Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PRAKTIKUM

MATERIAL KONSTRUKSI BETON F’C 24,90

Disusun Oleh :

KELOMPOK 1

1. Ricky Dwi Prakoso (2020510005)


2. Ainul Yakin (2020510009)
3. Dwiky Setiawan (2020510018)
4. Fadhilatu Robby Zaihan (2020510022)
5. Eka Putri Hafia (2020510024)
6. Alfan Djidan Syah Maulana (2020510039)
7. Naila Rahmatika (2020510045)
8. Irman Fajaryansah (2020510051)
9. Andi Wahyudi (2020510089)
10. Djody Febriansyah (2020510097)
11. Andriyanto (2020510104)
12. Mohammad Bairi (2020510110)

UNIVERSITAS MADURA
FAKULTAS TEKNIK
PROGARAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM BETON
2023
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM MATERIAL KONSTRUKSI BETON F’C 24,90


(Disusun untuk memenuhi Tugas mata kuliah Praktikum Beton)

Diperiksa dan disetujui oleh :


Dosen Pengajar

Taurina Jemmy Irwanto, S.T,.M.T.


Tanggal : 8 Januari 2023

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidyah-Nya
penyusun dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Material Konstruksi Beton F’c
24,90. Laporan ini disusun berdasarkan penelitian dari beberapa percobaan
Praktikum Beton yang telah dilakukan.

Pada kesempatan kali ini penyusun menyampaikan ucapan terimakasih


yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang secara sadar dan tidak sadar,
atau secara langsung atau tidak langsung, telah membantu dalam menyusun
laporan ini hingga selesai.

Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih terdapat


banyak kekurangan. Untuk itu penyusun dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar dapat memperbaiki laporan ini. Akhir
kata penyusun berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat.

Pamekasan, 8 Januari 2023

Penyusun

ii
LEMBAR ASISTENSI LAPORAN PRAKTIKUM BETON

Kelompok : 1 (Satu)

Jurusan : Teknik Sipil

Fakultas : Teknik

Dosen Pembimbing : Taurina Jemmy Irwanto, S.T,.M.T.

No Tanggal Revisi Paraf


1 2 3 4

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
LEMBAR ASISTENSI LAPORAN PRAKTIKUM BETON ............................... iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iv
BAB I .......................................................................................................................1
PENDAHULUAN ...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................1
1.2 Tujuan........................................................................................................1
1.3 Manfaat......................................................................................................2
1.4 Ruang Lingkup Praktikum ........................................................................2
1.5 Asal Material .............................................................................................3
BAB II......................................................................................................................4
PENGUJIAN MATERIAL ......................................................................................4
2.1 Pengujian Agregat Kasar...........................................................................4
2.2 Pengujian Agregat Halus.........................................................................11
BAB III ..................................................................................................................19
MIX DESAIN ........................................................................................................19
3.1 Metode.....................................................................................................19
3.2 Perhitungan Mix Desain ..........................................................................19
3.3 Laporan....................................................................................................26
BAB IV ..................................................................................................................28
PEMBUATAN BENDA UJI BETON .................................................................28
4.1 Metode Dasar ..........................................................................................28
4.2 Prosedur...................................................................................................28
BAB V....................................................................................................................31
PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON.................................................................31
5.1 Dasar Teori ..............................................................................................31
BAB VI ..................................................................................................................33
PENUTUP..............................................................................................................33

iv
6.1 Kesimpulan..............................................................................................33
6.2 Saran ........................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................34
LAMPIRAN...........................................................................................................35
_Toc124398573

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada dasarnya beton terdiri dari agregat, semen dan air. Beton dapat
mengandung sejumlah rongga udara yang terperangkap atau dapat juga
rongga udara yang sengaja dimasukkan melalui penambahan bahan tambahan
(kimia).
Beton adalah material konstruksi yang pada saat ini sudah sangat umum
digunakan. Saat ini berbagai bangunan sudah menggunakan material dari
beton. Beton merupakan unsur yang sangat penting, mengingat fungsinya
sebagai salah satu pembentuk struktur yang paling banyak digunakan oleh
masyarakat, karena sistem konstruksi beton mempunyai banyak kelebihan
dibandingkan dengan bahan yang lain.
Penentuan proporsi campuran dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu
dengan metode perkiraan awal volume agregat dan berat atau massa beton
sesuai dengan tabel-tabel yang tersedia dan dengan metode volume absolut
yang didasarkan pada berat jenis nyata yang diperoleh dari hasil pengujian
bahan serta hasil perhitungan agregat gabungan (combined aggregates) yang
dapat ditentukan baik dengan cara analisis maupun grafis.
Beton yang bermutu baik mempunyai beberapa kelebihan diantaranya
mempunyai kuat tekan tinggi, tahan aus dan sebagainya. Beton juga memiliki
beberapa kelemahan diantaranya lemah terhadap kuat tarik, sulit kedap air
dan sebagainya.

1.2 Tujuan

Tujuan dari pelaksanaan praktikum beton ini adalah :

a. Untuk mengetahui kadar air agregat kasar dan halus.

b. Untuk mengetahui kadar lumpur agregat kasar dan halus.

c. Untuk mengetahui analisa saringan beserta zonasi agregat kasar dan

1
halus yang digunakan dalam pembuatan sampel beton.

d. Untuk mengetahui desain campuran yang benar dan tepat.

e. Untuk mengetahui uji kuat tekan beton.

1.3 Manfaat

Berdasarkan tujuan di atas maka penyusun dan pembaca dapat :

a. Mengetahui kadar air agregat kasar dan halus.

b. Mengetahui kadar lumpur agregat kasar dan halus.

c. Mengetahui analisa saringan beserta zonasi agregat kasar dan halus.

d. Mengetahui desain campuran yang benar dan tepat.

e. Mengetahui uji kuat tekan beton.

1.4 Ruang Lingkup Praktikum

a. Jenis praktikum yang dilaksanakan :

1. Uji kadar air.

2. Uji kadar lumpur.

3. Uji analisa saringan.

4. Pembuatan sampel.

5. Uji kuat tekan beton.

b. Jadwal pelaksanaan

1. Uji kadar air : 18 Oktober 2022

2. Uji kadar lumpur : 18 Oktober 2022

3. Uji analisa saringan : 18 Oktober 2022

4. Pembuatan sampel : 4 November 2022

5. Uji kuat tekan beton : 25 November 2022

2
c. Tempat Praktikum

Tempat dilaksanakannya praktikum beton adalah laboratorium Teknik Sipil


di Universitas Madura Fakultas Teknik Prodi Teknik Sipil.

1.5 Asal Material

Material yang digunakan berasal dari:


1. Untuk material agregat kasar berasal dari batu pecah jawa yakni
Pasuruan.
2. Untuk material agregat halus berasal dari Lumajang, Jawa Timur.

3
BAB II
PENGUJIAN MATERIAL

2.1 Pengujian Agregat Kasar

Pengujian ini dilakukan pada 18 Oktober 2022 dengan melakukan uji


kadar air, kadar lumpur serta analisa saringan. Material yang digunakan yakni
batu pecah Pasuruan.

2.1.1 Pengujian Kadar Air


Kadar air adalah kandungan air pada suatu bahan yang dapat
dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berdasarkan berat
kering (dry basis). Kadar air merupakan perbandingan antara berat air
yang dikandung didalam tanah dengan berat total sampel tanah. Kadar
air didalam tanah dinyatakan dalam persen (%). Jumlah air yang dapat
ditahan oleh tanah dinyatakan atas dasar berat atau volume. Dasar
penentuannya adalah pengukuran kehilangan berat atau isi selama
pengeringan.
Pada pengujian ini acuan yang dipakai yaitu SNI 03-1971-1990
tentang Metode Pengujian Kadar Air Agregat Kasar. Adapun alat dan
prosedur dalam pengujian ini adalah sebagai berikut :

A. Peralatan

1) Cawan.

2) Timbangan digital dengan ketelitian 0,01 gram.

3) Oven yang dilengkapi dengan alat pengatur suhu.

4) Talam.

B. Prosedur

1) Timbanglah cawan mengunakan timbangan digital.

2) Tambahkan sampel pada setiap cawan yang sudah


ditimbang secukupnya (dibedakan), kemudian timbang

4
kembali cawan yang sudah berisi material tersebut.

3) Letakkan cawan berisikan material dan sudah di timbang ke


dalam talam kemudian, keringkan sampel yang ada pada
cawan menggunakan oven dengan suhu 105°C selama 24
jam.

4) Agregat kasar yang sudah di oven (dikeringkan selama 24


jam) kemudian timbang kembali menggunakan timbangan
yang sama.

C. Perhitungan

Berat Air = (Berat Talam + Contoh Basah) - (Berat Talam +


Contoh Kering)

Berat Contoh Kering = Berat Air – Berat Talam

Kadar Air ( ) = x 100%

D. Laporan

Tabel 2.1. Kadar air batu pecah Pasuruan

Pemeriksaan Kadar Air


Jenis Bahan : Batu pecah Pasuruan
Tanggal Pengujian : 18 Oktober 2022
Nomor Contoh 1 2
Nomor Talam A B
1 Berat Talam + Contoh Basah (gr) 129,31 132,10
2 Berat Talam + Contoh kering (gr) 128,05 130,89
3 Berat Air (1) - (2) (gr) 1,26 1,21
4 Berat Talam (gr) 45,08 53,78
5 Berat Contoh Kering (2) - (4) (gr) 82,97 77,11
6 Kadar Air (3)/(5)*100 (%) 1,52 1,57
7 kadar air rata-rata (%) 1,54

E. Kesimpulan

Sehingga dapat disimpulkan agregat kasar layak untuk


digunakan dalam campuran beton yang mengacu pada syarat

5
dengan kadar air agregat adalah sebasar 0-3%.

2.1.2 Pengujian Kadar Lumpur

Kadar lumpur adalah seluruh butiran yang lolos saringan No.


200 untuk agregat yang akan digunakan sebagai bahan campuran
beton. Kadar lumpur pada agregat dapat menurunkan kekuatan beton,
karena lumpur dapat menyebabkan proses hidrasi antara semen dan air
menjadi terhambat. Kadar lumpur yang tinggi juga dapat
menyebabkan nilai rangkak pada beton menjadi tinggi.

Pada pengujian ini acuan yang dipakai yaitu SNI 03-4142-


1996 tentang Metode Pengujian Kadar Lumpur Agregat Kasar.
Adapun alat dan prosedur dalam pengujian ini adalah sebagai berikut :

A. Peralatan

1) Talam.

2) Timbangan.

3) Oven yang dilengkapi dengan alat pengatur suhu.

B. Prosedur

1) Letakkan agregat di talam kemudian di timbang.

2) Setelah di timbang cuci sampel tersebut dengan air berulang


kali hingga air terlihat jernih.

3) Material yang sudah di cuci kemudian masukkan dalam oven


dengan suhu 105°C selama 24 jam.

4) Agregat yang sudah di oven (dikeringkan selama 24 jam)


kemudian timbang kembali menggunakan timbangan yang
sama.

C. Perhitungan

Kadar Lumpur = x 100%

6
D. Laporan

Tabel 2.2. Kadar lumpur batu pecah Pasuruan


Pemeriksaan Kadar Lumpur
Jenis Bahan : Batu Pecah Pasuruan
Tgl Pengujian : 18 Oktober 2022
Nomor Contoh Kerikil
Nomor Talam 1
1 Berat Talam + kering oven (W1) (gr) 3230
2 Berat Talam + bersih kering oven (W2) (gr) 3185
3 Kadar Lumpur (W1-W2)/(W1)*100 (%) 1,39

E. Kesimpulan

Dalam pengujian kadar lumpur kerikil (agregat kasar) di


peroleh 1,39% sehingga diperlukan pencucian agregat kasar
sebelum digunakan sebagai campuran beton. Dimana batas kadar
lumpur tidak memenuhi syarat yang mengacu pada SNI 03-4142-
1996 bahwa, batas kadar lumpur agregat kasar tidak boleh lebih
dari 1%.

