Anda di halaman 1dari 62

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU UKUR TANAH

DISUSUN OLEH

1. ADJI TRIMANTO
2. RIFQAH NUURUL AZIIZAH
3. HANI KURNIAWATI
4. ALDRI AGUSTRIAN SIREGAR
5. MUHAMMAD HAFIZ WIDYADHANA0

PRODI TEKNOLOGI KONTRUKSI BANGUNAN AIR


POLITEKNIK PUPR SEMARANG
2020/2021
HALAMAN PENGESAHAN

“Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah” Ini telah diperiksa, disetujui dan disahkan oleh
Asisten Dosen dan Dosen sebagai tugas mata kuliah Ilmu Ukur Tanah I Program studi
Teknologi Konstruksi Bangunan Air, Politeknik PUPR

Disusun Oleh:

Kelompok 7

Fira Tahta Afwina A.J 203032

Abdullah Rahaditama 203033

Muhammad Zulkarnain 203034

Michael David Hutapea 203035

Semarang, 14 Desember 2020

Asisten Praktikum

Miftahul Huda Dirmawan

NIM. 21110117140023

Dosen Pengampu Mata Kuliah

Ir. Bambang Sudarsono, M.S.

NIP. 195709131986030001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Laporan Praktikum Ilmu
Ukur Tanah I Pengukuran Alat Teodholite dan Waterpass ini,

Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan
terima kasih kepada :

1. Bapak Bambang Sudarsono, selaku dosen mata kuliah Ilmu Ukur Tanah.
2. Miftahul Huda Dirmawan, selaku asisten praktikum mata kuliah Ilmu Ukur Tanah
yang telah membimbing kami dalam penyusunan laporan ini.
3. Seluruh pihak yang telah membantu kami dalam menyusun laporan praktikum Ilmu
Ukur Tanah.

Laporan ini merupakan tugas setelah penulis mengetahui dan memahami bagaimana
sistematika pengukuran alat teodolit dan waterpas di lapangan.

Penulis menyadari penulisan laporan ini masih sangat jauh dari sempurna, karena
kurangnya pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh Karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.

Semarang, 22 Januari 2021

Penulis,

iii
DAFTAR ISI

Cover ……………………………………………………………………………………. i
Halaman Pengesahan…………………………………………………………………... ii
Kata Pengantar…………………………………………………………………………. iii
Daftar Isi……………………………………………………………………………….... iv
Daftar Tabel…………………………………………………………………………….. v
Daftar Gambar…………………………………………………………………………. vi
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………… 1
1.1. Latar Belakang………………………………………..………………………… 1
1.2. Maksud dan Tujuan……………..……………………………………………… 2
1.3. Ruang Lingkup Pekerjaan ……………………………………………………... 2
1.4. Lokasi Pekerjaan…….…………………………………………………………. 2
1.5. Sitematika Laporan Pengukuran………………………………………………... 2
BAB II LANDASAN TEORI….……………………………………………………… 3
2.1. Pengukuran Waterpass Tertutup………………………………………………... 3
2.1.1. Tahap Persiapan………………………………………………… 6
2.1.2. Metode Pengukuran Waterpass………………………………… 6
2.1.3. Metode Perhitungan Waterpass Tertutup………………………. 8
2.2. Pengukuran Penampang Memanjang …………………………………............. 3
2.2.1. Tahap Persiapan…………………………………………………
2.2.2. Tahap Pelaksanaan Pengukuran Penampang Memanjang ...……
2.2.3. Tahap Perhitungan dan Penggambaran………………………….
2.3. Pengukuran Penampang Melintang….…………………………………............. 3
2.3.1. Tahap Persiapan…………………………………………………
2.3.2. Tahap Pelaksanaan Pengukuran Penampang Memanjang ...……
2.3.3. Tahap Perhitungan dan Penggambaran………………………….
2.4. Pengukuran Situasi.……………………………………………………………. 4
2.4.1. Persiapan………..………………………………………………
2.4.2. Pemasangan Patok……………………………………………...
2.4.3. Pengukuran Poligon ……………………………………………
2.4.4. Pengukuran Waterpass…………………………………………
2.4.5. Pengukuran Situasi…………………………………………….
2.4.6. Perhitungan……………………………………………………..
2.4.7. Penggambaran………………………………………………….
BAB III PELAKSANAAN…………………………………………………………...... 5
3.1. Pemasangan Patok……………………………………………………………..
3.2. Pengukuran Waterpass Tertutup……………………………………………….
5
3.3. Pengukuran Penampang Memanjang…………………………………………..
3.4. Pengukuran Penampang Melintang…………………………………………….

iv
3.5. Pengukuran Situasi……………………………………………………………..
3.6. Perhitungan…………………………………………………………………….
3.7. Penggambaran…………………………………………………………………
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN….….………………………………………. 9
4.1. Hasil…………………………………………………………………………...
9
4.1.1. Pengukuran Waterpass Tertutup ………................................................ 9
4.1.2. Pengukuran Penampang Memanjang………………………………….. 9
4.1.3. Pengukuran Penampang Melintang……………………………………
4.1.4. Pengukuran Situasi…………………………………………………….
4.2. Pembahasan……………………………………………………………………
10
4.2.1. Pengukuran Waterpass Tertutup ………................................................ 9
4.2.2. Pengukuran Penampang Memanjang………………………………….. 9
4.2.3. Pengukuran Penampang Melintang……………………………………
4.2.4. Pengukuran Situasi…………………………………………………….
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………………… 11
5.1. Kesimpulan…………………………………………………………………... 11
5.2. Saran………………………………………………………………………….. 12
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………… 13
LAMPIRAN…………………………………………………………………………... 14

v
DAFTAR TABEL

Tabel 3 Kuat Tekan dan Koefisien Variasi Untuk Pasangan Dinding…………………. 8

Tabel 4.1 Hasil Pengujian Kuat Tekan Mesin UTM……………………………………. 9

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Kuat Tekan Dengan Hammer Test…………………………. 9

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. Pemotongan Bata Ringan……………………………………………………. 5

Gambar 3.1 Penghalusan Bata Ringan………………………………………………….. 5

Gambar 3.2 Penimbangan Bahan Uji…………………………………………………… 6

Gambar 3.3 Pengujian Kuat Tekan……………………………………………………… 6

Gambar 3.4 Mekanisme Kerja Rebound Hammer Test…………………………………. 7

Gambar 3.5 Hubungan Nilai Rebound dengan Kuat Tekan…………………………….. 8

vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ilmu Ukur Tanah merupakan bagian dari ilmu Geodesi. Ilmu Geodesi tersebut
merupakan suatu ilmu yang mempelajari ukuran dan bentuk bumi dan menyajikannya
dalam bentuk tertentu. Berdasarkan ketelitian Perhitungannya, ilmu Geodesi dapat
diklasifikasikan atas dua macam, yaitu:
1. Geodetic Surveying, yaitu suatu survey yang memperhitungkan
kelengkungan bumi atau kondisi sebenarnya. Geodetic surveying ini
digunakan dalam Perhitungan daerah yang luas dengan menggunakan bidang
hitung yaitu bidang lengkung (bola/ellipsoid).
2. Plane Surveying, yaitu suatu survey yang mengabaikan kelengkungan
bumi dan mengasumsikan bumi adalah bidang datar. Plane surveying ini
digunakan untuk perhitungan daerah yang tidak luas dengan mengunakan
bidang hitung yaitu bidang datar.
Dalam praktikum di Politeknik PUPR ini kita memakai Plane Surveying (Ilmu
Ukur Tanah). Ilmu ukur tanah dianggap sebagai disiplin ilmu, teknik dan seni yang
meliputi semua metode untuk pengumpulan dan pemrosesan informasi tentang
permukaan bumi dan lingkungan fisik bumi yang menganggap bumi sebagai bidang
datar, sehingga dapat ditentukan posisi titik-titik di permukaan bumi. Dari titik yang
telah didapatkan tersebut dapat disajikan dalam bentuk peta.
Waterpass (penyipat datar) adalah suatu alat ukur tanah yang dipergunakan
untuk mengukur beda tinggi antara titik-titik saling berdekatan. Beda tinggi tersebut
ditentukan dengan garis-garis visir (sumbu teropong) horizontal yang ditunjukan ke
rambu-rambu ukur yang vertical. Sedangkan pengukuran yang menggunakan alat ini
disebut dengan Levelling atau Waterpassing. Pekerjaan ini dilakukan dalam rangka
penentuan tinggi suatu titik yang akan ditentukan ketinggiannya berdasarkan suatu
system referensi atau bidang acuan. Alat waterpass dapat digunakan untuk
mengetahui jarak, sudut horizontal dan beda tinggi.
Theodolite merupakan alat ukur digital yang berfungsi untuk membantu
pengukuran kontur tanah pada wilayah tertentu. Alat ini mempunyai beberapa

