Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PROYEK ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA KUAT TEKAN BATAKO DENGAN


UMUR BATAKO

Disusun Oleh :
ADJI TRIMANTO
KELAS : TKBA-A
N I M : 201009

PROGRAM STUDI
DIPLOMA III TEKNOLOGI KONSTRUKSI BANGUNAN AIR
POLITEKNIK PEKERJAAN UMUM SEMARANG
2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN PROYEK ILMIAH

1. Judul Proyek Ilmiah : Hubungan Antara Kuat Tekan Batako

Dengan Umur Batako

2. Penulis

a. Nama : Adji Trimanto

b. Nomor Induk Mahasiswa : 201009

c. Semester/Tahun Akademik : I/2020

3. Program Studi : Teknologi Konstruksi Bangunan Air

Blitar, 22 November 2020

Menyetujui,

Dosen Pembimbing Diajukan oleh

Indira Laksmi Widuri, SH, LL.M Adji Trimanto

NIP. 197912012005022002 NIM. 201009

i
ABSTRAK

Batako adalah batu bata padatan (concrete brick) yang terbuat dari campuran
beberapa bahan seperti semen, kapur, kericak, dan pasir. Kalau di Indonesia sendiri,
istilah concrete sering dikenal dengan beton, tak heran batako sering disamakan
dengan bataton (batu bata beton) dan sekilas mirip dengan paving block yang
digunakan untuk material lantai atau jalan. Batako pada umumnya merupakan
material bangunan untuk dinding yang terbuat dari bahan campuran antara lain semen
dan pasir kasar, serta air. Komponen bahan tersebut dicampur jadi satu hingga
akhirnya dipadatkan lalu ditunggu berhari – hari untuk mengeras, proses menunggu
pengerasan inilah yang termasuk umur batako.

Batako pastinya memiliki kekuatan tekan karena batako merupakan material


bangunan oleh karenanya di penelitian ini kuat tekan batako akan diuji salah satunya
dengan mesin Compression dan alat Hammer Test yang ada di Lab Kantor BWS
Nusa Tenggara I yang beralamatkan di Kecamatan Cakranegara Kota Mataram, NTB.
Dengan meminjam mesin Compression dan alat Hammer Test di Lab Kantor BWS
Nusa Tenggara I dapat menghasilkan hasil uji untuk mengetahui hubungan antara
kuat tekan batako dan umur batako.

KATA PENGANTAR

ii
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahuwata’ala atas segala
Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga pembuatan Laporan Penelitian yang berjudul
“Mengetahui Hubungan Kuat Tekan Batako Dengan Umur Batako” dapat
terselesaikan dengan baik.
Penyusun menyadari dalam proses penyelesaian Laporan Penelitian banyak
terdapat kekurangan, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai
pihak dan Hidayah dari Allah Subhanahu Wata’ala, kendala-kendala tersebut dapat
diatasi.
Selanjutnya ucapan terima kasih penyusun sampaikan pula kepada Ibu Indira
Laksmi Widuri, SH,LL.M, selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Bahasa Indonesia.
Segenap Dosen dan Karyawan Politeknik Pekerjaan Umum Semarang serta pihak
yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Penelitian ini, yang tidak dapat
penyusun sebutkan satu per satu.
Semoga dokumen Laporan Penelitian ini dapat bemanfaat bagi adik – adik tingkat
Politeknik PUPR Semarang pada khusunya dan pembaca yang budiman pada
umumnya.

Semarang, 7 Januari 2021


Penyusun,

Adji Trimanto
NIM. 201009

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................................i
ABSTRAK………………………………………………………………..………………….ii
KATA PENGANTAR………………………………………………………………..iii
DAFTAR ISI................................................................................................................iv
DAFTAR TABEL…..………………………………………………………………..vi
DAFTAR GAMBAR.………………………………………………………………..vii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1. Latar Belakang Penelitian..........................................................................1
1.2. Rumusan Masalah Penelitian.....................................................................2
1.3. Tujuan Penelitian........................................................................................2
1.4. Hipotesis......................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................3
2.1. Landasan Teori............................................................................................3
BAB III METODE PENELITIAN..............................................................................17
3.1. Persiapan Penelitian..................................................................................17
3.2. Pelaksanaan Penelitian.............................................................................17
3.2.1. Tahap Pengujian........................................................................................18
3.2.2. Pengujian Kuat Tekan Batako Dengan Mesin Compression...............18
3.2.3. Pengujian Kuat Tekan Batako Dengan Alat Hammer Test..................20
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................................22
4.1. Hasil Penelitian.........................................................................................22
4.1.1. Hasil Pengujian Kuat Tekan Batako Dengan Mesin Compression.....22
4.1.2. Hasil Pengujian Kuat Tekan Batako Dengan Alat Hammer Test........23
4.2. Pembahasan...............................................................................................23

iv
4.2.1. Luas Bidang Tekan Batako Dengan Mesin Compression....................23
4.2.2 Kekuatan Tekan Batako Dengan Mesin Compression..........................24
4.2.3. Konversi Kuat Tekan Pada Umur 28 Hari Mesin Compression..........25
4.2.5. Angka Rebound Hammer Test Dengan Alat Hammer Test.................26
4.2.6. Kekuatan Tekan Batako Dengan Alat Hammer Test............................27
4.2.7 Konversi Kuat Tekan Pada Umur 28 Hari dengan Alat Hammer Test 27
4.2.8. Konversi Kuat Tekan Fc ( Mpa) Dengan Alat Hammer Test..............28
BAB V PENUTUP......................................................................................................29
5.1. Kesimpulan...................................................................................................29
5.2. Saran..............................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................31
LAMPIRAN................................................................................................................32

v
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Syarat – Syarat Fisis Batako……………………………………….……...13


Tabel 4.1. Hasil Pengujian Kuat Tekan Batako dengan Mesin Compression…….…22
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Kuat Tekan Batako dengan Alat Hammer Test…………23
Tabel 4.3 Konversi Batako…………………………………………………..………25

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.2 Batako Semen…………………………………………….…………….4

Gambar 2.3 Jenis Semen…………………………………………………………….8

Gambar 2.4 Pasir………………………………...………………………………….10

Gambar 2.5 Air……………………………………………….……………………..13

Gambar 2.6 Skema pengujian kuat tekan batako menggunakan Mesin Compression14

Gambar 2.7 Mesin Compression di Lab Kantor BWS NT 1……………………......15

Gambar 2.8 Alat Hammer Test di Lab Kantor BWS NT 1…………………………16

Gambar 3.1 Pembuatan Design Alat Uji…………………………………………….17

Gambar 3.2 Penimbangan Benda Uji………………………………………….….....18

Gambar 3.3 Proses Penekanan Pengujian Kuat Tekan…………………..………….19

Gambar 3.4 Benda Uji Mengalami Keretakan……………………………………...19

Gambar 3.5 Cara Kerja Hammertest………………………………………………..20

Gambar 3.6 Pengujian Hammertest…………………………………………………20

Gambar 4.1 Gambar Batako…………………………………………………………23

Gambar 4.2 Permukaan Batako…………………...…………………………………23

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Penelitian


Batu bata kosong atau Batako adalah batu bata padatan (concrete brick) yang
terbuat dari beberapa bahan seperti semen, kapur, kericak, dan pasir yang
dicampur lalu ditunggu sampai mengeras. Di Indonesia istilah batako berasal dari
penggunaan material beton yang telah dipakai sejak 100 SM oleh Bangsa Romawi
Kuno. Oleh karena itu di Indonesia tak heran batako sering disamakan dengan
bataton (batu bata beton) dan sekilas mirip dengan paving block yang digunakan
untuk material lantai atau jalan.

Sejarah pengguanaan batako sebagai material penyusun rumah tercatat di


Staten Island, Amerika Serikat pada tahun 1837. Namun produksi massal batako
baru terjadi sekitar tahun 1870an. Pembuatan batako itu sendiri sudah
menggunakan cetakan mesin pada masa itu, sementara di Indonesia batako
dikenal di penghujung 1980an sebagai alternatif untuk batu bata merah.

Pada masa saat ini batako masih tetap digunakan untuk material bahan
bangunan pembuatan dinding rumah sederhana dikarenakan spesifikasi material
batako yang memenuhi kebutuhan, harganya yang terjangkau dan mudah didapat
karena masyarakat Indonesia masih menggunakan dan membuat batako.

Oleh karena itu batako pastinya memiliki kekuatan tekan karena batako
merupakan material bangunan oleh karena itu pada penelitian ini kuat tekan
batako khusunya yang di produksi di Desa Tembelok, Kecamatan Narmada,
Kabupaten Lombok Barat akan diuji salah satunya dengan mesin Compression
dan alat Hammer test untuk mengatahui untuk mengetahui hubungan antara kuat
tekan batako dan umur batako.

1
2. Rumusan Masalah Penelitian

Dengan melihat latar belakang masalah di atas, maka dapat


dirumuskan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana hubungan antara umur batako dan kuat tekan batako?
b. Apakah ada perbedaan dalam percobaan uji kuat tekan batako
mengguanakan mesin Compression dengan alat hammer test?
c. Apakah Batako yang diuji memenuhi nilai Standar Nasional Indonesia
atau tidak?

3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:


d. Mengetahui kekuatan tekan batako yang diuji
e. Mengetahui apakah batako yang diproduksi di Desa Tembelok,
Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat memenuhi
persyaratan atau tidak.

4. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah: “Hubungan antara umur batako dan


kuat batako saling beriringan, ketika umur batako bertambah maka kuat
tekan juga ikut bertambah “

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. LANDASAN TEORI


2.1.1. Batako
Batu bata kosong atau Batako adalah suatu jenis unsur material bangunan
yang dibuat dari bahan utama semen portland, air dan agregat yang dipergunakan
untuk pasangan dinding dan bidang permukaannya harus tidak cacat hal ini
sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI), 03-0349-19891.
Batako terdiri dari dua jenis, yaitu batako jenis berlubang (hallow) dan batako
yang padat (solid). Dari hasil pengetasan terlihat bahwa batako yang jenis solid
lebih padat dan mempunyai kekuatan yang lebih baik. Batako berlubang
mempunyai luas penampang lubang dan isi lubang masing-masing tidak melebihi
5% dari seluruh luas permukaannya. Berdasarkan bahan pembuatannya batako
dapat dikelompokkan ke dalam 2 jenis, yaitu :
1. Batako putih (tras)
Batako putih dibuat dari campuran tras, batu kapur, dan air. Campuran
tersebut dicetak. Tras merupakan jenis tanah berwarna putih/putih kecoklatan
yang berasal dari pelapukan batu-batu gunung berapi. warnanya ada yang putih
dan ada juga yang putih kecoklatan. Umumnya memiliki ukuran panjang 25-3-
cm, tebal 8-10 cm, dan tinggi 14-18 cm.

1
Anonim, “SNI-03-0349-1989.” Deptartemen PUPR, 1989.

3
Gambar 2.1 Batako Putih

(Sumber : www.arafuru.com)

2. Batako semen / batako press


Batako press dibuat dari campuran semen dan pasir atau abu batu. Ada yang
dibuat secara manual (menggunakan tangan), ada juga yang menggunakan mesin.
Perbedaannya dapat dilihat pada kepadatan permukaan batakonya. Umumnya
memiliki ukuran panjang 36 - 40 cm, tebal 8 -10 cm, dan tinggi 18 - 20 cm.

Gambar 2.2 Batako Semen

(Sumber : https://www.99.co/blog/indonesia/jenis-batako/)

Batako diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu batako normal dan batako
ringan. Batako normal tergolong batako yang memiliki densitas sekitar 2200-
2400 kg/m3 dan kekuatannya tergantung komposisi campuran beton (mix
design). Sedangkan untuk beton ringan adalah suatu batako yang memiliki
densitas <1800 kg/m3, begitu juga kekuatannya biasanya disesuaikan pada
penggunaan dan pencampuran bahan bakunya (mix design). Jenis batako ringan
ada dua golongan yaitu batako ringan berpori (aeratedconcrete) dan batako
ringan non aerated.2
2
Wijarnako, Wisnu. 2008. Konstruksi bangunan. Http://kontruksi-
wisnuwijanarkoblogspot.com/2008/07/landasan-teoribetonringan-dengan.html). Diakses Januari 2021

4
Batako ringan berpori adalah beton yang dibuat sehingga strukturnya banyak
terdapat pori-pori, beton semacam ini diproduksi dengan bahan batu dari
campuran semen, pasir, gypsum, CaCO3 dan katalis aluminium. Dengan adanya
katalis Al selama menjadi reaksi hidradasi semen akan menimbulkan panas
sehingga timbul gelembung-gelembung yang menghasilkan gas yang
menghasilkan pori-pori yang membuat batako semakin ringan. Berbeda dengan
batako non aerated, pada beton ini akan menjadi ringan dalam pembuatannya
ditambahkan agregat ringan. Banyak kemungkinan agregat ringan yang
digunakan antara lain batu apung (pumice), perlit, serat sintesis, slag baja dan
lain-lain. Pembuatan batako ringan berpori tentunya jauh lebih mahal karena
menggunakan bahan-bahan kimia tambahan dan mekanisme pengontrolan reaksi
cukup sulit.
Dewasa ini penggunaan batako sebagai bahan pembuat dinding lebih dipilih
mengingat batako mempunyai ke lebihan dibanding bahan bangunan lain antara
lain sebagai berikut :
1. Praktis
Mudah pemasangannya dan sangat cepat. Perbandingan dengan bata merah
1:4. Batako padat memiliki 2 ukuran yaitu "satuan utuh" dan "tengahan". Dengan
adanya ukuran tengahan tersebut, pekerja/tukang tidak perlu memotong batako
satuan sendiri. Selain memakan waktu kerja, juga. dapat mempengaruhi
kerapihan bangunan nantinya. Batako juga memiliki 2 jenis, khusus untuk
pondasi (merah) dan khusus untuk dinding (kuning).

2. Cepat
Karena mudah pemasangannya, otomatis cepat waktu dalam pengerjaannya.
Penghematan waktu ar tinya penghematan biaya untuk ongkos tukang. Dengan
batako tersebut bangunan dapat langsung diaci, tanpa pemlesteran terlebih
dahulu. Sehingga kita tidak perlu kehilangan pasir dan semen lebih banyak.

5
Dapat dibayangkan berapa banyak penghematan yang bisa kita lakukan. Kita
sudah mend apatkan suatu bangunan dengan kualitas yang dapat dipertanggung
jawabkan.
3. Kuat
Adukan dengan komposisi yang tepat dengan bahan yang baik, menjadi
jaminan kualitas. Bahan: pasir putih, semen dan puing ditambah pengeras, semua
dengan variasi dan komposisi yang tepat. Komposisi penggunaan semen pada
batako padat merah (khus us pondasi) tidak sama dengan batako padat kuning
(khusus dinding), karena kita sesuaikan dengan fungsinya. Kekuatan batako juga
disebabkan oleh bentuknya, yang dicetak sedemikian rupa sehingga memiliki
daya ikat yang sangat kuat satu dengan yang lainnya. Batako memiliki cekungan
disekelilingnya, yang menghasilkan ikatan/cengkeram sangat kuat.
4. Ekonomis
Menyangkut harga dibandingkan dengan kualitas bangunan. Dinding 1 m x 1
m menggunakan 19 batako, tanpa kita harus kehilangan biaya lebih utk membeli
pasir, se men dan ongkos tukang lebih banyak, 1 m 3 dapat digunakan untuk
membangun dinding menjadi 11 m2. Penggunaan adukan dapat lebih hemat,
tanpa ada adukan yang harus banyak terbuang karena jatuh ke tanah
(pemlesteran). Karena bentuk dan ukuran tetap, perkiraan jumlah penggunaan
batako dapat lebih mudah diprediksi / perkirakan. Sehingga resiko kelebihan
pembelian batako dapat ditekan.

2.1.2 Bahan Penyusun Batako

Bahan punyusun yang digunakan dalam pembuatan batako terdiri dari semen
portland, pasir dan air dengan perbandingan 1 semen berbanding 9 pasir. Adapun
penjabaran bahan penyusun batako sebagai berikut :

6
1. Semen Portland
Semen Portland adalah semen hidraulis yang dihasilkan dengan cara
menghaluskan klinker yang terdiri dar silikat – silikat kalsium yang bersifat
hidraulis dan bahan tambahan berupa gypsum (SNI, 15-2049-2004). 3

Portland Cement berfungsi sebagai bahan pengikatan organik dengan bantuan


air yang mengeras secara hidrolik. Portland Cement harus memenuhi persyaratan
yang diperlukan dalam SNI 15-0302-2004. Portland Cement inilah yang dapat
menyatukan agregat halus dan kasar sehingga mengeras mejadi beton.4
Komponen – komponen bahan baku Portland Cement yang baik yaitu:

a. Batu kapur (CaO) = 60 – 65 %

b. Pasir Silika ( SiO2) = 17 – 25 %

c. Alumina (Al2O3) = 3 – 8 %

d. Besi (Fe2O3) = 0,5 – 6 %

e. Magnesia (MgO) = 0,5 – 4 %56

f. Sulfur (SO3) = 1 – 2 %

Jenis semen Portland dibagi menjadi lima yaitu :

1. Jenis I yaitu semen Portland untuk penggunaan umum yang tidak


memerlukan

persyaratan – persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis – jenis

lain.

3
SNI. (15-2049-2004). Semen Portalnd. Bandung: Badan Standar Indonesia
4
Tjokrodimuljo, Kardiyono. 1996. Teknologi Beton. Nafiri: Yogyakarta
5

7
2. Jenis II yaitu semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan

ketahanan terhadap sulfat atau kalor hidrasi sedang.

3. Jenis III semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan

tinggi pada tahap permulaan setelah pengikatan terjadi.

4. Jenis IV yaitu semen POrtkabd yang dalam penggunaannya memerlukan

kalor hidrasi rendah.

