Disusun Oleh :
ADJI TRIMANTO
KELAS : TKBA-A
N I M : 201009
PROGRAM STUDI
DIPLOMA III TEKNOLOGI KONSTRUKSI BANGUNAN AIR
POLITEKNIK PEKERJAAN UMUM SEMARANG
2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN PROYEK ILMIAH
2. Penulis
Menyetujui,
i
ABSTRAK
Batako adalah batu bata padatan (concrete brick) yang terbuat dari campuran
beberapa bahan seperti semen, kapur, kericak, dan pasir. Kalau di Indonesia sendiri,
istilah concrete sering dikenal dengan beton, tak heran batako sering disamakan
dengan bataton (batu bata beton) dan sekilas mirip dengan paving block yang
digunakan untuk material lantai atau jalan. Batako pada umumnya merupakan
material bangunan untuk dinding yang terbuat dari bahan campuran antara lain semen
dan pasir kasar, serta air. Komponen bahan tersebut dicampur jadi satu hingga
akhirnya dipadatkan lalu ditunggu berhari – hari untuk mengeras, proses menunggu
pengerasan inilah yang termasuk umur batako.
KATA PENGANTAR
ii
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahuwata’ala atas segala
Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga pembuatan Laporan Penelitian yang berjudul
“Mengetahui Hubungan Kuat Tekan Batako Dengan Umur Batako” dapat
terselesaikan dengan baik.
Penyusun menyadari dalam proses penyelesaian Laporan Penelitian banyak
terdapat kekurangan, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai
pihak dan Hidayah dari Allah Subhanahu Wata’ala, kendala-kendala tersebut dapat
diatasi.
Selanjutnya ucapan terima kasih penyusun sampaikan pula kepada Ibu Indira
Laksmi Widuri, SH,LL.M, selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Bahasa Indonesia.
Segenap Dosen dan Karyawan Politeknik Pekerjaan Umum Semarang serta pihak
yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Penelitian ini, yang tidak dapat
penyusun sebutkan satu per satu.
Semoga dokumen Laporan Penelitian ini dapat bemanfaat bagi adik – adik tingkat
Politeknik PUPR Semarang pada khusunya dan pembaca yang budiman pada
umumnya.
Adji Trimanto
NIM. 201009
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................................i
ABSTRAK………………………………………………………………..………………….ii
KATA PENGANTAR………………………………………………………………..iii
DAFTAR ISI................................................................................................................iv
DAFTAR TABEL…..………………………………………………………………..vi
DAFTAR GAMBAR.………………………………………………………………..vii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1. Latar Belakang Penelitian..........................................................................1
1.2. Rumusan Masalah Penelitian.....................................................................2
1.3. Tujuan Penelitian........................................................................................2
1.4. Hipotesis......................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................3
2.1. Landasan Teori............................................................................................3
BAB III METODE PENELITIAN..............................................................................17
3.1. Persiapan Penelitian..................................................................................17
3.2. Pelaksanaan Penelitian.............................................................................17
3.2.1. Tahap Pengujian........................................................................................18
3.2.2. Pengujian Kuat Tekan Batako Dengan Mesin Compression...............18
3.2.3. Pengujian Kuat Tekan Batako Dengan Alat Hammer Test..................20
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................................22
4.1. Hasil Penelitian.........................................................................................22
4.1.1. Hasil Pengujian Kuat Tekan Batako Dengan Mesin Compression.....22
4.1.2. Hasil Pengujian Kuat Tekan Batako Dengan Alat Hammer Test........23
4.2. Pembahasan...............................................................................................23
iv
4.2.1. Luas Bidang Tekan Batako Dengan Mesin Compression....................23
4.2.2 Kekuatan Tekan Batako Dengan Mesin Compression..........................24
4.2.3. Konversi Kuat Tekan Pada Umur 28 Hari Mesin Compression..........25
4.2.5. Angka Rebound Hammer Test Dengan Alat Hammer Test.................26
4.2.6. Kekuatan Tekan Batako Dengan Alat Hammer Test............................27
4.2.7 Konversi Kuat Tekan Pada Umur 28 Hari dengan Alat Hammer Test 27
4.2.8. Konversi Kuat Tekan Fc ( Mpa) Dengan Alat Hammer Test..............28
BAB V PENUTUP......................................................................................................29
5.1. Kesimpulan...................................................................................................29
5.2. Saran..............................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................31
LAMPIRAN................................................................................................................32
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.6 Skema pengujian kuat tekan batako menggunakan Mesin Compression14
vii
BAB I
PENDAHULUAN
Pada masa saat ini batako masih tetap digunakan untuk material bahan
bangunan pembuatan dinding rumah sederhana dikarenakan spesifikasi material
batako yang memenuhi kebutuhan, harganya yang terjangkau dan mudah didapat
karena masyarakat Indonesia masih menggunakan dan membuat batako.
