ataupun derajat,
Kegiatan pembuatan peta batimetri terdiri dari tiga tahapan, yang diawali dengan tahap
pengumpulan data, pengolahan data dan penyajian data. Kegiatan ini bertujuan untuk
menghasilkan peta batimetri dan karakterisasi profil dasar laut.

2. MAKSUD DAN TUJUAN


Survei batimetri dimaksudkan untuk mendapatkan data kedalamandan konfigurasi/
topografi dasar sungai. Survei Batimetri dilaksanakan mencakup sepanjang koridor survey
dengan lebar bervariasi. Peralatan echosounder digunakan untuk mendapatkan data
kedalaman optimum mencakup seluruh kedalaman dalam area survei.
Batimetri dalam aplikasinya memiliki banyak manfaat dalam bidang kelautan, antara lain
penentuan jalur pelayaran yang aman, perencanaan bangunan pinggir pantai, pendeteksian
adanya potensi bencana tsunami di suatu wilayah, dan pertambangan minyak lepas pantai.
Selain itu, peta batimetri diperlukan untuk mengetahui kondisi morfologi suatu daerah
perairan.
3. LINGKUP PEKERJAAN

a. Lokasi Pekerjaan
Lokasi pekerjaan pengukuran bathimetri terletak di pantai Tanjung Benoa Nusa Dua Bali.

Gambar 1. Lokasi Pekerjaan

Area pengukuran bathimetri yaitu seluas 104.7242 Ha sesuai dengan garis biru pada gambar di
atas. Lingkup pekerjaan adalah pengukuran bathimetri dan pengamatan pasang surut air laut untuk
mendapatkan kedalaman.

b. Peralatan Yang Digunakan


Peralatan yang digunakan pada pengukuran bathimetri ini adalah :

 Echosounder 585 Plus


 Totalstation Topcon 235
 Gps Handheld
 Handytalky
 Pelampung
 Laptop

Gambar 2. Garmin 585 Plus


Gambar 3. Gambar 4. Gambar 5.
Totalstation Handheld Handytalky

Gambar 6.
Pelampung

c. Team Yang Terlibat


Tim yang terlibat untuk pekerjaan ini terdiri dari :
 (1) orang team leader.
 (2) orang surveyor Bathimetri.
 (1) orang surveyor.
 Tenaga lokal/Operator Perahu.

4. DASAR TEORI
a. Sistem Koordinat
Sistem koordinat Universal Transverse Mercator ( UTM ) adalah merupakan system
koordinat peta, yang mempunyai sifat proyeksi silinder transversal Konform dimana elemen-
elemen dari parameter vektor posisinya merupakan hasil transformasi dari parameter vektor
posisi di permukaan bumi menjadi parameter pada bidang datar melalui suatu bidang
proyeksi .

Sistem Koordinat UTM mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

 Proyeksi : Silinder
 Sumbu Pertama : Meridian Tengah dari tiap zone
 Sumbu Kedua : Ekuator
 Satuan : Meter
 Absis Semu : 500.000 meter pada meridian tengah
 Ordinat Semu : 0,0 meter di ekuator untuk belahan bumi bagian
utara dan 10.000.000 meter di ekuator untuk
belahan bumi bagian selatan.
 Angka perbesaran perbesaran pada meridian tengah = 0,99996
 Penomoran Zone : Zone 1 di mulai dari bujur 180 Barat sampai
dengan 174 Barat, zone 2 dari bujur 174 Barat
sampai dengan 168 Barat, demikian seterusnya
sampai dengan zone 60 untuk bujur 174 Timur
sampai dengan bujur 180 Timur
 Batas Lintang : Lintang 80 Utara dan Lintang 80 Selatan

Zone Batas (BT) Bo (BT)


