Disusun oleh :
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya sehingga kami dapat
mengikuti rangkaian praktikum Praktek Survei Terestris I dan dapat menyelesaikan laporan
Praktikum Survei Terestris I dengan sebaik-baiknya. Laporan ini kami buat setelah
melaksanakan rangkaian praktek dimulai dengan pengukuran Kerangka Poligon dan
dilanjutkan dengan pengukuran Detil. Pengukuran ini dilaksanakan di
Blimbingsari,Yogyakarta.
Tujuan dari pelaksanaan Praktek Survei Terestris I ini adalah mahasiswa dapat
memahami dan mengaplikasikan teori pada mata kuliah Survei Terestris I yang telah
diberikan dan dapat memanfaatkannya dalam kehidupan nyata. Disamping itu, pelaksanaan
kegiatan praktikum Praktek Survei Terestris I ini untuk memenuhi tugas di semester I.
Dalam menyelesaikan laporan Praktek Survei Terestris I ini kami mendapat bantuan
dari berbagai pihak, oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. M. Iqbal Taftazani, S.T., M.Eng. ; Anindya Sricandra Prasidya,S.T.,M.Eng. selaku
dosen Praktek Survei Terestris I.
2. Rekan – rekan mahasiswa D3 Teknik Geomatika SV UGM 2018 yang telah
membantu dalam penyusunan laporan praktikum Praktek Survei Terestris I.
3. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini yang tidak bias
kami sebutkan satu per satu.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan dan
semua ini tidak lepas dari keterbatasan kemampuan kami dalam mencari referensi maupun
kurangnya ketelitian dari kami dalam pengumpulan data di lapangan. Untuk itu kami
mengharapkan dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan laporan ini.
Penyusun
II
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER….…………………………………………………………….. I
IDENTITAS SISWA.………………………………………………………………... I
KATA PENGANTAR……………………………………………………………….. II
DAFTAR ISI………………………………………………………………………..... III
DAFTAR TABEL…………………………………………………………………..... IV
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………........ V
BAB I : PENDAHULUAN…………………………………………………………... 6
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………..... 6
1.2 Tujuan dan Manfaat………………………………………………………….......... 7
1.2.1 Tujuan………………………………………………………………….... 7
1.2.2 Manfaat………………………………………………………………….. 7
1.3 Waktu dan pelaksanaan………………………………………………………….... 7
BAB II : LANDASAN TEORI…………………………………………………….... 8
2.1 Perhitungan Planimetris…………………………………………………………... 8
2.1.1 Jarak………………………………………………………………...…… 8
2.1.2 Azimuth………………………………………………………………..... 8
2.1.3 Sudut…………………………………………………………………...... 8
2.1.4 Koordinat………………………………………………………………... 9
2.2 Peralatan Alat Ukur Jarak dan Sudut ……………………………………………... 9
2.2.1 Theodolite……………………………………………………………….. 9
2.2.2 Pita Ukur……………………………………………………………….... 9
2.3 Konsep dan Metode Pengukuran Jarak……………………………………………. 10
2.3.1 Pengukuran Jarak Langsung…………………………………………….. 10
2.3.2 Pengukuran Jarak Tak Langsung………………………………………... 10
2.4 Konsep dan Metode Kerangka Peta (Poligon tertutup)………………………….... 11
2.4.1 Bentuk Poligon tertutup………………………………………………..... 12
2.4.2 Toleransi Sudut………………………………………………………….. 13
2.4.3 Pengukuran Sudut Poligon………………………………………………. 13
2.5 Konsep atau Metode Pengukuran Detail…………………………………………... 14
2.5.1 Metode Polar…………………………………………………………….. 14
2.5.2 Metode Offset……………………………………………………………. 14
BAB III : PELAKSANAAN…………………………………………………………. 16
BAB 1V : HASIL DAN EVALUASI………………………………………………...