Oleh karena itu batako pastinya memiliki kekuatan tekan karena batako
merupakan material bangunan oleh karena itu pada penelitian ini kuat tekan
batako khusunya yang di produksi di Desa Tembelok, Kecamatan Narmada,
Kabupaten Lombok Barat akan diuji salah satunya dengan mesin Compression
dan alat Hammer test untuk mengatahui untuk mengetahui hubungan antara kuat
tekan batako dan umur batako.
1
2. Rumusan Masalah Penelitian
3. Tujuan Penelitian
4. Hipotesis
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1
Anonim, “SNI-03-0349-1989.” Deptartemen PUPR, 1989.
3
Gambar 2.1 Batako Putih
(Sumber : www.arafuru.com)
(Sumber : https://www.99.co/blog/indonesia/jenis-batako/)
Batako diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu batako normal dan batako
ringan. Batako normal tergolong batako yang memiliki densitas sekitar 2200-
2400 kg/m3 dan kekuatannya tergantung komposisi campuran beton (mix
design). Sedangkan untuk beton ringan adalah suatu batako yang memiliki
densitas <1800 kg/m3, begitu juga kekuatannya biasanya disesuaikan pada
penggunaan dan pencampuran bahan bakunya (mix design). Jenis batako ringan
ada dua golongan yaitu batako ringan berpori (aeratedconcrete) dan batako
ringan non aerated.2
2
Wijarnako, Wisnu. 2008. Konstruksi bangunan. Http://kontruksi-
wisnuwijanarkoblogspot.com/2008/07/landasan-teoribetonringan-dengan.html). Diakses Januari 2021
4
Batako ringan berpori adalah beton yang dibuat sehingga strukturnya banyak
terdapat pori-pori, beton semacam ini diproduksi dengan bahan batu dari
campuran semen, pasir, gypsum, CaCO3 dan katalis aluminium. Dengan adanya
katalis Al selama menjadi reaksi hidradasi semen akan menimbulkan panas
sehingga timbul gelembung-gelembung yang menghasilkan gas yang
menghasilkan pori-pori yang membuat batako semakin ringan. Berbeda dengan
batako non aerated, pada beton ini akan menjadi ringan dalam pembuatannya
ditambahkan agregat ringan. Banyak kemungkinan agregat ringan yang
digunakan antara lain batu apung (pumice), perlit, serat sintesis, slag baja dan
lain-lain. Pembuatan batako ringan berpori tentunya jauh lebih mahal karena
menggunakan bahan-bahan kimia tambahan dan mekanisme pengontrolan reaksi
cukup sulit.
Dewasa ini penggunaan batako sebagai bahan pembuat dinding lebih dipilih
mengingat batako mempunyai ke lebihan dibanding bahan bangunan lain antara
lain sebagai berikut :
1. Praktis
Mudah pemasangannya dan sangat cepat. Perbandingan dengan bata merah
1:4. Batako padat memiliki 2 ukuran yaitu "satuan utuh" dan "tengahan". Dengan
adanya ukuran tengahan tersebut, pekerja/tukang tidak perlu memotong batako
satuan sendiri. Selain memakan waktu kerja, juga. dapat mempengaruhi
kerapihan bangunan nantinya. Batako juga memiliki 2 jenis, khusus untuk
pondasi (merah) dan khusus untuk dinding (kuning).