1
kelebihan di antaranya dapat digunakan untuk memetakan suatu wilayah dengan
cepat. Produk dari pengukuran wilayah menggunakan theodolite ini salah satunya
adalah peta situasi dan peta kontur tanah.
Dalam rangka pelaksanaan pembangunan infrastruktur di berbagai bidang,
maka kementerian Pekekrjaan Umum dan Perumahan Rakyat melaksanakan
pembangunan di willayah Indonesia. Pembangunan tersebut, meliputi pembangunan
di bidang Sumber Daya Air (SDA), jalan dan jembatan, bangunan Gedung, serta
bangunan pendukung yang lain.
Agar dapat mendukung pekerjaan pembangunan tersebut diperlukan Sumber
Daya Manusia yang terampil dan terlatih, yang memiliki kompeten untuk dapat
menguasai berbagai bidang yang ada. Salah satu pekerjaan yang sangat penting dalam
proses pekerjaan konstruksi yaitu pekerjaan pengukuran dan pemetaan. Dan untuk
mendukung Sumber Daya Manusia yang profesional maka dibutuhkan Pendidikan
dan pelatihan. Salah satu Pendidikan dan pelatihan yang sangat ini sedang
dikembangkan oleh Kementerian PUPR adalah pembangunan Sumber Daya Manusia
yang melalui pendidikan yang dilakukan di Politeknik Pekerjaan Umum yang terletak
di Semarang, Jawa Tengah.
Di Politeknik Pekerjaan Umum, mahasiswa dibekali berbagai macam ilmu
pengetahuan dan berbagai macam praktikum untuk mendukung kemampuan dan
keterampilan mahasiswa, sehingga mahasiswa mempunyai kualitas yang mumpui di
bidang konstruksi. Pelatihan-pelatihan yang dilakukan di Politeknik Pekerjaan Umum
meliputi pelatihan pengukuran dan pemetaan, praktek bahan bangunan, dan
sebagainya. Untuk mendukung hal itu, pada mata kuliah Ilmu Ukur Tanah mahasiswa
akan diberikan kemampuan praktikum Ilmu Ukur Tanah yang meliputi pemahaman
tentang penggunaan alat, proses perhitungan, penggambaran, sampai dengan proses
pelaporan.

1.2. Maksud dan Tujuan


Praktikum Ilmu Ukur Tanah dimaksudkan sebagai aplikasi lapangan dari teori-
teori dasar Ilmu Ukur Tanah yang didapatkan di perkuliahan seperti pengukuran
Waterpas tertutup, pengukuran penampang memanjang dan melintang, detail
situasi dan proses penggambaran peta.
Tujuan yang ingin dicapai dari Praktikum Ilmu Ukur Tanah adalah agar
mengetahui serta memahami dengan baik hal – hal sebagai berikut:

2
a. Pengukuran Waterpas tertutup.
b. Pengukuran penampang memanjang.
c. Pengukuran penampang melintang.
d. Pengukuran situasi.
e. Perhitungan.
f. Penggambaran peta.

1.3. Ruang Lingkup

Pemetaan situasi dilakukan dalam beberapa tahap pekerjaan, yaitu sebagai


berikut :

a. Orientasi lapangan dan persiapan perhitungan.


b. Proses pengukuran Waterpas tertutup, mencakup :
1. Tahap persiapan.
2. Metode pengukuran Waterpas
3. Metode perhitungan Waterpas tertutup.
c. Pengukuran penampang memanjang, mencakup :
1. Tahap persiapan
2. Tahap pelaksanaan pengukuran penampang memanjang
3. Tahap perhitungan dan penggambaran
d. Pengukuran Penampang melintang, mencakup :
1. Tahap persiapan
2. Tahap pelaksanaan pengukuran penampang melintang
3. Tahap perhitungan dan penggambaran
e. Pengukuran situasi mencakup :
1. Persiapan
2. Pemasangan patok
3. Pengukuran poligon
4. Pengukuran Waterpas
5. Pengkuran situasi
6. Perhitungan
7. Penggambaran

3
1.4. Waktu dan Lokasi Pekerjaan
Waktu pengambilan data di lapangan dilakukan selama lima hari yaitu:
a. Hari / Tanggal : Selasa, 8 Desember 2020 – Kamis 17
Desember 2020
Pukul : 07.00 – Selesai
b. Lokasi Pengukuran Theodolit : Kampus Politeknik PUPR dan Jalan
c. Lokasi Perhitungan Waterpas : Kampus Politeknik PUPR
d. Pelaksana : Kelompok 7

1.5. Sitematika Laporan Pengukuran


Sistematika dari penyusunan laporan ini terdiri atas lima (5) bab, yaitu sebagai
berikut:
 BAB I PENDAHULUAN, berisikan latar belakang, rumusan masalah, ruang
lingkup, waktu dan lokasi pelaksanaan praktikum. Pada bab pendahuluan
banyak berisi tentang pengetahuan umum yang mencakup seputar ilmu
geodesi, yang merupakan ilmu tentang pengukuran tanah.
 BAB II LANDASAN TEORI, pada bab ini berisikan tentang tahap
persiapan, metode pengukuran dalam perhitungan. Secara singkat bab dua
juga berisi sedikit materi yang menjelaskan tentang apa itu pengukuran sipat
datar (waterpass), pengukuran penampang memanjang dan melintang, dan
juga pengukuran detail situasi menggunakan alat theodolite.
 BAB III PELAKSANAAN, pada bab ini menjelaskan tentang cara
pelaksanaan pengukuran sipat datar (waterpass), pengukuran penampang
memanjang dan melintang, dan detail situasi. Selain menjelaskan pelaksanaan
dari pengukuran-pengukuran yang dilakukan, pada bab ini juga menjelaskan
tahap perhitungan dan juga penggambaran dari hasil perhitungan yang sudah
dikerjakan.
 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN, Sebagian besar bab iv menjelaskan
tentang hasil pengukuran waterpass, pengukuran penampang memanjang dan
melintang dan pengukuran detail situasi yang telah dilakukan. Selain hasil

4
pengukuran terdapat pembahasan yang akan membahas atau menjelaskan
lebih detail tentang hasil pengukuran yang sudah dilakukan.
 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN, bab v merupakan bab penutup dari
isi laporan yang berisikan kesimpulan dari hasil praktikum yang telah
dilaksanakan. Dan juga bab penutup ini berisikan saran untuk perbaikan
untuk praktikum yang akan datang.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Pengukuran Waterpass Tertutup


Pengukuran sipat datar profil banyak digunakan dalam perencanaan suatu
wilayah. Pengukuran ini terbagi menjadi dua macam, yaitu profil memanjang dan
profil melintang. Dengan pengukuran profil ini, banyak manfaat yang bisa diperoleh
dari data yang dihasilkan karena beda tinggi di setiap bagian di wilayah tersebut dapat
diketahui. Informasi mengenai beda tinggi sangat berguna dalam cut dan fill suatu
permukaan tanah yang tidak rata, misalnya saja dalam pengerjaan jalan raya atau jalur
kereta api. Mengingat begitu besarnya manfaat sipat datar profil, maka pengukuran ini
mutlak harus dikuasai oleh surveyor. Salah satu cara untuk menguasai pengukuran
sipat datar profil adalah dengan pelaksanaan praktikum secara sungguh-sungguh atau
dengan memperbanyak jam terbang pengukuran.
2.1.1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini, kami menyiapkan alat-alat pengukuran yang berada di
laboratorium Politeknik Pekerjaan Umum sebelum pergi ke titik lokasi
pengukuran. Alat-alat yang digunakan meliputi Waterpass, Meteran, Bak Ukur
(Rambu Ukur), Kaki Tiga (Tripod), dan Payung.
2.1.2. Metode Pengukuran Waterpass

Pengukuran sipat datar adalah metode pengukuran beda tinggi dimana


selisih tinggi antara titik yang berdekatan ditentukan dengan bacaan garis
bidik horizontal yang diarahkan pada rambu-rambu ukur yang berdiri vertikal.
Pengukuran sipat datar bertujuan untuk menentukan beda tinggi antara titik-
titik diatas permukaan bumi secara teliti dengan alat ukur sipat datar atau
dikenal dengan alat ukur waterpas atau autolevel.

