Disusun oleh :
Arga Ibnu Kurniawan
19/439641/TK/48371
Kelas C
b. Tujuan
c. Waktu Pelaksanaan
Titik detail adalah semua benda atau titik-titik benda yang merupakan
kelengkapan dari sebagian permukaan bumi. Benda tersebut meliputi benda-benda
buatan manusia seperti rumah, jalan raya, dan sebagainya ataupun alam seperti gunung,
danau, sungai, dan sebagainya. Untuk pembuatan peta situasi, detail yang di ambil
meliputi detail planimetris dan detail-detail ketinggian. Detail planimetris meyangkut
posisi horizontal dari bangunan-bangunan rumah, jalan, jembatan, saluran air, dll.
Sementara detail-detail ketinggian diperlukan untuk penggambaran keadaan topografi
lapangan yang nantingan akan digambarkan dalam bentuk garis-garis kontur.
Untuk keperluan pengukuran dan pemetaan selain pengukuran kerangka dasar
vertikal yang menghasilkan tinggi titik-titik ikat dan pengukuran kerangka dasar
horizontal yang menghasilkan koordinat titik-titik ikat juga perlu dilakukan pengukuran
titik-titik detail untuk menghasilkan yang tersebar di permukaan bumiyang
menggambarkan situasi daerah pengukuran. Maksud dari pengukuran titik detail adalah
untuk memberikan data topografi diatas peta sehingga diperoleh bayangan atau
informasi dari relief bumi kelengkungan dan ketelitian data topografi tersebut
tergantung pada kerapatan titik detail yang lengkap dan efisien. Maka haruslah
dipahami maksud dan kegunaan peta yang akan di buat. Sebelum suatu daerah akan
dibuat pengukuran detail harussudah ada titik ikat. Biasanya hal-hal yang perlu diukur
secara detail ialah segala beda atau bangunan yang terdapat pada areal yang di petakan
akan menambahkelengkapan pada peta. Misalnya perbedaan tinggi muka tanah yang
ekstrem sehingga dapat membantu dalam kelengkapan kontur.
Garis kontur merupakan garis khayal dimana garis terebut menghubungkan titik
dengan ketinggian yang sama. Garis kontur pada umunya digunakan untuk menyajikan
informasi mengenai ketinggian dan bentuk rupa bumi. Dalam penggambaran garis
kontur, diperlukan adanya interval kontur. Interval kontur merupakan jarak tegak antara
dua garis kontur yang berdekatan. Interval kontur dapat dihitung menggunakan rumus
sebagai berikut,
Interval Kontur = (1/2000) x Skala
3. Buat layer untuk membedakan antara poligon maupun garis pada detail pengukuran
topografi dengan memilih toolbar “Layer Properties”, lalu pilih “New Layer” dan
beri nama sesuai detail pengukuran topografi.
5. Ubah data pengukuran dari format .”xlsx” menjadi “.csv” atau “.txt” tergantung
kondisi laptop masing-masing.
6. Input data pengukuran dengan cara click kanan pada menu point kemudian pilih
create. Akan muncul tab baru kemudian pilih import points.
13. Buat garis yang merupakan garis terluar dari peta tersebut. Hal tersebut berguna
agar nantinya kontur tidak melewati garis batas tersebut.
Gambar 1.12 Menggambar Garis Batas Terluar
14. Lakukan interpolasi garis kontur dengan membuat surface pada menu
Beri nama bebas pada surface tersebut lalu atur interval kontur. Interval kontur
yang digunakan adalah 0.25 m. Rumus yang digunakan adalah1/2000 x 500
karena skala yang digunakan adalah 1 : 500. Interval minor yang digunakan
adalah 0.25 m dan interval mayornya adalah 1 m.
15. Tampilkan kontur dengan cara memasukkan data yang digunakan pada awal
pembuatan peta pada menu . Tampilan kontur yang muncul akan
melebihi batas yang sudah kita buat.
Gambar 1.14 Tampilan Kontur Awal
16. Tetapkan garis batas sebagai boundaries agar kontur yang ditampilkan tidak
melewati batas yang telah ditentukan. Gunakan menu dan masukkan
mid ordinate distance sebesar 0.1 m, maka tampilan kontur akan berubah.
