Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN FINAL PROJECT

SURVEY TERESTRIS III


Minggu ke-10
“Plotting Data Pengukuran Detail dan Pembuatan Peta Kontur
Topografi Secara Digital”

Disusun oleh :
Arga Ibnu Kurniawan
19/439641/TK/48371
Kelas C

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK GEODESI


DEPARTEMEN TEKNIK GEODESI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2020
BAB 1
Pendahuluan

a. Latar Belakang Masalah

Mata kuliah Survey Terestris III merupakan mata kuliah di program


studi sarjana Teknik Geodesi UGM semester 3. Pada akhir mata kuliah ini,
diberikan tugas final project berupa Plotting Data Pengukuran Detail dan
Pembuatan Peta Kontur Topografi Secara Digital. Tugas akhir ini merupakan
rangkuman dari seluruh kegiatan praktikum Survey Terestris III selama satu
semester. Dengan adanya tugas final project ini, mahasiswa diharapkan mampu
menerapkan ilmu yang telah dipelajari di mata kuliah Survey Terestris III
selama satu semester yang telah dilalui.
Data pengukuran pada tugas final project ini menggunakan data
pengukuran kemah kerja (KK) geodesi 2017, berjudul “Peta Situasi Lokasi J
Dusun Degan II Kalurahan Banjararum Kapanewon Kalibawang Kabupaten
Kulon Progo”.

b. Tujuan

Mahasiswa mampu melakukan plotting data pengukuran detail dan pembuatan


peta kontur topografi secara digital.

c. Waktu Pelaksanaan

Waktu : 25 November – 22 Desember 2020


Tempat : Yogyakarta
BAB 2
a. Landasan Teori

Titik detail adalah semua benda atau titik-titik benda yang merupakan
kelengkapan dari sebagian permukaan bumi. Benda tersebut meliputi benda-benda
buatan manusia seperti rumah, jalan raya, dan sebagainya ataupun alam seperti gunung,
danau, sungai, dan sebagainya. Untuk pembuatan peta situasi, detail yang di ambil
meliputi detail planimetris dan detail-detail ketinggian. Detail planimetris meyangkut
posisi horizontal dari bangunan-bangunan rumah, jalan, jembatan, saluran air, dll.
Sementara detail-detail ketinggian diperlukan untuk penggambaran keadaan topografi
lapangan yang nantingan akan digambarkan dalam bentuk garis-garis kontur.
Untuk keperluan pengukuran dan pemetaan selain pengukuran kerangka dasar
vertikal yang menghasilkan tinggi titik-titik ikat dan pengukuran kerangka dasar
horizontal yang menghasilkan koordinat titik-titik ikat juga perlu dilakukan pengukuran
titik-titik detail untuk menghasilkan yang tersebar di permukaan bumiyang
menggambarkan situasi daerah pengukuran. Maksud dari pengukuran titik detail adalah
untuk memberikan data topografi diatas peta sehingga diperoleh bayangan atau
informasi dari relief bumi kelengkungan dan ketelitian data topografi tersebut
tergantung pada kerapatan titik detail yang lengkap dan efisien. Maka haruslah
dipahami maksud dan kegunaan peta yang akan di buat. Sebelum suatu daerah akan
dibuat pengukuran detail harussudah ada titik ikat. Biasanya hal-hal yang perlu diukur
secara detail ialah segala beda atau bangunan yang terdapat pada areal yang di petakan
akan menambahkelengkapan pada peta. Misalnya perbedaan tinggi muka tanah yang
ekstrem sehingga dapat membantu dalam kelengkapan kontur.
Garis kontur merupakan garis khayal dimana garis terebut menghubungkan titik
dengan ketinggian yang sama. Garis kontur pada umunya digunakan untuk menyajikan
informasi mengenai ketinggian dan bentuk rupa bumi. Dalam penggambaran garis
kontur, diperlukan adanya interval kontur. Interval kontur merupakan jarak tegak antara
dua garis kontur yang berdekatan. Interval kontur dapat dihitung menggunakan rumus
sebagai berikut,
Interval Kontur = (1/2000) x Skala

Penyajian peta dilakukan secara digital, dengan kata lain menggunakan


perangkat lunak komputer. Perangkat lunak membutuhkan data koordinat (x,y,z) semua
titik agar suatu peta dapat terbentuk. Dalam penyajian peta dibutuhkan layoting guna
menambah informasi pada peta situasi.
Layout memiliki fungsi dalam mengatur tampilan peta dan menambah
kelengkapan atribut-atribut peta sehingga sesuai dengan kaidah-kaidah kartografi.
Kelengkapan-kelengkapan tersebut diantaranya skala, legenda, sistem proyeksi, arah
mataangin, grid, dan keterangan lainnya. Pembuatan layout petamerupakan pekerjaan
terakhir setelah input data, editing data,analisis data, penambahan label dan pengaturan
legenda. Sebelum menampilkan atau mencetak peta harus dilakukanlayout terebih
dahulu.
Layout juga dapat disebut sebagai penyajian data secaralengkap dimulai dari
informasi mendasar seperti judul, skalahingga atribut lainnya yang mendukung
informasi dalam peta.Setelah layout peta selesai, maka hasil dari proses ini berupa peta
siap pakai yang memiliki berbagai informasi yang dibutuhkan
b. Langkah Kerja
Plotting titik koordinat dengan menggunakan aplikasi Civil 3D 2020
1. Buka software Civil 3D lalu pilih “New” lalu pilih “Drawing”.