2. Cepat
Karena mudah pemasangannya, otomatis cepat waktu dalam pengerjaannya.
Penghematan waktu ar tinya penghematan biaya untuk ongkos tukang. Dengan
batako tersebut bangunan dapat langsung diaci, tanpa pemlesteran terlebih
dahulu. Sehingga kita tidak perlu kehilangan pasir dan semen lebih banyak.
5
Dapat dibayangkan berapa banyak penghematan yang bisa kita lakukan. Kita
sudah mend apatkan suatu bangunan dengan kualitas yang dapat dipertanggung
jawabkan.
3. Kuat
Adukan dengan komposisi yang tepat dengan bahan yang baik, menjadi
jaminan kualitas. Bahan: pasir putih, semen dan puing ditambah pengeras, semua
dengan variasi dan komposisi yang tepat. Komposisi penggunaan semen pada
batako padat merah (khus us pondasi) tidak sama dengan batako padat kuning
(khusus dinding), karena kita sesuaikan dengan fungsinya. Kekuatan batako juga
disebabkan oleh bentuknya, yang dicetak sedemikian rupa sehingga memiliki
daya ikat yang sangat kuat satu dengan yang lainnya. Batako memiliki cekungan
disekelilingnya, yang menghasilkan ikatan/cengkeram sangat kuat.
4. Ekonomis
Menyangkut harga dibandingkan dengan kualitas bangunan. Dinding 1 m x 1
m menggunakan 19 batako, tanpa kita harus kehilangan biaya lebih utk membeli
pasir, se men dan ongkos tukang lebih banyak, 1 m 3 dapat digunakan untuk
membangun dinding menjadi 11 m2. Penggunaan adukan dapat lebih hemat,
tanpa ada adukan yang harus banyak terbuang karena jatuh ke tanah
(pemlesteran). Karena bentuk dan ukuran tetap, perkiraan jumlah penggunaan
batako dapat lebih mudah diprediksi / perkirakan. Sehingga resiko kelebihan
pembelian batako dapat ditekan.
Bahan punyusun yang digunakan dalam pembuatan batako terdiri dari semen
portland, pasir dan air dengan perbandingan 1 semen berbanding 9 pasir. Adapun
penjabaran bahan penyusun batako sebagai berikut :
6
1. Semen Portland
Semen Portland adalah semen hidraulis yang dihasilkan dengan cara
menghaluskan klinker yang terdiri dar silikat – silikat kalsium yang bersifat
hidraulis dan bahan tambahan berupa gypsum (SNI, 15-2049-2004). 3
c. Alumina (Al2O3) = 3 – 8 %
f. Sulfur (SO3) = 1 – 2 %
lain.
3
SNI. (15-2049-2004). Semen Portalnd. Bandung: Badan Standar Indonesia
4
Tjokrodimuljo, Kardiyono. 1996. Teknologi Beton. Nafiri: Yogyakarta
5
7
2. Jenis II yaitu semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan
(Sumber : https://www.arsitur.com/2019/04/jenis-portland-cement-yang-
beredar.html)
Agregat halus atau pasir diartikan sebagai butiran mineral yang bentuknya
mendekati bulat dengan ukuran butiran lebih kecil dari 4,75 mm atau lolos
saringan no. 4 standar (ASTM, C33-03-2002). 7
7
ASTM. (C.33-03-2002). Standard Spesification For Concrete Aggregates. USA: Annual Books Of
ASTM Standards.
8
Pasir adalah bahan butiran batuan halus yang berukuran 0,14-5 mm, didapat
dari basil desintegrasi batuan alam (natural sand) atau dengan memecah
(artificial sand). Pasir diperoleh biasanya dari penggalian di dasar sungai, pasir
cocok digunakan untuk pembuatan bata konstruksi. Pasir terbentuk ketika batu-
batu dibawa arus sungai dari sumber air ke muara sungai. Pasir dan kerikil dapat
juga digali dari laut asalkan pengotoran serta garam / khlorida dibersihkan dan
kulit kerang disisihkan.8
Agregat halus (pasir) terdiri dari butiran sebesar 0,14-5 mm, didapat dari hasil
disintegrasi batuan alam (natural sand) atau dapat juga dengan memecahnya
(artifical sand), tergantung dari kondisi pembentukan tempat yang terjadinya.