2.1.3 Pengujian Analisa Saringan

Analisa saringan agregat adalah suatu kegiatan analisis yang


digunakan untuk menentukan persentase berat butiran agregat yang
lolos dalam suatu set saringan, yang angka persentase komulatif
digambarkan pada grafik pembagian butir.

Pada pengujian ini acuan yang dipakai yaitu SNI 03-1969-2008


tentang Metode Pengujian Analisa Saringan. Adapun alat dan prosedur
dalam pengujian ini adalah sebagai berikut :

A. Peralatan

1) Timbangan.

2) Satu set saringan.

No : 2.5”, 1.5”, 1”, ¾”, ½”, 3/8”, No. 4, No. 8, No. 16, No.
30.

7
3) Pan.

4) Sieve shaker machine.

5) Talam.

6) Kuas.

7) Plastik.

B. Prosedur

1)Agregat ditimbang menggunakan timbangan dengan berat 2,5


kg untuk sampel yang akan di uji.

2)Susun satu set saringan dengan meletakkan ukuran saringan


paling besar di tempatkan paling atas.

3)Masukan agregat ke dalam susunan saringan kemudian di ayak


menggunakan alat sieve shaker machine selama 15 menit.

4)Timbang sampel agregat yang tertahan pada masing masing


saringan menggunakan timbangan yang sama.

C. Perhitungan

Persentase Tertahan Ayakan

No. Ayakan = x 100

Persentase Tertahan Komulatif

No. Ayakan = % Tertahan komulatif + % Tertahan Ayakan

Persentase Lolos Komulatif

No. Ayakan = 100% - % Tertahan Komulatif

8
D. Laporan

Tabel 2.3. Analisis ayakan agregat kasar


ANALISIS AYAKAN
(ASTM D 422-72)
Data Pengujian:

Penyaringan
(basah/kering)
Berat contoh kering +
wadah = 2957,18 gr
Berat Wadah = 457,18 gr
Berat contoh kering Ws = 2500 gr

Ukuran Ukuran Berat


Butir Butir Tertahan % Tertahan % Lolos
& No. Kumulatif
(mm) (gram)
Ayakan Ayakan Kumulatif
1 2 3 4 5 6
2.5" 63,50 0 0 100
1.5" 38,10 0 0 100
1" 25,40 24,76 1,09 1,09 98,91
3/4" 19,10 1289,26 56,92 58,01 41,99
1/2" 12,70 895,36 39,53 97,54 2,46
3/8" 9,50 55,76 2,46 100,00 0,00
No. 4 4,76 0,00 100,00 0,00
No. 8 2,38 0,00 100,00 0,00
No. 16 1,190 0,00 100,00 0,00
No. 30 0,590 0,00 100,00 0,00
PAN 0 0,00 100 0,00
TOTAL 2265,14 756,64
MODULUS KEHALUSAN 7,57

9
Grafik 2.1. Analisa butiran agregat kasar

Analisa Butiran
120

100

80

60

40

20

0
10,00 1,00 0,10

Tabel 2.4. Zona agregat kasar


Persen bahan Butir yang lewat ayakan
lubang
Besar Butir Maksimum
ayakan
40 mm 20 mm 10 mm
no. 40 95-100 100 0
no. 20 35-70 95-100 100
no. 10 10-40 25-55 50-85
no. 4.8 0-5 0-10 0-10

Tabel 2.5. Zona Gradasi agregat kasar


Lubang
Batas Min. Hasil Gradasi Batas Maks.
Ayakan
no. 40 100 100 100
no.20 95 98,91 100
no. 4.8 0 0,00 10

10
Grafik 2.2 Zona butiran agregat kasar

120

100

80

60 Hasil
Min
40
Maks
20

0
100 100 10
Axis Title

E. Kesimpulan
Pada tabel diatas, bisa dilihat bahwa hasil pengujian analisa
saringan untuk agregat kasar tergradasi sempurna dan
menghasilkan nilai modulus kehalusan sebesar 7,57 %. Ukuran
material agregat kasar yang paling dominan berukuran 20 mm.
Cara menentukan ukuran agregat kasar diatas yaitu dengan cara
memasukkan data %lolos komulatif terhadap ukuran saringan
sehingga bisa ditentukan ukuran dominan agregat tersebut sesuai
dengan jumlah yang paling banyak.

2.2 Pengujian Agregat Halus

Pengujian ini dilakukan pada 18 Oktober 2022 dengan melakukan uji


kadar air, kadar lumpur serta analisa saringan. Material yang digunakan yakni
pasir alami Lumajang.

2.2.1 Pengujian Kadar Air

Kadar air adalah kandungan air pada suatu bahan yang dapat
dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berdasarkan berat
kering (dry basis). Kadar air merupakan perbandingan antara berat air
yang dikandung didalam tanah dengan berat total sampel tanah. Kadar
air didalam tanah dinyatakan dalam persen (%). Jumlah air yang dapat

11
ditahan oleh tanah dinyatakan atas dasar berat atau volume. Dasar
penentuannya adalah pengukuran kehilangan berat atau isi selama
pengeringan.

Pada pengujian ini acuan yang dipakai yaitu SNI 03-1971-1990


tentang Metode Pengujian Kadar Air Agregat Halus. Adapun alat dan
prosedur dalam pengujian ini adalah sebagai berikut :

A. Peralatan

1) Cawan.

2) Timbangan digital dengan ketelitian 0,01 gram.

3) Oven yang dilengkapi dengan alat pengatur suhu.

4) Talam.

B. Prosedur

1) Timbanglah cawan mengunakan timbangan digital.

2) Tambahkan sampel pada setiap cawan yang sudah ditimbang


secukupnya (dibedakan), kemudian timbang kembali cawan
yang sudah berisi material tersebut.

