BETON
PASIR KERIKIL
Air
Semen
(14% - 21%)
(7% - 15%)
Udara: 1%-8%
1
Campuran beton dikatakan baik jika memenuhi sifat : Syarat kekuatan, syarat
keawetan, syarat kedap air, syarat workability ( streng, durability, permeability dan
workability).
Mutu beton sangat dipengaruhi oleh : kwalitas bahan pembentuk, komposisi
campuran dan metode pelaksanaan. Secara umum kisaran komposisi campuran
beton dapat dilihat pada gambar 1.1.diatas.
bond
P
Baja
Beton
Gambar 1.2.Material Komposit Beton Bertulang.
Beton adalah material yang dapat menahan gaya tekan ( compression) yang besar,
tetapi sangat lemah terhadap gaya tarik ( kekuatan tarik beton kecil dan dapat
diabaikan). Kekuatan tarik ini diperkuat oleh tulangan baja.Oleh sebab itu material
komposit ini di sebut beton bertulang yang dapat menahan tarik dan tekan.Beton
tanpa tulangan hanya dapat memikul beban yang relative kecil karena timbul retak
beton akibat tarik, seperti yang terlihat pada gambar 1.3.
P kecil
tekan
tarik
retak
Gambar 1.3 Beton tanpa tulangan, P yang dipikul kecil kecil akibat keruntuhan tarik
2
Dengan adanya tulangan baja maka beton bertulang dapat menahan beban lentur yang
jauh lebih besar dibandingkan beton tanpa tulangan seperti yang terlihat seperti yang
terlihat pada gambar 1.4
P
tulangan baja
retak rambbut
Gambar 1.4 Beton bertulang dapat menahan beban P yang jauh lebih besar dibandingkan dengan beton
tanpa tulangan.
Pada umumnya kuat tarik beton berkisar 10 – 15% dari kuat tekannya, sehingga dengan
demikian sering kali kuat tarik beton diabaikan dalam perhitungan.
Aksi komposit ( aksi bersama memikul beban )oleh beton dan tulangan :
Pada perhitungan beton selalu mencakup dua hal, yaitu :disain dan analisis struktur.
3
1.3. Sekilas campuran beton.
Campuran untuk suatu mutu beton tertentu dapat ditentukan dalam perbandingan berat
atau volume. Jika diinginkan campuran yang baik utamanya mutu beton tinggi , maka
sebaiknya dalam perbandingan berat (takaran berat) untuk pelaksanaan.
Untuk membuat suatu rancangan beton dengan mutu tertentu yang diinginkan
maka perlu data-data awal yang perlu kita peroleh dari pengujian laboratorium, yakni:
4
BAB. II METODE PERHITUNGAN BETON PADA UMUMNYA.
2.1 Umum.
Didalam perhitungan struktur beton dikenal dua metode, yaitu metode kekuatan
(Streng-method) dan metode tegangan kerja( working stress atau elastic analysis. Pada
umumnya metode kekuatan banyak yang dipakai pada struktur yang sifatnya structural
dan metode tegangan kerja untuk yang non strktural.
Didalam metode kekuatan ( kekuatan batas) ini, beban kerja dikalikan dengan
suatu factor yang dinamakan factor beban ( safety factor ) untuk mendapatkan beban
yang mengantarkan struktur ke “ ambang pintu keruntuhan “. Beban ini dinamakan
beban berfaktor ( factored loads)
Relationship = SSR ) yang non linier, elemen struktur kemudian didesaian sedemikian
rupa sehingga kekuatan penampang dicapai sewaktu dibebani beban berfaktor tersebut.
Metode kekuatan dapat dinyatakan dalam bentuk rumusan umum sebagai berikut
:
Dimana kuat rencana (tersedia) diperoleh berdasarkan pedoman dan pemisalan atau
perilaku yang ditetapkan menurut pedoman ( standar ) yang berlaku, sementara kuat
perlu U dinyatakan dalam bentuk-bentuk beban-beban terfaktor ,atau momen-momen
dan gaya-gaya dalam terkait . Beban-beban terfaktor adalah beban-beban yang
ditetapkan oleh tata cara umum pembebanan yang berlaku, kemudian dikalikan dengan
factor-faktor beban yang sesuai. Pada metode ini lebih di kenal dengan metode
kekuatan batas ( Ultimate strength Method ).
5
Seperti dikemukakan diatas Kekuatan tersedia adalah kekuatan yang
didefenisikan berdasarkan prilaku SSR dari beton, dan kekuatan sebenarnya boleh jadi
lebih besar dari itu.
- Faktor beban ( safety factor ), yaitu angka pembesaran beban kerja ( beban -
beban layan ;
- Faktor reduksi ( reduction factor ), yaitu angka yang mereduksi kekuatan yang ada.
Nilai –nilai factor beban U dan dapat dilihat pada SNI 2847 -13 pasal 9.2.1
Pasal 9.2.1 Kekuatan perlu U harus paling tidak sama dengan pengaruh beban terfaktor
dalam Per.(9-1) sampai (9-7). Pengaruh salah satu atau lebih beban yang tidak bekerja
secara serentak harus diperiksa ( beban S= salju dalam persamaan-persamaan di
bawah dihapus karena tidak relavan, lihat Daftar Deviasi.
No Kombinasi U Keterangan
1 D 1,4D(9-1)
2 D,L,L r atau R 1,2D+1,6L+0.5( Lr atau R)(9-2) D=beban mati
3 D,L, W ,L r atau R 1,2D+1,6 ( Lr atauR) +(1,0L atau 0,5W )(9-3) L=beban hidup
4 D,L ,W,Lr atau R 1,2D+1,0 W+ 1,0L +0,5(Lr atau R)(9-4) W= beban angin
5 D,E,L atau 1,2D + 1,0E + 1,0L (9-5) E= beban gempa
6 D,W 0,9D +1,0W(9-6) L r=Beban Atap
7 D,E 0,9D + 1,0 E(9-7)
6
(a) Fakor beban pada beban hidup L dalam Pers. (9-3) sampai (9-5) diizinkan
direduksi sampai 0,5 kecuali untuk garasi, luasan yang ditempati sebagai tempat
perkumpulan public, dan semua luasan dimana L lebih besar dari 4,8 kN/m 2.
(b) Bila W didasarkan pada beban angin tingkat layan, 1,6W harus digunakan
sebagai pengganti dari 1,0W dalam Pers. ( 9-4) dan ( 9-6), dan 0,8W harus
digunakan sebagai pengganti dari 0,5W dalam Pers. ( 9-3)
(c) Dihilangkan karena tidak relevan, lihat Daftar Deviasi.
(a) .Komponen struktur dengan tulangan spiral yang sesuai dengan pasal
10.3.3…………..0,75
(b) .Komponen struktur bertulang lainnya …………………………………………..0,65
Untuk penampang pada daerah transisi dapat ditentukan dengan
menggunakan transisi, nilai ∅ ditentukan dengan menggunakan interpolasi linier
antara 0,65 ( atau 0,70) dan 0,9. Gambar 2.2 menujukkan variasi nilai ∅untuk
tulangan baja fy = 400 MPa,sedangkan persamaan garis pada daerah transisi
tersebut adalah sebagai berikut :
∅ = 0,75 + (ε t−0,00020 ¿ (50) (untuk tulangan spiral )
250
∅ = 0,65 + (ε t – 0,002 ( ¿ ( untuk tulangan non - spiral )
3
Sebagai alternative, nilai ∅ pada daerah transisi dapat ditentukan sebagai rasio dari c/d t
8
Untuk fy = 400 MPa sebagai berikut :
1 5
∅=0,75+0,15( − )
c 3 ( untuk tulangan spiral )
dt
1 5
∅=0,65+0,25( − )
c 3 ( untuk tulangan Non – spiral )
dt
Dengan :
∅ ∅ = 0,75 +( ε ¿¿ t−0,002)(50)¿
0,90
Spiral
0,75 ∅ = 0,65 +
0,65
Terkontro Lainnya Transisi Terkontrol
l tekan Tarik
∅ ε t =0,002 ∅ ε t =0,005
c/dt = 0,600 c/dt = 0,375
Interpolasi pada c/dt : Spiral ∅ = 0,75 +[ ( 1/(c/dt) – (5/3)]
Lainnya ∅=0,75+0,25 [(1/(c/dt-(5/3)]
Gambar S9.3.2 – Variasi ∅ dengan regangan tarik neto dalam baja tarik terjauh ε t , dan
c/dt untuk tulangan Mutu 420 MPa dan untuk baja prategang.
9
Tabel 2.3. Faktor Reduksi Kekuatan U ( ∅ )
Pada metode ini, unsur struktur didesain sedemikian rupa hingga tegangan -
regangan yang timbul akibat beban kerja ( servise or working stress) dan yang dihitung
berdasarkan analisa elastis ( tidak terjadi retak, tidak terjadi belah deformasi tidak
overlap, deformasi kembali seperti semula jika penyebabnya ditiadakan).
10
pada tegangan beton sesaat sesudah penyaluran prategang dalam kondisi awal tidak
boleh melampaui nilai berikut:
Dalam mengotrol tegangan fc yang terjadi< 0,60f’c, berarti tegangan tekan yang terjadi
tidak melampaui tegangan tekan yang diijikan.
Hubungan antara tegangan dan regangan yang diidealisisr untuk baja tulangan
diperlihatakan pada gambar 2.1 ( baja tulangan ) dan gambar 2.2 ( untuk beton )
fs
fy
f’c
0,15f’c
0,5 f’c
fc = tegangan beton
f’c = tegangan hancur beton
Kurva cirian untuk beton mengambil bentuk yang praktis linier sampai dengan level f c
yaitu fc = 0,5fc dan disambung dengan non linier sampai f c = f’c, kemudian turun sampai
11
0,85f’c pada saat runtuh ( hancurnya beton ) dengan ∈cu =0.003 = 3%, bentuk diatas
sukar diambil sebagai dasar dalam analisa perhitungan, sehingga diadakan
penyederhanaan dalam bentuk “ Blok tegangan Eqivalen Persegi” (disederanakan oleh
Whitney)
Pasal 8.5 , 8.5.1 Modulus elastisitas beton EcModulus elastis dipengaruhi oleh keadaan
tegangan dan umur beton. Untuk perhitungan struktur beton dapat diambil :
Wc= berat volume beton ( kg/m3) berkisar antara 1440 – 2560 kg/m3
Pasal 8.5.2 Untuk baja tulangan modulus elastisitasnya untuk semua mutu baja hampir sama
besarnya. Untuk baja non pratekan diambil sebesar :
W/C adalah perbandingan antara berat air dan berat cemen. Makin besar nilai W/C,
makin kecil kuat tekan beton maksimum ( f’c )
f’c
40
30
20 MPa=Mega Pascal
15 = N/mm 2.
Pada umumnya digunakan W/C 0,5 untuk mencapai kuat tekan beton normal ( f’c
12
b.Perawatan Beton ( Curing )
Setelah beton dicor kurang lebih 1 ( satu ) jam, maka sebaiknya disekeliling beton
Kelembaban ini diperlukan sehingga air dalam campuran beton tidak cepat menguap.