Pasir alam dapat dibedakan atas : pasir galian, pasir sungai, pasir laut, pasir done
yaitu bukit-bukit pasir yang dibawa ketepi pantai. Pasir merupakan bahan pengisi
yang digunakan dengan semen untuk membuat adukan. Selain itu juga pasir
berpengaruh terhadap sifat tahan susut, keretakan dan kekerasan pada batako atau
produk bahan bangunan campuran semen lainnya.
8
Rahmat, R., Hendriyani, I., & Sa’diyah, R. (2020). Analisis Batako Dengan Campuran Serbuk Kaca
Sebagai Pengganti Pasir. Media Ilmiah Teknik Sipil, 8(2), 88-95.
9
Gambar 2.4 Pasir
(Sumber : https://www.99.co/blog/indonesia/daftar-harga-pasir-bangunan/)
c) Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5%, apabila lebih
dari 5% maka agregat tersebut harus dicuci dulu sebelum digunakan. Adapun
yang dimaksud lumpur adalah bagian butir yang melewati ayakan 0,063 mm.
f) Pasir laut tidak boleh digunakan sebagai agregat untuk beton. Pasir yang
digunakan untuk pembuatan batako harus bermutu baik yaitu pasir yang bebas
dari lumpur, tanah liat, zat organik, garam florida dan garam sulfat. Selain itu
juga pasir harus bersifat keras, kekal dan mempunyai susunan butir (gradasi)
yang baik. Sebagai bahan adukan, baik untuk spesi maupun beton, maka
agregat halus harus diperiksa di lapangan.
1. Agregat halus terdiri dari butir-butir tajam dan keras. Butir agregat halus
harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruhpengaruh
cuaca.
10
2. Agregat halus tidak mengandung lumpur lebih dari 5% (ditentukan
terhadap berat kering). Apabila kadar lumpur melampaui 5%, maka agregat
halus harus dicuci.
4. Agregat yang berasal dari laut tidak boleh digunakan sebagai agregat halus
untuk semua adukan spesi dan beton. 9 Selain itu juga pasir berpengaruh
terhadap sifat tahan susut, keretakan dan kekerasan pada batako atau produk
bahan bangunan campuran semen lainnya. Pasir yang digunakan untuk
pembuatan batako harus bermutu baik yaitu pasir yang bebas dari lumpur,
tanah liat, zat organik, garam florida dan garam sulfat. Selain itu juga pasir
harus bersifat keras, kekal dan mempunyai susunan butir (gradasi) yang baik.
Selain itu untuk memperoleh pasir dengan gradasi yang baik perlu diadakan
pengujian di laboratorium. Agregat halus terdiri dari butir-butir yang
beranekaragam besarnya dan apabila diayak dengan susunan ayakan yang
telah ditentukan dalam SNI 03-2461-1991,10 harus memenuhi syaratsyarat
sebagai berikut:
c) Sisa diatas ayakan 0,22 mm, harus bekisar antara 80 % - 90 % dari berat
3. Air
Air merupakan bahan pembuat batako yang sangan penting naum harganya
paling murah. Air diperlukan untuk bereaksi dengan semen sehingga terjadi
9
Rahman, Muhammad Fathur. 2016. Pengaruh Penambahan Serbuk Kaca Pada Batako Sebagai Bahan
Pembuat Dinding. Medan: Universitas Sumatera Utara.
10
SNI 03-2461-1991, Kekerasan dari agregat kasar: Badan Standar Nasional.
11
reaksi kimia yang menyebabkan pengikatan dan berlangsungnya proses
pengerasan pada batako, serta untuk menjadi bahan pelumas antar butir – butir
agregat agar mudah dikerjakan dan dipadatkan untuk bereaksi dengan semen, air
diperlukan 25% dari berat semen. 11
c) Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat merusak beton
(asam, zat organik dan sebagainya) lebih dari 15 gram/liter.