4.1 Sketsa Poligon……………………………………………………………………..
4.2 Pengukuran Poligon dan Detil……………………………………………………..
4.2.1 Tabel Pengukuran Poligon……………………………………………….
4.2.2 Tabel Pengukuran Jarak………………………………………………….
4.2.3 Tabel Pengukuran Detil………………………………………………….
4.2.4 Analisa Data (Pengukuran Poligon)……………………………………..
4.2.5 Evaluasi Ketelitian Poligon……………………………………………...
4.2.6 Kendala………………………………………………………………...
BAB 5 : PENUTUP…………………………………………………………………...
5.1 Kesimpulan………………………………………………………………………...
5.2 Saran………………………………………………………………………………..
III
DAFTAR TABEL
IV
DAFTAR GAMBAR
V
VI
BAB I
PENDAHULUAN
6
jarak hendaknya mememiliki ketelitian yang sepadan dengan instrumen sudutnya. Jika
ketelitian kedua alat itu tidak sepadan, dikatakan pengukuran tidak konsisten.
Peta planimetris (situasi) adalah peta yang memuat situasi objek sekitar. Objek yang
diamat dalam hal ini adalah bangunan sekitar, jalan, selokan dll. Selain itu kontur juga
digambarkan pada peta ini. Peta ini biasa digunakan untuk perencanaan pembangunan
diberbagai sector. Oleh sebab itu pembuatan peta situasi penting dilakukan
1.2.1 Tujuan
1.2.2 Manfaat
LANDASAN TEORI
2.1.4 Koordinat
Pada sistem sumbu kartesian dua dimensi, setiap titik secara unik didefinisikan
posisinya dengan koordinat berupa absis (X) dan ordinat (Y). Koordinat suatu titik
dapat dihitung jika diketahui asimut dan jaraknya dari titik referensi. Asimutnya
mungkin diketahui dengan pengukuran sudut, sementara jaraknya mungkin diukur
secara langsung di lapangan. Jika titik A diketahui koordinatnya. Titik B diukur
asimut dan jaraknya dari titik A, maka koordinat titik B dapat dihitung,
2.2.1 Theodolite
Theodolite merupakan suatu alat yang dibuat untuk mengukuran sudut yaitu
sudut mendatar (sudut horizontal) dan sudut tegak (sudut vertical). Dimana sudut –
sudut tersebut berperan dalam penentuan jarak mendatar dan jarak tegak diantara dua
buah titik lapangan. Dalam bidang survey pemetaan dan pengukuran tanah telah
banyak dibuat peralatan mengukur sudut,baik digunakan untu mengukur sudut atau
didesain untuk keperluan lain. Alat untuk mengukur sudut dalam bidang pengukuran
tanah dikenal dengan nama transit atau theodolite. Walaupun semua theodolit
mempunyai mekanisme kerja yang sama, namun pada tingkatan tertentu terdapat
perbedaan baik penampilan, bagian dalamnya dan konstruksinya. Theodolite adalah
alat ukur optis untuk mengukur sudut vertikal dan horizontal,merupakan alat untuk
meninjau dan merencanakan kerja.untuk mengukur tempat yang tak dapat dijangkau
dengan berjalan. Sekarang theodolit juga sudah digunakan dalam bidang meteorologi
dan teknologi peluncuran roket.
Pita ukur adalah alat yang sangat penting dalam pengukuran dalam pembuatan
Peta Planimetris ini, karena pengukuran Poligon dan banyak metode dari pengukuran
9
detail yang menggunakan Pita Ukur dari pada teodolit yang hanya digunakan
sebanyak 30% saja dan pengukuran dengan pita ukur adalah 70%
Dan juga menggunakan alat-alat bantu ukur lainnya seperti Jalon, unting-
unting, rambu ukur untuk pengukuran jarak tidak langsung dan sebagainya
Pelaksanaan pelurusan
10
Gambar 2.1 : Pengukuran Jarak Langsung
Keterangan:
D : Jarak datar
h: helling
z : zenith
Ti : tinggi instrumen
11
Gambar 2.2 : Pengukuran Jarak Tak Langsung
= (n-2).1800 …………………………………………….(1)
= (n+2).1800…………………………………………….(2)
f = (n-2).1800 - u ……………………………….…….(3)
13
Pada sudut luar
f = (n+2).1800 - u …………………………………….(4)
C: ketelitian alat, besarnya adalah separuh bacaan terkecil (least count) alat.