Makin cepat air menguap, makin rendah kekuatan beton tekan maksimum ( f’ c ), karena
Kuat tekan
f’c (MPa)
Dengan curing
Tanpa curing
Untuk mengukur kelecekan yang tepat, salah satunya digunakan metode “ Slump”
Tongkat besi Beton dimasukkan dan
dirocok besi lapis demi lapis
13
Slump cone ( kerucut )
Slump
Beton
Kuat tekan beton diukur dengan selinder beton berdiameter 150mm dengan tinggi
300 mm atau kubus dengan ukuran 150 x 150 x150 mm . Umur beton untuk menentukan
kuat tekan standar adalah 28 hari .Parameter yang penting dalam penentuan kuat tekan
ini antara lain :
( i ) regangan
150
e. Kuat Tarik :
14
Kuat tarik terbagi atas 2 kondisi :
(i) Tarik Belah : dilakukan dengan “ Split” cylinder test” sebagai berikut :
2P
L f ct =
πLD
(ii) Tarik Lentur: Kekuatan tarik beton akibat momen ( modulus of rupture)
Tarik
P/2 P/2 P/2
My
f cr =
I
f cr = 1,1 f ct
Kuat tekan design ( fc’ ) ditentukan dari benda uji yang berupa :
15
( a ) Kubus 150 x 150 x150 mm
Jumlah benda uji 20 buah minimum f c’ ditentukan dengan asumsi distribusi normal
sebagai berikut :
n
Freg
f'
x c
fc
fc’ Mutu beton yang diharapkan
fc’ = fc– x
16
(a) Susut plastis: susut yang terjadi setelah 1 – 2 jam pengecoran . Susut ini
diakibatkan oleh evaporasi ( penguapan ) pada permukaan beton. Sruktur pelat
lebih banyak menguap dibandingkan dengan balok, karena permukaan pelat
lebih luas yang berhubungan langsung dengan udara.
(b) Susut pengeringan : susut yang terjadi setelah beton ( setelah proses hidrasi
selesai). Susut ini menyebabkan volume beton berkurang akibat kehilangan
volume air yang menguap. Hal ini bertambah besar untuk waktu yang lebih
lama.
( lihat gambar ).
Strain
Waktu ( t )
17
ε( x10-6)
1200
Orde dari susut untuk beton normal berkisar 500 s.d 600 x 10 -6( strain )
δ 2> δ 1
δ2 P = beban tetap
εε max
18
PL3
δ 1=
48 EI
ε rangkak
ε elastis
Beban
( P tetap )
Akibat rangkak deformasi membesar dengan beban tetap P, bila tidak diperhitungkan
dapat memberikan tingkat kenyamanan ( level of service ) yang kurang dan dapat
mempengaruhi instilasi ( listrik, pipa dsb ) terutama untuk bentang yang besar (15–20m)
Susut dan rangkak adalah dua fenomena yang saling berhubungan.Untuk” safedesign”
maka seluruhregangan (ε ) adalah penjumlahan dari individu strain sebagai berikut :
Untuk keperluan praktis akibat creep dan shringkage dapat diambil 2 kali deformasi
elastic sehingga :
Pasal 9.4 Kekuatan desain tulangan nilai fy danfytyang digunakan dalam perhitungan
desain
19
Tidak boleh melebihi 550 MPa, kecuali untuk baja prategang dan untuk tulangan
transversal dalampasal 10.9.3 dan pasal 21.1.5.4 sebagai tambahan pada batas atas
sebesar 550 Mpa untuk kekuatan leleh tulangan non prategang, terdapat batasan pada
kekuatan dalam pasal-pasal lain Standar ini. Dalam pasal 11.4.2, 11.5.3.4, 11.6.6 dan
pasal 18.9.3.2, nilai maksimum fy atau fytyang boleh digunakan dalam desain adalah 420
MPa, kecuali bahwa fyt sampai dengan 550 MPa boleh digunakan untuk tulangan geser
yang memenuhi persyaratan ASTM A1064M. Dalam pasal 19.3.2 dan pasal 21.1.5.2,
kekuatan leleh diisyaratkan maksimum tulangan khusus.fy adalah 420 MPa pada
cangkang, pelat, rangka momen khusus, dan dinding struktur khusus.
Tulangan baja yang biasanya berupa batang baja bulat diletakkan didalam beton,
khususnya di daerah tarik, untuk memikul gaya tarik yang timbul dari dari beban
eksternal yang bekerja pada struktur beton. Tulangan yang digunakan untuk
meningkatkan tahanan tekan dari struktur beton . Harga tulangan baja lebih mahal dari
pada harga beton itu sendiri, namun tulangan baja memiliki kuat luluh hingga 10 kali kuat
tekan beton.
20
Tabel.2.4.Mutu tulangan baja SNI 03-6861.2-2002, Spesifikasi bahan bahan bangunan
dari besi/baja.
Jenis tulangan baja selain bentuk batang seperti dijelaskan di atas, adalah berbentuk
jarring kawat baja adalah jaringan kawat berbentuk segi empat dari hasil penarikan
dingin dan dibuat denganpengelasan empat titik. Jaring kawat baja atau sering dikenal
dengan istilah wire-mesh , dikenali berdasarkan diameter kawat baja dan ukuran lubang
kotaknya ( jarak pusat ke pusat antar kawat baja yang digunakan harus memiliki kuat
tarik minmum yang tidak kurang dari 490 MPa.
Di samping kedua jenis tulangan baja tersebut diatas, masih ada satu lagi jenis
penulangan pada beton yaitu dengan menggunakan kabrl baja mutu tinggi atau yang
dikenal kabel prategang. Kabel prategang terdiri dari untaian kawat baja mutu tinggi
yang digunakan secara khusus pada kontruksi beton prategang. Kawat baja yang
dugunakan memiliki diameter nominal mulai dari 2,5 mm, 3, 4, 5, 7, dan 8mm. Beberapa
buah kawat baja tersebut diuntai menjadi satu kesatuanyang disebut degan istilah
strand. Satu strand dapat terdiri dari dua, tiga, hingga 7 buah kawat baja. Kuat tarik
ultimate dari sebuah strand dapat mencapai 1.700 hingga 1800 MPa
Pasal 9.5.1 Kompnen struktur beton bertulang yang mengalami lentur harus
direncanakan agar mempunyai kekakuan yang cukup untuk membatasi defleksi atau
21
deformasi apapun yang dapat memperlemah kekuatan ataupun mengurangi kemanpuan
layan struktur pada beban kerja.
Pasal 9.5.2.1 Tebal minimum yang ditentukan dalam tabel 9.5(a) berlaku untuk kontruksi
satu arah yang tidak menumpu atau tidak disatukan dengan partisiatau kontuksi lain
yang mungkin akan rusak akibat lendutan yang besar, kecuali bila perhitungan lendutan
menunjukkan bahwa ketebalan yang lebih kecil dapat digunakan tanpa menimbulkan
pengaruh yang merugikan.
Pasal 9.5.2.2 Bila lendutan harus dihitung, maka lendutan yang terjadi seketika sesudah
bekerjanya beban harus dihitung dengan metoda atau formula standar untuk lendutan
elastic, dengan memperhitungkan pengaruh retak dan tulangan terhadap kekakuan
komponen struktur.
Tabel 9.5(a) – Tebal mininmum balok non – pratekan atau pelat satu arah bila lendutan
tidak dihitung.
Tebal minmum, h
Komponen struktur Terdukung sederhana Satu ujung menerus Kedua ujung menerus Kantilever
Komponen struktur tidak mendukung atau tidak dihubungkan dengan partisi yang lainnya yang
mungkin rusak oleh lendutan yang besar
2.Pelat massif satu
L / 20 L / 24 L / 28 L / 10
arah
Balok atau rusuk
L / 16 L / 18,5 L / 21 L/8
satu arah
Catatan :
Panjang bentan dalam mm
Nilai yang diberikan harus digunakan langsung untuk komponen struktur dengan beton normal dan tulangan-tulangan
Mutu 420 MPa. Untuk kondisi lain, diatas harus dimodifikasikan sebagai berikut ;
(a) Untuk struktur beton ringan dengan berat volume ( equilibrium density), Wc di antara 1440kg/m3 sampai
1840kg/m3, nilai tadi harus dikalikan dengan ( 1,65 – 0,0003 wc ) tetapi tidak boleh kuranmg dari 1,09
(b) Untuk fy selain 420 MPa, nilainya harus dikalikan dengan ( 0,4 + fy / 700 )
Pasal 8.3.1Semua komponen struktur rangka atau konstruksi yang menerus dirancang untuk
pengaruh maksimum beban terfaktor yang ditentukan dengan teori analisis elastis, kecuali
22
seperti yang dimodifikasi sesuai dengan pasal 8.4. Harus diizinkan untuk menyederhanakan
desain dengan menggunakan asumsi yang ditetapkan dalam pasal 8.7 sampai pasal 8.11.
Pasal 8.3.3 Sebagai alternatif untuk analisis rangka, momen dan geser pendekatan
berikut diizinkan untuk perancangan balok dan slab satu arah menerus ( slab yang ditulangi
untuk menahan tegangan lentur hanya dalam satu arah ), asalkan (a) sampai (e) dipenuhi:
___________________________________________________
Momen Positif
Bentang Ujung
_____________________________________________________
____________________________________________________
_____________________________________________________
23
kekakuan balok melebihi 8 pada masing-masing
ujung tumpuan…………………….…………………………………WuLn2 / 12
________________________________________________________
__________________________________________________________
___________________________________________________________
interiorpertama interior
24
Pasal 10.1 Lingkup , Ketentuan pasal 10 berlaku untuk desain komponen struktur terhadap
beban lentur atau aksial atau kombinasi dari beban lentur dan aksial.
Pasal 10.2.1 – Pasal 10.2.7, Desain kekuatan komponen struktur untuk beban lentur dan aksial
didasarkan pada asumsi yang diberikan pasal 10.2.2 hingga pasal 10.2.7 dan pada pemenuhan
kondisi keseimbangan dan kompabilitas regangan yang sesuai.
Dalam analisis ini diadakan dua tahapan, yaitu : bahasan hubungan rumus-rumus dan
mengorganisasikannya menjadi langkah-langkah dalam bentuk diagram alir (flow chart ) . Untuk
keperluan tersebut diatas, maka perhatikanlah gambar 3.1 (penyederhanaan dari Whitney ).
c C a=β 1 C Cc
h d
a
As (d - )
2
T T
fy
bε y =
Es
daerah tarik
Berdasarkan metode kekuatan ( kekuatan batas), maka : beton hancur dan baja
tulangan pula meleleh, sehingga ε cu=0.003 0,85fc’ dan fs = fy
(1) ∑ H =0
Cc - T= 0 Cc = T 0,85fc’x a x b = As x fy
As . fy
diperoleh: a = …………………………… ……………3.1
0,85 f c ' . b
( a2 )= A . f (d− a2 ) ……………………………………………3.3
M n=T d − s y
25
As
Diambil besaran baru :ρ= = disebut rasio tulangan ( angka tulangan).
b.d
Dalam pencapaian penampang leleh dan hancur, ada 3 kemungkinan yang bisa
terjadi, yaitu :
1) Pada kasus ini keruntuhan terjadi pada saat beton mencapai regangan hancur
( ε c =0,003 ) dan bersamaan dengan itu baja mencapai reganga ( ε ) leleh ε s=ε y
fy f
ε y= = y 5 =5.10−5 f y f y dalam MPa
E s 2.10
'
0.85 f 'c
ε c =0.003 f c
c
a= β 1.C Cc
d a
(d - )
2
ts T = Asfy
b f s=f y
ε s=ε y
Gambar 3.2. Tegangan dan Regangan Keruntuhan “Balanced”
Kondisi ini disebut struktur dalam kondisi “ Balance Reinfoeced”, sehingga pada
kondisi ini berlaku : ρ=ρb=¿ ρ balanced ¿
2) Kondisi ke dua, kondisi beton hancur lebih dahulu kemudian baja tulangan
meleleh, sehingga struktur berperilaku yang disebut : “ Over Reinforced “, yaitu
memenuhi syarat : ρ> ρ b
Kasus ini terjadi akibat tulangan terlalu banyak sehingga beton hancur terlebih
dahulu, karena beban tekan ( tegangan tekan). Keruntuhan seperti ini biasa
disebut keruntuhan tekan ( Compression failure ) yang ditandai dengan
keuntuhan tiba-tiba (failure brittle) seperti yang terlihat
A Beton hancur
26
A As
(i) Struktur
fs
baja
fy
fs
fs 0.003 fy ε
regangan
hancur beton
0,85f’c
ε c =0.003
C a= β 1 . c Cc
C
d
a
(d -
2
Es T
fs=
Penampang A-A εs
ε s<¿ ε y ¿
Diagram tegangan regangan
Gambar 3.3 Keruntuhan Tulangan Kuat.