(Sumber : https://pgsp.big.go.id/air-laut-sumber-air-bersih/)
11
Tjokrodimuljo, K. (1996). Teknologi Beton. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta: Nafiri.
Standar SK SNI S-04-1989-F, Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (Bahan Bangunan Bukan
12
12
Berdasarkan SNI 3-0349-1989, bata beton (batako) harus memenuhi syarat -
syarat fisis yang merupakan pendekatan syarat – syarat fisis beton. Syarat-syarat
fisis tersebut dapat dilihat pada tabel berikut
Pengertian kuat tekan batako dianalogikan dengan kuat tekan beton. Mengacu
pada pada SK SNI M–14–1989–F tentang pengujian kuat tekan beton.
Yang dimaksud kuat tekan beton adalah besarnya beban persatuan luas yang
menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu
dihasilkan oleh mesin tekan. Salah satu cara pengujian kuat tekan yaitu dengan
menggunakan mesin Compression dan alat Hammer Test
1. Mesin Compression
13
menekan dari bawah dengan daya hidrolik suatu benda uji dan ditahan oleh
lempengan logam dibagian atasnya sehingga benda uji tetap diam saat ditekan
sampai retak atau hancur. Alat pengujian yang satu ini dapat dipergunakan untuk
material seperti semen, beton, batu –batuan, dan material lainnya seperti metal
dan lainnya.
Cara kerja mesin ini adalah menempatkan benda uji di tengah – tengah mesin
lalu gaya dorong muncul dari pergerakan perata beban dari bawah ke atas
menekan benda uji yang ditahan oleh pelat penahan, hal tersebut menyebabkan
benda uji tertahan dan menerima gaya tekan sampai akhirnya benda uji tersebut
retak atau hancur yang berarti telah mencapai gaya tekan maksimalnya.
14
Gambar 2.7 Mesin Compression di Lab Kantor BWS NT 1
Alat Hammer Test sebuah alat pengujian untuk menguji suatu material
bangunan dari permukaannya tanpa merusak material bangunan tersebut. Cara
kerja alat tersebut adalah dengan memberikan impact (tumbukan) pada
permukaan material bangunan dengan menggunakan suatu massa yang diaktifkan
dengan menggunakan energi yang besarnya tertentu. Karena timbul tumbukan
antara massa tersebut dengan permukaan material bangunan, massa tersebut akan
dipantulkan kembali. Jarak pantulan massa yang terukur memberikan indikasi
kekerasan permukaan material bangunan. Adapun proses uji kuat tekan
menggunakan alat Hammer Test adalah sebagai berikut :
1. Letakkan ujung plunger yang terdapat pada ujung alat hammer test pada
titik yang akan ditembak dengan memegang hammer dengan arah tegak lurus
atau miring bidang permukaan beton yang akan ditest.
2. Plunger ditekan secara perlahan - lahan pada titik tembak dengan tetap
menjaga kestabilan arah dari alat hammer. Pada saat ujung plunger akan
lenyap masuk kesarangnya akan terjadi tembakan oleh plunger terhadap
beton, dan tekan tombol yang terdapat dekat pangkal hammer.
4. Tarik garis vertikal dari nilai pantul yang dibaca pada grafik 1 yaitu
hubungan antara nilai pantul dengan kekuatan tekan beton yang terdapat pada
15
alat hammer sehingga memotong kurva yang sesuai dengan sudut tembak
hammer.
5. Besar kekuatan tekan beton yang ditest dapat dibaca pada sumbu vertikal
yaitu hasil perpotongan garis horizontal dengan sumbu vertikal.14
BAB III
METODE PENELITIAN
14
Harjawinata Jefri, 2018. Uji Kekuatan Beton dengan Hammer Test.
http://jharwinata.blogspot.com/2018/10/uji-kekuatan-beton-dengan-hammer-test.html. Diakses
tanggal 7 Jamuaro 2021
16
serata mungkin bagian cekungan atas dan bawah batako menggunakan gerinda.
Perlakuan tersebut diberlakukan untuk ketiga bahan uji.