5. Jenis V yaitu semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan

ketahanan tinggi terhadap sulfat

Gambar 2.3 Jenis Semen

(Sumber : https://www.arsitur.com/2019/04/jenis-portland-cement-yang-
beredar.html)

2. Agregat Halus / Pasir

Agregat halus atau pasir diartikan sebagai butiran mineral yang bentuknya
mendekati bulat dengan ukuran butiran lebih kecil dari 4,75 mm atau lolos
saringan no. 4 standar (ASTM, C33-03-2002). 7

7
ASTM. (C.33-03-2002). Standard Spesification For Concrete Aggregates. USA: Annual Books Of
ASTM Standards.

8
Pasir adalah bahan butiran batuan halus yang berukuran 0,14-5 mm, didapat
dari basil desintegrasi batuan alam (natural sand) atau dengan memecah
(artificial sand). Pasir diperoleh biasanya dari penggalian di dasar sungai, pasir
cocok digunakan untuk pembuatan bata konstruksi. Pasir terbentuk ketika batu-
batu dibawa arus sungai dari sumber air ke muara sungai. Pasir dan kerikil dapat
juga digali dari laut asalkan pengotoran serta garam / khlorida dibersihkan dan
kulit kerang disisihkan.8

Agregat halus (pasir) terdiri dari butiran sebesar 0,14-5 mm, didapat dari hasil
disintegrasi batuan alam (natural sand) atau dapat juga dengan memecahnya
(artifical sand), tergantung dari kondisi pembentukan tempat yang terjadinya.
Pasir alam dapat dibedakan atas : pasir galian, pasir sungai, pasir laut, pasir done
yaitu bukit-bukit pasir yang dibawa ketepi pantai. Pasir merupakan bahan pengisi
yang digunakan dengan semen untuk membuat adukan. Selain itu juga pasir
berpengaruh terhadap sifat tahan susut, keretakan dan kekerasan pada batako atau
produk bahan bangunan campuran semen lainnya.

8
Rahmat, R., Hendriyani, I., & Sa’diyah, R. (2020). Analisis Batako Dengan Campuran Serbuk Kaca
Sebagai Pengganti Pasir. Media Ilmiah Teknik Sipil, 8(2), 88-95.

9
Gambar 2.4 Pasir

(Sumber : https://www.99.co/blog/indonesia/daftar-harga-pasir-bangunan/)

Agregat halus sebagai campuran untuk pembuatan beton bertulang harus


memenuhi syarat–syarat sebagai berikut:

a) Pasir harus terdiri dari butir-butir kasar, tajam dan keras.

b) Pasir harus mempunyai kekerasan yang sama.

c) Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5%, apabila lebih
dari 5% maka agregat tersebut harus dicuci dulu sebelum digunakan. Adapun
yang dimaksud lumpur adalah bagian butir yang melewati ayakan 0,063 mm.

d) Pasir harus tidak boleh mengandung bahan-bahan organik terlalu banyak.

e) Pasir harus tidak mudah terpengaruh oleh perubahan cuaca.

f) Pasir laut tidak boleh digunakan sebagai agregat untuk beton. Pasir yang
digunakan untuk pembuatan batako harus bermutu baik yaitu pasir yang bebas
dari lumpur, tanah liat, zat organik, garam florida dan garam sulfat. Selain itu
juga pasir harus bersifat keras, kekal dan mempunyai susunan butir (gradasi)
yang baik. Sebagai bahan adukan, baik untuk spesi maupun beton, maka
agregat halus harus diperiksa di lapangan.

Hal-hal yang dapat dilakukan dalam pemeriksaan agregat halus di lapangan


adalah:

1. Agregat halus terdiri dari butir-butir tajam dan keras. Butir agregat halus
harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruhpengaruh
cuaca.

10
2. Agregat halus tidak mengandung lumpur lebih dari 5% (ditentukan
terhadap berat kering). Apabila kadar lumpur melampaui 5%, maka agregat
halus harus dicuci.

3. Agregat halus tidak boleh mengandung bahan-bahan organik terlalu


banyak, hal tersebut dapat diamati dari warna agregat halus.

4. Agregat yang berasal dari laut tidak boleh digunakan sebagai agregat halus
untuk semua adukan spesi dan beton. 9 Selain itu juga pasir berpengaruh
terhadap sifat tahan susut, keretakan dan kekerasan pada batako atau produk
bahan bangunan campuran semen lainnya. Pasir yang digunakan untuk
pembuatan batako harus bermutu baik yaitu pasir yang bebas dari lumpur,
tanah liat, zat organik, garam florida dan garam sulfat. Selain itu juga pasir
harus bersifat keras, kekal dan mempunyai susunan butir (gradasi) yang baik.
Selain itu untuk memperoleh pasir dengan gradasi yang baik perlu diadakan
pengujian di laboratorium. Agregat halus terdiri dari butir-butir yang
beranekaragam besarnya dan apabila diayak dengan susunan ayakan yang
telah ditentukan dalam SNI 03-2461-1991,10 harus memenuhi syaratsyarat
sebagai berikut:

a) Sisa diatas ayakan 4 mm, harus minimum 2 % dari berat total

b) Sisa diatas ayakan 1 mm, harus minimum 10 % dari berat total

c) Sisa diatas ayakan 0,22 mm, harus bekisar antara 80 % - 90 % dari berat

3. Air

Air merupakan bahan pembuat batako yang sangan penting naum harganya
paling murah. Air diperlukan untuk bereaksi dengan semen sehingga terjadi

9
Rahman, Muhammad Fathur. 2016. Pengaruh Penambahan Serbuk Kaca Pada Batako Sebagai Bahan
Pembuat Dinding. Medan: Universitas Sumatera Utara.
10
SNI 03-2461-1991, Kekerasan dari agregat kasar: Badan Standar Nasional.

11
reaksi kimia yang menyebabkan pengikatan dan berlangsungnya proses
pengerasan pada batako, serta untuk menjadi bahan pelumas antar butir – butir
agregat agar mudah dikerjakan dan dipadatkan untuk bereaksi dengan semen, air
diperlukan 25% dari berat semen. 11

Dari Standar SK SNI S-04-1989-F ,Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A,


Air sebagai bahan bangunan sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a) Air harus bersih

b) Tidak mengandung lumpur, minyak dan benda melayang, yang dapat


dilihat secara visual. benda-benda tersuspensi ini tidak boleh lebih dari 2 gram
per liter.

c) Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat merusak beton
(asam, zat organik dan sebagainya) lebih dari 15 gram/liter.

d) Tidak mengandung klorida (Cl) lebih dari 0,5 gram /liter12

Gambar 2.5 Air

(Sumber : https://pgsp.big.go.id/air-laut-sumber-air-bersih/)

2.3.1 Kualitas Batako

11
Tjokrodimuljo, K. (1996). Teknologi Beton. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta: Nafiri.

Standar SK SNI S-04-1989-F, Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (Bahan Bangunan Bukan
12

Logam). DPU Yayasan LPMB. Bandung.

