Disusun Oleh:
Widhi Utomo M. (03111740000018)
Bima Wira Kumara C. (03111740000056)
Senopati Ingalogo (03111740000083)
M. Ilham Najmudin (03111740000128)
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmatnya kami dapat
menyelesaikan Laporan Praktikum Beton mata kuliah Teknologi Beton dan Bahan Bangunan ini dengan
baik. Harapan kami dengan adanya praktikum ini, kami sebagai mahasiswa Teknik Sipil ITS
mendapatkan pengetahuan dan pemahaman yang lebih mendalam tentang proses pembuatan beton.
Pada kesempatan ini pula, kami ingin mengucapkan kepada pihak-pihak yang telah banyak
membantu kami dalam menyelesaikan laporan ini, antara lain:
1. Bapak Harun Al Rasyid, ST., MT., Ph.D sebagai dosen pengajar mata kuliah Teknologi Beton dan Bahan
Bangunan
2. Bapak Dwi Prasetya, ST., MT., M.Sc sebagai dosen pengajar mata kuliah Teknologi Beton dan Bahan
Bangunan
3. Bapak Ir. Faimun, M.Sc., Ph.D sebagai dosen asistensi dalam laporan Praktikum Beton
4. Segenap petugas laboratorium beton selaku penyedia sarana dan prasarana serta pembimbing ketika
melaksanakan praktikum beton
5. Semua pihak yang turut membantu sehingga tugas mata kuliah ini dapat terselesaikan dengan baik
Kami menyadari bahwa laporan yang kami buat ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat
khususnya bagi Mahasiswa Teknik Sipil dan bagi masyarakat pada umumnya.
4.1 Metode Pengujian Kondisi dan Analisa Ayakan Pasir (ASTM C33-86) ………………... 43
4.2 Metode Pengujian Analisa Saringan Batu Pecah (ASTM C 136-95A) …………………… 46
BAB 5 Mix Desain Beton Normal ………………………………………………………………….. 50
5.1 Perencanaan Mix Desain Beton (SNI 03-2834-2000) ……………………………………… 50
BAB 6 Pelaksanaan Campuran Beton …………………………………………………………….. 59
6.1 Pembuatan Campuran Beton ( ASTM C 192 – 90a ) ……………………………………… 59
6.2 Percobaan Slump …………………………………………………………………………….. 61
6.3 Percobaan Mencetak Silinder Beton ……………………………………………………….. 64
BAB 7 Evaluasi Mutu Beton ………………………………………………………………………... 65
7.1 Test Kekuatan Tekan Hancur (ASTM C 823 – 75 ) ……………………………………….. 65
BAB 8 Penutup ……………………………………………………………………………………… 72
8.1 Kesimpulan …………………………………………………………………………………... 72
8.2 Saran ………………………………………………………………………………………….. 75
Mulai
Persiapan Peralatan
Pembuatan beton
Pengujian Slump
Selesai
Disamping memiliki banyak kelebihan sebagai bahan bangunan, beton juga memiliki beberapa
kekurangan, seperti:
a. Beton memiliki kuat tarik yang rendah (9% - 15% dari kuat tekan), sehingga mudah retak. Oleh
karena itu perlu diberi baja tulangan untuk mengakomodasi beban tarik.
b. Beton segar dapat mengerut saat pengeringan dan beton keras mengembang jika basah sehingga
dilatasi perlu diadakan pada beton yang panjang / lebar untuk memberi ruang bagi susut
pengerasan dan pengembangan beton.
c. Beton keras mengembang dan menyusut bila terjadi perubahan suhu sehingga perlu dibuat dilatasi
untuk mencegah terjadinya retak-retak akibat perubahan suhu.
d. Beton sulit untuk kedap secara sempurna, sehingga selalu dapat dimasuki air, dan air yang
membawa kandungan garam dapat merusak beton.
e. Beton bersifat getas (tidak daktail) sehingga harus dihitung dan didetail secara seksama agar
setelah dikombinasikan dengan baja tulangan menjadi bersifat daktail, terutama pada struktur
tahan gempa.
f. Beton termasuk material yang mempunyai berat jenis 2400 kg/cm2.
g. Menuntut ketelitian yang tinggi dalam pelaksanaannya.
h. Konstruksi beton itu berat, sehingga jika digunakan pada bangunan harus disediakan pondasi yang
cukup kuat.
Menyadari dari permasalahan diatas, kemungkinan yang dapat dilakukan adalah dengan
perencanaan yang tepat dan sesuai dengan pengontrolan bahan material.
2.3 Bahan – Bahan Penyusun Beton
Faktor – factor yang mempengaruhi kekuatan tekan beton sekaligus mutu beton itu sendiri adalah:
2.3.1 Semen
Semen adalah hidrolik binder (perekat hidrolis) yaitu senyawa yang terkandung di dalam
semen tersebut dapat bereaksi dengan air dan membentuk zat baru yang bersifat sebagai
perekat terhadap batuan. Semen yang digunakan untuk bahan beton adalah semen Portland
atau semen Portland pozzolan. Penggunaan jenis semen disesuaikan dengan kondisi di
lapangan.
Semen Portland
Sesuai dengan klasifikasi yang ditentukan oleh ASTM kita mengenal adanya lima type semen
Portland, yaitu :
1. Semen Portland Type I
Semen Portland standard digunakan untuk semua bangunan beton yang tidak akan
mengalami perubahan cuaca yang drastis atau dibangun dalam lingkungan yang sangat korosif.
E. CARA PENGUJIAN
1. Menyiapkan lima benda uji semen portland masing-masing beratnya 300 gram serta air
suling sebanyak 84 ml, 78 ml, 75 ml, dan 69 ml.