Penelitian ini dilakukan dengan trial design untuk memenuhi syarat pengujian
kuat tekan mengguanakan mesin compression yaitu harus memiliki permukaan benda
uji yang rata dan maksimal tinggi agar dapat masuk ke dalam mesin compression
yaitu ±26 cm. Dengan bentuk ketiga benda uji yang relatif sama tetapi memiliki umur
batako yang berbeda – beda dapat dilakukan perbandingan perbedaan kuat tekan yang
akan terjadi. Kuat tekan rencana pada ketiga batako tersebut dari terkecil keterbesar
yaitu umur 3, 14 dan 30 hari
17
hancur dengan luas penampang benda uji mendekati acuan SNI, 03-6825-2002
dengan prosedur pengujian sebagai berikut :
2. Meratakan permukaan atas bawah benda uji dengan gerinda dengan serata
4. Meletekkan benda uji pada mesin uji dengan posisi tegak di mesin
Compression
18
5. Mengoperasikan mesin hingga didapat pembebanan maksimum saat benda
19
pada titik yang akan ditembak dengan memegangnya dengan arah tegak
Sumber : (https://hesa.co.id/uji-kekuatan-beton-dengan-hammer-test/)
2. Plunger ditekan secara perlahan – lahan pada titik tembak dengan tetap
3. Pada saat ujung plunger akan lenyap masuk akan terjadi tembakan oleh
Plunger terhadap batako, dan tombol yang tedapat dekat pangkal alat
hammertest ditekan.
20
BAB IV
21
Hasil pengujian kuat tekan batako dengan mesin compression dapat dilihat
dari tabel berikut :
No Tanggal Tanggal Luas Berat Umur Beban Tegangan Koversi F’c
Cetak Uji Bidang Benda (hari) (KN) (Kg/cm2) Tegangan (Mpa)
Tekan Uji Pada
(cm2) (gram Umur 28
) Hari
(kg/cm2)
1. 14/11/20 17/11/20 145,285 7.282 3 30 21,062 46,752 4,462
2. 3/11/20 17/11/20 144,421 7.194 14 20 14,125 16.051 1,367
3. 17/10/20 17/11/20 143,919 7.555 30 40 28,349 28,349 2,38
Tabel 4.1. Hasil Pengujian Kuat Tekan Batako dengan Mesin Compression
4.1.2 Hasil Pengujian Kuat Tekan Batako Dengan Alat Hammer Test
Hasil pengujian kuat tekan batako dengan mesin compression dapat dilihat
dari tabel berikut :
22
4.2 PEMBAHASAN
Panj ang = 10 cm
Le bar = 15 cm
Ting gi = 25 cm
L. Permukaan Batako =
L. Persegi Panjang – L. Segitiga
L. Permukaan Batako = (p x l) – ((a x t)/2)
L. Permukaan Batako = (10 x 15) – ((3,8 x 2,3)/2)
L. Permukaan Batako = 150 – 4,37
L. Permukaan Batako = 145,63 cm2
Gambar 4.2 Permukaan Batako
23
tekan memiliki rumus K = (kn x 102) / A, dengan K = Kuat Tekan, kn = Beban dan A
= Luas permukaan tekan.
Dipercobaan ini Beban (KN) batako yang terbaca di mesin compression ketika
batako telah mencapai kekuatan tekan maksimalnya yang menyebabkan retak atau
hancur sebagai berikut :
Batako berumur 3 hari memiliki beban 30 KN
Batako berumur 14 hari memiliki beban 20 KN
Batako berumur 30 hari memiliki beban 40 KN
Dari data yang terbaca di mesin compression yang merupakan informasi
beban dengan satuan Kilo Newton dapat dicari kuat tekan atau tegangannya
dengan rumus yang ada diatas, maka diperoleh perhitungan kuat tekan batako
sebagai berikut :
4.2.3 Koversi Kuat Tekan Pada Umur 28 Hari (kg/cm2) dengan mesin
Compression
Campuran semen akan mengalami pengerasan secara sempurna setelah 28
hari sehingga pada hari – hari sebelumnya akan mempunyai kuat tekan berbeda yang
untuk mengetahuinya dapat menggunakan acuan rumus tabel konversi umur 3, 7, 14,
24
21 dan 28 hari. Bila umur benda uji telah melebihi dari 28 hari maka tetap
menggunakan perbandingan ke hari 28.