3) Letakkan cawan berisikan material dan sudah di timbang ke


dalam talam kemudian, keringkan sampel yang ada pada
cawan menggunakan oven dengan suhu 105°C selama 24
jam.

4) Agregat halus yang sudah di oven (dikeringkan selama 24


jam) kemudian timbang kembali menggunakan timbangan
yang sama.

C. Perhitungan

Berat Air = (Berat Talam + Contoh Basah) - (Berat Talam +


Contoh Kering)

Berat Contoh Kering = Berat Air – Berat Talam

12
Kadar Air ( ) = x 100%

D. Laporan

Tabel 2.6. Kadar air Pasir alami Lumajang


Pemeriksaan Kadar Air
Jenis Bahan : Pasir Alami Lumajang
Tanggal Pengujian : 12 Desember 2022
Nomor Contoh 1 2
Nomor Talam A B
1 Berat Talam + contoh Basah (gr) 117,98 123,97
2 Berat Talam + contoh kering (gr) 116,24 121,45
3 Berat Air (1) - (2) (gr) 1,74 2,52
4 Berat talam (gr) 52,30 39,10
5 Berat Contoh Kering (2) - (4) (gr) 63,94 82,35
6 Kadar Air (3)/(5)*100 (%) 2,72 3,06
7 kadar air rata-rata (%) 2,89
E. Kesimpulan

Sehingga dapat disimpulkan agregat kasar layak untuk


digunakan dalam campuran beton yang mengacu pada syarat
ASTM dengan kadar air agregat adalah sebasar 0-3%.

2.2.2 Pengujian Kadar Lumpur


Kadar lumpur adalah seluruh butiran yang lolos saringan No.
200 untuk agregat yang akan digunakan sebagai bahan campuran
beton. Kadar lumpur pada agregat dapat menurunkan kekuatan beton,
karena lumpur dapat menyebabkan proses hidrasi antara semen dan air
menjadi terhambat. Kadar lumpur yang tinggi juga dapat
menyebabkan nilai rangkak pada beton menjadi tinggi.

Pada pengujian ini acuan yang dipakai yaitu SNI 03-4142-1996


tentang Metode Pengujian Kadar Lumpur Agregat Kasar. Adapun
alat dan prosedur dalam pengujian ini adalah sebagai berikut :

A. Peralatan

1) Talam.

2) Timbangan.

13
3) Oven yang dilengkapi dengan alat pengatur suhu.
B. Prosedur
1) Letakkan agregat di talam kemudian di timbang.
2) Setelah di timbang cuci sampel tersebut dengan air berulang
kali hingga air terlihat jernih.

3) Material yang sudah di cuci kemudian masukkan dalam


oven dengan suhu 105°C selama 24 jam.

4) Agregat yang sudah di oven (dikeringkan selama 24 jam)


kemudian timbang kembali menggunakan timbangan yang
sama.

C. Perhitungan

Kadar Lumpur = x 100%

D. Laporan

Tabel 2.7. Kadar lumpur pasir Lumajang


Pemeriksaan Kadar Lumpur
Jenis Bahan : Pasir Lumajang
Tgl Pengujian : 12 Desember 2022
Nomor Contoh Pasir
Nomor Talam 1
1 Berat Talam + kering oven (W1) (gr) 1750
2 Berat Talam + bersih kering oven (W2) (gr) 1680
3 Kadar Lumpur (W1-W2)/(W1)*100 (%) 4

E. Kesimpulan

Dalam pengujian kadar lumpur pasir (agregat halus) diperoleh


4% sehingga layak (memenuhi syarat) dan dapat digunakan
dalam campuran beton yang mengacu pada SNI 03-4142-1996
bahwa batas izin kadar lumpur agregat halus 6%. Sedangkan,

2.2.3 Pengujian Analisa Saringan

Analisa saringan agregat adalah suatu kegiatan analisis yang


digunakan untuk menentukan persentase berat butiran agregat yang

14
lolos dalam suatu set saringan, yang angka persentase komulatif
digambarkan pada grafik pembagian butir.

Pada pengujian ini acuan yang dipakai yaitu SNI 03-1969-2008


tentang Metode Pengujian Analisa Saringan. Adapun alat dan
prosedur dalam pengujian ini adalah sebagai berikut :

A. Peralatan

1) Timbangan.

2) Satu set saringan.

No : ¾”, ½”, 3/8”, No. 4, No. 8, No. 16, No. 30, No. 50,
No. 100, No. 200.

3) Pan.

4) Sieve shaker machine.

5) Talam.

6) Kuas.

7) Plastik.

B. Prosedur

1) Agregat ditimbang menggunakan timbangan dengan berat 2,5


kg untuk sampel yang akan di uji.

2) Susun satu set saringan dengan meletakkan ukuran saringan


paling besar di tempatkan paling atas.

3) Masukan agregat ke dalam susunan saringan kemudian di


ayak menggunakan alat sieve shaker machine selama 15 menit.

4) Timbang sampel agregat yang tertahan pada masing masing


saringan menggunakan timbangan yang sama.

C. Perhitungan

Persentase Tertahan Ayakan

15
No. Ayakan = x 100

Persentase Tertahan Komulatif


No. Ayakan = % Tertahan komulatif + % Tertahan Ayakan
Persentase Lolos Komulatif
No. Ayakan = 100% - % Tertahan Komulatif

D. Laporan

Tabel 2.8. Analisis ayakan agregat halus


ANALISIS AYAKAN
(ASTM D 422-72)
Data Pengujian:

Penyaringan
(basah/kering)
Berat contoh kering +
wadah = 2957,18 gr
Berat Wadah = 457,18 gr
Berat contoh kering Ws = 2500 gr

Ukuran Ukuran Berat


Butir Butir Tertahan % Tertahan % Lolos
& No. Kumulatif
(mm) (gram)
Ayakan Ayakan Kumulatif
1 2 3 4 5 6
3/4" 19,05 0,00 0 100
1/2" 12,70 1,83 0,07 0,07 99,93
3/8" 9,50 11,03 0,45 0,52 99,48
No. 4 4,75 110,15 4,45 4,97 95,03
No. 8 2,36 140,05 5,65 10,62 89,38
No. 16 1,19 308,79 12,47 23,08 76,92
No. 30 0,60 642,39 25,93 49,02 50,98
No. 50 0,30 1244,26 50,23 99,24 0,76
No. 100 0,150 18,71 0,76 100,00 0,00
No. 200 0,075 0,00 100,00 0,00
PAN 0 0,00 100,00 0,00
TOTAL 2477,21 487,52
MODULUS KEHALUSAN 4,87

16
Grafik 2.3. Analisa butiran agregat halus

Analisa Butiran
120

100
Persentase Lolos (%)
80

60

40

20

0
1 0,1 0,01
Diameter Saringan (mm)

Tabel 2.9. Zona agregat halus


lubang Persen bahan butir yang lewat ayakan
ayakan Daerah I Daerah II Daerah III Daerah IV
10 100 100 100 100
4.8 90-100 90-100 90-100 95-100
2.4 60-95 75-100 85-100 95-100
1.2 30-70 55-90 75-100 90-100
0.6 15-34 35-59 60-79 80-100
0.3 05-20 08-30 08-30 15-50
0.15 0-10 0-10 0-10 0-15

Tabel 2.10. Hasil zona gradasi agregat halus


ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS
Lubang Ayakan Min Hasil Max
No. 4 90,00 95,03 100,00
No. 8 75,00 89,38 100,00
No. 16 55,00 76,92 90,00
No. 30 35,00 50,98 59,00
No. 100 0,00 0,00 10,00

17
Grafik 2.4. Zona agregat halus

120,00

100,00

80,00
Hasil
60,00
Min
40,00 Max

20,00

0,00
No. 4 No. 8 No. 16 No. 30 No. 100

E. Kesimpulan
Pada tabel diatas, bisa dilihat bahwa hasil pengujian analisa
saringan untuk agregat kasar tergradasi sempurna dan
menghasilkan nilai modulus kehalusan sebesar 4,87%. Ukuran
material agregat kasar yang paling dominan di daerah II. Cara
menentukan ukuran agregat kasar diatas yaitu dengan cara
memasukkan data %lolos komulatif terhadap ukuran saringan
sehingga bisa ditentukan ukuran dominan agregat tersebut sesuai
dengan jumlah yang paling banyak.

18
BAB III
MIX DESAIN

3.1 Metode

Perencanaan mix design beton adalah mempersiapkan benda uji untuk


pengujian kuat tekan beton dan mendapatkan jumlah ukuran perbandingan
yang sesuai antara semen, agregat kasar, agregat halus, dan air. Rancangan
adukan beton juga memiliki maksud memperoleh beton yang tepat dengan
bahan dasar yang tersedia. Metode perhitungan yang digunakan dalam
perencanaan campuran beton adalah metode SNI 03-2834-2000.

3.2 Perhitungan Mix Desain

Adapun tahapan yang dilakukan dalam perencanaan campura beton adalah


sebagai berikut ini :
1. Menetapkan kuat tekan beton (f’c) pada umur 28 hari

Kuat tekan beton yang direncanakan pada umur 28 hari adalah 24,90
MPa.

2. Menetapkan nilai deviasi standar (S)

Tabel 3.1. Nilai deviasi standar


Tingkat Pengendalian Mutu
Sd (Mpa)
Pekerjaan
Memuaskan 2,8
Sangat Baik 3,5
Baik 4,2
Cukup 5,6
Jelek 7
Tanpa Kendali 8,4

Deviasi standar dihitung berdasarkan volume pembetonan yang akan


dibuat dan mutu pekerjaan. Nilai deviasi standar yang digunakan
dalam perencanaan campuran ini sebesar 5,6 Mpa yaitu tingkat
pengendalian mutu pekerjaan jelek karena belum mempunyai

19
pengalaman sebelumnya.
3. Menghitung nilai tambah
Nilai tambah dapat dihitung menggunakan persamaan 3.3, adapun
hasilnya sebagai berikut ini.
M = 1,64 x 5,6 = 9,2 MPa
4. Menghitung kuat tekan beton rata-rata yang ditargetkan (f’cr)
menggunakan persamaan 3.4, maka
f’cr = f’c + M
= 24,90 + 9,2
f’cr = 34,1 MPa
5. Jenis semen yang telah ditetapkan adalah semen portland komposit
yang penggunaannya tidak memakai persyaratan khusus, jadi sama
seperti semen tipe 1.
6. Jenis agregat halus yang digunakan yaitu alami, menggunakan pasir
Lumajang. Sedangkan agregat kasar yang digunakan batu pecah
Pasuruan.
7. Menentukan nilai faktor air semen dengan cara menggunakan grafik
“hubungan antara kuat tekan rata-rata dan faktor air semen berdasarkan
umur benda uji dan jenis semen” sebagai berikut ini.
a. Perkiraan kekuatan tekan dari tabel dapat diketahui dari jenis
semen, jenis agregat, bentuk benda uji yang digunakan dan umur
beton pada kekuatan tekan.
b.
Tabel 3.2. Perkiraan kekuatan tekan (MPa) beton dengan faktor air semen 0,5 dan
agregat kasar yang biasa dipakai di Indonesia
Kekuatan Tekan (MPa)
Pada Umur (hari) Bentuk
Jenis Semen Jenis Agregat Kasar
3 7 28 91 Benda
Uji
Semen Portland Batu tidak dipecahkan 17 23 33 40
Silinder
Tipe 1 19 27 45
Batu pecah 37
Semen Tahan Batu tidak dipecahkan 20 28 40 48 Kubus
Sulfat Tipe II, V Batu pecah 23 32 45 54
Batu tidak dipecahkan 21 28 38 44 Silinder
Semen Portland Batu pecah 25 33 44 48
Tipe III Batu tidak dipecahkan 25 31 46 53 Kubus
Batu pecah 30 40 53 60

