Definisi beton adalah batu batuan yang dicetak pada suatu wadah atau cetakan dalam keadaan
cair kental yang dapat mengeras dengan baik. Beton terdiri dari agregat halus, agregat kasar dan satu
bahan pengikat.Beton dalam keadaan keras, hanya mampu menahan gaya tekan saja.
1. Portland cemen
2. Agregat kasar ( kerikil / kricak).
3. Agregat halus ( pasir ).
Besi tulangan dipergunakan untuk menahan gaya tarik ataupun geser. Umumunya
dipergunakan baja. Beton pertama kali di gunakan pada masa Romawi, yaitu dengan pecahan batu
dengan semen Romawi. Adapun semen Romawi terbuat dari campuran kapur yang telah dibakar dan
tanah puzzolan yang mengandung silikat dan dicampur dengan air. Portlan cemen ditemukan oleh
Joseph Aspdin (orang Inggris) pada tanggal 21 Oktober 1824.Pada tahun 1861, Joseph Monier
(Perancis) menemukan konsep penulangan. Jaring jaring besi ditemukan oleh Lambot (1850).
Tetapi pada prinsipnya , penemu beton bertulang adalah Monier dan mempatenkanya pada tahun
1867.Pada tahun 1884 hak cipta Monier dijual pada perusahaan Freytag dan Heidschuch. Pada tahun
1886 Koenen dari Jerman membuat perhitungan yang lebih meyakinkan.Pada tahun 1892 di Perancis
Hennebique menggunakan sengakng dan tulangan serong.
1. Keuntungan:
2. Kerugian:
Dari uraian di atas dapat dipahami, bahwa baik beton maupun baja-tulangan pada struktur beton
bertulang tersebut mempunyai fungsi atau tugas pokok yang berbeda sesuai dengan sifat bahan yang
bersangkutan.Fungsi utama beton yaitu untuk
Agar dapat terjamin bahwa suatu struktur yang direncankan mampu menahan beban yang bekerja,
maka pada perencanaan struktur digunakan faktor keamanan tertentu.Faktor keamanan ini tersdiri dari
2 jenis , yaitu :
1. Faktor keamanan yang bekerja pada beban luar yang bekerja pada struktur, disebut faktor
beban.
2. Faktor keamanan yang berkaitan dengan kekuatan struktur (gaya dalam), disebut faktor
reduksi kekuatan.
1. Jenis kekuatan
Menurut SNI 03-2847-2002, pada perhitungan struktur beton bertulang, ada beberapa istilah untuk
menyatakan kekuatan suatu penampang sebagai berikut
1. Kuat nominal
2. Kuat rencana
3. Kuat perlu
Kuat nominal (Rn) diartikan sebagai kekuatan suatu komponen struktur penampang yang dihitung
berdasarkan ketentuan dan asumsi metode perencanaan sebelum dikalikan dengan nilai faktor
reduksi kekuatan yang sesuai.Pada penampang beton bertulang , nilai kuat nominal bergantung
pada:
dimensi penampang,
jumlah dan letak tulangan
letak tulangan
mutu beton dan baja tulangan
Jadi pada dasarnya kuat nominal ini adalah hasil hitungan kekuatan yang sebenarnya dari keadaan
struktur beton bertulang pada keadaan normal.Kuat nominal ini biasanya ditulis dengan simbol-
simbol Mn, Vn, Tn, dan Pn dengan subscript n menunjukkan bahwa nilai-nilai
M = Momen
V = Gaya geser
P = Gaya aksial (diperoleh dari beban nominal suatu struktur atau komponen struktur)
Kuat rencana (Rr), diartikan sebagai kekuatan suatu komponen struktur atau penampang yang
diperoleh dari hasil perkalian antara kuat nominal Rn dan faktor reduksi kekuatan.Kuat rencana ini
juga dapat ditulis dengan simbol Mr, Vr, Tr, dan Pr ( keterangan sama seperti diatas kecuali P =
diperoleh dari beban rencana yang boleh bekerja pada suatu struktur atau komponen struktur.
Kuat perlu (Ru), diartikan sebagai kekuatan suatu komponen struktur atau penampang yang
diperlukan untuk menahan beban terfaktor atau momen dan gaya dalam yang berkaitan dengan
beban tersebut dalam kombinasi beban U.Kuat perlu juga bisa ditulis dengan simbol-simbol Mu,
Vu, Tu, dan Pu.
Karena pada dasarnya kuat rencana Rr, merupakan kekuatan gaya dalam (berada di dalam
struktur), sedangkan kuat perlu Ru merupakan kekuatan gaya luar (di luar struktur) yang bekerja
pada struktur, maka agar perencanaan struktur dapat dijamin keamanannya harus dipenuhi syarat
berikut :
Hitungan struktur beton bertulang pada dasarnya meliputi 2 buah hitungan, yaitu hitungan yang
berkaitan dengan gaya luar dan hitungan yang berkaitan dengan gaya dalam.
Pada hitungan dari gaya luar, maka harus disertai dengan faktor keamanan yang disebut faktor
beban sehingga diperoleh kuat perlu Ru.Sedangkan pada hitungan dari gaya dalam, maka disertai
dengan faktor aman yang disebut faktor reduksi kekuatan sehingga diperoleh kuat rencana Rr =
Rn * faktor reduksi, selanjutnya agar struktur dapat memikul beban dari luar yang bekerja pada
struktur tersebut, maka harus dipenuhi syarat bahwa kuat rencana Rr minimal harus sama dengan
kuat perlu Ru.