12
Berdasarkan SNI 3-0349-1989, bata beton (batako) harus memenuhi syarat -
syarat fisis yang merupakan pendekatan syarat – syarat fisis beton. Syarat-syarat
fisis tersebut dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 2.1 Syarat – Syarat Fisis Batako


Syarat – Syarat Fisis Satuan

1. Kuat Tekan Bruto kg/cm2 100 70 40 25


rata – rata min.

2. Kuat Tekan Bruto kg/cm2 90 65 35 21


masing – masing

3. Penyerapan air rata – kg/cm2 25 35 - -


rata maks

Sumber : Peraturan Bahan Bangunan Indonesia (1982: 10 – 12)13

Pengertian kuat tekan batako dianalogikan dengan kuat tekan beton. Mengacu
pada pada SK SNI M–14–1989–F tentang pengujian kuat tekan beton.

Yang dimaksud kuat tekan beton adalah besarnya beban persatuan luas yang
menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu
dihasilkan oleh mesin tekan. Salah satu cara pengujian kuat tekan yaitu dengan
menggunakan mesin Compression dan alat Hammer Test

1. Mesin Compression

Mesin Compression adalah sebuah alat pengujian untuk menguji suatu


material yang nantinya akan dipergunakan untuk bahan konstruksi seperti
pembuatan jalan, jembatan, bangunan dan lainnya. Cara kerja alat ini adalah
ketika bahan uji dimasukkan ke dalam mesin Compression, lalu mesin ini akan
13
Departemen P.U, SNI 03-0349-1989 Bata Beton untuk Pasangan Dinding, Balitbang,Jakarta, (1989).

13
menekan dari bawah dengan daya hidrolik suatu benda uji dan ditahan oleh
lempengan logam dibagian atasnya sehingga benda uji tetap diam saat ditekan
sampai retak atau hancur. Alat pengujian yang satu ini dapat dipergunakan untuk
material seperti semen, beton, batu –batuan, dan material lainnya seperti metal
dan lainnya.

Gambar 2.6 Skema pengujian kuat tekan batako menggunakan Mesin


Compression

Cara kerja mesin ini adalah menempatkan benda uji di tengah – tengah mesin
lalu gaya dorong muncul dari pergerakan perata beban dari bawah ke atas
menekan benda uji yang ditahan oleh pelat penahan, hal tersebut menyebabkan
benda uji tertahan dan menerima gaya tekan sampai akhirnya benda uji tersebut
retak atau hancur yang berarti telah mencapai gaya tekan maksimalnya.

14
Gambar 2.7 Mesin Compression di Lab Kantor BWS NT 1

2. Alat Hammer Test

Alat Hammer Test sebuah alat pengujian untuk menguji suatu material
bangunan dari permukaannya tanpa merusak material bangunan tersebut. Cara
kerja alat tersebut adalah dengan memberikan impact (tumbukan) pada
permukaan material bangunan dengan menggunakan suatu massa yang diaktifkan
dengan menggunakan energi yang besarnya tertentu. Karena timbul tumbukan
antara massa tersebut dengan permukaan material bangunan, massa tersebut akan
dipantulkan kembali. Jarak pantulan massa yang terukur memberikan indikasi
kekerasan permukaan material bangunan. Adapun proses uji kuat tekan
menggunakan alat Hammer Test adalah sebagai berikut :

1. Letakkan ujung plunger yang terdapat pada ujung alat hammer test pada
titik yang akan ditembak dengan memegang hammer dengan arah tegak lurus
atau miring bidang permukaan beton yang akan ditest.

2. Plunger ditekan secara perlahan - lahan pada titik tembak dengan tetap
menjaga kestabilan arah dari alat hammer. Pada saat ujung plunger akan
lenyap masuk kesarangnya akan terjadi tembakan oleh plunger terhadap
beton, dan tekan tombol yang terdapat dekat pangkal hammer.

3. Lakukan pengetesan terhadap masing-masing titik tembak yang telah


ditetapkan semula dengan cara yang sama.

4. Tarik garis vertikal dari nilai pantul yang dibaca pada grafik 1 yaitu
hubungan antara nilai pantul dengan kekuatan tekan beton yang terdapat pada

15
alat hammer sehingga memotong kurva yang sesuai dengan sudut tembak
hammer.

5. Besar kekuatan tekan beton yang ditest dapat dibaca pada sumbu vertikal
yaitu hasil perpotongan garis horizontal dengan sumbu vertikal.14

Gambar 2.8 Alat Hammer Test di Lab Kantor BWS NT 1

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 PERSIAPAN PENELITIAN

Pelaksaan penelitian dilakukan dengan membeli 3 batako dengan kompoisi


campuran 1 semen berbanding 9 pasir tetapi memiliki umur cetak yang berbeda –
beda di Desa Tembelok, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat, NTB. Lalu
dilanjutkan menguji batako tersebut di Laboratorium Kantor PU BWS Nusa Tenggara
I yang beralamatkan di Jl. Ahmad Yani No. 1, Gerimax Indah, Narmada, Kecamatan
Cakranegara, Kota Mataram, NTB. Pengujian dilanjutkan dengan trial design benda
uji, benda uji dibuat berbentuk balok dengan ukuran 10 x 15 x 25 cm dan meratakan

14
Harjawinata Jefri, 2018. Uji Kekuatan Beton dengan Hammer Test.
http://jharwinata.blogspot.com/2018/10/uji-kekuatan-beton-dengan-hammer-test.html. Diakses
tanggal 7 Jamuaro 2021

16
serata mungkin bagian cekungan atas dan bawah batako menggunakan gerinda.
Perlakuan tersebut diberlakukan untuk ketiga bahan uji.