46 90o – 96o 93o
47 96o – 102o 99o
48 102o – 108o 105o
49 108o – 114o 111o
50 114o – 120o 117o
51 120o – 126o 123o
52 126o – 132o 129o
53 132o – 138o 135o
54 138o – 144o 141o
Tabel 1. Sistem Koordinat

b. Bathimetri
Survey Batimetri dilakukan dengan menggunakan metode akustik atau yang lebih dikenal
dengan hidroakustik dengan memanfaatkan perambatan gelombang suara yang dipantulkan
kemudian direkam di layar echosounder. Penentuan kedalaman sungai dilakukan
menggunakan sistem akustik aktif berupa sinyal akustik yang diemisikan dan direfleksikan
oleh dasar sungai.
Gambar 7. Pengukuran Bathimetri
Bathimetri adalah studi tentang kedalaman air danau atau dasar lautan. Dengan kata lain,
bathimetri adalah setara dengan hypsometry bawah air. Bathimetri berasal dari Bahasa
Yunani βαθυς, μετρον, deep dan mengukur. Peta bathimetri (hidrografi) biasanya diproduksi
untuk mendukung keselamatan navigasi permukaan atau sub-permukaan, dan biasanya
menunjukkan relief dasar laut atau daerah dasar laut sebagai garis kontur (isodepth) dan
pemilihan kedalaman (sounding), dan biasanya juga menyediakan informasi mengenai
navigasi permukaan . Peta Bathimetri dapat juga dibuat dengan menggunakan Digital Terrain
Model dan teknik pencahayaan buatan untuk menggambarkan kedalaman yang digambarkan.
Paleobathimetri adalah studi tentang masa lalu kedalaman air. Sekarang ini, peta batimetri ini
dapat divisualisasikan dalam tampilan 2 dimensi (2D) maupun 3 dimensi (3D). Visualisasi
tersebut dapat dilakukan karena perkembangan teknologi yang semakin maju, sehingga
penggunaan komputer untuk melakukan kalkulasi dalam pemetaan mudah dilakukan. Data
batimetri dapat diperoleh dengan penggunaan teknik interpolasi untuk pendugaan data
kedalaman untuk daerah-daerah yang tidak terdeteksi merupakan hal mutlak yang harus
diperhatikan. Teknik interpolasi yang sering digunakan adalah teori Universal Kriging dan
teori IRFK (Intrinsic Random Function of Order K) (David et al., 1985 dalam Defilmisa,
2003). Peta batimetri dalam aplikasinya memiliki banyak manfaat dalam bidang teknik sipil
dan kelautan antara lain penentuan jalur pelayaran yang aman, perencanaan bangunan pinggir
pantai dan lepas pantai, pendeteksian adanya potensi bencana tsunami di suatu wilayah, dan
pertambangan minyak lepas pantai. Selain itu, peta batimetri diperlukan untuk mengetahui
kondisi morfologi suatu daerah perairan.

Gambar 8. Perhitungan Bathimetri


Awalnya, batimetri mengacu kepada pengukuran kedalaman samudra. Teknik-teknik awal
batimetri menggunakan tali berat terukur atau kabel yang diturunkan dari sisi kapal.
Keterbatasan utama teknik ini adalah hanya dapat melakukan satu pengukuran dalam satu
waktu sehingga dianggap tidak efisien. Teknik tersebut juga menjadi subjek terhadap
pergerakan kapal dan arus.
Survey batimetri dimaksudkan untuk mendapatkan data kedalaman dan konfigurasi/topografi
dasar perairan, termasuk lokasi dan luasan obyek-obyek yang mungkin membahayakan.
Survey batimetri dilaksanakan mencakup sepanjang koridor survey dengan lebar bervariasi.
Lajur utama harus dijalankan dengan interval 100 meter dan lajur silang (cross line) dengan
interval 1.000 meter, kemudian setelah rencana jalur kabel ditetapkan, koridor baru akan
ditetapkan selebar 1.000 meter. Lajur utama dijalankan dengan interval 50 meter dan lajur
silang (cross line) dengan interval 500 meter. Peralatan echosounder digunakan untuk
mendapatkan data kedalaman optimum mencakup seluruh kedalaman dalam area survey.
Agar tujuan ini tercapai, alat echosounder dioperasikan sesuai dengan spesifikasi pabrik.
Prosedur standar kalibrasi dilaksanakan dengan melakukan barcheck atau koreksi Sound
Velocity Profile (SVP) untuk menentukan index error correction. Kalibrasi dilaksanakan
minimal sebelum dan setelah dilaksanakan survey pada hari yang sama. Kalibrasi juga selalu
dilaksanakan setelah adanya perbaikan apabila terjadi kerusakan alat selama periode survey.
Pekerjaan survey batimetri tidak boleh dilaksanakan pada keadaan ombak dengan ketinggian
lebih dari 1,5m bila tanpa heave compensator, atau hingga 2,5m bila menggunakan heave
compensator.