5
2.1.3. Metode Perhitungan Waterpass Tertutup
Tahap perhitungan watterpass tertutup :
1. Hitungan benang atas + benang bawah = BA + BB untuk rambu
belakang
2. Periksa hitungan BA+BB= 2BT, jika ada perbedaan toleransi yang
diizinkan adalah 0,002 m
3. Selanjutnya hitungan benang atas dan benang bawah untuk rambu
muka, maka dan periksa hitungan BA+BB= 2BT, jika ada perbedaan
toleransi yang diizinkan adalah 0,002 m
4. Hitung jarak ke rambu belakang= Dblk=100(BA-BB)
5. Dengan cara yang sama hitunga jarak ke rambu muka=Dmuka=100(BA-
BB)
6. Hitung beda tinggi dari titik P1 ke P2
Δh12=BTblk-BTmuka
Jika beda tinggi positif ditulis dikolom (+) dan jika beda tinggi
negative ditulis dikolom (-).
7. Lakukan perhitungan dari P2 ke P3 dan seterusnya sampai P18 ke P1
untuk pengukuran pergi
8. Dengan cara yang sama dilakukan perhitungan beda tinggi pengukuran
pulang dimulai dari P1 ke P18 dan seterusnya sampai terakhir P2 ke P1
9. Setelah selesai perhitungan beda tinggi, tahap selanjutnya masukkan
data perhitungan beda tinggi ke formular topo 2 hitungan waterpass
10. Kemudian beda tinggi pergi dan pulang diratakan dan masukkan di
kolom beda tinggi rata-rata
11. Tanda hitungan beda tinggi rata-rata dibuat sama dengan tanda ukuran
pergi
12. Selanjutnya jumlah beda tinggi rata-rata dari P1-P2, sampai P17-P18
dan terakhir P18-P1.
13. Dalam perhitungan waterpass tertutup syarat geometri
ΣΔhrata-rata = 0,000 m
14. Untuk pengukuran waterpass tertutup pada umumnya terjadi kesalahan
pengukuran, sehingga syarat geometri tersebut tidak dapat dipenuhi.

6
Oleh karena itu harus dihitung koreksi beda tinggi. untuk menghitung
koreksi beda tinggi terlebih dahulu dihitung ΣΔhrata-rata
15. Besarnya koreksi adalah = - ΣΔhrata-rata
16. Sebagai contoh apabila ΣΔhrata-rata = -0,036 m , maka besarnya koreksi
beda tinggi adalah 0,036 m. besarnya koreksi tersebut diatas untuk 18
slag, sehingga harus diperhitungkan koreksi setiap slag
17. Koreksi beda tinggi tersebut dibagikan ke semua slag yang diukur.
Misalnya koreksi pertitik 0,002 m , maka semua titik diberi koresi
0,002 m. masukkan data tersebut di kolom koreksi beda tinggi.
18. Kemudian hitung beda tinggi definitive dan masukkan ke kolom beda
tinggi definitive. Adapun perhitungan beda tinggi definitf adalah
Δhdefinitive= Δhrata-rata + koreksi.
19. Setelah selesai menghitung semua Δhdefinitive, tahap selanjutnya
jumlahkan beda tinggi definitf tersebut. Jika perhitungan benar, maka:
ΣΔhrata-rata=0,000 m
20. Setelah perhitungan beda tinggi definitive diperiksa dan jumlahnya
harus = 0,000 m, maka tahap selanjutnya menghitung semua titik tinggi
dimulai dari tinggi titik 2 dan seterusnya.
21. Adapun hitungan tinggi titik 2 dari titik 1 adalah sebagai berikut :
Tinggi titik 2 = tinggi titik 1+ Δh12 + koreksi
Untuk perhitungan tinggi titik, maka ditentukan terlebih dahulu
misalnya untuk elevasi titik 1= 231,123 m diatas bidang referensi.
22. Dengan cara yang sama lakukan lakukan perhitungan tinggi titik ketiga
dan seterusnya sampai Kembali ke titik terakhir yaitu titik 1
23. Apabila hitungan tinggi titik-titik sudah benar, maka tinggi titik satu
hasil perhitungan sama dengan elavasi titik awal sama dengan elevasi
titik akhir, jadi elevasi titik 1 (akhir) Kembali ke elevasi titik 1 (awal) =
231,123 m, diatas bidang referensi. Apabila hitungan belum sama,
maka harus diperiksa lagi perhitungan waterpass dengan teliti sampai
hitungan benar.

2.2. Pengukuran Penampang Memanjang


Penampang memanjang adalah irisan tegak pada lapangan dengan mengukur
jarak dan beda tinggi titik-titik di atas permukaan bumi. Profil memanjang digunakan
7
untuk melakukan pengukuran yang jaraknya jauh, sehingga dikerjakan secara
bertahap beberapa kali. Karena panjangnya sangat besar, skala vertikal yang
digunakan dibuat berbeda dengan skala horisontalnya. Cara pengukuran penampang
memanjang sama dengan cara pengukuran secara berantai. Penampang memanjang
digunakan untuk pekerjaan membuat trace jalan kereta api, jalan raya, saluran air,
pipa air minum, dan sebagainya.
2.2.1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini, kami menyiapkan alat-alat pengukuran yang berada di
laboratorium Politeknik Pekerjaan Umum sebelum pergi ke titik lokasi
pengukuran. Alat-alat yang digunakan meliputi Waterpass, Theodolite,
Meteran, Bak Ukur (Rambu Ukur), Kaki Tiga (Tripod), dan Payung.
2.2.2. Tahap Pelaksanaan Pengukuran Penampang Memanjang
1. Pemasangan patok dilakukan pada jarak tertentu. Dalam hal ini sesuai
dengan keinginan anda. Namun demikian, terlebih dahulu tentukan arah
utara dengan menggunakan kompas. Kemudian menolkan nilai dari
waterpass, dimana arah utara merupakan patokan utama. Waterpass
diletakkan di tengah-tengah antara kedua patok.
2. Waterpass diseimbangkan dengan melihat kedudukan nivo sambil
memutar sekrup penyetel hingga gelembung yang berada di dalamnya
dalam kedudukan yang seimbang (di tengahtengah).
3. Pada pengukuran profil memanjang ini digunakan metode “Double
Standing”, yaitu suatu metode dimana pengukuran pergi dan pengukuran
pulang dilakukan serempak hanya dengan menggunakan kedudukan
pesawat, misalnya pada pengukuran pergi, P0 sebagai pembacaan
belakang dan P1 sebagai pembacaan muka, begitu pula sebaliknya.
4. Bak ukur diletakkan di atas patok dengan kedudukan vertikal dari segala
arah.
5. Waterpass diarahkan ke patok pertama (P0 ) selanjutnya disebut
pembacaan belakang. Pada teropong terlihat pembacaan benang atas,
benang tengah dan bawah. Setelah itu waterpass diarahkan ke patok
kedua (P1 ).
6. Selanjutnya dengan mengubah letak pesawat (waterpass) kita
mengadakan pengukuran pulang dengan mengarahkan ke P1

8
(pembacaan belakang). Pada teropong terlihat pembacaan benang atas,
tengah dan bawah.
7. Pengamatan selanjutnya dilakukan secara teratur dengan cara seperti di
atas sampai pada patok terakhir.
8. Pembacaan hasil pengukuran dicatat pada tabel yang tersedia.
2.2.3. Tahap Perhitungan dan Penggambaran
a. Tahap Perhitungan :
b. Tahap penggambaran :
Tahap penggambaran penampang memanjang dilakukan dengan cara
sebagai berikut :
1. Siapkan kertas millimeter dengan ukuran sekitar A 3 (30 cm X 40
cm)
2. Selanjutnya penggambaran dilakukan dengan posisi landscape.
3. Buat garis vertical 5 cm dari tepi kiri kertas (lihat contoh)
4. Buat garis mendatar 1 cm dari tepi bawah mulai dari tepi kiri ke
kanan
5. Kemudian buat garis mendatar 2 cm diatas garis nomor 3 dari tepi
kiri ke kanan
6. Selanjutnya dengan cara sama buat garis mendatar 2 cm diatas
garis nomor 4 dari kiri ke kanan
7. Kemudian buat garis mendatar 1 cm diatas garis nomor 5 mulai
dari tepi kiri ke kanan
8. Kemudian buat garis mendatar 1 cm diatas garis nomor 5 mulai
dari tepi kiri ke kanan
9. Selanjutnya dengan cara yang sama buat garis mendatar 1 cm
diatas garis nomor 5 mulai dari tepi kiri ke kanan
10. Dengan gambar tersebut maka garis mendatar paling bawah 1 cm
diatas tepi bawah kertas A3 dan garis mendatar paling atas 8 cm
dari tepi bawah kertas A3.
11. Diatas garis mendatar paling atas ditulis : BIDANG
PERSAMAAN
12. Kemudian pada baris di bawahnya ditulis : NOMOR PATOK
Kemudian dibawahnya ditulis : JARAK PATOK
13. Pada baris dibawahnya ditulis : JARAK KOMULATIF