Gambar 3.1 Pembuatan Design Alat Uji

3.2 PELAKSANAAN PENELETIAN

Penelitian ini dilakukan dengan trial design untuk memenuhi syarat pengujian
kuat tekan mengguanakan mesin compression yaitu harus memiliki permukaan benda
uji yang rata dan maksimal tinggi agar dapat masuk ke dalam mesin compression
yaitu ±26 cm. Dengan bentuk ketiga benda uji yang relatif sama tetapi memiliki umur
batako yang berbeda – beda dapat dilakukan perbandingan perbedaan kuat tekan yang
akan terjadi. Kuat tekan rencana pada ketiga batako tersebut dari terkecil keterbesar
yaitu umur 3, 14 dan 30 hari

3.2.1 Tahap Pengujian

Pada tahap ini dilakukan pengujian batako sesuai umurnya 3, 7, 30 hari.


Pengujian yang dilakukan yaitu pengujian kuat tekan dengan mesin compression dan
alat hammer test

3.2.2 Pengujian Kuat Tekan Batako Dengan Mesin Compression

Pengujian kuat tekan dengan mesin Compression adalah kemampuan batako


untuk menerima gaya tekan dari mesin Compression persatuan luas. Besarnya kuat
tekan dapat dihitung dengan cara membagi beban maksimum pada saaat benda uji

17
hancur dengan luas penampang benda uji mendekati acuan SNI, 03-6825-2002
dengan prosedur pengujian sebagai berikut :

1. Mendesain benda uji dengan ukuran balok 10 x 15 x 25

2. Meratakan permukaan atas bawah benda uji dengan gerinda dengan serata

mungkin karena menjadi bidang tekan mesin compression

3. Menimbang Benda Uji menggunakan timbangan mekanik

Gambar 3.2 Penimbangan Benda Uji

4. Meletekkan benda uji pada mesin uji dengan posisi tegak di mesin

Compression

Gambar 3.3 Proses Penekanan Pengujian Kuat Tekan

18
5. Mengoperasikan mesin hingga didapat pembebanan maksimum saat benda

benda uji mulai retak atau hancur.

Gambar 3.4 Benda Uji Mengalami Keretakan

6. Menghitung nilai kuat tekaan batako dengan membandingkan beban

maksimum dan luas permukaan benda uji.

3.2.3 Pengujian Kuat Tekan Batako Dengan Alat Hammertest

Pengujian kuat tekan dengan alat hammertest adalah kemampuan batako


untuk menerima hentakan gaya dari alat hammertest yang menimbulkan angka
lenting atau angka rebound. Pengujian dengan alat hammertest ini dilakukan setelah
melakukan pengujian kuat tekan batako dengan mesin compression dengan
memanfaatkan sisa batako yang telah retak tetapi masih kokoh dan dapat diuji dengan
alat hammertest. Besarnya kuat tekan dapat dihitung dengan cara menggunakan
persamaan angka rebound yang terbaca di alat hammertest terhadap kuat tekan.
Acuan teknis penggunaan hammertest dapat dilihat di SNI, 03-4430-1997 dengan
prosedur pengujian sebagai berikut :

1. Meletakkan ujung plunger yang terdapat pada ujung alat hammertest

19
pada titik yang akan ditembak dengan memegangnya dengan arah tegak

lurus bidang permukaan batako

Gambar 3.5 Cara Kerja Hammertest Gambar 3.6 Pengujian Hammertest

Sumber : (https://hesa.co.id/uji-kekuatan-beton-dengan-hammer-test/)

2. Plunger ditekan secara perlahan – lahan pada titik tembak dengan tetap

menjaga kestabilan arah dari alat hammertest.

3. Pada saat ujung plunger akan lenyap masuk akan terjadi tembakan oleh

Plunger terhadap batako, dan tombol yang tedapat dekat pangkal alat

hammertest ditekan.

4. Pengetesan dilakukan terhadap 3 batako dengan umur 3, 14 dan 30 hari

dengan titik dan tempat pengujian yang sama.

5. Kemudian data lentingan hasil dianalisa sesuai dengan SNI, 03-4430-1997.

20
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian ini merupakan informasi kekuatan tekan batako khususnya


yang diproduksi di Desa Tembelok, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat
dengan bahan campuran 1 semen berbanding 9 pasir yang dilaksanakan di Lab
Kantor BWS Nusa Tenggara I. Seluruh pengujian telah diusahakan untuk mengikuti
standar pengujian yang terdapat di SNI.

4.1.1 Hasil Pengujian Kuat Tekan Batako Dengan Mesin Compression

21
Hasil pengujian kuat tekan batako dengan mesin compression dapat dilihat
dari tabel berikut :
No Tanggal Tanggal Luas Berat Umur Beban Tegangan Koversi F’c
Cetak Uji Bidang Benda (hari) (KN) (Kg/cm2) Tegangan (Mpa)
Tekan Uji Pada
(cm2) (gram Umur 28
) Hari
(kg/cm2)
1. 14/11/20 17/11/20 145,285 7.282 3 30 21,062 46,752 4,462
2. 3/11/20 17/11/20 144,421 7.194 14 20 14,125 16.051 1,367
3. 17/10/20 17/11/20 143,919 7.555 30 40 28,349 28,349 2,38
Tabel 4.1. Hasil Pengujian Kuat Tekan Batako dengan Mesin Compression

4.1.2 Hasil Pengujian Kuat Tekan Batako Dengan Alat Hammer Test

Hasil pengujian kuat tekan batako dengan mesin compression dapat dilihat
dari tabel berikut :

No Tanggal Tanggal Luas Berat Umur Angka Tegangan Koversi F’c


Cetak Uji Bidang Benda (hari) Rebound (Kg/cm2) Tegangan (Mpa)
Tekan Uji Hammer
(cm2) (gram test Pada
) Umur 28
Hari
(kg/cm2)
1. 14/11/20 17/11/20 142,285 7.282 3 10 16 34,782 2,886
2. 3/11/20 17/11/20 141,421 7.194 14 12 42 47,727 3,961
3. 17/10/20 17/11/20 140,919 7.555 30 16 90 90 7,47
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Kuat Tekan Batako dengan Alat Hammer Test