3) Kondisi ketiga : Tulangan baja meleleh lebih dahulu , kemudian betonnya hancur,
sehingga strukturnya berprilaku yang disebut “ under Reinforce (tulangan
lemah )”, Pada kasus ini saat runtuh,tulangan meleh lebih dahulu, karena jumlah
tulangan tidak banyak ( cukup ). Keruntuhan beton tidak terjadi pada saat leleh
pertama terbentuk pada tulangan (ε s <ε y ¿. Pada saat beton tepat akan runtuh
dengan regangan sebesar ε c =0.003 maka regangan baja mencapai ε y > ε s tetapi
baja tulangan belum putus berhubung baja bersifat daktail ( ε c putus=0,15 kurang
lebih 50 x dari batas runtuh beton ).
Dengan demikian sebelum runtuh terjadi lendutan yang cukup besar dan
bersifat daktail tidak brittle. Bila struktur dirancang seperti ini maka sebelum
runtuh akan memberikan tanda-tanda defleksi besar, sehingga memberikan
kesempatan pada manusia untuk menyelamatkan diri.
27
Pada kondisi ini berperilaku ¿ ρb . Dalam setiap hasil perencanaan harus
memenuhi kondisi “ Under Reinforced, dalam SNI 03 – 2847 – 20013 ditetapkan
bahwa setiap struktur harus memenuhi :
P -Over Rainforced
-Under Rainforce
-Ductile filure
1 2
P∆ 2 P ∆1
dalam SNI 2847 pasal 10.3, didasarkan pada konsep regangan yang terjadi pada
penampang beton dan tulangan baja. Secara umum ada 3 macam jenis penampang
28
1. Kondidsi rengangan seimbang ( balanced strain condition ). Kondisi ini terjadi
pada suatu penampang ketika tulangan baja tarik mencapai egangan luluh , ε y ,
regangan tulangan tarik terluar sama atau kurang dari batasan regangan
ultimitnya sebesar 0,003. Untuk tulangan baja dengan fy = 400 MPa, batasan
regangan tekan 0,002. Kasus ini umumnya terjadi pada komponen struktur kolom
c1
c2 c3
d
Gambar.3.5 (a) Penamapang terkendali tarik ; (b).penampang daerah transisi,; (c) =penampang
terkendali tekan
Untuk memudahkan rumusan disain dan analisis dalam struktur beton, maka diambil
beberapa notasi baru :
ρ . fy b
w = f 'c ; r =d ;
a
Mn = As.fy ( d- )
2
As . f y
= ρbd f y (d − )
2.0 .85 . f ' c . b
29
ρbd . f y
= ρbd f y (d − )
2.0,85 f 'c . b
d
= ρb d df y ¿)
b 2 ρd f y
= ρ d . d f y (d− )
2.0,8 5 f ' c
2 ρd f y
= ρr d f y (d− )
2.0 .85 f ' c
f 'c 2 ρd f y
=ρ '
r d f y (d− '
)
fc 2.0,85 f c
ρf y ' 2 d ρf y
Mn = '
f c r d (d− . )
f c
1,7 f ' c
= wr f ' c . d 2 (d −0,59 d . w)
ρd f y
Mn = ρbd f y (d − )
2.085 f 'c
2 ρf y
= ρb d f y (1− )
2.0,85 f 'c
= ρbd ¿)
Mn
Mn = R.r.d3→ d=
√
3
R.r
dan diperoleh pula
Mn f
2
=ρ f y ( 1−0,59 ρ 'y ) …………………3.4
bd fc
Mn Mn
Sebutlah : =¿faktor kekuatan Rn = dengan demikian
b d2 b d2
' 2 Rn
Diperoleh : Rn =w f c (1−0,59 w)→ w −1,7 w+1.7 =0
f 'c
30
Rn
atau :
w=
√
1,7 ± 1,72 −4.1(1,7
2(1)
)
f 'c = 0,85 1−
[ √( 1−
2. Rn
f 'c )]
[ √
= 0,85 1± (1−
2 Rn
]
0,85 f 'c
) atau …………………3.5
fy
ρ.
f '
c
= 0,85 1± (1− [ √
2 Rn
'
)
0,85 f c ] atau
f 'c
ρ=0,85
fy [ √[
1± 1−(
2. Rn
]]
0,85 f 'c
) diambil notasi baru :
fy
m= , sehingga,
0,85 f 'c
ρ=
1
m
1±
[ (√ 1− 2. m.f Rn )] y
………………… 3.6
Berdasarkan SNI 2847- 2013 Pasal 10.5, pasal 10.5.1 Pada setiap penampang
komponen struktur lentur dimana tulangan tarik diperlukan oleh analisis, kecuali seperti
yang disediakan dalam pasal 10.5.2, 10.5.3, dan 10.5.4, As yang tersedia tidak boleh
kurang dari nilai yang diberikan.Tulangan minimum pada komponen struktur lentur.
Pasal 10.5.1, ditetapkan bahwa :
'
A s ,min =
√f c
bw d
4fy
31
1,4
A s ,min =ρmin . b w . d= . b . d f y dalam MPa Tulangan minimum ini diperlukan sehubungan
fy w
dengan terjadinya gaya-gaya tak terduga antara lain : creep, temperature, susut dan
lainnya tak terduga.
ε cu=0,003
C=C b
d
h Garis netral
(d - C b )
b ε fy
y=¿ ¿
Es
C b : ( d−C b )=ε cu :ε y
C b x ε y =( d−C b ) x ε cu
C b x ε y =ε cu x d−ε cu x Cb
C b x ε y + ε cu x C b=ε cu . d
C b ( ε y +ε cu )=ε cu . d
ε cu . d
C b= ε cu=0,00 3
ε y+ ε cu
0,003
C b= .d E s=2.105 MPa
fy
+ 0,003
Es
0,003
C b= .d
fy 2.105
+0.003 x
2.105 2.105
32
0,003
C b= .d
f y+ 0,003. 2.10 5
2.105
C 0,003. 2.105
b= 5
.d
f y +0,003. 2.10
C 600
b= .d
600+f y
a=β 1 . c dimana β 1 hanya tergantung dari mutu beton ( f 'c) seperti rumusan berikut
' '
0,85 untuk f c 0< f c ≤30 MPa
' ❑ '
β 1=¿…….. 3.7 0,85 - 8 ( f c−30 ¿ ¿¿1000 )❑30< f c <55 MPa
'
0,65 f c ≥ 55 MPa
0,85 f 'c . b . ab
Asb fy 0,85. f 'c .a b
ρb = = =
b.d b.d f y.d
ε c =¿0,003 ε c =¿0,00
b
'
0,85 f c
C=0,85 f 'c ab
c a
Cb
d
h
T=Asfy
εt ε fy
y=
Es
Terkendali tarik 33
Seimbang
Gambar 3.7 Penampang seimbang dan penampang terkendali tarik
Batasan prosentase tulangan baja yang diizinkan dalam suatu komponen struktur lentur
ε
balok persegi tulangan tunggal .SNI 2847: 2013 Pasal 10.3.5 diisyaratkan bahwa nilai t
pada kondisi kuat lentur nominal harus lebih besar atau sama dengan 0,004. Syarat ini
berlaku untuk balok non – prategang serta komponen struktur yang memikul beban
aksial kurang dari 0,1 f 'c Ag
ab A sb x f ρb f d
c b= = y
= y
ρxf yd
C=
0,85 f 'c β1
c ρ ρ .c b
=
c b ρb ; c= ρ
b
c ρ cb
d = .
ρb d
………………… ……………………….. 3.8
c 0,003
d
= 0,003+ε t …... ………………………………………………..3.9
cb 0,003
= ………………………………………………...10
d 0,003+ fy /Es
34
Selanjutnya dari persamaan 3.8 dan 3.10
c ρ cb ρ 0,003
d = . = (
ρb d ρb 0,003+ fy / Es ) . ……………………..3.11
Subtitusi persamaan 3.11 kedalam persamaan 3.9 dan susun kembali persamaannya
sehingga diperoleh hubungan berikut :
ρ 0,003+fy / Es
= ………………………………………………3.12
ρb 0,003+ε t
Dalam hal desain balok atau komponen struktur lainnya, batas maksimum rasio tulangan
dapat diambil dengan menggunakan nilai ε t= 0,005, sehingga dari persamaan 3.12
dapat dirumuskan :
Jika tulangan baja mempunyai fy = 400 MPa dan Es = 200.000 MPa, maka
ρmaks =0,625 ρb
penampang terkendali tarik, dan nilai factor reduksi ∅ dapat diambil sebesar 0,9
sedangkan balok atau komponen struktur dengan ρ> ρ maks ,akan menghasilkan ε t yang
kurang dari 0,005. Pasal 10.3 dari SNI 2847:2013 mensyaratkan nilai ε t tidak boleh
kurang dari 0,004, untuk menjamin tingkat daktalitas serta memperlihatakan tanda-tanda
yang Nampak secara visual sebelum terjadi keruntuhan . Bila nilai ε t diambil sebesar
ρ 0,003+fy / Es
= ………………………………….………… 3.14
ρb 0,007
35
Untuk fy = 400 MPa dan Es = 200.000 MPa, maka ρmaks t =¿0,714 ρb . Namun factor ∅,
tidak dapat diambil sebesar 0,9, karena penampang berada pada daerah transisi adalah
sebesar :
Tabel 3.1 menunjukkan nilai ρ dan Ru( = Mu/ bd2) untuk penampang terkendali tarik ,
ε t = 0,005 dan nilai factor reduksi, ∅ =0,90 sedangkan table 3.2 menujukkan nilai ρ dan
Ru untuk penampang pada daerah transisi ε t = 0,004, fy= 400 MPa dan nilai ∅ = 0,817
Tabel 3.1 Nilai ρ dan Ru (= Mu/bd2) untuk penampang terkendali tarik, ε t=0,005 dan
∅=0,9
Tabel 3.2 Nilai ρdan Ru(=Mu/bd2 ) untuk penampang daerah transisi ε t=o,oo4 dan
∅=0,817
( 0,003+
ρm aks =
fy/ Es
0,003+ ε )
ρ ε =0,005
t
b t
Hitung : Cc = T d
As ht
0,85f’c. b . a maks = Asmaks .fy
fy
Hitung :m=
0,85 f 'c
Mu
Rn=
∅ .b . d 2
Hitung :ρ=
1
m [ √
1± 1−
2. m. Rn
fy ( )]
N ρ< ρ maks Y
N ρ> ρ min Y
ρ=ρmin
As= ρ. b . d
STOP
Flow Chart 2. Analisis Tulangan Tunggal
Satuan :
STAR
- luas (mm2)
- tegangan ( Mpa)
Data : b , d , As, f 'c , f y
37 - panjang (mm)
Es = 2 x 105 MPa - gaya Tekan ( N )
- momen ( Nmm)
As
Hitung : ρ=
b.d
1,4
ρmin =
fy
N ρ> ρ min Y
Revisi Penampang d ht
As
Hitung :
b
0,85 f 'c 600
ρb =β 1 ( fy )
600+ f y
N ρ<75 % ρb Y
Perbesar
Penampang
As . f y
a=
0,85 f 'c.b
Mn ada= As . f y d−( a2 )
Stop
Mn ada = Momen nominal dukung Penampang tergantung dari mutu beton ( f 'c ),
Catatan : - Untuk menaksir dimensi awal komponen struktur balok dalam disain , maka
dapat diambil estimate sebagai berikut :
38
Sengkang ( beugel )
d = tinggi efektif balok
Type equation here .
h = tinggi total balok
d h
b = lebar balok
Umum.