Gambar 1.1 Menu Civil 3D


2. Buat point group terlebih dahulu agar memudahkan pengelompokan titik dengan
cara click kanan pada point grup dan pilih new. Akan muncul tab baru, beri
keterangan dan nama point grup.

Gambar 2.2 Menu Point Groups

Gambar 3.3 tab point groups

3. Buat layer untuk membedakan antara poligon maupun garis pada detail pengukuran
topografi dengan memilih toolbar “Layer Properties”, lalu pilih “New Layer” dan
beri nama sesuai detail pengukuran topografi.

Gambar 1.4 Toolbar “Layer Properties”


4. Pilih layer sesuai data detail yang akan digambarkan pada koordinat hasil
pengukuran detail topografi agar tidak tertukar dan memudahkan dalam
membedakannya.

Gambar 1.5 Inisialisasi Layer

5. Ubah data pengukuran dari format .”xlsx” menjadi “.csv” atau “.txt” tergantung
kondisi laptop masing-masing.
6. Input data pengukuran dengan cara click kanan pada menu point kemudian pilih
create. Akan muncul tab baru kemudian pilih import points.

Gambar 1.6 Toolbar create points

Gambar 1.7 Toolbar import points


7. Pada tab import points, klik add files kemudian pilih data pengukuran yang telah
dipisah-pisahkan setiap objeknya. Setelah itu, ubah format menjadi PNEZD serta
inputkan ke dalam point grup yang telah dibuat.

Gambar 1.8 Input Data Koordinat

8. Pengubahan format file menjadi “PNEZD (comma delimited)”, hal tersebut


dilakukan agar file yang kita upload dapat terdeteksi jenis pemisah angka, dan dapat
dikenali oleh aplikasi untuk menentukan koordinat x, y, dan z.
9. Setelah diinput maka data koordinat hasil pengukuran detail topografi akan muncul
pada layar, apabila belum muncul, ketikan “Extents” dengan klik “Z + Enter” atau
pada “Command Pad” di bawah.

Gambar 1.9 Command “Extents”


10. Tampilan koordinat hasil pengukuran detail topografi setelah dilakukan “Extents”
agar muncul pada layar.

Gambar 1.10 Hasil Input Koordinat

11. Hubungkan antar titik menggunakan command polyline.


12. Tampilan detail topografi setelah diinput semua pada aplikasi Civil 3D.

Gambar 1.11 Tampilan Detail Topografi

13. Buat garis yang merupakan garis terluar dari peta tersebut. Hal tersebut berguna
agar nantinya kontur tidak melewati garis batas tersebut.
Gambar 1.12 Menggambar Garis Batas Terluar

14. Lakukan interpolasi garis kontur dengan membuat surface pada menu
Beri nama bebas pada surface tersebut lalu atur interval kontur. Interval kontur
yang digunakan adalah 0.25 m. Rumus yang digunakan adalah1/2000 x 500
karena skala yang digunakan adalah 1 : 500. Interval minor yang digunakan
adalah 0.25 m dan interval mayornya adalah 1 m.

Gambar 1.13 Menu Untuk Pengaturan Interval Kontur

15. Tampilkan kontur dengan cara memasukkan data yang digunakan pada awal
pembuatan peta pada menu . Tampilan kontur yang muncul akan
melebihi batas yang sudah kita buat.
Gambar 1.14 Tampilan Kontur Awal

16. Tetapkan garis batas sebagai boundaries agar kontur yang ditampilkan tidak
melewati batas yang telah ditentukan. Gunakan menu dan masukkan
mid ordinate distance sebesar 0.1 m, maka tampilan kontur akan berubah.

Gambar 1.15 Tampilan Kontur Setelah diberi Boundaries

17. Dapat dilihat bahwa masih ada kontur yang saling bertabrakan satu sama lain,
padahal salah satu sifat kontur adalah tidak bertabrakan satu sama lain. Oleh karena
itu, kita membutuhkan breaklines agar tidak ada lagi garis yang saling bertabrakan.
Gunakan menu dan pilih garis-garis detil sebagai breaklines. Gunakan
mid ordinate distance sebesar 0.1 maka tampilan kontur akan berubah.
Gambar 1.16 Tampilan Kontur Setelah Diberi Breaklines

18. Lakukan smoothing pada kontur agar tampilan kontur menjadi lebih fleksibel dan
tidak kaku, tetapi jangan sampai menambahkan smoothing terlalu tinggi karena
akan merusak tampilan kontur.