2. Menuangkan 84 ml air suling ke dalam mangkuk pengaduk, kemudian memasukkan
pula secara perlahan-lahan semen Portland sebanyak 300 gr;
3. Mengaduk kedua bahan tadi selama 1 menit hingga tercampur;
4. Membuat bola dari pasta, dengan menggunakan tangan, lalu melemparkan 6 kali dari
tangan kiri ke tangan kanan dan sebaiknya jarak lemparan adalah 15 cm;
5. Memegang bola pasta yang terbentuk di salah satu tangan sedang tangan lainnya
memegang semen Portland. Melalui lubang dasarnya, memasukkan bola pasta ke
dalam cetakan semen Portland sampai terisi penuh dan meratakan kelebihan pasta pada
cincin dengan sekali gerakan telapak tangan;
6. Meletakkan dasar cincin pada pelat kaca, meratakan permukaan atas pasta dengan
sekali gerakan sendok perata dalam posisi miring dan menghaluskan permukaan pasta
dengan ujung sendok perata, tanpa mengadakan tekanan pada pasta;
7. Meletakkan semen Portland yang berisi pasta pada alat vicat, lalu menyentuhkan ujung
batang vicat pada bagian tengah permukaan pasta dan mengencangkan posisi batang
vicat;
8. Meletakkan pembacaan pada skala nol atau catat angka permulaan, dan segera
melepaskan batang vicat sehingga dengan bebas dapat menembus permukaan pasta;
setelah 30 detik, mencatat besarnya penetrasi batang vicat;
9. Mengulangi pekerjaan 2 sampai 8 dengan menggunakan semen Portland baru dan
kadar air yang berlainan ( 84 ml, 75 ml, 78 ml ).
10. Menghitung besarnya nilai konsistensi untuk setiap semen Portland, kemudian
membuat grafik yang menyatakan hubungan antara nilai konsistensi dengan penetrasi;
Konsistensi = Wa / Ws × 100% 28 25 26
G. PERHITUNGAN
Pada tabel di atas, data yang menunjukkan penitrasi sebesar 10 ml memiliki nilai
konsistensi seberar 26%, maka untuk menemukan jumlah air yang di butuhkan agar dapat
mencapai nilai konsistensi normal tersebut, dapat di hitung:
beratair
Konsistensi Normal = 100 %
beratsemen
Jumlah air = (konsistensi normal × berat semen)100
H. REKOMENDASI
Dari pengujian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan:
1. Konsistensi normal yang diperoleh dari pengujian ini sebesar 26%.
2. Untuk mencapai nilai konsistensi normal tersebut, maka dibutuhkan semen seberat
300 gram dengan air sebanyak 78 ml.
Berdasarkan referensi yang ada menurut ASTM C 187-86 yang menyatakan bahwa
untuk semen sebesar 300 gram mempunyai nilai konsistensi normal sebesar 0,25.
Melihat dari hasil pengujian yang dilakukan didapat nilai konsistensi normalnya
sebesar 0.26 dimana melebihi angka 0.25 oleh karena itu semen yang diujikan sudah
sesuai dari syarat yang ada. Namun ada suatu masalah dimana angka penetrasi tidak
berbanding lurus dengan berat air. Hal ini bisa saja disebabkan karena kesalahan dalam
praktik (human error).
4. Sendok perata;
5. Mesin pengaduk yang kecepatan pengaduknya dapat diatur dan dilengkapi dengan
mangkuk pengaduk;
6. Stop watch/pengukur waktu;
Bahan:
1. Semen Portland type I sebanyak 300 gram;
E. CARA PENGUJIAN
1. Menyiapkan benda uji semen portland beratnya 300 gram serta air suling sebanyak 75
ml (diperoleh dari pengujian sebelumnya untuk menentukan kadar air agar mencapai
konsistensi normal);
2. Menuangkan air suling tersebut ke dalam mangkuk pengaduk, kemudian memasukkan
pula secara perlahan-lahan semen Portland sebanyak 300 gr;
3. Mengaduk kedua bahan tadi selama 1 menit hingga tercampur;
4. Membuat bola dari pasta, dengan menggunakan tangan, lalu melemparkan 6 kali dari
tangan kiri ke tangan kanan dan sebaiknya jarak lemparan adalah 15 cm;
5. Memegang bola pasta yang terbentuk di salah satu tangan sedang tangan lainnya
memegang semen Portland. Melalui lubang dasarnya, memasukkan bola pasta ke
dalam cetakan semen Portland sampai terisi penuh dan meratakan kelebihan pasta pada
cincin dengan sekali gerakan telapak tangan;
1 45 40
2 60 40
3 75 40
4 90 37
5 105 34
6 120 30
7 135 24
8 150 24
9 165 21
10 180 4
Penetrasi
NO. Interval Waktu (menit)
(mm)
1 45 40
2 60 40
3 75 40
4 90 40
5 105 40
6 120 38
7 135 36
8 150 30
9 165 26
10 180 24
11 195 21
12 210 7
13 225 0
b. Sampel 2 : 78 ml
3.1.3 METODE PENGUJIAN BERAT JENIS SEMEN PORTLAND (ASTM C188 -95/SNI 15-
2531-1991)
A. MAKSUD
Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dan acuan untuk melakukan pengujian berat
jenis semen portland.
B. TUJUAN
Tujuan metode ini untuk mendapatkan nilai berat jenis semen portland yang digunakan
untuk pengendalian mutu semen.
E. CARA PENGUJIAN
1. Menimbang semen sebanyak 250 gr.
2. Menimbang labu takar sebanyak 500 cc yang telah dibersihkan.
3. Memasukkan semen dengan menggunakan corong kedalam labu takar dan menimbang
beratnya (untuk kontrol).
4. Mengisi labu takar dengan minyak tanah hampir penuh dan labu takar diputar-putar
agar gelembung udaranya keluar.
5. Menambahkan minyak hingga batas kapasitas labu takar, kemudian menimbangnya.
G. KESIMPULAN
Dari data hasil percobaan di atas maka dapat diketahui berat jenis semen adalah 2.92
gr/cm3. Hal ini kurang sesuai dengan spesifikasi umum yang ada bahwa berat jenis semen lebih
dari 3 gr/cm3. Jadi percobaan yang dilakukan berhasil, mungkin dalam percobaan terjadi
kesalahan pembacaan atau kesalahan dalam prosedur . Sehingga hal ini belum sesuai dengan
dengan ASTM C 128-01 bahwa tidak ada batasan untuk berat jenis semen.