14
f. Bidik kembali target titik 3, dan baca dan catat bacaan horisontalnya;
g. Putar teodolit berlawanan jarum jam, bidik titik target 1, baca dan catat bacaan
horisontalnya;
Satu rangkaian tahapan di atas dinamakan satu seri rangkap. Jika dikehendaki
dua seri rangkap, tahapan a dimulai lagi dengan seting bacaan horisontal 900 0’0”.
Jika dikehendaki tiga seri rangkap, urutan seting bacaan horisontal tahap a pada
tiap seri adalah 00 0’0”, 600 0’0” dan 12000’0”. Secara umum, interval bacaan
horizontal untuk setiap seri pada target referensi adalah 1800/s ; dalam hal ini s
adalah jumlah seri yang dikehendaki
Pada metoda polar ini yang diukur adalah sudut dan jarak optis serta beda
tinggi. Peralatan yang diperlukan:
Pojok-pojok bangunan sedapat mungkin diukur dengan cara di atas. Selain itu,
panjang dan lebar bangunan diukur secara langsung dengan pita ukur.
15
Gambar 2.4 : Gambar Pengukuran Detail Cara Pengikatan
Pojok bangunan B, diikat dari titik-titik bantu a, b dan titik 2. Titik-titik bantu
bisa ditentukan dulu pada garis ukur 1 2.
2. Metode penyikuan
3. Metode interpolasi
PELAKASANAAN
a. Metode polar :
1. Theodolite Sokkia R 12070 1 buah
2. Statif alumunium 1 buah
3. Tripod 1 buah
4. Unting-unting 1 buah
5. Rambu ukur 2 buah
6. Payung 1 buah
b. Metode offset
1. Pita ukur 1 buah
2. Jalon 3 buah
3. Unting-unting 2 buah
17
Alat dan bahan :
18
8. Baca bacaan skala piringan horizontal dan catat sebagai bacaan “Biasa “ arah titik
BM 8.
9. Buka kunci penggerak horizontal dan vertikal kemudaian putar teropong theodolit
pada keadaan “ Luar Biasa “. Kemudian bidik titi BM 8 dan BM 2 dan baca skala
piringan horisontalnya.
10. Ulangi langkah ke 5 sampai 9 kembali, sehingga nanti pada BM 1 didapatkan 8
kali bacaan sudut.
11. Setelah itu pindah ke BM 2 dan lakukan langkah ke 5 sampai 9 sampai selesai.
12. Sudut diperoleh dari hasil rata-rata bacaan sudut.
19
IV. Prosedur Pengukuran Detil
a. Metode Polar
1. Mendirikan alat pada salah satu BM (misalnya pada BM 1);
2. Melakukan centering dan levelling;
3. Bidik pada BM 2 sebagai Backsight (0°0’0”);
4. Bidik ke arah titik-titik yang akan dilakukan pengukuran (misalnya pada jalan);
5. Pada jalan yang berbelok, ambil beberapa titik agar saat penggambaran terlihat
belokan;
6. Baca bacaan benang yang dibidik ke arah rambu ukur (ba, bt, bb) kemudian baca
sudut horizontal dan sudut vertikal pada alat;
7. Bidik pada titik-titik yang dapat dijangkau dengan alat;
8. Catat hasil pengukuran pada tabel
9. Apabila akan memindahkan alat, lakukan kembali langkah-langkah diatas;
10. Lakukan pengukuran pada titik yang dapat dijangkau.
b. Metode Pengikatan
1. Lakukan pengukuran dengan alat pita ukur;
2. Lakukan pengukuran dengan cara mengikat titik yang akan diukur dengan dua
titik yang dapat dijangkau dengan alat;
3. Lakukan pemenggalan titik di antara titik BM, apabila titik yang akan diukur
tidak dapat dijangkau.