Gambar 1.17 Menu Untuk Smoothing Kontur

19. Gambar grid dengan menggunakan command polyline dan masukkan 1 cm sebagai
diameter grid.
20. Gunakan command array untuk memperbanyak grid secara cepat. Pilih rectangular,
masukkan 13 baris dan 13 kolom serta masukkan 50 cm sebagai jarak antar grid.
21. Beri label untuk setiap grid hingga terbentuk layout sementara dari peta yang kita
buat.
22. Tampilkan kontur mayor dengan menggunakan menu Add Label dengan cara
melakukan klik kanan pada surfaces. Tampilkan kontur mayor saja dengan
mengganti visible menjadi true dan untuk kontur minor menjadi false karena tidak
perlu ditampilkan. Pilih kontur mana yang ingin kita tampilkan ketinggiannya.
23. Tampilan akhir plotting detail topografi dari data pengukuran detail topografi.

Gambar 1.18 Hasil Akhir Plotting Data Pengukuran Detail Topografi

Pembuatan layout peta dengan aplikasi Civil 3D 2018

1. Jalankan aplikasi AutoCAD Civil 3D dan buka kembali file plotting titik yang
sebelumnya telah dibuat.

Gambar 2.1 File plotting peta


2. Pilih Layout pada bagian kiri bawah layar untuk membuat layout akhir peta, bisa
memilih Layout yang telah ada atau membuat baru.

Gambar 2.2 Tampilan awal pada layout

3. Atur ukuran kertas yang akan digunakan dengan cara klik kanan pada Layout
yang sedang aktif dan pilih “Page Setup Manager” Modify.

Gambar 2.3 Pengaturan ukuran dan skala pada layout

4. Pilih ikon “Rectangular” pada toolbar untuk menampilkan muka peta sekaligus
menyesuaikan terhadap ukuran kertas yang kita pilih.
5. Buat garis bantu pada info tepi untuk mempermudah proses layouting nantinya
sebagai acuan garis tengah menggunakan command PL (Polyline).

Gambar 2.4 Garis bantu pada info tepi

6. Mulai isikan info tepi dengan Judul Peta sesuai dengan tempat dimana kita
melakukan pengukuran.

Gambar 2.5 Judul Peta

7. Lanjutkan dengan membuat arah utara dan skala bar serta skala numeris. Pembuatan
bisa dilakukan secara manual menggunakan toolbar yang telah disediakan.
Gambar 2.6 Arah Utara dan Skala Peta

8. Buat legenda berdasarkan objek yang ada pada muka peta. Bedakan objek satu
dengan yang lainnya dengan bentuk yang berbeda sehingga pembaca bisa
membedakan antar objek dengan mudah.

Gambar 2.7 Legenda Peta

9. Tambahkan informasi lain yang dirasa penting seperti identitas pembuat peta dan
info lain yang terkait dengan proses pembuatan peta.
Gambar 2..8 Info lain yang dapat ditambahkan

10. Layout sudah siap untuk diplot menjadi bentuk PDF dengan menggunakan
command “PLOT”. Atur kembali apa saja yang dibutuhkan seperti ukuran kertas,
akan di export dalam bentuk apa, dan bagian mana saja dari peta yang akan diplot
menjadi PDF.

Gambar 2.9 Export menjadi bentuk PDF


11. Tampilan hasil akhir layouting peta

Gambar 2 10 Hasil Akhir Peta Situasi


BAB 3

a. Hasil dan Pembahasan

Dalam pembuatan peta topografi digital ini, praktikan menemui beberapa


masalah, diantaranya yaitu data titik yang tidak bisa diinput dalam format csv.
Untuk mengatasi hal ini maka dapat dilakukan input file menggunakan format txt
dengan disendirikan file tiap objek yang akan dipetakkan. Selain itu, pada awal
pembuatan grid, grid yang dibuat tidak dapat ditampilkan pada saat layouting.
Namun hal ini dapat diatasi dengan membuat ulang layer baru dan mengulangi
proses pembuatan grid dari awal. Masalah yang lain yaitu pada koordinat grid di
bagian kiri yang terpotong pada saat peta dieksport ke format pdf. Hal ini belum
bisa teratasi walaupun sudah dicoba berbagai cara. Hal ini tentunya membuat peta
digital yang dihasilkan menjadi kurang baik walaupun masih dapat dibaca nilai
koordinat grid dengan cara menekan angka tersebut di file peta pdf.
BAB 4
a. Kesimpulan

Pada seluruh kegiatan praktikum Survei Teristris III dapat ditarik kesimpulan
bahwa mahasiswa telah memahami proses survei pemetaan teristris dimulai dari
persiapan hingga mampu melakukan plotting dan menggambar peta dengan skala
1 : 500 secara digital. Secara keseluruhan mahasiswa telah mampu menghasilkan
peta, namun terdapat kekurangan yaitu dalam mengoperasikan alat total station
dikarenakan adanya pandemi sehingga mahasiswa belum melakukan pengambilan
data atau pengukuran dengan alat total station.

b. Saran
Dalam proses pembelajaran pembuatan peta topografi digital, apabila menemui
permasalahan hendaknya mahasiswa harus berpikir kreatif untuk menyelesaikan
masalah tersebut dan tidak perlu takut untuk mencoba-coba.
DAFTAR PUSTAKA

Basuki, Slamet. 2011. Ilmu Ukur Tanah. Gadjah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai