Disusun Oleh :
KELOMPOK 1
UNIVERSITAS MADURA
FAKULTAS TEKNIK
PROGARAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM BETON
2023
LEMBAR PENGESAHAN
i
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidyah-Nya
penyusun dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Material Konstruksi Beton F’c
24,90. Laporan ini disusun berdasarkan penelitian dari beberapa percobaan
Praktikum Beton yang telah dilakukan.
Penyusun
ii
LEMBAR ASISTENSI LAPORAN PRAKTIKUM BETON
Kelompok : 1 (Satu)
Fakultas : Teknik
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
LEMBAR ASISTENSI LAPORAN PRAKTIKUM BETON ............................... iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iv
BAB I .......................................................................................................................1
PENDAHULUAN ...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................1
1.2 Tujuan........................................................................................................1
1.3 Manfaat......................................................................................................2
1.4 Ruang Lingkup Praktikum ........................................................................2
1.5 Asal Material .............................................................................................3
BAB II......................................................................................................................4
PENGUJIAN MATERIAL ......................................................................................4
2.1 Pengujian Agregat Kasar...........................................................................4
2.2 Pengujian Agregat Halus.........................................................................11
BAB III ..................................................................................................................19
MIX DESAIN ........................................................................................................19
3.1 Metode.....................................................................................................19
3.2 Perhitungan Mix Desain ..........................................................................19
3.3 Laporan....................................................................................................26
BAB IV ..................................................................................................................28
PEMBUATAN BENDA UJI BETON .................................................................28
4.1 Metode Dasar ..........................................................................................28
4.2 Prosedur...................................................................................................28
BAB V....................................................................................................................31
PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON.................................................................31
5.1 Dasar Teori ..............................................................................................31
BAB VI ..................................................................................................................33
PENUTUP..............................................................................................................33
iv
6.1 Kesimpulan..............................................................................................33
6.2 Saran ........................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................34
LAMPIRAN...........................................................................................................35
_Toc124398573
v
BAB I
PENDAHULUAN
Pada dasarnya beton terdiri dari agregat, semen dan air. Beton dapat
mengandung sejumlah rongga udara yang terperangkap atau dapat juga
rongga udara yang sengaja dimasukkan melalui penambahan bahan tambahan
(kimia).
Beton adalah material konstruksi yang pada saat ini sudah sangat umum
digunakan. Saat ini berbagai bangunan sudah menggunakan material dari
beton. Beton merupakan unsur yang sangat penting, mengingat fungsinya
sebagai salah satu pembentuk struktur yang paling banyak digunakan oleh
masyarakat, karena sistem konstruksi beton mempunyai banyak kelebihan
dibandingkan dengan bahan yang lain.
Penentuan proporsi campuran dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu
dengan metode perkiraan awal volume agregat dan berat atau massa beton
sesuai dengan tabel-tabel yang tersedia dan dengan metode volume absolut
yang didasarkan pada berat jenis nyata yang diperoleh dari hasil pengujian
bahan serta hasil perhitungan agregat gabungan (combined aggregates) yang
dapat ditentukan baik dengan cara analisis maupun grafis.
Beton yang bermutu baik mempunyai beberapa kelebihan diantaranya
mempunyai kuat tekan tinggi, tahan aus dan sebagainya. Beton juga memiliki
beberapa kelemahan diantaranya lemah terhadap kuat tarik, sulit kedap air
dan sebagainya.
1.2 Tujuan
1
halus yang digunakan dalam pembuatan sampel beton.
1.3 Manfaat
4. Pembuatan sampel.
b. Jadwal pelaksanaan
2
c. Tempat Praktikum
3
BAB II
PENGUJIAN MATERIAL
A. Peralatan
1) Cawan.
4) Talam.
B. Prosedur
4
kembali cawan yang sudah berisi material tersebut.
C. Perhitungan
D. Laporan
E. Kesimpulan
5
dengan kadar air agregat adalah sebasar 0-3%.
A. Peralatan
1) Talam.
2) Timbangan.
B. Prosedur
C. Perhitungan
6
D. Laporan
E. Kesimpulan
A. Peralatan
1) Timbangan.
No : 2.5”, 1.5”, 1”, ¾”, ½”, 3/8”, No. 4, No. 8, No. 16, No.
30.
7
3) Pan.
5) Talam.
6) Kuas.
7) Plastik.