9
14. Kemudian di bawahnya ditulis : ELEVASI TANAH ASLI
15. Dan baris di bawahnya ditulis : ELEVASI RENCANA
16.
2.3. Pengukuran Penampang Melintang
Penampang melintang yang digunakan dalam menghitung pekerjaan rekayasa
adalah sebuah penampang vertikal, tegak lurus terhadap garis sumbu pada stasiun
penuh dan stasiun plus, yang menyatakan batas-batas suatu galian atau timbunan
rencana atau yang sudah ada. Penentuan luas potongan melintang menjadi sederhana
bila potongan melintang tersebut digambar diatas kertas grafik potongan melintang.
Potongan melintang digambar dengan skala vertikal dan horisontal yang sama,
dengan praktek standar 1 inch = 10 ft. Tetapi, bila galian atau timbunan vertikal
kecil dibandingkan dengan lebarnya, perbesaran skala vertikal digunakan untuk
mencapai ketelitian ekstra dalam menggambar penampang tersebut.
2.3.1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini, kami menyiapkan alat-alat pengukuran yang berada di
laboratorium Politeknik Pekerjaan Umum sebelum pergi ke titik lokasi
pengukuran. Alat-alat yang digunakan meliputi Waterpass, Theodolite,
Meteran, Bak Ukur (Rambu Ukur), Kaki Tiga (Tripod), dan Payung.
2.3.2. Tahap Pelaksanaan Pengukuran Penampang Memanjang
1. Waterpass diletakkan pada patok utama dan diseimbangkan kembali
kedudukan nivo nya seperti pada pengukuran profil memanjang.
2. Pada jarak yang memungkinkan diletakkan bak ukur. Titik yang diukur
disebelah kanan waterpass diberi simbol a, b dan disebelah kiri diberi
simbol c dan d.
3. Pengukuran dilakukan secara teliti mulai dari patok pertama sampai pada
patok terakhir.
4. Semua data yang diperoleh dicatat pada tabel yang tersedia

2.3.3. Tahap Perhitungan dan Penggambaran


a. Tahap Perhitungan :
Pada pengukuran ini, alat ukur yang digunakan adalah WATERPAS
dan metode pengukuran alat ukur berada di atas patok. Untuk pengukuran
penampang melintang diberikan data sketsa pengukuran penampang
melintang, Tinggi Alat ukur (TA), Bacaan Benang Tengah (BT), Elevasi

10
Patok. Selanjutnya dihitung elevasi titik detail dengan rumus sebagai
berikut:
Elevasi titik detail = Elevasi Patok + Tinggi Alat (TA) – Benang
Tengah (BT)
b. Tahap penggambaran :
Adapun tahap penggambaran yang dilakukan pada saat penggambara
penampang melintang :
1. Siapkan kertas Millimeter ukuran A4 atau kertas HVS ukuran A 4
(Atau ukuran A3)
2. Posisi kertas HVS A4 landscape (Kertas A 3 )
3. Awal penggambaran mulai dari titik dengan jarak dari tepi kiri kertas 2
cm dan jarak dari tepi bawah 5 cm.(Untuk kertas A4). Jika pakai kertas
A 3 tepi kiri dapat menyesuaikan
4. Kemudian buat garis vertikal dari titik awal (bagian tepi) setinggi 3,5
cm.
5. Kemudian dibuat garis mendatar dari titik awal paling bawah sepanjang
27 cm
6. Kemudian dibuat garis mendatar 1,5 cm diatas garis pertama sepanjang
27 cm
7. Kemudian dibuat garis mendatar 2 cm diatas garis kedua sepanjang 27
cm
8. Kemudian buat garis vertikal ….. 5 cm dari titik tepi, sehingga akan
ada 2 kotak horizontal.
9. Kotak horizontal dibawah lebar 1,5 cm ditulis JARAK
10. Kotak horizontal diatasnya lebar 2 cm ditulis ELEVASI
11. Diatas kotak ELEVASI ditulis BIDANG PERSAMAAN
12. Skala Horisontal 1 : 100 (berarti 1 cm = 1 m di lapangan)
13. Skala Vertikal 1 : 100 (berarti 1 cm = 1 m di lapangan)
14. Bidang bersamaan ditentukan 3 m dibawah titik terendah (Elevasi titik
dibulatkan m )
15. Misalnya elevasi terendah = 249,787, maka untuk menentukan
BIDANG PERSAMAAN elevasi terendah yang diambil = 249 – 3 =
246 m

11
16. Tahap selanjutnya plotting jarak mendatar titik detail sesuai dengan
skets pengukuran, misalnya jarak titik detail 2,6 m maka di gambar =
2,6 cm, mulai titik detail 1 ke 2 dan seterusnya sampai terakhir.
17. Setelah jarak titik detail diplot sesuai dengan sketsa pengukuran
kemudian ditarik garis vertical mulai dari baris JARAK, ELEVASI
sampai garis BIDANG PERSAMAAN.
18. Tahap berikutnya dilanjutkan penggambaran detail titik 1 sesuai
dengan elevasi hitungan. Misalnya elevasi titik detail yang akan
digambar adalah 251,567 m, maka titik detail dibulatkan menjadi 251,6
m. Kemudian titik detail dengan elevasi 251,6 digambar di atas
BIDANG PERSAMAAN = 246 ke atas sejauh = 251,6 – 246 = 5,6 m
atau sama dengan 5,6 cm diatas BIDANG PERSAMAAN.
19. Setelah titik detail 1 digambar dapat dilanjutkan ke titik detail 2 sesuai
dengan data dan sketsa pengukuran sampai dengan titik terakhir.
20. Setelah selesai plotting tinggi titik detail 1 sampai titik terakhir selesai,
maka tahap berikutnya menghubungkan titik-titik tinggi dari titik detail
1 ke titik detail 2. Kemudian dari titik detail 2 ke titik detail 3 dan
seterusnya sampai titik detail terakhir.
21. Setelah lengkap dicek kembali apakah data elevasi titik detail yang di
gambar sudah sama dengan elevasi titik detail digambar. Kemudian
dicek juga jarak yang digambar apakah sudah sama dengan jarak di
sketsa pengukuran.
22. Apabila sudah betul dapat dilanjutkan untuk penggambaran Penampang
Melintang berikutnya.

2.4. Pengukuran Situasi


Pengukuran detail situasi adalah pengukuran suatu daerah dengan cara
menentukan objek-objek penting berdasarkan unsur sudut dan jarak dalam jumlah
yang cukup sehingga dapat mewakili atau menggambarkan daerah tersebut beserta
isinya secara jelas dan dituang kedalam skala tertentu. Titik-titik detail situasi dapat
dibedakan atas titik detail buatan, seperti : gedung, jembatan, jalan dan lain
sebagainya serta titik detail alam, seperti : sungai, gunung, pohon serta bentuk alam
lainnya.
2.4.1. Persiapan

12
Pada tahap ini, kami menyiapkan alat-alat pengukuran yang berada di
laboratorium Politeknik Pekerjaan Umum sebelum pergi ke titik lokasi
pengukuran. Alat-alat yang digunakan meliputi Theodolite, Meteran, Bak
Ukur (Rambu Ukur), Kaki Tiga (Tripod), dan Payung.
2.4.2. Pemasangan Patok
Pemasangan patokdilakukan sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Pada
umunya pemasangan patok untuk keperluan penguuran situasi jaraknya sekitar
100 m sampai 200 m tergantung kondisi lapangan. Setiap patok yang dipasang
dibuat skets dan diberi nomor patok. Pemberian nomor patok disesuaikan
dengan kondisi lapangan.

2.4.3. Pengukuran Poligon


Poligon adalah rangkaian segi banyak yang berfungsi sebagai kerangka
horizontal peta. Poligon terdiri dari poligon utama dan poligon cabang, dimana
poligon utama berbentuk kring tertutup, sedangkan poligon cabang merupakan
terikat pada poligon utama, yang membedakan hanya pada tingkat ketelitian
pengukuran sudut maupun jarak. Apabila mungkin titik-titik triangulasi yang
ada akan digunakan sebagai azimut awal dan azimut akhir. Titik-titik
triangulasi yang digunakan harus saling berhubungan dengan titik triangulasi
yang lainnya.
2.4.4. Pengukuran Waterpass
Pengukuran sipat datar adalah metode pengukuran beda tinggi dimana
selisih tinggi antara titik yang berdekatan ditentukan dengan bacaan garis
bidik horizontal yang diarahkan pada rambu-rambu ukur yang berdiri vertikal.
Pengukuran sipat datar bertujuan untuk menentukan beda tinggi antara titik-
titik diatas permukaan bumi secara teliti dengan alat ukur sipat datar atau
dikenal dengan alat ukur waterpas atau autolevel.
2.4.5. Pengukuran Situasi
Pengukuran situasi ialah serangkaian pengukuran suatu daerah dengan
cara menentukan objek-objek penting berdasarkan unsur sudut dan jarak
dalam jumlah yang cukup, sehingga dapat mewakili atau menggambarkan
daerah tersebut dan seisinya secara jelas mungkn dengan skala tertentu.
Prinsip pengukuran dalam hal ini adalah dengan sistem grafis. Jenis
pengukuran menggunakan alat sederhana seperti : kompas, jalon, pita ukur,

13
statif rambu atau tripod, kapur tulis, papan data dan alat tulis. Umumnya
dilakukan untuk pemetaan daerah-daerah kecil. Adapun cara yang dilakukan
adalah dengan metode koordinat polar.
2.4.6. Perhitungan
Salah satu unsur penting pada peta topografi adalah unsur ketinggian yang
biasanya disajikan dalam bentuk garis kontur. Untuk pengukuran situasi dapat
dilakukan dengan metode tachimetry. Alat ukur yang digunakan pada pengukuran
untuk pembuatan peta topografi cara tachymetry menggunakan theodolit lengkap
dengan statif dan untingunting, rambu ukur yang dilengkapi dengan nivo kotak
dan pita ukur untuk mengukur tinggi alat.Data yang harus diamati dari tempat
berdiri alat ke titik bidik menggunakan peralatan ini meliputi: sudut horizontal,
benang atas, tengah dan bawah pada rambu yang berdiri di atas titik bidik, sudut
miring, dan tinggi alat ukur di atas titik tempat berdiri alat. Keseluruhan data ini
dicatat dalam satu buku ukur.
Dari pengukuran dengan alat ukur Theodolit diukur data sebagai berikut :
 I = Tinggi Alat = (TA)
 m = sudut miring
 BA = Beang Atas
 BT = Benang Tengah
 BB = Benang Bawah
 ΔHAB = Beda Tinggi titik A dan B
 HA = Tinggi titik A
 HB = Tinggi titik B

Jika menggunakan sudut miring (m)

 Jarak datar = dAB = 100 (BA – BB) cos2m; m = sudut miring.