39
Bila suatu balok beton menerima momen lentur, maka pada penampangnya
terjadi daerah tarik dan tekan. Pada pembahasan terdahulu ( balok bertulangan tunggal)
tulangan hanya ditempatkan pada daerah tarik saja ( lihat gambar dibawah ini).
ε c =¿0.003 fc '
0,85 f c
'
C Cc a = β1. c Cc
d
h
( d− a2 )
T = As.fy T = As.fy
b fy
ε y=
Es
Gambar 3.7 Balok dengan Tulangan Hanya Pada Daerah Tarik Saja
Mu 1,2 MD+1,6 ML
Mnperlu=
∅
= ∅
Faktor reduksi ( ∅ ¿= 0,90
Sedang Mnada yang dimaksud diatas adalah momen nominal dukung maksimum
penampangyang tergantung pada f’c, fy, b ,d yang besarnya dapat dihitung dengan
rumus :
amaks As maks . fy
'
(
Mnada maks = 0,85 f c . b . amaks d−
2 ) dimana : amaks =
0,85 f ,c b
40
( ganda )yaitu balok diberikan tulangan di daerah tarik maupun didaerah tekan sperti
pada pembahasan berikut.
Untuk keperluan analisa tulangan rangkap pada balok beton yang menerima momen
lentur, maka dapat dianalisa melalui gambar tipikal berikut :
ε c =¿0.003 fc '
0,85 f c
'
d' Cs
As’ ε s' Cc a = β 1 . c
C Cc
d
h
( d− a2 )
As
T = As.fy T = As.fy
b fy
ε y=
Es
Gambar 3.8 Diagram Blok Tegangan Tulangan Rangkap.
Dari gambar 3.8 diatas diperoleh diperoleh momen nominal penampang = Mn ada
Dimana : Mn1 = momen nominal maksimum yang dapat dipikul oleh balok jika
bertulangan tunggal As1, yaitu :
amaks
(
Mn1 =0,85. f 'c . b . amaks d−
2 )
As maks . fy
Dimana amaks =
0,85 f ,c . b
41
Mu
Dimana : Mnperlu =
∅
Pada saat balok mencapai tulangan tunggal maksimum, maka tetap harus memen uhi
Asmaks As 1
ρ ' ❑= = <0,625 . ρbuntuk fy =400 MPa
b.d b.d
Seperti yang telah dijelaskan, agar tulangan tekan leleh, kondisi dibawah ini harus
dipenuhi :
ε 's ≥ ε y
c−d ' f y
0,003 ( ) c
≥
Es
c−d 1 f
0,003 ( c ) ≥ y5
2.10
d' f
0,003 1− ( ) ≥ y5
C 2.10
42
d' f
0,003
( 1− '
)
≥ y5
( ρ− ρ ) f y .d 2.10
β 1 .0,85 f 'c .
' '
β' .0,85 f c . d 600
( ρ−ρ' ) ≥ .
f y. d 600−f y
Dengan mengorganisir hubungan rumus-rumus diatas, maka langkah disain dan analisis
tulangan rangkap dapat disusun sebagai berikut :
STAR
43
'
Data : f c , f y , Mu , ( b∧h taksir )
Asmaks= ρmaksb .d
As maks . fy
a maks=
0,85 f ,c .b
amaks
Mn1 =0.85 f 'c .b . a maks . b d− ( 2 )
Mu
Mn perlu = ; Mn 2=Mn perlu −Mn 1
∅
N y
Mn1 < Mn perlu
Tulangan
Tunggal
'
Hitung : Cc = 0,85. f c . b . amaks
Mn 2
Cs =
d−d '
' N
y d
Leleh
'
f s=600 1− ( Cb )
>f y
Tidak meleleh
Mn2 Cs
As' = ( d −d ' ) As=
f −0,85 f 'c
'
fy s
STOP
FLOW CHART
44
( Analisis Tulangan Rangkap )
STAR
d'
As’
Data :b , d , As' , As ,
h d
' '
f , f y,d
c
As
ts
As
Hitung : ρ= b
b.d
Penampang N Y
ρ> ρ min
diperbesar N
Y
N 0,85. β ' . f 'c . d ' 600
( ρ−ρ' ) >
f y.d ( 600−f y )
0,85 f 'c . β 1 . d ' Tul.Tekan Meleleh
'
f = 600 1−
s
[( ( ρ−ρ' ) . f y . d )] <f y f 's=f y
[
Mn ada=Mn= ( As . f y − As' . f 's ) d− ( a2 )+ As . f (d −d )]
' '
s
'
Pasal 8.12.2 Pada kontruksi balok – T tidak boleh melebihi seperempat panjang bentang
balok, dan lebar efektif sayap yang menggantung pada masing-masing sisi badan balok
tidak boleh melebihi :
Pasal 8.12.3 Untuk balok dengan slab pada satu sisi saja, lebar sayap efektif yang
menggantung tidak melebihi :
Pasal 8.12.4 Balok terpisah, dimana bentuk – T digunakan untuk memberikan sayap
untuk luasan tekan tambahan, harus mempunyai ketebalan sayap tidak kurang dari
setengah lebar badan dan lebar efektif sayap tidak lebih dari empat kali lebar badan.
Balok T dan L adalah bentuk penampang balok bukan segi empat yang paling
sering digunakan . Kerena slab ( pelat ) pada umumnya dicor secara monolit dengan
baloknya, seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.9, maka kekuatan dan kekakuan
balok segi empat akan bertambah dengan adanya kontribusi bagian slab (pelat).
Berdasarkan percobaan-percobaan dan pengalaman-pengalaman dianggap berlaku
secara monolit sebagai bagian dari plents dari balo
Balok L Balok T
Be Be
hf
Bw Jarak bersih ( ln ) Bw
Be Be
'
0,85 f c
a=β 1 . C Cc
C
a
d−
2
46 a=β 1 c Cc
As As
Bw Bw
Be=b ε cu=0,003=0,003
Be=b 0,85 f 'c
a=β 1 . C
C
As As T= As.fy
fs
Balok L bersifat Balok T bersifat ε s=
Es
Balok persegi biasa Balok persegi biasa
Gambar 3.11 Diagram regangan/ blok tegangan Balok T dan L yang bersifat
balok persegi biasa
L L
1. Be= 1. Be=
4 12
2. Be=Bw +2 ¿) 47 2. Be=Bw +6 t
3. Be=Bw + ln ln
3. Be=Bw+
2
Be Be
L ( bentang Balok)
Bw Ln Bw Ln Bw
T atau L terbalik
Diagram regangan dan blok tegangan akibat momen lentur suatu penampang balok
yang bentuknya spserti huruf T atau L terbalik dapat dilihat sebagai berikut :
d ¿)
T = As .fy
Bw fy
ε y=
Es
Gambar 3. 13 Diagram regangan dan blok tegangan T emikul beban.
Dalam memikul beban, maka balok yang berbentuk huruf T dan L tersebut diatas ada 2
kumungkinan sifat , yaitu :
a. penampang balok T bersifat sebagai balok T murni, disebut balok T, yaitu bila C > t,
b. penampang balok T bersifat balok penampang persegi balok biasa, yaitu bila C < t.
Berdasarkan gambar 3.13 , maka beberapa persamaan hubungan rumus-rumus dapat
diperoleh :
' As . f y
Cc = T 0,85 f c . Be . a=As . fy a= … … … … .3 .9
0,85 f 'c . Be
Sehingga :
As . f y
a= ≤ t sifat balok segi empat biasa
0,85. f 'c . Be
As . f y
a= >t sifat balok T murni.
0,85 f 'c . Be
T = As .fy
Bw
fy
ε y=
Es
Gambar 3. 14 Diagram blok regangan tegangan balok T ( letak Cc1 + Cc2 )
Keseimbangan gaya :
49
As . f y ( Be−Bw ) t
a= '
− >t sifat balok T murni …….3.10
0,85 f . Bw
c
Bw
aaktual t
Mn=0,85 f 'c . Bw . aaktual ( d−
2 ( )
)+ 0,85 f 'c ( Be−Bw ) t d −
2
Mu t
=0,85 f 'c . Bw . d . aaktual−0,85 f 'c . Bw .¿ ¿+ 0,85 f 'c ( Be−Bw ) t( d− )
∅ 2
0,85 f 'c . Bw Mu t
2
'
¿ 0,85 f c . Bw . d ¿ aaktual +
∅ [
−0,85 f 'c ( Be−Bw ) t (d− ) =0
2 ]
Persamaan diatas merupakan persamaan kwadrat dalam a aktual sebagai berikut :
−q+ √ q2−4. p . s
a aktual=
2. p
0,85. f 'c . Bw
Dimana : p=
2
q=−0,85 f 'c . Bw . d
Mu t
s= −0,85 f 'c ( Be−Bw ) t (d− )
∅ 2
Be ε cu=0,003 f 'c
0,85 f 'c a aktual
t
50 C
d
As T = AS.fy T = AS.fy
Nilai aaktualjika balok T dan L bersifat sebagai balok persegi biasa :
a aktual
Mn=0,85 f 'c . Be . aaktual d−( 2 )
Mu 0,85 f 'c. . Be
∅
'
=( 0,85 f c . Be . d ) aaktual − ( 2 )
(a aktual ¿ ¿2
0,85 f 'c . Be
( 2 ) ¿
a aktual=0,85 f 'c . Be . d ± √¿ ¿ ¿
2. Mu
2
√
= d± d −
0,85 f 'c . ∅ . Be
…………………3.13
CONTOH SOAL.
Penyelesaian :
L L
h= h=
h= h=
Untuk soal tersebut diatas diambil 2 keadaan , terletak diatas dua perletakan dan
diangap sebagai level .
L1 f 10000 350
h= ( 0,4 + y ¿= ( 0,40 + 700 ¿=562,5 mm
16 700 16
L2 f 3000 350
h= ( 0,4 + y ¿= ( 0,40 + 700 ¿=337,5 mm
8 700 16
b = ½ h = ½. 60 = 30 cm.
52
WD=0.30 x 0,60 x 2,4=0,432 t /m' =432 kg / m'
Wu=1,2 WD+1,6 WL
3. Perhitungan Momen
X Wu = 1318,4 kg/m’
A WU1 B WU2
L 1=10 m L 2=3 m
10 RA – 65920 + 5932,8 = 0
59987,2
RA= 10
=5998,72 k g
∑ V =0
RA + RB = WU1 + WU2
RB = 11140,48 kg
Mx = RA . X – ½ Wu x2
= 5998,72 x – ½ .1318,4 x2
= 5998,72x – 659,2 x2
53
- Persamaan bidang lintang
Mx
Dx = =¿5998,72 – 1318,4x
dx
Perhitungan momen maksimum
Momen maksimum Dx = 0
5998,72 – 1318,4 x= 0
1318,4 x = 5998,72
5998,72
X= =¿ 4,55 m
1318,4
Masukkan harga x pada persamaan bidang momen
Mx = 5998,72 x – 659,2 x2
Mmax = 5998,72 ( 4,55 ) – 659,2 ( 4,55)2
= 27294,176 – 13647,088 = 13647,088 kgm
- Perhitungan Momen tumpuan dititik B
Masukkan harga x = 10m pada persamaan bidang momen
Mx = 5998,72x – 659,2 x2
MB = 5998,72. 10 – 659,2 . 102
= 59987,2 – 65920
= - 5932,8 kgm
Kotrol momen dititik B (MB) dianggap sebagai level
Mx = - ( ½. Wu.X2)
= - 659,2 . X2
Masukkan X = 3 pada persamaan bidang momen
MB = - 659,2 . 32
= - 5932,8 kgm
4. Perhitungan Tulangan.
a. Tulangan Lapangan.