c. Metode Akustik
Metode akustik merupakan proses-proses pendeteksian target di laut dengan
mempertimbangkan proses-proses perambatan suara; karakteristik suara (frekuensi, pulsa,
intensitas); faktor lingkungan / medium; kondisi target dan lainnya. Aplikasi metode ini
dibagi menjadi 2, yaitu sistem akustik pasif dan sistem akustik aktif. Salah satu aplikasi dari
sistem aplikasi aktif yaitu Sonar yang digunakan untuk penentuan batimetri. Sonar (Sound
Navigation And Ranging): Berupa sinyal akustik yang diemisikan dan refleksi yang diterima
dari objek dalam air (seperti ikan atau kapal selam) atau dari dasar laut. Bila gelombang
akustik bergerak vertikal ke dasar laut dan kembali, waktu yang diperlukan digunakan untuk
mengukur kedalaman air, jika c juga diketahui (dari pengukuran langsung atau dari data
temperatur, salinitas dan tekanan).Ini adalah prinsip echo-sounder yang sekarang umum
digunakan oleh kapal-kapal sebagai bantuan navigasi. Echo-sounder komersil mempunyai
lebar sinar 30-45o vertikal tetapi untuk aplikasi khusus (seperti pelacakan ikan atau kapal
selam atau studi lanjut dasar laut) lebar sinar yang digunakan kurang 5o dan arahnya dapat
divariasikan. Walaupun menunjukkan pengaruh temperatur, salinitas dan tekanan pada laju
bunyi dalam air laut (1500 ms-1) relatif kecil dan sedikit perubahan pada c dapat
menyebabkan kesalahan pengukuran kedalaman dan kesalahan sudut akan menambah
keburukan resolusi.Teknik echo-sounding untuk menentukan kedalaman dan pemetaan dasar
laut bertambah maju dengan berkembangnya peralatan sonar seperti SeaBeam dan
Hydrosweep yang merupakan sistem echo-sounding multi-beam yang menentukan
kedalaman air di sepanjang swath lantai laut di bawah kapal penarik, menghasilkan peta-peta
batimetri yang sangat detail. Sidescan imaging system, sperti GLORIA (Geological Long
Range Inclined Asdic), SeaMARC, dan TOBI (Towed Oceand Bottom Instrument)
menghasilkan fotografi aerial yang sama atau citra-citra radar, menggunakan bunyi atau
microwave. Echo-sounding banyak juga digunakan oleh nelayan karena ikan menghasilkan
echo, dan kawanan ikan atau hewan lain dapat dikenali sebagai lapisan-lapisan sebaran dalam
kolom air (Supangat, 2003).

