Anda di halaman 1dari 65

Beton

Beton adalah suatu material semen portland atau semen


lainnya dengan agregat halus, agregat kasar serta air
dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya (admixture)
----------SNI Beton 2019

Concrete = filler + binder

Air Pores 1-3%

Coarse Aggregate
31-51%

Fine Aggregate (25-30%) bonded


by cement (7-15%) matrix

1
Tergantung dari jenis binder yang dipergunakan,
penamaan beton dapat bervariasi,
- bila beton dibuat dengan semen non hidroulik
maka disebut beton non hidroulik semen;
- bila beton terbuat dari hidroulik semen maka
disebut beton hidroulik semen,
- bila beton dibuat dari aspal maka disebut beton
aspal,
- bila beton dibuat dari polimer maka disebut
beton polimer.

2
Sifat yang terpenting dari beton adalah kuat terhadap tekan,
sedangkan untuk suatu konstruksi bangunan, diperlukan adanya
kombinasi-kombinasi beban, baik itu tekan, tarikan, puntiran,
momen dan lain-lain.

Untuk itu pada suatu konstruksi beton perlu ditambahkan atau


digabungkan dengan tulangan baja yang berfungsi untuk
membantu sifat-sifat yang kurang menguntungkan daripada beton
itu sendiri dan yang kita kenal dengan istilah beton bertulang.

3
Contoh pada perilaku lentur balok

4
Retak Lentur
(bila 𝒇𝒕𝒆𝒏𝒔𝒊𝒐𝒏 ≥ 𝒇𝒓𝒖𝒑𝒕𝒖𝒓𝒆 )

(balok beton runtuh)


5
Dibuat balok beton bertulang

Pada balok beton


bertulang, tulangan
baja ditanam dalam
beton sehingga gaya
tarik yang dibutuhkan
untuk menahan
momen pada
penampang retak dapat
dikembangkan pada
tulangan baja.

6
Kondisi Retak awal

Pada level beban


yang tinggi

Pada level beban


ultimate

7
Distribusi Tegangan pada penampang Retak

Dari uraian di atas dapatlah dipahami, bahwa baik beton maupun


baja tulangan pada struktur beton bertulang tersebut mempunyai
fungsi yang berbeda sesuai dengan sifat bahan yang
bersangkutan.
Fungsi utama beton :
- Menahan gaya tekan
- Menutup baja tulangan agar tidak berkarat
Fungsi utama baja tulangan :
- Menahan gaya tarik
- Mencegah retak beton agar tidak melebar
8
 Material beton bertulang pada dasarnya merupakan
gabungan beton dan baja tulangan. Penggabungan ini
bertujuan untuk mengatasi kelemahan material
beton dalam menahan tarik.

 Penggabungan ini hanya akan berhasil bila baja


tulangan yang dipergunakan memiliki karakteristik
lekatan yang baik pada material beton dan diberi
panjang pengangkuran yang memadai di dalam
beton.

9
Contoh bagian struktur portal

10
Beberapa Kelebihan Struktur Beton
• Ekonomis
- Sistem lantai yang relatif tipis
(mengurangi tinggi bangunan, beban angin yang lebih kecil, mengurangi
kebutuhan cladding)

- Bahan (mudah diperoleh)

• Material beton cocok digunakan untuk fungsi


arsitektural (dapat dibentuk) dan struktural

• Biaya perawatan rendah

11
Beberapa Kelebihan Struktur Beton

12
Beberapa Kelebihan Struktur Beton

13
Kekurangan Struktur Beton

14
BEKISTING/ACUAN

15
Kekurangan Struktur Beton

16
Bahan penyusun beton
Skema bahan pembentuk beton :

Air
Pasta
Semen

Mortar

Pasir (fine aggregate)

Beton

Spilt (coarse aggregate)

+ Bahan tambah (Admixture/ Additive)


17
Proses Pembuatan Beton
Pencampuran bahan-bahan penyusun beton dilakukan agar
diperoleh suatu komposisi yang solid dari bahan penyusun
berdasarkan rancangan campuran beton.

Komposisi yang baik akan menghasilkan kuat tekan yang


tinggi, tetapi jika dalam pelaksanaannya tidak dikontrol dengan
baik, kemungkinan dihasilkannya beton yang tak sesuai dengan
rencana akan semakin besar.

18
Cara pengolahan akan menentukan kualitas dari beton yang
dibuat. Adapun tahapan dalam pelaksanaan di
lapangan meliputi :

 Persiapan
 Penakaran
 Pengadukan(Mixing)
 Penuangan atau pengecoran (Placing)
 Pemadatan (vibrating)
 Penyelesaian akhir (Finishing)
 Perawatan (Curing)

19
Pembuatan beton dapat dilakukan secara manual atau dengan
fabrikasi (batching plant)

20
 Pembuatan beton secara manual

21
Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan
beton :
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kekuatan beton,
yaitu :
1.Proporsi bahan-bahan penyusun
2.Metode perancangan
3.Perawatan
4.Keadaan pada saat pengecoran.( Tri Mulyono, 2003 )

22
Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan beton (Tri Mulyono, 2003) 23
Karakteristik beton

24
25
Pertambahan kekuatan tekan beton
Untuk semen portland type I, pertambahan
kekuatan seiiring dengan bertambahnya umur
adalah sebagai berikut :

Age 3 days 7 days 14 days 21 days 28 days 50 days 90 days

Strength ratio 0.40 0.65 0.86 0.95 1.00 1.07 1.17

26
27
 Perilaku beton saat dikenakan beban uniaksial tekan dapat
digambarkan sbb :
1. Pada saat beban tekan 30-45%
𝑓′𝑐 , perilaku tegangan-regangan
masih linier. Retak-retak lekatan
yang sebelum pembebanan sudah
terbentuk akan tetap stabil dan
tidak berubah selama tegangan
tekan yang bekerja masih dibawah
30% 𝑓′𝑐 .

Hubungan Tegangan-Regangan Beton 2. Pada saat beban tekan melebihi


30-45% 𝑓′𝑐 , retak-retak lekatan
mulai terbentuk .
3. Pada saat tegangan mencapai 75-90% Pada saat ini mulai terjadi deviasi
kekuatan batas, retak-retak lekatan pada hubungan tegangan-regangan
tersebut merambat ke mortar sehingga dari kondisi linier.
terbentuk pola retak yang kontinu.
Pada kondisi ini hubungan tegangan-
regangan semakin menyimpang dar kondisi
linier
Hubungan tegangan-regangan beton
tersebut dapat dinyatakan melalui
persamaan Hognestad, yaitu :

𝜀𝑐 𝜀𝑐 2
𝜎𝑐 = 𝑓′𝑐 2 −( )
𝜀′𝑐 𝜀′𝑐

Dimana :

𝜀𝑐 = regangan tekan beton


𝜀′𝑐 = regangan tekan beton pada
tegangan 𝑓′𝑐
𝜎𝑐 = tegangan tekan beton pada
Hubungan Tegangan-Regangan Beton regangan 𝜀𝑐
𝑓′𝑐 = kuat tekan uniaksial beton
30
31
32
𝜺𝒍𝒂𝒕𝒆𝒓𝒂𝒍
𝒗=
𝜺𝒍𝒐𝒏𝒈𝒊𝒕𝒖𝒅𝒊𝒏𝒂𝒍

33
 Modulus elastisitas beton dapat ditentukan
dengan menggunakan persamaan :

𝐸𝑐 = (𝑊𝑐 )1,5 *0,043 𝑓′𝑐 (MPa)

dimana 𝑊 = 1500-2500 𝑘𝑔 𝑚3 (berat satuan beton berat normal)

34
 Untuk beton normal, modulus elastisitas
boleh diambil sbb :

𝐸𝑐 = 4700 𝑓′𝑐 (MPa)

Modulus elastisitas didefinisikan sebagai slope dari garis lurus yang


ditarik, dari kondisi tegangan nol ke kondisi tegangan tekan sebesar
0,45𝑓′𝑐 pada kurva tegangan-regangan beton.

Untuk perhitungan tegangan-regangan dengan persamaan


nonlinier 𝜎𝑐 − 𝜀𝑐 (persamaan Hognestad), modulus yang
digunakan adalah modulus tangen awal yaitu :

2𝑓′𝑐
𝐸𝑐𝑡 =
𝜀′𝑐
35
36
 Perilaku beton pada saat dikenakan beban uni-aksial
tarik berbeda perilakunya dalam menahan uniaksial
tekan.

 Perilaku mekanik material beton yang dikenakan gaya


tarik uniaksial sangat getas, kuat tariknya hanyalah
berkisar 10% nilai kuat tekan uniaksialnya.

 Hubungan tegangan-regangan tarik beton umumnya


bersifat linier sampai terjadinya retak yang biasanya
langsung diikuti oleh keruntuhan beton.
 Hubungan Tegangan-Regangan Tarik Beton

 Pada umumnya batas elastisitas beton yang dikenakan gaya tarik


berkisar 60 hingga 80% kuat tariknya.

 Dibawah kondisi pembebanan ini keretakan yang terbentuk dengan arah


tegak lurus terhadap arah beban yang bekerja dan bila retak telah
terbentuk, material akan mengalami degradasi kekuatan yang signifikan
yang merupakan indikasi respon yang tidak stabil
 𝑓𝑐𝑟 = 0,33 𝑓′𝑐
 𝑓𝑟 = 0,62 𝑓′𝑐

39
𝑓𝑟 = 0,62 𝑓′𝑐 (MPa)

40
41
𝟐𝑷
𝒇𝒔𝒑 =
𝝅𝑳𝑫

𝒇𝒄𝒓 = 𝟎, 𝟔𝟓 𝒇𝒔𝒑

42
Metode pengujian tarik beton (Collins and
Mitchell, 1994)

43
Susut, Rangkak, dan pengaruh Temperatur

44
 Nilai susut meningkat seiring dengan bertambahnya umur
beton

45
46
47
48
49
Koefisien rangkak, 𝜙 didefinisikan sebagai nilai rasio regangan
rangkak terhadap regangan elastik yaitu :