 Beda tinggi = ΔHAB = 100 (BA – BB) sin m cos m + i – t

Keterangan:

 i = tinggi instrumen (alat)


 t = Bacaan Benang Tengah (BT)
 m = sudut miring
 v = sudut vertical

14
Jika menggunakan sudut vertical (V) rumus tersebut diatas menjadi sebagai berikut

 Jarak datar = dAB = 100 (BA – BB) sin2 v ; v = sudut vertical


 Beda tinggi = ΔHAB = 100 (BA – BB) sin v cos v + i – t

2.4.7. Penggambaran

Penggambaran untuk detail situasi dapat dilakukan dengan ada dua car
yaitu : Metode manual dan Metode Digital. Pada metode manual penggamaran
dilakukan dengan melakukan penggambaran titik detail dengan prosedur
sebagai berikut : Menyiapkan kertas millimeter Plotting titik-titik polygon
berdasarkan data hitungan polygon Plotting detail situasi dengan cara manual
Setelah selesai dilanjutkan Penggambaran garis kontur. Sedangkan untuk
penggambaran situasi menggunakan metode digital yaitu menggambar
menggunakan Auto Cad. Langkah-langkahnya hampir sama dengan
penggambaran secara manual akan tetapi penggambaran menggunakan metode
digital bisa dikatakan lebih mudah dan lebih cepat.

Salah satu unsur yang penting pada suatu peta topografi adalah informasi
tentang tinggi suatu tempat terhadap rujukan tertentu. Untuk menyajikan variasi
ketinggian suatu tempat pada peta topografi, umumnya digunakan garis kontur
(contour-line).

15
BAB III

PELAKSANAAN

3.1. Pemasangan Patok

Pada pratikum kali ini, pemasangan patok sangat berguna untuk menentukan
batas batas lokasi yang harus ditinjau atau diukur dengan menggunakan alat alat
seperti Theodolite dan Waterpass, maka dari itu untuk memudahkan kegiatan
mengukur dengan dua alat tadi digunakanlah prosedur pemasangan patok. Kegiatan
ini telah dilaksakan pada awal atau survey lapangan. Dimulai dengan meninjau
lokasi dan memastikan batas batas serta menggambar atau sketsa terlebih dahulu
pada area yang akan ditinjau menggunakan alat Theodolite dan Waterpass. Untuk
pemasangan patok, patok pertama berada pada BM(Bench Mark) yang berada pada
bagian belakang Gedung lab. Dan jarak setiap BM diperkirakan berjarak ± 30m.
Selain BM yang dijadikan patok Adapun tambahan patok yang buat kan
menggukana kayu.

Pada pengukuran penampang memanjang dan melintang, patok-patok


dipasang menggunakan kayu dimana satiap patok memiliki jarak 50 meter untuk
pengukurun yang dilakukan di luar kampus. sedangkan untuk pengukuran
penampang memanjang dan melintang yang dilakukan di dalam kampus jarak antar
patok adalah 12,5 meter. Alat yang digunakan pada saat pemasangan patok yaitu:

1. Patok kayu, berfungsi untuk penanda lokasi yang akan ditinjau


2. Palu, berfungsi untuk mempermudah dalam menanam patok
3. Meteran, berfungsi untuk mengukur jarak yang dibutuhkan untuk
pemasangan patok
4. Alat tulis, berfungsi untuk menggambar sketsa lokasi

3.2. Pengukuran Waterpass Tertutup

16
Pengukuran Waterpass tertutup dilaksanakan di lingkungan Politeknik
Pekerjaan Umum. Patok yang diukur sebanyak 21 patok. Sebelumnya, kami
menyiapkan perlatan pengukuran yang meliputi Waterpass, Meteran, Bak Ukur
(Rambu Ukur), Kaki Tiga (Tripod), dan Payung. Kemudian kami menuju patok ukur
untuk melakukan pengukuran. Ketika sampai di patok ukur, kami mendirikan alat
Waterpass dan mengecek alat tersebut agar dapat berdiri sesuai dengan standar aturan.
Setelah itu kami melakukan pengukuran dan mencatat data-data yang diukur. Satu
orang sebagai pembaca, satu orang sebagai pemegang bak ukur, dua orang bertugas
untuk mengukur jarak, dan satu orang bertugas mencatat data dan menghitung data.
3.3. Pengukuran Penampang Memanjang

Pada pengukuran penampang memanjang dilakukan di 2 tempat. Lokasi yang


pertama dilakukan di dalam lingkungan Politeknik Pekerjaan Umum tepatnya di
samping asrama putra dan asrama dosen, dan untuk lokasi yang kedua berada di luar
kampus yaitu di jalan raya depan kampus Politeknik Pekerjaan Umum. Alat ukur
yang digunakan yaitu Waterpass dan Theodolite. Pemasangan patok dilakukan pada
jarak tertentu. Tentukan arah utara dengan menggunakan kompas. Kemudian
menolkan nilai dari waterpass, dimana arah utara merupakan patokan utama.
Waterpass diletakkan di tengah tengah antara kedua patok. Waterpass diseimbangkan
dengan melihat kedudukan nivo sambil memutar sekrup penyetel hingga gelembung
yang berada di dalamnya dalam kedudukan yang seimbang (di tengah-tengah). Pada
pengukuran profil memanjang ini digunakan metode “Double Standing”, yaitu suatu
metode dimana pengukuran pergi dan pengukuran pulang dilakukan serempak hanya
dengan menggunakan kedudukan pesawat, misalnya pada pengukuran pergi, P0
sebagai pembacaan belakang dan P1 sebagai pembacaan muka, begitu pula
sebaliknya. Bak ukur diletakkan di atas patok dengan kedudukan vertikal dari segala
arah. Waterpass diarahkan ke patok pertama (0) selanjutnya disebut pembacaan
belakang. Pada teropong terlihat pembacaan benang atas, benang tengah dan bawah.
Setelah itu waterpass diarahkan ke patok kedua (P1 ). Selanjutnya dengan mengubah
letak pesawat (waterpass) kita mengadakan pengukuran pulang dengan mengarahkan
ke P1 (pembacaan belakang). Pada teropong terlihat pembacaan benang atas, tengah
dan bawah. Pengamatan selanjutnya dilakukan secara teratur dengan cara seperti di

17
atas sampai pada patok terakhir. Pembacaan hasil pengukuran dicatat pada tabel yang
tersedia.
3.4. Pengukuran Penampang Melintang

Pada pengukuran penampang melintang juga dilakukan di 2 tempat yang


berbeda. Lokasi pertama dilakukan di dalam lingkungan Politeknik Pekerjaan Umum
tepatnya di samping asrama putra dan asrama dosen, dan untuk lokasi yang kedua
berada di luar kampus yaitu di jalan raya depan kampus Politeknik Pekerjaan Umum.
Sebelum melakukan pengukuran seperti biasa kami menyiapkan alat-alat, kemudian
menuju lokasi pengukuran. Setelah sampai lokasi patok yang hendak diukur, kami
mendirikan alat ukur di atas patok yang menggunakan alat Waterpass dan Theodolite.
Waterpass atau Theodolite diletakkan pada patok utama dan diseimbangkan kembali
kedudukan nivo nya seperti pada pengukuran profil memanjang. Setelah Waterpass
atau Theodolite sudah seimbang, diukur tingginya. Pada jarak yang memungkinkan
diletakkan bak ukur. Titik yang diukur disebelah kanan waterpass diberi simbol a, b
dan disebelah kiri diberi simbol c dan d. Pengukuran dilakukan secara teliti mulai dari
patok pertama sampai pada patok terakhir. Semua data yang diperoleh dicatat pada
tabel yang tersedia.
3.5. Pengukuran Situasi