Untuk pengukuran kedalaman, sensor yang digunakan adalah Transducer. Tranducer ini
dapat ditaruh di samping kapal dan berada dibawah permukaan air. Sensor ini cukup sensitif,
karena ada buble sedikit saja, sinyal yang dipancarkan sudah terganggu. Sehingga kita perlu
mengatur speed kapal sedemikian rupa agar Tranducer masih dapat membaca nilai
kedalaman ( Biasanya kecepatan kapal 3 – 6 Knot saja ). Tranducer memancarkan sinyal2
akustik ke bawah permukaan laut. Sebenarnya prinsipnya hampir sama seperti pengukuran
jarak menggunakan total station. Rumusnya : Jarak = ( Kecepatan gelombang x Waktu ) / 2..
Kenapa dibagi 2? Karena jarak yang ditempuh bolak balik, jadi dibagi 2 supaya jarak one
way saja yang didapatkan Jika kita mengoperasikan alat Echosounder. Ada beberapa
parameter yang perlu kita inputkan ke dalam echosounder, diantaranya :
 Draft : Jarak antara permukaan air dengan ujung sensor tranducer paling bawah
 Velocity : Cepat rambat gelombang
 Index : Nilai koreksi kedalaman.
Setiap kali sebelum melakukan pengukuran batimetri kedalaman dasar laut, kita harus
melakukan kalibrasi Barcheck.. Prinsip kerjanya sederhana saja, pertama kita ukur draft
( jarak permukaan air ke sensor ), kemudian kita inputkan ke dalam echosounder, setelah itu
barcheck kita taruh di kedalaman 1 meter dekat dengan sensor tranducer . Logikanya
seharusnya pada barcheck 1 meter, angka yang dibaca di echosounder juga 1 m...Namun
biasanya tidak 1 meter, tetapi 1,2 meter atau lebih.  karena itu, Kita harus merubah parameter
Velocity dan Indeks sedemikian rupa sampai kedalaman pada barcheck 1 meter,dan angka
yang dibaca echosounder juga 1 meter. Velocity dipengaruhi oleh tekanan air, temperature,
salinitas air, dll. Contoh, pada daerah sungai, biasanya velocity seputaran 1520 – 1530..
Namun tiap daerah, besar velocity berbeda beda. Untuk mendapatkan nilai Velocity secara
teliti, diperlukan pengukuran menggunakan CTD, sedangkan untuk keperluan praktis, cukup
menggunakan adjust barcheck saja.
Survey batimetri dimaksudkan untuk mendapatkan data kedalaman dan konfigurasi/topografi
dasar laut, termasuk lokasi dan luasan obyek-obyek yang ada di dalamnya. Survey batimetri
dilaksanakan mencakup sepanjang koridor survey dengan lebar bervariasi. Peralatan survey
batimetri : sonar dan echosounder digunakan untuk mendapatkan data kedalaman optimum
mencakup seluruh kedalaman dalam area survey. Pekerjaan survey batimetri tidak boleh
dilaksanakan pada keadaan ombak dengan ketinggian lebih dari 1,5m bila tanpa heave
compensator, atau hingga 2,5m bila menggunakan heave compensator.
Pada pengoprasiannya, sonar biasanya dilepaskan oleh suatu kapal ke dalam air dan akan
terjadi pemantulan gelombang suara yang akan memberikan efek gema dan memantulkannya
pada sistem penerima gelombang pada sonar. Dari hasil pemantulan tersebutlah nantinya
akan menghitung secara otomatis pada sistem penerima yang akan menentukan jarak suatu
obyek dari lokasi kapal dan juga data atau informasi yang lain yang dibutuhkan sesuai dengan
tujuan penggunaan sonar. Dan sebuah sonar itu sendiri terdiri dari sebuah pemancar,
transducer, receiver, dan layar monitor. Sonar dapat dimanfaatkan untuk mengukur
kedalaman laut atau suatu perairan, untuk mengidentifikasi jenis lapisan sedimentasi dasar
laut, digunakan juga untuk pemetaan pada dasar laut, dapat digunakan juga untuk mendeteksi
adanya kapal selam dan ranjau yang ada di laut, untuk menganalisa perubahan lingkungan di
dasar laut, digunakan juga untuk mendeteksi adanya kumpulan ikan dan dapat digunakan
sebagai alat komunikasi di laut.
Ada dua jenis echosounder yang digunakan antara lain :
 Single-Beam Echosounder 
Jenis echosounder ini adalah suatu alat yang biasanya digunakan untuk mengukur
kedalaman laut atau suatu perairan dengan menggunakan pancaran tunggal sebagai
pemancar dan penerima sinyal dari geombang bunyi. Single- beam ini memiliki
susunan yang terdiri dari transciever yang terpasang pada lambung kapal atau
terpasang pada sisi bantalan kapal. Transciever ini kemudian mengirimkan suatu
sinyal acoustic dengan frekuensi tinggi yang secara langsung melepaskan gelombang
suara dibawah kolom air pada kapal. Single-Beam ini termasuk alat yang mudah
digunakan akan tetapi informasi yang didapatkan hanya area yang dilewati oleh kapal
saja.
 Multi-Beam Echosounder
Jenis echosounder ini dapat menentukan kedalaman suatu perairan dengan luas area
yang lebih besar lagi dibandingkan denga single-beam. Alat ini secara umum
memancarkan pulsa atau gelombang bunyi langsung ke arah dasar laut lalu akan
dipantulkan kembali. Beberapa pancaran dari bunyi secara elektronis terbentuk
menggunakan teknik pemrosesan dari gelombang bunyi yang nantinya dapat
diketahui sudut beamnya. Multi-Beam Echosounder dapat menghasilkan data
batimetri dengan resolusi tinggi ( 0,1 m akurasi vertikal dan kurang dari 1 m akurasi
horisontalnya).