3.2 Penyelidikan Bahan Aggregat Halus
Pasir adalah contoh bahan material butiran. Butiran pasirumumnya berukuran antara 0,0625
sampai 2 milimeter. Materi pembentuk pasir adalah silikon dioksida, tetapi di beberapa pantai tropis
dan subtropis umumnya dibentuk dari batu kapur.
B. TUJUAN
Tujuan percobaan adalah untuk memperoleh angka persentase dari kadar air yang
dikandung oleh pasir
.
C. PENGERTIAN
Kadar air pasir adalah perbandingan berat air yang dikandung pasir pada kondisi asli
terhadap berat pasir pada kondisi kering oven.
F. PERHITUNGAN
𝑊3−𝑊5
Kadar air agregat = ×100% ……………(1)
𝑊5
H. REFERENSI
Dari pengujian yang telah dilakukan, maka dapat di ambil kesimpulan kadar air agregat
halus tersebut adalah 2.86 % sehingga tidak memenuhi syarat dari ASTM C 556-97 (2%)
karena agregat halus kadar air asli terkena air hujan sesaat sebelum praktikan melakukan
praktikum. Nilai kadar air tersebut digunakan dalam mencari perbandingan banyaknya
pasir dari kondisi ssd ke dalam kondisi asli.
I. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan didapatkan kadar air agregat halus sebesar 2.86% sehingga data yang
kami tidak memenuhi dari standar ASTM
J. GAMBAR
B. TUJUAN
Tujuan percobaan adalah untuk mendapatkan angka untuk berat jenis curah, berat jenis
permukaan jenuh, berat jenis semu, dan penyerapan air pada pasir.
C. PENGERTIAN
Yang dimaksud dengan:
1. Berat jenis curah adalah perbandingan antara berat pasir kering dan berat air suling
yang isinya sama dengan isi pasirdalam keadaan jenuh pada suhu 25ºC.
2. Berat jenuh kering permukaan adalah perbandingan antara berat pasir kering
permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan isi pasir dalam keadaan
jenuh pada suhu 25ºC.
3. Berat jenis semu adalah perbandingan antara berat pasir kering dan berat air suling
yang isinya sama dengan isi pasir dalam keadaan kering pada suhu 25ºC.
4. Penyerapan adalah perbandingan air yang dapat diserap pori terhadap berat pasir kering
yang dinyatakan dalam persen. Digunakan untuk menghitung perubahan massa dari
pasir.
E. CARA PENGUJIAN
1. Penyiapan untuk kondisi pasir SSD
2. Menyaringpasir hingga airnya tidak ada.
3. Mengeringkan dengan hair dryer atau kipas angin sambil dibolak-balik dengan sendok
untuk mencari kondisi SSD
4. Menempatkan kerucut SSD pada bidang datar yang tidak mengisap air, tahan jangan
sampai goyang.
5. Mengisi kerucut SSD 1/3 tingginya dan rojok 8 kali, isi lagi 1/3 tinggi dan rojok 8 kali,
isi lagi 1/3 tinggi dan rojok 9 kali. Dirojok tiap bagian masing-masing.
6. Meratakan permukaannya dan mengangkat kerucutnya, bila pasir masih berbentuk
kerucut maka pasir belum SSD. Keringkan lagi dan ulangi lagi pengisian dengan
prosedur sebelumnya, bila kerucut diangkat dan pasir gugur tetapi berpuncak maka
pasir sudah dalam keadaan SSD dan siap untuk digunakan dalam percobaan.
7. Menimbang labu takar 1000 cc
8. Menimbang pasir kondisi SSD sebanyak 500 gram, dan memasukkan pasir ke dalam
labu takar dan menimbangnya.
9. Mengisi labu takar yang berisi pasir dengan air bersih hingga penuh.
10. Memegang labu takar yang sudah terisi air dan pasir dengan posisi miring, memutar
kiri dan kanan hingga gelembung-gelembung udara dalam pasir keluar.
11. Sesudah gelembung-gelembung keluar menambahkan air ke dalam labu takar dengan
air sampai dengan batas kapasitas dan timbang.
F. PERHITUNGAN
Dalam metode ini dilakukan perhitungan sebagai berikut:
𝐵𝑘
Berat jenis curah = (𝐵+500−𝐵𝑡) ... (1)
𝐵𝑘
Berat jenis jenuh kering permukaan = ... (2)
(𝐵+500−𝐵𝑡)
𝐵𝑘
Berat jenis semu = ... (3)
(𝐵+𝐵𝑘−𝐵𝑡)
(500−𝐵𝑘)
Penyerapan = 𝑥 100% ... (4)
𝐵𝑘
Keterangan:
Bk = berat benda uji kering oven, dalam gram
B = berat piknometer berisi air, dalam gram
A B Rata-rata Satuan
𝐵𝑘 2,849 2,84 2,8445 t/m3
Berat jenis (Bulk) (𝐵+500−𝐵𝑡)
Berat jenis kering permukaan jenuh 2,85 2,857 2,8535 t/m3
500
(𝐵+500−𝐵𝑡)
𝐵𝑘 2,87 2,88 2,875 t/m3
Berat jenis semu (𝐵+𝐵𝑘−𝐵𝑡)
(500−𝐵𝑘) 0,0028 0,00604 0,00442 %
Penyerapan 𝑥100%
𝐵𝑘
H. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan, didapatkan bahwa:
- Berat jenis (BULK) 2,8445 t/m3
- Berat jenis kering permukaan jenuh 2,8535 t/m3
- Berat jenis semu 2,875 t/m3
- Penyerapan 0,00442%
I. GAMBAR
B. TUJUAN
Menentukan berat volume pasir baik dalam keadaan lepas, dengan rojokan maupun
dengan ketukan.
C. PENGERTIAN
Yang dimaksud dengan berat volume pasir adalah massa suatu pasir tiap satuan volume.