20
Dari tabel diatas didapatkan kekuatan tekannya yaitu sebesar 37 MPa.
c. Setelah itu, lihat pada grafik yaitu tentang hubungan antara kuat
tekan rata-rata dan faktor air semen dengan benda uji berbentuk
silinder.
d. Buat garis tegak lurus ke atas melalui faktor air semen 0,5 sampai
memotong kurva dengan warna merah, selanjutnya buat garis lurus
ke kanan dari angka kuat tekan 37 MPa sampai garis tersebut
menyentuh garis warna merah.

e. Lalu buat garis lengkung melalui titik perpotongan dari sub. Butir b
secara proporsional.
f. Kemudian buat garis lurus ke kanan dari angka fcr sebesar 34,1
MPa sampai menyentuh garis lengkung (kurva baru) yang sudah
dibuat atau ditentukan dari sub butir c, diatas .
g. Selanjutnya buat garis lurus ke bawah melalui titik perpotongan
tersebut. Kemudian dari garis tersebut didapatkan nilai fas sebesar
0,52 dan selengkapnya dapat dilihat pada grafik dibawah.

21
Gambar 3.1. Grafik Hubungan antara kuat tekan rata-rata dan faktor air semen
(beda uji silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm)
8. Menentukan nilai faktor air semen maksmimum
Setelah ditentukan nilai fas dari gambar diatas, kemudian dilanjutkan
dengan menentukan faktor air semen (fas) maksimum yang dapat
ditentukan dari tabel di bawah ini .
Tabel 3.3. Persyaratan FAS dan jumlah semen minimum untuk berbagai pembetonan dan
lingkungan khusus
Jenis Pembetonan Jumlah Semen Nilai fas
Minimum per m3 beton Maksimum
(Kg)
Beton di dalam ruang bangunan
a. Keadaan keliling non- 275 0,6
korosif 325 0,52
b. Keadaan keliling korosif
disebabkan oleh kondensasi
atau uap korosif
Beton di luar ruangan bangunan

22
a. Tidak terlindung dari hujan 325 0,6
dan terik matahari langsung
b. Terlindung dari hujan dan 275 0,6
terik matahari langsung
Beton masuk ke dalam tanah
a. Mengalami keadaan basah 325 0,55
dan kering berganti-ganti
b. Mendapat pengaruh sulfat Tabel
dan alkali dari tanah
Beton yang kontinu berhubungan Tabel
dengan air tawar dan air laut

9. Menetapkan nilai slump


Tinggi slump perencanaan yang ditetapkan adalah sebesar 75-150 mm.
10. Menetapkan ukuran besar butir agregat maksmimum
Ukuran besar butir agregat maksimum yang digunakan yaitu sebesar
20 mm.
11. Menetapkan nilai kadar air bebas
Kadar air bebas dapat ditentukan dengan menggunakan data ukuran
agregat maksimum, jenis batuan, dan slump rencana. Setelah
didapatkan hasil perkiraan kebutuhan air per meter kubik beton,
kemudian jumlah kebutuhan air dapat dihitung.

Tabel 3.4. Perkiraan kebutuhan air permeter kubik beton


Ukuran
Slump (mm)
Maksimum Jenis Batuan
Agregat 0 – 10 10 – 30 30 – 60 60 – 180
Batu tak
150 180 205 225
10 dipecahkan
Batu pecah 180 205 230 250
Batu tak
135 160 180 195
20 dipecahkan
Batu pecah 170 190 210 225
Batu tak
115 140 160 175
40 dipecahkan
Batu pecah 155 175 190 205

W = x Wh + x Wk

= x (195+10) + x (225+10)

= 215

23
Ditambah 10 jika suhu diatas 20°C

12. Menghitung kebutuhan semen

Wsemen =

= ,
= 413,46 kg

13. Kebutuhan semen portland minimum = 325 kg/m3 untuk beton di luar
bangunan keadaan tidak terlindung dari hujan dan terik matahari
langsung.
14. Digunakan kebutuhan semen portland = 413 kg
15. Faktor air semen yang disesuaikan, dalam hal ini dapat diabaikan
karena syarat minimum jumlah semen sudah terpenuhi.
16. Daerah gradasi agregat halus = Daerah II (Zona 2).
17. Menentukan persentase agregat halus dan kasar
Persentase jumlah agregat ditentukan oleh besar ukuran maksimum
agregat kasar, nilai slump, faktor air semen, dan daerah gradasi
agregat halus. Untuk menentukan persentase jumlah agregat halus
dapat dilihat pada ukuran butir maksimum yang digunakan yaitu 20
mm dan slump yang digunakan adalah sebesar 60-180 mm. Selain itu,
digunakan gradasi daerah nomor 2 yang dihasilkan dari pengujian
modulus halus butir agregat halus.
a. Tarik garis tegak lurus ke atas melalui faktor air semen yang sudah
didapatkan sebelumnya sebesar 0,52 sampai memotong kurva
bagian atas pada daerah gradasi no 2.
b. Kemudian dari titik perpotongan batas lengkung kurva atas dan
batas lengkung kurva bawah pada daerah gradasi nomor 2, ditarik
garis mendatar ke kiri sampai memotong sumbu tegak.
c. Dari penarikan garis atas dan garis bawah tersebut didapatkan
angka yaitu sebesar 37 dan 47.