B. Prosedur
C. Perhitungan
8
D. Laporan
Penyaringan
(basah/kering)
Berat contoh kering +
wadah = 2957,18 gr
Berat Wadah = 457,18 gr
Berat contoh kering Ws = 2500 gr
9
Grafik 2.1. Analisa butiran agregat kasar
Analisa Butiran
120
100
80
60
40
20
0
10,00 1,00 0,10
10
Grafik 2.2 Zona butiran agregat kasar
120
100
80
60 Hasil
Min
40
Maks
20
0
100 100 10
Axis Title
E. Kesimpulan
Pada tabel diatas, bisa dilihat bahwa hasil pengujian analisa
saringan untuk agregat kasar tergradasi sempurna dan
menghasilkan nilai modulus kehalusan sebesar 7,57 %. Ukuran
material agregat kasar yang paling dominan berukuran 20 mm.
Cara menentukan ukuran agregat kasar diatas yaitu dengan cara
memasukkan data %lolos komulatif terhadap ukuran saringan
sehingga bisa ditentukan ukuran dominan agregat tersebut sesuai
dengan jumlah yang paling banyak.
Kadar air adalah kandungan air pada suatu bahan yang dapat
dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berdasarkan berat
kering (dry basis). Kadar air merupakan perbandingan antara berat air
yang dikandung didalam tanah dengan berat total sampel tanah. Kadar
air didalam tanah dinyatakan dalam persen (%). Jumlah air yang dapat
11
ditahan oleh tanah dinyatakan atas dasar berat atau volume. Dasar
penentuannya adalah pengukuran kehilangan berat atau isi selama
pengeringan.
A. Peralatan
1) Cawan.
4) Talam.
B. Prosedur
C. Perhitungan
12
Kadar Air ( ) = x 100%
D. Laporan
A. Peralatan
1) Talam.
2) Timbangan.
13
3) Oven yang dilengkapi dengan alat pengatur suhu.
B. Prosedur
1) Letakkan agregat di talam kemudian di timbang.
2) Setelah di timbang cuci sampel tersebut dengan air berulang
kali hingga air terlihat jernih.
C. Perhitungan
D. Laporan
E. Kesimpulan
14
lolos dalam suatu set saringan, yang angka persentase komulatif
digambarkan pada grafik pembagian butir.
A. Peralatan
1) Timbangan.
No : ¾”, ½”, 3/8”, No. 4, No. 8, No. 16, No. 30, No. 50,
No. 100, No. 200.
3) Pan.
5) Talam.
6) Kuas.
7) Plastik.
B. Prosedur
C. Perhitungan
15
No. Ayakan = x 100
D. Laporan
Penyaringan
(basah/kering)
Berat contoh kering +
wadah = 2957,18 gr
Berat Wadah = 457,18 gr
Berat contoh kering Ws = 2500 gr
16
Grafik 2.3. Analisa butiran agregat halus
Analisa Butiran
120
100
Persentase Lolos (%)
80
60
40
20
0
1 0,1 0,01
Diameter Saringan (mm)
17
Grafik 2.4. Zona agregat halus
120,00
100,00
80,00
Hasil
60,00
Min
40,00 Max
20,00
0,00
No. 4 No. 8 No. 16 No. 30 No. 100
E. Kesimpulan
Pada tabel diatas, bisa dilihat bahwa hasil pengujian analisa
saringan untuk agregat kasar tergradasi sempurna dan
menghasilkan nilai modulus kehalusan sebesar 4,87%. Ukuran
material agregat kasar yang paling dominan di daerah II. Cara
menentukan ukuran agregat kasar diatas yaitu dengan cara
memasukkan data %lolos komulatif terhadap ukuran saringan
sehingga bisa ditentukan ukuran dominan agregat tersebut sesuai
dengan jumlah yang paling banyak.
18
BAB III
MIX DESAIN
3.1 Metode
Kuat tekan beton yang direncanakan pada umur 28 hari adalah 24,90
MPa.
19
pengalaman sebelumnya.
3. Menghitung nilai tambah
Nilai tambah dapat dihitung menggunakan persamaan 3.3, adapun
hasilnya sebagai berikut ini.
M = 1,64 x 5,6 = 9,2 MPa
4. Menghitung kuat tekan beton rata-rata yang ditargetkan (f’cr)
menggunakan persamaan 3.4, maka
f’cr = f’c + M
= 24,90 + 9,2
f’cr = 34,1 MPa
5. Jenis semen yang telah ditetapkan adalah semen portland komposit
yang penggunaannya tidak memakai persyaratan khusus, jadi sama
seperti semen tipe 1.
6. Jenis agregat halus yang digunakan yaitu alami, menggunakan pasir
Lumajang. Sedangkan agregat kasar yang digunakan batu pecah
Pasuruan.