Adapun aktivitas utama survei batimetri meliputi :

 Penentuan posisi dan penggunaan sistem referensi


 Pengukuran arus
 Pengamatan palung laut
Gambar 9. Metode Pengukuran Bathimetri

d. Pasang Surut
Pengamatan pasut dilakukan untuk menentukan nilai komponen pasut yang nantinya
dapat digunakan untuk keperluan kerekayasaan dan pemetaaan. Metode least squares dapat
digunakan untuk menentukan komponen-komponen pasut selain metode Admiralty. Metode
penentuan komponen pasut dan prediksinya yang umum menggunakan beberapa metode,
yaitu metode Admiralty, metode semi grafik, metode least squares dan lainnya. Metode yang
umum digunakan adalah metode Admiralty, sedangkan metode lain jarang digunakan.
Dengan berkembangnya teknologi komputer, maka berkembang pula metode alternatif lain.
Salah satunya adalah metode least squares yang menggunakan bahasa program Matlab untuk
eksekusinya. Perhitungan menggunakan metode least squaresmenghasilkan nilai komponen
amplitude yang mendekati nilai komponen hasil perhitungan metode Admiralty tetapi
berbeda pada nilai fase. Metode least squares memberikan akurasi yang cukup baik pada
hasil prediksi dan dengan komponen yang lebih banyak.
Proses perhitungan komponen pasut menggunakan metode Admiralty biasanya untuk data
pasut jangka pendek, yaitu 15 piantan atau 29 piantan. Untuk data pasut lebih dari 29
piantan,salah satu cara yang umum digunakan adalah dengan menghitung rata-rata dari
beberapa perhitungan 29 piantan terhadap data tersebut. Dalam perairan Tarakan ini yang
memiliki panjang data 1 tahun atau sebanyak 366 hari (piantan), dan perairan Balikpapan
yang memiliki panjang data 6 bulan. Pada metode Admiralty, langkah pertama yang harus
dilakukan adalah Smoothing data untuk menghilangkan noise. Pada perairan Tarakan ini,
data yang dimiliki tidak memerlukan smoothing karena tidak ada noise yang
menganggu.Dapat dilihat dari beberapa data yang diambil secara acak. Perhitungan dengan
metode admitary adalah:
5. PELAKSANAAN PEKERJAAN
Metode
pekerjaan yang
digunakan
terdiri dari 3 tahapan
pekerjaan yaitu
pekerjaan
persiapan,
pelaksanaan dan
hasil pekerjaan
berikut paparan metode
yang dipakai dalam
melakukan
pekerjaan ini :
a. Pekerjaan
Persiapan
Pekerjaan
persiapan terdiri
dari pengumpulan
data sekunder, persiapan peralatan, dan pembuatan jalur pemeruman. Data sekunder terdiri
dari peta rencana pengukuran sebagai acuan melaksanakan pekerjaan, untuk persiapan
pelatan dilakukan pengecekan sebelum masuk ke tahap pengerjaan, sedangkan rencana
jalur pemeruman dilakukan di studio.
Gambar 10. Rencana Pemeruman

Gambar di atas menunjukan rencana jalur pemeruman yang akan dilakukan, interval
pengambilan data berjarak 50m yang di tunjukan dengan garis berwarna hijau atau di sebut
juga jalur utama sedangkan untuk melakukan koreksi jarak pengambilan data atau di sebut
juga jalur silang.
b. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan pekerjaan terdiri dari tim laut dan team darat, tim pengukuran laut
melakukan pengukuran sesuai dengan rencana jalur pemeruman sedangkan tim pengukuran
darat melakukan pengamatan pasang surut dan pengikatan kordinat dari titik yang sudah di
ketahui ke posisi pemeruman.