E. CARA PENGUJIAN
Pengujian berat isi dan rongga udara dalam pasir dilakukan sebagai berikut :
1. Kondisi Padat
Kondisi padat dapat dilakukan dengan cara rojok dan cara ketuk :
a. Cara rojok
1. Mengisi penakar sepertiga dari volume penuh dan meratakan dengan batang perata;
2. Merojok lapisan pasir dengan 25 kali rojokan batang perojok;
3. Mengisi lagi sampai volume menjadi dua per tiga penuh kemudian meratakan dan
merojok seperti diatas;
4. Mengisi penakar sampai berlebih dan merojok lagi;
5. Meratakan permukaan pasir dengan batang perata;
6. Menentukan berat penakar dan isinya dan berat penakar itu sendiri;
7. Mencatat beratnya sampai ketelitian 0,05 kg;
8. Menghitung berat isi pasir.
F. PERHITUNGAN
Berat isi
Berat isi sebagai berikut :
1. Agregat dalam keadaan kering oven dihitung menurut rumus berikut:
(G−T)
M= atau M = (G-T)×F
V
Keterangan :
M = Berat isi agregat dalamkondisi kering oven, (kg/m)
G = Berat agregat dan penakar (kg)
T = berat penakar (kg)
V= Volume penakar, dalam m3
F = Faktor penakar (m3)
2. Agregat dalam keadaan kering permukaan dihitung menurut rumus berikut:
MSSD = M[1+(A/100)]…………………………….. (2)
Keterangan :
MSSD = berat isi agregatd dalam kondisi kering dalam (kg/m3)
M = berat ini dalam kondisi kering oven dalam (kg/m3)
A = Absorpsi dalam %
[(𝑆𝑥𝑊) − 𝑀]
𝑥100%
𝑆𝑥𝑊
Keterangan
- Dengan rojokan
[(2,7𝑥0.998) − 1,76]
𝑥100% = 35 %
2,7𝑥0.998
- Dengan ketukan
[(2,7𝑥0.998) − 1.805]
𝑥100% = 33 %
2,7𝑥0.998
- Kondisi gembur
[(2,65𝑥0.998) − 1,653]
𝑥100% = 38 %
2,65𝑥0.998
TEKNIK SIPIL - FTSLK 25
G. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, didapat bahwa volume pasir dengan metode
rojokan 1718,42 gram/ml , dengan metode ketukan 163,48 gram/ml, dengan metode
gembur 1562,5 gram/ml
H. GAMBAR
E. CARA PENGUJIAN
1. Mengisi botol bening dengan pasir sampai mencapai garis skala ± 130 ml.
2. Menambahkan larutan NaOH 3% sampai 200 ml dan tutup rapat, kemudian kocok
botol selama ± 10 menit.
3. Mendiamkan selama 24 jam.
4. Selanjutnya mengamati warna cairan di atas permukaan pasir yang ada dalam botol,
membandingkan warnanya.
5. Jika warna cairan dalam botol yang berisi pasir lebih tua (coklat) dari pembanding,
berarti dalam pasir berkadar zat organik yang terlalu tinggi. Sebaliknya, jika warna
cairan bening (kuning muda) berarti pasir berkadar zat organik rendah.
G. KESIMPULAN
• Warna yang diperoleh dari percobaan (kuning muda) lebih muda dari warna standard
(kuning kecoklatan)
• Pasir tidak mengandung zat organic yang berbahaya
• Kadar zat organik pasir sudah sesuai dengan standard yang telah ditentukan
H. GAMBAR
A. TUJUAN
Mengetahui kdar lumpur dari pasir sebagai campuran beton
B. DASAR aTEORI
Metode ini digunakan untuk mencari seberapa besar kandungan lumpur dari pasir sebagai
campuran beton. Pengaruh kadar lumpur yang berlebihan adalah:
1. Terjadi penurunan mutu dari beton
2. Penggunaan semen lebih banyak
3. Karena lumpur menyerap air cukup banyak kegunaan air lebih banyak
4. Bila beton telah mengeras, bila beton terkena air maka lumpur dapat mengembang dan
merusak mutu beton
5. Dapat mengalami pengerongan tiba – tiba
6. Mengurangi workability
Untuk menghitung kadar lumpur tersebut yaitu dengan perhitungan:
HASIL PERCOBAAN
NO Item Yang Diukur Benda Uji Benda Uji II Satuan
I
1. Berat kering benda uji + wadah 635 635 Gram
(W1)
2. Berat wadah (W2) 135 135 Gram
3. Berat kering benda uji awal 500 500 Gram
(W3=W1-W2)
4. Berat kering benda uji sesudah 625 630 Gram
pencucian+wadah (W4)
5. Berat kering benda uji sesudah 490 495 Gram
pencucian (W5=(W4-W2)
6. Persen bahan lolos saringan 2 1 %
𝑊3 − 𝑊5
𝑊6 = 𝑥100%
𝑊3
Rata-rata 1.5 %
Menurut ASTM C33-93, kadar lumpur (bahan yang lolos saringan nomor 200) yang
diperbolehkan dalam agregat halus adalah 3% untuk beton yang mengalami abrasi dan
5% untuk beton lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persen yang lolos saringan
nomor 200 adalah 1,5% sehingga dapat disimpulkan kadar lumpur memenuhi syarat
F. GAMBAR
3.3.1 METODE PENGUJIAN KADAR AIR AGREGAT KASAR (ASTM C556-97/SNI 03-
1971-1990)
A. MAKSUD
Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pengujian untuk menentukan kadar air
agregat
B. TUJUAN
Untuk mengetahui atau menentukan angka presentase dari kadar air yang dikandung
oleh agregat.
E. CARA KERJA
1. Timbang dan catatlah berat talam (W1);
2. Masukkan benda uji ke dalam talam kemudian timbang dan catat beratnya (W2);
3. Hitunglah berat benda uji (W3 = W2 – W1);
4. Keringkan benda uji beserta dalam oven dengan suhu (110±5)ºC sampai beratnya
tetap;
5. Keluarkan batu pecah dari oven, catat berat benda uji beserta talam (W4);
6. Hitunglah berat benda uji kering (W5 = W4 – W1)
F. PERHITUNGAN
W3 W 5
Kadar air agregat adalah = X 100 % ……….. (1)
W5
Keterangan:
W3 : berat benda uji mula – mula ( gram )
W5 : berat benda uji kering ( gram )
3.3.2 METODE PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AIR AGREGAT KASAR
(ASTM C127- 01/SNI 03-1969-1990)
A. MAKSUD
Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pengujian untuk menentukan berat jenis
curah, berat jenis kering permukaan jenuh, berat jenis semu dari agregat kasar, serta angka
penyerapan dari agregat kasar.