24
Gambar 3.2 Persen pasir terhadap kadar total agregat yang dianjurkan untuk ukuran
butir maksimum 20 mm

%AH =

= 42 %

18. Berat jenis agregat campuran = 2,7 untuk agregat dipecah.


19. Berat jenis beton = 2380 kg/m3

Gambar 3.3. Perkiraan berat isi beton basah yang telah selesai dipadatkan

20. Kebutuhan agregat = Berat jenis beton – Keb. air – Keb. Semen

= 2380 -215 – 413,46

= 1715,5 kg

25
21. Kebutuhan agregat halus = % berat agregat halus × Kebutuhan agregat

= 42% × 1715,5 = 735,6 kg

22. Kebutuhan agregat kasar = Kebutuhan agregat – Keb. agregat halus

= 1715,5 – 735,6 kg

= 1015,9 kg

3.3 Laporan

Beton untuk struktur : Kolom


Kuat tekan yang disyaratkan : K-300 (F’c 24,90)
Jenis semen : Gresik. PC
Jenis kerikil : Batu Pecah (Jawa)
Ukuran kerikil maksimum : 20 mm
Nilai slump : 75-150 mm
Tabel 3.5. Formula perancangan adukan beton
No Uraian Sat Nilai Rencana
1 Kuat tekan yang disyaratkan pada umur 28 hari MPa 24,90
2 Deviasi standart (Sd) MPa 5,6
3 Nilai tambah (m) MPa 9,2
4 Kuat tekan rata-rata yang direncanakan (f'cr) MPa 34,1
5 Jenis semen (biasa/cepat Mengeras) Tipe I (PC)
6 Jenis agregat kasar (alami/batu pecah) Batu Pecah (Jawa)
jenis agregat halus (alami/pecahan) Alami (Pasirian)
7 Faktor air semen 0,52
8 Faktor air semen maksimum 0,6
dipakai faktor air semen yang rendah 0,52
9 Nilai slam cm 6,0-18,0
10 Ukuran Maksimum agregat kasar mm 20 mm
11 Kebutuhan air lt 215
12 Kebutuhan semen portland kg 413,46
13 Kebutuhan semen portland minimum kg 325
14 dipakai kebutuhan semen portland kg 413,46
15 Penyesuaian jumlah air atau fas lt 215
16 Daerah gradasi agregat halus Zona 2
17 Persen Berat agregat halus thd. Campuran % 42%
18 Berat jenis agregat campuran 2,7

26
19 Berat jenis beton kg/m3 2380
20 Kebutuhan Agregat kg 1751,5
21 Kebutuhan agregat halus kg 735,6
22 kebutuhan agregat kasar kg 1015,9
Kesimpulan :
Agregat Agregat
Volume Berat Total Air Semen
Halus Kasar
1 m3 2380 215 413,46 735,6 1015,9
1 adukan (3 Sampel) 37,84 3,42 6,57 11,70 16,15
1 Adukan 1 Zak semen 230,25 20,80 40,00 71,17 98,28
Campuran :

Bahan
semen (Pc) 1
pasir (Ps) 1,8
Kerikil (Kr) 2,46

27
BAB IV
PEMBUATAN BENDA UJI BETON

4.1 Metode Dasar

Tujuan dasar dari perencanaan mix design beton adalah mempersiapkan


benda uji untuk pengujian kuat tekan beton dan mendapatkan jumlah ukuran
perbandingan yang sesuai antara semen, agregat kasar, agregat halus, dan air.
Rancangan adukan beton juga memiliki maksud memperoleh beton yang
tepat dengan bahan dasar yang tersedia.

4.1.1 Bahan
1. Semen Portlannd Tipe 1
2. Kerikil (batu pecah)
3. Pasir (pasir alami)
4. Air.
4.1.2 Alat

Adapun peralatan yang digunakan dalam pembuatan benda uji


beton antara lain:

1. Timbangan
2. Cetakan berbentuk silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30
cm
3. Tongkat pemadat terbuat dari baja bersih dan bebas karat.
4. Satu set alat pemeriksaan slump (kerucut terpancung)
5. Mesin pengaduk campuran beton (Molen)
6. Peralatan tambahan: Ember, sendok perata, cawan, alat pengukur
air.

4.2 Prosedur

1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan

28
2. Timbang semua bahan campuran beton, mulai dari semen, pasir, dan
kerikil)
3. Ukur banyaknya air yang dibutuhkan
4. Setelah bahan sudah siap, masukkan bahan campuran beton kedalam
mesin pengaduk beton (molen)
5. Selama proses pengadukan berlangsung, siapkan alat uji slump sembari
menunggu campuran beton tercampur sempurna
6. Beri pelumas pada cetakan beton silinder agar tidak lengket
7. Setelah proses pengadukan selesai, lakukan uji slump sebelum sebelum
beton dimasukkan kedalam cetakan silinder, dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Bersihkan dan keringkan satu set alat uji slump, lalu setelah kering
beri pelumas pada kerucut abram juga pada alasnya agar tidak
lengket
b. Kerucut abram harus ditahan secara kokoh di tempat selama
pengisian oleh penguji yang berdiri diatas bagian injakan
c. Isi kerucut abram dengan campuran beton yang sudah diaduk. Isi
dalam 3 lapis, setiap lapis kira-kira sepertiga dari volume cetakan.
d. Padatkan setiap lapisan dengan kira-kira 25 tusukan menggunakan
batang pemadat. Sebarkan penusukan secara merata di atas
permukaan setiap lapisan. Untuk lapisan bawah membutuhkan
penusukan secara miring. Padatkan seluruh lapisannya hingga bagian
dalamnya
e. Setelah lapisan atas selesai dipadatkan, ratakan permukaan beton
pada bagian atas cetakan dengan cara menggelindingkan batang
penusuk di atasnya
f. Lepaskan segera kerucut abram dari campuran beton dengan cara
mengangkat dalam arah vertikal secara hati-hati. Angkat cetakan
dalam waktu ± 2-5 detik. Selesaikan seluruh pekerjaan pengujian
dari awal pengisian hingga pelepasang cetakan tanpa gangguan,
dalam waktu tidak lebih dari 2,5 menit

29
g. Setelah beton menunjukkan penurusan pada permukaan, ukur segera
slump dengan menentukan perbedaan vertikal antara bagian atas
cetakan dengan bagian pusat permukaan atas beton.
8. Jika uji slump sudah dilakukan, maka waktunya untuk memasukkan
campuran beton tadi kedalam cetakan dengan tiga lapis, tiap lapis
padatkan 25 kali
9. Jika cetakan sudah terisi penuh, maka ratakan permukaan pada cetakan
dan beri kode agar sampel tidak tertukar
10. Tunggu hingga beton mengeras perkiraan 24 jam
11. Setelah 24 jam, lepaskan beton pada cetakan
12. Lalu masukkan beton pada tempat curing
13. Angkat beton dari tempat curing 1 hari sebelum pengujian kuat beton
dilakukan
14. Setelah itu, beton siap diuji.