Gambar 11. Pelaksanaan


 Pemeruman
Pemeruman dilakukan sesuai dengan rencana jalur yang sudah di buat, berikut adalah
rencana jalur pemeruman :

Gambar 12. Jalur Pemeruman

Jalur rencana pemeruman utama sebanyak 40 line dengan interval antar line 50m
yang di tunjukan dengan garis berwarna hijau, sedangkan garis berwarna merah atau
jalur silang sebanyak 11 line interval 100m yang di tunjukan oleh garis berwarna
merah muda. Sedangkan interval pengambilan data berjarak 10m,metode yang di
pakai dalam pengamatan ini adalah metode akustik dan area pemeruman seluas
104.7242 Ha

 Pengamatan Pasang Surut


Pengamatan pasang surut air laut dilakukan hanya selama melakukan pengambilan
data, dikarnakan data
bathimetri di pengaruhi oleh
pasang surut real time. Lokasi
pengamatan pasang surut
dilakukan di area dermaga/area
yang memungkinkan
untuk pemasangan rambu
pengamatan. Rencana
pengamatan pasut akan
dilakukan di kordinat X=
303448.00, Y= 9033273.00
yang dapat di lihat pada
gambar di bawah ini.

Gambar 13. Rencana Pengamatan Pasut


Pengamatan pasang surut dilakukan untuk mengkoreksi data kedalaman agar
mendapatkan hasil yang lebih maksimal, dan metode pengamatan pasang surut yang
dilakukan adalah menggunakan metode admitary. Interval pengamatan pasang surut
dilakukan selama melakukan pengukuran bathimetri dengan waktu pengamatan 15
menit.
c. Hasil Pekerjaan
Hasil dari pekerjaan ini adalah titik kedalaman dan peta bathimetri yang dapat digunakan
sebagi acun pekerjaan selanjutnya, hasil pengolahan kedalaman air laut menggunakan
software Microsoft excel dan software homport, sedangkan untuk pengolahan peta
kedalaman menggunakan software autocad civil 3d.

6. Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan pekerjaan pengukuran bathimetri pantai Tanjung Benoa, Nusa Dua Bali
ini dapat di lihat pada table di bawah :

JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN


Waktu
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 Persiapan
Pengumpulan Data Sekunder
Persiapan Peralatan
Pembuatan Jalur Pemeruman
2 Pelaksanaan
Survey Pendahuluan
Persiapan Pelaksanaan
Pengukuran Bathimetri
Pengamatan Pasut
Pengikatan darat
3 Hasil
Pengolahan Data Bathimetri
Penggambaran

Tabel 2. Waktu Pelaksanaan

Table di atas menunjukan rencana kerja pengukuran bathimetri yang akan di lakukan,
rencana pengerjaan survey bathimetri ini selama 14 hari kerja, factor yang menjadi kendala
dari pengukuran ini adalah factor cuaca yang mana jika glombang air laut terlalu tinggi tidak
dapat melakukan pengukuran.
7. Batimetri adalah ilmu
yang mempelajari
kedalaman di bawah air
8. dan studi tentang tiga
dimensi lantai samudra atau
danau atau
9. sungai. Sebuah peta
batimetri umumnya
menampilkan relief lantai
10. atau dataran dengan garis-
garis kontur (contour lines)
yang
11. disebut kontor kedalaman
(depth contours atau
isobath), dan dapat
12. memiliki informasi
tambahan berupa informasi
navigasi
13. permukaan
Batimetri adalah ilmu yang
mempelajari kedalaman di
bawah air
dan studi tentang tiga dimensi
lantai samudra atau danau atau
sungai. Sebuah peta batimetri
umumnya menampilkan relief
lantai
atau dataran dengan garis-garis
kontur (contour lines) yang
disebut kontor kedalaman
(depth contours atau isobath),
dan dapat
memiliki informasi tambahan
berupa informasi navigasi
permukaan.

Anda mungkin juga menyukai