Data : Mu = 13647,088 kgm = 136470880 Nmm
f 'c = 30 MPa
54
f y =¿350 MPa
d = 540,5 mm
b = 300 mm.
d h
Misal dipakai tulangan D19
d = h – ts -1/2D ts
1,4 1,4
Hitung : ρmin = = =0,004
f y 350
0,85 f 'c
ρb =β ( )¿ )
1
fy
0,85.30
= 0,85 ( 350
¿¿ )
= 0,0391
( 0,003+350/200000 )
=( ) ρb
0,003+0,005
= 0,594 ρb
= 0,594.0,0391=0,0232
55
a = β1C C C =¿0,85 f 'C.b.a
C
h d
a
d-
2
T = As. fy
f
εy = y
b=300mm Es
172,3
Mn ada = 0,85 .30.300.172,3 ( 540,5 – ¿
2
= 598876463,25 Nmm
Mu 136470880
Mn perlu = = = 151634311,11 Nmm
∅ 0,9
Mn ada > Mn perlu Pakai tulangan tunggal
fy 350
Hitung : m= ' = = 13,72549
0,85 f c
0,85.30
Mu 136470880
Rn = 2 = = 1,731 Mpa
∅.b.d 0,9.300 . 540,42
1
ρ= ¿
m
1
= ¿
13,72549
= 0,0051
3 D19
300 mm
d ¿)
57
T = As . fy
fy
b=300mm ε y=
Es
a max
Mn ada = Cc ( d – ½ a ) = 0,85f 'C . b . amax (d− )
2
172,3
= 0,85 . 30 . 300 . 172,3 ( 540,5 – ¿
2
=598876463,3 Nmm
Mu 5932800
Mn perlu = = = 6592000 Nmm
∅ 0,9
fy 350
Hitung : m = '
= = 13,7255
0,85 f C
0,85 .30
Mu 59328000 59328000
Rn = 2=
= = 0,7522 Mpa
∅ b d 0,9.300 . 540,5 78877867,5
2
1
ρ= ¿
m
1
= ¿
13,7255
1
= (1−0,9701)
13,7255
= 0,00218
Syarat : ρ min ¿ ρ< ρ max
648,6
Jumlah tulangan (n)= = 2,289 mm2
283,385
58
Pakai tulangan 3 D 19 = 850,155 mm 2 > 648,6 mm2
Dari hasil perhitungan rekasi perletakan (gaya lintang) diperoleh data pada
gambar gaya lintang berikut
RA = VA = 5998,72 kg = 59987,20 N
RB = VB = 11140,45 kg = 111404,5 N
VA = 59987,20 N
VB = 111404,5 N
4,55 m 5,45 m
10 m
VB = 111404,5 N
Vc = 111404,5 N
504,mm
5450mm
Langkah perhitungan :
59
2. Menentukan ∅ Vc Faktor rduksi untuk geser ∅=0,75
∅ Vc=0,75.1/6. √ f ' c . b.d = 0,75 x 1/6x √ 30 x 300 x 504,5 = 103622,261 N
3. Menentukan loksi dimana dimana Vu dan ∅ Vc
∅ Vc>Vutulangan geser
bw . s
Av = misal pakai besi D 8 Av= 2(1/4.3.14.82)=100,48 mm2
3 fy
Av .3 fy 100,48 3.350
Jarak S maks = = =35,68 mm
bw 300
3D19
2D12
60
2D19
I
II III
I 10 m II III 3m
30 cm 30 cm 30 cm
Pot . I - I Pot . II - II Pot . III - III
P P
61
Ditentukan :
Ditanyakan :
Pada soal tersebut diatas bentangan balok dibagi atas duan bagian :
L 10000
h=
16
= 16
= 625 mm = 62,5 cm
L = 10 m
- Dianggap sebagai level
L 3000
h=
8
= 8
= 375 mm = 37,5 cm
L = 3,0 m
b = 35 cm
A B WU2
L = 3,0 WU
L = 4,0 1
L = 3,0 L = 3,0
m m m m
WU1 = Wu . 10 = 4,4256 . 10 = 44,256 ton
WU2 = Wu . 3 = 4,4256 . 3 = 13,2768 ton
∑ MB=0
RA.10 - Pu1.7 – WU1(1/2 . 10 ) – Pu2 . 3 + WU2 . (1/2 . 3 ) = 0
10 RA = 328,6648
328,6648
RA = = 32,86648 ton
10
∑ V =0
RA + RB = WU1 + WU2 + Pu1 + Pu2
32,86648 + RB = 44,256 + 13,2768 + 12,8 + 12,8
RB = 83,1328 – 32,86648 = 50,26632 ton
3.1 Perhitungan momen lapangan .
Mx = RA x – ½ .Wu.x2– Pu1 ( x - 3 )
= 32,86648 . x – ½ . 4,4256 . x2 – 12,8 ( x – 3 )
= 32,86648 x – 2,2128 x2 – 12,8x + 38,4
= 20,06648x – 2,2128x2 + 38,4
dMx
Dx = =20,06648 -4,4256x
dx
63
Momen maksimum Dx = 0
20,06648 – 4,4256x = 0
20,06648
X= = 4,53418 m
4,4256
Mx = 20,06648x – 2,2128x2 + 38,4
Masukkan x = 4,53418 m
M max = 20,06648 ( 4,53418 ) – 2,2128 ( 4,53418) 2 + 38,4
= 90,98503229 – 45,49248669+ 38,4
= 83,8925456 tm
3.2. Perhitungan momen dititik B.
1 2 1 2
MB = - ( Wu. L❑) = -( .4,4256 .3 ) = -19,9152 tm.
2 2
MB = M tumpuan dititik B
4. Perhitungan Penulangan
4.1 Perhitungan tulangan Lapangan
Data : Mu = 83,8925456 tm
= 8389254,56 kgcm = 838925456 Nmm
'
f C =¿25 MPa
f y = 400 MPa
d = 639 mm
b = 350 mm
Misal dipakai D 22
d = h - ts – ½ D
d
h= 700 mm = 700 – 50 – ½ .22
ts = 639 mm
b=350 mm ts diambil = 5 cm = 50 mm
1,4 1,4
ρmin = = =0,0035
fy 400
8,85 f ,c 600
ρb =β 1 ( fy )( 600+fy )
= 0,85 ( 0,85.25
400 )( 600
600+ 400 )
= 0,027
64
ρmaks =0,594 ρb =0,594.0,027=0,01609
As maks . fy 3598,529
a maks = , = =193,534 mm
0,85 f .b
c
0,85.25.350
'
ε C= 0,003 0,85 f C
'
a =β1C Cc = 0,85 f C .b.a
C
d
a
d -2
ts T = As . f y
fy
ε y=
Es
b=350 mm
a
Mn ada = Cc ( d - 2 ¿
amax
= 0,85f 'c . b . amax (d− )
2
193,534
= 0,85 . 25 . 350 . 193,534( 639 –
2
)
= 780495128,10 Nmm
Mu 838925456
Mn perlu = = = 932139395,55 Nmm
∅ 0,9
Mn2 = Cs ( d – d’ )
Mn2 151644267,45
Cs = ' = = 257460,55 N
(d −d ) (639−50)
50
f 'S =600 ¿ ) = 600( 1 - 383,4 ¿ = 521,753 Mpa
Mn2 151644267,45
As '= ' = =643,65 mm2
f y (d−d ) 400(639−50)
Mn1
As=
amax + As'
f y (d− )
2
780495128,10
= + 643,65 = 3598,522 +643,65
400 ¿ ¿
= 4242,172 mm2
4242,172
Jumlah tulangan tarik (n) = =11,165 batang
379,94
Digunakan 12 D22 = 4559,28 mm2>4242,172 mm2
643,65
Jumlah tulangan tekan ( n ) = =1,694 batang
379,94
66
Gunakan 2 D 22 = 759,88 mm2>643,65 mm2
2 D 22
2 D 12
700 mm
12 D 22
350 mm
f y =400 MPa
d = 639 mm
b = 350 mm
a max = 193,534 mm
d
a
d-
2
T = As . f y
f
ε y= y
b = 350 mm Es
a a
Mn ada = Cc ( d - ¿ = 0,85.f 'C . b. a max (d − max )
2 2
193,534
= 0,85 . 25 . 350 . 193,534( 639 – )
2
67
= 780495128,10Nmm
Mu 199152000
Mn perlu = = = 221280000 Nmm
∅ 0,9
0,85.25 600
= 0,85 ( ¿( )
400 600+ 400
= 0,0271
ρmax = 0,594 ρb =0,594 .0,0271=0,01206
fy 400
Hitung : m= '
= = 18,8235
0,85 f c
0,85.25
Mu 19915200
Rn = = =¿0,15484 Mpa
∅ . b . d 0,9 .350 . 6392
2
1
ρ= ¿)
m
1
ρ=
18,8235
¿ )
= 0,0039
3D22
2D12
68
2D22
Balok tertumpu sederhana menrima beban terbagi rata dan terpusat seperti
pada gambar.
A B
L= 3 m L= 4 m L= 3 m L= 3 m
69
VU = 328664,8 N
VU=195896,8 N
VU = 132767 N
VU =67896,8N
VU =109127,2 N
VU = 237127,2 N
VU =369895,2 N
4534,18mm 5465,82mm
Data : h = 700 mm
fy = 400 Mpa
350 mm
d = 639 mm
70
Av = 2( ¼ π D 2) = 2 ( ¼ . 3,14 . 82) = 100,48 mm2, maka,
d 639 19262016
∅ Vs=∅ Av fy =0,75 x 100,48 x 400 x =
S S S
∅ Vc+ ∅ Vs=∅ Vu
19262016
139781,25 + = 0,75. 272045,036
S
139781,25 S+19262016
= 204033,778
S
139781,25 S + 19262016 = 204033,77 S
S = 299,786 mm
Jarak maksimum S (beugel / sengkang ) = 299,786 mm.
Diambil jarak sengkang S = 250 mm.
0,5 ∅ Vc=0,5 x 139781,25 N =69890,625
Penampang kritis
Vu = 369895,2 N
300 Vu kritis = 272045,036 N
200 Vu = 237127 N
∅ Vc = 139781,25 N
100 Vu = 109127,2 N
0,5∅ Vc = 69890,625 N
3000 mm 2465,82 mm
D 8 – 250 mm D 8 – 400 mm
700 mm
350 mm
d=639 mm 5465,82 mm
71
Dalam kajian sifat beton, kekakuan tarik beton jauh lebih kecil dibandingkan
dengan kekuatan tekannya. Desain terhadap geser merukakan hal yang penting dalam
struktur beton, karena perilaku balok beton bertulang pada keadaan runtuh akibat geser
sangat berbeda dengan keruntuhan karena luntur. Balok yang mengalami keruntuhan
geser, langsung hancur tanpa adanya peringatan terlebih dahulu, disamping retak
diagonal yang terjadi lebih lebar dibandingkan dengan retak lentur.
Perilaku kegagalan getas ( brittle) ini diatasi dengan merancang penampang yang kuat
untuk memikul beban geser rencana.
Selain balok menerima beban seperti tersebut diatas juga menerima beban torsi.