Pengukuran situasi dilakukan di lingkungan kampus Politeknik Pekerjaan


Umum. Mulanya, kami menyiapkan alat dan keperluan perhitungan. Kemudian pergi
menuju titik patok yang akan digunakan. Setelah itu, membuat sketsa kasar untuk
membantu dalam penandaan titik dan keteraturan dalam Perhitungan. Setelah sketsa
kasar tergambar, kami mendirikan alat pada titik awal dengan sempurna (centering
alat). Setelah alat berdiri dengan baik, alat diukur tingginya dari permukaan tanah.
Alat diposisikan pada kedudukan biasa, bidik titik belakang (patok belakang)
untuk pembacaan benang atas, benang tengah, benang bawah, kemudian nolkan
bacaan sudut horizontalnya lalu catat sudut horizontal (0”) dan vertikal. Kemudian
teropong diarahkan ke titik depannya (patok depan), dan baca bacaan benang, sudut
vertikal dan sudut horizontalnya. Perhitungan jarak dilakukan secara manual dengan
menggunakan pita ukur (meteran) yaitu titik dari titik berdirinya alat ke titik/patok
belakang di depannya. Kemudian pada sketsa yang telah dipersiapkan, rencanakanlah
pembidikan yang teratur terhadap objek-objek alam (unsur-unsur buatan alam, unsur-

18
unsur buatan manusia dan titik-titik ekstrim) yang akan dipetakan dengan
mencatumkan abjad/nomor pada batas-batas yang telah ditentukan. Usahakan
pembidikan tetap teratur searah dengan putaran jarum jam, menurut nomor untuk
tidak menimbulkan kekacauan dalam penulisan data pada formulir atau dalam
penggambaran.
Pada titik yang sama, posisi alat diubah menjadi luar biasa, kemudian
membaca benangnya, sudut vertikal dan sudut horizontalnya. Kemudian diarahkan
lagi teropong ke titik belakang, kemudian baca benangnya sudut horizontalnya. Data-
data yang perlu dicatatkan dan diamati adalah bacaan benang, sudut vertikal dan sudut
horizontal. Pindahkan data hasil pengamatan ke dalam data form, penomoran pada
formulir dicatat dan harus sama atau sesuai dengan data yang dibuat pada sketsa.
Setelah pengukuran sudah selesai, alat dipindahkan ketitik berikutnya (patok depan)
kemudian melakukan hal yang sama seperti langkah-langkah diatas.

19
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
4.1.1. Pengukuran Waterpass Tertutup
Dari pengukuran sipat datar yang telah dilaksanan di dapatkan hasil
pengukuran sebagai berikut

Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Pengukuran Sipat Datar

No Titik Beda Tinggi Tinggi Titik No Titik


Dari Ke Pergi Pulang Rata-rata Koreksi Definitif
  201 P1
P1 P2 0,838 -0,838 0,838 -0,0016 0,8364 201,8364 P2
P2 P3 -0,821 0,822 -0,822 -0,0017 -0,8237 201,0127 P3
P3 P4 0,257 -0,256 0,256 -0,0017 0,2543 201,267 P4
P4 P5 1,376 -1,377 1,376 -0,0017 1,3743 202,6413 P5
P5 P6 0,448 -0,449 0,448 -0,0017 0,4463 203,0876 P6
P6 P7 1,621 -1,621 1,621 -0,0017 1,6193 204,7069 P7
P7 P8 1,842 -1,481 1,842 -0,0017 1,8403 206,5472 P8
P8 P9 -0,805 0,802 -0,804 -0,0017 -0,8057 205,7415 P9
P9 P10 -1,206 1,204 -1,205 -0,0017 -1,2067 204,5348 P10
P10 P11 -0,717 0,717 -0,717 -0,0017 -0,7187 203,8161 P11
P11 P12 0,272 -0,272 0,272 -0,0017 0,2703 204,0864 P12
P12 P13A -0,284 0,284 -0,284 -0,0017 -0,2857 203,8007 P13A
P13A P13B -1,549 1,549 -1,549 -0,0017 -1,5507 202,25 P13B
P13B P14 -1,314 1,312 -1,313 -0,0017 -1,3147 200,9353 P14
P14 P15 0,414 -0,413 0,414 -0,0017 0,4123 201,3476 P15
P15 P16 -0,639 0,639 -0,639 -0,0017 -0,6407 200,7069 P16
P16 P17 -0,532 0,533 -0,532 -0,0017 -0,5337 200,1732 P17
P17 P18 0,688 -0,688 0,688 -0,0017 0,6863 200,8595 P18
P18 P19 -0,79 0,787 -0,789 -0,0017 -0,7907 200,0688 P19
P19 P20 -0,064 0,064 -0,064 -0,0017 -0,0657 200,0031 P20
P20 P21 0,11 -0,106 0,108 -0,0017 0,1063 200,1094 P21

20
P21 P22 0,101 -0,1 0,1 -0,0017 0,0983 200,2077 P22
P22 P1 0,795 -0,793 0,794 -0,0017 0,7923 201 P1
  0,039 -0,039  
Tabel 1. Perhitungan Waterpass Tertutup

21
4.1.2. Pengukuran Penampang Memanjang
4.1.2.1. Penampang Memanjang Dalam Kampus

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Penampang Memanjang

PERHITUNGAN MEMANJANG DIDALAM KAMPUS

Jara BEDA
PATOK BA BT BB ELEVASI PATOK keterangan
k TINGGI

  1,34 1,28 229,84 p0


0 1,22
6 3 -0,074
12,5
1,35 229,766 p1
1 1,42 1,294
7
12,5 -0,122
1,51 1,47
2 1,442 229,644 p2
3 9
12,5 -0,018
1,52 1,49
3 1,468 229,626 p3
3 7
12,5 1,447
0,08
4 0,05 0,015 231,073 p4
5
12,5 -0,187
0,18
5 0,22 0,155 230,886 p5
7
12,5 -1,142
1,36 1,32
6 1,294 229,744 p6
4 9
12,5 0,043
1,32 1,28
7 1,247 229,787 p7
5 6
12,5 0,175
1,14 1,11
8 1,08 229,962 p8
2 1
12,5 1,15 1,12 -0,011
9 1,09 229,951 p9
4 2

20
Gambar 4.1. Penampang Memanjang dalam Kampus

21
4.1.2.2. Penampang Memanjang Luar Kampus/Undip
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Penampang Memanjang

20
Gambar 4.2. Penampang Memanjang luar Kampus

4.2.2 Pengukuran Penampamg melintang

4.1.2.3. Pengukuran Luar Kampus (UNDIP)

RUMUS TOPO 9 POTONGAN MELINTANG

ALAT DI P2
Patok Atas Tanah
Vertikal Beda Tinggi
Titik BA BT BB Sudut Vertikal SD HD TA (Patok di Alat Topo
Desimal (Δh)
2)
P1 0,635 0,528 0,422 85 52 55 85,882 21,245 21,1902 2,238 1,240 202,664
P2 1,337 1,252 1,17 90 0 0 90,000 16,700 16,7000 -0,012 1,240 200,414
P3 1,841 1,758 1,675 89 57 0 89,950 16,600 16,6000 -0,504 1,240 199,922
P4 1,354 1,291 1,228 90 0 0 90,000 12,600 12,6000 -0,051 1,240 200,375
P5 1,306 1,253 1,201 90 0 0 90,000 10,500 10,5000 -0,013 1,240 200,413
P6 1,259 1,22 1,178 90 0 0 90,000 8,100 8,1000 0,020 1,240 200,446
P7 0,923 0,891 0,86 90 0 0 90,000 6,300 6,3000 0,349 1,240 200,775
P8 1,212 1,192 1,169 90 0 0 90,000 4,300 4,3000 0,048 1,240 200,474
P9 1,368 1,36 1,352 90 0 0 90,000 1,600 1,6000 -0,120 1,240 200,306
P10 1,39 1,385 1,381 90 0 0 90,000 0,900 0,9000 -0,145 1,240 200,281
P11 2,144 2,132 2,124 89 42 35 89,710 2,000 1,9999 -0,882 1,240 199,544
P12 2,274 2,245 2,218 93 20 35 93,343 5,590 5,5810 -1,331 1,240 199,095
P13 1,329 1,243 1,152 97 45 40 97,761 17,538 17,3772 -2,371 1,240 198,055

Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Penampang Melintang Patok 2

21
22
23
Gambar 4.3. Penampang Melintang (P2)