B. TUJUAN
Tujuan pengujian ini untuk memperoleh angka berat jenis curah, berat jenis kering
permukaan jenis dan berat jenis semu besarnya angka penyerapan.
C. PENGERTIAN
Yang dimaksud dengan:
1. Berat jenis curah ialah perbandingan antara berat agregat kering dan berat air saling
yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenus pada suhu 25oC;
2. Berat jenis kering permukaan jenuh yaitu perbandingan antara berat agregat kering
permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam
keadaan jenuh pada suhu 25oC;
3. Berat jenis semu ialah perbandingan antara berat agregat kering dan berat air suling
yang isinya sama dengan isi agregat dalam keaadan kering pada suhu 25 oC;
4. Penyerapan ialah perbandingan antara berat air yang dapat diserap quarry terhadap
berat agregat kering, dinyataan dalam persen.
E. CARA PENGUJIAN
1. Cuci benda uji untuk menghilangkan debu atau bahan- bahan lain yang melekat pada
permukaan.
2. Keringkan benda uji dalam oven pada suhu 110±5 ° Celcius sampai berat tetap. Sebagai
catatan bila penyerpan dan harga berat jenis digunakan dalam pekerjaan beton dimana
agregatnya digunakan pada keadaan kadar air aslinya, maka tidak perlu dilakukan
pengeringan dengan oven.
3. Dinginkan benda uji pada suhu kamar selama 1-3 jam, kemudian timbang dengan
ketelitian 0,5 gram (Bk).
4. Rendam benda uji dalam air pada suhu kamar selama 24±4 jam
5. Keluarkan benda uji dari air, lap dengan kain penyerap sampai selaput air pada
permukaan hilang, untuk butiran yang besar pengeringan halus satu persatu
6. Timbang benda uji kering-permukaan jenuh (Bj)
7. Letakkan benda uji didalam keranjang, goncangkan batunya untuk mengeluarkan udara
yang tersekap dan tentukan beratnya didalam air (Ba), dan ukur suhu air untuk
penyesuaian perhitungan kepada suhu standar (25°C)
URAIAN SATUAN
Berat benda uji kering oven Bk 2945 gram
Berat benda uji kering permukaan jenuh 3000 gram
Bj
Berat benda uji di dalam air Ba 1895 gram
𝐵𝑘 2,66 t/m3
Berat jenis (Bulk) 𝐵𝑗 − 𝐵𝑎
Berat jenis kering permukaan jenuh 2,71 t/m3
𝐵𝑗
𝐵𝑗 − 𝐵𝑎
𝐵𝑘 2.86 t/m3
Berat jenis semu (Apparent) 𝐵𝑘 − 𝐵𝑎
Penyerapan (Absorption) 1,868 %
𝐵𝑗 − 𝐵𝑘
𝑥100%
𝐵𝑘
H. GAMBAR
Gambar: percobaan
B. PENGERTIAN
Yang dimaksud dengan:
1. Berat isi agregat adalah berat agregat persatuan isi;
2. Berat adalah gaya gravitasi yang mendesak agregat;
3. Agregat adalah material granular misalnya pasir, batu pecah dan kerak tunggku besi,
yang dipakai bersama-sama dengan suatu media pengikat untuk membentuk suatu
beton semen hidrolik atau adukan;
4. Agregat kasar adalah kerikil sebagai desintegrasi alami dari batu atau berupa batu
pecah yang diperoleh dari industry pemecah batu dan mempunyai ukuran butir antara
5 mm – 40 mm;
5. Agregat halus adalah pasir alam sebagai desintegrasi secara alami dari batu atau pasir
yang dihasilkan oleh industry pemecah batu dan mempunyai ukuran butir terbesar
5mm;
6. Rongga udara dalam satuan volume agregat adalah ruang diantara butirbutir agregat
yang tidak diisi oleh partikel yang padat
a. Cara rojok
1. Isi penakar sepertiga dari volume penuh dan ratakan dengan batang perata;
2. Tusuk lapisan agregat dengan 25 kali tusukan batang penusuk;
3. Isi lagi sampai volume menjadi dua per tiga penuh kemudian ratakan dan tusuk seperti
diatas;
4. Isi penakar sampai berlebih dan tusuk lagi;
5. Ratakan permukaan agregat dengan batang perata;
6. Tentukan berat penakar dan isinya dan berat penakar itu sendiri;
7. Catat beratnya sampai ketelitian 0,05 kg;
b. Cara ketuk
1. Isi penakar sepertiga dari volume penuh dan ratakan dengan batang perata;
2. Padatkan untuk setiap lapisan dengan cara menggoyang-goyangkan penakar sebanyak
25 kali
3. Isi lagi sampai volume menjadi dua per tiga penuh kemudian padatkan seperti diatas;
4. Isi penakar sampai berlebih dan padatkan lagi;
5. Ratakan permukaan agregat dengan batang perata;
6. Tentukan berat penkar dan isinya dan berat penakar itu sendiri;
7. Catat beratnya sampai ketelitian 0,05 kg.
2. Kondisi Gembur
1. Isi penakar sampai berlebih dan hindarkan terjadinya pemisahan dari butir agregat;
2. Ratakan permukaan dengan batang perata;
3. Tentukan berat penakar dan isi serta berat penakar itu sendiri;
4. Catat beratnya sampai ketelitian 0,5 kg
E. PERHITUNGAN
o Berat isi
Berat isi sebagai berikut:
1. Agregat dalam keadaan kering oven dihitung menurut rumus berikut:
𝐺−𝑉
M= atau M = (G-V) x F
𝑉
Keterangan:
M = berat isi agregat dalam kondisi kering oven, dalam kg/m3 ;
o Kadar Rongga Udara Kadar rongga udara dalam agregat dihitung menurut rumus
berikut:
((𝑠 𝑥 𝑤) − 𝑀)
𝑅𝑜𝑛𝑔𝑔𝑎 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 𝑥 100%
(𝑠 𝑥 𝑤)
Keterangan:
M = berat isi agregat dalam kondisi kering oven dalam kg/m3 ;
S = berat jenis agregat dalam kering oven dihitung menurut SNI 1969-1990-F dan SNI
1970-1990-F
w = kerapatan air 998 kg/m3 .