Didalam sistim struktur, torsi atau momen puntir digolongkan atas dua tipe, yaitu:
torsi statis tertentu dan torsi statis tak tentu. Disebut statis tertentu, jika torsi yang harus
dipikul diperoleh dari persyaratan statika dan bebas dari kekakuan unsur (gambar
1.a ) . Sedang torsi statis tak tentu terjadi dalam keadaan di mana tidak akan ada torsi
kalau ketidaktentuan statika dihilangkan ( Gambar 2.a)
P
T
72
Perilaku balok beton bertulang pada keadaan runtuh karena geser sangan
berbeda dengan keruntuhan karena lentur. Balok dengan keruntuhan geser umumnya
tanpa adanya peringatan awal. Untuk perilaku kegagalan getas ( britle) inisengkang atau
penampang harus dirancang cukup kuat untuk memikul beban geser luar rencana. Gaya
geser secara bersama ditahan oleh sengkang / tulangan geser dan beton. Terdapat dua
jenis sengkang yang digunakan :
Sengkang vertikal
Sengkang miring / tulangan miring.
Diameter sengkang yang umum digunakan : D8, D10, D 12.
Gambar. 4.2a dan gambat 4.2b memperlihatkan pola rertak geser terjadi pada balok,
serta pemasangan sengkang vertikal dan miring.
Sengkang vertikal
Tualangan utama
Sengkang miring
73
Komponen struktur, kecuali komponen struktur – lentur –tinggi, yang menerima beban
Hal mana Vu adalah geser terfaktor pada penampang yang ditinjau dan V n adalah kuat
Vn = V c + V s Pers. ( 11-2 )
dimana Vc adalah kekuatan geser nominal yang disediakan oleh beton yang dihitung
sesuai dengan pasal 11.2 11.3 dan Vs adalah kuat geser nominal yang disediakan oleh
'
Tegangan geser beton biasanya dinyatakandalam fungsi dari √f c dan kapasitas beton
Pasal 11.2.1.1 Untuk komponen struktur yang dikenai geser dan lentur saja
Nu
Vc = 0,17 1+ ( 14 Ag )
√ גf 'c b w d Pers. ( 11-4 )
' vu d
Vc = ( 0,16 √ גf c )+17 ρ w ¿b d pers.(11-5)
Mu w
74
Tetapi tidak lebih besar dari 0,29 √גf 'd bw d . Dalam menghitung Vc dengan per .11-
Vud Vud
5) ,Nilai tidak boleh diambil melebihi ≤ 1hal manaMu adalah momen terfaktor
Mu Mu
Jika Vu ≤ ∅ Vc,
Pasal 11.2.2.2 Untuk komponen struktur yang dikenai tekan aksial, Vc boleh dihitung
( 4 h−d )
Mm= Mu - Nu Pers.(11-6 )
8
0,29 N u
√
Vc = 0,29 √ גf 'c b w d 1+
Ag
pers. (11-7)
Nu/Ag harus dinyatakan dalam MPa, bila M m seperti yang dihitung dengan
pers. (11-7)
Pasal 11.2.2.3 Untuk komponen struktur yang dikenakan tarik aksial yang
0,29 N u
besar, (
Vc = 0,17 1+ Ag ) '
√ גf c bw d pers.( 11-8 )
Tapi tidak kurang dari nol, Nu adalah negative untuk tarik. Nu/Mu harus
75
Pasal 11.2.3 Untuk komponen struktur bulat, luas yang digunakan untuk
beton .
( nilai vaktor reduksi ∅ = 0,75 ) maka secara teoritis maka penampang tidak memerlukan
tulangan geser, meskipun demikian penampang harus diberi tulangan geser minimum
bw
sebesar Av =
3f y
Hal mana :
bw
Sengkang
S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1
Sengkang
Gambar 4.3.Gelagar yang dibebani gaya geser, lentur dan axialvertikal
tekan
76
6.2 Kekuatan geser yang disediakan oleh tulangan geser Pasal 11.4
(b) Tulangan kawat baja las dengan kawat – kawat yang ditempatkan tegak lurus
(a) Sengkang yang membuat sudut 45 derajat atau lebih dengan tulangan tarik
longitudinal;
(b) Tulangan longitudinal dengan bagian yang dibengkokkan yang membuat sudut
11.4.2 Nilai fy yang digunakan dalam desain tulangan geser tidak boleh
melebihi 420 MPa, kecuali nilai tersebut tidak melebihi 550 MPa untuk
77
Pasal 11.4.5.1 Spasi tulangan geser yang dipasang tegak lurus terhadap sumbu
prategang dan 0,75hpada komponen struktur beton pratekan, atau 600 mm.
harus dipasang degan spesi sedemikian hingga setiap garis 45 derajat, menerus
kearah reaksi dari tengah tinggi komponen struktur d/2 ke tulangan tarik.diagonal,
Pasal 11.4.6.1 Luas tulangan geser minimum, Av,min, harus disediakan dalam
semua komponen struktur lentur beton bertulang ( beton prategang dan non
(b) Unit inti berlubang ( hollow – core ) dengan tinggi tanpa slab total tidak lebih
besar dari 315 mm dan unit inti berluang dimana V u tidak lebih besar dari
0,5Vcw ;
(c) Kontruksi balok jois ( joist ) beton yang didefinisikan dalam 8.13;
(e) Balok yang menyatu dengan slab dengan h tidak lebih besar dari 600 mm dan
tidak lebih besar dari yang lebih besar dari 2,5 kali tebal sayap ( flange ), dan
78
(f) Balok yang dibangun dari beton berat normal bertulangan serat baja denga f 'c
tidak melebihi 40 Mpa, h tidak lebih besar dari 600 mm, dan V u tidak lebih
bila di tunjukkan dengan pengujian M n dan Vndapat disalurkan bila tulangan geser
diabaikan .
Pasal 11.4.6.3 Bila tulangan geser yang disyaratkan oleh 11.4.6.1 atau untuk
kekuatan dan bila 11.5.1 memperbolehkan torsi untuk diabaikan , maka A v,min
untuk komponen struktur prategang ( kecuali seperti yang yang diberikan dalam
' bw s
Av,min = 0,062√ f c
f yt
79
Pasal 11.4.7.2 Bila digunakan tulangan geser tegak lurus terhadap sumbu
komponen struktur
A v f yt d
V s=
S
dimana Av adalah luas luas tulangan geser yang berada dalam spasi s.
Pasal 11.4.7.3 Bila pengikat melingkar, sengkang tertutup, atau spiral digunakan
harus diambil sebagai dua kali luas batang tulangan pada pengikat melingkar,
sengkang tertutup, atau spiral atau spiral dengan spasi S, S diukur dalam arah
V s =A v f yt ¿ ¿pers.( 11-16)
dimanaα adalah sudut antara sengkang miring dan sumbu longitudinal komponen
Pasal 11.4.7.5 Bila tulangan geser terdiri satu batang tulangan tunggal atau
kelompok tunggal dari batang tulangan paralel, semuanya ditekuk naik dengan
Vs = AvfySinα
Tetapi tidak lebih besar dari 0,25 √ f 'c b w d , dimana α adalah sudut antara tulangan
80
Pasal 11.4.7.6 Bila tulangan geser terdiri dari serangkaian batang tulangan yang
ditekuk naik secara paralel atau kelompok batang tulangan yang ditekuk naik
secara paralel dengan jarak yang berbeda dari tumpuan, Vs harus dihitung
Pasal 11.4.7.7 Hanya tiga perempat pusat bagian yang miring dari semua batang
geser.
Pasal 11.4.7.8 Bila lebih dari satu tipe tulangan geser digunakan untuk
menulangi bagian komponen yang sama,V s harus dihitung sebagi jumlah nilai
Pasal 11.4.7.9 Vs tidak boleh diambil lebih besar dari 0.66√ f 'c b wd
s
α = miring minimum 450
d d
Bila gaya geser terfaktor Vu >∅ Vc, maka kelebihanngaya geser ( Vu - ∅Vc ) ditahan
oleh tulangan geser Vs = Vu - ∅ Vc . Besarnya Vs dihitung sebagai berikut :
81
1. Tulangan sengkang tegak lurus sumbu komponen
d
Vs = Av fy
s
2. Tulangan sengkang dengan kemiringan α terhadap sumbu komponen
d
Vs = Av fy (sinα + Cos α )
s
Bagi Vc tulangan tunggal / kelompok batang tulangan sejajar dan semua bengkok
pada jarak yang sama daritumpuan.
d bw d √ f 'c
Vs = Avfy ( sin α ) tapi tidak boleh lebih dari Vs =
s 4
Batas jarak tulangan geser s dan luas minimum tulangan geser
2 '
Untuk nilai Vs≤ bw d √f , maka jarak spasi / jarak maksimum s sengkang
3 c
vertikal :
1
S ≤ d , untuk komponen non pratekan
2
S ≤ ¾ h, untuk komponen pratekan
S ≤ 600 , untuk komponen pratekan
bw d √ f 'c 3
Juka Vs> , maka S ≤ 0,25 untuk komponen non pratekan, dan S ≤
3 8h
4.5Kategori Desain.
Pada perencanaan sengkang atau tulangan geser miring, persyaratan
desaian mengacu pada ketentuan seperti berikut ini :
1. Vu ≤ 0,5 ∅ Vn : tidak perlu tulangan
2. Vc < Vu ≤ ∅ Vc : perlu tulangan minimum, kecuali bagi tiga jenis struktur :
82
Struktur balok berusuk
Struktur balok dengan ukuran ≤ 250 mm atau 2,5 tebal flens atau 0,5
lebar balok badan
bw d √ f 'c bw S
3. Bila besaran Vs , atauVc <Vu≤ ∅ ¿ + Vsmin ), maka Avmin =
3 3 fy
4. Vu ≥ ∅ ( Vc + Vsmin ), maka perlu tulangan geser untuk memenuhi Vu ≤ ∅ Vn
b w d √ f 'c 2 bw d √ f 'c
5. Untuk ∅ Vc+
[ 3 ] [
<Vu ≤ ∅ Vc+
3 ] , maka rencana tualangan geser
Av f y d
adalah Vs = , yang mana tulangan geser dalam jarak
s
jarak S.
Vmaksimum
-
גv גv Vminimum
83
πd 2v
Av =
2
4. Menghitung jarak / spasi maksimum dari persamaan
3 Av f y
S maks =
b
Penampang kritis
d
As
d b
Vu Penampang kritis
d1 lebar tumpuan
∅ Vc
0,5
∅ Vc0
84
Gambar 4.6 Diagram Kuat Geser Nominal yang diperlukan balok sepanjang setengan bentang
5. Mengambil harga terkecil diantara S maks, d/2 dan 600 mm untuk jarak
maksimum sengkang
6. Ambil harga terkecil diantara S maks, d/4 dan 300 mm. Lalu masukkan ke
dalam variabel Smaks.
7. Menghitung kuat geser kuat geser nominal yang disumbangkan oleh beton
∅ Vc dengan persamaan
∅ V c =∅ ( 16 √ f ) bd
'
c
1
7
√
atau ∅ V c =∅ (
f 'c + 120 ρw
Vu
Mu
bd )
d
8. Menentukan nilai ∅ Vs = ∅ Av fy sebagai fungsi S
s
9. Menyamakan persamaan∅ Vc+ ∅ Vs=Vu .
10. Pada penampang kritis Vu = (Vu)kritis = ∅ Vc+ ∅ Vs , dihitung jarak jarak
dilakukan sengkang S
11. Jrak sengkang S bagi Vu di beberapa lokasi, seperti di 1/4 bentang
dihitung berdasarkan nilai Vu = ( Vu )1/4 bentang = ∅ Vc+ ∅ Vs
12. Hal serupa dapat dapat pada posisi penampang lainnya.
Balok tertumpu sederhana menrima beban terbagi rata dan terpusat seperti
pada gambar.