22
4.2 PEMBAHASAN

4.2.1 Luas Bidang Tekan Batako (cm2) dengan mesin Compression

Batako memiliki ukuran rata – rata seperti berikut :

Panj ang = 10 cm

Le bar = 15 cm

Ting gi = 25 cm

Gambar 4.1 Gambar Batako

Memiliki pendekatan luas bidang tekan


sebagai berikut :

L. Permukaan Batako =
L. Persegi Panjang – L. Segitiga
L. Permukaan Batako = (p x l) – ((a x t)/2)
L. Permukaan Batako = (10 x 15) – ((3,8 x 2,3)/2)
L. Permukaan Batako = 150 – 4,37
L. Permukaan Batako = 145,63 cm2
Gambar 4.2 Permukaan Batako

4.2.2 Kekuatan Tekan Batako (kg/cm2) dengan mesin Compression


Kekuatan tekan atau tegangan adalah kapasitas dari suatu bahan atau struktur
dalam menahan beban yang akan mengurangi ukurannya. Dalam percobaan ini kuat

23
tekan memiliki rumus K = (kn x 102) / A, dengan K = Kuat Tekan, kn = Beban dan A
= Luas permukaan tekan.
Dipercobaan ini Beban (KN) batako yang terbaca di mesin compression ketika
batako telah mencapai kekuatan tekan maksimalnya yang menyebabkan retak atau
hancur sebagai berikut :
 Batako berumur 3 hari memiliki beban 30 KN
 Batako berumur 14 hari memiliki beban 20 KN
 Batako berumur 30 hari memiliki beban 40 KN
Dari data yang terbaca di mesin compression yang merupakan informasi
beban dengan satuan Kilo Newton dapat dicari kuat tekan atau tegangannya
dengan rumus yang ada diatas, maka diperoleh perhitungan kuat tekan batako
sebagai berikut :

 Kuat tekan batako berumur 3 hari =


(kn x 102) / A = (30 x 102) / 145,285 = 21,062 kg/cm2
 Kuat tekan batako berumur 14 hari =
(kn x 102) / A = (20 x 102) / 144,421 = 14,125 kg/cm2
 Kuat tekan batako berumur 30 hari =
(kn x 102) / A = (40 x 102) / 143,919 = 28,349 kg/cm2

4.2.3 Koversi Kuat Tekan Pada Umur 28 Hari (kg/cm2) dengan mesin
Compression
Campuran semen akan mengalami pengerasan secara sempurna setelah 28
hari sehingga pada hari – hari sebelumnya akan mempunyai kuat tekan berbeda yang
untuk mengetahuinya dapat menggunakan acuan rumus tabel konversi umur 3, 7, 14,

24
21 dan 28 hari. Bila umur benda uji telah melebihi dari 28 hari maka tetap
menggunakan perbandingan ke hari 28.

Tabel 4.3 Konversi Batako


Umur Batako (hari) Perbandingan Kuat Tekan
3 0,46
7 0,70

14 0,88
21 0,96
28 1,00

Dari tabel tersebut diketahui perbandingan untuk merubah kuat tekan batako
(kg/cm2) ke konversi tegangan umur 28 hari (kg/cm2) dengan rumus Konversi
Tegangan umur 28 hari = Tegangan (kg/cm2) / Angka Perbandingan. Didapatkan
perhitungan konversi batako sebagai berikut :
 Batako berumur 3 hari = 21,062 / 0,46 = 46,752 kg/cm2
 Batako berumur 14 hari = 14,125 / 0,88 = 16.051 kg/cm2
 Batako berumur 30 hari = 28,349 / 1 = 28,349 kg/cm2

4.2.4 Konversi Kuat Tekan Fc (Mpa) dengan mesin Compression


Mega pascal atau Mpa merupakan satuan umum yang digunakan dalam
bidang struktur. Konversi kuat tekan Fc (Mpa) dapat dicari dengan menggunakan
rumus Fc = K x 0,083 dengan K adalah Konversi tegangan batako pada umur 28
(kg/cm2). Didapatkan perhitungan konversi batako dari kg/cm2 ke Mpa sebagai
berikut :
 Batako berumur 3 hari = 46,752 x 0,083 = 3,880 Mpa

25
 Batako berumur 14 hari = 16,429 x 0,083 = 1,367 Mpa
 Batako berumur 30 hari = 28,674 x 0,083 = 2,379 Mpa

4.2.5 Angka Rebound Hammer Test dengan alat Hammer Test


Angka rebound atau angka lenting hammer test adalah angka yang muncul
dari pengujian kekerasan permukaan yang bekerja berdasarkan prinsip bahwa
rebound massa elastis yang tergantung pada kekerasan permukaan. Ada hubungan
teoretis antara kekuatan material yang diuji dengan angka rebound dari hammer test
dalam batas korelasi empiris yang telah ditetapkan antara sifat - sifat kekuatan dan
juga nomor pantulan. Dalam penelitian ini pengoperasian alat hammer test
menggunakan pendekatan seperti pengoperasian alat hammer test terhadap beton
seperti yang tercantum pada SNI, 03-4430-1997.

Dalam Pengujian ini didapatkan hasil pengujian angka rebound hammer test
sebagai berikut :

 Batako berumur 3 hari menghasilkan angka rebound = 10

 Batako berumur 14 hari menghasilkan angka rebound = 14

 Batako berumur 30 hari menghasilkan angka rebound = 16

4.2.6 Kekuatan Tekan Batako (kg/cm2) dengan alat Hammer Test


Kuat tekan yang dihasilkan dari pengujian menggunakan alat hammer test
didapat dari hubungan antara angka rebound hammer test dengan kuat tekan.
Didapatkan hasil sebagai berikut :
 Batako berumur 3 hari menghasilkan kuat tekan = 16 kg/cm2
 Batako berumur 14 hari menghasilkan kuat tekan = 42 kg/cm2
 Batako berumur 30 hari menghasilkan kuat tekan = 90 kg/cm2