BAB IV
21
HASIL DAN EVALUASI
22
4.2.1 Tabel Pengukuran Poligon
23
4.2.2 Tabel Pengukuran Jarak
fs = ∑β – syarat
fs = ∑β – (n-2) x 180° atau fs = ∑β – (n+2) x 180°
fs = ∑β – (n+2) x 180°
= 1800° 4' 50" - 1800°
0°4’50”
=
8
= 0°0’36,25”
β rata-rata ± fs
d. Menghitung Azimuth
e. Menghitung ∆X dan ∆Y
1. ∆X :
26
∆X1-2 = 85,435 x sin 120° 48' 55"
= 73.3735713
∆X2-3 = 63,078 x sin 221° 57' 41,2”
= -42.1762193
∆X3-4 = 65,322 x sin 208° 7' 17,5”
= -30.78657337
∆X4-5 = 48,098 x sin 215° 46' 11,2”
= -28.11330403
∆X5-6 = 28,048 x sin 299° 45' 32,5”
= -24.34945192
∆X6-7 = 47,066 x sin 8° 38' 11,25”
= 7.066626387
∆X7-8 = 64,036 x sin 12° 37' 31,25”
= 13.99575747
∆X8-1= 71,362 x sin 25° 38' 15”
= 30.87615017
∑∆X = -0.113443281
f∆X = 0.113443281
2. ∆Y :
∆X1-2 = 85,435 x cos 120° 48' 55"
= -43.76594863
∆X2-3 = 63,078 x cos 221° 57' 41,2”
= -46.9041641
∆X3-4 = 65,322 x cos 208° 7' 17,5”
= -57.61206978
∆X4-5 = 48,098 x cos 215° 46' 11,2”
= -39.026398
∆X5-6 = 28,048 x cos 299° 45' 32,5”
= 13.92100914
∆X6-7 = 47,066 x cos 8° 38' 11,25”
= 46.53247412
∆X7-8 = 64,036 x cos 12° 37' 31,25”
= 62.48782336
∑∆Y = -0.030671589
f∆XY= 0.030671589
f. Menghitung fx dan fy
D D
Fx = X f∆X dan Fy = X f∆Y
∑D ∑D
1. Fx :
85,435
Fx1-2 = X 0.113443281
472.445
= 0.020514614
63,078
Fx2-3 = X 0.113443281
472.445
= 0.015146261
65,322
Fx3-4 = X 0.113443281
472.445
= 0.015685089
48,098
Fx4-5 = X 0.113443281
472.445
= 0.01154927
28,048
Fx5-6 = X 0.113443281
472.445
= 0.006734873
47,066
Fx6-7= X 0.113443281
472.445
= 0.011301467
64,036
Fx7-8 = X 0.113443281
472.445
= 0.015376296
71,362
Fx8-1 = X 0.113443281
472.445
= 0.017135411
2. Fy :
85,435
Fy1-2 = X 0.030671589
472.445
28
= 0.005546523
63,078
Fy2-3 = X 0.030671589
472.445
= 0.004095085
65,322
Fy3-4 = X 0.030671589
472.445
= 0.004240768
48,098
Fy4-5 = X 0.030671589
472.445
= 0.003122569
28,048
Fy5-6 = X 0.030671589
472.445
= 0.001820903
47,066
Fy6-7= X 0.030671589
472.445
= 0.003055571
64,036
Fy7-8 = X 0.030671589
472.445
= 0.004157279
71,362
Fy8-1 = X 0.030671589
472.445
= 0.00463289
Koordinat X :
XBM1 = 1000,000
XBM2 = 1000,000 + 73.3735713 + 0.020514614
= 1073.394086
XBM3 = 1073.394086 + (-42.1762193) + 0.015146261
29
= 1031.233013
XBM4 = 1031.233013 + (-30.78657337) + 0.015685089
= 1000.462125
XBM5 = 1000.462125 + (-28.11330403) + 0.01154927
= 972.3603698
XBM6 = 972.3603698 + -24.34945192 + 0.006734873
= 948.0176528
XBM7 = 948.0176528 + 7.066626387 + 0.011301467
= 955.0955807
XBM8 = 955.0955807+ 13.99575747 + 0.015376296
= 969.1067144
XBM1 = 969.1067144 + 30.87615017 + 0.017135411
= 1000,000
Koordinat Y
YBM = 1000,000
YBM2 = 1000,000 + (-43.76594863) + 0.005546523
= 956.2395979
YBM3 = 956.2395979 + (-46.9041641) + 0.004095085
= 909.3395289
YBM4 = 909.3395289 + (-57.61206978) + 0.004240768