30
BAB V
PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON

5.1 Dasar Teori

Beton adalah bagian dari konstruksi yang dibuat dari campuran beberapa
material sehingga mutunya akan banyak tergantung dari kondisi material
pembentuk ataupun pada proses pembuatannya. Untuk itu, kualitas bahan dan
proses pelaksanaannya harus dikendalikan agar dicapai hasil yang optimal.
Berikut ini akan diuraiakan sebuah cara tes kuat tekan beton. Per-cobaan ini
bertujuan untuk menentukan kekuatan tekan beton berbentuk silinder yang
dibuat dan dirawat (cured) di laboratorium, dengan prosedur antara lan:

1. Alat
a. Timbangan
b. Mesin peguji kuat tekan beton
2. Prosedur Pengujian
a. Ambil benda uji dari tempat perawatan 3 (tiga) hari sebelum
dilakukan pengujian kuat beton
b. Timbang benda uji 1, 2, dan 3 secara bergantian lalu catat hasilnya
c. Setelah ditimbang, letakkan benda uji pada mesin tekan secara
sentries
d. Jalankan mesin uji tekan. Tekanan harus dinaikkan berangsur-
angsur dengan kecepatan berkisar antara 4 kg/cm2 – 6 kg/cm2
perdetik
e. Lakukan pembebanan sampai benda uji hancur dan catat beban
maksimum hancur yang terjadi selama pemeriksaan benda uji
f. Lakukan langkah 3-5 untuk pengujian sampel 2 dan 3.
3. Perhitungan
Dari nilai dial dikalikan dengan 101,987 lalu hasilnya dibagi
dengan luas penampang benda uji. Kemudian, konversi waktu kuat

31
tekan 21 hari dihasilkan dari nilai kuat tekan sebelum dikonversi lalu
dibagi dengan 0,95.
4. Laporan

Dari pelaksanaan uji kuat tekan beton, didapat hasil pengujian yang
disajikan dalam tabel dibawah ini.

Gambar 5.1. Hasil uji tekan beton 21 hari


Hasil Uji Tekan

Nama Berat Luas Benda Tanggal Tanggal Pembacaa Kuat Tekan Konversi Kuat Tekan Kuat Tkan Konversi Tegangan
No Usia Sampel
Benda Uji Sampel Uji Pembuatan Pengujian n Dial (fc) Waktu (f'c) 28 hari f'b Kubus Rata-rata fcr'
(gr) (cm2) (Hari) (kN) (kg/cm2) (Mpa) (kg/cm2) (kg/cm2)
1 12700 176,625 04/11/2022 25/11/2022 21 400 230,97 0,95 23,83 243,12 287,17
2 K-300 12700 176,625 04/11/2022 25/11/2022 21 410 236,74 0,95 24,42 249,20 294,35 293,16
3 12800 176,625 04/11/2022 25/11/2022 21 415 239,63 0,95 24,72 252,24 297,94

5. Kesimpulan
Dan bisa dilihat bahwa hasil pengujian kuat tekan beton rata-rata
sebesar 293,16 kg/cm2 yang dimana berarti tidak sesuai dengan mutu
rencana sebesar K-300.

32
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Dari hasil percobaan rencana campuran (Mix Design) harus dikorelasikan


dengan hasil uji tekan yang telah dilakukan, sebab kita dapat mengetahui
apakah rencana campuran beton dengan mutu K-300 hasil praktikum kami
sudah memenuhi syarat atau tidak. Dan hasil penelitian kami menunjukkan
bahwa beton hasil buatan yang kami rencanakan tidak memenuhi syarat mutu
beton K-300, hal ini sangat kami yakinkan disebabkan karena kurangnya
sampel pembuatan akibat serapan agregat kasar sehingga sampel tidak cukup
dalam 1 adonan. Serta penambahan jumlah material pada waktu pencampuran
material beton (mix design) disaat itu juga karna kurangnya adonan. Jadi
untuk mendapatkan hasil beton mutu K-300 dengan benda uji berbentuk
silinder dan tinggi slump ± 211 cm.

6.2 Saran

Jika ingin melakukan penelitian ataupun pengujian biasakanlah untuk


membaca refrensi atau pedoman yang suda diberikan dosen. Selalu
laksanakan praktikum sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan atau
metode yang sudah pernah dilakukan dan dibenarkan adanya. Jika memiliki
inisiatif baru, tetaplah dalam pengawasan atapun bimbingan dosen, karna jika
anda bertindak sendiri itu akan memancing hal-hal yang mungkin tidak
diinginkan.

33
DAFTAR PUSTAKA

https://www.klopmart.com/article/detail/rumus-campuran-beton
https://www.ilmubeton.com/2017/11/pengaruh-kadar-lumpur-pada-agregat.html
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132256207/pendidikan/sni-03-2834-2000.pdf
https://pdfcoffee.com/bab-i-laporan-praktikum-beton-pdf-free.html

https://www.academia.edu/38769594/KADAR_AIR_rev

https://www.academia.edu/4671705/Laporan_Praktikum_Beton

34
LAMPIRAN

Foto Kegiatan Praktikum:

Pengambilan agregat kasar di daerah Mengayak agregat halus yang akan


Camplong, Sampang digunakan untuk pembuatan sampel
beton dengan saringan no. 4

Mengayak agregat kasar dengan no


ayakan sesuai hasil analisa saringan

Pencucian agregat

35
Penimbangan agregat yang Pengolesan Solar pada mold cetakan
dibutuhkan untuk pembutaan sampel sampel beton

Slump Test Memasukkan adonan beton kedalam


cetakan mold

Pembukaan cetakan mold dari sampel Perendaman sampel beton


beton

36
Pengangkatan sampel beton yang Penimbangan sampel beton sebelum
direndam dilakukan uji tekan

Uji tekan beton Sesi konsultasi praktikum beton

37

Anda mungkin juga menyukai