A B
L= 3 m L= 4 m L= 3 m L= 3 m
VU = 328664,8 N
VU=195896,8 N
VU = 132767 N
VU =67896,8N
VU =109127,2 N
VU = 237127,2 N
VU =369895,2 N
4534,18mm 5465,82mm
85
Gambar 4.7 Balok dan tumpuan dengan diagram gaya geser
Data : h = 700 mm
Dua kaki
b = 350 mm 700 mm d
f’c = 25 Mpa dv
fy = 400 Mpa
d = 639 mm
350 mm
Dengan menggunakan diameter sengkang D10 tulangan utama D 22
200 Vu = 237127 N
∅ Vc = 139781,25 N
100 Vu = 109127,2 N
0,5∅ Vc = 69890,625 N
3000 mm 2465,82 mm
86
Daerah pemasangan sengkang Daerah pemasangan
5465,82 mm
Av f y d
75 f '
Vc ¿ 1 atau √ c bw∗d
( 3
1 '
1200 ) S = Vu
( ) atau S = A v f y ¿ ¿
−V s sengkang s rencana :
Jarak ∅tulangan
Vc + √ f c∗bw ∗d
3
Vud
Vud 3∗A
Tidak perlu
v tulangan geser
S= atau s = 0,5
bw
87
VII. Analisis dan Desain Kolom
Pasal 8.10 Kolom
Pasal 8.10.1 Kolom harus dirancang untuk menahan gaya aksial dan beban
terfaktor pada semua lantai atau atap dan momen maksimum dari beban
terfaktor pada satu bentang lantai atau atap yang bersebelahan yang
ditinjau. Kondisi pembebanan yang memberikan rasio momen maksimum
terhadap beban aksial harus juga ditinjau.
Pasal 8.10.2 Pada rangka atau kontruksi menerus, pertimbangan harus
diberikan pada pengaruh beban lantai atau atap tak seimbang pada baik
kolom eksterior dan interior dan dari pembebanan eksentris akibat
penyebab lainnya.
Pasal 8.10.3 Dalam menghitung momen beban gravitasi pada kolom
diizinkan untuk mengasumsikan ujung jauh kolom yang dibangun menyatu
dengan struktur sebagai jepit.
Pasal 8.10.4 Tahanan terhadap momen pada setiap tingkat lantai atau atap
harus disediakan dengan mendistribusikan momen di antara kolom-
kolom langsung di atas dan dibawah lantai ditetapkan dalam proporsi
terhadap kekakuan kolom relatif dan kondisi kekangan .
88
Ketentuan dalam pasal 10 berlaku untuk desain komponen struktur terhadap beban
lentur atau aksial atau kombinasi dari beban lentur dan aksial.
Pasal 10.2.1 Desain kekuatan komponen struktur untuk beban lentur dan aksial
didasarkan pada asumsi yang diberikan dalam pasal 10.2.2 hinhha 10.2.7, dan pada
pemenuhan kondisi keseimbangan dan kompatibilitas regangan yang sesuai.
Pasal 10.2.2 Regangan pada tulangan dan beton harus diasumsikan berbanding lurus
dengan jarak dari sumbu netral, kecuali, untuk balok tinggi seperti yang didefenisikan
dalam pasal 10.7.1, analisis yang memperhitungkan distribusi regangan nonlinier harus
digunakan. Alternatifnya, diizinkan untuk menggunakan model strat dan pengikat. Lihat
pasal10.7,pasal 11.7, dan lampiran A.
Pasal 10.2.3 Regangan maksimum yang dapat dimanfaatkan pada serat tekan beton
terluar diasumsikan sama dengan 0,003.
Pasal 10.2.4 Tegangan pada tulangan yag dilainya lebih kecil dari pada kekuatan leleh fy
harus diambil sebesar Esdikalikan regangan baja. Untuk regangan yang nilainya lebih
besar dari regangan leleh yang berhubungan denganfy, tegangan pada tulangan harus
diambil sama dengan fy Pasal 10.2.5 Dalam perhitungan aksial dan lentur beton
bertulang, kekuatan tarik beton harus diabaikan, kecuali bila ketentuan 18.4
dipenuhi.Pasal 10.2.6 Hubungan antara distribusi tegangan tekan beton dan regangan
beton boleh diasumsikan berbentuk persegi, trapezium, parabola, atau bentuk lainnya
yang menghasilkan perkiraan kekuatan yang cukup baik bila dibandingkan dengan hasil
pengujian tekan.
Pasal 10.2.7 Ketentuan pasal 10.2.6 dapat dipenuhi oleh suatu distribusi tegangan
beton persegi ekivalen yang didefenisikan sebagai berikut :
Pasal 10.2.7.1 Tegangan beton sebesar 0,85 f ,c diasumsikan terdistribusi secara merata
pada daerah tekan ekivalen yang dibatasi oleh tepi penampang dan suatu garis lurus
yang sejajar dengan sumbu garis netral sejarak a=β 1 c dari serat dengan regangan
tekan maksimum.
Pasal 10.2.7.2 Jarak dari serat dengan regangan maksimum ke garis netral, c, harus
diukur dalam arah tegak lurus terhadap sumbu netral.
89
Pasal 10.2.7.3 Untuk f 'cantara 17 MPa dan 28 MPa, β 1 harus diambil sebesar 0,85 untuk
f 'c ≤ 30 MPa
Defenisi kolom adalah komponen struktur bangunan tugas utamanya menyangga beban
aksial desak vertikal dengan tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi
lateral terkecil. Apabila rasio bagian tinggi dengan dimensi lateral kecil kurang dari tiga
disebut pedestal.
L < 3b L > 3b
b. Padestal a. Kolom
90
Kolom tidak hanya menerima beban aksial vertikal tetapi juga momen lentur, sehingga
analisis kolom diperhitungkan untuk menyangga beban aksial desak dengan
eksentrisitas tertentu.
Secara umum tipe / jenis kolom beton bertulang dua macam yaitu :
a. Kolom dengan pengikat, adalah jenis kolom dimana tulangan utama memanjang
dipegang dalam kedudukannya oleh pengikat lateral terpisah ( sengkang ) yang
ditempatkan dengan jarak 300 – 600 mm atau pengikat lateral menerus ( spiral )
yang ditempatkan dengan jarak 50 – 75 mm seperti tergambar 7.2 a dan 7.2.b
b. Kolom komposit, adalah jenis kolom beton yang akan menggunakan baja propil
atau pipa baja, tanpa atau dengan penulangan memanjang tambahan ( gambar
7.2 c )
Ada beberapa penampang yang menjadi pilihan. Antara lain penampang segi -3, segi-4,
segi banyak dan lingkaran. Pemasangan tulangan pada kolom persegi empat dapat
91
berupa dua sisi atau ke empat sisi, bergantung dari sifat perencanaan penampang
terhadap eksentrisitas gaya aksial yang bekerja.
Kolom disebut kolom pendek apabila pengaruh bentang atau lendutan saat
dibebani kecil dan dapat diabaikan. Kebanyakan kolom pada portal ( lebih kurang 90%)
atau kolom tanpa kekangan samping ( kira-kira 40%) direncanakan sebagai kolom
pendek. Bentang maksimum kolom pendek tergantung dari bentuk deformasi. Pada
kolom pendek, kapasitas beban aksial kolom berkurang bila ada beban kerja momen.
Diagram yang menyatakan hubungan kapasitas aksial kolom terhadap momen lentur
disebut diagram interaksi. Secara skematis diagram ini dapat digambarkan pada gambar
7.3.
M
e = M/P
M
P Po
¿)
Zona
Pn (maks ) Keruntuhan
tarik
¿ , Ṕo)
Keruntuhan kondisi seimbang
eb
Zona Keruntuhan tarik
¿) Ḿ
Aksial tarik
a. Pembagian zona
diagram
92
setiap kombinasi beban ( Mn, Pn ) pada sisi luar kurva menyatakan kombinasi beban
melebihi kapasitas penampang. Garis radial yang ditarik dari titik 0 menyatakan
konstanta perbandingan Mn terhadap Pn , yaitu eksentrisitas e beban.
Untuk kuat tekan ∅P kurang dari nilai terkecil antara 0,10f 'c dan ∅ Pb, maka rasio
penulangan ρ tidak boleh melapaui nilai 0,75 ρb dari penampang yang mengalami lentur
tanpa beban aksial. Persyaratan tersebut selaras dengan konsep daktalitas komponen
struktur yang menahan momen lentur dengan beban aksial kecil, hal mana dikehendaki
keruntuhan dengan meluluhnya batang tulangan tarik lebih dahulu. Komponen dengan
beban aksial kecil diijinkan untuk untuk memperbesar faktor reduksi kekuatannya, yaitu
lebih besar dari nilai yang digunakan bila komponen yang bersangkutan hanya menahan
beban aksial tekan sentris . Komponen yang menahan lenturan murni, tanpa beban
Untuk pembahasan kolom, digunakan faktor reduksi kekuatan ∅=0,7 untuk kolom
dengan pengikat spiral, dan ∅=0,65 untuk kolom dengan pengikat sengkang.
Kolom harus direncanakan untuk eksentrisitas minimum 0,10b bagi kolom dengan
sengkang, dan eksentrisitas minimum 0,05b bagi kolomdengan spiral. ( b = dimensi sisi
penampang tinjauan momen). Tulangan minimum yang dipasang tidak boleh kurang dari
At
1% luas penampang beton atau ρ= >¿0.01, mengingat sifat susut dan rangkak beton.
bh
Tulangan maksimum tidak boleh dipasang lebih dari 8% luas penampang beton atau
At
ρ= ≤ 0,08.
bh
93
Sekurang – kurangnya 4 tulangan utama harus dipasang bagi penampang persegi, 6
tulangan bagi susunan lingkaran. Jarak pasangan tulangan tidak lebih dari 16 ∅ tulanganutama
Kolom dengan beban aksial kecil diijinkan untuk memperbesar faktor reduksi
kekuatannya, yang lebih besar dari nilai faktor reduksi dari komponen yang hanya
menahan beban aksial tekan sentris. Komponen yang menahan lentur murni, tanpa
Dalam menghitung komponen struktur terhadap beban lentur atau aksial atau
kombinasi dari beban lentur dan aksial asumsi dalam perencanaan sebagai berikut :
a. Regangan dalam tulangan dan beton berbanding langsung dengan jarak dari
sumbu netral.
b. Regangan maksimum yang digunakan pada serat beton tekan lentur ε c= 0,003.
c. Tegangan f s dalam tulangan dibawah kuat leleh yang ditentukan f y untuk mutu
tulangan yang digunakan adalah f s=E s∗ε s dan untuk regangan yang lebih besar
regangan yang memberikan fy , fs = fy
d. Distribusi tegangan tekan dianggap suatu tegangan beton persegi ekivalen
dengan ketentuan :
Tegangan beton sebesar 0,85f 'c terdistribusi secara merata pada daerah
tekan ekivalen yang dibatasi oleh tepi penampang dan garis lurus yang
maksimum.
Faktor β 1= 0,85 untuk kuat tekan beton f 'c hingga atau sama denga 30 Mpa.