= 851.7316999
YBM5 = 851.7316999 + (-39.026398) + 0.003122569
= 812.7084244
YBM6 = 812.7084244+ 13.92100914+ 0.001820903
= 826.6312545
YBM7 = 826.6312545 + 46.53247412 + 0.003055571
= 873.1667842
YBM8 = 873.1667842 + 62.48782336 + 0.004157279
= 935.6587648
YBM1 = 935.6587648 + 64.33660229 + 0.00463289
= 1000,000
85,438+85,432
Jarak = = 85,435
2
63,078 +63,078
Jarak = = 63,078
2
65,312+65,332
Jarak = = 65,322
2
48,102+48,094
Jarak = = 48,098
2
28,048 + 28,048
Jarak = = 28,048
2
64,036+ 64,036
Jarak = = 64,036
2
71,354+ 71,37
Jarak = = 71,362
2
∑D
fl =
√(∆𝑋)2 +(∆𝑌)2
472.445
fl =
√(0.113443281)2 +(0.030671589)2
472.445
fl =
0,117516485
fl = 4020,24446
4.2.6 Kendala
1. Lalu lalang kendaraan sedikit menghambat jalannya pengukuran
2. Cuaca yang berubah-ubah
3. Waktu pengukuran yang sedikit kurang
32
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
1. Bisa disimpulkan bahwa ketelitian serta kecermatan sangat dibutuhkan oleh pengukur
dalam pengukuran jarak dan sudut supaya dihasilkan data pengukuran yang ideal dan
akurat.
2. Kondisi alat berpengaruh pada proses pengukuran. Alat yang digunakan cukup mumpuni.
Pada pengukuran titik polygon mendapati beberapa kendala pada kondisi lapangan
diantaranya mobil dan motor yang parkir sembarangan sehingga menutupi titik serta
keadaan jalan yang ramai kendaraan.
3. Cuaca sangat berpengaruh pada proses pengukuran. Dalam pengukuran planimetris cuaca
seringkali mendung dan hujan sehingga proses pengukuran tertunda.
4. Pencatatan data ukuran serta sketsa harus jelas dan runtut.
5. Proses peminjaman alat khususnya alat utama yaitu theodolit kadang kala terhambat
sehingga menunda proses pengukuran.
6. Hasil dari penggambaran poligon awalnya kurang tepat namun setelah di telusuri ternyata
ada hasil perhitungan yang salah sehingga harus mengukur ulang data yang kurang tepat.
7. Dilihat dari hasil perhitungan, terdapat kesalahan linier sebesar penutup polygon sebesar
4020,24446
5.2 SARAN
1. Ketelitian dan kefokusan sebaiknya ditingkatkan saat pembacaan ukuran jarak maupun
sudut
2. Pencatatan serta pengolahan data ukuran diperlukan kehati-hatian agar mendapatkan data
hasil yang benar
3. Proses penggambaran membutuhkan kecermatan agar dapat menghindari kesalahan
4. Dalam pengukuran menggunakan pita ukur, kestabilan pemegang pita ukur harus
diutamakan sehingga hasil pembacaan pita ukur masuk nilai benar toleransi yaitu 1/3000
5. Kekompakan tim sangat dibutuhkan demi kelancaran proses pengukuran sampai
penggambaran
6. Seharusnya peminjaman alat tidak ditunda-tunda dikarenakan waktu yang cukup singkat
7. Untuk praktikum selanjutnya lebih diperhatikan lagi lingkungan sekitar dan melaksanakan
survey 2 hari sebelum berlangsungnya pengukuran.
33
LAMPIRAN
34