F. DATA PENGUJIAN
N Dengan Dengan Kondisi SATUAN
URAIAN
O Rojokan Ketukan Gembur
Berat1 silinder (W1) 5020 5020 5020 gram
Berat2 silinder + Batu pecah (W2) 19410 19400 19315 gram
Berat3 batu pecah (W2-W1) 14390 14380 14295 gram
Volume
4 silinder (V) 10 10 10 liter
Berat5 volume (W2-W1)/V 1,439 1,438 1,4295
Perhitungan berat volume
Berat isi agregat tanpa rojokan / lepas = 1,4295 gr / cm3
Berat isi agregat dengan rojokan = 1,439 gr / cm3
Berat isi agregat dengan pukulan = 1,438 gr / cm3
1,4295 1,439 1,438
Berat isi rata-rata = 1,4355 gr / cm3
3
H. GAMBAR
B. TUJUAN
Pengujian ini untuk mengetahui angka keausan tersebut, yang dinyatakan dengan
perbandingan antara berat bahan aus lolos saringan no. 12 (1,7mm) terhadap berat semula,
dalam persen.
E. PERHITUNGAN
𝑊1−𝑊2
Keausan = 𝑥100%
𝑊1
G. REFERENSI
Berdasarkan ASTM C131, batu pecah memenuhi syarat jika keausan kurang dari 50%.
H. KESIMPULAN
Hasil percobaan keausan batu pecah didapatkan sebesar 24,9 %. Tingkat keausan batu
pecah memenuhi syarat SNI 03-2417-1991.
4.1 METODE PENGUJIAN KONDISI DAN ANALISA AYAKAN PASIR (ASTM C33-86)
A. TUJUAN
Tujuan metode ini adalah untuk memperoleh gradasi dan sebagai pegangan dalam
melakukan pengujian untuk menentukan kondisi pasir.
B. DASAR TEORI
Hasil pengujianini selanjutnya dapat digunakan dalam pekerjaan perencanaan campuran
dan pengendalian mutu beton.
Gradasi agregat halus adalah hasil dari ayakan pasir yang kemudian diplot ke dalam
grafik.
D. CARA KERJA
1. Timbang pasir sebanyak 1000 gram.
2. Bersihkan saringan dengan sikat/kuas kemudian disusun.
3. Masukan pasir dalam ayakan dengan ukuran saringan paling besar ditempatkan paling
atas dan diguncang–guncang dengan tangan selama 10 menit.
4. Pasir yang tertinggal pada tiap ayakan ditimbang. Perlu untuk kontrol berat pasir
keseluruhan 1000 gram.
5. Gambarlah hasil prosentase saringan pada grafik
Ukuran Tertinggal
diameter (gram)
lubang
4.76 2,6
2.38 8,5
1.19 26,5
0.59 151
0.297 234,6
0.149 67,9
0 10
F. PEMBAHASAN
Tabel: DATA ANALISA AYAKAN PASIR
Pasir 1000gr
Lubang ayakan
gram Tertahan Tertahan Lolos
mm
% kumulatif % ayakan %
4,76 16.9 1.69 1.69 98.31
2,38 14.2 1.42 3.11 96.88
1,19 48.7 4.88 8.00 92.00
0,59 288.5 28.90 36.90 63.10
0,297 252.6 25.31 62.21 37.79
0,149 365.2 36.59 98.80 1.20
pan 12 1.20 100 0
jumlah 998.1 210.71
FM 2.107
ASTM C33-86 : Dari hasil praktikum analisa gradasi agregat halus, didapatkan hasil bahwa
pasir yang diuji masuk kedalam Zona III, dan memiliki nilai modulus kehalusan sebesar
2.107. Hasil tersebut sesuai dengan SNI 03-2461-1991 yang menyebutkan bahwa modulus
kehalusan agregat halus berada di kisaran 1.5 s/d 3.8
G. GAMBAR
A. TUJUAN
Menentukan distribusi ukuran butir/ gradasi batu pecah.
B. DASAR TEORI
Hasil pengujianini selanjutnya dapat digunakan dalam pekerjaan perencanaan campuran
dan pengendalian mutu beton.
Gradasi agergat kasar adalah hasil dari ayakan batu pecah yang kemudian diplot ke dalam
grafik.
D. CARA KERJA
1. Timbang kerikil sebanyak 5 kg.
2. Masukkan batu pecah ke dalam ayakan yang telah disusun dari ayakan yang paling
besar (di atas) sampai ayakan yang paling kecil (paling kecil), kemudian diguncang-
guncang selama kurang lebih 10 menit
3. Timbang batu pecah yang tertinggal pada masing–masing ayakan
4. Mengontrol berat total = 5 kg
5. Gambarlah hasil prosentase saringan pada grafik
Tabel hasil 1
tertinggal
lubang saringan
gram
38 910
19 1910
9.6 620
4.8 1560
2.4
1.2
0.6
0.3
0.15
pan -
jumlah 5000
Tabel percobaan 1
tertinggal komulatif
Lubang ayakan mm
2.4 100 0
1.2 100 0
0.6 100 0
0.3 100 0
0.15 100 0
pan - - - -
FM 7.15
G. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum analisa gradasi agregat kasar, didapatkan hasil bahwa kerikil yang diuji
masuk kedalam zona I dan memiliki nilai modulus kehalusan sebesar 7.15.