7. Menentukan nilai faktor air semen dengan cara menggunakan grafik
“hubungan antara kuat tekan rata-rata dan faktor air semen berdasarkan
umur benda uji dan jenis semen” sebagai berikut ini.
a. Perkiraan kekuatan tekan dari tabel dapat diketahui dari jenis
semen, jenis agregat, bentuk benda uji yang digunakan dan umur
beton pada kekuatan tekan.
b.
Tabel 3.2. Perkiraan kekuatan tekan (MPa) beton dengan faktor air semen 0,5 dan
agregat kasar yang biasa dipakai di Indonesia
Kekuatan Tekan (MPa)
Pada Umur (hari) Bentuk
Jenis Semen Jenis Agregat Kasar
3 7 28 91 Benda
Uji
Semen Portland Batu tidak dipecahkan 17 23 33 40
Silinder
Tipe 1 19 27 45
Batu pecah 37
Semen Tahan Batu tidak dipecahkan 20 28 40 48 Kubus
Sulfat Tipe II, V Batu pecah 23 32 45 54
Batu tidak dipecahkan 21 28 38 44 Silinder
Semen Portland Batu pecah 25 33 44 48
Tipe III Batu tidak dipecahkan 25 31 46 53 Kubus
Batu pecah 30 40 53 60
20
Dari tabel diatas didapatkan kekuatan tekannya yaitu sebesar 37 MPa.
c. Setelah itu, lihat pada grafik yaitu tentang hubungan antara kuat
tekan rata-rata dan faktor air semen dengan benda uji berbentuk
silinder.
d. Buat garis tegak lurus ke atas melalui faktor air semen 0,5 sampai
memotong kurva dengan warna merah, selanjutnya buat garis lurus
ke kanan dari angka kuat tekan 37 MPa sampai garis tersebut
menyentuh garis warna merah.
e. Lalu buat garis lengkung melalui titik perpotongan dari sub. Butir b
secara proporsional.
f. Kemudian buat garis lurus ke kanan dari angka fcr sebesar 34,1
MPa sampai menyentuh garis lengkung (kurva baru) yang sudah
dibuat atau ditentukan dari sub butir c, diatas .
g. Selanjutnya buat garis lurus ke bawah melalui titik perpotongan
tersebut. Kemudian dari garis tersebut didapatkan nilai fas sebesar
0,52 dan selengkapnya dapat dilihat pada grafik dibawah.
21
Gambar 3.1. Grafik Hubungan antara kuat tekan rata-rata dan faktor air semen
(beda uji silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm)
8. Menentukan nilai faktor air semen maksmimum
Setelah ditentukan nilai fas dari gambar diatas, kemudian dilanjutkan
dengan menentukan faktor air semen (fas) maksimum yang dapat
ditentukan dari tabel di bawah ini .
Tabel 3.3. Persyaratan FAS dan jumlah semen minimum untuk berbagai pembetonan dan
lingkungan khusus
Jenis Pembetonan Jumlah Semen Nilai fas
Minimum per m3 beton Maksimum
(Kg)
Beton di dalam ruang bangunan
a. Keadaan keliling non- 275 0,6
korosif 325 0,52
b. Keadaan keliling korosif
disebabkan oleh kondensasi
atau uap korosif
Beton di luar ruangan bangunan
22
a. Tidak terlindung dari hujan 325 0,6
dan terik matahari langsung
b. Terlindung dari hujan dan 275 0,6
terik matahari langsung
Beton masuk ke dalam tanah
a. Mengalami keadaan basah 325 0,55
dan kering berganti-ganti
b. Mendapat pengaruh sulfat Tabel
dan alkali dari tanah
Beton yang kontinu berhubungan Tabel
dengan air tawar dan air laut
W = x Wh + x Wk
= x (195+10) + x (225+10)
= 215
23
Ditambah 10 jika suhu diatas 20°C
Wsemen =
= ,
= 413,46 kg
13. Kebutuhan semen portland minimum = 325 kg/m3 untuk beton di luar
bangunan keadaan tidak terlindung dari hujan dan terik matahari
langsung.
14. Digunakan kebutuhan semen portland = 413 kg
15. Faktor air semen yang disesuaikan, dalam hal ini dapat diabaikan
karena syarat minimum jumlah semen sudah terpenuhi.