RUMUS TOPO 9 POTONGAN MELINTANG

ALAT DI P3
Patok Atas Tanah
Vertikal Beda Tinggi
Titik BA BT BB Sudut Vertikal SD HD TA (Patok di Alat Topo
Desimal (Δh)
2)
P1 1,734 1,625 1,503 82 9 20 82,156 22,884 22,6697 2,718 1,220 202,962
P2 1,491 1,406 1,31 90 0 0 90,000 18,100 18,1000 -0,186 1,220 200,058
P3 2,001 1,916 1,83 90 0 0 90,000 17,100 17,1000 -0,696 1,220 199,548
P4 1,5 1,431 1,353 90 0 0 90,000 14,700 14,7000 -0,211 1,220 200,033
P5 1,404 1,346 1,292 90 0 0 90,000 11,200 11,2000 -0,126 1,220 200,118
P6 1,351 1,307 1,262 90 0 0 90,000 8,900 8,9000 -0,087 1,220 200,157
P7 1,142 1,107 1,074 90 0 0 90,000 6,800 6,8000 0,113 1,220 200,357
P8 1,319 1,295 1,272 90 0 0 90,000 4,700 4,7000 -0,075 1,220 200,169
P9 1,3 1,289 1,27 90 0 0 90,000 3,000 3,0000 -0,069 1,220 200,175
P10 1,422 1,414 1,407 90 0 0 90,000 1,500 1,5000 -0,194 1,220 200,050
P11 2,586 2,565 2,543 90 0 0 90,000 4,300 4,3000 -1,345 1,220 198,899
P12 3,348 3,301 3,256 90 0 0 90,000 9,200 9,2000 -2,081 1,220 198,163
P13 3,521 3,452 3,402 90 0 0 90,000 11,900 11,9000 -2,232 1,220 198,012

Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Penampang Melintang Patok 2

24
25
26
Gambar 4.4. Penampang Melintang (P3)

27
4.1.2.4. Pengukuran Dalam Kampus Politeknik PUPR

RUMUS TOPO 9 (PERHITUNGAN MELINTANG)

ELEVASI DI P2 223,41

TINGGI
Titik BA BT BB TA
TANAH

1 0,118 0,071 0,024 1,3 224,639


2 0,244 0,222 0,2 1,3 224,488
3 1,219 1,171 1,128 1,3 223,539
4 2,024 1,99 1,954 1,3 222,72
5 4,497 4,438 4,383 1,3 220,272
6 3,713 3,657 3,599 1,3 221,053
7 3,724 3,64 3,555 1,3 221,07
8 3,86 3,769 3,678 1,3 220,941

Tabel 4.5 Perhitungan Melintang Patok 2

20
Gambar 4.5. Penampang Melintang (P2)

RUMUS TOPO 9 (PERHITUNGAN MELINTANG)


ELEVASI DI
224,69
P3

Titik BA BT BB T.ALAT T. TANAH

1 0,209 0,154 0,09 1,47 226,006


2 0,221 0,18 0,14 1,47 225,98
3 1,738 1,708 1,681 1,47 224,452
4 2,041 2,003 1,96 1,47 224,157
5 4,461 4,398 4,33 1,47 221,762
6 3,711 3,643 3,579 1,47 222,517
7 3,74 3,649 3,555 1,47 222,511
8 3,809 3,71 3,607 1,47 222,45
Tabel 4.5 Perhitungan Melintang Patok 3

21
Gambar 4.6. Penampang Melintang (P3

22
4.1.3. Pengukuran Situasi
Berikut merupakan hasil perhitungan pengukuran situasi dengan metode polygon tertutup :
Tabel 4.6. Hasil Perhitungan Pengukuran Situasi (Poligon)

No KOORDINAT NO
Kβ Sudut Terkoreksi Azimuth JARAK DSIN Kx DCOS KY
Titik X (METER) Y (METER) TITIK
  '' O ' '' O ' ''                
438.487,5 9.220.086,4
P1 1,5 237 45 56,5 159 50 0,8 25,79 8,891 -0,069 -24,209 0,019 P1
0 1
438.496,3 9.220.062,2
P2 0 297 0 47,5 276 50 48,3 22,46 -22,3 -0,061 2,678 0,017 P2
2 2
438.473,9 9.220.064,9
P3 0 105 14 7,5 202 4 55,8 26,8 -10,075 -0,072 -24,834 0,02 P3
6 1
438.463,8 9.220.040,1
P4 0 136 43 38 158 48 33,8 28,4 10,266 -0,076 -26,48 0,021 P4
2 0
438.474,0 9.220.013,6
P5 0 205 44 8 184 32 41,8 30,5 -2,417 -0,082 -30,404 0,023 P5
1 4
438.471,5 9.219.983,2
P6 0 174 42 35 179 15 16,8 21,1 0,274 -0,057 -21,098 0,016 P6
1 6
438.471,7 9.219.962,1
P7 0 195 17 47,5 194 33 4,3 22,9 -5,754 -0,062 -22,165 0,017 P7
2 8
438.465,9 9.219.940,0
P8 0 260 0 5 274 33 9,3 38,6 -38,478 -0,104 3,064 0,029 P8
1 3
P9 0 192 52 47,5 287 25 56,8 24,5 -23,375 -0,066 7,42 0,018 438.427,3 9.219.943,1 P9

20
3 2
438.403,8 9.219.950,5
P10 0 136 25 0 243 50 56,8 36,8 -33,033 -0,099 -16,219 0,028 P10
9 6
438.370,7 9.219.934,3
P11 0 191 39 5 255 30 1,8 18 -17,427 -0,049 -4,507 0,014 P11
5 7
438.353,2 9.219.929,8
P12 0 215 52 35 291 22 36,8 19,97 -18,596 -0,054 7,239 0,015 P12
8 7
438.334,6 9.219.937,1
P13A 0 200 24 5 311 46 41,8 19,38 -14,452 -0,052 12,92 0,015 P13A
3 3
438.320,1 9.219.950,0
P13B 0 153 3 57,5 284 50 39,3 44,75 -43,257 -0,12 11,465 0,034 P13B
2 6
438.276,7 9.219.961,5
P14 0 245 3 5 349 55 44,3 34,98 -6,117 -0,094 34,441 0,026 P14
5 6
438.270,5 9.219.996,0
P15 0 300 28 35 110 22 19,3 34,17 32,033 -0,092 -11,895 0,026 P15
4 3
438.302,4 9.219.984,1
P16 0 89 41 52,5 20 4 11,8 35,25 12,097 -0,095 33,109 0,026 P16
8 6
438.314,4 9.220.017,3
P17 0 236 6 20 76 10 31,8 33,45 32,481 -0,09 7,993 0,025 P17
8 0
438.346,8 9.220.025,3
P18 0 115 53 45 12 4 16,8 33,37 6,979 -0,09 32,632 0,025 P18
7 1
438.353,7 9.220.057,9
P19 0 235 57 12,5 68 1 29,3 56,88 51,931 -0,151 20,955 0,042 P19
6 7
438.405,5 9.220.078,9
P20 0 206 26 30 94 27 59,3 33,9 33,797 -0,091 -2,64 0,026 P20
4 7
P21 0 145 30 10 59 58 9,3 29,7 25,713 -0,08 14,864 0,022 438.439,2 9.220.076,3 P21

21
4 5
438.464,8 9.220.091,2
P22 0 222 5 55 102 4 4,3 23,2 22,687 -0,062 -4,85 0,017 P22
8 4
438.487,5 9.220.086,4
4500 0 0       694,85 1,868 -1,868 -0,521 0,521 P1
    0 1

22
Gambar 4.7. Denah Situasi Kampus Politeknik PUPR

23
24
Gambar 4.8. Detail Denah Situasi Kampus Politeknik PUPR

25
Gambar 4.9. Kontur Kampus Politeknik PUPR persatu meter

26
27
4.2. Pembahasan
4.2.1. Pengukuran Waterpass Tertutup
Dari tabel 4.1 hasil pengukuran, di dapatkan hasil bahwa setiap patok
memiliki rata-rata beda tinggi diantara 0-1,5 m. Pengukuran beda tinggi
menggunakan waterpass merupakan salah satu cara pengukuran yang paling
teliti. Pada Pengukuran Waterpass tertutup ini terdapat beberapa kesalahan
yang terjadi, seperti kesalahan pengukuran, pada saaat pengukuran diberikan
batas kesalahanya yaitu sebesar 0,005. Kesalahan pengukuran ini disebabkan
oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Kesalahan pada alat
Alat waterpass dapat saja salah jika alat waterpass tersebut sudah
tidak layak pakai. Pita ukur yang sering dipakai mempunyai
tendensi panjangnya akan berubah, apalagi jika menariknya terlalu
kuat. Sehingga panjang pita ukur tidak betul atau tidak memenuhi
standar lagi. Patahnya pita ukur akibat terlalu kencangnya menarik
pita ukur, sehingga panjang pita ukur bergeser (berkurang).
b. Kesalahan pada orang saat pembacaan
Kurangnya ketelitian mata dalam pembacaan alat waterpass, yaitu
pembacaan benang atas, benang bawah, dan benang tengah.
Adanya emosi dari pengukur akibat rasa lapar sehingga tergesa-
gesa dalam melakukan pengukuran dan akhirnya terjadi kesalahan
mencatat.
c. Cuaca yang kurang mendukung pada saat dilakukan Pengukuran
Adanya angin yang membuat rambu ukur terkena hembusan angin,
sehingga tidak dapat berdiri dengan tegak.
Angin yang merupakan faktor alam, membuat pita ukur menjadi
susah diluruskan, sehingga jarak yang didapatkan menjadi lebih
panjang daripada jarak sebenarnya.
4.2.2. Pengukuran Penampang Memanjang