H. GAMBAR
5.1.2 Persyaratan
5.1.2.1 Umum ( SNI 03-2847-2013 Pasal 5.1 )
1. Beton harus dirancang sedemikian hingga menghasilkan kuat tekan rata – rata yang sesuai.
Sehingga mutu beton yang dihasilkan melampaui nilai yang disyaratkan fc’ yang
digunakan dalam perhitungan desain struktur.
2. Penentuan nilai fc’ harus didasarkan pengujian beton pada umur 28 hari.
3. Evaluasi beton menggunakan uji kuat tekan.
Dimana persamaan (1) digunakan jika terdapat data 30 contoh pengujian dalam kurun
waktu maksimal 45 hari kalender. Sedangkan persamaan (2) digunakan jika hanya
terdapat 15–29 contoh pengujian dalam kurun waktu maksimal 45 hari kalender. Apabila
hanya terdapat kurang dari 15 data contoh pengujian dalam kurun waktu 45 hari kalender
maka menggunakan table berikut :
Tabel 5.3.2.2 SNI 2847 2013
Kekuatan tekan rata-rata yang hendak dicapai jika data standar deviasi tidak tersedia untuk
menetapkan nilai tambah kuat tekan benda uji
Kekuatan tekan disyaratkan Kekuatan tekan rata-rata yang hendak dicapai
(MPa) (MPa)
f’c < 21 f’cr = f’c + 7.0
21 ≤ f’c ≤ 35 f’cr = f’c + 8.3
f’c > 35 f’cr = 1.10f’c + 5.0
2. Mix Design
Tabel Sifat Fisis Agregat Beton
Agregat
Sifat Fisis
Pasir Batu Pecah
Berat Jenis (SSD) 2.854 kg/m3 2.710 kg/m3
Tabel/Grafik
No Uraian Nilai
Perhitungan
Kuat Tekan
1 Ditetapkan 30 N/mm2 pada 28 hari.
Karakteristik (f’c)
205) + 9 = 205.6 kg/m3. Kadar air bebas harus ditambah 9 kg/m3 sebagai koreksi karena
C. PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Siapkan semua bahan yang dibutuhkan sesuai dengan hasil perbandingan campuran beton dalam
keadaan asli.
2. Mollen diisi air secukupnya (sekedar membasahi molen tersebut).
3. Masukkan batu pecah dan ¾ bagian dari air, setelah semua batu pecah terbasahi dengan rata lalu
masukkan semen disusul pasir.
4. Masukkan air sisanya tadi dan aduk sampai rata (mollen diputar).
D. PENCAMPURAN BETON
Kebutuhan bahan untuk membuat 30 benda uji Φ 10 cm dan tinggi 20 cm = 0.0471 m³
Maka banyaknya bahan yang diperlukan dalam kondisi asli :
1. PC = 330.36 * 0.047 = 17.527 kg
2. Air = 185 * 0.047 = 8.67 kg
3. Pasir = 827.6 * 0.047 = 38.90 kg
4. Batu pecah = 1097.04 * 0.047 = 51.560 kg
B. PENGERTIAN
Slump beton ialah besaran kekentalan (viscocity)/plastisitas dan kohesifdari beton segar.
C. ALAT
Untuk melaksanakan pengujian slump beton diperlukan peralatan sebagai berikut:
a. Cetakan dari logam tebal minimal 1,2 mm berupa kerucut terpancang (cone) dengan
diameter bagian bawah 203 mm,bagian atas 102 mm,dan tinggi 305 mm;bagian bawah dan
atas cetakan terbuka.
b. Tongkat pemadat dengan diameter 16 mm,panjang 600 mm,ujung dibulatkan dibuat dari
baja yang bersih dan bebas dari karat.
c. Pelat logam dengan permukaan yang kokoh,rata, dan kedap air.
d. Sendok cengkung menyerap air.
e. Mistar ukur.
D. BENDA UJI
Pengambilan benda uji harus dari contoh beton segar yang mewakili campuran beton.
F. PENGUKURAN SLUMP
Pengukuran slump harus dilakukan dengan cara mengukur tegak lurus antara tepi atas cetakan
dengan tinggi rata-rata benda uji.
G. PERHITUNGAN
Dari percobaan yang dilakukan di dapatkan hasil uji slump yaitu 60mm
H. KESIMPULAN
Dari Perhitungan didapatkan harga slump yang terjadi sebesar 60 mm
A. TUJUAN
Membuat silinder benda uji dengan ukuran diameter 10 cm tinggi 20 cm .
C. CARA PENGUJIAN
1. Siapkan cetakan benda uji.
2. Eratkan baut-bautnya dan lapisi dengan sedikit oli sampai merata.
3. Isi silinder 1/3 bagian dengan spesi beton kemudian rojok 25 kali, isi lagi 2/3 bagian
kemudian rojok 25 kali lagi , isi penuh silinder kemudian rojok 25 kali dan ratakan
permukaannya.
4. Didiamkan setelah 24 jam, buka cetakannya.
5. Rendam beton dalam air untuk curing.
20 cm
B. DASAR TEORI
1. Suatu uji kekuatan tekan harus merupakan nilai kekuatan tekan rata-rata dari paling
sedikit dua silinder 150 kali 300 mm atau paling sedikit tiga silinder 100 kali 200 mm
yang dibuat dari adukan beton yang sma dan diuji pada umur beton 28 hari atau pada
umur uji yang ditetapkan untuk menentukan f’c.
2. Evaluasi dan penerimaan mutu beton
Penerimaan mutu beton pada benda uji yang dirawat di laboratorium :
Rata-rata dari 3 (tiga) nilai kuat tekan uji yang berurutan tidak boleh ada yang kurang
dari nilai fc’
Rata-rata dari 2 (dua) nilai kuat tekan uji yang berurutan tidak boleh kurang dari nilai
(fc’ -3,5 MPa)
C. ALAT
1. Timbangan
2. Pemanas / kompor listrik + media untuk memanaskan belerang
3. Alat perata belerang
4. Mesin test hidrolis. (Torsee Universal Testing Machine)
Tokyo Testing Machine MFG CO , LTD
a. Type : RAT – 200
b. CAP : 200 tf
c. MFG no : 20380
D. BAHAN
1. Belerang
2. Minyak / oli
3. Beton uji berbentuk silinder Ф 10 , tinggi 20 cm sebanyak 30 buah
E. CARA PENGUJIAN
Test kekuatan tekan hancur dilaksanakan saat benda uji berumur 28 hari. Sebelum ditest
diukur dimensinya (tinggi dan diameter) terlebih dahulu diambang beratnya. Siapkan alat
perata belerang kemudian diolesi dengan minyak atau oli agar belerang tidak menempel
pada alat perata tersebut. Tuang belerang cair ke alat perata belerang, setelah itu benda uji
beton diletakkan dalam alat peratadan tekan lalu tunggu sampai kira–kira belerang telah
mengeras dan melekat dengan beton, kemudian angkat. Permukaan yang ditempeli belerang
adalah permukaan beton yang kasar.