Penyebab Pekerjaan Beton Yang Salah :
Pekerjaan Beton membutuhkan ketelitian dalam pelaksanaannya, sehingga didapatkan kekuatan yang
maksimal, kesalahan – kesalahan sering terjadi dalam pelaksanaannya sehingga menimbulkan
kerugian yang besar, berikut kesalahan yang sering terjadi di lapangan :
Perencanaan Pelaksanaan yang tidak baik
Penambahan Air
Penggunaan alat bantu (vibrator, pompa beton) yang tidak sehat
Pembongkaran bekisting yang belum waktunya
Pemberian beban pada beton yang berlebihan
Metode Pelaksanaan yang tidak sesuai
Perawatan yang kurang baik
Kerugian tambahan biaya yang dapat ditimbulkan dari kesalahan tersebut antara lain :
Biaya Pemeriksaan (inspection cost)
Biaya tes tambahan
Biaya tenaga ahli perbaikan beton
Biaya perbaikan
Biaya penggantian bagian yang rusak dan lain lain
Pemeriksaan rutin terhadap beton ada suatu konstruksi sangat diperlukan mengingat masa
pelayanannya yang terus berambah serta pengaruh iklim, cuaca dan lingkungan. Pemeriksaan ini
selayaknya harus dilaksanakan secara berkala agar kita bisa mengetahui besar ketahanan konstruksi
beton pada masa rentang waktu tertentu.
Pemeriksaan terhadap bangunan yang memiliki konstruksi beton ini biasanya diutamakan untuk
bangunan yang menjadi kebutuhan khalayak resmi seperti pasar, sekolah, rumah sakit, hotel, kantor dll.
Pelaksanaan pemeriksaan ini ditugaskan pada suatu lembaga inspeksi teknis yang ditunjuk. Tugas
utamanya adalah mempersiapkan pemeriksaan serta menganalisa data-data yang didapatkan sehingga
diperoleh suatu rekomendasi yang dapat digunakan untuk renovasi misalnya atau untuk
memperkirakan kondisi dari bangunan tersebut di masa yang akan datang.
Dalam kegiatan pemeriksaan ini dilakukan beberapa tahap kegiatan dengan maksud pemeriksaan yang
akan dilakukan nanti sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan yang ada pada bangunan tersebut.
Adapun tahap tahap yang dimaksud antara lain :
1. Melakukan pengamatan atau pemeriksaan secara visual terhadap bagian-bagian bangunan yang
mengalami gejala kerusakan atau kerusakan yang telah terjadi dan mencatat jenis kerusakan, tingkat
kerusakan dan pola kerusakan.
2. Mengelompokkan bagian bagian dari bangunan tersebut berdasarkan bagian yang rusak dan yang tidak
rusak, kemudian menandai bagian yang rusak untuk dilakukan pemeriksaan nantinya.
3. Membuat sketsa bagian bagian dari bangunan yang rusak, melakukan pemotretan dan mendeskripsikan
kerusakannya.
4. Menetapkan metode pemeriksaan yang perlu dilakukan nantinya dengan melihat kondisi dan situasi dari
daerah yang mengalami kerusakan.
5. Melakukan langkah-langkah re design jika diperlukan.
Memberikan rekomendasi terhadap pemilik bangunan untuk melakukan perbaikan pada bagian
bagian yang dianggap perlu dan menunjukkan metode perbaikan yang sesuai dengan jenis kerusakannya
serta menjelaskan jenis material yang harus digunakan.
Metode yang biasa dipergunakan dalam melakukan pemeriksaan terhadap konstruksi beton
sebuah bangunan ada dua macam, yaitu : Metode Pemeriksaan dengan cara tidak merusak adalah suatu
metode pengujian terhadap konstruksi beton (atau konstruksi baja) dengan tidak melakukan perusakan baik
secara struktural maupun nonstruktural. Untuk metode dengan cara merusak ini pihak peneliti atau pihak
pemilik bangunan kurang begitu menyukai untuk dilakukan. Selain biayanya yang lebih rmahal juga
pelaksanaan pengujiannya sukar dan lama karena harus diuji di laboratorium.
Dalam melakukan pemeriksaan pada bangunan kontruksi beton dilakukan beberapa pemeriksaan /
pengujian secara tak merusak dan merusak seperti :
1. Pengujian untuk mengukur laju korosi pada tulangan beton dengan alat Potential Meter.
2. Pengujian untuk mengukur tingkat karbonasi dengan alat Uji Karbonasi
3. Pengujian untuk mengukur tegangan karakteristik beton dengan alat Schmidt Hammaer Test (NDT)/BS
1881-202;ASTM C805
4. Pengujian untuk mengukur kepadatan beton, kedalaman retakan dengan alat Ultrasonic Tests/UVP
(NDT)/BS 1881-203;ASTM C597
5. Pengujian untuk menukr tegangan karakteristik beton dengan alat Windsor Probe Tests (NDT)
6. Pengujian untuk mengambil sampel dengan alat Core Drilled Test (DT) yang akan diukur tegangan
karakteristik beton.
Alat alat yang digunakan dalam melakukan pemeriksaan ini kebanyakan merupakan alat yang dipakai pada
standar ASTM AMerika Serikat dan alat alat ini masih didominasi oleh alat yang digunakan untuk metode
pemeriksaan tanpa merusak (Non Destructive Test).