16. Daerah gradasi agregat halus = Daerah II (Zona 2).
17. Menentukan persentase agregat halus dan kasar
Persentase jumlah agregat ditentukan oleh besar ukuran maksimum
agregat kasar, nilai slump, faktor air semen, dan daerah gradasi
agregat halus. Untuk menentukan persentase jumlah agregat halus
dapat dilihat pada ukuran butir maksimum yang digunakan yaitu 20
mm dan slump yang digunakan adalah sebesar 60-180 mm. Selain itu,
digunakan gradasi daerah nomor 2 yang dihasilkan dari pengujian
modulus halus butir agregat halus.
a. Tarik garis tegak lurus ke atas melalui faktor air semen yang sudah
didapatkan sebelumnya sebesar 0,52 sampai memotong kurva
bagian atas pada daerah gradasi no 2.
b. Kemudian dari titik perpotongan batas lengkung kurva atas dan
batas lengkung kurva bawah pada daerah gradasi nomor 2, ditarik
garis mendatar ke kiri sampai memotong sumbu tegak.
c. Dari penarikan garis atas dan garis bawah tersebut didapatkan
angka yaitu sebesar 37 dan 47.
24
Gambar 3.2 Persen pasir terhadap kadar total agregat yang dianjurkan untuk ukuran
butir maksimum 20 mm
%AH =
= 42 %
Gambar 3.3. Perkiraan berat isi beton basah yang telah selesai dipadatkan
20. Kebutuhan agregat = Berat jenis beton – Keb. air – Keb. Semen
= 1715,5 kg
25
21. Kebutuhan agregat halus = % berat agregat halus × Kebutuhan agregat
= 1715,5 – 735,6 kg
= 1015,9 kg
3.3 Laporan
26
19 Berat jenis beton kg/m3 2380
20 Kebutuhan Agregat kg 1751,5
21 Kebutuhan agregat halus kg 735,6
22 kebutuhan agregat kasar kg 1015,9
Kesimpulan :
Agregat Agregat
Volume Berat Total Air Semen
Halus Kasar
1 m3 2380 215 413,46 735,6 1015,9
1 adukan (3 Sampel) 37,84 3,42 6,57 11,70 16,15
1 Adukan 1 Zak semen 230,25 20,80 40,00 71,17 98,28
Campuran :
Bahan
semen (Pc) 1
pasir (Ps) 1,8
Kerikil (Kr) 2,46
27
BAB IV
PEMBUATAN BENDA UJI BETON
4.1.1 Bahan
1. Semen Portlannd Tipe 1
2. Kerikil (batu pecah)
3. Pasir (pasir alami)
4. Air.
4.1.2 Alat
1. Timbangan
2. Cetakan berbentuk silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30
cm
3. Tongkat pemadat terbuat dari baja bersih dan bebas karat.
4. Satu set alat pemeriksaan slump (kerucut terpancung)
5. Mesin pengaduk campuran beton (Molen)
6. Peralatan tambahan: Ember, sendok perata, cawan, alat pengukur
air.
4.2 Prosedur
28
2. Timbang semua bahan campuran beton, mulai dari semen, pasir, dan
kerikil)
3. Ukur banyaknya air yang dibutuhkan
4. Setelah bahan sudah siap, masukkan bahan campuran beton kedalam
mesin pengaduk beton (molen)
5. Selama proses pengadukan berlangsung, siapkan alat uji slump sembari
menunggu campuran beton tercampur sempurna
6. Beri pelumas pada cetakan beton silinder agar tidak lengket
7. Setelah proses pengadukan selesai, lakukan uji slump sebelum sebelum
beton dimasukkan kedalam cetakan silinder, dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Bersihkan dan keringkan satu set alat uji slump, lalu setelah kering
beri pelumas pada kerucut abram juga pada alasnya agar tidak
lengket
b. Kerucut abram harus ditahan secara kokoh di tempat selama
pengisian oleh penguji yang berdiri diatas bagian injakan
c. Isi kerucut abram dengan campuran beton yang sudah diaduk. Isi
dalam 3 lapis, setiap lapis kira-kira sepertiga dari volume cetakan.
d. Padatkan setiap lapisan dengan kira-kira 25 tusukan menggunakan
batang pemadat. Sebarkan penusukan secara merata di atas
permukaan setiap lapisan. Untuk lapisan bawah membutuhkan
penusukan secara miring. Padatkan seluruh lapisannya hingga bagian
dalamnya
e. Setelah lapisan atas selesai dipadatkan, ratakan permukaan beton
pada bagian atas cetakan dengan cara menggelindingkan batang
penusuk di atasnya
f. Lepaskan segera kerucut abram dari campuran beton dengan cara
mengangkat dalam arah vertikal secara hati-hati. Angkat cetakan
dalam waktu ± 2-5 detik. Selesaikan seluruh pekerjaan pengujian
dari awal pengisian hingga pelepasang cetakan tanpa gangguan,
dalam waktu tidak lebih dari 2,5 menit
29
g. Setelah beton menunjukkan penurusan pada permukaan, ukur segera
slump dengan menentukan perbedaan vertikal antara bagian atas
cetakan dengan bagian pusat permukaan atas beton.