Lalu letakkan benda uji pada alat tekan mesin test hidrolis dan pilih permukaan yang rata
(yang terdapat belerangnya) sebagai bidang yang dibebani. Gerakkan tuas yang berwarna
merah keatas dan tekan tombol penggerak ke posisi on. Matikan tombol penggerak pada
saat beton pecah (jarum sudah tidak bergerak lagi). Untuk mengambil kembali benda uji,
gerakkan tuas ke bawah sehingga benda uji terlepas dari jepitan.
Benda uji berbentuk silinder dengan diameter 10 cm dan tinggi 20 cm dihitung luas
permukaan lingkarannya.
Sehingga luas permukaan yang dibebani ialah =
1/4*(3,14 x 10 cm x 10 cm) = 78,571 cm²
Rumus : kuat tekan beton = P/A
Dimana :
P : Beban ( kg )
A : Luas penampang yang dibebani ( cm 2)
Umur Berat Beban 𝛔Bi 𝛔B’i 𝛔Bi - 28 𝛔Bi - 28 2 𝛔Bi - 28 3 𝛔Bi - 28 ( 2 𝛔Bi – f’cr )2
NO Hancur FKU Status Status
( hari ) ( Kg ) (Kg/cm² ) (Kg/cm² ) (Kg/cm² ) ( Mpa ) ( Mpa ) ( Mpa )
(Kg)
1 3 3925 10000 127.389 165.44 16.22
15.33 Not Ok 7.10
2 3 3845 9150 116.561 151.378 14.85
3 3 3935 13600 173.248 224.997 22.06
141.083 0.77 20.89 Not Ok 8.39
4 3 3935 12150 154.777 201.009 19.71
5 3 3985 11250 143.312 186.119 18.25
17.48 Not Ok 17.9 Not Ok 0.26
6 3 3880 10300 131.21 170.403 16.71
7 7 3855 11350 144.586 183.02 17.95
21.66 Not Ok 20.01 Not Ok 13.44
8 7 3825 16050 204.459 258.809 25.38
9 7 3805 11000 140.127 177.376 17.39
145.011 0.79 16.41 Not Ok 18.52 Not Ok 2.51
10 7 3870 9750 124.204 157.22 15.42
11 7 3860 7250 92.357 116.908 11.46
15.94 Not Ok 18 Not Ok 4.22
12 7 3845 12900 164.381 208.077 20.41
13 1 3875 13600 173.248 182.366 17.88
16.83 Not Ok 16.39 Not Ok 1.35
14 15 3825 12000 152.866 160.912 15.78
15 15 3875 15200 193.631 203.822 19.99
175.265 0.95 18.08 Not Ok 16.95 Not Ok 0.01
16 15 3875 12300 156.688 164.935 16.17
17 15 3900 15150 192.994 203.152 19.92
19.36 Not Ok 18.09 Not Ok 1.87
18 15 4095 14300 182.166 191.754 18.8
19 21 3845 14200 180.892 223.323 21.9
148.195 0.81 21.9 Not Ok 19.78 Not Ok 15.26
20 21 3870 14200 180.892 223.323 21.9
S = √103.23/(15 − 1) = 2.71
f’c = f’cr - 1.34 * S
= 18 - 1.34 * 2.71
= 14.37 MPa
f’c = f’cr - 2.33 * S + 3.5
= 18 - 2.33 * 2.71 + 3.5
= 15.19 MPa
Maka dari hasil perhitungan di atas f’c yang kita dapatkan dari percobaan ini adalah 14.37 MPa.
Hasil dari percobaan ini tidak sesuai dengan f’c yang diharapkan pada saat mix design yaitu 30
MPa
PENUTUP
8.1 Kesimpulan
1. SEMEN
3.0 – 3.3
Berat Jenis 2.92 Gram/𝑐𝑚3 Tidak Memenuhi
Gram/𝑐𝑚3
2. PASIR
JENIS HASIL
PERATURAN KETERANGAN
PERCOBAAN PERCOBAAN
Kebersihan Bahan
Kuning Muda Kuning Kecoklatan Memenuhi
Organik
3. BATU PECAH
CAMPURAN AGREGAT
a. Grading zone pasir dalam analisa ayakan termasuk dalam grading zona 3.
a. Grading zone batu pecah dalam analisa ayakan masuk pada zona 1.Dengan nilai
modlus kehalusan sebesar 7.15.
a. Kadar pasir : 28 %
b. Kadar batu pecah : 72 %
c. Φ max agregat kasar : 40 mm
8.2 Saran
Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan praktikum beton, yaitu:
Semua alat yang akan digunakan harus dalam kondisi yang baik dan bersih.
Jika agregat mengandung kadar Lumpur yang tidak memenuhi syarat maka harus dilakukan
pencucian dan dites kembali sampai kadar lumpurnya memenuhi syarat.
Pada saat pencampuran, rojokan harus merata sehingga dihasilkan campuran yang homogen.
Khusus pada saat pembuatan beton sebaiknya alat tes slump daan molen dibersihkan dan dibasahi
permukaannya agar kadar air untuk campuran beton tidak berkurang akibat terserap pada alat tes
slump atau molen.
Waktu pengetesan dengan cara tes tekan hancur, benda uji diletakkan tepat pada sumbu alat Mesin
Tes Hidrolis.