94
0,008 untuk setiap kelebihan 1Mpa diatas 30 Mpa, tetapi β 1 tidak boleh
Asumsi diatas dinyatakan dalam diagram pada gambar 7.4. Berdasarkan kesetimbangan
= [ 0,85 f 'c a ]∗0,5∗( h−a ) + [ A 's 1 f 's 1 ] ( 0,5 h−d ' ) + [ A 's 2 f '2 ] ¿)
Dengan :
95
Rumus kuat beban aksial maksimum pada pers. 10-1dan pers.10-2 telah memasukkan
tambahan faktor reduksi kekuatan untuk memperhitungkan eksentrisitas minimum,
bahwa kekuatan nominal kolom dengan pengikat spiral direduksi 15%, kolom dengan
pengikat sengkang diredukisi 20%
(a)Penampang kolom
d
h
εs C
ε s1
ε 's2
ε 's1
ε c =¿ 0,003 (b) Diagram regangan
a=β 1 . C
96
0,85 f 'c
(c) Diagram tegangan
fs fs1 f 's 2 f 's 1
(d) Diagram kesetimbangan gaya
fy
tulangan tarik ε y =
Es
Kondisi ini tercapai akibat beban terfaktor ditempatkan sedemikian rupa dengan
eksentrisitas beban eb = Mnb / Pnb. Kondisi seimbang merupakan akibat dari pola
pembebanan pada kolom. Keruntuhan desak atau keruntuhan pada kondisi seimbang
tidak dapat dihindarkan pada kolom, mengingat sifat dominan tegangan desak yang
terjadi pada kolom. Dalam diagram interaksi, kondisi seimbanang membagi zona analisis
penampang dalam zona keruntuhan desak dan zona keruntuhan tarik.
Sebagai contoh perhitungan beban kondisi seimbang untuk penampang kolom yang
tulangannya sudah terpasang seperti pada gambar 7.5 adalah contoh menentukan
beban Pb dan eksentrisitas eb kondisi regangan seimbang .
Bila f 'c =25 Mpa , f y =350 Mpa , tulangan tarik dan tulangan tekan terpasang
97
As =As’ =3D22 = 1140 mm 2, dari diagram regangan kondisi seimbang regangan
350
maksimum beton = 0,003 dan regangan tarik baja ε s = fy / fs = = 0,00175
200000
0,003
Cb ,
Hubungan regangan dengan jarak garis netral : = f y +0,003 sehingga
d
Es
0,003
Cb = 0,00175+0,003 ∗540=0,632∗540=341 mm.
341−60
ε s '= ∗0,003=0,0025>ε y
341
Nilai Ccb dihitung dengan koreksi penampang beton yang ditempati tulangan tekan beton.
60
540
600
εy Cb = 341
290
98
f 's1 (b) Diagram tegangan
fs
∑ H =0 , yaitu Pnb + Tab - Ccb–Cs’b = 0 Pnb + 399 – 2747,89 – 399 = 0
eb = 225 mm
Pasal 10.9.1 Luas tulangan longitudinal , Ast untuk komponen struktur tekan non
komposit tidak boleh kurang 0,01Agatau lebih dari 0,08Ag.
Pasal 10.9.2 Jumlah minimum batang tulangan longitudinal pada komponen struktur
tekan adalah 4 untuk batang tulangan di dalam sengkang pengikat segi empat atau
99
lingkaran, 3 untuk batang tulangan di dalam sengkang pengikat segitiga, dan 6 untuk
batang tulangan yang dilingkupi oleh spiral yang memenuhi 10.9.3.
Pasal 10.9.3 Rasio volume tulangan spiral, ρ s, tidak boleh kurang dari nilai yang
Ag f 'c
diberikan oleh ρ s=0,45(A sh
−1)f yt
pers. ( 10-5)
Dimana nilai f yt yang digunakan pada pers. ( 10-5) tidak melebihi 700 MPa, untuk f yt
lebih besar dari 420 MPa, sambungan lewatan menurut 7.10.4.5(a)tidak boleh
digunakan.
(a) Untuk komponen struktur tekan yang tidak di-bresing ( braced ) terhadap
goyangan kesamping ;
k lu
≤22 pers.(10-6)
r
(b) Untuk komponen struktur tekan yang di-bresing ( braced) terhadap goyangan
kesamping ;
k lu M1
r
≤34−12 ≤( )
M1
≤ 40 Pers. (10-7)
100
Pasal 10.10.1.2 Radius girasi, r ,boleh diambil sama dengan 0,30 kali dimensi
keseluruhan dalam arah stabilitas yang ditinjau untuk komponen struktur tekan
persegi dan 0,25 kali diameter untuk komponen struktur tekan bulat. Untuk
penampang lainnya, r boleh dihitung untuk penampang beton bruto.
Hal mana :
k = faktor panjang efektif
lu = panjang bebas kolom
I
r=
√ A
M1
M1
M1 M1
=¿
M2
=¿ M2
M2
M2tunggal
b. Kelengkungan a. Kelengkungan ganda
Radius girasi r boleh diambil sama dengan 0,3 kali dimensi total dalam arah stabilitas
yang ditinjau, untuk komponen struktur tekan persegi, dan sama dengan 0,25 kali
diameter untuk komponen struktur tekan bulat. Untuk bentuk penampang lainnya , r
boleh dihitung dari penampang beton bruto.
Panjang bebas l u ( tak tertopang ) dari komponen tekan diambil sama dengan jarak
bersih antara pelat lantai, balok, atau komponen lain yang mampu memberikan tahanan
lateral dalam arah yang ditinjau. Bagi kolom dengan kepala kolom atau besaran balok,
maka panjang bebas harus diukur terhadap posisi terbawah dari kepala kolom atau
perbesaran balok dalam bidang yang ditinjau.
101
Faktor panjang efektif, k , untuk komponen struktur tekan dari rangka tak bergoyang,
harus diambil sama dengan 1,0 kecuali ditunjukkan lain oleh analisis. Perhitungan k
harus berdasarkanpada nilai – nilai E dan Idengan menggunakan Gambar 10.12, hal
mana :
∪ adalah rasio ∑ ( EI /lc ) dari komponen struktur tekan terhadap ∑ ( EI /lc ) dari
komponen struktur lentur pada ujung komponen tekan yang dihitung dalam bidang
rangka yang ditinjau.
ladalah panjang bentang komponen struktur yang diukur dari pusat ke pusat titik kumpul
Analisa orde kedua elastis harus meninjau properti penampang yang ditetapkan yang
memperhitungkan pengaruh beban aksial, keberadaan daerah retak pada seluruh
panjang komponen struktur, dan pengaruh jangka waktu pembebanan.
Pasal 10.10.4.1 Properti berikut boleh digunakan untuk komponen struktur dalam suatu
struktur ;
Kolom ………………………………………………………………..0,7Ig
-Retak ………………………………………………….0,35Ig
102
Balok ………………………………….………………………………….0,35Ig
Pelat datar ( flat plates ) dan pelat datar ( flat slabs ) …………….0,25Ig
Sebagai alternatif, momen inersia komponen struktur tekan dan lentur, Iboleh dihutung
sebagai berikut :
A st Mu Pu
(
I = 0,80+25
Ag )(
1−
Pu h
−0,5 )
I ≤0,875 I g
Po g
pers. ( 10-8)
dimanaPu dan Mu harus ditentukan dari kombinasi beban tertentu yang ditinjau, atau
kombinasi Pu dan Mu yang dutentukan dengan nilai I yang terkecil. I tidak perlu diambil
lebih kecil dari 0,35Ig
Komponen Lentur :
bw
(
I =( 0,10+25 ρ ) 1,2−0,2 )
d g
I ≤ 0,5 I g Pers. ( 10-9 )
Untuk komponen struktur lentur menerus, I boleh diambil sebagai rata-rata nilai yang
diperoleh dari pers. ( 10-9) untuk penampang momen positif dan negatife kritis. I
Dimensi penampang dan rasio tulangan yang digunakan dalam formula diatas harus
berada dalam 10 persen dimensi dan rasio tulangan yang ditunjukkan pada dokumen
kontrak atau evaluasi kekakuannya harus diulang.
Pasal 10.10.4.2 Bila beban lateral beban tetap ada, I untuk komponen struktur tekan
harus dibagi dengan ( 1 + β ds ¿ .Bagian β ds harus diambil sebagai rasio maksimum geser
tetap terfaktor maksimum pada suatu tingkat terhadap geser terfaktor maksimum
pada tingkat tersebut dihubungkan dengan kombinasi beban yang sama, tetapi tidak
boleh diambil lebih besar dari 1,0.
Kolom dan tingkat pada struktur harus ditetapkan sebagai kolom atau tungkat tidak
bergoyang atau bergoyang.Desain kolom pada rangka atau tingkat tak bergoyang harus
103
didasarkan pada 10.10.6.Desain kolom pada rangka atau tingkat bergoyang harus
didasarkan 10.10.7.
Pasal 10.10.5.1 Kolom suatu struktur boleh dianggap tak bergoyang bila pembesaran
momen –momen ujung kolom akibat pengaruh orde kedua tidak melebihi 5 persen dari
momen-momen ujung orde pertama.
Pasal 10.10.5.2 suatu tingkat pada struktur boleg dianggap tidak bergoyang bila :
Q=
∑ Pu ∆o ≤ 0,05
V us l c
Dimana ∑ Pu dan V us masin-masing adalah beban vertical terfaktor total dan gaya geser
tingkat horizontal pada tingkat yang dievaluasi , dan ∆ oadalah defleksi lateral relative
orde pertama antara tepi atas dan bawah tingkat tingkat tersebut akibat Vus
Pengaruh kelangsingan pad komponen struktur tekan tidak boleh diabaikan pada rangka
k lu M1
tak bergoyang apabila
r
>34−12
M2 ( )
. Komponen struktur tekan harus direncanakan
dengan menggunakan beban aksial terfaktor Pu dan momen terfaktor yang diperbesar,
Mc didefenisikan sebagai :
Mc = δ ns M 2 Pers. (10-11 )
Dimana :
Cm
≥
Mn δ ns = 1−
Pu 1,0 Pers. ( 10-12 )
0,75 P c
π 2 EI
Pc = Pers. ( 10-13 )
(k l u )2
(0,2 E ¿ ¿ c I g+ Es I se )
EI = ¿ Pers. ( 10-14 )Atau
1+ β d
104
0,4 Ec I g
EI = 1+ β Pers.( 10-15)
d
Sebagai alternative, EI boleh dihitung menggunakan nilai I dari pers. ( 10-8 ) dibagi
dengan ( 1 + β dns)
Pasal 10.10.6.2 Bagian β dns harus diambil sebagai rasio beban tetap aksial terfaktor
maksimum yang dikaitkan dengan kombinasi beban yang sama, tetapi tidak boleh besar
dari 1,0 .
Pasal 10.10.6.4 Untuk komponen strutur tanpa beban transversal di antara tumpuannya,
Cm harus diambail sebesar
M1
Cm = 0,6 + 0,4 M ≥ 0,4 pers. ( 10.16).
2
Pasal 10.10.6.5 Momen terfaktor M2, dalam pers. (10 – 11 ) tidak boleh diambil lebih
kecil dari :
Untuk masing – masing sumbu yang dihitung secara terpisah, dimana 15,24 yang mana satuan
h adalah milimeter. Untuk komponen struktur dengan M2, min melampaui M2, maka nilai Cm dalam
pers. ( 10-16) harus diambil apakah sama dengan 1, atau harus didasarkan pada rasio momen
ujung yang dihitung M1/ M2
105
Pasal 10.10.7.1 Komponen struktur lentur yang didesain untuk momen ujung yang diperbesar
total komponen struktur tekandi joint.
1
δ s= ≥1( 10-20 )
1−Q
Jika δ s dihitung dengan pers. ( 10-20) melebihi 1,5 , δ s boleh dihitung menggunan
analisis elastic orde dua atau pasal 10.10.7.4.
106
1
δ s= ≥1
1−
∑ Pu
0,75 ∑ Pc
Dimana ∑ Pu adalah jumlah semua beban vertical terfaktor pada suatu tingkat dan ∑ Pc
adalah jumlah untuk semua kolom penahan goyangan pada suatutingkat.Pc dihitung
menggunakan Pers. ( 10-13 ) dengan k ditentukan dari Pasal 10.10.7.2 dan EI dari
pasal 10.10.6.1, dimana β ds harus disubtitusikan untuk β dns.
107