17. Dapat dilihat bahwa masih ada kontur yang saling bertabrakan satu sama lain,
padahal salah satu sifat kontur adalah tidak bertabrakan satu sama lain. Oleh karena
itu, kita membutuhkan breaklines agar tidak ada lagi garis yang saling bertabrakan.
Gunakan menu dan pilih garis-garis detil sebagai breaklines. Gunakan
mid ordinate distance sebesar 0.1 maka tampilan kontur akan berubah.
Gambar 1.16 Tampilan Kontur Setelah Diberi Breaklines
18. Lakukan smoothing pada kontur agar tampilan kontur menjadi lebih fleksibel dan
tidak kaku, tetapi jangan sampai menambahkan smoothing terlalu tinggi karena
akan merusak tampilan kontur.
19. Gambar grid dengan menggunakan command polyline dan masukkan 1 cm sebagai
diameter grid.
20. Gunakan command array untuk memperbanyak grid secara cepat. Pilih rectangular,
masukkan 13 baris dan 13 kolom serta masukkan 50 cm sebagai jarak antar grid.
21. Beri label untuk setiap grid hingga terbentuk layout sementara dari peta yang kita
buat.
22. Tampilkan kontur mayor dengan menggunakan menu Add Label dengan cara
melakukan klik kanan pada surfaces. Tampilkan kontur mayor saja dengan
mengganti visible menjadi true dan untuk kontur minor menjadi false karena tidak
perlu ditampilkan. Pilih kontur mana yang ingin kita tampilkan ketinggiannya.
23. Tampilan akhir plotting detail topografi dari data pengukuran detail topografi.
1. Jalankan aplikasi AutoCAD Civil 3D dan buka kembali file plotting titik yang
sebelumnya telah dibuat.
3. Atur ukuran kertas yang akan digunakan dengan cara klik kanan pada Layout
yang sedang aktif dan pilih “Page Setup Manager” Modify.
4. Pilih ikon “Rectangular” pada toolbar untuk menampilkan muka peta sekaligus
menyesuaikan terhadap ukuran kertas yang kita pilih.
5. Buat garis bantu pada info tepi untuk mempermudah proses layouting nantinya
sebagai acuan garis tengah menggunakan command PL (Polyline).
6. Mulai isikan info tepi dengan Judul Peta sesuai dengan tempat dimana kita
melakukan pengukuran.
7. Lanjutkan dengan membuat arah utara dan skala bar serta skala numeris. Pembuatan
bisa dilakukan secara manual menggunakan toolbar yang telah disediakan.
Gambar 2.6 Arah Utara dan Skala Peta
8. Buat legenda berdasarkan objek yang ada pada muka peta. Bedakan objek satu
dengan yang lainnya dengan bentuk yang berbeda sehingga pembaca bisa
membedakan antar objek dengan mudah.
9. Tambahkan informasi lain yang dirasa penting seperti identitas pembuat peta dan
info lain yang terkait dengan proses pembuatan peta.
Gambar 2..8 Info lain yang dapat ditambahkan
10. Layout sudah siap untuk diplot menjadi bentuk PDF dengan menggunakan
command “PLOT”. Atur kembali apa saja yang dibutuhkan seperti ukuran kertas,
akan di export dalam bentuk apa, dan bagian mana saja dari peta yang akan diplot
menjadi PDF.
Pada seluruh kegiatan praktikum Survei Teristris III dapat ditarik kesimpulan
bahwa mahasiswa telah memahami proses survei pemetaan teristris dimulai dari
persiapan hingga mampu melakukan plotting dan menggambar peta dengan skala
1 : 500 secara digital. Secara keseluruhan mahasiswa telah mampu menghasilkan
peta, namun terdapat kekurangan yaitu dalam mengoperasikan alat total station
dikarenakan adanya pandemi sehingga mahasiswa belum melakukan pengambilan
data atau pengukuran dengan alat total station.
b. Saran
Dalam proses pembelajaran pembuatan peta topografi digital, apabila menemui
permasalahan hendaknya mahasiswa harus berpikir kreatif untuk menyelesaikan
masalah tersebut dan tidak perlu takut untuk mencoba-coba.
DAFTAR PUSTAKA
Basuki, Slamet. 2011. Ilmu Ukur Tanah. Gadjah Mada University Press.