14 0,88
21 0,96
28 1,00
Dari tabel tersebut diketahui perbandingan untuk merubah kuat tekan batako
(kg/cm2) ke konversi tegangan umur 28 hari (kg/cm2) dengan rumus Konversi
Tegangan umur 28 hari = Tegangan (kg/cm2) / Angka Perbandingan. Didapatkan
perhitungan konversi batako sebagai berikut :
Batako berumur 3 hari = 21,062 / 0,46 = 46,752 kg/cm2
Batako berumur 14 hari = 14,125 / 0,88 = 16.051 kg/cm2
Batako berumur 30 hari = 28,349 / 1 = 28,349 kg/cm2
25
Batako berumur 14 hari = 16,429 x 0,083 = 1,367 Mpa
Batako berumur 30 hari = 28,674 x 0,083 = 2,379 Mpa
Dalam Pengujian ini didapatkan hasil pengujian angka rebound hammer test
sebagai berikut :
26
4.2.7 Koversi Kuat Tekan Pada Umur 28 Hari (kg/cm2) dengan alat Hammer
Test
Konversi tegangan pada umur 28 hari pada pengujian dengan alat hammer
test sama perhitungannya dengan pengujian batako menggunakan mesin compression,
Sama – sama menggunakan tabel persamaan 28 hari. Didapatkan hasil perhitungan
sebagai berikut :
Batako berumur 3 hari = 16 / 0,46 = 34,782 kg/cm2
Batako berumur 14 hari = 42 / 0,88 = 47,727 kg/cm2
Batako berumur 30 hari = 90 / 1 = 90 kg/cm2
27
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
1. Hubungan yang dapat dilihat antara umur batako dengan kuat tekan batako
adalah semakin tua umur batako maka semakin menguat kekuatan tekannya.
Terbukti dari berbagai penelitian – penelitian yang ada dan hasil pengujian
dengan alat hammer test bahwa semakin mendekati hari ke 28 yaitu proses
maksimal pengerasan campuran batako, kekuatan tekan batako bertambah.
Terbukti ketika batako berumur 3 hari memiliki kuat tekan 16 kg/cm 2 atau
2,886 Mpa, batako berumur 14 hari memiliki kuat tekan 42 kg/cm 2 atau 3,961
Mpa, batako berumur 30 hari memiliki kuat tekan 90 kg/cm2 atau 7,47 Mpa.
2. Dari pengujian mesin compression tidak terjadi seperti teori yang ada,
dikarenakan data hasil dari pengujian mesin compression diidentifikasi
peneliti ada berbagai masalah dan kekurangan ketika penelitian berlangsung,
28
data hasil mesin compression adalah ketika batako berumur 3 hari memiliki
kuat tekan 21,062 kg/cm2 atau 3,880 Mpa, batako berumur 14 hari memiliki
kuat tekan 14,125 kg/cm2 atau 1,367 Mpa, batako berumur 30 hari memiliki
kuat tekan 28,349 kg/cm2 atau 2,379 Mpa.
5.2 SARAN
1. Untuk mendesain batako agar sesuai kriteria yang diuji menggunakan mesin
compression harus berhati – hati dalam pembuatannya. Misalnya kriteria
ukuran 10 x 15 x 25 dalam proses mengerinda pastikan memotong batako
harus sehalus mungkin bagian atas dan bawahnya karena akan menjadi bidang
tekan mesin compression. Ketika bidang tekan batako tidak rata atau halus
maka gaya tekan dari mesin compression tidak merata mengenai bidang tekan
batako yang menyebabkan batako cepat retak dan tidak diketahui kekuatan
tekan aslinya.
29
DAFTAR PUSTAKA
30
Departemen P.U, SNI 03-0349-1989 Bata Beton untuk Pasangan Dinding,
Balitbang,Jakarta, (1989).
LAMPIRAN
31
Suasana Laboraturium BWS NT 1
32