𝜀𝑐𝑟
𝜙= 𝜀𝑐𝑓

Besarnya koefisien rangkak tergantung pada :


- Rasio tegangan yang bekerja terhadap kekuatan beton
- Ukuran elemen struktur
- Komposisi beton
- Umur beton saat mulai dibebani
- Humiditas lingkungan

50
Pengaruh Temperatur :
Koefisien pemuaian beton ( 𝛼𝑐 )dipengaruhi oleh komposisi
beton, kandungan moisture dan umur beton.
Nilai 𝛼𝑐 juga sangat dipengaruhi oleh jenis agregat yang
digunakan dalam campuran yang nilainya berkisar 6 𝑥 10−6 °𝐶
sampai 13 𝑥 10−6 °𝐶 .

Regangan akibat perubahan suhu dihitung sbb :

𝜀𝐶𝑇 = 𝛼𝐶 ∆𝑇

.
Regangan total pada beton saat dikenai secara uniaksial
dengan beban konstan 𝜎𝑐 (𝑡𝑜 ) pada 𝑡𝑜 adalah :

𝜀𝑐 𝑡 = 𝜀𝑐𝑓 𝑡𝑜 + 𝜀𝐶𝑅 𝑡 + 𝜀𝐶𝑆 𝑡 + 𝜀𝐶𝑇 (𝑡)

Pengaruh Pengaruh Pengaruh Pengaruh


tegangan rangkak susut suhu
Baja tulangan

53
Material Baja Tulangan
Material beton lemah dalam tarik sehingga digunakan
bersama-sama dengan baja tulangan atau kawat baja yang
menahan tegangan tarik.

Dalam SNI beton, baja tulangan yang dapat dipergunakan


pada elemen beton bertulang dibatasi hanya pada baja
tulangan atau kawat baja saja (belum ada peraturan yang
mengatur penggunaan tulangan selain baja tulangan
maupun kawat baja pada beton bertulang)
 Ada dua jenis baja tulangan yang terdapat di pasaran
yaitu tulangan polos (BJTP) dan tulangan
ulir/sirip(BJTS)

 Tulangan polos biasanya mempunyai tegangan leleh


minimum sebesar 240 MPa sedangkan tulangan ulir
umumnya mempunyai tegangan leleh minimum
sebesar 400 MPa

 Tulangan polos yang umum ada di pasaran adalah 𝜙6,


𝜙8, 𝜙10, 𝜙12, 𝜙14, 𝜙16
Baja Tulangan

56
Baja Tulangan

Jenis-jenis tulangan deform


57
58
Tulangan ulir dan ukurannya :
Berdasarkan SNI Pasal 3.5, baja tulangan yang boleh digunakan
pada elemen struktur beton haruslah tulangan ulir; tulangan
polos diperkenankan untuk digunakan hanya untuk tulangan
spiral atau baja prategang. Penggunaan baja tulangan polos
dapat menghasilkan perilaku elemen struktur yang kurang baik
(Meas, dkk 2012).
Bond Strength
kekuatan ikatan antara pasta dan tulangan baja
 Kekuatan ikatan timbul terutama dari gesekan dan
adhesi antara beton dan baja
 Kekasaran permukaan baja juga merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi kekuatan ikatan

kekuatan ikatan antara pasta dan agregat


o Karakteristik Agregat seperti ukuran, tekstur bentuk,
permukaan dan gradasi mempengaruhi kekuatan beton

61
62
Hubungan Tegangan-Regangan Baja

 Sifat tegangan-regangan baja dapat diidealisasi dalam bentuk


hubungan tegangan-regangan bilinier seperti berikut :
Berdasarkan SNI Beton pasal 8.5.2 modulus elastisitas
tulangan non pratekan 𝐸𝑠 boleh diambil sebesar 200.000
MPa.

Koefisien thermal untuk tulangan baja umumnya adalah 11,5


x 10−6 /°𝐶, namun untuk mempermudah, nilai 𝛼 baja
terkadang diambil sama dengan nilai 𝛼 beton yaitu
𝜶𝒔 =10 x 𝟏𝟎−𝟔 /°𝑪

Selain tulangan baja tunggal, pada elemen plat ataupun


dinding sering juga digunakan tulangan wiremesh (jaring
kawat) yang terdiri dari kumpulan kawat polos atau ulir yang
dilas satu sama lain hingga membentuk grid.

Tulangan jaring kawat ini umumnya mempunyai tegangan


leleh minimum sebesar 500 MPa. Ukuran yang ada di
pasaran adalah ∅4, ∅5, ∅6, ∅7, ∅8, ∅9, dan ∅10 dengan
ukuran standar 5,4m x 2,1m.
dilanjutkan minggu depan

65

Anda mungkin juga menyukai