1
4.2.3. Pengukuran Penampang Melintang

Dari tabel hasil pengukuran penampang melintang yang dilakukan baik di luar
maupun didalam kampus hasil yang didapatkan membuktikan bahwa setiap
perbedaan beda tinggi dari setiap titik yang dibidik, dapat digunakan untuk sebuah
perencanaan pembangunan baik Gedung maupun bangunan. Dalam pengukuran
penampang melintang ini digunakan untuk menentukan tinggi rendahnya tanah
sepanjang garis melintang yang tegak lurus dengan garis sumbu proyek. Sedangkan
hasil pengukuran penampang melintang dari kelompok kami dapat dilihat dari
hasilnya bahwa patok 6 (p1 - p8) memiliki ketinggian tanah lebih tinggi daripada
patok 7 (p1 - p8), sedangkan patok 6 (p9 - p11) memiliki ketinggian tanah lebih
rendah daripada patok 7 (p9 - p11), dan juga sebaliknya bahwa patok 7 (p1 – p8)
ketinggian tanahnya lebih rendah daripada patok 6 (p1 – p8) sedangkan patok 6 (p9
– p11) ketinggian tanahnya lebih tinggi daripada patok 7 (p9 – p11). Dari
ketinggian tanah tersebut, dapat mempengaruhi hasil dari BA, BT, dan BB serta
sudut vertikal dari masing-masing patok yang kami lakukan pengujian.

4.2.4. Pengukuran Situasi

Pengukuran situasi merupakan serangkaian pengukuran suatu daerah dengan

cara menentukan objek-objek penting berdasarkan unsur sudut dan jarak dalam
jumlah yang cukup, sehingga dapat mewakili atau menggambarkan daerah tersebut
dan seisinya secara jelas mungkn dengan skala tertentu. Pada pengukuran situasi ini
objek atau daerah yang dipilih untuk dilakukan pengukuran ini yaitu Kampus
Politeknik Pekerjaan Umum. Kampus ini terletak di Tembalang, Semarang.
Terdapat 22 patok yang sudah dibagi ke dalam beberapa kelompok untuk dilakukan
pengukuran. Dan terdapat puluhan bahkan ratusan titik yang telah dibidik di setiap
patok, salah satunya yaitu patok 19 dan 20. Pada patok ini titik yang dapat dibidik
sebanyak 52 titik, yang mana pada patok ini membidik halaman dari Politeknik
Pekerjaan Umum.

2
4.2.5. Penggamabran Kontur

Kontur atau garis kontur adalah garis yang menhubungkan titik -titik ayang
mempunyai ketinggian yang sama dari suatu datum atau bidang acuan tertentu dari
grafis dapat dengan muhad dipahami dengan membayangkan satu kolam air, jika
air dalam keadaan tenang maka permukaan tepi menunjukan garis yang mempunyai
ketinggian yang sama dan grafis tersebut akan memnutup tepi kolom membentuk
garis kontur

Garis - garis kontur merupakan garis – garis yang kontinu dan tidak dapat
bertemu atau memotong garis – garis kontur lainnya dan tidak pula dapat bercabang
menjadi garis – garis kontur yang lain pada hal kritis seperti jurang atau tebing.

Peta kontur adalah peta yang menggambarkan ketinggian tempat dengan


menggunakan, kontur , garis sifat dan ketentuan garis kontur sebagai berikut :

a. Semakin rapat garis kontur atau lereng , semakin curam dan begitu juga
sebaliknya

b. Garis kontur tidak bercabang.

c. Perbedaan tinggi antara garis ketinggian adalah setengah angka ribuan, skala
dinyata dalam meter.

e. Garis ketinggian yang pertama adalah setengah dari ribuan, skala dinyatakan
dalam meter.

Oleh karena itu dalam pembuatan kontur di praktikum ilmu ukur tanah kali ini
dibutuhkan data – data ketinggian koordinat patoknya, yang dimana dalam
praktikum ini garis kontur digambarkan persatu meter dengan prosedur
penggambaran seperti yang dijelaskan diatas.

3
4
BAB V

PENUTUP

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum Ilmu Ukur Tanah kelompok 9 yang berlokasi di lingkungan
Kampus Politeknik Pekerjaan Umum , maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Praktikan dapat mengenal dan mengoperasikan alat-alat yang digunakan dalam


pembuatan peta topografi. Praktikum Ilmu Ukur Tanah kali ini menggunakan dua
jenis alat ukur yaitu theodolite dan waterpass.
2. Hasil dari pengukuran sipat datar di Politeknik Pekerjaan Umum tepatnya di sekiar
lingkungan Politeknik PU terbagi menjadi dua profil yaitu profil memanjang dan
profil melintang. Selisih beda tinggi pada profil memanjang setelah dikoreksi bernilai
sama yaitu sebesar (...) meter dengan arah yang berbeda dan mempunyai nilai faktor
koreksi sebesar (....), sedangkan dalam profil melintang mempunyai banyak beda
tinggi tergantung pada titik yang ditembak untuk mengetahui ketinggian ekstrim di
masing-masing patok bidik.
3. Pengukuran polygon terbagi menjadi dua yaitu pengukuran polygon tertutup dan
pengukuran polygon titik detail. Hasil dari pengukuran polygon tersebut mempunyai
persamaan yaitu untuk menentukan posisi dari suatu titik.
4. Peta kontur dapat dibuat dengan melalui beberapa tahapan yaitu sebagai berikut:
Menghitung dan mencari data-data yang diperlukan dalam pembuatan peta kontur
seperti jarak horizontal dan vertikal, beda tinggi, sudut dalam dan azimuth.
5. Membuat plotting kerangka dasar pada milimeter blok dengan menggunakan sistem
koordinat kartesius.
6. Membuat plotting titik detail yang digambarkan dengan menggunakan sistem
koordinat kartesius.
7. Menggambar kontur dengan menarik garis kontur yang didapat dari besaran bilangan
skala yang ditentukan dan menurut interval tertentu

1
2. Saran
Adapun saran yang akan yang saya berikan antara lain sebagai berikut :
1. Praktikum Ilmu Ukur Tanah kali ini, banyak sekali hal penting yang perlu
diperhatikan agar proses praktikum dapat berjalan dengan baik dan benar,
seperti sebagai berikut:
2. Perhitungan dan pengukuran data diperlukan prinsip-prinsip pengukuran
untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi.
3. Pengecekan sendiri hasil pengamatan dan pembacaan.
4. Mengunakan alat bantu, contoh: kompas, GPS.
5. Selalu menggambar langsung sketsa setelah mendapatkan dan mencatat hasil
ukuran.
6. Menggunakan alat-alat ukur seperti waterpass dan theodolite diperlukan
ketelitian dari segi perhitungan maupun kelengkapan alat-alat. Alat yang
digunakan dari awal sampai akhir harus lengkap, sehingga diperlukan rasa
tanggung jawab yang besar bagi mahasiswa yang menggunakan alat
praktikum.
7. Penggunaan waterpass dan theodolite harus selalu menggunakan payung
untuk melindungi alat agar tidak terkena sinar matahari langsung, karena
sangat berpengaruh terhadap kinerja alat terlebih pada bagian nivo.
8. Saat pelaksanaan praktikum sangat dianjurkan untuk bertanya kepada
pembimbing praktikum jika menemukan kesulitan agar tidak terjadi
kesalahan dalam pelaksanaan praktikum.
9. Mengusahakan pemilihan waktu pelaksanaan pada keadaan cuaca yang
cerah.
10. Pemilihan lokasi bidik dengan keadaan tanah yang mendukung.
11. Mengupayakan ketelitian dalam pembacaan alat, pengutaraan dan kalibrasi.

2
DAFTAR PUSTAKA

Walijatun, Djoko. 2000. Edisi Ketujuh Dasar-Dasar Pengukuran Tanah Jilid 1. Jakarta
:Erlangga.

Walijatun, Djoko. 2003. Edisi Ketujuh Dasar-Dasar Pengukuran Tanah Jilid 2. Jakarta
:Erlangga.

Frieck, Heinz. 1979. Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta : Kanisius.

Bagaskara, Hendri. 2017. Laporan Praktikum Perpetaan dan SIG. Jurnal Universitas
Mercu Buana.
LAMPIRAN

Gambar 1. Hasil Perhitungan Poligon Tertutup

Gambar 2. Hasil Perhitungan Poligon Tertutup 2


Gambar 3. Hasil Data Situai P15 dan P16 (1)

Gambar 4. Hasil Data Situai P15 dan P16 (2)


Gambar 5. Hasil Data Situai P15 dan P16 (3)

Gambar 6. Hasil Data Situasi C3 (1)


Gambar 7. Hasil Data Situasi C3 (2)

Gambar 8. Hasil Data Situasi C3 (3)


Gambar 9. Hasil Data Situasi C3 (4)
Gambar 10. Foto Bersama Kelompok 7 Saat Praktikum di Luar Kampus

Anda mungkin juga menyukai