8. Jika uji slump sudah dilakukan, maka waktunya untuk memasukkan
campuran beton tadi kedalam cetakan dengan tiga lapis, tiap lapis
padatkan 25 kali
9. Jika cetakan sudah terisi penuh, maka ratakan permukaan pada cetakan
dan beri kode agar sampel tidak tertukar
10. Tunggu hingga beton mengeras perkiraan 24 jam
11. Setelah 24 jam, lepaskan beton pada cetakan
12. Lalu masukkan beton pada tempat curing
13. Angkat beton dari tempat curing 1 hari sebelum pengujian kuat beton
dilakukan
14. Setelah itu, beton siap diuji.
30
BAB V
PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON
Beton adalah bagian dari konstruksi yang dibuat dari campuran beberapa
material sehingga mutunya akan banyak tergantung dari kondisi material
pembentuk ataupun pada proses pembuatannya. Untuk itu, kualitas bahan dan
proses pelaksanaannya harus dikendalikan agar dicapai hasil yang optimal.
Berikut ini akan diuraiakan sebuah cara tes kuat tekan beton. Per-cobaan ini
bertujuan untuk menentukan kekuatan tekan beton berbentuk silinder yang
dibuat dan dirawat (cured) di laboratorium, dengan prosedur antara lan:
1. Alat
a. Timbangan
b. Mesin peguji kuat tekan beton
2. Prosedur Pengujian
a. Ambil benda uji dari tempat perawatan 3 (tiga) hari sebelum
dilakukan pengujian kuat beton
b. Timbang benda uji 1, 2, dan 3 secara bergantian lalu catat hasilnya
c. Setelah ditimbang, letakkan benda uji pada mesin tekan secara
sentries
d. Jalankan mesin uji tekan. Tekanan harus dinaikkan berangsur-
angsur dengan kecepatan berkisar antara 4 kg/cm2 – 6 kg/cm2
perdetik
e. Lakukan pembebanan sampai benda uji hancur dan catat beban
maksimum hancur yang terjadi selama pemeriksaan benda uji
f. Lakukan langkah 3-5 untuk pengujian sampel 2 dan 3.
3. Perhitungan
Dari nilai dial dikalikan dengan 101,987 lalu hasilnya dibagi
dengan luas penampang benda uji. Kemudian, konversi waktu kuat
31
tekan 21 hari dihasilkan dari nilai kuat tekan sebelum dikonversi lalu
dibagi dengan 0,95.
4. Laporan
Dari pelaksanaan uji kuat tekan beton, didapat hasil pengujian yang
disajikan dalam tabel dibawah ini.
Nama Berat Luas Benda Tanggal Tanggal Pembacaa Kuat Tekan Konversi Kuat Tekan Kuat Tkan Konversi Tegangan
No Usia Sampel
Benda Uji Sampel Uji Pembuatan Pengujian n Dial (fc) Waktu (f'c) 28 hari f'b Kubus Rata-rata fcr'
(gr) (cm2) (Hari) (kN) (kg/cm2) (Mpa) (kg/cm2) (kg/cm2)
1 12700 176,625 04/11/2022 25/11/2022 21 400 230,97 0,95 23,83 243,12 287,17
2 K-300 12700 176,625 04/11/2022 25/11/2022 21 410 236,74 0,95 24,42 249,20 294,35 293,16
3 12800 176,625 04/11/2022 25/11/2022 21 415 239,63 0,95 24,72 252,24 297,94
5. Kesimpulan
Dan bisa dilihat bahwa hasil pengujian kuat tekan beton rata-rata
sebesar 293,16 kg/cm2 yang dimana berarti tidak sesuai dengan mutu
rencana sebesar K-300.
32
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
33
DAFTAR PUSTAKA
https://www.klopmart.com/article/detail/rumus-campuran-beton
https://www.ilmubeton.com/2017/11/pengaruh-kadar-lumpur-pada-agregat.html
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132256207/pendidikan/sni-03-2834-2000.pdf
https://pdfcoffee.com/bab-i-laporan-praktikum-beton-pdf-free.html
https://www.academia.edu/38769594/KADAR_AIR_rev
https://www.academia.edu/4671705/Laporan_Praktikum_Beton
34
LAMPIRAN
Pencucian agregat
35
Penimbangan agregat yang Pengolesan Solar pada mold cetakan
dibutuhkan untuk pembutaan sampel sampel beton
36
Pengangkatan sampel beton yang Penimbangan sampel beton sebelum
direndam dilakukan uji tekan
37