26
4.2.7 Koversi Kuat Tekan Pada Umur 28 Hari (kg/cm2) dengan alat Hammer
Test
Konversi tegangan pada umur 28 hari pada pengujian dengan alat hammer
test sama perhitungannya dengan pengujian batako menggunakan mesin compression,
Sama – sama menggunakan tabel persamaan 28 hari. Didapatkan hasil perhitungan
sebagai berikut :
 Batako berumur 3 hari = 16 / 0,46 = 34,782 kg/cm2
 Batako berumur 14 hari = 42 / 0,88 = 47,727 kg/cm2
 Batako berumur 30 hari = 90 / 1 = 90 kg/cm2

4.2.8 Konversi Kuat Tekan Fc (Mpa) dengan alat Hammer Test


Konversi kuat tekan Fc (Mpa) sama juga dengan konversi Kuat Tekan Fc
(Mpa) di pengujian batako menggunakan mesin compression dapat dicari dengan
menggunakan rumus Fc = K x 0,083 dengan K adalah Konversi tegangan batako pada
umur 28 (kg/cm2). Didapatkan perhitungan konversi batako dari kg/cm 2 ke Mpa
sebagai berikut :
 Batako berumur 3 hari = 46,752 x 0,083 = 2,886 Mpa
 Batako berumur 14 hari = 16,429 x 0,083 = 3,961 Mpa
 Batako berumur 30 hari = 28,674 x 0,083 = 7,47 Mpa

27
BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

1. Hubungan yang dapat dilihat antara umur batako dengan kuat tekan batako
adalah semakin tua umur batako maka semakin menguat kekuatan tekannya.
Terbukti dari berbagai penelitian – penelitian yang ada dan hasil pengujian
dengan alat hammer test bahwa semakin mendekati hari ke 28 yaitu proses
maksimal pengerasan campuran batako, kekuatan tekan batako bertambah.
Terbukti ketika batako berumur 3 hari memiliki kuat tekan 16 kg/cm 2 atau
2,886 Mpa, batako berumur 14 hari memiliki kuat tekan 42 kg/cm 2 atau 3,961
Mpa, batako berumur 30 hari memiliki kuat tekan 90 kg/cm2 atau 7,47 Mpa.

2. Dari pengujian mesin compression tidak terjadi seperti teori yang ada,
dikarenakan data hasil dari pengujian mesin compression diidentifikasi
peneliti ada berbagai masalah dan kekurangan ketika penelitian berlangsung,

28
data hasil mesin compression adalah ketika batako berumur 3 hari memiliki
kuat tekan 21,062 kg/cm2 atau 3,880 Mpa, batako berumur 14 hari memiliki
kuat tekan 14,125 kg/cm2 atau 1,367 Mpa, batako berumur 30 hari memiliki
kuat tekan 28,349 kg/cm2 atau 2,379 Mpa.

3. Batako yang diproduksi di Desa Tembelok, Kecamatan Narmada, Kabupaten


Lombok Barat termasuk batako yang memenuhi kriteria untuk dijadikan
bahan bangunan. Terbukti dengan pengujian menggunakan alat Hammer Test
diumur batako yang ke 30 hari mencapai kuat tekan 90 kg/cm 2 hal tersebut
masuk kriteria seperti yang tertera di tabel 2.1 Syarat – Syarat Fisis Batako.

5.2 SARAN

1. Untuk mendesain batako agar sesuai kriteria yang diuji menggunakan mesin
compression harus berhati – hati dalam pembuatannya. Misalnya kriteria
ukuran 10 x 15 x 25 dalam proses mengerinda pastikan memotong batako
harus sehalus mungkin bagian atas dan bawahnya karena akan menjadi bidang
tekan mesin compression. Ketika bidang tekan batako tidak rata atau halus
maka gaya tekan dari mesin compression tidak merata mengenai bidang tekan
batako yang menyebabkan batako cepat retak dan tidak diketahui kekuatan
tekan aslinya.

2. Untuk pemilihan batako usahakan memilih batako yang seragam kualitasnya


walaupun membeli ditempat yang sama bisa ada kemungkinan kualitas
batakonya berbeda.

3. Ketika telah selesai menguji batako menggunakan mesin compression sisa


batako yang telah retak jangan langsung dibuang, karena sisa batako yang
hanya retak tersebut masih bisa digunakan sebagai bahan uji untuk melakukan
pengujian hammer test.

29
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, “SNI-03-0349-1989.” Deptartemen PUPR, 1989.


Wijarnako, Wisnu. 2008. Konstruksi bangunan. Http://kontruksi-
wisnuwijanarkoblogspot.com/2008/07/landasan-teoribetonringan-dengan.html).
Diakses Januari 2021
SNI. (15-2049-2004). Semen Portalnd. Bandung: Badan Standar Indonesia
Tjokrodimuljo, Kardiyono. 1996. Teknologi Beton. Nafiri: Yogyakarta
ASTM. (C.33-03-2002). Standard Spesification For Concrete Aggregates. USA:
Annual Books Of ASTM Standards.
Rahmat, R., Hendriyani, I., & Sa’diyah, R. (2020). Analisis Batako Dengan
Campuran Serbuk Kaca Sebagai Pengganti Pasir. Media Ilmiah Teknik Sipil,
8(2), 88-95.
Rahman, Muhammad Fathur. 2016. Pengaruh Penambahan Serbuk Kaca Pada
Batako Sebagai Bahan Pembuat Dinding. Medan: Universitas Sumatera Utara.
SNI 03-2461-1991, Kekerasan dari agregat kasar: Badan Standar Nasional.
Tjokrodimuljo, K. (1996). Teknologi Beton. Universitas Gajah Mada,
Yogyakarta: Nafiri.
Standar SK SNI S-04-1989-F, Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (Bahan
Bangunan Bukan Logam). DPU Yayasan LPMB. Bandung.

30
Departemen P.U, SNI 03-0349-1989 Bata Beton untuk Pasangan Dinding,
Balitbang,Jakarta, (1989).

Harjawinata Jefri, 2018. Uji Kekuatan Beton dengan Hammer Test.


http://jharwinata.blogspot.com/2018/10/uji-kekuatan-beton-dengan-hammer-
test.html. Diakses tanggal 7 Januari 2021

LAMPIRAN

Formulir Pengujian Kuat Tekan dari Laboraturium BWS NT 1

31
Suasana Laboraturium BWS NT 1

32

Anda mungkin juga menyukai